Kelompok 5 Pengelolaan Pendidikan Inklusi Disekolah Dasar
Kelompok 5 Pengelolaan Pendidikan Inklusi Disekolah Dasar
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 5
1. INTAN FAJARRITA UTAMI 2019143146
2. FERAWATI 2019143122
3. MARETA ELVIANA PUTRI 2019143140
4. M TATANG BUDIMAN 2019143149
KELAS :6D
DOSEN PENGAMPU : NURLAELA M.Pd
Puji dan syukur kami ucapkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih dan rahmat-Nya yang telah memberikan kekuatab kepada kami sehingga kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Pengelolaan Pendidikan Inklusi Disekolah”.
Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnnya secara khusus
kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Nurlela, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
“Pendidikan Inklusi”.
Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwasanya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga kami dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini serta dapat membantu dalam penyusunan tugas-tugas atau makalah-makalah
berikutnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada siapapun yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis
Landasan Teori
Prinsip Khusus :
(1) Gangguan penglihatan: belajar bagi anak dengan gangguan penglihatan,
terutama melalui pendengaran dan perabaan, gunakan benda-benda konkrit
dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku bicara (kaset rekaman) sangat
membantu dalam pengayaan materi pelajaran.
(2) Gangguan pendengaran/komunikasi: dalam komunikasi dengan anak yang
mengalami gangguan pendengaran hendaknya dilakukan dengan keterarah
wajahan, membaca bibir atau melihat gerak bibir dalam memberikan
penjelasan hendakanya berhadapan dalam posisi sejajar.
(3) Keberbakatan: anak cerdas atau anak berbakat materi pembelajaran harus
diberikan lebih cepat maka harus dilakukan pencepatan, selain pencepatan
juga dilakukan pengayaan.
(4) Mental intelektual: kasih sayang adalah prinsip utama yang harus diberikan
kepada anak dengan gangguan mental intelektual karena adanya gangguan
yang disebabkan oleh faktor neorolugis, maka harus diberikan layanan
habilitasi.
(5) Gangguan fisik-motorik: yang perlu diperhatikan dalam memberikan
layanan kepada anak-anak dengan gangguan fisik motorik adalah pelayanan
medis, pendidikan, sosial secara terpadu dan berkesinambungan dalam
institusi habilitasi atau rehabilitasi.
(6) Gangguan penyesuaian sosial: yang diperlukan bagi mereka adalah aktifitas,
atau kegiatan terutama dalam mengisi waktu luangnya. Kegiatan yang
sesuai dengan norma-norma budaya.
Masyarakat setempat. Berikan kebebasan namun yang terarah dan terprogram. Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah menegakkan disiplin dan kepatuhan, sehingga
dapat mengembalikan mereka dalam kehidupan dimasyarakat.
1. Manajemen Kesiswaan
Penerimaan siswa baru pada sekolah inklusi hendaknya mem beri
kesempatan dan peluang kepada anak luar biasa untuk dapat diterima dan
mengikuti pendidikan di sekolah inklusi terdekat. Untuk tahap awal, agar
memudahkan pengelolaan kelas, seyogianya gianya setiap kelas inklusi
dibatasi tidak lebih dari dua jenis anak luar biasa, dan jumlah keduanya tidak
lebih dari 5 (lima) anak.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
kesiswaan agar kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar,
tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen
kesiswaan meliputi antara lain:
(1) penerimaansiswa baru;
(2) program bimbingan dan penyuluhan
(3) pengelompokan belajar siswa;
(4) kehadiran siswa;
(5) mutasi siswa;
(6) papan statistik siswa;
(7) buku induk siswa.
2. Manajemen Kurikulum
Kurikulum mencakup kurikulum nasional dan kurikulum mu atan lokal.
Kurikulum nasional merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Adapun kurikulum muatan lokal merupakan
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang
disusun oleh Dinas Pendidikan provinsi dan/atau kabupaten/kota.
Kurikulum yang digunakan di kelas inklusi adalah kurikulum anak
(reguler) yang disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan awal dan
karakteristik siswa. Modifikasi dapat dila kukan dengan cara cara:
1) modifikasi alokasi waktu,
2) modi fikasi isi/materi,
3) modifikasi proses belajar-mengajar,
4) modifikasi sarana-prasarana,
5) modifikasi lingkungan belajar,
6) modifikasi pengelolaan kelas.
