KH Romzi
KH Romzi
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tengah-tengah era informasi seperti sekarang ini, tampaknya masalah seks tidak
lagi harus menjadi misteri yang mesti dihindari dan dianggap tabu, tetap justru dihadapi,
dimengerti, dan dipahami. Karena kita akan menghadapi masyarakat yang berubah cepat,
yang mungkin belum pernah dialami oleh orang tua kita sebelunya. Norma-norma baru
muncul, mendesak dan mencekam. Setiap saat ia Hdir Mrngejutkan.
Globalisasi peradaban barat telah membawa efek sampingan yang biasa disebut
moral serba boleh. Perubahan nilai nilai social dan akhlak di dalam masyarakat tentang seks
tampaknya bukan saja bersifat evolsi, melainkan juga merupakan suatu revolusi yang
melanda seluruh dunia. Akibatnya, seperti yang kita saksikan sekarang ini, terjadilah
hubungan seks sual yang terlalu bebas. Padahal dalam Ialam hal-hal mengenai etika jima’
sebenarnya telah tergambar dalam al-Qur’an, juga telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Dalam hadis-hadis beliau.
Untuk membuka kembali lembaran-lembaran yang telah diajarkan Nabi SAW.
Tersebut, maka penulis berusaha memapakan tentang etika dalam hubungan seksual antara
suami istri yang merujuk pada kitab-kitab dan Hadis-hadis tentang etika jima’ yang akan
dibahas dalam makalah setelah diteliti dari segi sanad maupun matannya, hadis-hadis
tersebut maqbul. Oleh karena itu, hadis-hadis tersebut dapat diamalkan. Sehingga dari cara
tersebut didapatkan pesan moral universal dari hadis-hadis tentang etika jima', Selanjutnya
pesan moral yang diambil dari hadis-hadis tesebut dapat direalisasikan dalarn kehidupan
keluarga, karena sangat berpengaruhterhadap kehidupan suarni-istri, sebagai tangga menuju
keharmonisan keluarga yang Islami. Dalam hadis-hadis etika jima' antara lain dijelaskan
mengenai doa ketika .hendak bersenggama yang berdampak positif bagi pasangan suami
istri serta keturunannya. Dengan doa tersebut diharapkan terbentuk seorang anak yang saleh,
jauh dari godaan setan.
Pernikahan merupakan salah satu kenikmatan yang terpenting yang dikaruniakan
Allah kepada hamba-Nya. Dan tidak diragukanlagi bahwa bulan madu adalah bulan impian
1
pengembaraan, menumpuk cinta dan membuka yang misteri. Bulan madu yang merupakan
bulan yang dipenuhi bunga-bunga mawar yang indah mulai dari malam pertama hingga
kembalinya pasangan pengantin baru dari alam impiannya kepada alam realitinya.
Pada umumnya, baik laki-laki maupun perempuan ketika hendak memasuki alam
perkawinan suka mengkhayal atau membayangkan hal-hal yang indah. Tapi kebanyakan
mereka hanya terbatas pada khayalan belaka tanpa dibarengi dengan pengetahuan yang
benar dan mendalam tentang hakikat perkawinan. Biasanya begitu kedua pengantin baru
masuk kedalam kamar pada malam pertama mereka. Keduanya membayangkan bagaimana
cara berhubungan badan. Bagi suami boleh jadi yang terbayang hanyalah gambaran indah
yang menyenangkan. Tapi, bagi si istri belum tentu demikian halnya.
Seringkali wanita merasa ketakutan menghadapi malam pertamanya. Itu sebabnya
para ulama telah memberikan tuntunan yakni hendaknya suami terlebih dahulu mencumbu
rayu istrinya dan bersenda gurau dengannya, sehingga demikian akan hilanglah rasa takut
dan gambaran yang menakutkan. Dan dengan demikian , istri akan merasa bahawa dirinya
tidak dipaksa tetapi justru dibimbing, dicintai dan disayangi oleh suami.
