Anda di halaman 1dari 119

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN SENI BUDAYA LOKAL JAMBI


KELAS V SDN 116 KOTA JAMBI

SKRIPSI

GITA FEBY YOLA


NIM : 204190111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN SENI BUDAYA LOKAL JAMBI
KELAS V SDN 116 KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan

GITA FEBY YOLA


NIM : 204190111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023

ii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren
Kab. Muaro Jambi 36365
NOTA DINAS
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku No Tgl Halaman
Tgl Revisi Revisi
In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-01 R-0 - 1 dari1
Hal : Nota Dinas
Lampiran :-
Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudari:
Nama : Gita Feby Yola
NIM : 204190111
Judul Skripsi : Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Seni Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116 Kota Jambi

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia pendidikan Guru Kelas
Madrasah Ibtidaiyah.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas
dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, 05 Juli 2023


Dosen Pembimbing I

Dr. H. M. Syahran Jailani,M.Pd


NIP.196908181996031002

iii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren
Kab. Muaro Jambi 36365
NOTA DINAS
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku No Tgl Halaman
Tgl Revisi Revisi
In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-01 R-0 - 1 dari1
Hal : Nota Dinas
Lampiran :-
Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudari:
Nama : Gita Feby Yola
NIM : 204190111
Judul Skripsi : Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Seni Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116 Kota Jambi

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia Pendidikan Guru Kelas
Madrasah Ibtidaiyah.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas
dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, 05 Juli 2023


Dosen Pembimbing II

Sean Popo Hardi,M.Hum


NIDN.

iv
v
PERSEMBAHAN

Segala Puji bagi Allah SWT


kripsi yang sederhana ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Sholawat beriring salam senantiasa terlimpahkan keharibaan Rasulullah
Muhammad SAW “Allahumma Sholli‟ Alaa Sayyidina Muhammad Wa „Alaa
Aali Sayyidina Muhammad”
Kupersembahkan karya kecil ini kepada :
Ayah dan Ibu ku Tercinta
Ayah AmsirDani dan Ibunda Eli Narti
Kakak&Adik kandungku yang sangat kusayangi
Kakak Lora Lisa, Amd,Keb & Adikku M.Zikry Ikhsan
yang tak henti hentinya mendukung yang terbaik untuk ku
Last but not least I wanna thank me.
I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me for doing all this hard
work, I wanna thank me for having no days off, I wanna thank me for,for never
quitting, I wanna thank me for always being a giver, and tryna give more right
than wrong, I wanna thank me for being me at all times.

DAN SECARA KHUSUS SAYA PERSEMBAHKAN JUGA UNTUK


PENDAMPING HIDUP SAYA. (kelak)

vi
vii
viii
MOTTO

ِ ِ‫ال اَ َّلربَّ ِاِنُّ الَّ ِذى يــربِـى النَّاس ب‬


‫صغَا ِر اْلعِلْ ِم قَـْب َل كِبَا ِرِه‬ ُ ‫ني ُحلَ َماءَ فُـ َق َهاءَ عُلَ َماءَ َويـُ َق‬ ِ
َ ّ َُ َ ْ‫ُك ْونـُْـوا َربَّانيِّـ‬

Artinya :Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fiqh dan ulama (H.R Bukhari)
(Baqi, 2017)

Ubahlah hidupmu mulai hari ini. Jangan bertaruh di masa depan nanti,
bertindaklah sekarang tanpa menunda-nunda lagi.
-Simon De Beauvoir-

Berhentilah menaruh ekspetasi lebih terhadap orang lain karena kebahagiaan kita
tergantung pada diri kita sendiri.
-Gita Feby Yola-

ix
KATA PENGANTAR

Assallamu‟ allaikum Wr.Wb


Alhamdulillahi Robbil’Alamin, segala puji dan rasa syukur kehadirat Allah
SWT berkat nikmat Iman, Islam dan Ihsan, serta limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam merampungkan penulisan
skripsi ini dengan judul Merdeka Belajar : Konsep Pembelajaran Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni Budaya Lokal Jambi.
Shalawat beriringan salam kepada rasul akhir zaman, khalifah pilihan,
revolusioner sejati Nabi Muhammad SAW dengan lafaz Allahumma Sholli‟ ala
Sayyidina Muhammad wa‟ ala alisayyidina Muhammad.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari
sepenuhnya, penyelesaian skripsi ini tidak mungkin tanpa adanya bantuan dari
pihak lain dan yang paling berjasa dalam pembuatan skripsi ini adalah dosen
pembimbing. Penulis ucapkan terimakasih pula kepada jajaran sivitas akademika
kampus yang membantu dalam penyelesaian pendidikkan ini yaitu kepada :
1. Bapak Prof.Dr. H. Su‟ aidi Asy‟ ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati,SE.,M.EI selaku Wakil Rektor I UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Prof. Dr. As‟ ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor II UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag., MA selaku Wakil Rektor III UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
5. Ibu Dr. Hj. Fadlillah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Ibu Prof. Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Najmul
Hayat, M,Pd.I selaku Wakil Dekan II dan Ibu Dr. Yusria, M.Ag selaku
Wakil Dekan III

x
7. Ibu Ikhtiati, M.Pd.I Selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
8. Ibu Nasyariah Siregar, M.Pd.I Selaku Sekretatis Prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
9. Bapak Dr. H. M. Syahran Jailani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I
10. Bapak Sean Popo Hardi, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II
11. Bapak-bapak dan Ibu-Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan,
dukungan dan ilmu pengetahuannya kepada penulis.
12. Ibu Hj. Eliya Sinarta,S.Ag selaku Kepala SDN 116/IV Kota Jambi,
terimakasih atas segala bentuk bantuan serta memberikan izin untuk
mngadakan riset penelitian dan memberikan kemudahan kepada penulis
untuk memperoleh data di lapangan.
13. Bapak Dody Mutia Eka Putra, S.Pd.I selaku WAKA Kurikulum Sekolah
Dasar Negeri 116/IV Kota Jambi
14. Ibu Asmi Paryani, S.Pd Selaku Guru Kelas 5 A.
15. Ibu dan Bapak, para Siswa/i dan seluruh Keluarga Besar Sekolah Dasar
Negeri 116/IV Kota Jambi terimakasih atas sambutan hangatnya, ilmunya,
pengalaman dan kasih sayang yang telah diberikan
16. Teman-teman seperjuanganku Rida Ayumi, Cahaya Anggraini, Mutia
Azizah, Erika Rizki Nadila Putri, Lelasari Anggraini, Winanda Asriani.
17. Serta semua pihak dan teman teman saya yang lainnya yang telah
membantu dari awal hingga akhir perjuangan saya yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu-persatu.
18. Terimakasih untuk diri saya sendiri yang telah dan tetap memilih bertahan
hidup sampai hari ini, terimakasih sudah sekuat ini, terimakasih sudah
tampil kuat dan ceria walaupun sudah babak belur dihajar kehidupan,
terimakasih untuk hal hal baik yang sudah kamu lakukan, maaf jika sering
memaksamu untuk terus kuat, aku bangga padamu karna kamu masih bisa
bertahan sampai detik ini walaupun banyak hal yang terus menabrak

xi
pikiranmu tapi kamu tetap berusaha kuat, TERIMAKASIH DIRIKU
SEHAT SEHAT YA..

Wassalamu‟ alaikum Wr. Wb.


