Anda di halaman 1dari 26

MODUL AJAR

Profil Filantropi Dan Lembaga-Lembaga Sosial

Bidang Keahlian : Kesehatan dan Pekerjaan Sosial

Program Keahlian : Pekerjaan Sosial

Mata Pelajaran : Dasar dasar pekerjaan sosial

Fase :E

Penyusun : Ade Suwandy Simanungkalit S.Pd.

Instansi : SMKN 9 Medan

Dimensi Profil Pelajar Pancasila : Mandiri, Bernalar Kritis


1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran


Memahami profil pelaku filantropi dan job 1. Menjelaskan tentang filantropi.
profile pada pekerjaan sosial. 2. Mengidentifikasi profil pelaku filantropi.
3. Menjelaskan job profile pada pekerjaan sosial.
4. Menjelaskan ruang lingkup pekerjaan sosial.

2. Langkah Pembelajaran
Pertemuan I

Langkah- Kegiatan Pembelajaran Estimasi


langkah Waktu
Kegiatan
Pertemuan I 2
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan cara memberi salam, 20 Menit
berdoa, mengabsen siswa secara sampel, mengawasi kelengkapan atribut
siswa dan kelengkapan belajar siswa.
2. Guru memberi motivasi kepada siswa.
3. Guru memberikan pertanyaan pemandu terkait dengan materi yang akan 210 menit
diajarkan kepada siswa.
a. Apakah yang dimaksud dengan filantropi ?
b. Jelaskan sejarah lahirnya filantropi ?
c. Apakah tujuan dari filantropi ?
Jika peserta didik dapat menjelaskan konsep pemikiran tentang pertanyaan
yang diberikan guru maka kegiatan pembelajaran ke tahap berikutnya. Jika
peserta didik belum dapat menjelaskan konsep pemikiran tentang pertanyaan
yang diberikan guru, maka guru akan melakukan penguatan dengan konsep
yang mudah dipahami peserta didik misalnya dengan memberikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu filantropi
dari link you tube
https://youtu.be/150VxIWkdJc
https://youtu.be/MIf-Em7dmvw
5. Siswa mencari informasi dengan membaca di referensi buku atau e- book,
jurnal, makalah, serta video yang relevan dengan materi/topik bahasan.
6. Siswa mencermati dan memahami referensi bacaan serta video
pembelajaran/yang relevan.
7. Siswa menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang ada
dalam materi tersebut.
8. Siswa menganalisis penalaran yang digunakannya dalam menemukan dan
mencari solusi serta mengambil keputusan (sub elemen bernalar kritis)
mengenai konsep tentang filantropi.
9. Siswa membuat resume materi tersebut dan membuatnya dalam bentuk file
dokumen microsoft word dan power point mengenai filantropi dengan cara
berkolaborasi dengan sesama teman dalam satu kelompok.
10. Siswa mempresentasikan hasil tugas secara daring/online atau tatap muka di
depan kelas.
11. Siswa melakukan refleksi terhadap umpan balik dari teman, guru dan orang
dewasa lainnya serta informasi-informasi karir yang akan dipilihnya untuk
menganalisis karakteristik dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
menunjang atau menghambat karirnya di masa depan (sub elemen mandiri)
12. Guru dan siswa melakukan refleksi bersama-sama terkait topikyang sedang 40 Menit
dibahas.
13. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
14. Guru meminta salah satu siswa (bergantian) untuk mengakhiri pertemuan
pembelajaran hari ini dengan berdoa bersama-sama.

Pertemuan II

Langkah- Kegiatan Pembelajaran Estimasi


langkah Waktu
Kegiatan Pertemuan II 20 Menit
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan cara memberi salam,
berdoa, mengabsen siswa secara sampel, mengawasi kelengkapan atribut siswa
dan kelengkapan belajar siswa.
2. Guru memberi motivasi kepada siswa.
3. Guru merefleksi berdasarkan hasil asesmen akhir pertemuan sebelumnya Jika 210 Menit
peserta didik mendapat kategori mampu pada hasil akhir asesmen pertemuan
sebelumya maka kegiatan pembelajaran ke tahap berikutnya akan berlanjut.
Jika peserta didik mendapat kategori tidak mampu dari hasil asesmen akhir
pertemuan sebelumnya, maka guru akan melakukan penguatan dengan konsep
yang mudah dipahami peserta didik misalnya dengan melakukan
pendampingan dan membentuk tutor sebaya.
4. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu profil pelaku
filantropi dari link you tube.
https://youtu.be/Fu4HTdno_PM
https://youtu.be/e5ayfq91xec
5. Siswa mencari informasi dengan membaca di referensi buku atau e- book,
jurnal, makalah, serta video yang relevan dengan materi/topik bahasan.
6. Siswa mencermati dan memahami referensi bacaan serta video
pembelajaran/yang relevan.
7. Siswa menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang ada
dalam materi tersebut.
8. Siswa menganalisis penalaran yang digunakannya dalam menemukan dan
mencari solusi serta mengambil keputusan (sub elemen bernalar kritis)
mengenai konsep tentang profil pelaku filantropi.
9. Siswa membuat resume materi tersebut dan membuatnya dalam bentuk file
dokumen microsoft word dan power point mengenai profil pelaku filantropi
dengan cara berkolaborasi dengan sesama teman dalam satu kelompok.
10. Siswa mempresentasikan hasil tugas secara daring/online atau tatap muka di
depan kelas.
11. Siswa melakukan refleksi terhadap umpan balik dari teman, guru dan orang
dewasa lainnya serta informasi-informasi karir yang akan dipilihnya untuk
menganalisis karakteristik dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam menunjang
atau menghambat karirnya di masa depan (sub elemen mandiri).
12. Guru dan siswa melakukan refleksi bersama-sama terkait topik yang sedang 40 Menit
dibahas.
13. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
14. Guru meminta salah satu siswa (bergantian) untuk mengakhiri pertemuan
pembelajaran hari ini dengan berdoa bersama-sama.

Pertemuan III

Langkah- Kegiatan Pembelajaran Estimasi


langkah Waktu
Kegiatan
Pertemuan III 20 Menit
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan cara memberi salam,
berdoa, mengabsen siswa secara sampel, mengawasi kelengkapan atribut siswa
dan kelengkapan belajar siswa.
2. Guru memberi motivasi kepada siswa.
3. Guru merefleksi berdasarkan hasil asesmen akhir pertemuan sebelumnya Jika 210 menit
peserta didik mendapat kategori mampu pada hasil akhir asesmen pertemuan
sebelumya maka kegiatan pembelajaran ke tahap berikutnya akan berlanjut.
Jika peserta didik mendapat kategori tidak mampu dari hasil asesmen akhir
pertemuan sebelumnya, maka guru akan melakukan penguatan dengan konsep
yang mudah dipahami peserta didik misalnya dengan memberikan melakukan
pendampingan dan membentuk tutor sebaya.
4. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu job profile
pekerjaan sosial dari link you tube.
https://youtu.be/k_MmCdnSsFs
https://youtu.be/3TR7y3Ws5-M
5. Siswa mencari informasi dengan membaca di referensi buku atau e- book,
jurnal, makalah, serta video yang relevan dengan materi/topik bahasan.
6. Siswa mencermati dan memahami referensi bacaan serta video
pembelajaran/yang relevan.
7. Siswa menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang ada
dalam materi tersebut.
8. Siswa menganalisis penalaran yang digunakannya dalam menemukan dan
mencari solusi serta mengambil keputusan (sub elemen bernalar kritis)
mengenai konsep tentang job profile pekerjaan sosial.
9. Siswa membuat resume materi tersebut dan membuatnya dalam bentuk file
dokumen microsoft word dan power point mengenai job profile pekerjaan
sosial dengan cara berkolaborasi dengan sesama teman dalam satu kelompok.
10. Siswa mempresentasikan hasil tugas secara daring/online atau tatap muka di
depan kelas.
11. Siswa melakukan refleksi terhadap umpan balik dari teman, guru dan orang
dewasa lainnya serta informasi-informasi karir yang akan dipilihnya untuk
menganalisis karakteristik dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam menunjang
atau menghambat karirnya di masa depan (sub elemen mandiri).
12. Guru dan siswa melakukan refleksi bersama-sama terkait topik yang sedang 40 Menit
dibahas.
13. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuanberikutnya.
14. Guru meminta salah satu siswa (bergantian) untuk mengakhiri pertemuan
pembelajaran hari ini dengan berdoa bersama-sama.