Dalam hal ini juga berlaku penyelewengan seksual kepada pasangan suami istri
dikarenakan tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal yang terkait dengan cara
senggama yang benar dan telah digaris pandukan oleh para ulama melalui al-Quran dan
Hadis. Oleh yang demikian, makalah ini akan merincikan setiap etika dan cara yang benar
dalam senggama.
B . Rumusan Masalah
Agar lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang di kehendaki maka penulis
menganggap penting untuk terlebih dahulu memaparkan permasalahan-permasalahan dalam
analisa nanti yang di rumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
C. Tujuan Masalah
Tujuan penulis yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2
1. Untuk mengetahui tuntunan Rasulullah tentang etika jima’
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penulisan
bersifat umum untuk kemudian di analis. Hingga dihasilkan suatu kesimpulan baru yang
bersifat khusus.
khusus dari hasil riset, kemudian diakhiri degan kesimpulan yang bersifat umum.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas beberapa masalah yng mencakup latar
belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatas masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian,dan sistemasi penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Bagian ini merupakan inti pembahasan mengenai isi dan kajian teks,
perpaduan pendapat antara ulamak klasik dan juga modern serta bebrapa pendapat
3
yang bias dijadikan sebagai literatur. Serta analsis dari pendapat yang kuat serta
relevan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teks
1. Teks Hadist
َقال ر ُسْو ُل هّللا صلى ِهّللا ءلْيِه و سلم: َأِبي هَر يرة َر ِض هّللا َء ْنه قال
َأُيْع ِج ُز َأَح ُد ُك ْم أْن ُيَج اِمَع َأْهَلُه ِفي ُك ِّل َيْو ِم ُج ُم َعٍة َفِإَّن َلُه َأْج َر ْيِن اْثَنْيِن َغْس ُلُه َو أْج ُر َغْس ِل اْمَر َأِتِه
“Apabila salah seorang daripada kamu mampu kepada berjima’ di hari jum’at, maka
sesungguhnya dua pahala mandinya suami dan mandinya istri”
5
Ini menjadi bagian penting dari jimak. Senda gurau ini bisa dilakukan
dengan bemesraan dengan melakukan sesuatu yang diperbolehkan. Misalnya
dengan memegang-megang bagian tubuh suami atau istri.
Ini jangan sampai Anda lewatkan saat akan melakukan hubungan suami
istri. Karena setan biasanya akan mendahului persetubuhan terhadap sang istri
tanpa kita sadari bila sebelum bersetubuh tidak menyebut nama Allah,
sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits. Setidaknya bacalah basmallah
atau yang lebih baik adalah membaca do’a sebelum melakukan hubungan suami
istri yang diajarkan oleh Nabi SAW.
Bersyukur atas nikmat yang Allah berikan dan agar diberikan keturunan
yang baik setelah melakukan hubungan suami istri layak dilakukan.
Jika dirinci lebih detail, tentu 6 etika bersetubuh menurut Islam di atas
tidaklah lengkap, namun dirasa cukup jika dilihat secara garis besarnya. Semoga
dengan memperhatikan hal tersebut, kita dikaruniai anak dan keturunan yang baik
6
1.C Keduduka Hadits
Para ulama sepakat bahwa hadits Nabi adalah sumber hukum Islam yang
ke dua setelah Al-Qur’an, dan umat Islam wajib melaksanakan isinya.
periwayatan hadis secara makna, seperti: Ali bin Abi Talib, Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Mas’ud(wafat 32 H/652 M), Anas bin Malik (wafat 93
H/711 M), Abu Darda’ (wafat 32 H/652 M), Abu Hurairah (wafat 58 H/678 M)
dan Aisyah istri Rasulullah (wafat 58 H/678 M). Para sahabat Nabi yang
melarang periwayatan hadis secara makna, seperti: Umar bin Al-khattab,
Abdullah bin Umar bin al-Khattab dan Zaid bin Arqam
Hubungan badan antara suami istri adalah salah satu bentuk ibadah dalam
Islam. Suami dan istri harus bisa saling menikmati satu sama lain ketika
berhubungan badan.
Sangat penting untuk melakukan hubungan badan dengan istri secara rutin jika
tidak ada yang menghalangi (misalkan sakit).
