Anda di halaman 1dari 6

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

1. Hakikat, sintak , kelebihan dan kekurangan model pembelajaran NHT

a. Hakikat Model Pembelajaran NHT


Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model pembelajaran NHT memberi
kesempatan siswa saling bertukar gagasan dan menentukan jawaban yang paling tepat
(Miftahul Huda, 2011: 138). NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mengatur pola interaksi siswa dan sebagai alternatif lain dari
pembelajaran konvensional. Keberlangsungan pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif NHT ini akan melibatkan lebih banyak anggota kelompok untuk memahami
materi yang dipelajari dan mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut
(Trianto, 2009: 82).
Ridwan, (2015: 44) mengungkapkan NHT merupakan model pembelajaran
kooperatif yang menuntut siswa untuk berpikir bersama kelompoknya. Setiap anggota
kelompok diberi nomor dan berkesempatan menjawab pertanyaan dari guru. Tidak
berbeda dengan pandangan Ridwan, Suprijono, (2013: 92) mengemukakan kegiatan
pembelajaran menggunakan model NHT diawali dengan penomoran masing-masing siswa
dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan secara acak dan siswa menyatukan
kepalanya untuk mencari jawaban.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi NHT, dapat rumuskan model
pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok sebagai wadah untuk bertukar ide/gagasan dalam mencari
jawaban atas pertanyaan dari guru.
Menurut Jacobs, Siowck, & Ball (1997: 45) NHT bercirikan pada empat point
berikut: (1) penomoran siswa, (2) pertanyaan dari guru, (3) berpikir bersama, (4) guru
memanggil nomor secara acak.
b. Sintak/Langkah-langkah Model NHT
Menurut Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2012: 101) penerapan model NHT
mempunyai 6 langkah. Langkah pertama yaitu penomoran; guru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok kemudian memberikan nomor kepada seluruh anggota kelompok,
sehingga setiap kelompok mempunyai nomor 1-5. Langkah kedua yaitu pengajuan
pertanyaan; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Langkah ketiga berpikir bersama;
siswa bertukar ide dengan anggota kelompok dan memutuskan jawaban. Langkah
keempat pemberian jawaban; guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing
kelompok dan memberikan kesempatan siswa memaparkan jawaban. Langkah kelima;
pemberian tanggapan. Anggota kelompok lain boleh memberikan tanggapan setelah
jawaban dipaparkan. Hal itu dilakukan hingga semua nomor terpanggil oleh guru,
sehingga semua siswa dapat secara merata memaparkan jawaban hasil diskusi.
c. Kelebihan dan Kekurangan NHT
Setiap model pembelajaran sudah tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Begitu pula pada model NHT, kelebihan yang terdapat dalam model NHT yaitu,
memudahkan siswa dalam membagi tugas anggota kelompok, memudahkan siswa
melaksanakan tanggugjawab secara individu sebagai anggota kelompok, memudahkan
siswa dalam mencari jawaban yang tepat, selain itu dapat diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas (Miftahul Huda, 2011: 139). Lebih dari itu, ketika siswa
sedang menyatukan kepala untuk berpikir, siswa akan berlatih mengemukakan pendapat,
berlatih menghargai pendapat orang lain, belajar menerima ketika pendapatnya belum
diterima. Siswa berlatih menjadi tutor sebaya kepada anggota yang belum paham.
Terlepas dari kelebihan model NHT, terdapat kekurangan yang tidak luput dari
model NHT yaitu tidak semua siswa mendapat giliran untuk memaparkan jawaban, selain
itu siswa yang kurang pandai cenderung tidak mau berusaha/berpendapat dan hanya
mengandalkan kepada siswa yang pandai.
2. Analisis Komponen Model Pembelajaran Tipe NHT
Sebagaimana dipaparkan Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) setiap model
pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap kegiatan),
sisem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru terhadap siswa), sistem
pendukung (sarana dan alat), dan dampak insruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang
yang terkandung dalam model NHT adalah sebagai berikut:
1. Sintagmatis
Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui empat fase:
a. Fase 1: Penomoran
Pada fase ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5
siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2: Pengajuan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan/tugas kepada siswa dalam kelompok.