Manajemen Kurikulum (program pengajaran) sekolah inklusi antara lain
meliputi:
1) modifikasi kurikulum nasional sesuai de ngan Kemampuan awal awal dan
karakteristik siswa (anak luar biasa);
2) menjabarkan kalender pendidikan;
3) menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar;
4) mengatur pelaksa naan penyusunan program pengajaran persemester dan
persiapan pelajaran;
5) mengatur pelaksanaan penyusunan program kuriku ler dan ekstrakurikuler,
6) mengatur pelaksanaan penilaian;
7) mengatur pelaksanaan kenaikan kelas;
8) membuat laporan ke majuan belajar,
9) mengatur usaha perbaikan dan pengayaan pengajaran.
5. Manajemen Keuangan/Dana
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan belajar mengajar ber sama komponen
komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya.
Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu dialokasikan
dana khusus, yang antara lain untuk keperluan
(1) kegiatan identifikasi input siswa,
(2) modifikasi kurikulum,
(3) insentif bagi tenaga kepen didikan yang terlibat,
(4) pengadaan sarana prasarana,
(5) pem berdayaan peran serta masyarakat,
(6) pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
Pada tahap perintisan sekolah inklusi, diperlukan dana ban tuan sebagai
stimulasi, baik dari pemerintah pusat maupun pe merintah daerah. Namun untuk
penyelenggaraan program selan jutnya, diusahakan agar sekolah bersama-sama
orangtua siswa dan masyarakat (Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah), serta
pemerintah daerah dapat menanggulanginya dalam pelaksanaannya,
manajemen keuangan menganut asas Demisahan tugas antara fungsi:
(1) otorisator,
(2) ordonator;
(3) bendaharawan.
Otorisator adalah pejabat yang diberi wewe nang untuk program sekolah,
baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang melaksanakan, maupun
yang akan dilaksanakan se hingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas
tentang sekolah yang bersangkutan
Menurut McLeskey, dkk. (2000), Waldron dan McLeskey (2010). kelas inklusif
yang sukses merupakan kelas yang selalu dinamis dan mengalami perubahan positif, serta
memastikan bahwa setiap anak dapat menerima anak lain dalam kebutuhan khusus,
belajar bersama, serta berperan aktif dalam pembelajaran dan komunitas sosial Tujuan
kelas inklusif sangat jelas bahwa kelas inklusif memberikan aspek pendidikan yang sesuai
bagi semua siswa, meliputi isi kurikulum, tujuan, dan sasaran yang sangat relevan dengan
tingkat kelas tertentu. Semua siswa dipastikan mendapat akses yang fleksibel terhadap
pembelajaran yang berkualitas, terlepas dari hambatan atau kecacatan siswa yang
dimiliki, tingkat akademik, perilaku, gaya belajar, kelemahan, dan kekuatan yang dimiliki
siswa (D'Amico dan Gallaway, 2010)
Perancangan kelas inklusif yang efektif membutuhkan struktur kelas yang dapat
diwujudkan dalam bentuk yang dapat mengakomodir keberagaman semua anak. Hal ini
menunjukkan efektivitas sekolah inklusif yang ditunjukkan oleh perbedaan perilaku dan
keragaman dalam belajar agar dapat mencapai prestasi akademik dan pengembangan
sosial semua siswa tanpa terkecuali (Kugelmass, 2004). Untuk itu, diperlukan sumber
daya manusia yang dapat menciptakan kelas yang dapat mengakomodir semua kebutuhan
siswa. Menurut Sapon-Shevin (2007), kelas inklusif merupakan tempat yang sangat baik
bagi siswa untuk mempraktikkan-memberi dan menerima sebagai bentuk saling
menghargai dan menghormati orang lain.
Harista, N. J., Pendidikan, J., Biasa, L., & Julistia, N. (2016). Diajukan kepada
Universitas Negeri Surabaya KASAR ANAK AUTIS. 1–10.
Yunita Evi Isna, Sri Suneki, Husni Wakhyudin, (2019) Manajemen Pendidikan Inklusi
dalam Proses Pembelajaran dan Penanganan Guru Terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus, International Journal of Elementary Education, 3(3), 19407-28481-1-
SM.pdf
Kerta Adhi Made, Ni Putu Senitawati, Buku Panduan Pendidikan Inklusif, Denpasar,
P.T. Percetakan Bali.