Berdasarkan hadits diatas tidak ada larangan bagi pasangan yang sudah
menikah untuk memperlihatkan anggota tubuhnya masing-masing untuk saling
menyenangkan pasangannya satu sama lain.Dan jika pun seandainya dilarang
dalam Islam maka Nabi Muhammad SAW pasti telah melarangnya karena
perbuatan tidak berbusana antar suami-isteri merupakan hal yang sangat penting
yang perlu diketahui oleh tiap pasangan. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang
hukumnya samin, keju dan keledai hutan, maka jawab beliau: Apa yang disebut
halal ialah: sesuatu yang Allah halalkan dalam kitabNya; dan yang disebut haram
ialah: sesuatu yang Allah haramkan dalam kitabNya; sedang apa yang Ia diamkan,
maka dia itu salah satu yang Allah maafkan buat kamu." (Riwayat Tarmizi dan
lbnu Majah)
Semua ulama Islam sepakat bahwa seks anal hukumnya adalah haram,
berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW: "Jangan kamu setubuhi istrimu di
duburnya." (Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidhi, An-Nasa'i dan Ibn Majah.)
Dari 'Ali bin Talaq, ia berkata: Rasulullah melarang anal seks dengan perempuan,
Allah tidak malu terhadap kebenaran. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi dikatakan
oleh al-Tirmidzi: "Hasan") Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma, Rasulullah
Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda (yang artinya): "Allah tidak memandang
seseorang laki-laki yang melakukan anal seks baik dengan laki-laki atau pun
perempuan." (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibnu Hibban; dikatakan oleh at-
Tirmidzi: "Hasan gharib", dishahihkan oleh Ibnu Hazm) Lebih jauh lagi
diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa seks anal itu
termasuk "liwath/sodomi yang kecil." (Riwayat Ahmad dan An-Nasa'i)
10
Pendapat para ulama lainnya Para ahli hukum Islam berpendapat bahwa
diperbolehkan bagi seorang suami merangsang istrinya secara oral pada daerah
intim istrinya atau juga sebaliknya seorang istri melakukan hal yang sama pada
daerah intim suaminya dan tidak ada yang salah dengan hal itu. Tetapi jika ketika
sedang mengoral dan lalu keluar cairan 'semen' maka hukumnya adalah makruh
jika sampai tertelan. Namun perlu diingat tidak ada hujjah atau bukti kuat untuk
mengharamkan hal tersebut.
Selain hadits yang telah di paparkan di atas, masih ada beberapa hadits
yang memepunyai makna yang sama atau senada yang berkaitan dengan etka
dalam berjima’
1. َالَّلُهَّم اْج َم ْع َبْيَنَنا َم ا َج َم ْعَت ِإَلى، َو اْر ُز ْقُهْم ِم ِّني، َالَّلُهَّم اْر ُز ْقِني ِم ْنُهْم، َو َباِر ْك َلُهْم ِفَّي، َالَّلُهَّم َباِر ْك ِلي ِفي َأْهِلْي
َو َفِّر ْق َبْيَنَنا ِإَذ ا َفَّر ْقَت ِإَلى َخْيٍر، َخْيٍر
“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka
dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan
berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami
(berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan”
2. Setubuhilah isterimu dari arah depan atau dari arah belakang, tetapi
hindarilah (jangan engkau menyetubuhinya) di dubur dan ketika sedang haidh
ِإَّن ِم ْن َأَش ِّر الَّناِس ِع ْنَد ِهللا َم ْنِز َلًة َيْو َم اْلِقَياَم ِة الَّرُجُل ُيْفِض ى ِإَلى اْمَر َأِتِه َو ُتْفِض ى ِإَلْيِه ُثَّم َيْنُش ُر ِس َّرَها
1. Ulama Klasik
Suami dan istri memiliki hak mendapatkan kepuasan seksual dari pasangannya.
Hak berhubungan seks dijamin oleh syariat. Tak ada pasangan yang boleh menolak tanpa
alasan yang valid.1 Dalam hal yang demikian ulama berbeda pendapat tentang hukum
berhubungan intim.