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa berdiskusi bersama kelompoknya mencari jawaban atas pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus benar-benar mengetahui dan
memahami jawaban yang diputuskan.
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu secara acak, kemudian siswa yang memiliki
nomor tersebut memaparkan menjawab atas pertanyaan untuk seluruh kelas.
Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil.
2. Prinsip Reaksi
Pada prinsip reaksi ini menggambarkan pola tingkah laku guru dalam
memperlakukan siswa ketika belajar. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah sebagai fasilitator yang terlibat langsung dalam pembelajaran. Guru juga
berperan sebagai pembimbing setiap kelompok dengan menciptakan suasana yang
hangat dan menyenangkan. Guru menjelaskan tentang tata cara/aturan pembelajaran
yang akan berlangsung dengan jelas sehingga semua siswa dapat memahami dengan
baik. Guru memfasilitasi dan mengarahkan siswa dalam membentuk kelompok
dengan transisi yang efisien. Setelah terbentuk kelompok-kelompok, guru
memberikan arahan tentang cara diskusi kelompok; dimana guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa yang mempunyai kepala bernomor sama secara acak
kemudian guru mengamati siswa dalam diskusi. Pengajuan pertanyaan harus
diungkapkan dengan jelas sehingga siswa dapat menjawab peranyaan tanpa
kebingungan. Guru juga membimbing siswa dalam mencari jawaban jika diperlukan.
Guru menjadi fasilitator/pemanggil kepala bernomor sama. Setelah siswa
memaparkan jawabannya, guru melakukan pemantapan materi dan klarifikasi apabila
siswa mengalami miskonsepsi.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial/norma yang terdapat dalam model ini berlandaskan pada proses
demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki status yang sama,
namun menduduki peran yang berbeda (Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru
tidak sepenuhnya menjadi pusat perhatian, namun ada kalanya perhatian tersebut
tertuju pada siswa. Sistem sosial dalam pembelajaran ini berupa sikap saling
membantu antarteman dalam kelompok. Siswa saling bahu-membahu dalam mecari
jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterima. Ketika belangsungnya
diskusi untuk mencari jawaban yang tepat, setiap anggota kelompok pasti mempunyai
jawaban atau gagasan yang berbeda-beda. Dalam hal ini tentu saja harus ada pendapat
yang diterima dan ditolak. Disinilah siswa akan belajar saling menghargai pendapat
yang dikemukakan oleh teman. Selain itu, ketika jawaban dari semua kelompok
dibacakan dan dikoreksi, akan terlihat kelompok mana yang mempunyai prestasi
tertinggi dan terendah. Kelompok yang mempunyai prestasi rendah, akan belajar
menerima kekalahan kelompok sendiri dan menghargai kemenangan kelompok lain.
4. Daya Dukung
Sistem pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif NHT salah
satunya adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan siswa dalam pembelajaran
seperti kebersihan dan kenyamanan ruang kelas, ketersediaan sarana dan prasarana
yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang berupa meja, kursi, papan
tilis, dll. Selain itu, guru harus mempersiapkan bahan ajar yang digunakan yaitu
berupa materi pecahan untuk siswa lengkap dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau
berupa pertanyaan yang siap diajukan kepada siswa dan sumber belajar (buku dan
lingkungan sekitar siswa) yang berkaitan dengan materi pecahan. Tidak lupa guru
harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus dikuasai siswa
berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan
pengalaman belajarnya. Secara umum, dampak instruksional setelah siswa mengikuti
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT yaitu proses pembentukan dan pengelolaan kelompok dapat dilakukan secara
efisien sesuai minat siswa namun masih dalam kontrol guru; sehingga proses
pembelajaran secara berkelompok dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yang diharapkan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, diharapkan
dapat membiasakan siswa untuk membangun pengetahuannya melalui diskusi
kelompok, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Melalui proses
kerjasama dalam kelompok, siswa berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota kelompok dapat
berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Tanggung Jawab