Pertemuan IV

Langkah- Kegiatan Pembelajaran Estimasi


langkah Waktu
Kegiatan
Pertemuan IV 20 menit
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan cara memberi salam,
berdoa, mengabsen siswa secara sampel, mengawasi kelengkapan atribut siswa
dan kelengkapan belajar siswa.
2. Guru memberi motivasi kepada siswa.
3. Guru merefleksi berdasarkan hasil asesmen akhir pertemuan sebelumnya Jika 210 menit
peserta didik mendapat kategori mampu pada hasil akhir asesmen pertemuan
sebelumya maka kegiatan pembelajaran ke tahap berikutnya akan berlanjut. Jika
peserta didik mendapat kategori tidak mampu dari hasil asesmen akhir
pertemuan sebelumnya, maka guru akan melakukan penguatan dengan konsep
yang mudah dipahami peserta didik misalnya dengan melakukan pendampingan
dan membentuk tutor sebaya.
4. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari yaitu ruang lingkup
pekerjaan sosial dari link you tube.
https://youtu.be/THXhRgBitDM
5. Siswa mencari informasi dengan membaca di referensi buku atau e- book, jurnal,
makalah, serta video yang relevan dengan materi/topik bahasan.
6. Siswa mencermati dan memahami referensi bacaan serta video
pembelajaran/yang relevan.
7. Siswa menggali informasi penting dan bermakna bagi kehidupan yang ada dalam
materi tersebut.
8. Siswa menganalisis penalaran yang digunakannya dalam menemukan dan
mencari solusi serta mengambil keputusan (sub elemen bernalar kritis) mengenai
konsep tentang ruang lingkup pekerjaan sosial.
9. Siswa membuat resume materi tersebut dan membuatnya dalam bentuk file
dokumen microsoft word dan power point mengenai ruang lingkup pekerjaan
sosial dengan cara berkolaborasi dengan sesama teman dalam satu kelompok.
10. Siswa mempresentasikan hasil tugas secara daring/online atau tatap muka di
depan kelas.
11. Siswa melakukan refleksi terhadap umpan balik dari teman, guru dan orang
dewasa lainnya serta informasi-informasi karir yang akan dipilihnya untuk
menganalisis karakteristik dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam menunjang
atau menghambat karirnya di masa depan (sub elemen mandiri).
12. Guru dan siswa melakukan refleksi bersama-sama terkait topikyang sedang 40 Menit
dibahas.
13. Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari pada pertemuanberikutnya.
14. Guru meminta salah satu siswa (bergantian) untuk mengakhiri pertemuan
pembelajaran hari ini dengan berdoa bersama-sama.
3. Asesmen Awal Proses dan Akhir

Instrumen
Aspek Indikator
Awal Proses Akhir
Kompetensi Awal KA – 1 Peserta didik Tanya jawab mengenai -
mempunyai 1) Apakah yang dimaksud
pengetahuan awal dengan filantropi ?.
tentang filantropi. 2) Jelaskan sejarah
lahirnya filantropi ?.
3) Apakah tujuan dari
filantropi ?.

KA – 2 Peserta didik 1) Apakah yang dimaksud


mempunyai dengan pelaku filantropi ?
pengetahuan awal 2) Siapa sajakah yang
mengenai profil pelaku termasuk dalam profil
filantropi. pelaku filantropi ?.

KA – 3 Peserta didik 1) Apakah yang dimaksud


mempunyai dengan job profile ?.
pengetahuan awal 2) Apakah job profile pada
mengenai job profile pekerjaan sosial ?.
pada pekerjaan sosial.

KA – 4 Peserta didik
mempunyai 1) Apakah yang dimaksud
pengetahuan awal dengan ruang lingkup
mengenai ruang lingkup pekerjaan sosial ?.
pekerjaan sosial. 2) Siapa sajakah yang
dimaksud dengan pekerja
sosial ?.
Tujuan 1. Peserta didik dapat Observasi Post test
Pembelajaran: menjelaskan tentang Mempresentasi
Memahami profil filantropi. kan hasil diskusi
pelaku filantropi
dan job profile 2. Peserta didik dapat Observasi Post test
pada pekerjaan mengidentifikasi profil Mempresentasi
sosial. pelaku filantropi. kan hasil diskusi

3. Peserta didik Observasi Post test


menjelaskan job Mempresentasi
profile pada pekerjaan kan hasil diskusi
sosial.
Observasi Post test
4. Peserta didik
Mempresentasi
menjelaskan ruang
kan hasil diskusi
lingkup pekerjaan
sosial.

Dimensi Profil P3 – 1 Mandiri Pengamatan


Pelajar Pancasila P3 – 2 Bernalar Kritis menggunakan
instrument.

Tindak lanjut:
- Remedial : Setiap Peserta didik yang tidak terlibat secara aktif dalam project diberikan tugas
tambahan untuk mengidentifikasi dan mempresentasikan project tersebut.
- Pengayaan : Setiap Peserta didik yang aktif terlibat dalam pembelajaran akan menerima
informasi baru mengenai project yang dilakukan.
Lampiran:
1. Kriteria ketercapaian assesmen awal
Pertemuan I
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N (Yes/No) Keterangan
siswa
1. Apakah yang dimaksud
dengan filantropi ?
2. Jelaskan sejarah lahirnya KA.1
1
filantropi ?
3. Apakah tujuan dari
filantropi ?
2 KA.1
3 KA.1

4 Dst

Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan
teman sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.

Pertemuan II
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N Keterangan
siswa (Yes/No)
1. Apakah yang dimaksud dengan
pelaku filantropi ? KA.2
1
2. Siapa sajakah yang termasuk
dalam profil pelaku filantropi ?
2 KA.2
3 KA.2
Dst
4

Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan
teman sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.

Pertemuan III
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N Keterangan
siswa (Yes/No)
1. Apakah yang dimaksud dengan job
profile ? KA.3
1
2. Apakah job profile pada pekerjaan
sosial ?
2 KA.3
3 KA.3
Dst
4
Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan teman
sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.
Pertemuan IV
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N Keterangan
siswa (Yes/No)
1. Apakah yang dimaksud dengan ruang
lingkup pekerjaan sosial ? KA.4
1
2. Siapa sajakah yang dimaksud dengan
pekerja sosial ?
2 KA.4
3 KA.4

4 Dst
Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan teman
sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.

2. Asesmen Proses
Guru melakukan asesmen proses untuk mengetahui sejauh apa proses kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dalam rangka menuju Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran.
a. Asesmen proses Pertemuan I
1) Pengamatan diskusi kelompok dan presentasinya tentang filantropi.
Lembar pengamatan proses diskusi kelompok :
Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).

Rubrik pengamatan proses diskusi kelompok :


Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Berpendapat Mengemukakan Mengemukakan Tidak mengemukakan
pendapat sesuai tema. pendapat tidak sesuai pendapat.
tema.
Keaktifan aktif dalam diskusi. kurang aktif dalam diskusi. tidak aktif dalam
diskusi.
Toleransi Menghargai pendapat Kurang menghargai Tidak menghargai
orang lain. pendapat orang lain. pendapat orang lain.
Kerjasama Mengerjakan bersama Mengerjakan bersama Mengerjakan tidak
dengan seluruh anggota dengan seorang dari dengan kelompoknya/
kelompoknya. anggota kelompoknya. individu.

