Oleh:
Pembimbing:
DAFTAR ISI.................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
BAB III LAPORAN KASUS……………………………………………….. 32
BAB IV PEMBAHASAN.………………………………………………….. 50
BAB V PENUTUP………………………………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 54
2
BAB I
PENDAHULUAN
hepatoseluler merupakan salah satu keganasan hati primer yang berasal dari sel
parenkim hati. HCC disebabkan oleh fibrosis hati kronis akibat infeksi virus (virus
alkohol berlebihan). Kehadiran HCC sering tidak teridentifikasi kecuali tanda dan
gejala muncul karena ukuran tumor atau stadium lanjut penyakit. Pedoman
Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) saat ini telah digunakan untuk
sirosis dengan nyeri yang berasal dari perut kanan atas yang dapat menyebar ke
peringkat keempat kematian akibat kanker. Sekitar 80% dari kasus HCC didunia
Sulitnya mengenali gejala pada stadium awal dan pesatnya perkembangan tumor,
HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali pada wilayah yang
endemik infeksi HBV. Selain jumlah kasus yang tinggi, kesintasan pasien HCC di
Asia Tenggara masih sangat rendah karena pasien baru datang berobat ketika
3
Indonesia saat ini masih sangat terbatas. Umumnya di wilayah dengan angka yang
tinggi, umur pasien HCC 10-20 tahun lebih muda daripada umur pasien HCC di
wilayah dengan angka kejadian rendah. Pada stadium lanjut, kesintasan pasien
HCC sangat redah dan pemberian terapi tidak lagi memberikan manfaat berupa
perbaikan.3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hepar
tubuh total atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa. Hati menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolism
tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas hati sejajar dengan ruang
intercostalis V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga
VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
mulai dari system porta yang mengandung arteri hepatika, vena porta, dan duktus
koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung
empedu.
1,2
5
Pasokan darah ke hati sangat kaya, 20-25% dari cairan darah ke hati
berasal dari arteri hepatika, 75-80% dari vena porta. Pada hati normal, ratio
oksigen arteri hepatik dan vena porta adalah 50% : 50%, bila terjadi sirosis
berubah menjadi 75%:25%. Pasokan darah hepar sebagian besar dari arteri
hepatik, hanya darah untuk bagian tepi berasal dari vena porta.1
Ket:
1. Ligamentum coronarium
2. Lobus hepatis dextra
3. Vesica biliaris
4. Diafragma
5. Lobus hepatis sinistra
6. Ligamentum falciforme
Ket:
6
Ket:
B. Fisiologi Hepar 1. Vena hepatika sinistra
Pembentukan dan ekskresi 2. Vena cava inferior
3. Pulmo dexter lobus inferior
empedu (metabolisme garam empedu
4. Diafragma
dan pigmen empedu). Garam empedu 5. Vena hepatika dextra
6. Vena hepatika intermedia
penting untuk pencernaan dan absorbs
7. Dinding abdomen
lemak serta vitamin larut lemak dalam
pemecahan eritrosit yang sudah tua, proses konjugasi berlangsung dalam hati dan
hati berperan penting dalam mengatur kadar glukosa darah normal menyediakan
energy untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen.
Protein serum yang disentesis oleh hati adalah albumin serta globulin alfa dan
beta (gamma globulin tidak). Faktor pembekuan darah yang disentesis oleh hati
adalah fibrinogen (1), protrombin (II), dan factor V, VII, IX, dan X, sedangkan
vitamin k merupakan kofaktor yang penting dalam sintesis semua factor ini
mata dalam hati dari amoniak (NH3) yang kemudian diekskresi dalam feses , NH 3
dibentuk dari deaminasi asam amino dan kerja bakteri usus terhadap asam amino.