Jambi, 25 Juli 2023

Gita Feby Yola


NIM: 204190111

xii
ABSTRAK

Nama : Gita Feby Yola


NIM : 204190111
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Seni Budaya Lokal Jambi Kelas 5 SD N 116/IV Kota Jambi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam


implementasi pendidikan karakter di kelas V SDN 116/IV Kota Jambi, kemudian
juga untuk mengetahui bentuk kegiatan guru dalam pendidikan karakter di kelas
V SDN 116/IV Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan teori pendidikan karakter
sebagai bahan acuan dalam penelitian. Adapun metode dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian ini melihat bagaimana
upaya implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran seni budaya lokal
jambi kelas V SDN 116/IV Kota Jambi. Guru senantiasa memasukkan nilai-nilai
karakter kedalam pembelajaran. Guru menjadi contoh yang baik bagi siswa, guru
menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa dengan berpedoman kepada
sembilan pilar karakter pendidikan. Serta guru mengajarkan sikap disiplin,
kejujuran dan tanggung jawab. Bentuk kegiatan guru dalam pendidikan karakter
di kelas V SDN 116/IV Kota Jambi dengan mengajarkan nilai karakter pada setiap
pembelajaran, pembiasaan, mengajarkan kasih sayang, melatih tanggung jawab
dan peduli sosial. Kemudian melatih siswa untuk bersikap peduli terhadap
lingkungan, serta mempunyai jiwa kepemimpinan.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Seni Budaya, dan Budaya Lokal

xiii
ABSTRACT

Name : Gita Feby Yola


NIM : 204190111
Departement/ Prodi : Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education
Tittle : Implementation of Caracther Education in Learning Arts
and Culture of Local Jambi Class V Elementary School
116/IV Kota Jambi

This study aims to find out how the efforts of Jambi local art and culture teachers
in implementing character education in class V of SDN 116/IV Jambi City, then
also to find out the forms of local arts and culture teacher activities in character
education in class V SDN 116/IV Jambi City. This study uses character education
theory as a reference material in research. As for the method in this study is a
descriptive qualitative method with several data collection techniques, namely
interviews, documentation, and observation. The results of this study look at how
the efforts to implement character education in learning Jambi local art and
culture are grade V at SDN 116/IV Jambi City. Teachers always incorporate
character values into learning. The teacher is a good example for students, the
teacher instills character values in students based on the nine pillars of character
education. As well as teachers teach discipline, honesty and responsibility. Forms
of activities of local arts and culture teachers in character education in class V
SDN 116/IV Jambi City by teaching character values in every lesson, habituation,
teaching compassion, training responsibility and social care. Then train students
to care about the environment, and have a leadership spirit.

Keywords: Character Education, Cultural Arts, and Local Culture

xiv
DAFTAR ISI

NOTA DINAS ......................................................................................................... iii


NOTA DINAS .......................................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ...........................................................................v
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vi
PERSETUJUAN MUNAQASAH .......................................................................... vii
PENGESAHAN ..................................................................................................... viii
MOTTO .................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
ABSTRAK ............................................................................................................ xiii
ABSTRACK .......................................................................................................... xiv
DAFTAR ISI .............................................................................................................xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ......................................................................................1
B. Fokus Penelitian. ...................................................................................6
C. Rumusan Masalah .................................................................................7
D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian...........................................................7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoriti ........................................................................................9
1. Implementasi ..................................................................................10
2. Pendidikan Karakter . .....................................................................14
3. Seni Budaya Lokal .........................................................................16
B. Studi Relevan .....................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.........................................................20
B. Setting dan Subjek Penelitian .............................................................20
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................21
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................22

xv
E. Teknik Analisis Data ..........................................................................23
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................. 24
G. Jadwal Penelitian................................................................................26
BAB IV PEMBAHASAN
A. Temuan Umum .............................................................................................. 29
1. Sejarah Sekolah ............................................................................29
2. Profil Sekolah ............................................................................... 30
3. Visi dan Misi ................................................................................. 30
4. Tenaga Pendidik ........................................................................... 30
5. Siswa ............................................................................................. 32
6. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 33
B. Temuan Khusus ................................................................................. 36
1. Upaya Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Seni Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116 Kota Jambi .............37
2. Bentuk Kegiatan Guru dalam Pendidikan Karakter di Kelas V
SDN 116 Kota Jambi .................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 62
B. Saran ............................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ `63
LAMPIRAN ..........................................................................................................66
CURRICULUM VITAE ....................................................................................102

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .......................................................................................28
Tabel 4.1 Jumlah Guru ...............................................................................................30
Tabel 4.2 Nama Guru ................................................................................................31
Tabel 4. 3 Jumlah Siswa .......................................................................................... 32
Tabel 4. 4 Gedung Sekolah ..................................................................................... 33
Tabel 4. 5 Ruang Perpustakaan ................................................................................. 34
Tabel 4. 6 Ruang TU ................................................................................................ 34
Tabel 4.7 Ruang Kepala Sekolah ............................................................................ 35
Tabel 4.8 Ruang Guru ..............................................................................................35
Tabel 4.9 Peralatan Sekolah .................................................................................... 35
Tabel 4.10 Alat Penunjang Kesenian Tari ............................................................... 36

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi panutan dalam
berbagai hal termasuk pendidikan karakter. Pendidikan karakter di sekolah
disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan mental peserta didik. Terkait
dengan hal tersebut pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah
ketika anak-anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Interaksi antara
guru dan siswa di kelas membawa rasa kemanusiaan ke dalam pengalaman
belajar (Jailani, 2013:3). Pembangunan karakter berupa pendidikan karakter
dapat menjadi suatu keharusan dikarenakan pendidikan tidak hanya
menjadikan peserta didik menjadi cerdas, namun juga memiliki budi pekerti
dan sopan santun. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan
guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa agar dapat
mengetahui, memahami, serta melakukan perbuatan baik antar sesama.
Pembangunan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar
berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik (Mulyasa, 2014:20).
Penanaman nilai karakter dapat diartikan sebagai suatu proses
pertumbuhan batin maupun rohani didalam diri peserta didik. Anak akan
menjadi manusia yang berkarakter positif ketika anak mendapatkan
rangsangan dan dukungan lingkungan Pendidikan yang positif, baik di
rumah maupun di sekolah. Peran aktif orang tua, serta masyarakat untuk
selalu bersama-sama menggalakkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam
setiap kesempatan, khususnya kepada anak-anak usia dini (Marwiyati,
2020:5).
Akhir-akhir ini banyak kasus bermunculan mulai dari penganiayaan,
perampokan, narkoba, pemerkosaan, korupsi, mabuk-mabukan, mencuri,
berjudi, tawuran, pembunuhan, mudahnya saling menghujat, dan lain
sebagainya. Hal ini sangat memprihatinkan bahwa kasus tersebut telah

1
2

melibatkan generasi penerus. Selain itu, banyak kekerasan fisik juga


terjadi di lingkungan sekolah (Jailani,2014:2). Kompleksitas
permasalahan itu menunjukkan bahwa ada yang salah dengan karakter
bangsa kita (Arifin, 2021:21).
Selain itu, Permasalahan-permasalahan yang menyimpang dari nilai,
norma dan moral di negara ini antara lain: 1) permasalahan korupsi, kolusi
dan nepotisme; 2) kejahatan atau kriminalitas yang tinggi; 3) pelecehan
seksual; 4) perundungan atau bulliying; 5) kekerasan dalam rumah tangga;
6) kecanduan obat-obatan terlarang 8) hamil diluar nikah yang
mengakibatkan tingginya pernikahan pada anak dibawah umur (Choli,
2020:5). Melihat krisis nilai moral serta budi pekerti pada masa sekarang
tentunya sangat memprihatinkan bagi kita sebagai warga negara Indonesia,
karena kebanyakan penyimpangan ini terjadi kepada anak dengan usia
sekolah, dimana generasi inilah yang kelak menjadi harapan bangsa dalam
memimpin negara di masa yang akan datang. Sehingga pemerintah lebih
giat lagi di dalam pembangunan kembali pendidikan karakter yang ada di
sekolah (Bahri, 2015:13).