Lembar pengamatan presentasi hasil diskusi tentang filantropi:

Aspek pengamatan Nilai


No Nama komunikasi Penampilan Keberanian Wawasan
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam mempresentasikan hasil diskusi jika mendapat nilai dalam
kategori mampu (≥75% dari total nilai).
Rubrik pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok:
Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Komunikasi Penyampaiannya mudah Penyampaiannya sedikitPenyampaiannya tidak
diterima oleh audiens. bisa diterima oleh
bisa diterima oleh
audiens. audiens.
Penampilan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan
yang menarik. yang kurang menarik. pembawaan yang tidak
menarik.
Keberanian Tidak ragu-ragu dalam Ragu-ragu dalam Tidak berani
penyampaiannya. penyampaiannya. menyampaikan.
Wawasan Menguasai materi dengan Kurang menguasai materi. Tidak menguasai materi.
baik.

2) Penugasan terbimbing tentang filantropi


Lembar Diskusi
Diskusikan dengan kelompok anda mengenai sejarah filantropi serta ragam kegiatan filantropi,
kemudian presentasikan didepan kelas!.
Kelompok:……………
Anggota : 1. ……………………… 3……………………………
2……………………….. 4……………………………
No Sejarah filantropi Kegiatan filantropi
1
2
3
dst

b. Asesmen proses Pertemuan II


1. Pengamatan diskusi kelompok dan presentasinya tentang profil pelaku filantropi.
Lembar pengamatan proses diskusi kelompok :
Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).

Rubrik pengamatan proses diskusi kelompok :


Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Berpendapat Mengemukakan Mengemukakan Tidak mengemukakan
pendapat sesuai tema. pendapat tidak sesuai pendapat.
tema.
Keaktifan aktif dalam diskusi. kurang aktif dalam tidak aktif dalam diskusi.
diskusi.
Toleransi Menghargai pendapat Kurang menghargai Tidak menghargai pendapat
orang lain. pendapat orang lain. orang lain.
Kerjasama Mengerjakan bersama Mengerjakan bersama Mengerjakan tidak dengan
dengan seluruh anggota dengan seorang dari kelompoknya / individu.
kelompoknya. anggota kelompoknya.
Lembar pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok :
Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).

Rubrik pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok:


Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Komunikasi Penyampaiannya mudah Penyampaiannya sedikit Penyampaiannya tidak
diterima oleh audiens. bisa diterima oleh audiens. bisa diterima oleh
audiens.
Penampilan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan
yang menarik. yang kurang menarik. pembawaan yang tidak
menarik.
Keberanian Tidak ragu-ragu dalam Ragu-ragu dalam Tidak berani
penyampaiannya. penyampaiannya. menyampaikan.
Wawasan Menguasai materi dengan Kurang menguasai materi. Tidak menguasai materi.
baik.

2. Penugasan terbimbing tentang profil pelaku filantropi.


Lembar Diskusi
Diskusikan dengan kelompok anda mengenai profil pelaku filantropi, kemudian presentasikan
didepan kelas!.
Kelompok:……………
Anggota : 1. ……………………… 3……………………………
2……………………….. 4……………………………
No Profil pelaku filantropi Lembaga filantropi Tujuan Filantropi
1
2
3
dst

c. Asesmen proses Pertemuan III


1. Pengamatan diskusi kelompok dan presentasinya tentang job profile pada pekerjaan sosial.
Lembar pengamatan proses diskusi kelompok
Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).
Rubrik pengamatan proses diskusi kelompok :
Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Berpendapat Mengemukakan Mengemukakan Tidak mengemukakan
pendapat sesuai tema. pendapat tidak sesuai pendapat.
tema.
Keaktifan aktif dalam diskusi. kurang aktif dalam diskusi. tidak aktif dalam diskusi.
Toleransi Menghargai pendapat Kurang menghargai Tidak menghargai
orang lain. pendapat orang lain. pendapat orang lain.
Kerjasama Mengerjakan bersama Mengerjakan bersama Mengerjakan tidak
dengan seluruh anggota dengan seorang dari dengan kelompoknya /
kelompoknya. anggota kelompoknya. individu.

Lembar pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok:


Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).

Rubrik pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok:


Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)

Komunikasi Penyampaiannya mudah Penyampaiannya Penyampaiannya tidak


diterima oleh audiens. sedikit bisa diterima bisa diterima oleh
oleh audiens. audiens.
Penampilan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan
yang menarik. yang kurang menarik. pembawaan yang tidak
menarik.
Keberanian Tidak ragu-ragu dalam Ragu-ragu dalam Tidak berani
penyampaiannya. penyampaiannya. menyampaikan.
Wawasan Menguasai materi dengan Kurang menguasai materi. Tidak menguasai materi.
baik.

2. Penugasan terbimbing tentang job profile pada pekerjaan sosial.


Lembar Diskusi
Diskusikan dengan kelompok anda mengenai job profile pada pekerjaan sosial, kemudian
presentasikan didepan kelas!.
Kelompok:……………
Anggota : 1. ……………………… 3……………………………
2……………………….. 4……………………………
No Pekerjaan sosial Relawan sosial
1
2
3
dst
d. Asesmen proses Pertemuan IV
1. Pengamatan diskusi kelompok dan presentasinya tentang ruang lingkup pekerjaan sosial.

Lembar pengamatan proses diskusi kelompok


Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75%
dari total nilai).

Rubrik pengamatan proses diskusi kelompok :


Aspek Kategori (nilai)
pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Berpendapat Mengemukakan Mengemukakan Tidak mengemukakan
pendapat sesuai tema. pendapat tidak pendapat.
sesuai tema.
Keaktifan aktif dalam diskusi. kurang aktif dalam diskusi. tidak aktif dalam diskusi
Toleransi Menghargai pendapat Kurang menghargai Tidak menghargai pendapat
orang lain. pendapat orang lain. orang lain.
Kerjasama Mengerjakan bersama Mengerjakan bersama Mengerjakan tidak dengan
dengan seluruh anggota dengan seorang dari kelompoknya / individu.
kelompoknya. anggota kelompoknya.

Lembar pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok:


Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).

Rubrik pengamatan presentasi hasil diskusi kelompok:

Aspek Kategori (nilai)


pengamatan Mampu (2) Kurang mampu (1) Tidak mampu (0)
Komunikasi Penyampaiannya mudah Penyampaiannya sedikit Penyampaiannya tidak
diterima oleh audiens. bisa diterima oleh bisa diterima oleh
audiens. audiens.
Penampilan Menunjukkan pembawaan Menunjukkan Menunjukkan
yang menarik. pembawaan yang kurang pembawaan yang tidak
menarik. menarik.
Keberanian Tidak ragu-ragu dalam Ragu-ragu dalam Tidak berani
penyampaiannya. penyampaiannya. menyampaikan.
Wawasan Menguasai materi dengan Kurang menguasai materi. Tidak menguasai materi.
baik.
2. Penugasan terbimbing tentang ruang lingkup pekerjaan sosial.
Lembar Diskusi
Diskusikan dengan kelompok anda mengenai ruang lingkup pekerjaan sosial, kemudian presentasikan
didepan kelas!.
Kelompok:……………
Anggota : 1. ……………………… 3……………………………
2……………………….. 4……………………………
No Pekerjaan sosial Pekerja sosial
1
2
3
Dst