7
menjadi asam lemak dan gliserol, hati memgang peranan utama dalam sintesis
kolesterol, sebagian besar diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol dan asam
dalam hati juga vitamin B12 tembaga dan besi. Metabolism steroid. Hati
yang kemidian diekskresi oelh ginjal. Gudang darah dan filtrasi. Sinusoid hati
merupakan depot darah yang mengalir kermbali dari vena cava (gagal jantung
kanan ), kerja fagositik sel kuffer membuangn bakteri dan debris dari darah.2
C. Definisi
dari hati berkembang menjadi massa maligna yang dipicu oleh adanya proses
fibrotik maupun proses kronik dari hati. Tumor ganas hati primer yang berasal
dari sel epitel bilier, sedangkan angiokarsinoma dan leiomiosarkoma berasal dari
sel mesenkim. Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85%
D. Epidemiologi
keenam secara global dan peringkat keempat kematian akibat kanker. HCC
8
berkontribusi pada sekitar 75 hingga 85% kasus kanker hati. Sekitar 80% kasus
HCC di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur, Asia Tenggara
dan Afrika Tengah, yang diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tinggi
direkomendasikan untuk semua bayi baru lahir dan kelompok berisiko tinggi.
Data di negara Taiwan, prevalensi anti-HCV jauh lebih tinggi pada kasus HCC
sebanyak 67% kasus HCC yang berobat di RSCM pada tahun 2013-2014,
30% (3,5-5,2 juta jiwa) akan mengalami perkembangan penyakit menjadi sirosis
dan kanker hati. Kasus HCC pada laki-laki jauh lebih banyak (dua sampai empat
E. Etiologi
1. Virus Hepatitis
Infeksi kronik virus hepatitis b (HBV) dan virus hepatitis c (HCV) secara
virus hepatitis B terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik,
penjamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berintegrasi dengan gen hati. HCC
9
dengan HBV dapat timbul akibat kerusakan hati yang diikuti dengan proliferasi
dan belum tentu disebabkan oleh sirosis. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari
kondisi inaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkat
karsinogenitas hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung oleh
kompensasi proliferatif merespons nekroinflamasi sel hati, atau akibat dipicu oleh
ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV.
kronik dan sirosis hati. Dalam meta analisis penelitian, disimpulkan bahwa risiko
terjadinya HCC pada pengidap infeksi HCV adalah 17 kali lipat dibandingkan
2. Sirosis Hati
melatarbelakangi lebih dari 8% kasus. Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis
adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan
dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai
dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah. Sindrom ini mempunyai risiko
F. Faktor Risiko
serta peran onkogen dan gen terkait. Faktor risiko yang memicu HCC, yaitu:
10
1. Aflatoksin
utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA
AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.2,3
2. Obesitas
3. Diabetes Mellitus
kadar insulin dan insulin-like growth hormone faktors (IGFs) yang merupakan
4. Alkohol
11
Bahan atau kondisi lain yang merupakan faktor risiko namun lebih jarang
ditemukan, antara lain kontrasepsi oral, penyakti hati autoimun seperti hepatitis
G. Patogenesis
12
Mekanisme karsinogenesis hepatoma belum sepenuhnya diketahui, apapun
peningkatan perputaran (turnover) sel hati yang diinduksi oleh cedera (injury) dan
regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini
oksigen sellular atau inaktivasi gen suppressor tumor, yang mungkin bersama
alfa1, mungkin menjalankan peranannya terutama melalui jalur ini (cedera kronik,
regenerasi, dan sirosis). Aflatoksin dapat menginduksi mutasi pada gen suppressor
tumor p53 dan ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan juga berperan pada
secara pasti. Di samping efek langsung virus terhadap genom, HCC juga dapat
meningkat sebagai hasil yang tidak langsung dari siklus infeksi menjadi nekrosis
dan regenerasi. Resiko yang berhubungan dengan HHC adalah serologi pasien
yang (+) terhadap antigen permukaan Hepatitis B Virus (HBV) yakni HbsAg,
pasien tersebut memiliki resiko untuk terkena HCC 98 kali lebih kuat daripada
pasien yang negatif uji serologisnya. Selain itu, untuk yang (+) antigen e
(HbeAg) mengindikasikan replikasi aktif dan beresiko 36 kali lebih kuat daripada
yang negatif. HBV memiliki genom DNA rantai ganda 3,2 kb yang tertutup oleh
protein (HbsAg). Genom dikemas dengan protein inti (HbcAg) dan DNA
13
polimerase. Setelah penetrasi virus ke dalam sel, genomnya menjadi tertutup
sehingga keseluruhan genom rantai ganda dapat berintegrasi dengan genom host.