Padahal sudah sangat jelas bahwasanya pendidikan karakter tersebut


merupakan sesuatu yang paling penting selain dari hanya pendidikan secara
teritorialnya. Ada banyak sekali ayat-ayat didalam al-quran yang
menekankan bahwasanya penting sekali untuk mebentuk nilai-nilai karakter
dalam suatu proses mendidik anak. Seperti yang tertulis dalam surah
Luqman ayat ke 17-18 sebagai berikut:

ُ‫يٰبَُُيَّ َاقِىِ انصَّهٰوةَ وَأْيُرْ بِا نًَْعْرُوْفِ وَا َْهَ عٍَِ انًُُْْكَرِ وَا صْبِرْ عَهٰى يَاۤ اَصَا بَكَ ۗ اٌَِّ ذِٰنكَ يٍِْ عَزْوِ انْا‬
ٍ‫ل فَخُوْر‬
ٍ ‫ش فِى انْاَ رْضِ يَرَحًا ۗ اٌَِّ انهّٰهَ نَا يُحِبُّ كُمَّ يُخْتَا‬
ِ ًَْ‫َدكَ نِهَُّا سِ وَنَا ت‬
َّ ‫يُوْرِ ۚ ٖوَنَا تُصَعِّرْ خ‬

Wahai anakku ! laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia)


berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk perkara yang paling penting. (17) dan
janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
3

sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh, Allah


tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
diri. (18) (Q.S. Luqman 31: 17-18)

Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwasanya pendidikan karakter


itu dimulai dari menanamkan nilai-nilai religius dan kemudian disusul
dengan beberapa nilai moral lainnya. Meskipun ayat tersebut mencakup
pada lingkupan pendidikan orang tua terhadap anak, namun pada dasarnya
disebabkan karena saat ini memang sekolah menjadi tempat tumbuh anak
untuk berkembang maka hal tersebut juga ikut menjadi tanggung jawab
pada sekolah untuk membentuk karakter pendidikan.
Sekolah merupakan institusi yang diharapkan mampu membimbing
siswanya khususnya dalam penanaman karakter (Jaelani,2020:258-271).
Penanaman pendidikan karakter di sekolah didukung dengan adanya
aktifitas- aktifitas positif yang akan membangun nilai-nilai karakter serta
moral yang baik pada peserta didik. Penanaman ini dilakukan dengan
pemberian strategi pembelajaran tertentu seperti membangun hubungan dan
interaksi yang baik di dalam kelas baik dengan teman-temannya maupun
dengan guru. Pentingnya penanaman karakter ini dilakukan sebagai bentuk
pembiasaan kepada siswa untuk senantiasa berprilaku baik terhadap sesama
(Kurniaty, 2015:3). Generasi penerus merupakan sumberdaya potensial
dalam menentukan masa depan bangsa. Oleh karenanya perlu ada perhatian
khusus dan serius akan keberadaan generasi penerus, supaya mereka dapat
tumbuhkembang dengan baik secara jasmani, rohani, moral maupun sosial.
Mereka harus diberi perhatian sejak dini, yaitu sejak mereka masih anak-
anak. Banyak pakar menyebutkan bahwa masa anak- anak adalah masa
bermain (Wattie et al., 2012:30).
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan pengenalan dan pengintegrasian nilai-nilai karakter ke
dalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran
4

(Julaiha, 2014:226). Di luar kelas guru diminta untuk mampu


memperhatikan segala perilaku siswa dan senantiasa membimbing apabila
siswa melakukan kesalahan. Selain itu, perlunya kerjasama orang tua dan
guru agar penerapan pendidikan karakter ini berjalan dengan baik
(M.Syahran Jaelani, 2021:4). Membentuk karakter, unsur yang sangat dekat
dan mudah dicerna adalah dengan seni budaya. Seni budaya menjadi
komponen penting dalam membangun karakter, karena disamping untuk
menanamkan kecintaan pada seni budaya yang dimilikinya, juga kecintaan
pada seni akan memupuk pribadi yang berperasaan lembut, kepekaan, rasa
empati yang tinggi terhadap sesama dan lingkungannya. Kesenian memiliki
peran penting dalam penerapan pendidikan karakter (Kusumastuti,
2014:17).
Istilah seni identik dengan keindahan. Pendidikan seni diartikan juga
sebagai upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
pembimbingan, pembelajaran dan pelatihan agar siswa memiliki
kemampuan berkesenian. Tiga prinsip pembelajaran seni adalah: 1)
Pembelajaran seni harus memberikan kebebasan pada siswa untuk
mengolah potensi kreatifnya, 2) Pembelajaran seni harus dapat memperluas
pergaulan dan komunikasi siswa dengan lingkungannya, 3) Pembelajaran
seni harus menyenangkan (Anggreani, 2020:7). Seni budaya memberikan
sumbangan kepada peserta didik agar berani dan siap bangga akan budaya
bangsa sendiri dan menyokong dalam menghadapi tantangan masa depan
adalah mata pelajaran seni budaya. Hal ini dikarenakan kompetensi dalam
mata pelajaran ini merupakan bagian dari pembekalan life skill kepada
peserta didik. Selain itu keseluruhan kegiatan pembelajaran seni budaya
yang merupakan aplikasi dari mata pelajaran lain dalam menghasilkan suatu
produk/karya yang dibuat langsung oleh peserta didik (Ardipal, 2014:2).
Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya meliputi aspek: 1) seni
rupa, 2) seni musik, 3) seni tari, 4) seni teater. Adapun pembelajaran seni
budaya lokal Jambi merupakan pembelajaran yang membahas budaya-
5

budaya dan kesenian yang berasal dari Jambi. Pembelajaran seni budaya ini
perlu diterapkan untuk menambah wawasan dan kecintaan siswa-siswi
terhadap budayanya sendiri.

Pembelajarannya meliputi : Cerita rakyat jambi, tari jambi dan kesenian


lainnya. Pembelajaran seni budaya di kelas 5 SDN 116 menggunakan buku
tematik kurikulum 2013 revisi 2018. Adapun fokus pembelajaran nya
adalah kegiatan melukis, menari dan menggambar. Mata pelajaran ini akan
membangkitkan semangat anak dalam menciptakan suatu kreasi yang ada
dalam benak anak. Selain itu, kegiatan-kegiatan dalam pelajaran ini dapat
menumbuhkan motorik anak terhadap seni keindahan.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada tanggal 16 Januari 2023,
di SDN 116/IV kelas 5, Guru sudah menerapkan pembelajaran dengan
semaksimal mungkin. Meskipun dalam penerapannya belum sepenuhnya
maksimal disebabkan sarana dan prasarana pendidikan yang belum
mencukupi. Selain itu, masih ditemukan anak-anak yang berkata kurang
baik, sering memukul serta mengganggu temannya sehingga hal ini perlu
menjadi perhatian guru. Di SDN 116/IV kelas 5 untuk pembelajaran seni
budaya, Siswa diharapkan mampu menghasilkan karya serta hasil belajar
seni budaya dan keterampilan. Jadi kedua hal tersebut harus seimbang
didapat oleh siswa. Dalam hal ini, diproses belajar mengajar harus
disesuaikan oleh guru. Harus seimbang pengetahuan yang didapat oleh
siswa baik itu teori atau praktik. Dalam keseimbangan ini, pelajaran seni
budaya dan keterampilan memiliki peran penting dalam meningkatkan
kreativitas siswa dalam berkarya.
Dalam konteks kajian pustaka, ada beberapa literatur yang berkaitan
dengan penelitian yang terdahulu guna memperkuat penelitian ini. Pertama,
penelitian oleh (Rahmah, 2020:5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi pendidikan karakter dalam Pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) Berbasis Budaya Lokal Jambi pada Materi Ragam
6

Lagu Daerah Siswa Kelas V di SDIT An-Nahl Kota Jambi dilakukan


melalui pendidikan Religuis, Kejujuran, Disiplin, Kreatif dan Peduli Sosial
kesulitan. Kedua, penelitian oleh (Azmi, 2019:2), Implementasi pendidikan
karakter berbasis budaya lokal Jambi melalui pembelajaran SBK (Seni
Budaya dan Keterampilan) di Sekolah Dasar dilakukan dengan berbagai
tahap, diantaranya guru mengajak siswa untuk berdoa bersama- sama
karena berdoa sebagai kerendahan hati kepada Tuhan yang Maha Esa,
dengan berperilaku religius yaitu dengan cara mengajak siswa patuh dan
taat kepada orang tua. Selain itu, siswa itu harus berani berbuat jujur serta
berani tanggung jawab.