3. Assesmen Akhir
Guru melakukan asesmen akhir untuk melakukan kontrol akhir terhadap kompetensi siswa terhadap
pencapaian KKTP yang ditargetkan.
a. Asesmen akhir Pertemuan I
Penilaian hasil post test tentang filantropi.
1) Soal Post Test:
a) Jelaskan sejarah lahirnya filantropi ?
b) Jelaskan apa yang di maksud dengan filantropi?
c) Jelaskan tujuan dari filantropi ?
d) Jelaskan prinsip dalam filantropi ?
e) Jelaskan Lembaga-lembaga apa saja yang termasuk dalam filantropi ?
2) Kunci Jawaban Post Test:
a) Menilik dari sejarahnya, sikap solidaritas untuk mencintai sesama manusia ini sudah ada
sejak zaman Yunani Kuno. Awalnya merupakan sebuah sikap yang erat kaitannya dengan
semangat kebebasan manusia. Dalam cerita dewa-dewa Yunani, dikisahkan bahwa tirani
dewa tertinggi Yunani, yaitu Zeus terus membelenggu manusia dalam kondisi bodoh, selalu
dirundung ketakutan, kegelapan, dan tak berdaya. Hingga akhirnya, seorang dewa bernama
Promotheus pun turun tangan menanggapi kondisi yang terjadi. Ia menyelamatkan manusia
dan memberi mereka api dan harapan agar terlepas dari kondisi yang mengenaskan tersebut.
Kecintaan Promotheus pada manusia ini membuat awal munculnya sebuah rasa solidaritas
untuk menolong pihak lain yang sedang berada dalam kondisi susah. Semangat perbaikan
peradaban manusia dan menolongnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi pun terus lestari hingga kini. Ungkapan cinta kasih kepada sesama manusia ini pun
ditafsirkan meluas dalam kamus Webster. Di sana dijelaskan bahwa cara mengungkapkan
rasa cinta kasih ini tidak melulu dalam bentuk uang dan barang, namun bisa juga melalui jasa
atau sikap nyata lain, seperti menjadi relawan, yang bisa meningkatkan rasa cinta pada
sesama atas nama kemanusiaan.
b) Filantropi berasal dari bahasa Yunani (Philanthropy), Philos (cinta) dan Anthropos (Manusia).
Secara harfiah, filantropi adalah konseptualisasi dari sifat memberi (Giving), pelayanan
(service) dan asosiasi (association) secara suka rela membantu pihak lain yang membutuhkan
ekspresi rasa cinta. Filantropi di maknai kedermawanan sebuah watak atau sikap altroistik
(mengutamakan kepentingan orang lain atau kepentingan bersama) yang sudah menyatu
dalam diri manusia baik individu maupun kolektive (Latief, 2010) Filantropi secara umum
diartikan sebagai sukarela untuk membantu public sebagai bentuk kecintaannya terhadap
orang lain.
c) Filantropi memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumberdaya agar
mereka dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setiap pelaku filantropi menghargai keberagaman yang hidup dalam masyarakat : budaya,
agama dan keyakinan, suku bangsa, cara pandang, dan lain-lain.
d) 1. Filantropi memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumber daya
agar mereka dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Setiap pelaku filantropi menghargai keberagaman yang hidup dalam masyarakat : budaya,
agama dan keyakinan, suku bangsa, cara pandang, dan lain-lain.
3. Keadilan gender. Filantropi yang dilaksanakan memperhatikan kebutuhan dan
kecenderungan gender yang berbeda dan menempatkannya dalam perspektif kesetaraan.
4. Universal dan non-partisan. Filantropi tidak membeda-bedakan latar belakang penerima
maupun pemberi dan dijaga agar tidak menjadi alat politik untuk kepentingan kelompok
atau aliran tertentu.
5. Kepentingan bangsa ditempatkan di atas kepentingan individu dan kelompok
e) Filantropi Keluarga. Filantropi Perusahaan. Filantropi Keagamaan. Filantropi Independen.
Filantropi Media.

Rubrik penilaian asesmen akhir (post test) :


Kriteria Kategori
Peserta didik menjawab ≥ 80% kata kunci Mampu
Peserta didik menjawab 50% - 79% kata kunci Kurang mampu
Peserta didik menjawab ≤ 50% kata kunci Tidak mampu

b. Asesmen akhir Pertemuan II


Penilaian hasil post test tentang profil pelaku filantropi.
1) Soal Post Test:
Sumber: rehsos. kemsos. go.id
Amati gambar di samping!
Profil Pelaku filantropi
1. Apa yang dimaksud dengan pelaku filantropi ?
2. Apa perbedaan antara filantropi tradisional dengan
filantropi modern ?

2) Kunci jawaban Post Test:


1. Pelaku filantropi.
Orang yang mempunyai keinginan untuk memberdayakan masyarakat, mendorong perubahan menuju
masyarakat yang adi dan sejahtera (Masyarakat yang adil dan sejahtera).
2. Filantropi tradisional.
Filantropi tradisional berbasis belas kasihan, umumnya berbentuk pemberian untuk kepentingan
pelayanan sosial seperti pemberian para dermawan kepada kaum miskin untuk membantu kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Orientasi filantropi tradisional bersifat individual.
Filantropi modern sering disebut filantropi untuk pembangunan sosial dan keadilan sosial. Filantropi
modern menjadi jembatan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan dan menggugat
ketidakadilan struktur yang menjadi penyebab kemiskinan. Dengan kata lain filantropi ini bersifat
politis.
Rubrik penilaian asesmen akhir (post test):
Kriteria Kategori
Peserta didik menjawab ≥ 80% kata kunci Mampu
Peserta didik menjawab 50% - 79% kata kunci Kurang mampu
Peserta didik menjawab ≤ 50% kata kunci Tidak mampu

c. Asesmen akhir Pertemuan III


Penilaian hasil post test tentang job profile pada pekerjaan sosial.
1) Soal Post Test:
1. Apa yang dimaksud dengan pekerjaan sosial ?
2. Jelaskan yang menjadi fokus utama seorang pekerja sosial ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan pekerja sosial profesional ?
4. Jelaskan fungsi dari pekerja sosial ?
5. Jelaskan tuntutan yang harus dimiliki sebagai profesi pekerjaan sosial ?
2) Kunci Jawaban :
1. Pekerjaan sosial merupakan kegiatan professional untuk membantu individu, kelompok-kelompok
masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta
menciptakan kondisi masyarakat yang memungkingkan mereka mencapai tujuan.
2. Fokus utama dari seorang pekerja sosial adalah keberfungsian sosial merupakan kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, mengatasi masalahmasalahnya, dan dapat
menjalankan peranan-peranan sesuai dengan status sosialnya di masyarakat.
3. Pekerja sosial profesional adalah sesorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta
yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepeduliaan dalam pekerjaan sosial yang
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.
4. Peran pekerja sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitas sebagai pendamping, bukan sebagai
penyembuh atau pemecah masalah secara langsung. Peran pekerja sosial sebagai
pendamping sosial berupaya mengembangkan, memelihara, dan memperkuat sistem
kesejahteraan sosial, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia.
5. Tuntutan yang harus dimiliki seorang pekerja sosial harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
nilai/etika praktik pekerjaan sosial.

3) Praktik job profile pada pekerjaan sosial.


Lembar Praktik kerja
Siswa diminta untuk mengidentifikasi job profile pada pekerjaan sosial yang ada di kantor kecamatan.
Aspek pengamatan
No Nama Pendidikan Pelatihan Pengalaman praktik pekerja
sosial
1
2
3
Dst
Peserta dinyatakan mampu dalam praktik kerja job profile pada pekerjaan sosial jika mendapat nilai
dalam kategori mampu (≥75% dari total nilai).

