Fase :E
2. Langkah Pembelajaran
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Pertemuan IV
Instrumen
Aspek Indikator
Awal Proses Akhir
Kompetensi Awal KA – 1 Peserta didik Tanya jawab mengenai -
mempunyai 1) Apakah yang dimaksud
pengetahuan awal dengan filantropi ?.
tentang filantropi. 2) Jelaskan sejarah
lahirnya filantropi ?.
3) Apakah tujuan dari
filantropi ?.
KA – 4 Peserta didik
mempunyai 1) Apakah yang dimaksud
pengetahuan awal dengan ruang lingkup
mengenai ruang lingkup pekerjaan sosial ?.
pekerjaan sosial. 2) Siapa sajakah yang
dimaksud dengan pekerja
sosial ?.
Tujuan 1. Peserta didik dapat Observasi Post test
Pembelajaran: menjelaskan tentang Mempresentasi
Memahami profil filantropi. kan hasil diskusi
pelaku filantropi
dan job profile 2. Peserta didik dapat Observasi Post test
pada pekerjaan mengidentifikasi profil Mempresentasi
sosial. pelaku filantropi. kan hasil diskusi
Tindak lanjut:
- Remedial : Setiap Peserta didik yang tidak terlibat secara aktif dalam project diberikan tugas
tambahan untuk mengidentifikasi dan mempresentasikan project tersebut.
- Pengayaan : Setiap Peserta didik yang aktif terlibat dalam pembelajaran akan menerima
informasi baru mengenai project yang dilakukan.
Lampiran:
1. Kriteria ketercapaian assesmen awal
Pertemuan I
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N (Yes/No) Keterangan
siswa
1. Apakah yang dimaksud
dengan filantropi ?
2. Jelaskan sejarah lahirnya KA.1
1
filantropi ?
3. Apakah tujuan dari
filantropi ?
2 KA.1
3 KA.1
4 Dst
Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan
teman sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.
Pertemuan II
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N Keterangan
siswa (Yes/No)
1. Apakah yang dimaksud dengan
pelaku filantropi ? KA.2
1
2. Siapa sajakah yang termasuk
dalam profil pelaku filantropi ?
2 KA.2
3 KA.2
Dst
4
Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan
teman sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.
Pertemuan III
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N Keterangan
siswa (Yes/No)
1. Apakah yang dimaksud dengan job
profile ? KA.3
1
2. Apakah job profile pada pekerjaan
sosial ?
2 KA.3
3 KA.3
Dst
4
Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan teman
sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.
Pertemuan IV
Lembar Penilaian
No Nama Pertanyaan Indikator Y/N Keterangan
siswa (Yes/No)
1. Apakah yang dimaksud dengan ruang
lingkup pekerjaan sosial ? KA.4
1
2. Siapa sajakah yang dimaksud dengan
pekerja sosial ?
2 KA.4
3 KA.4
4 Dst
Kriteria ketercapaian kelas pada assesmen awal tercapai jika semua peserta didik dalam satu kelas telah
memperoleh kategori mampu. Jika kategori mampu ≥ 80% maka pembelajaran dilanjutkan ke assesmen
proses dan akhir, dan bagi yang belum mendapat kategori mampu diberi waktu untuk belajar dengan teman
sejawat atau belajar mandiri baru dilanjutkan ke assesmen proses dan akhir.
2. Asesmen Proses
Guru melakukan asesmen proses untuk mengetahui sejauh apa proses kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dalam rangka menuju Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran.
a. Asesmen proses Pertemuan I
1) Pengamatan diskusi kelompok dan presentasinya tentang filantropi.
Lembar pengamatan proses diskusi kelompok :
Aspek pengamatan Nilai
No Nama Berpendapat Keaktifan Toleransi Kerjasama
1
2
3
dst
Peserta dinyatakan mampu dalam berdiskusi jika mendapat nilai dalam kategori mampu (≥75% dari
total nilai).