Berdasarkan permasalahan dan kajian literatur diatas, peneliti


menyimpulkan bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan agar segala
bentuk penyimpangan karakter siswa dapat diperbaiki melalui bantuan guru.
Selain itu, siswa juga diharapkan mampu membiasakan untuk berperilaku
baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Sehingga peneliti
memutuskan untuk mengangkat penelitian dengan judul “Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni Budaya Lokal Jambi
Kelas V SDN 116 Kota Jambi”.

B. Fokus Penelitian

Karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga maka perlu


diberikan fokus penelitian agar pembahasan nantinya dapat terarah dan
dipahami dengan jelas. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bentuk
implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni Budaya Lokal
Jambi di Kelas V SDN 116/IV Kota Jambi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis


merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
7

sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya implementasi pendidikan karakter dalam


pembelajaran seni budaya lokal jambi kelas V SDN 116/IV Kota
Jambi?
2. Apa saja bentuk kegiatan guru dalam pendidikan karakter di kelas V
SDN 116/IV Kota Jambi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti anda dalam pembahasan skripsi ini adalah:


1. Untuk mengetahui upaya guru dalam implementasi pendidikan
karakter di kelas V SDN 116/IV Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui bentuk kegiatan guru dalampendidikan karakter di
kelas V SDN 116/IV Kota Jambi.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


a) Manfaat Teoritis

1. Dapat memberikan manfaat sebagai salah satu referensi untuk


mengembangkan teori tentang implementasi pendidikan karakter
dalam pembelajaran seni budaya lokal khusunya di Kota Jambi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dapat menjadi referensi serta
bahan literature penelitian yang akan datang dengan masalah yang
sejenis

b) Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Pendidik ( Guru ) : Menjadikan bahan acuan dan
referensi agar lebih memotivasi diri untuk meningkatkan kinerja
sebagai seorang tenaga pendidik ( Guru ) dalam mengajar dan
mendidik siswa.
8

3. Bagi Siswa : Sebagai sumber atau bahan baca untuk supaya mampu
memiliki karakter yang baik.
4. Bagi Pembaca : Sebagai bahan literatur maupun referensi bagi
peneliti/selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Implementasi

Implementasi adalah suatu kegiatan atau suatu tindakan dari sebuah


rencana yang dibuat secara terperinci untuk mencapai suatu tujuan.
Implementasi mulai dilakukan apabila seluruh perencanaan sudah dianggap
sempurna (Mulyadi, 2015:45). Menurut Van Meter dan Van Horn secara
definitif implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu- individu atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan (Witaradya, 2013:37).
Tahir (2014:55), mengartikan implementasi sebagai tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh baik individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-
tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan. Menurut Taufik dan Isril
(2013:136) sebagai implementasi menyangkut tindakan seberapa jauh arah
yang telah diprogramkan itu benar-benar memuaskan.
Menurut Syahida (2014:10), implementasi berarti menyediakan sarana
untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat
terhadap sesuatu. Dasar dari implementasi adalah mengacu pada tindakan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan
(Naditya, 2013:1088). Tahapan demi tahapan yang dimulai dari perencanaan,
proses pelaksanaan sampai kepada evaluasi akan diteliti dan disajikan dalam
penelitian yang peneliti laksanakan di SDN 116/IV Kota Jambi.

9
10

2. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan sebagai proses
internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.
Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana sebuah
bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan, dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Menurut Sudirman,
pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mantap (Staipi, 2020:73). Karakter merupakan ciri khas
seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan,
kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Selanjutnya Kurniawan (2017:29) mengungkapkan karakter seseorang
terbentuk dari kebiasaan yang dia lakukan, baik sikap dan perkataan yang
sering ia lakukan kepada orang lain.
Ki Hadjar Dewantara memandang karakter sebagai watak atau budi
pekerti. Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan yang kemudian menimbulkan tenaga.
Dari beberapa definisi karakter tersebut dapat disimpulkan secara ringkas
bahwa karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai
hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis; sifat alami seseorang
dalam merespon situasi secara bermoral; watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan. Yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap dan bertindak; sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-
angan sampai menjelma menjadi tenaga (Budiono, 2017:21).
Menurut Samani dan Hariyanto (2013:45) dalam bukunya menjelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta
11

didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,
pikir, raga serta rasa dan karsa. Selanjutnya pendidikan karakter menurut
Salahudin dan Alkrienciechie (2013:42) dapat dimaknai sebagai pendidikan
moral atau budi pekerti untuk mengembangakan kemampuan seseorang untuk
berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-harinya.
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi tentang pendidikan dan
karakter secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah
upaya sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang (pendidik) untuk
menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada seseorang yang lain (peserta
didik) sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui, berfikir dan
bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap situasi. Ada sembilan pilar
karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
1. karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. kemandirian dan tanggung jawab
3. kejujuran/amanah, diplomatis
4. hormat dan santun
5. dermawan, suka tolong-menolong dan gotong-royong/kerjasama
6. percaya diri dan pekerja keras
7. kepemimpinan dan keadilan
8. baik dan rendah hati
9. karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan karakter itu, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik
dengan menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting
the good. Hal tersebut diperlukan agar anak mampu memahami,
merasakan/mencintai dan sekaligus melaksanakan nilai-nilai kebajikan. Bisa
dimengerti, jika penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik,
walaupun secara kognitif anak mengetahui, karena anak tidak terlatih atau
terjadi pembiasaan untuk melakukan kebajikan Menurut Ramli, pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
12

menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga Negara
yang baik (Mahmud, 2017:27).
b. Jenis-Jenis Pendidikan Karakter
Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan
dilaksanakan dalam proses pendidikan (Rosidah, 2019:5), yaitu:

1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan


kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral).
2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa
budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh
sejarah dan para pemimpin bangsa.
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).
4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil
proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).
c. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional fungsi pendidikan


karakter adalah:

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi


pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat;
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
d. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
13

manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan


karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang


mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
e. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi
dari sumber-sumber berikut ini:
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis,
kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari
agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan
kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip- prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD
1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
14

kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter


bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang


hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar
dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang
demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki
warga negara indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. Seni Budaya Lokal


a. Pengertian Seni Budaya Lokal
Mata pelajaran seni budaya lokal merupakan aktivitas belajar yang
menampilkan karya seni estetik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai,
perilaku dan produk seni budaya dari daerah tertentu. Pelajaran Seni Budaya
pada dasarnya merupakan pendidikan yang berbasis budaya yang aspek-
aspek nya meliputi seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama dan
sebagainya (Prastowo, 2019:26).
15

Adapun aspek-aspek dalam mata pelajaran Seni Budaya Lokal,


sebagai berikut:
1. Seni rupa, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-
mencetak dan sebagainya.
2. Seni musik, yang meliputi memainkan alat musik, kemampuan olah
vocal.
3. Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh
dengan atau tanpa rangsangan bunyi, dan apresiasi terhadap gerak
tari.
4. Seni drama, yang meliputi keterampilan pementasan dengan
memadukan seni musik, seni tari, dan peran.
5. Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills),
yang meliputi keterampilan personal, sosial, vocal, dan akademik
(Prastowo, 2019:27).