Dalam buku Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Ulama Hanafiah berpendapat bahawa
seorang istri boleh meminta kepada suaminya untuk berhubungn intim. Dikarenakan
kehalalan seorang suami bagi seorang istri merupakan hak baginya. Sebagaimana juga
sebaliknya, kehalalan seorang istri bagi seorang suami menjadi hak baginya. Apabila
sorang istri meminta untuk berhubungan intim maka suami wajib memenuhinya.
Manakala Ulama Malikiyah berpendapat bahwa berhubungan intim merupakan
kewajiban seorang suami atas istrinya jika tidak ada suatu halangan. Demikian juga
Ulama Hanabilah berpendapat, diwajibkan ke atas seorang suami untuk menggauli
istrinya di setiap empat bulan sekali jika tidak ada halangan. Jika suami menolak
berhubungan intim setelah sampai masa empat bulan tersebut atau enggan bermalam
semalam saja dari empat malam bagi wanita merdeka. Hingga mencaai empat bulan
tanpa ada halangan antara keduanya, maka mereka berdua dipisah atas permintaan
mereka.
1
Dr. Hassan Hathout, “Panduan Seks Islami”, diterbitkan oleh Zahra Publishing House, cetakan ke-9, Tahun 2009, hlmn 66
12
Dalam hal ini, Ulama Syafi’iyah mengatakan seorang suami tidak wajib
melakukan hubungan intim kecuali satu kali karena itu adalah haknya. Si suami boleh
meninggalkan haknya tersebut seperti halnya menempati rumah sewaan. Demikian juga
karena faktor pendorong untuk melakukan hubungan intim adalah syahwat dan kasih
saying maka tidak mungkin mewajibkan hal itu. Akan tetapi, sangat dianjurkan seorang
lelaki tidak mengekang syahwat dan kecintaannya sama sekali.
Kesimpulannya, jumhur ulama mewajibkan ke atas suami untuk melakukan
hubungan intim dan menjaga harga diri perempuan. Akan tetapi, Ulama Syafi’iyah tidak
mewajibkannya kecuali hanya sekali saja. Penadapat yang rajih adalah pendapat yang
pertama.2
2
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, “Fiqh Islam Wa Adillatuhu”, jilid 9, dicetak oleh Gema Insani. Cetakan ke-3, Tahun 2016, hlmn
103-104.
13
Pada saat menstruasi, sesungguhnya wanita tertekan secara mental dan
juga darah haid wanita dapat mempengaruhi “performa” pria. Selain itu,
dapat menginfeksi saluran kencing pada kaum pria. Pada saat haid, terjadi
peningkatan darah, detak jantung dan metabolism pada tubuh wanita. Wanita
tidak menyukai persenggamaan pada saat haid karena kondisi tubuhnya yang
sedang tidak stabil dan berbagai rasa sakit akibat haid yang dideritainnya.
3. Dilarang membayangkan kemolekan wanita lain.
Bagi suami, diharamkan menyetubuhi istrinya dengan membayangkan
kemolekan wanita lain. Karena menurut Syaikh ibnu Yamun demikian itu
termasuk bagian dari zina. Dikutip dari kitab al-Madkhol :
“hendaknya suami menghindari cobaan yang telah mewabah yaitu ketika
seorang lelaki melihat wanita lain, lalu menyetubuhi istrinya dengan
membayangkan wanita itu. Demikian ini termasuk bagian dari berzina.4
1. Hukum Azl
Azl yaitu mengeluarkan sperma di luar vagina. Termasuk interaksi yang
baik adalah tidak melakukan azl dari istri merdeka kecuali seizinnya. Para ulama
sepakat bahawa melakukan azl tanpa izinnya hukumnya makruh. Karena
hubungan intim merupakan sebab untuk mendapatkan anak. Sedangkan istri
punya hak untuk mendapatkan anak. Dengan dilakukan azl kesempatan
mendapatkan anak menjadi sirna.