2,7
Protein pembungkus dari gen S, pre S, proses pre-S2 ; HbeAg dan HbcAg
dari gen C dan sekuens gen pre C, DNA polimerase dari gen P dan protein x dari
Beberapa gen HBV ditemukan dalam jaringan yang terinfeksi, sepert gen pre-
S2/S hepatitis Bx (HBx) dan HB spliced protein (HBSP), protein berekspresi dari
termasuk efek dalam pertumbuhan sel dan apoptosis. 154 asam amino yang
diproduksi virus telah menunjukkan peranan penting untuk infeksi HBV in vivo.
Hal ini dapat menjadi kandidat primer yang memediasi efek patologi HBV. HBx
gen p55 dan dapat menurunkan regulasi p21 dan sui 1 yang dapat menghambat
pertumbuhan HCC. Selain itu, HBx juga dapat berpengaruh melalui efeknya
dalam homeostasis Ca+ dan aktivasi Ca dependen kinase dalam NF-kB. Faktor
transkripsi untuk mengontrol respon imun yang juga berhubungan dengan HCV
dan M) yang secara tidak langsung dapat memediasi terjadinya HCC melalui
14
H. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
umur antara 50 dan 60 tahun dengan predominasi pada laki-laki. Rasio antara
lakilaki dan perempan berkisar antara 6:1. Manifestasi klinisnya sangat bervarias
dari asimptomatik sampai yang bergejala dan tandanya sangat jelas dan disertai
dengan gagal hati. Gejala yang paling sering dikeluarkan adalah nyeri atau
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas abdomen. Pasien sirosis hati yang
makin memburuk kondisinya, disertai dengan keluhan nyeri di kuadran kanan atas
atau teraba pembengkakakn local hepar patut dicurigai menderita HCC. Demikian
pula bila tidak erjadi perbaikan pada asites atau prekoma setelah diberi terapi yang
adekuat atau pasien penyakit hati kronik dengan Hbs Ag atau anti-HCV positif
yang mengalam perburukan kondisi secara mendadak. Juga harus diwaspadai bila
ada keluhan rasa penuh di abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat badan
diare. Sesak nafas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang menekan
diafragma atau karena sudah ada metastasis di paru. Sebagiam besar pasien HCC
sudah menderita sirosis hati, baik yang masih stadium kompensasi, maupun yang
15
2. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisis tersering pada HCC adalah hepatomegali, dengan atau tanpa
bruit hepatic, splenomegali, asites, ikterus, demam atau atrofi otot. Sebagian dari
pasien yang dirujuk di rumah sakit karena perdarahan esophagus atau peritonitis
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
b) Pemeriksaan Radiologi
USG Abdomen
menjalani pemeriksaan setiap 3 bulan. Untuk tumor kecil pada pasien dengan
risiko tinggi, USG lebih sensitif daripada AFP serum berulang. Sensitifitas USG
16
Gambar 3. Contoh USG HCC8
membesar, permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intra hepatik dengan
struktur eko yang berbeda dengan parenkim hati normal. Biasanya menunjukkan
struktur eko yang lebih tinggi disertai nekrosis sentral berupa gambaran hipoekoik
sampai anekoik akibat adanya nekrosis, tepinya irregular. Yang sangat sulit adalah
menentukan hepatoma pada stadium awal di mana gambaran struktur eko yang
masih isoekoik dengan parenkim hati normal. Modalitas imaging lain seperti CT-
scan, MRI, dan angiografi kadang diperlukan untuk mendeteksi hepatoma, namun
karena kelebihannya, USG masih tetap merupakan alat diagnostic yang paling
CT Scan
menunjukkan lokasi tepat, jumlah dan ukuran tumor dalam hati, hubungannya
17
Gambar 4. CT scan HCC8
MRI
berisi iodium, dapat secara jelas menunjukkan struktur pembuluh darah dan
saluran empedu dalam hati, juga cukup baik memperlihatkan struktur internal
jaringan hati dan hepatoma, sangat membantu dalam menilai efektivtas aneka
terapi. Dengan zat kontras spesifik hepatosit dapat menemukan hepatoma kecil
18
Angiography Arteri Hepatica
satu metode penting dalam diagnosis HCC. Namun karena metode ini tergolong
invasive, penampilan untuk hati kiri dan hepatoma tipe avaskular agak kurang
Penanda Tumor
sel hati fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal.
Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/mL. Kadar AFP meningkat pada 60-
70% pada pasien HCC, dan kadar lebih dari 400 ng/mL adalah diagnostic atau
Biopsi Hati
Pemeriksaan sitologi cairan asites adalah selalu negatif untuk tumor. Laparoskopi
I. Penatalaksanaan
nodularitas, resektabilitas HCC sangat rendah. Disamping itu kanker ini juga
19
sering kambuh meskipun sudah menjalani reseksi bedah kuratif. Pilihan terapi
ditetapkan berdasarkan atas tidaknya sirosis, ukuran, dan jumlah tumor, serta
derajat pemburukan hepatik. Untuk menilai status klinis, sistem skor Child-Pugh
1. Tindakan Operasi
Hepaktetomi
Teknik jenis lain hepatektomi survival 5 tahun pasca operasi sekitar 30-
40%, pada mikrokarsinoma hati (< 5 cm) dapat mencapai 50-60%. Hepatektomi 2
fase meliputi pasien hepatoma setelah dilakukan eksplorasi bedah ternyata tumor
tak dapat direseksi. sesudah diberikan terapi gabungan. tumor mengecil, dilakukan
sebelum insisi hati dilakukan diseksi, me-mutus aliran darah ke lobus hati
beraruran tidak perlu mengikuti secara ketat distribusi anatomis pembuluh dalam
hati, tapi hanya perlu ber-jarak 2-3cm dari tepi tumor, mereseksi jaringan hati dan
percabangan pembuluh darah dan saluran empedu yang menuju lesi, lingkup
reseksi hanya mencakup tumor dan jaringan hati sekitarnya. Pada kasus dengan
sirosis hati, obstruksi porta hati setiap kali tidak boleh lebih dari 10-15 menit, bila
20
Transplantasi Hati
tahunnya mencapai 92%. Tumor yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang
kambuh diabndingkan dengan tumor yang diameternya lebih dari 5 cm. 1,9,10
Injeksi tumor perkutan (PEI) merupakan teknik yang terpilih untuk tumor
yang kecil karenaefikasinya rendak serta relative murah. Dasar kerjanya adalah
menimbulkan dehidrasi, nekrosis, oklusi vascular dan fibrosis. Untuk tumor kecil
mencapai 50%. PEI bermanfaat untuk pasien dengan tumor kecil namun
Stage)
Sebagian besar HCC didiagnosis pada stadium menengah lanjut yang tidak
ada terapi standarnya. Berdasarkan meta analisis, pada stadium ini hanya
namun penelitian ini tidak dilakukan secara double blind sehingga terapi
21
tamoxifen tidak dapat menjadi terapi yang efektif. Dilaporkan juha bahwa terapi
menghasilkan banyak racun dari obat yang tinggi. Terapi advanced HCC sperti
kemoterapi arterial atau sistemik masih memerlukan penelitan lebih lanjut untuk
2. Terapi lokal
Terapi lokal terdiri atas dua jenis terapi, yaitu terapi ablatif lokal dan
injeksi obat intratumor.
