Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anang Fathoni

NIM : 2201680846
Kelas : PPG Prajabatan Gel. 2 PGSD D

ARGUMENTASI KRITIS TENTANG GERAKAN TRANSFORMASI KI


HADJAR DEWANTARA

Indonesia tentu sudah banyak mengalami berbagai kompleksitas problematika di


dunia pendidikan baik sebelum dan sesudah kemerdekaan bangsa Indonesia.
Apabila berfokus pada catatan sejarah, perjalanan inisiasi pendidikan dalam bentuk
formal dimulai pada tahun 1854 ketika bupati-bupati menginisiasi pendirian
sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai, dengan nama Bumiputera
(Syahril, 2021). Pengajaran pada saat itu hanya berfokus pada membaca, menulis,
dan berhitung. Kemudian pada tahun 1920 muncul cita-cita baru untuk perubahan
radikal dalam pendidikan dan pengajaran. Dilanjut pada 3 Juli 1922, Ki Hadjar
Dewantara mendirikan Tamansiswa di Yogyakarta yang muncul sebagai jiwa
rakyat untuk merdeka dan bebas. Ki Hadjar Dewantara (1977, p. 3) menjelaskan
bahwa pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan hidup batin manusia.
Artinya bahwa kehidupan batin anak-anak tidak dikekang sehingga potensi-potensi
dalam diri anak dapat dioptimalkan (Dewantara, 1977, p. 13). Pengekangan pada
kemerdekaan batin anak muncul dari dasar-dasar pendidikan Barat zaman Kolonial
yaitu regering, tucht, dan orde (perintah, hukuman, dan ketertiban) (Dewantara,
1977, p. 13). Sehingga dalam prinsip Ki Hadjar Dewantara (1977), pendidik perlu
menjaga kelangsungan kehidupan batin anak yang jauh dari pemaksaan. Pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara (1977, p. 14) merupakan daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect), dan tubuh anak. Paham tersebut selaras dengan tiga unsur perkembangan
penting yang dikemukakan oleh Santrock (2011, p. 15) yaitu biological processes,
cognitive processes, socio-emotional processes. Proses biologis selaras dengan
perkembangan tubuh anak, proses kognitif selaras denagn perkembangan pikiran
(intellect), dan proses sosio-emosional selaras dengan budipekerti. Sumbangsih Ki
Hadjar Dewantara dalam pendidikan dan kemerdekaan sangatlah banyak dan
pemikirannya pada pembelajaran dan pengajaran benar-benar lintas zaman.
Selanjutnya, Ki Hadjar Dewantara (1977, p. 28) juga menyebutkan salah satu
peralatan pendidikan yaitu memberi contoh (voorbeeld) atau dalam salah satu
semboyannya Ing Ngarso Sung Tulodho. Hal tersebut berkorelasi dengan paham
Albert Bandura terkait dengan modeling, dimana dalam hal ini anak akan cenderung
meniru pada hal-hal yang seringkali dia lihat (atensi), dan diretensi (Crain, 2014, p.
304). Kemudian, Ki Hadjar Dewantara (1977, p. 15), memaparkan bahwa segala
alat, usaha, dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan
(nartuurliskheid, realiteit). Pemahaman tersebut sejalan dengan contextual based
learning yang pertama kali dicetuskan oleh John Dewey dalam bukunya
Democracy and Education (Hakim et al., 2020) yang berkorelasi dengan kodrat
keadaan. Selanjutnya, tiga macam prinsip kemerdekaan menurut Ki Hadjar
Dewantara (1977) yaitu zelfstandig (berdiri sendiri), onafhankelijk (tidak
tergantung pada orang lain), vrijheid, zelfbeschileking (dapat mengatur dirinya
sendiri), berkorelasi dengan prinsip empowering children yang diinternalisasi
dalam banyak children picture book di luar negeri. Prinsip empowering children
atau memberdayakan anak secara mandiri penulis dapatkan ketika mengenyam
kuliah bersama wakil direktur pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, yaitu
Dr. Dra. Widyastuti Purbani, M.A. dan ketika mengikuti guest lecture bersama
dengan Prof. Kordula Schulze (University of Münster). Terakhir, penulis
menyadari bahwa pemikiran filosofis dari Ki Hadjar Dewantara terkiat dengan
pendidikan menjadi pemikiran esensial yang harus dijiwai oleh pendidik di seluruh
Indonesia karena memiliki relevansi jangka panjang dalam dimensi waktu.

REFERENSI
Crain, William. (2014). Theories of Development, Concepts and Applications 3rd
Edition (Terjemahan). Penerbit Pustaka Pelajar.
Dewantara, Ki Hadjar. (1977). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama:
Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Hakim, R., Ritonga, M., & Susanti, W. (2020). Implementation of Contextual
teaching and learning in Islamic Education at Madrasah Diniyah. Jour of Adv
Research in Dynamical & Control Systems, 12, 3326-3332.
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development Thirteenth Edition. Mc Graw Hill.
Syahril, Iwan. (2021). Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. KS PS dan
Tendik Kemendikbudristek. Diakses pada 25 Desember 2022 di
https://www.youtube.com/watch?v=qgsbRba78GE&t=606s

Anda mungkin juga menyukai