Dalil yang diperbolehkan azl adalah perkataan Jabir, “dahulu di zaman
Rasulullah saw, kami melakukan azl dan ayat al-Quran pun turun (mengenai hal
itu).” Sedangkan dalam riwayat Imam Muslim, “Dulu di Zaman Rasulullah saw,
kami melakukan azl dan hal itu sampai ke beliau, namun beliau tidak
melarangnya.” Kalangan mutaakhirin dari ulama Hanafiah berkata, “Ada
3
Asy-Syeh Al-Imam Abu Muhammad “Qurratu al-‘Uyun” diterjemahkan oleh Achmad Sunarto, diterbitkan Al-Hidayah
Surabaya, Tahun 1994, hlmn 75.
4
Amru Abdul Mun’im Salim “Panduan Lengkap Nikah”, diterbitkan oleh Daar An-Naba’ , cetakan ke-3, Tahun 2008, hlmn 130.
14
beberapa sebab seseorang boleh melakukan azl tanpa izin dari istri, seperti ketika
dalam perjalanan jauh dalam area peperangan yang dikhawatirkan akan
keselamatan anaknya atau karena istri berakhlak buruk sehingga ia ingin
menceraikannya dan itu dilakukan karena takut terjadi kehamilan.5
2. Ulama’ Kontemporer
a. Imam An-Nawawi
suami istri wajib menjaga rahsia tentang hubungan intim mereka. Hara
bagi mereka menceritakannya kepada orang lain. Kecuali dalam hal yang
terpaksa harus diungkapkan sehubungan dengan adanya tuduhan bahwa ia orang
yang lemah dalam melakukan hubungan intim (impotent) misalnya. Maka ia
boleh menceritakannya untuk kepentingan perbaikannya. Termasuk dalam hal ini
menceritakannya kepada dokter dalam rangka diagnosis dan pengobatannya. 6
imam Nawawi juga membedakan waktu waktu dalam berjima’
adapun waktu waktu yang dianjurkan menurut sunnah dan waktu yang di
makruhkan ialah
1. Waktu yang di anjurkan
a. Pada malam pertama bulan Ramadahan
b. Pada akhir malam
c. Malam Senin
d. Malam Selasa
e. Malam Khamis
f. Hari Khamis, waktu zuhur setelah matahari tergelincir dari tengah langit.
g. Malam Jumaat
h. Malam Jumaat pada akhir waktu Isya (sekitar tengah malam)
i. Hari Jumaat setelah Asar.
5
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, “Fiqh Islam Wa Adillatuhu”, jilid 9, dicetak oleh Gema Insani. Cetakan ke-3, Tahun 2016, hlmn
104-105.
6
Syamsurizal Yazid, “Seni dan Etika Bercinta” , diterbitkan oleh Umm Press, cetakan ke-2, Tahun 2010, hlmn 187.
15
a. Malam Rabu
b. Pada saat terbit fajar sampai matahari terbit
c. Pada awal malam
d. Antara azan dan iqamat
e. Pada saat gerhana matahari atau gerhana bulan
f. Ketika terjadi angin hitam, angin merah, atau angin kuning
g. Saat terjadi gempa bumi
h. Pada malam idul fitri dan malam idul adha
i. Pada malam nisfu syaaban
j. Pada awal, pertengahan, dan akhir bulan.
k. Saat perjalanan.7
b. Imam Ahmad
Menggauli istrinya pada hari jum’at agar menjadikan dia lebih bisa menjaga
pandangan dan lebih menentram kan hatinya ( yakni saat berjalan ke masjid dan saat
beribadah) dn kemudian dia mandi junub karenanya Dan mereka (para ‘ulama)
berbeda pendapat tentang makna mandi junub (dalam hadits ini), maka sebagian
mengatakan bahwa itu maknanya adalah makna haqiqi, sehingga disukai untuk
menggauli istrinya (pada hari Jum’at) agar menjadikan dia lebih bisa menjaga
pandangan dan lebih menentramkan hati (yakni saat berjalan ke masjid dan saat
beribadah) dan kemudian dia mandi junub karenanya … dan sesungguhnya Ibnu
Qudamah menceritakan yang demikian ini dari Imam Ahmad dan juga ditetapkan
riwayat ini dari sekelompok tabi’in, dan berkata Imam al-Qurthubi, “sesungguhnya
dia adalah perkataan yang lebih tepat.”