Ini adalah metode ablasi lokal yang paling sering dipakai dan efektif
denaturasi, jadi secara selektif mem-bunuh jaringan tumor. Satu kali RFA meng-
hasilkan nekrosis seukuran bola berdiameter 3-5 cm, sehingga dapat membasmi
pengaruh dari luas penyebaran alkohol absolut dalam tumor hati dan dosis
22
toleransi tubuh manusia, maka sulit mencapai efek terapi ideal terhadap hepatoma
besar, penggunaannya umumnya untuk hepatoma kecil yang tak sesuai direseksi
kecil tapi suntikan hams berulang kali di banyak titik barulah dapat membuat
terapi yang sering digunakan untuk HCC stadium sedang dan lanjut yang tidak
sesuai dioperasi reseksi. Sesuai digunakan untuk tumor sangat besar yang tak
dapat direseksi; tumor dapat direseksi tapi diperkirakan tak tahan operasi;
hepatoma rekuren yang tak dapat direseksi; pasca reseksi hepatoma, suspek
terdapat residif, dll. Sedangkan bila volume tumor lebih dari 70% parenkim hati,
fungsi hati terganggu berat, kondisi umum buruk, diperkirakan tak tahan terapi,
44-66,9%, lama ketahanan hidup rata-rata 8-10 bulan. Tapi terapi itu bersifat
paliatif, terapi intervensi berulang kali pun sulit secara total membasmi semua sel
kanker, efek terapi jangka panjang belum memuaskan, selain juga mencederai
rungsi hati. Oleh karena itu setelah dengan terapi intervensi HCC mengecil hingga
untuk mencapai terapi kuratif. Pasca reseksi hepatoma 3-4 minggu, bila ditunjang
23
dengan kemoembolisasi arteri hepatik dapat membasmi lesi yang mungkin residif
J. Staging HCC
ekstensi tumor, derajat gangguan fungsi hati, keadaan umum pasien serta
keefektifan terapi. Sistem yang banyak digunakan untuk menilai status fungsional
hati dan prediksi prognosis pasien sirosis adalah sistem klasifikasi Child-ltorcotte-
Pugh, tetapi sistem ini tidak ditujukan untuk penilaian staging HCC. Beberapa
24
Tabel 4. Okuda Staging 3
25
K. Prognosis
tumor. Tumor kecil (diameter < 3 cm) berhubungan dengan kelangsungan hidup
satu tahun 90.7%, 2 tahun 55% dan 3 tahun 12.8%. kecepatan pertumbuhan
bervariasi dari waktu kewaktu. Pasien tumor massif kurang mungkin dapat
lambat dan terutama yang berkapsul kecil, kelanngsungan hidup 2-3 tahun atau
dibandingkan usia tua. Ukuran tumor yang melebihi 50% ukuran hati dan albumin
Pasien dengan HCC dini dapat bertahan selama 5 tahun setelah dilakukan
tetap dapat terjadi walaupun telah dilakukan terapi kuratif. Kesintasan 1 dan 2
tahun adalh masing-masing 10-72% dan 8-50%. Demikian pula, HCC stadium
26
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Data Pribadi
Nama : Ny. H
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
27
No. RMK : 01-53-61-97
II. Anamnesis
September 2023.
1. Keluhan utama:
Perut membesar
Pasien datang dengan keluhan perut yang membesar sejak 8 bulan terakhir.
Membesar perlahan disertai nyeri terutama di area sekitar pusar. Awalnya pasien
sering mengeluhkan adanya nyeri perut kanan atas. Nyeri dirasakan hilang timbul,
terasa seperti diremas-remas, tidak menjalar. Nyeri bertambah berat jika bernafas
dalam, berjalan tegap. 2 bulan terakhir nyeri semakin sering. Nyeri berkurang jika
mengkonsumsi obat anti nyeri. Keluhan disertai dengan mual sehingga nafsu
makan menurun. Pasien muntah tetapi pasien tidak merasa kembung. Muntah
dengan frekuensi 2x sehari terutama bila selesai makan berupa air dan makanan.