Mata pelajaran Seni Budaya Lokal bertujuan untuk mengembangkan


kemampuan peserta didik dalam memahami konteks ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban
dan kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun
global. Pembelajaran seni tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan
mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik
dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan
psikologis edukatif untuk pengembangan kepribadian peserta didik secara
positif. Pendidikan seni budaya di sekolah tidak semata-mata di maksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi pelaku seni atau seniman, namun
lebih menitik beratkan pada sikap dan prilaku kreatif, terampil, etis dan
estetis.

b. Fungsi Mata Pelajaran Seni Budaya Lokal

Mata pelajaran seni Budaya Lokal memiliki fungsi sebagai berikut:


16

1) Sebagai Media Ekspresi


Sering kali siswa kurang mampu mengeluarkan isi hatinya lewat
bahasa lisan, dan menurut siswa bahasa tulisan lebih sulit untuk
mengungkapkan isi hatinya. Dalam keadaan seperti ini seni dapat membantu
untuk mengekspresikan ide dan isi hatinya.
2) Sebagai Media Komunikasi
Komunikasi mengandung arti keinginan untuk menyampaikan
sesuatu pada orang lain. Keinginan berkomunikasi dapat melalui berbagai
media seperti suara, tulisan, gerak, maupun gambar. Melalui suara
komunikasi dapat diwujudkan dalam bentuk nyanyian, musik dan gerak.
3) Sebagai Media Bermain
Bermain merupakan ekspresi bebas yang paling jelas yang ada pada
anak-anak, bermain dapat juga dilaksanakan dalam pelajaran kesenian.
Dalam kegiatan ini siswa dapat bermain sesuai dengan pembawaannya.

4) Sebagai Media Pengembangan Bakat Seni


Pendidikan seni rupa yang ideal memberikan kesempatan kepada
anak yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan potensi atau
bakatnya sejak awal masa sekolahnya.
Adapun urgensi pembelajaran Seni Budaya lokal sebagai salah satu
mata pembelajaran yang diajarkan di SD/MI merupakan salah satu mata
pelajaran yang membantu mengembangkan jasmani dan rohani anak untuk
membentuk kepribadian dan menyiapkan manusia yang memiliki nilai
estetis dan memahami perkembangan seni budaya lokal daerah. Pendidikan
seni budaya lokal memiliki fungsi dan tujuan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan dalam berkarya dan berapreasiasi.

B. Studi Relevan
1. Penelitian oleh Muin (2022:12), Masalah dalam peneltian ini adalah
pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran Seni
Budaya dan Prakarya (SBdP) yang masih kurang efektif. Pendekatan
17

yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif deskriptif.


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pengembangan nilai
karakter yang terjadi dalam pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya
(SBdP) kelas V diantaranya adalah nilai karakter nasionalis dan mandiri.
Adapun permasalahan terbesar guru dalam mengembangkan karakter
siswa dalam pembelajaran adalah daya dukung pendidikan karakter di
rumah dan lingkungan siswa, tingkat kecerdasan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran, serta sarana dan prasarana penunjang pembelajaran yang
masih kurang. Oleh karena itu, solusi yang dilakukan guru untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi
dengan orang tua dan masyarakat mengenai pentingnya penanaman nilai-
nilai karakter kepada siswa, menganjurkan siswa untuk mengikuti
kegiatan ekstarkulikuler dan kesenian, dan mencari bahan ajar penunjang
pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP).
Persamaan penelitian ini dengan peneliti yang akan dilakukan adalah
sama-sama akan meneliti dengan fokus penelitian yaitu pembentukan
pendidikan karakter dikelas V. Akan tetapi, terdapat perbedaan yaitu
pada materi yang akan dipakai yaitu materi pendidikan budaya lokal
Jambi dan teori yang akan digunakan peneliti dengan penelitian ini.
2. Penelitian oleh Lestari (2016:22), Penelitian ini dilakukan di SDN 1
Trirenggo dengan menggunakan metode kualitatif. Ini penelitian
dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Subjek ini penelitian adalah Kepala Sekolah Dasar Negeri
1 Trirenggo, guru koordinator adat ekstrakurikuler menari, dan siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler. Peneliti melakukan analisis data dengan
mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik
kesimpulan. Itu hasil dari penelitian ini adalah Implementasi Pendidikan
Karakter dengan Tari Tradisional Ekstrakurikuler di SD Negeri 1
Trirenggo dilakukan dengan pembiasaan, perlakuan secara Tradisional
Ekstrakurikuler Menari; para siswa telah menunjukkan nilai-nilai
18

karakteristik saat Menari Tradisional Ekstrakurikuler, faktor pendukung


adalah merek budaya model berbasis sekolah dengan bukti SK dari
Bupati, infrastruktur yang cukup. Sedangkan faktor penghambatnya
adalah waktu dan fokus pada satu merek pada SDN 1 Trirenggo.
Persamaan penelitian ini dan peneliti yang akan dilakukan adalah
sama- sama akan meneliti dengan fokus penelitian yaitu pembentukan
pendidikan karakter dikelas V. Akan tetapi, terdapat perbedaan yaitu
pada penelitian ini hanya fokus kepada pengembangan pendidikan
karakter pada kegiatan ekstrakurikuler tari sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian pada pengembangan pendidikan karakter pada
pembelajaran seni budaya lokal Jambi.
3. Penelitian oleh Rahayu (2014:35), tentang penanaman pendidikan
karakter dalam pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 1 Tasikmadu
Kabupaten Karanganyar. Peneliti menemukan bahwa pendidikan
karakter sangat perlu untuk ditanamkan dan dapat disimpulkan hasil
penelitiannya menunjukkan penanaman karakter sangat tepat untuk
dilakukan di pembelajaran seni budaya. Persamaan penelitian ini dan
peneliti yang akan dilakukan adalah sama- sama akan meneliti dengan
fokus penelitian yaitu pembentukan pendidikan karakter. Akan tetapi,
terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini hanya fokus kepada siswa
SMP sedangkan penelitian ini berfokus pada siswa kelas V.
4. Penelitian oleh M. Syamsul Huda Azmi (2019 : 1-57) dengan judul
penanaman karakter dalam pembelajaran SBK (Seni Budaya dan
Keterampilan) berbasis budaya lokal Jambi di Sekolah Dasar. Hasil
penelitian dari saudara M. Syamsul Huda Azmi yang menggunakan
metode penelitian kuantitatif menunjukkan bahwasanya implementasi
pendidikan karakter berbasis budaya lokal Jambi melalui pembelajaran
SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) di Sekolah Dasar telah berjalan
dengan baik. Ada banyak tahap yang dilakukan oleh para guru untuk
menenamkan karakter dalam pembelejaran SBK (Seni Budaya dan
19