Rubrik penilaian :

Kriteria Kategori
Peserta didik mendapat nilai ≥ 80% Mampu
Peserta didik mendapat nilai 50% - 79% Kurang mampu
Peserta didik mendapat nilai ≤ 50% Tidak mampu

d. Asesmen akhir Pertemuan IV


Penilaian hasil post test tentang ruang lingkup pekerjaan sosial.
1. Soal Post Test:
1) Jelaskan ruang lingkup pekerjaan sosial ?
2) Jelaskan perbedaan antara pekerja sosial dengan relawan sosial ?
3) Jelaskan metode-metode dalam pekerjaan sosial ?
4) Jelaskan konsep dalam pekerjaan sosial ?
5) Jelaskan ranah praktik pekerjaan sosial ?
2. Kunci jawaban :
1) Ruang lingkup pekerjaan sosial antara lain :
a. Pencegahan disfungsi sosial.
b. Rehabilitasi sosial.
c. Pemberdayaan sosial.
d. Pengembangan sosial.
e. Perlindungan sosial.
2) Perbedaan antara pekerja sosial dengan relawan sosial antara lain :
Aspek Pekerja sosial Relawan sosial
Mandat Lemabaga pemerintah atau Bukan di instansi pemerintah tapi
swasta. atas kehendak sendiri.
Pendidikan pelatihan Pekerjaan sosial. Pekerjaan sosial maupun bukan
pekerjaan sosial.
Imbalan Dengan imbalan. Dengan atau tanpa imbalan.
3) Metode-metode dalam pekerjaan sosial antara lain :
a. Case work merupakan metode penanganan individu dan keluarga.
b. Group work merupakan metode penanganan melalui kelompok.
c. Community work merupakan metode penanganan organisasi, masyarakat maupun
kebijakan.
4) Konsep dalam pekerjaan sosial antara lain :
a. Membantu orang lain untuk membantu diri sendiri.
b. Bekerja dengan klien tidak bekerja untuk klien.
5) Ranah makro, tingkat pekerjaan sosial ranah makro adalah intervensi yang tersedia dalam skala
besaryang mempengaruhi seluruh masyarakat dan sistem perawatan.
Ranah Mezzo, praktek pekerjaan sosial dalam ranah mezzo terjadi dalam skala menengah yang
melibatkan lingkungan, Lembaga atau kelompok-kelompok kecil lainnya.
Ranah mikro, pekerjaan sosial mikro adalah praktek yang paling umum dan terjadi secara
langsung dengan klien individu dan keluarga.

Rubrik Penilaian :
Kriteria Kategori
Peserta didik mendapat nilai ≥ 80% Mampu
Peserta didik mendapat nilai 50% - 79% Kurang mampu
Peserta didik mendapat nilai ≤ 50% Tidak mampu

Lembar Pantauan Assesmen Akhir :


No Nama Hasil dari KKTP Kategori Deskripsi
1 2 3 4
1
2
3
Dst
Uraian Materi

FILANTROPI
A. Pengertian Filantropi dan Jenis Filantropi
Kata Filantropi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani dari kata philein yang artinya cinta dan
anthropos artinya manusia. Filantropi secara terminologi artinya tindakan seseorang yang ditujukan kepada
orang lain yang dilandasi perasaan cinta kepada sesama manusia serta nilai kemanusiaan.dengan
maksuduntuk menolongnya, baik dalam bentuk material maupun immaterial. Robert L. Payton memberikan
definisi filantropi sebagai aktifitas sukarela untuk kemaslahatan publik (Payton & Moody, 2008).Menurut
Prihatna (2005:3), istilah filantropi (philanthropy) berasal dari bahasa yunani, Philos (cinta) dan anthropos
(manusia). Secara harfiah, filantropi adalah konseptualisasi dari praktik memberi (giving), pelayanan servis
(services) dan asosiasi secara sukarela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa
cinta. Sebagai bentuk rasa cinta, individu atau kelompok, filantropi diwujudkan dengan menyisihkan
sebagian dari waktu, bantuan (pertolongan) atau uang untuk kebaikan masyarakat (Encarta, 2004). Di dalam
American heritage Dictonary, pengertian filantropi mencakup tiga hal; 1) upaya untuk meningkatkan taraf
hidup umat manusia, 2) mencintai umat manusia secara universal dan 3) aktivitas yang diarahkan untuk
mempromosikan kesejahteraan manusia (http://www.dictionary. com)..
Dalam kamus besar bahasa Indonesia filantropi diartikan dengan tindakan derma (kedermawanan).
Diartikan derma, karena orang yang senantiasa terbuka dan senang memberikan sesuatu kepada orang lain
yang dicintainya disebut sebagai dermawan. seseorang tidak akan memberikan sesuatu dengan terpaksa
kepada orang kecuali terhadap orang yang dicintainya. Meskipun kita juga seringkali menyaksikan orang yang
memberikan hartanya atau menolong orang lain dengan motivasi lainnya seperti terpaksa atau ingin dipuji
atau ingin pamer dan kepentingan lainnya (Neilsen, 1996). Perbuatan yang demikian tidak termasuk dalam
kategori filantropi karena ada rasa keterpaksaan. Yang saya maksudkan dengan filantropi disini adalah
memberikan sesuatu kepada orang lain secara suka rela tanpa ada paksaan dari siapapun.Dengan demikian,
filantropi secara umum dapat diartikan sebagai tindakan sukarela yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dan kemaslahatan (kepentingan) publik terutama kaum miskin.
Filantropi merupakan salah satu modal sosial yang hampir dimiliki oleh semua kalangan masyarakat
manapun. Filantropi sebagai sebuah tradisi telah menyatu di dalam kultur komunal yang telah mengakar
sejak lama khususnya di masyarakat pedesaan. Fakta kultural menunjukkan bahwa tradisi filantropi
dilestarikan melalui pemberian derma kepada teman, keluarga, dan tetangga yang kurang beruntung. Ciri
lainnya ditunjukkan dengan tuntutan masyarakat untuk memprioritaskan tujuan meringankan beban orang
miskin yang jumlahnya naik hingga 48% selama krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997
(Pirac, 2002:9). Dari tradisi keenam agama besar yang diakui legalitasnya di Indonesia, risalah filantropi dapat
kita temukan di dalam kitab-kitab suci agama tersebut. Di dalam ajaran Islam, kegiatan filantropi melekat
dalam konsep dan praktik zakat, infak, sedekah dan waqaf. Filantropi dalam ajaran agama Hindu dikenal
dalam konsep datria datriun (zakat dalam bahasa islam) dan danapatra (penerima) (Thaha, 2003: 91; Pirac,
2002:8).
Konsep yang serupa dalam agama Budha dikategorikan sebagai etika atau sutta nipata. Ajaran ini
mendasarkan diri pada lima prinsip dasar; memberi dalam iman, memberi dengan seksama, memberi dengan
segera, memberi dengan sepenuh hati dan memberi untuk tidak mencelakakan diri sendiri dengan orang lain
(Thaha, 2003:92). Dalam ajaran agama Kristen, konsep tithe (sepersepuluh) dipahami sebagai bagian dari
pendapatan seseorang yang ditentukan oleh hukum untuk dibayar kepada gereja bagi pemeliharaan
kelembagaan, dukungan untuk pendeta, promosi kegiatannya dan membantu orang miskin (Thaha,
2003:93). Sedangkan dalam tradisi agama Konghucu, filantropi dapat ditelusuri pada konsep kemanusiaan
’konfusius’ dan cinta partikular ’mencius’ (Ilchman et.al, 2006:196).
Di dalam kedua konsep tersebut terkandung sifat yang inheren didalamnya seperti sifat keadilan,
kedermawanan, keikhlasan, kesungguhan dan kebaikan. Menurut Warren (2006), Filantropi yang
berkembang di tengah masyarakat dapat dipahami dalam dua konteks; filantropi agama dan filantropi sosial.
Filantropi agama difahami sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam ajaran agama (Abubakar dan Chaider
SB, 2006:6). Hal ini berdasarkan bahwa semua agama mengemban misi suci yang sama yaitu mengajak
manusia untuk senantiasa berbuat kebajikan. Manusia yang berafiliasi sebagai pemeluk dan penganut suatu
agama tertentu mentransformasikan ajaran yang dirisalahkan oleh agamanya, diinternalisasikan ke dalam
diri untuk dipraktikkan dalam bentuk perilaku atau tindakan. Tingkat pemahaman dan penghayatan
mendalam dan objektif terhadap ajaran-ajaran agama tentunya akan melahirkan tindakan yang positif.
Praktik filantropi agama dalam kultur masyarakat tradisional bersifat sembunyi-sembunyi Ditinjau dari sisi
tata kelola, filantropi dibagi menjadi dua bentuk; pertama citizen filantropi (filantropi warga) dan organized
filantropi (filantropi terorganisir). Citizen Filantropi merupakan aktifitas memberi yang umumnya dilakukan
oleh individu perorangan atau sekelompok orang atau warga masyarakat. Citizen filantropi bisa
dikategorikan ke dalam filantropi karitas atau kegiatan amal. Filantropi jenis ini mempunyai sifat azas
manfaat jangka pendek. Organized filantropi adalah bentuk filantropi yang terorganisir dan terlembagakan
(Schearer, 1995).Filantropi ini berbentuk sebuah lembaga yang mempunyai struktur organisasi, visi dan
program kerja yang mengatur kinerja bagaimana dana filantropi didistribusikan kepada para
penerima.Demikian juga dengan filantropis atau pelaku filantropi bukan hanya dari golongan
perorangan,namun juga dari kelompok dunia usaha (pebisnis) (Peter, 2006).