Konsentrasi

Percaya Diri
Menjumlahkan bentuk
pecahan biasa,
Kerjasama Numbered campuran, dan desimal.
Head
Tekun Together
(NHT) Mengurangkan bentuk
Sportif pecahan biasa,
campuran, dan desimal.
toleransi

Demokratis

Keterangan:

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring
Gambar 1
Dampak Pengiring dan Dampak Insruksional Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT

Secara khusus, dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran


matematika dengan materi pecahan melalui model NHT adalah kemampuan menentukan
pecahan-pecahan yang senilai dan menyederhanakan pecahan. Dampak pengiring adalah
hasil belajar lain yang muncul dari suasana pembelajaran yang dialami siswa diluar
arahan dari guru. Secara umum, dampak pengiring yang timbul dari pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah siswa
mampu berdiskusi bersama kelompoknya yang heterogen, sehingga timbul rasa saling
menerima kemampuan yang berbeda-beda dan tidak ada rasa saling meremehkan. Adanya
rasa tanggungjawab atas tugas yang diberikan kepada kelompoknya.
Secara khusus, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa dalam
pembelajaran matematika materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran
NHT adalah menumbuhkan rasa saling menghargai pendapat teman/demokratis, tanggung
jawab, berpikir kritis, menumbuhkan jiwa kerja sama, tekun dalam mencari jawaban,
melatih siswa untuk sportif, dan konsentrasi ketika guru memanggil nomor.
Menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapat dan memaparkan
jawaban keseluruh kelas. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model
Numbered Head Together (NHT) digambarkan dalam bagan dalam gambar 1.
3. Skenario dalam mengimplementasikan NHT
Strategi untuk mencapai kesuksesan dalam belajar adalah penggunan model
dalam setiap pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran tentu saja tidak mudah
dan memerlukan skenario atau perencanaan yang matang sebelum diaplikasikan dalam
kelas. Skenario tersebut menyangkut penyusunan langkah-langkah pembelajaran di
kelas (lihat tabel 2).
Tabel 2
Skenario Pembelajaran Matematika dengan Model NHT

Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pelaksanaan

1. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. 1. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.


2. Guru memanggil empat siswa yang 2. Empat siswa yang dipanggil oleh guru, maju
mempunyai prestasi terbaik di kelas. ke depan.
3. Guru memberikan empat jenis permen yang 3. Empat siswa yang berada di depan menerima
berbeda-beda kepada empat siswa tersebut permen dari guru dan menjadi ketua dalam
Penomoran.

dan didaulat menjadi ketua dalam masing- kelompok yang akan dibentuk.
masing kelompok yang akan dibentuk. 4. Seluruh siswa menerima permen dari guru.
4. Guru membagikan permen yang berbeda- 5. Siswa yang mendapatkan permen yang sama,
beda kepada seluruh siswa. akan berkumpul menjadi satu kelompok.
5. Guru membimbing siswa untuk berkelompok 6. Siswa melakukan transisi ke dalam kelompok
1.

sesuai jenis permen yang didapat. dengan efisien.


6. Guru membimbing siswa untuk melakukan 7. Siswa menerima number take dan memasang
transisi dengan efisien. number take tersebut dibaju masing-masing.
7. Guru membagikan number take kepada siswa
sesuai nomor yang didapat.
8. Guru menyiapkan nomor undian dan 8. Salah satu siswa mengambil nomor undian
Pertanyaan.
Pengajuan

meminta salah satu siswa mengambil nomor yang disediakan oleh guru.
undian tersebut. 9. Siswa yang nomornya dipanggil akan
9. Guru memanggil nomor dan memberikan mencatat soal yang dibacakan oleh guru,
pertanyaan berupa soal kepada siswa yang siswa yang lain memperhatikan hingga
mendapatkan nomor yang telah disebut guru. nomornya dipanggil dan memperoleh
2.

pertanyaan.
10. Guru memastikan semua siswa mendapatkan 10. Masing-masing siswa dalam kelompok telah
soal dengan jelas dan benar. mendapatkan soal.

Together).
Bersama
Berpikir

(Head
11. Guru membimbing siswa untuk menjawab 11. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya
soal yang diberikan. mencari jawaban yang paling tepat.

3.
12. Guru memastikan semua kelompok telah 12. Masing-masing siswa telah menemukan

Pemberian
Jawaban.
selesai mengerjakan tugas. jawaban atas soal yang di dapat.
13. Guru meminta salah satu siswa untuk 13. Salah satu siswa mengambil nomor undian.
mengambil nomor undian. 14. Siswa yang nomornya dipanggil oleh guru,
14. Guru memanggil nomor undian dan meminta akan menuliskan jawabannya dipapan tulis.

4.
siswa menuliskan jawaban dipapan tulis.
15. Guru menyiapkan tabel prestasi kelompok. 15. Siswa memperhatikan guru dalam

Kesimpula
Bagi kelompok yang menjawab dengan mengoreksi/membahas jawaban yang ada di

n.
benar akan mendapatkan poin bintang. papan tulis dan menempelkan poin bintang
16. Guru membahas dan mengoreksi jawaban pada tabel prestasi kelompok.
yang ditulis siswa. 5. 16. Siswa mencatat jawaban yang tepat yang
sudah dikoreksi oleh guru.
17. Guru memberikan penghargaan kepada 17. Siswa menerima penghargaan kelompok.
Reward

kelompok.
6.

Anda mungkin juga menyukai