7
Dr. Hassan Hathout, “Panduan Seks Islami”, diterbitkan oleh Zahra Publishing House, cetakan ke-9, Tahun 2009, hlmn 117-
120.
16
c. As Suyuthi
dalam Tanwirul Hawalik dan beliau menguatkan hadits tersebut berkata:
Apakah kalian lemas menyetubuhi istri kalian pada setiap hari Jum’at (artinya
bukan di malam hari, -pen)? Karena menyetubuhi saat itu mendapat dua pahala:
(1) pahala mandi Jum’at, (2) pahala menyebabkan istri mandi (karena
disetubuhi). Yaitu hadits yang dimaksud dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam
Syu’abul Iman dari hadits Abu Hurairah.
C. Analisis
Rasulullah bersabda:“Jangan lakukan! sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang
bertemu dengan setan perempuan di jalan lalu keduanya bersetubuh sementara orang-
orang melihatnya,” (HR Ahmad, hasan).
Memang benar ada anjuran Rasulullah untuk melakukan hubungan suami istri di
malam Jumat atau hari Jumat sebelum shalat Jumat, akan tetapi masih banyak sunah
Rasul di malam Jumat lainnya, sehingga rasanya tidak pantas jika sunah Rasul di malam
17
Jumat hanya diidentikkan dengan hubungan intim suami istri saja. "Barangsiapa (yang
menggauli istrinya) sehingga mewajibkan mandi pada hari Jum’at kemudian diapun
mandi, lalu bangun pagi dan berangkat (ke masjid) pagi-pagi, dia berjalan dan tidak
berkendara, kemudian duduk dekat imam dan mendengarkan khutbah dengan seksama
tanpa sendau gurau, niscaya ia mendapat pahala amal dari setiap langkahnya selama
setahun, balasan puasa dan shalat malam harinya.” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu
Majah dan Ahmad)
Adapun apakah dilakukan malam Jum’at atau pagi Jum’at, secara khusus belum
mendapatkan keterangan, hanya saja dalam hadits tersebut dikatakan yawm al jum’ah,
yang berarti hari Jum’at, dan perhitungan hari dalam Islam itu sejak matahari terbenam.
Sehingga baik “malam Jum’at” maupun “pagi Jum’at” itu masih terkategori “hari
Jum’at”.8
Ingat bahwa menikah adalah suatu ibadah, jadi bukan hanya kesenangan dan
kenikmatan biasa yang bisa didapatkan oleh pasangan tersebut. Allah akan
memberikan pahala bagi pasangan yang berhubunganan intim.Ada delapan waktu di
mana pasangan suami istri bisa melakukan hubungan intim yang akan menambah
pahala, dan namanya sunnah, kalau tidak dikerjakan maka tidak juga berdosa.
1. Malam Senin Alasan mengapa malam Senin menjadi waktu yang pas dan
disunnahkan bagi pasangan suami-istri untuk melakukan hubungan intim
karena jika akhirnya membuahkan seorang anak, anak tersebut dipercaya akan
hafal Alquran.
2. Malam Selasa Malam Selasa rupanya juga sunnah bagi pasangan sah untuk
melakukan hubungan intim setelah malam Senin. Ini dikarenakan pasangan
suami istri akan mendapatkan anak yang syahid atau syahadah.
8
Amru Abdul Mun’im Salim “Panduan Lengkap Nikah”, diterbitkan oleh Daar An-Naba’ , cetakan ke-3, Tahun 2008, hlmn 135-
136
18
3. Malam KamisWaktu-waktu yang disunnahkan untuk berhubungan intim salah
satunya adalah malam Kamis karena pasangan yang melakukannya akan
memperoleh anak yang penuh dengan kebijaksanaan.
4. Hari Kamis Berhubungan badan pun juga tidak lupa disunnahkan pada hari
Kamisnya, jadi tidak hanya bisa malam Kamisnya. Setelah matahari terbit,
pagi pun menjadi waktu yang tepat untuk berhubungan intim. Berhubungan
intim pada hari tersebut maka pasangan akan memperoleh anak yang akan
jauh dari setan.
