Anda di halaman 1dari 19

Pariwisata

Pedesaaan
dalam Perspektif Hak
Anak
Ciput Eka Purwianti
Asisten Deputi Perlindungan
Khusus Anak dari Kekerasan
LATAR BELAKANG
● Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah menurunkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara di Indonesia

● Perolehan devisa negara dari pariwisata dari disetiap tahun tercatat sangat besar,
menduduki peringkat kedua setelah pendapatan devisa dari sector industry kelapa
sawit.

● Di tahun 2016 sektor pariwisata berhasil mengumpulkan jumlah devisa sebesar US$
13,568 miliar, di tahun 2017 sekitar US$ 16,8 miliar kemudian di tahun 2018 menjadi
US$ 20 miliar, dan di sepanjang tahun 2019 sedikit menurun menjadi US$ 19,7
miliar.

● World Bank mencatat investasi di pariwisata sebesar US$ 1 juta mampu mendorong
170% dari PDB. Angka tersebut adalah angka tertinggi dari devisa suatu industri
disebuah negara, dengan demikian industri pariwisata mampu menggerakkan semua
sector usaha, baik kecil, menengah seperti kuliner, cinderamata, transportasi serta
industry besar seperti penerbangan, perhotelan dan lainnya
LATAR BELAKANG

● Hasil penelitian dan assessment yang dilakukan oleh ECPAT


Indonesia bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KPPPA) tahun 2016-2017 di
sepuluh (10) destinasi wisata yaitu Pulau Seribu (DKI
Jakarta), Karang Asem (Bali), Gunung Kidul (Yogyakarta),
Garut (Jawa Barat), Bukit Tinggi (Sumatera Barat), Toba
Samosir dan Teluk Dalam (Sumatera Utara) menunjukkan
adanya praktek kekerasan dan eksploitasi seksual yang
dilakukan oleh sejumlah wisatawan terhadap anak-anak.
● Hasil penelitian ECPAT Indonesia pada tahun 2015, di tiga
lokasi wisata yaitu Lombok (NTB), Kefamenahu (NTT) dan
Jakarta Barat (DKI Jakarta). Di tiga lokasi tersebut juga
ditemukan kasus-kasus kekerasan dan eksploitasi seksual
anak yang dilakukan oleh wisatawan
Siapakah Anak?
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan
(UU Nomor 35 Tahun 2014)
Hak Anak dalam UU Perlindungan Anak
a. Mendapatkan kehidupan yang layak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka
termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

b. Tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan serta mengetahui identitasnya, bermain,
beristirahat, bebas mengemukakan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinan, dan
semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya.

c. Mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi, seksual,


penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah.

d. Berperan aktif dalam masyarakat, bebas untuk berekspresi, bebas untuk berinteraksi dengan
orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan.

e. Memperoleh pendidikan minimal tingkat dasar. Bagi anak yang terlahir dari keluarga yang tidak
mampu dan yang tinggal didaerah terpencil, pemerintah berkewajiban untuk bertanggung jawab
untuk membiayai pendidikan mereka.
Perlindungan Khusus
Perlindungan Khusus adalah suatu bentuk
perlindungan yang diterima oleh Anak
dalam situasi dan kondisi tertentu untuk
mendapatkan jaminan rasa aman
terhadap ancaman yang membahayakan
diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.
- UU Nomor 35 Tahun 2014 -

● Kekerasan adalah
setiap perbuatan
terhadap Anak yang
berakibat timbulnya
kesengsaraan atau
penderitaan secara
fisik, psikis, seksual,
dan/atau
penelantaran,
termasuk ancaman
untuk melakukan
perbuatan,
pemaksaan, atau
perampasan
kemerdekaan secara
melawan hukum
Wisata Desa Definisi Desa Wisata
memiliki penekanan pada aktivitas wisata di daerah
aktivitas wisata di daerah perdesaan, sebagai bentuk
perdesaan, dimana wisatawan pariwisata yang
dan masyarakat tidak terlibat mengedepankan peran
aktif dalam relasi sosial secara masyarakat lokal sebagai
mendalam. Faktor menikmati penerima manfaat. Bentuk
keindahan alam dan kekhasan wisata ini dikelola langsung oleh
masyarakat dianggap sebagai komunitas yang berkontribusi
prioritas utama kegiatan wisata terhadap kesejahteraan dengan
tersebut, dalam pemenuhan prioritas melindungi sumber
kebutuhan dan motivasi wisata daya warisan alam dan budaya
dalam suasana pedesaan masyarakat setempat
Anak Bekerja Pekerja Anak