3. Assesmen Akhir
Guru melakukan asesmen akhir untuk melakukan kontrol akhir terhadap kompetensi siswa terhadap
pencapaian KKTP yang ditargetkan.
a. Asesmen akhir Pertemuan I
Penilaian hasil post test tentang filantropi.
1) Soal Post Test:
a) Jelaskan sejarah lahirnya filantropi ?
b) Jelaskan apa yang di maksud dengan filantropi?
c) Jelaskan tujuan dari filantropi ?
d) Jelaskan prinsip dalam filantropi ?
e) Jelaskan Lembaga-lembaga apa saja yang termasuk dalam filantropi ?
2) Kunci Jawaban Post Test:
a) Menilik dari sejarahnya, sikap solidaritas untuk mencintai sesama manusia ini sudah ada
sejak zaman Yunani Kuno. Awalnya merupakan sebuah sikap yang erat kaitannya dengan
semangat kebebasan manusia. Dalam cerita dewa-dewa Yunani, dikisahkan bahwa tirani
dewa tertinggi Yunani, yaitu Zeus terus membelenggu manusia dalam kondisi bodoh, selalu
dirundung ketakutan, kegelapan, dan tak berdaya. Hingga akhirnya, seorang dewa bernama
Promotheus pun turun tangan menanggapi kondisi yang terjadi. Ia menyelamatkan manusia
dan memberi mereka api dan harapan agar terlepas dari kondisi yang mengenaskan tersebut.
Kecintaan Promotheus pada manusia ini membuat awal munculnya sebuah rasa solidaritas
untuk menolong pihak lain yang sedang berada dalam kondisi susah. Semangat perbaikan
peradaban manusia dan menolongnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi pun terus lestari hingga kini. Ungkapan cinta kasih kepada sesama manusia ini pun
ditafsirkan meluas dalam kamus Webster. Di sana dijelaskan bahwa cara mengungkapkan
rasa cinta kasih ini tidak melulu dalam bentuk uang dan barang, namun bisa juga melalui jasa
atau sikap nyata lain, seperti menjadi relawan, yang bisa meningkatkan rasa cinta pada
sesama atas nama kemanusiaan.
b) Filantropi berasal dari bahasa Yunani (Philanthropy), Philos (cinta) dan Anthropos (Manusia).
Secara harfiah, filantropi adalah konseptualisasi dari sifat memberi (Giving), pelayanan
(service) dan asosiasi (association) secara suka rela membantu pihak lain yang membutuhkan
ekspresi rasa cinta. Filantropi di maknai kedermawanan sebuah watak atau sikap altroistik
(mengutamakan kepentingan orang lain atau kepentingan bersama) yang sudah menyatu
dalam diri manusia baik individu maupun kolektive (Latief, 2010) Filantropi secara umum
diartikan sebagai sukarela untuk membantu public sebagai bentuk kecintaannya terhadap
orang lain.
c) Filantropi memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumberdaya agar
mereka dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setiap pelaku filantropi menghargai keberagaman yang hidup dalam masyarakat : budaya,
agama dan keyakinan, suku bangsa, cara pandang, dan lain-lain.
d) 1. Filantropi memberikan akses kepada warga masyarakat yang memerlukan sumber daya
agar mereka dapat meningkatkan kemandirian mereka dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Setiap pelaku filantropi menghargai keberagaman yang hidup dalam masyarakat : budaya,
agama dan keyakinan, suku bangsa, cara pandang, dan lain-lain.
3. Keadilan gender. Filantropi yang dilaksanakan memperhatikan kebutuhan dan
kecenderungan gender yang berbeda dan menempatkannya dalam perspektif kesetaraan.
4. Universal dan non-partisan. Filantropi tidak membeda-bedakan latar belakang penerima
maupun pemberi dan dijaga agar tidak menjadi alat politik untuk kepentingan kelompok
atau aliran tertentu.
5. Kepentingan bangsa ditempatkan di atas kepentingan individu dan kelompok
e) Filantropi Keluarga. Filantropi Perusahaan. Filantropi Keagamaan. Filantropi Independen.