B. Perkembangan tentang Kajian Filantropi


Robert L.Payton (1926-2011) merupakan tokoh yang mempopulerkan dan menghabiskan waktunya
untuk melakukan studi tentang filantropi. Proyeksi studi filantropi dimulai sejak tahun 1988 dengan
mendirikan pusat studi filantropi di Universitas Indiana. Dia memimpin di pusat studi filantopi yang
didirikannya itu dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1993. Beberapa peneliti tergabung dalam proyek
studinya adalah Dwight F. Burlingame, Albert B. Anderson, Karen J Blair, Dennis Young, Gregory Eiselein,
Marcos Cueto, Jerome L. Himmelstein, Thomas H Jeavon, Mike W Martin, Mary J Oates, J.B.Schneewind,
David H Smith, Warren F Ilchman, Stanley Katz dan Queen II. Robert L Payton juga merupakan tokoh yang
berkontribusi besar dalam merumuskan kembali makna dan eksistensi serta signifikansi filantropi dalam
rangka memperbaiki kehidupan dan kemaslahatan publik.
Dari point kemaslahatan public inilah lahir lembaga-lembaga filantropi yang kreatif dan inovatif untuk
memberikan berbagai bentuk dan jenis pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai kemaslahatan
bersama (Payton & Moody, 2008). Disamping Payton, Anheier juga memberikan kontribusi dalam mengurai
berbagai pendekatan yang digunakan oleh berbagai lembaga filantropi dari masa klasik hingga kontemporer
dan masa yang akan datang. Anheiermembagiperiodesasi kajian filantropi ke dalam empat pendekatan;
pendekatan karitas, pendekatan saintifik filantropi, pendekatan saintifikbaru dan pendekatan filantropi
kreatif. Pendekatan karitas merupakan bentuk asli (original) dari filantropi yang berkembang di seluruh dunia
dengan sebutan dan penamaan yang berbeda-beda.
Pendekatan karitas ini berakar dari keyakinan agama seperti ajaran sepersepuluh di dalam ajaran
agama Kristiani, zakat infaq sadaqah (ZIS) dalam ajaran Islam, dana punia (Hindu). Tidak ada ketentuan
perundangundangan khusus yang mengatur tentang bagaimana lembaga filantropi mendistribusikan dana
karitas. Di berbagai negara, pendekatan karitas ini merupakan hal yang yang paling dominan, meskipun pada
tataran praktis mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan secara kelembagaan terlihat bahwa lembaga
filantropi belum mampu mengeksplorasi potensi hebat dalam dirinya. Sumber dana dari lembaga filantropi
bersumber dari basis keyakinan agama. Ditinjau dari segi dampaknya terhadap penerima, karitas mempunyai
aspek manfaat terbatas dan temporer (short-term). Pendekatan karitas mulai mengalami anomali bahkan
kurang popular memasuki era abad ke 20 (Anheier & Leat, 2006). Pada era abad ke 20, pendekatan saintifik
filantropi mulai diadopsi oleh banyak lembaga filantropi. Pendekatan saintifik filantropi merupakan
pendekatan ilmiah saintifik dengan menggunakan teknik rekayasa sosial untuk mengurai akar masalah-
masalah sosial seperti halnya kemiskinan dan kesenjangan sosial. Pendekatan ini berasumsi bahwa masalah
sosial, kesehatan dan ekonomi akan mampu diselesaikan jika akar penyebab masalah sudah dipahami dan
bisa diidentifikasi. Filantropi dengan pendekatan ini memfokuskan program kerjanya di bidang pendidikan
(pelatihan) dan penelitian daripada memberikan pelayanan sosial. Anomali bagi lembaga. filantropi yang
seharusnya menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan sosial bagi kaum marginal mulai
mengalami ketidak efektifan kinerja dan inefisiensi. Persoalan waktu yang lama dan cost pembiayaan yang
tinggi menambah intensitas problematikadi tubuh lembaga filantropi dalam mengembangkan potensinya.
Setelah era saintifik (ilmiah), lembaga filantropi mencoba untuk menerapkan metode baru yang disebut
dengan pendekatan saintifik baru. Kebaruan pendekatan ini terletak pada dampak cakupan dan
keberlanjutan dampakdibandingkan dengan pendekatan saintifik. Namun pendekatan ini pada akhirnya juga
mengalami stagnasi dan mulai beralih pada pendekatan apa yag disebut oleh Anheier sebagai filantropi
kreatif. Filantropi kreatif yaitu filantropi yang menekankan pada kebebasan pengembangan kreatifitas
kelembagaan filantropi dalam membuat terobosan-terobosan dalam memberikan pelayanan. Filantropi
kreatif akan tercipta dengan beberapa prasyarat; pertama lembaga filantropi independen, bebas dan netral.
Kedua, lembaga filantropi dibentuk dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama bukan untuk kemaslahatan
segelintir orang, atau sekelompok golongan. Orang yang mempunyai keinginan untuk memberdayakan
masyarakat, mendorong perubahan menuju masyarakat yang adi dan sejahtera (Masyarakat yang adil dan
sejahtera) merupakan pelaku filantropi
Jenis-jenis Filantropi
1. Filantropi tradisional adalah filantropi berbasis karitas (charity) atau belas kasih yang pada umumnya di
kenal masyarakat dengan bentuk pemberian para dermawan kepada kaum miskin untuk membantu
kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal dan lainnya. Filantropi tradisional bersifat individual dalam
konteks luas atau makro hanya mampu mengobati penyakit kemiskinan akibat ketidak adilan struktur.
2. Filantropi modern disebut juga filantropi pembangunan sosial dan keadilan sosial dengan kata lain
menjembatani antara si kaya dan si miskin dengan orientasi pada perubahan institusional dan sistematik.
C. Prinsip dalam filantropi
1. Filantropi memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumber daya agar mereka
dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Setiap pelaku filantropi menghargai keberagaman yang hidup dalam masyarakat : budaya, agama dan
keyakinan, suku bangsa, cara pandang, dan lain-lain.
3. Keadilan gender. Filantropi yang dilaksanakan memperhatikan kebutuhan dan kecenderungan gender
yang berbeda dan menempatkannya dalam perspektif kesetaraan. Di Indonesia kegiatan filantropi ini
sudah dilakukan dari sejak dulu dengan konsep gotong royong. Awalnya kegiatan filantropi di negara ini
dimulai dari kegiatan amal tradisional dan berdasarkan tradisi agama bentuknya pun direct giving atau
bantuan langsung yang hanya bersifat jangka pendek. Ada banyak pihak yang terlibat dalam filantropi ini
antara lain individu, keluarga, komunitas, organisasi nirlaba maupun perusahaan. Saat ini ada banyak
organisasi yang mengelola dan mengembangkan filantropi antara lain yayasan keluarga, yayasan
independen, yayasan agama, yayasan komunitas, yayasan perusahaan.
D. Tujuan Filantropi
Memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumberdaya agar mereka
dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap
pelaku filantropi menghargai keberagaman yang hidup dalam masyarakat : budaya, agama dan
keyakinan, suku bangsa, cara pandang, dan lain-lain.
E. Lembaga Filantropi
Definisi dari lembaga filantropi adalah suatu organisasi atau institusi yang menawarkan
kebaikan kepada banyak orang agar dunia menjadi lebih baik. Kebaikan tersebut dapat berupa uang,
tenaga, dan waktu untuk membantu di berbagai bidang. Terutama, bidang sosial, bidang pendidikan,
bidang kesehatan, dan lainnya. Di Indonesia sendiri, contoh lembaga filantropi adalah Badan Amil Zakat
Nasional (Baznas), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Greeneration Foundation, The Nature Conservancy
(TNC), Human Initiative, dan masih banyak lagi.
Lembaga filantropi adalah suatu organisasi yang bergerak di bidang sosial dengan focus
solidaritas, kepedulian pada masyarakat menengah ke bawah, serta kemanusiaan. Lembaga filantropi
bertujuan menghimpun dana lalu diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui program
tertentu. Tujuan Lembaga filantropi adalah tidak mengambil keuntungan karena menawarkan bantuan
untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para penerima bantuan. Dana diperoleh dengan
berbagai cara seperti penggalangan dana, transfer bank, kotak amal masjid, hingga kemitraan.
Lembaga filantropi memiliki cara khas yang membedakan dengan organisasi lain. Adapun karakteristik
Lembaga filantropi adalah sebagai berikut
1. Gesit dan cepat bergerak
Organisasi atau lembaga filantropi saat ini harus bergerak cepat untuk beradaptasi dengan kondisi.
Termasuk ketika terjadi bencana alam atau situasi darurat, lembaga filantropi harus bergerak cepat
mengumpulkan dan menyalurkan dana
2. Fokus pada tujuan
Lembaga filantropi selalu fokus pada visi, misi, dan tujuan. Tujuan utamanya adalah menjadi
lembaga filantropi yang kuat, berkelanjutan, dan terukur.
3. Memperhatikan donator
Lembaga filantropi sangat memahami bahwa donatur adalah bagian penting dari organisasi. Karena
itu, donasi yang diberikan harus bisa dipertanggung jawabkan secara transparan. Selain itu, lembaga
filantropi berupaya untuk memelihara hubungan yang baik dengan para donatur.
4. Sumber pendanaan beragam
Sangat penting bagi lembaga filantropi untuk tetap mengawasi keuangannya. Sumber pendanaan
beragam disarankan tidak menerima lebih dari 30% dana dari satu sumber. Sebab, jika sampai dana
ini hilang, maka akan menghentikan seluruh operasional organisasi.
5. Dapat menginspirasi orang lain
Karakteristik selanjutnya dari lembaga filantropi adalah mampu menginspirasi sukarelawan,
donatur, serta stafnya agar membangun komunitas yang kuat.
6. Cerdas secara digital
Teknologi mengubah lembaga filantropi dalam hal penggalangan dana secara profesional dan
transparan. Penggalangan dana online tumbuh setiap tahun. Itulah mengapa, sangat penting bagi
manajemen lembaga filantropi untuk meningkatkan pengetahuan tentang tools, website, aplikasi,
dan platform baru. Sistem digital dapat meningkatkan efisiensi operasional lembaga filantropi dan
meningkatkan daya saing agar tetap tumbuh dan berkembang.
7. Mau mendengarkan kritik dan saran
Terakhir, ciri khas atau karakteristik lembaga filantropi adalah mau mendengarkan dan menerima
kritikan. Terutama dari pada relawan, staf, donatur, dan masyarakat umum. Kritik dan saran
dibutuhkan agar lembaga filantropi mampu mengembangkan program baru yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan para penerima bantuan.