Pasien mengalami penurunan berat badan 8 kg. BAK pasien berwarna seperti teh
tetapi tidak mengeluhkan BAB hitam dan BAB seperti kotoran kambing. Pasien
tidak merasakan adanya demam, nyeri kepala, sesak napas, nyeri dada, batuk,
maupun pilek. Karena keluhan tersebut, pasien menjalani prosedur CT scan dan
28
- Rutin melakukan fungsi asites.
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa, riwayat keganasan pada
GCS : E4 V5 M6
2. Tanda Vital :
B. Status Generalis
29
(-/-), hematoma periorbital (-/-), refleks cahaya (+/+), isokor
Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
2. Thoraks
Paru
Jantung
jantung kanan ICS III-IV linea parasternalis dextra, pinggang jantung ICS
2. Abdomen :
Inspeksi : Distensi (+), asites (-),venektasi (-), scar post fungsi (+)
Auskultasi : Bruit (+), bising usus (+) 4-6x/m, metallic sound (-)
30
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (+)
Palpasi : Supel (+) Nyeri tekan epigastrium (-). Hepar teraba 3 jari
di bawah arcus costae tepi ireguler, permukaan licin. Teraba spleen pada
4. Punggung
- Rontgen Thorax AP
- CT-Scan Abdomen
IV.Pemeriksaan Penunjang
31
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
MCV.MCH.MCHC
MCV 96.6 75.0 – 96.0 Fl
MCH 33.7 28.0 – 32.0 Pg
MCHC 34.9 33.0 – 37.0 %
HATI DAN PANKREAS
Albumin 3.5 3.5 – 5.2 g/dl
Bilirubin Total 1.47 0.20 – 1.20 mg/dl
Bilirubin Direk 1.06 0.00 – 0.20 mg/dl
Bilirubin Indirek 0.41 0.20 – 0.80 mg/dl
SGOT 80 5 – 34 U/L
SGPT 50 0 - 55 U/L
GINJAL
Ureum 43 0 – 50 mg/dl
Kreatinin 1.2 0.57 – 1.11 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 132.8 136 – 145 Meq/L
Kalium 4.07 3.5 – 5.1 Meq/L
Chlorida 106.0 98 - 107 Meq/L
Kesimpulan: Anemia normositik normokromik, trombositopenia,
hiperbilirubinemia
32
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
HEMOSTASIS
Hasil PT 14.0 9.9 – 13.5 Detik
INR 1.32 -
Control Normal PT 10.8 -
Hasil APTT 29.7 22.2 – 37.0 Detik
Control Normal APTT 26.1 -
KIMIA DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 222 <200.00 mg/dl
HATI DAN PANKREAS
Albumin 2.1 3.5 – 5.2 g/dl
Bilirubin Total 1.47 0.20 – 1.20 mg/dl
Bilirubin Direk 1.06 0.00 – 0.20 mg/dl
Bilirubin Indirek 0.41 0.20 – 0.80 mg/dl
SGOT 80 5 – 34 U/L
SGPT 50 0 - 55 U/L
GINJAL
Ureum 58 0 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.84 0.57 – 1.11 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 134 136 – 145 Meq/L
Kalium 5.1 3.5 – 5.1 Meq/L
Chlorida 107 98 - 107 Meq/L
Kesimpulan: Anemia normositik normokrom, trombositopenia, neutrofilia,
hyperbilirubinemia
33
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
O2 Saturasi 96 75.0 – 99.0 %
Base Excess -6.0 -2.0 – 3.0 mEq/L
%FIO2 33 %
34
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Kreatinin 1.49 0.57 – 1.11 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 134 136 – 145 Meq/L
Kalium 5.2 3.5 – 5.1 Meq/L
Chlorida 107 98 - 107 Meq/L
Kesimpulan: Anemia normositik normokromik, trombositopenia,
limfositopenia, neutrofilia, hiponatremi, hiperkalemi
Pulmo : Tampak infiltrat pada lapang paru kanan pelebaran hilus dextra,
Kesimpulan :
35
- Jantung tampak membesar (LVH )
- Broncopneumonia
- Hepatomegali
CT-Scan (17/08/2023)
36
Gambar 8. Hasil CT-Scan Abdomen
Hasil:
HU), batas Sebagian tidak tegas, tepi ireguler dengan ukuran +/- 7,93 x 10 cm
di segmen 5-6 lobus kanan hepar, yang pada pemberian kontras tampak
(99 HU) dan tampak washed out pada fase vena (88 HU) dan delayed.