Filantropi Media.
Rubrik penilaian :
Kriteria Kategori
Peserta didik mendapat nilai ≥ 80% Mampu
Peserta didik mendapat nilai 50% - 79% Kurang mampu
Peserta didik mendapat nilai ≤ 50% Tidak mampu
Rubrik Penilaian :
Kriteria Kategori
Peserta didik mendapat nilai ≥ 80% Mampu
Peserta didik mendapat nilai 50% - 79% Kurang mampu
Peserta didik mendapat nilai ≤ 50% Tidak mampu
FILANTROPI
A. Pengertian Filantropi dan Jenis Filantropi
Kata Filantropi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani dari kata philein yang artinya cinta dan
anthropos artinya manusia. Filantropi secara terminologi artinya tindakan seseorang yang ditujukan kepada
orang lain yang dilandasi perasaan cinta kepada sesama manusia serta nilai kemanusiaan.dengan
maksuduntuk menolongnya, baik dalam bentuk material maupun immaterial. Robert L. Payton memberikan
definisi filantropi sebagai aktifitas sukarela untuk kemaslahatan publik (Payton & Moody, 2008).Menurut
Prihatna (2005:3), istilah filantropi (philanthropy) berasal dari bahasa yunani, Philos (cinta) dan anthropos
(manusia). Secara harfiah, filantropi adalah konseptualisasi dari praktik memberi (giving), pelayanan servis
(services) dan asosiasi secara sukarela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai ekspresi rasa
cinta. Sebagai bentuk rasa cinta, individu atau kelompok, filantropi diwujudkan dengan menyisihkan
sebagian dari waktu, bantuan (pertolongan) atau uang untuk kebaikan masyarakat (Encarta, 2004). Di dalam
American heritage Dictonary, pengertian filantropi mencakup tiga hal; 1) upaya untuk meningkatkan taraf
hidup umat manusia, 2) mencintai umat manusia secara universal dan 3) aktivitas yang diarahkan untuk
mempromosikan kesejahteraan manusia (http://www.dictionary. com)..
Dalam kamus besar bahasa Indonesia filantropi diartikan dengan tindakan derma (kedermawanan).
Diartikan derma, karena orang yang senantiasa terbuka dan senang memberikan sesuatu kepada orang lain
yang dicintainya disebut sebagai dermawan. seseorang tidak akan memberikan sesuatu dengan terpaksa
kepada orang kecuali terhadap orang yang dicintainya. Meskipun kita juga seringkali menyaksikan orang yang
memberikan hartanya atau menolong orang lain dengan motivasi lainnya seperti terpaksa atau ingin dipuji
atau ingin pamer dan kepentingan lainnya (Neilsen, 1996). Perbuatan yang demikian tidak termasuk dalam
kategori filantropi karena ada rasa keterpaksaan. Yang saya maksudkan dengan filantropi disini adalah
memberikan sesuatu kepada orang lain secara suka rela tanpa ada paksaan dari siapapun.Dengan demikian,
filantropi secara umum dapat diartikan sebagai tindakan sukarela yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dan kemaslahatan (kepentingan) publik terutama kaum miskin.
Filantropi merupakan salah satu modal sosial yang hampir dimiliki oleh semua kalangan masyarakat
manapun. Filantropi sebagai sebuah tradisi telah menyatu di dalam kultur komunal yang telah mengakar
sejak lama khususnya di masyarakat pedesaan. Fakta kultural menunjukkan bahwa tradisi filantropi
dilestarikan melalui pemberian derma kepada teman, keluarga, dan tetangga yang kurang beruntung. Ciri
lainnya ditunjukkan dengan tuntutan masyarakat untuk memprioritaskan tujuan meringankan beban orang
miskin yang jumlahnya naik hingga 48% selama krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997
(Pirac, 2002:9). Dari tradisi keenam agama besar yang diakui legalitasnya di Indonesia, risalah filantropi dapat
kita temukan di dalam kitab-kitab suci agama tersebut. Di dalam ajaran Islam, kegiatan filantropi melekat
dalam konsep dan praktik zakat, infak, sedekah dan waqaf. Filantropi dalam ajaran agama Hindu dikenal
dalam konsep datria datriun (zakat dalam bahasa islam) dan danapatra (penerima) (Thaha, 2003: 91; Pirac,
2002:8).