Job Profile Pekerjaan Sosial


Seperti bidang kehidupan lain, semuanya ada ahlinya sendiri sendiri, misalnya kesehatan dengan
dokter; teknologi dengan insinyur; ekonomi dengan ekonom, psikologi dengan psikolog dan Psikiater; maka
bidang kesejahteraan sosial dengan Pekerjaan Sosial sebagai profesi yang memiliki kewenangan keahliannya;
dan Pekerja Sosial sebagai Pekerjaan Sosial sebagai sebuah profesi dikembangkan sebagai komponen praktis
dari Kesejahteraan Sosial, yang menerapkan hasil hasil kajian Kesejahteraan Sosial tentang kehidupan sosial
manusia. Secara sederhana, Pekerjaan Sosial dapat didefinisikan sebagai suatu “Bidang keahlian yang
memiliki kewenangan untuk melaksanakan berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang dalam
melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui proses interaksi; agar orang dapat menyesuaikan diri dengan
situasi kehidupannya secara memuaskan”. “The major focus is on reducing problems in human relationships
and on enriching living through improved human interaction” Skidmore and Thackeray, 1988:8 (dalam
Pengantar Pekerjaan Sosial (Budhi Wibhawa, Santoso T. Raharjo, Meilany Budiarti S,Pengantar pekerjaan
sosial,Unpad Press,2015,) .
Dari definisi tersebut, dapat ditarik makna sebagai berikut: a. Pekerjaan Sosial dipandang sebagai
sebuah bidang keahlian (profesi), yang berarti memiliki landasan keilmuan dan seni dalam praktik (dicirikan
dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi). Dengan demikian, Pekerjaan Sosial dalam konteks ini harus
dibedakan dengan ‘kegiatan sosial’ (charity/philanthrophy) yang dapat dilaksanakan oleh siapapun yang
memiliki keinginan untuk berbuat baik kepada sesamanya. b. Para penyandang profesi Pekerjaan Sosial
memilki kewenangan sebagai akibat sosial dari pendidikan keahliannya, untuk menyelenggaraan pelayanan
sosial dalam semua bentuk dan tingkatnya. c. Keahlian khusus dalam profesi Pekerjaan Sosial adalah
manipulasi perilaku manusia (secara individual maupun dalam unit sosial), yang ditujukan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial manusia sebagai makhluk sosial.
Satu hal perlu digaris bawahi bahwa bidang garapan praktik Pekerjaan Sosial adalah aspek sosial dari
kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi logisnya, Pekerjaan Sosial menjadi sebuah profesi yang syarat nilai,
karena kata sosial dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai (values) yang pasti ada
dalam pergaulan antarmanusia. Pekerja Sosial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai “orang yang
memiliki kewenangan keahlian dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial”. Dengan melihat
beberapa makna definisi Pekerjaan Sosial, maka dapat diketahui pula bahwa kekhasan keahlian Pekerja
Sosial adalah pemahaman dan keterampilan dalam memanipulasikan perilaku manusia sebagai makhluk
sosial. Kata manipulasi, dalam penggunaan umum pada masyarakat Indonesia telah diberi konotasi yang
negatif karena memang biasa digunakan untuk menunjuk kepada perbuatan negatif, seperti manipulasi uang
(korupsi), manipulasi sembako (penimbunan). Sesungguhnya kata manipulasi berarti ‘menggunakan sesuatu
sesuai dengan kehendak pelaku (manipulator)’. Dalam konteks praktik Pekerjaan Sosial, maka manipulasi
tingkah laku manusia, berarti mengubah perilaku manusia dalam kerangka tujuan praktik Pekerjaan Sosial
itu sendiri yaitu membantu orang untuk meningkatkan keberfungsian sosialnya. Kembali ke persoalan
Pekerja Sosial sebagai profesi. Banyak faktor yang menyebabkan orang belum mau menjadikan Pekerja Sosial
sebagai profesinya. Pertama, soal bonafiditas. Sebagian besar masih menempatkan pekerjaan lain, misalnya
Engineer, Banker, atau bahkan Guru, jauh lebih bergengsi ketimbang menjadi Pekerja Sosial. Kedua, alasan
benefit. Salary yang didapat sebagai Pekerja Sosial tidaklah besar, itu pun tergantung seberapa besar
lembaga sosial tersebut. Alasan ketiga, dan ini yang paling banyak mempengaruhi adalah soal masa depan.
Masa depan para Pekerja Sosial dianggap tidak jelas, sangat tergantung dengan kontinuitas lembaga itu
sendiri. Berakhirnya lembaga itu, berakhir pula masa depannya. Cobalah telisik, benarkah mereka yang
bekerja sebagai Pekerja Sosial itu orang-orang yang kalah bersaing dan tidak mendapatkan tempat dalam
pekerjaan lain? Ada anggapan seperti ini yang beredar di masyarakat. Sesungguhnya tidak demikian,
Pekerjaan Sosial adalah sebuah profesi pilihan, seperti halnya orang lain memilih untuk menjadi
banker, engineer, dokter, arsitek, pengusaha dan lain sebagainya. Selalu ada alasan bagi setiap individu untuk
menentukan di mana dan sebagai apa ia berkarir, begitu pula ketika seseorang memilih Pekerja Sosial sebagai
profesinya. Cobalah datangi langsung lembaga-lembaga tersebut, orang-orang di dalamnya bukan sekadar
lulusan SMA, melainkan jebolan S1, S2 dan S3 dari perguruan tinggi terkenal dalam dan luar negeri, dan kini
menghuni lembaga sosial, sama halnya dengan mereka yang bekerja di perusahaan besar dan menjalani
profesi lainnya.