Keterampilan) berbasis budaya lokal Jambi salah satunya yaitu dengan


berdoa bersama, mengenang sejarah dengan membuat kerajinan khas
jambi.
Persamaan dengan penelitian ini adalah tema yang akan dibahas
yaitu pembentukan karakter dalam pembelajaran seni budaya lokal
jambi. Yang membedakannya adalah metode penelitian serta fokus
penelitian yang mana fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu pada
SDN 116/IV Kota Jambi.
5. Penelitian oleh Asep Sofyan ( 2017: 88) dengan judul penanaman nilai-
nilai pendidikan karakter melalui pembelajaran seni budaya sub materi
music pada siswa kelas VII SMP N 2 Semarang . Hasil dari penelitian
oleh saudara Sofyan menunjukkan bahwasanya di SMP N 2 Semarang
penanaman pendidikan karakter dilakukan dengan pendekatan
penenaman nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan pendekatan
pembelajaran berbuat melalui pengembangan materi baik teori maupun
praktik dalam bentuk kegiatan apresiasi, kreasi, dan ekspresi.
Perbedaan dengan penelitian ini pastinya objek dan lokasi
penelitian. Peneliti melakukan penelitian pada murid SD N 116/IV di
Kota Jambi sedangkan saudara Sofyan pada siswa SMP N 2 Semarang.
Selain itu dalam konteks pembahasan juga sedikit berbeda yang mana
pada penelitian saudara Sofyan menggunakan tambahan sub materi
musik dalam pembelajaran seni budaya sedangkan peneliti hanya
pembelajaran seni budaya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah metode yang digunakan dalam aktivitas


penelitian, misalnya mahasiswa yang melakukan penelitian untuk menyusun
skripsi, tesis, atau disertai. Dalam penelitian ia menggunakan metode
tertentu, misalnya metode penelitian kuantitatif atau kualitatif. Berdasarkan
uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode penelitian adalah
cara ilmiah untuk menujukkan tipe atau model penelitian untuk memperoleh
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:252).
Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualtitatif yang dilihat
dari sudut pandang kepemimpinan pendidikan dengan menggunakan
instrumen pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Sugiyono,2013:253).

Data dapat diolah menjadi beberapa jenis informasi. Data yang baik
harus terkini, relevan dengan topik kajian, komprehensif, akurat, objektif,
dan konsisten dari sumber terpercaya (Jailani, 2020:2). Data yang
dikumpulkan berupa kata- kata, gambar, tulisan, maupun hasil wawancara
yang kemudian dijadikan satu dalam bentuk hasil penelitian yang berupa
kalimat. Dalam hal ini peneliti mengidentifikasi permasalahan yang
berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
seni budaya lokal jambi kelas V SDN 116/IV kota jambi.

B. Setting dan Subjek Penelitian

1) Setting Penelitian

20
21

Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk melakukan
penelitian, situasi sosial dalam penelitian ini meliputi aspek tempat (place), pelaku
(actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis
(Sugiyono,2013:297). Lokasi penelitian ini berada di SDN 116/IV Kota Jambi.

2) Subjek Penelitian

Subyek adalah narasumber, orang, tempat peneliti bertanya mengenai


variabel yang sedang diteliti (Arikunto,2013:88). Subjek dapat disebut juga
orang yang paling utama yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
apa saja yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Beberapa orang
dalam yang menjadi subyek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru.

C. Jenis dan Sumber data

1. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kualitatif. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder.
a) Data primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya,


diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder
kalau di pergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian
yang bersangkutan (Innike, 2018:35). Data primer ini diperoleh melalui hasil
observasi dan wawancara kepada kepala sekolah dan guru.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri


pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran,
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya (Innike, 2018:36). Data sekunder
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
22

1) Historis dan geografis SDN 116/IV Kota Jambi


2) Struktur organisasi SDN 116/IV Kota Jambi
3) Arsip SDN 116/IV Kota Jambi
4) Jurnal
5) Buku
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan (Arikunto,2013:172). Sedangkan sumber data dalam penelitian ini
meliputi:

a) Sumber Primer
1) Kepala sekolah SDN 116/IV Kota Jambi
2) Guru SDN 116/IV Kota Jambi
3) Waka Kurikulum SDN 116/IV Kota Jambi
4) Siswa/i SDN 116/IV Kota Jambi
b) Sumber sekunder
1) Observasi
2) wawancara
3) Dokumentasi
D. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang diharapkan dalam menunjang keberhasilan


penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan


kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan
seluruh indra (Arikunto,2013:156). Peneliti menggunakan metode direct
23

observasi (observasi langsung) untuk melihat di lapangan tentang


Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni Budaya
Lokal Jambi Kelas V SDN 116/IV Kota Jambi.

2. Metode Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh


pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Arikunto,2013:155). Wawancara terstruktur dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Seni Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116/IV Kota
Jambi.

3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data


mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, dan sebagainya
(Arikunto,2013:274). Dokumentasi peneliti gunakan untuk
memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran
umum di Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni
Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116/IV Kota Jambi.

E. Teknik analisis data

Analisis dan interpratasi secara konseptual merupakan proses yang


terpisah dalam hal mengorganisasikan data penelitian. Analisis
menekankan pertimbangan kata-kata, konteks, non-verbal, konsistensi
internal, perluasan intensitas, dan yang paling penting adalah melakukan
reduksi data. Sedangkan proses interpretasi melibatkan pengikatan
makna dan signifikan analisis, penjelasan pola deskriptif dengan melihat
hubungan yang saling terkait, kemudian menarik sebuah kesimpulan
sebagai hasil akhir dari laporan penelitian. Sugiyono (2013:335). yaitu
berupa:

1. Reduksi data (Data Reducation) yaitu data yang diperoleh dari


24

lapangan yang banyak dan kompleks maka perlu dilakukan analisis data
melalui redukasi data. Meredukasi data dengan cara merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dan
membuang hal yang di anggap kurang penting.

2. Penyajian data (Data Display) yaitu data yang sudah diredukasi


disajikan dalam bentuk uraian singkat berupa teks yang bersifat negatif.
Melalui penyajian data tersebut, maka data akan mudah dipahami
sehingga memudahkan rencana kerja selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing/verifikasion) yaitu data


yang sudah disajikan dianalisis secara kritis berdasarkan fakta-fakta
yang diperoleh dilapangan. Penarikan kesimpulan dikemukakan dalam
bentuk negatif sebagai jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal. Penggunaan metode analisis dan interpretasi bertujuan
memberikan penjelasan secara deskriptif agar membantu pembaca
mengetahui apa yang terjadi dilingkungan pengamatan, seperti apa
pandangan partisipan yang berada dilatar penelitian. Deskripsi yang
cukup dan pernyataan langsung dimaksudkan untuk membantu
pembaca memahami secara penuh dari pemikiran orang yang terwakili
secara negatif, terkait Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Seni Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116/IV Kota
Jambi.

F. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Dalam rangka memperoleh kesimpulan yang tepat dan objektif,


diperlukan kredibilitas data yang dimaksudkan dalam rangka membuktikan
bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan apa yang
ada dalam setting. Teknik pengecekan keabsahan data merupakan sebuah
langkah untuk memperoleh tingkat kepercayaan data (trustworthiness) yang
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam penelitian kualitatif
25

terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan untuk menguji keabsahan


data yaitu dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan observasi,
triangulasi, dan diskusi sejawat (Lexy J. Moleong, 2016:56). Adapun pada
penelitian ini, peneliti menggunakan Perpanjangan Pengamatan dan
Triangulasi data .