Tampak nodul multiple dengan ukuran +/- 4,05 cm di segmen 7 lobus kanan
dan 2,9 cm di lobus kiri hepar Tidak tampak thrombus pada V.porta.
37
- Ren kanan ukuran normal, densitas normal, tak tampak ektasis pelviocalyceal
system, tak tampak massa/batu/kista Ren kini ukuran normal, densitas normal,
kalsifikasi/massa
38
- Hepar: ukuran membesar +/- 15,74 cm, sudut tajam, tepi rata, intensitas echo
tampak normal, tak tampak massa/nodul/kista, portal velocity +/- 32,38 cm/s
- Lien ukuran membesar +/- 18,43 cm, intensitas echo parenchyma tampak
tampak nodul/kista/massa
- Ginjal kanan ukuran normal, intensitas echo cortex tampak normal, batas sinus
cortex tampak jelas, tak tampak ektasis system pelviocalyceal, tak tampak
normal, batas sinus cortex tampak jelas, tak tampak ektasis system
- Buli: terisi cukup, tak tampak batu, tak tampak penebalan dinding
39
4. Acites : Severe (Score 3)
A. Diagnosis Kerja
B. PENATALAKSANAAN
PO
Spironolakton 2x100mg
Propanolol 2x40mg
40
LAPORAN OPERASI
Informed consent
Supine general anestesi toilet medan operasi ditutup doek steril berlubang
Insisi midline supraumbilical perdalam lapis demi lapis sampai buka
peritoneum
Ditemukan cairan ascites serosanguine, multiple nodul hepar, hepar
permukaan kasar
Dilakukan biopsy => kirim PA
Kontrol perdarahan, pasang 2 buah drain
Jahit peritoneum dan fascia dengan benang multifilament absorbable no.1
Jahit cutis dengan benang monofilament nonabsorbable no. 30
Operasi selesai
41
V. FOLLOW UP
SOAP Keterangan
24/09/2023
SOAP Keterangan
25/09/2023
42
SOAP Keterangan
26/09/2023
SOAP Keterangan
27/09/2023
Assesment Post Laparatomi Eksplorasi Biopsi + Drainase + Ascites a/i Tumor Hepar
IVFD NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam
Planning Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Po Curcuma 3x1
Po Vip albumin 3x2 cap
Keluarkan cairan drain 1000ml/24jam
Drain T – Tube (+)
DC (+)
43
SOAP Keterangan
29/09/2023
Assesment Post Laparatomi Eksplorasi Biopsi + Drainase + Ascites a/i Tumor Hepar
IVFD NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam
Planning Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Po Curcuma 3x1
Po Vip albumin 3x2 cap
SOAP Keterangan
30/09/2023
Assesment Post Laparatomi Eksplorasi Biopsi + Drainase + Ascites a/i Tumor Hepar
IVFD NaCl 0,9% 1500 cc/24 jam
Planning Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ketorolac 3x30 mg
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Po Curcuma 3x1
Po Vip albumin 3x2 cap
FOTO KLINIS
44
s
45
BAB IV
PEMBAHASAN
RSUD Ulin pada tanggal 22 September 2023 dengan keluhan utama : perut yang
area sekitar pusar. Perjalanan klinis singkat pasien adalah sebagai berikut:
Awalnya pasien sering mengeluhkan adanya nyeri perut kanan atas. Nyeri
bertambah berat jika bernafas dalam, berjalan tegap. 2 bulan terakhir nyeri
Pasien mengatakan ada riwayat mata kuning, mual dan muntah. Muntah
dengan frekuensi 2x sehari terutama bila selesai makan berupa air dan
makanan
BAK pasien berwarna seperti the dan tidak ada BAK berdarah, BAB (+),
Dari anamnesis dapat dilihat bahwa keluhan perut yang semakin membesar
pada pasien ini dapat disebabkan oleh dua hal, yakni akibat pembesaran hepar
(hepatomegali) dan adanya asites. Hepar teraba 3 jari di bawah arcus costae tepi
Kemungkinan adanya asites, dapat dilihat dari pemeriksaan fisik berupa shifting
46
dullnes (+) dan pemeriksaan laboratorium berupa penurunan kadar albumin.