Konsep yang serupa dalam agama Budha dikategorikan sebagai etika atau sutta nipata. Ajaran ini
mendasarkan diri pada lima prinsip dasar; memberi dalam iman, memberi dengan seksama, memberi dengan
segera, memberi dengan sepenuh hati dan memberi untuk tidak mencelakakan diri sendiri dengan orang lain
(Thaha, 2003:92). Dalam ajaran agama Kristen, konsep tithe (sepersepuluh) dipahami sebagai bagian dari
pendapatan seseorang yang ditentukan oleh hukum untuk dibayar kepada gereja bagi pemeliharaan
kelembagaan, dukungan untuk pendeta, promosi kegiatannya dan membantu orang miskin (Thaha,
2003:93). Sedangkan dalam tradisi agama Konghucu, filantropi dapat ditelusuri pada konsep kemanusiaan
’konfusius’ dan cinta partikular ’mencius’ (Ilchman et.al, 2006:196).
Di dalam kedua konsep tersebut terkandung sifat yang inheren didalamnya seperti sifat keadilan,
kedermawanan, keikhlasan, kesungguhan dan kebaikan. Menurut Warren (2006), Filantropi yang
berkembang di tengah masyarakat dapat dipahami dalam dua konteks; filantropi agama dan filantropi sosial.
Filantropi agama difahami sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam ajaran agama (Abubakar dan Chaider
SB, 2006:6). Hal ini berdasarkan bahwa semua agama mengemban misi suci yang sama yaitu mengajak
manusia untuk senantiasa berbuat kebajikan. Manusia yang berafiliasi sebagai pemeluk dan penganut suatu
agama tertentu mentransformasikan ajaran yang dirisalahkan oleh agamanya, diinternalisasikan ke dalam
diri untuk dipraktikkan dalam bentuk perilaku atau tindakan. Tingkat pemahaman dan penghayatan
mendalam dan objektif terhadap ajaran-ajaran agama tentunya akan melahirkan tindakan yang positif.
Praktik filantropi agama dalam kultur masyarakat tradisional bersifat sembunyi-sembunyi Ditinjau dari sisi
tata kelola, filantropi dibagi menjadi dua bentuk; pertama citizen filantropi (filantropi warga) dan organized
filantropi (filantropi terorganisir). Citizen Filantropi merupakan aktifitas memberi yang umumnya dilakukan
oleh individu perorangan atau sekelompok orang atau warga masyarakat. Citizen filantropi bisa
dikategorikan ke dalam filantropi karitas atau kegiatan amal. Filantropi jenis ini mempunyai sifat azas
manfaat jangka pendek. Organized filantropi adalah bentuk filantropi yang terorganisir dan terlembagakan
(Schearer, 1995).Filantropi ini berbentuk sebuah lembaga yang mempunyai struktur organisasi, visi dan
program kerja yang mengatur kinerja bagaimana dana filantropi didistribusikan kepada para
penerima.Demikian juga dengan filantropis atau pelaku filantropi bukan hanya dari golongan
perorangan,namun juga dari kelompok dunia usaha (pebisnis) (Peter, 2006).
Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk menolong individu, keluarga, kelompok maupun
komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki keberfungsian sosialnya. Sebagai profesi, seorang pekerja
sosial dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai/etika praktik perkerjaan sosial. Dalam menolong
individu, keluarga, kelompok maupun komunitas, pekerja sosial memiliki berbagai metode pananganan.