1. Perpanjangan Pengamatan
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, tentu memerlukan
waktu untuk dapat berbaur dengan kondisi lapangan, karena orang baru
masih dianggap orang asing, sehingga informasi yang diberikan belum
begitu lengkap, tidak mendalam dan belum terbuka sepenuhnya.
Perpanjangan pengamatan ini agar peneliti dapat membangun
komunikasi dan kedekatan yang baik kepada pihak informan sehingga
informan dapat memberikan data yang dibutuhkan peneliti dengan lebih
nyaman, penuh kepercayaan dan kebenaran, serta perpanjangan ini agar
peneliti dapat mengecek kembali apakah data yang telah diberikan
merupakan data yang sudah benar dan valid. Bila data yang diperoleh
selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data
lain ternyata berbeda, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang
lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang asli
kebenarannya. Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian ini sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang
telah diperoleh, apakah data yang telah diperoleh itu setelah dicek
kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah
dicek kembali kelapangan data sudah benar berarti kredibel maka waktu
perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
26

2. Triangulasi

Triangulasi dilaksanakan untuk meminimalisis atau menghilangkan


bias terhadap pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek penelitian.
Ada banyak pengertian trianggulasi dari beberapa penulis atau ilmuan
dibidang metode penelitian. Salah satunya yaitu dari (Sugiyono: 2013)
yang mendekrispsikan triangulasi merupakan teknik pengumpulan data
yang sifatnya menggabungkan berbagai data dan sumber yang sudah ada.
Kemudian (Wijaya, 2018) juga berpendapat bahwasanya triangulasi
merupakan teknik pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.
Peneliti kemudian mempelajari beberapa defenisi dari triangulasi
sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari triangulasi. Triangulasi adalah
teknik yang dipakai untuk menguji keterpercayaan data (memeriksa
keabsahan data) yang sudah peneliti peroleh sebelumnya dengan
memanfaatkan hal-hal lain yang ada di luar data tersebut untuk keperluan
melaksanakan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. Dalam penelitian ini tentunya peneliti akan melakukan
pengecekan data yang peneliti peroleh dari beberapa sumber baik itu data
primer ataupun data sekunder dengan melakukan perbandingan serta
mencari jejak digital yang jelas serta relevan.
a.) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan suatu cara dengan
membandingkan atau mencek ulang derajat kepercayaan suatu
infomasi melalui sumber yang berbeda (Bachri, 2010) . Triangulasi
sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang sudah di peroleh
dari informan. Hal ini dilakukan sesuai dengan hasil wawancara yang
di peroleh dari Kepala Sekolah, waka kesiswaan, guru kelas serta
siswa dan siswi.
27

b.) Triangulasi Teknik


Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data
dengan cara mengecek data kepada sumber/informan yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi. Apabila tiga teknik
pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-
beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber/informan data yang bersangkutan atau pihak lain, untuk
memastikan data mana yang benar.

G. Jadwal Penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian


dilapangan maka penulis menyusun agenda beserta tabel secara sistematis
antara lain :

Kegiatan penetian ini di bagi menjadi tiga tahapan yang meliputi


sebagai berikut:

1. Penyusunan Proposal dan pengajuan proposal.

2. Penujukkan dosen pembimbing, perbaikkan seminar proposal serta


pengurusan izin riset.

3. Pengumpulan data dilapangan sejalan dengan analisis data tahapan


awal.

4. Analisis lanjutan, penyusunan laporan penelitian, penulisan


laporanakhir, pengadaan dan memperbanyak laporan dan selanjutnya
untuk diuji.
28

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

NO Tahun 2023
Jenis
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan √
Judul dan
Pembuatan
Proposal

2. Pengajuan √
Dosen
Pembimbing

3. Bimbingan √
Proposal

4. Izin Seminar √
Proposal dan
Perbaikan
29

Hasil

5. Izin Riset √

6. Riset √
Lapangan

7. Olah Data √

8. Penyusunan √
Skripsi

9. Bimbingan √
dan
Perbaikan
Skripsi

10. Sidang √
Munaqosah

11. Perbaikan √
Sidang
Munaqosah
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Sekolah
Sekolah dasar negeri 116/IV kota jambi merupakan salah satu sekolah
dasar yang ada di kota jambi. SDN 116/IV kota jambi berlokasi di Perumahan
Bougenville Lestari RT.67 Kec. Alam Barajo Kota Jambi. Sekolah ini berdiri
pada tahun 1997 dengan SK.Pendirian pada tanggal 03 Januari 1997. Tidak ada
kendala yang besar dalam urusan administrasi pendirian sekolah ini, sehingga
diketahui bahwasanya dalam proses pembangunannya tidak lebih dari waktu satu
tahun saja.
2. Profil Sekolah
Nama Sekolah : SD NEGERI 116 IV JAMBI
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10504511
Jenjang Pendidikan : SD
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Perum Bougenville Lestari
RT/RW : 21 / 3
Dosun : Kenali Besar
Desa Kelurahan : Kenali Besar
Kecamatan : Kec. Alam Barajo
Kabupaten : Kota Jambi
Provinsi : Prov. Jambi
Kode Pos : 36129
Lokasi Geografis : Lintang -1 Bujur 103

3. Visi dan Misi


Visi
Menjadi Siswa Siswi Yang Berilmu, Cerdas Dan Terampil Serta
Berakhlak Mulia.

30
31

3. Misi
1. Menyiapkan Siswa/Siswi Yang Memiliki Kemampuan Di Bidang
Imtaq dan IPTEK.
2. Membentuk Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, Kreatif Dan
Inovatif.
3. Membangun Kultur Sekolah Yang Terpercaya Di Masyarakat.
4. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik.
Artinya, tenaga pendidik ini merupakan seseorang yang bekerja di lingkungan
sekolah dan perguruan tinggi yang kemudian menekuni profesi pendidik.
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang
peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari
dimensi pembelajaran, peranan pendidik (guru, dosen, pamong pelajar, instruktur,
tutor, widyaiswara) dalam masyarakat indonesia tetap dominan sekalipun
teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat
cepat.
Pada SDN 116/IV kota jambi terdapat 38 total guru yang terdiri dari 6
laki-laki dan 32 perempuan. Jumlah guru dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Guru
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 6
Perempuan 32

Total 38
32

Tabel 4.2
Daftar Nama Guru Beserta NIP di SDN 116 Kota Jambi
No Nama NIP
1 Eliya Sinarita, S.Ag 196611021986102001
2 Rosmaida Bb, S.Pd 196310021983102002
3 Erni Hasmita, S.Pd 196610251986102002
4 Mila Linda, S.Pd. Sd 196505041992202001
5 Notince Januarti Br N, S.Th 198101132005012005
6 Desusanti, S.Pd 198304102006042007
7 Armanita, S.Pd 197106152006042010
8 Asmi Paryani, S.Pd 197003152008012003
9 Astri Yanti Fitri, S.Pd 197608172009032003
10 Sri Haryani, S.Pd 198103072006042026
11 Selvia Artini, S.Pd 197006152007012005
12 Rawani Siringo, S.Pd 196706052007012012
13 Merryani, S.Pd 198908112019032012
14 Siska Juliana Sitompul, S.Pd 199607192019032010
15 Ika Widayanti, M.Pd 198405232019032010
16 Sri Ade Winda, S.Pd 198610042019032006
17 Susanti Raharja 198007162009032007
18 Ermitati 196608152008012003
19 Dodi Mutia Eka Putra , S.Pd.I -
20 Dian Okta Geshastisia , S.Pd -
21 Mifya Elza , S.Pd -
22 M.Yani , S.Pd -
23 Delmus Meri , S.Pd -
24 Meimora Yuliana Pane , S.Pd -
25 Zeri Arkis -
26 Rini Puji Yanti , S.Pd -
33