Ruang Lingkup Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk menolong individu, keluarga, kelompok maupun
komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki keberfungsian sosialnya. Sebagai profesi, seorang pekerja
sosial dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai/etika praktik perkerjaan sosial. Dalam menolong
individu, keluarga, kelompok maupun komunitas, pekerja sosial memiliki berbagai metode pananganan.
Keberfungsian sosial sebagai fokus utama seorang pekerja soaisal, diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, mengatasi masalahmasalahnya, dan dapat menjalankan peranan-
peranan sesuai dengan status sosialnya di masyarakat.
Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok, dan masyarakat
dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-
kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan. Ruang Lingkup atau Bidang Garapan Praktek
Pekerjaan Sosial Guna mengenal lebih jauh fungsi dan peranan pekerjaan sosial, di bawah ini
disajikan contoh ruang lingkup atau bidang yang sering menjadi tempat berkiprah para pekerja sosial,
antara lain :
1) Pelayanan-pelayanan terhadap Keluarga : penguatan keluarga, konseling keluarga, pemeliharaan
anak, pendidikan tentang kehidupan berkeluarga, keluarga berencana (KB) dan kekerasan
dalam rumah tangga.
2) Kesejahteraan Anak : adopsi dan pelayanan kepada orang tua yang tidak menikah, foster care,
residential care, bantuan terhadap anak-anak terlantar atau gelandangan, dan pelayanan-
pelayanan perlindungan.
3) Kesehatan dan Rehabilitasi : pendamping pasien di rumah sakit, pengembangan kesehatan
mental, rehabilitasi vokasional, rehabilitasi pecandu obat dan alkohol.
4) Pengembangan/ Pelayanan kepada Masyarakat : perencanaan sosial, pengorganisasian
masyarakat, pengembangan masyarakat, revitalisasi ketetanggaan, perawatan lingkungan hidup,
kehutanan sosial, penguatan modal sosial, dan penguatan ekonomi kecil.
5) Jamisan Sosial : skema asuransi sosial, bantuan sosial, dan jaringan pengaman sosial.
6) Pelayanan Kedaruratan : pengorganisasian bantuan, manajemen krisis, informasi dan
rujukan, integrasi pengungsi, dan pengembangan peringatan dini masyarakat.
7) Pekerja Sosial Sekolah : konseling penyesuan sekolah, manajemen perilaku pelajar,
manajemen tunjangan biaya pendidikan, pengorganisasian makan siang murid, peningkatan
partisipasi keluarga dan masyarakat dalam pendidikan.
8) Pekerja Sosial Industry : program bantuan pegawai, penanganan s tress , penempa tan
dan relokasi kerja , perencanaan pensiun, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
9) Pekerja Sosial Koreksional : advocator, dan kenakalan dalam LP.
10) Pekerja Sosial Klinis : perencanaan rumah sakit dan kesehatan, kecanduan terhadap obat-
obatan, ketidakmampuan cacat tubuh/ fisik, dan sakit kronis.
Fokus Utama Pekerjaan Sosial adalah Meningkatkan Keberfungsian Sosial (Social Functioning) klien.
a. Keberfungsian Sosial Merupakan kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan
sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam memenuhi/merespon kebutuhan dasar, menjalankan
peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses). Fokus keberfungsian social
dalam pekerjaan social antara lain sebagai berikut:
1) Kemampuan menghadapi atau memecahkan permasalahan yang dihadapinya sesuai dengan situasi dan
kondisi, serta lingkungannya.
2) Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, baik dalam pendidikannya,
pekerjaannya, keluarganya, kelompoknya, masyarakatnya, dan sebagainya secara konstruktif
3) Pelaksanaan tugas-tugas serta peran-peran dalam kehidupannya sesuai dengan usianya, status, serta
tanggung jawab yang disandangnya.
4) Berperilaku secara memadai dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
5) Keberfungsian sosial menunjukkan suatu kondisi pertukaran yang seimbang, dalam kebaikan, serta
adaptasi timbal balik, antara manusia sebagai individu dengan lingkungannya.
6) Dengan demikian, keberfungsian sosial merupakan hasil sistemik dari sebuah pertukaran yang saling
mengisi antara kebutuhan, sumber daya yang tersedia, harapan / motivasi dengan kemampuan
seseorang untuk memenuhinya, antara tuntutan, harapan, serta kesempatan dengan kemampuan
lingkungan untuk memenuhinya.

Target sasaran pekerjaan sosial

Tujuan Pekerjaan Sosial


a) Memperkuat kemampuan orang untuk memecahkan ,menghadapi masalah serta kemampuan
pengembangan dirinya
b) Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang dapat menyediakan sumber-sumber, pelayanan-
pelayanan, dan kesempatan-kesempatan atau peluang dalam penyelesaian masalah klien.
c) Mengembangkan sistem-sistem yang dapat menyediakan sumber dan pelayanan bagi orang agar
pelaksanaannya lebih efektif dan manusiawi.
d) Mengembangkan dan memperbaiki kebijakan sosial
Metode intevensi Pekerjaan Sosial yaitu sebagai berikut:
a. Case Work (sasarannya individu dan keluarga)
b. Group Work (sasarannya kelompok)
c. Community Work (sasarannya organisasi, masyarakat, dan kebijakan)
Ranah Praktik Pekerjaan Sosial
a. Ranah makro, tingkat pekerjaan sosial ranah makro adalah intervensi yang tersedia dalam skala besaryang
mempengaruhi seluruh masyarakat dan system perawatan
b. Ranah Mezzo, praktek pekerjaan sosial dalam ranah mezzo terjadi dalam skala menengah yang
melibatkan lingkungan, Lembaga atau kelompok-kelompok kecil lainnya
c. Ranah mikro, pekerjaan sosial mikro adalah praktek yang paling umum dan terjadi secara langsung
dengan klien individu dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
S u k o co , D w i H e r u . 1 9 9 1 . Profe si Pekerjaa n Sosial dan Proses Pertolongannya. Koperasi
Mahasiswa, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (KOPMA STKS) : Bandung
Puspensos “Macam-macam Bidang Praktek pekerjaan Sosial” https://puspensos.kemensos.go.id/macam-
macam-bidang-praktek-pekerjaan-sosial (Diakses Agustus 26,2022)
Kemensos “Dasar-dasar Pekerjaan Sosial” https://bppps.kemensos.go.id/bahan_bacaan/file_materi/dasar-
dasar-peksos-unyuk-tks.pdf (Diakses Agustus 26,2022)
Filantropi Indonesia “Filantropi” https://filantropi.or.id/tentang-kami/sejarah/ (Diakses Agustus 26,2022)

Anda mungkin juga menyukai