merujuk pada segala


partisipasi anak di
bentuk pekerjaan yang
dalam aktivitas
mengeksploitasi dan
ekonomi yang tidak
membahayakan
berbahaya terhadap
pertumbuhan fisik,
perkembangan
mental, pendidikan
kesehatan, mental dan
dan kehidupan
fisik anak
sosialnya
Pekerjaan Terburuk Anak (Konvensi ILO 182)
1. Segala bentuk perbudakan atau praktik-praktik sejenis perbudakan,
seperti penjualan dan perdagangan anak-anak, kerja ijon dan
perhambaan serta kerja paksa atau wajib kerja, termasuk pengerahan
anak-anak secara paksa atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflik
bersenjata;
2. pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran,
untuk produksi pornografi, atau untuk pertunjukan-pertunjukan porno;
3. pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan haram,
khususnya untuk produksi dan perdagangan obat-obatan sebagaimana
diatur dalam perjanjian internasional yang relevan;
4. pekerjaan yang sifatnya atau lingkungan tempat pekerjaan itu
dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral
anak- anak.
Ramah Anak (Bebas Eksploitasi)
Suatu kondisi di mana anak-anak yang
berada di destinasi wisata tidak menjadi
pekerja anak yang membahayakan
tumbuh
kembangnya, serta tidak menjadi objek
eksploitasi secara seksual oleh para turis,
baik domestik maupun internasional
Wisata Perdesaan Ramah Anak
(Bebas Eksploitasi)
Wisata Perdesaaan Ramah Anak
(Bebas eksploitasi) adalah wisata yang
mengedepankan keharmonisan nilai-nilai
kultural dan tradisi di dalam kehidupan
masyarakat dengan aktivitas kepariwisataan
serta memiliki sistem dan mekanisme untuk
melindungi anak-anak yang berada di
destinasi wisata terbebas dari segala bentuk
eksploitasi.
pentingnya pengintegrasian hak anak dalam kebijakan
desa/kelurahan
● Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak
Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang wajib dijamin, dilindungi,
dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, Masyarakat, Negara, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah. Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah dalam hal
ini adalah Gubernur, Bupati dan Walikota serta perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan.

● Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan
dewan perwakilan rakyat menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia
PENTINGNYA PENGINTEGRASIAN HAK ANAK DALAM
KEBIJAKAN DESA/KELURAHAN

● Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah


Urusan perlindungan anak juga merupakan urusan wajib daerah

● Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten atau Kota
Layak Anak
Kota Layak Anak adalah program kebijakan pencegahan dan perlindungan anak dari
kekerasan dan eksploitasi yang bersifat nasional. Kebijakan ini tidak hanya
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, tetapi juga dilaksanakan Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota hingga di tingkat Pemerintahan Desa/Kelurahan atau komunitas
Instruksi Deputi Bidang Perlindungan Anak Nomor 776 Tahun 2019
Kode Etik Penyelenggaraan Perlindungan Anak
Instruksi Deputi Bidang Perlindungan Anak Nomor 776 Tahun 2019
Kode Etik Penyelenggaraan Perlindungan Anak
Instruksi Deputi Bidang Perlindungan Anak Nomor 776 Tahun 2019
Kode Etik Penyelenggaraan Perlindungan Anak
Instruksi Deputi Bidang Perlindungan Anak Nomor 776 Tahun 2019
Kode Etik Penyelenggaraan Perlindungan Anak
Terima Kasih

KEMENPPPA.GO.ID KEMEN PPPA

@KPPDANPA @KEMENPPPA

@KPP_PA

Anda mungkin juga menyukai