6. Malam Jumat Setelah Isya Melakukan hubungan intim malam Jumat tepatnya
sesudah Isya juga sunnah. Pasangan pun nantinya akan memperoleh anak
yang bisa mirip sekali dengan orang tuanya.
7. Hari Jumat Ternyata tidak hanya malam Jumat saja yang sunnah, bahkan hari
Jumatnya pun ikut sunnah, terutama waktu setelah ashar karena pasangan
yang melakukan hubungan badan pada waktu tersebut akan memperoleh anak
yang bisa menjadi ilmuwan terkenal.
BAB III
PENUTUP
19
A. Kesimpulan
malam Jumat memang memiliki keutamaan bagi pasutri yang hendak melakukan
hubungan intim.Akan tetapi, tidak selayaknya hal ini dijadikan olok-olok, ejekan, bahkan
alasan untuk tidak melakukan hal baik lainnya seperti mengikuti kajian di masjid, dengan
dalih melakukan "sunah Rasul di malam Jumat".Lebih-lebih jika dijadikan status sosial
media, "Saya sudah melakukan sunah Rasul malam Jumat ini". Dengan maksud
memposthukan telah melakukan hubungan intim dengan istrinya.
Memang benar ada anjuran Rasulullah untuk melakukan hubungan suami istri di
malam Jumat atau hari Jumat sebelum shalat Jumat, akan tetapi masih banyak sunah
Rasul di malam Jumat lainnya, sehingga rasanya tidak pantas jika sunah Rasul di malam
Jumat hanya diidentikkan dengan hubungan intim suami istri saja. Adapun apakah
dilakukan malam Jum’at atau pagi Jum’at, secara khusus belum mendapatkan keterangan,
hanya saja dalam hadits tersebut dikatakan yawm al jum’ah, yang berarti hari Jum’at, dan
perhitungan hari dalam Islam itu sejak matahari terbenam. Ingat bahwa menikah adalah
suatu ibadah, jadi bukan hanya kesenangan dan kenikmatan biasa yang bisa didapatkan
oleh pasangan tersebut.
B. Saran
20
Penulisan ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan serta
kekurangan dari berbagai sisi, oleh karena itu diharapkan penulis selanjutnya tentang
Keutamaan waktu berjima’ dapat melengkapi dan memeperbaiki penulisan ini. Saran
penulis untuk penulisan selanjutnya adalah:
a. Perlu dikaji lebih lanjut tentang kitab-kitab klasik yang berhubungan dengan cacat
sebagai alas an perceraian.
b. penulis harus lebih hati-hati dalam menentukan suatu hukum demi
kemaslahatan umat mengingat hukum dapat berubah berdasarkan perubahan
tempat dan waktu.
c. Tidak hanya kitab-kitab klasik yang harus dijadikan rujukan, tetapi
kitab-kitab modern juga perlu diperhatikan demi tercapainya hasil maksimal
dalam penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Dr. Hassan Hathout, “Panduan Seks Islami”, diterbitkan oleh Zahra Publishing House, cetakan
ke-9, Tahun 2009.
2. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, “Fiqh Islam Wa Adillatuhu”, jilid 9, dicetak oleh Gema Insani.
Cetakan ke-3, Tahun 2016.
3. Abror “Fiqh Seks Nyleneh”, diterbitkan oleh Pustaka Bumi Cinta.
4. Syamsurizal Yazid, “Seni dan Etika Bercinta” , diterbitkan oleh Umm Press, cetakan ke-2,
Tahun 2010.
5. Amru Abdul Mun’im Salim “Panduan Lengkap Nikah”, diterbitkan oleh Daar An-Naba’ ,
cetakan ke-3, Tahun 2008.
6. Asy-Syeh Al-Imam Abu Muhammad “Qurratu al-‘Uyun” diterjemahkan oleh Achmad Sunarto,
diterbitkan Al-Hidayah Surabaya, Tahun 1994.
7. Taufik, “Mengintip kamar pengantin” , diterbitkan oleh Pustaka Bumi Cinta.
22