Keberfungsian sosial sebagai fokus utama seorang pekerja soaisal, diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, mengatasi masalahmasalahnya, dan dapat menjalankan peranan-
peranan sesuai dengan status sosialnya di masyarakat.
Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok, dan masyarakat
dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-
kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan. Ruang Lingkup atau Bidang Garapan Praktek
Pekerjaan Sosial Guna mengenal lebih jauh fungsi dan peranan pekerjaan sosial, di bawah ini
disajikan contoh ruang lingkup atau bidang yang sering menjadi tempat berkiprah para pekerja sosial,
antara lain :
1) Pelayanan-pelayanan terhadap Keluarga : penguatan keluarga, konseling keluarga, pemeliharaan
anak, pendidikan tentang kehidupan berkeluarga, keluarga berencana (KB) dan kekerasan
dalam rumah tangga.
2) Kesejahteraan Anak : adopsi dan pelayanan kepada orang tua yang tidak menikah, foster care,
residential care, bantuan terhadap anak-anak terlantar atau gelandangan, dan pelayanan-
pelayanan perlindungan.
3) Kesehatan dan Rehabilitasi : pendamping pasien di rumah sakit, pengembangan kesehatan
mental, rehabilitasi vokasional, rehabilitasi pecandu obat dan alkohol.
4) Pengembangan/ Pelayanan kepada Masyarakat : perencanaan sosial, pengorganisasian
masyarakat, pengembangan masyarakat, revitalisasi ketetanggaan, perawatan lingkungan hidup,
kehutanan sosial, penguatan modal sosial, dan penguatan ekonomi kecil.
5) Jamisan Sosial : skema asuransi sosial, bantuan sosial, dan jaringan pengaman sosial.
6) Pelayanan Kedaruratan : pengorganisasian bantuan, manajemen krisis, informasi dan
rujukan, integrasi pengungsi, dan pengembangan peringatan dini masyarakat.
7) Pekerja Sosial Sekolah : konseling penyesuan sekolah, manajemen perilaku pelajar,
manajemen tunjangan biaya pendidikan, pengorganisasian makan siang murid, peningkatan
partisipasi keluarga dan masyarakat dalam pendidikan.
8) Pekerja Sosial Industry : program bantuan pegawai, penanganan s tress , penempa tan
dan relokasi kerja , perencanaan pensiun, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
9) Pekerja Sosial Koreksional : advocator, dan kenakalan dalam LP.
10) Pekerja Sosial Klinis : perencanaan rumah sakit dan kesehatan, kecanduan terhadap obat-
obatan, ketidakmampuan cacat tubuh/ fisik, dan sakit kronis.
Fokus Utama Pekerjaan Sosial adalah Meningkatkan Keberfungsian Sosial (Social Functioning) klien.
a. Keberfungsian Sosial Merupakan kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan
sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam memenuhi/merespon kebutuhan dasar, menjalankan
peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses). Fokus keberfungsian social
dalam pekerjaan social antara lain sebagai berikut:
1) Kemampuan menghadapi atau memecahkan permasalahan yang dihadapinya sesuai dengan situasi dan
kondisi, serta lingkungannya.
2) Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, baik dalam pendidikannya,
pekerjaannya, keluarganya, kelompoknya, masyarakatnya, dan sebagainya secara konstruktif
3) Pelaksanaan tugas-tugas serta peran-peran dalam kehidupannya sesuai dengan usianya, status, serta
tanggung jawab yang disandangnya.
4) Berperilaku secara memadai dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
5) Keberfungsian sosial menunjukkan suatu kondisi pertukaran yang seimbang, dalam kebaikan, serta
adaptasi timbal balik, antara manusia sebagai individu dengan lingkungannya.
6) Dengan demikian, keberfungsian sosial merupakan hasil sistemik dari sebuah pertukaran yang saling
mengisi antara kebutuhan, sumber daya yang tersedia, harapan / motivasi dengan kemampuan
seseorang untuk memenuhinya, antara tuntutan, harapan, serta kesempatan dengan kemampuan
lingkungan untuk memenuhinya.