albumin) atau peningkatan tekanan hidrostatik (yang diatur oleh volume cairan
intravaskuler). Keluhan berupa mual, muntah dan rasa cepat kenyang pada
pasien ini dikarenakan fungsi hati terganggu dan tumor yang mendesak saluran
gastrointestinal dapat terjadi karena adanya tumor ganas di sel hepar yang
menyebabkan obstruksi vena porta dan distensi vena splanika, akibatnya vena
gastrika menjadi distensi timbul oedema gaster dan gejala dispepsia. Cepat Lelah
dan penurunan berat badan, dapat timbul karena nekrosis tumor, disertai
infeksi dan metabolit tumor, jika tanpa bukti infeksi disebut demam kanker,
umumnya tidak disertai menggigil. BAK seperti teh terjadi karena adanya proses
kerusakan sel hepar oleh hepatoma menyebabkan penurunan fungsi hepatosit yang
peningkatan bilirubin 1 yang menyebabkan warna kulit dan sclera menjadi ikterik
nampak bila kadar bilirubin < 2-3 mg/dl tetapi pada pasien tidak ditemukan.
membuncit, tidak simetris (kanan atas tampak lebih menonjol), tampak dilatasi
vena dapat diakibatkan karena adanya distensi pembuluh darah vena kolateral di
abdomen. Teraba pembesaran hepar, dimana lobus kanan teraba 3 jari dibawah
arcus costae dextra sedangkan lobus kiri teraba 1 jari dibawah processus
47
xyphoideus, dengan tepi tumpul, permukaan licin, konsistensi keras, nyeri tekan
konsistensi lunak, dan nyeri tekan (+), area traube redup disebabkan karena
adanya obstruksi vena porta menyebabkan vena splanika mengalami distensi yang
ditemukan. Shifting dullness (+) ditemukan akibat dari obstruksi di vena porta
disertai multiple satellite nodule di lobus kanan dan kiri hepar. Spleenomegali
disertai dilatasi dan tortous v.lienalis, kesan portal hipertension dan asites.
Pada pasien ini dilakukan biopsi hepar, operasi ini merupakan standar
hepatektomi parsial atau tidak. Biopsi hati perkutan dilakukan karena tumor ini
cenderung akan ke pembuluh darah, biopsi perkutan dan harus dilakukan dengan
hati-hati. Pemeriksaan sitologi cairan asites adalah selalu negatif untuk tumor.
48
49
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus Ny. H usia 48 tahun dengan diagnosis Post
pemeriksaan lab darah, foto thorax PA, CT-Scan abdomen. Tatalaksana yang
diberikan pada pasien ini adalah manajemen cairan dan nutrisi yang cukup,
transfuse almbumin, obat PPI, obat anti nyeri, obat diuretik, vitamin hati.
Penatalaksanaan pada pasien meliputi fase akut di IGD, dan perawatan diruangan
untuk memperbaiki kondisi faktor risiko pada pasien. Pasien telah dilakukan
laparatomi eksplorasi dan biopsi hepar. Saat ini keadaan pasien berangsur-angsur
50
DAFTAR PUSTAKA
5. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbook of
51