27 Djarli Anggara , S.Pd -


28 Heru Laksono , S.Pd -
29 Sherly Carolina , S.Pd -
30 Mela Putri Ayu , M.Pd -
31 Desi Nia Astuti , S.Pd -
32 Indama , S.Pd -
33 Fahrizal Hasibuan -
34 Aniza Wahyuni Defitri , S.Pd -
35 Salsabila Humaira , S.Pd -
36 Novi Erma Yulianti -
37 Eko Sastria Antoni -
38 Abdul Somad , S.Pd -

5. Siswa
Menurut Djamarah (2011), anak didik merupakan subjek utama dalam
pendidikan ialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus
selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaktif edukatif. Siswa bisa juga
belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru disekolah. Bagi anak
didik, belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan. Setelah pulang
sekolah, anak didik harus belajar dirumah. Mereka mungkin menyusun jadwal
belajar pada malam, pagi atau sore hari.
Tabel 4.3
Jumlah siswa

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 352

Perempuan 297

Total 649
34

6. Sarana dan Prasarana


Menurut KBBI sarana dan prasarana diartikan sebagai sesuatu yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan, media dan alat. Sedangkan prasarana
sebagai sesuatu yang berperan sebagai penunjang utama terselenggaranya sebuah
proses atau kegiatan. Sarana adalah peralatan yang bergerak dan umumnya
dipakai secara langsung, misalnya ada kertas, pulpen, buku, komputer, dan lain-
lain. Sedangkan prasarana adalah penunjang dan umumnya merupakan fasilitas
yang tidak bergerak, misalnya gedung dan ruangan.
Tabel 4.4
Gedung Sekolah

Gedung Kondisi Jumlah

No Sekolah
Baik Rusak Rusak Rusak
Ringan Sedang Berat

1 Ruang Kelas 12 - - - 12

2 Ruang Guru 1 1

3 Laboratorium - - - - 0

4 Perpustakaan 1 - - - 1

5 Ruang Kantor 1 1

6 Ruang TU 1 1

7 Ruang Ibadah 1 1

8 Kantin 1 1
35

9 UKS 1 1

10 WC siswa 6 6

11 WC guru 1 1

12 Ruang Koperasi 1 1

13 Tempat Parkir 1 1

Total 28

Tabel 4.5
Ruang Perpustakaan
No Fasilitas Jumlah Ket
1 Rak Buku 13 Baik
2 Meja Baca 8 Baik
3 Lemari 2 Baik

Tabel 4.6
Ruang TU
No Fasilitas Jumlah Ket
1 Meja TU 2 Baik
2 Lemari TU 4 Baik
3 Kursi 3 Baik
4 Komputer 1 Baik
5 Printer 1 Baik
36

Tabel 4.7
Ruang Kepala Sekolah
No Fasilitas Jumlah Ket
1 Lemari 1 Baik
2 Komputer/ Laptop 1 Baik
3 Kursi Pimpinan 1 Baik
4 Meja Pimpinan 1 Baik
5 Printer 1 Baik
6 Kursi dan Meja Tamu 1 Baik

Tabel 4.8
Ruang Guru
No Fasilitas Jumlah Ket
1 Lemari 1 Baik
2 Komputer/ Laptop 1 Baik
3 Kursi Pimpinan 1 Baik
4 Meja Pimpinan 1 Baik
5 Printer 1 Baik
6 Kursi dan Meja Tamu 1 Baik

Tabel 4.9
Peralatan Sekolah
No Nama Peralatan Jumlah Ket
1 Meja Guru 12 Baik
2 Meja Siswa 336 Baik
3 Kursi Guru 12 Baik
Kursi Siswa 336 Baik
Lemari 1 Baik
Jam Dinding 12 Baik
37

Papan Tulis 12 Baik


Penghapus 12 Baik
Listrik 1 Baik
Wifi 1 Baik
Tempat Sampah 24 Baik

Tabel 4.10
Alat Penunjang Kesenian Tari
No Nama Peralatan Jumlah Ket
1 Perlengkapan kepala (aksesoris) 20 Baik (Pria dan Wanita)
2 Kostum 10 Baik (Pria dan Wanita)
3 Tempat latihan 1 Baik
Kursi Siswa 1 Baik
Lemari 1 Baik

B. Temuan Khusus
Pendidikan karakter adalah cara dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak siswa dan juga peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia; sehat; berilmu; cakap;
kreatif; mandiri; dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Hal tersebut juga terjadi kepada guru SDN 116/IV Kota Jambi yang diwawancarai
dan dilakukan observasi mengenai implementasi pendidikan karakter berbasis
budaya lokal Jambi melalui pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
di Sekolah Dasar.
Dalam penelitian ini dimulai dari pembelajaran pendidikan karakter
kepada perserta didik yang berbasis kebudayaan Jambi pada mata pelajaran SBK
di kelas V. Penelitian diawali dari melihat guru mengajar dengan cara
melaksanakan pendidikan karakter berbasis budaya lokal pada pelajaran SBK.
38

Kemudian peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang diteliti dengan


melihat sejauh mana siswa mengikuti pelajaran dan apakah berhasil atau tidaknya
pembelajaran implementasi pendidikan karakter berbasis budaya lokal disekolah
dasar ini.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai implementasi
pendidikan karakter berbasis budaya lokal Jambi melalui pembelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan, dalam ekstrakurikuler seperti: bernyanyi, memainkan
alat musik, drama, tari dan dalam pembiasaan dihari jumat menggunakan pakaian
adat melayu jambi. Di dalam pembelajaran guru memiliki silabus, dan
menyiapkan RPP berdasarkan materi yang akan menjadi bahan ajar terarah dan
terlaksana capaiannya.
Dalam proses pembelajarannya guru mengajarkan olah makanan
tradisional, cerita rakyat yang berasal dari daerah Jambi, pakaian adat Jambi,
musik tradisional dan lain-lainnya dengan menggunakan media konkret dalam
pembelajaran seperti : bahan pembuatan pangan lokal, kain tengkuluk, sarung, dan
lainnya. Adapun dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mendapatkan
beberapa temuan yang dapat menggambarkan implementasi pendidikan karakter
berbasis budaya lokal Jambi melalui pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
Berbasis Budaya Lokal Jambi dalam pembelajaran tari sekapur sirih di SD 116/IV
Kota Jambi terlihat dari hasil wawancara dan observasi sebagai berikut:

1. Upaya Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Seni


Budaya Lokal Jambi Kelas V SDN 116/IV Kota Jambi

Proses Pendidikan merupakan pengembangan potensi peserta didik


sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembangan budaya bangsa.
Melalui pendidikan, berbagai nilai dan keunggulan budaya dimasa lampau
diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat dan
bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik hidup dan
mengembangkan diri. Pelaksanaan nilai-nilai budaya dalam pendidikan
merupakan sarana dalam membangun karakter bangsa menjadi lebih baik.
39

Pendidikan karakter akan mengenalkan nilai-nilai dan norma ke dalam wilayah


kognitif individu.

Kemudian, nilai-nilai dan norma tersebut secara bertahap akan diarahkan


untuk dihayati dan diresapi ke dalam wilayah afektif peserta didik. Salah satu
sarana pendidikan karakter bagi anak usia dini ialah melakukan kegiatan seni tari.
Kegiatan seni tari pada anak usia dini merupakan sarana pendidikan anak yang
positif untuk membangun karakter bangsa. Selain hal tersebut kegiatan seni tari
ditujukan untuk menumbuh kembangkan kesadaran sikap menghargai, toleransi,
demokratis, beradab dan hidup rukun dengan sesama (Hartono: 2012).

Pendidikan Karakter membutuhkan proses atau tahapan secara sistematis


dan gradual, sesuai fase pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Karakter
dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan
kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
memiliki pengetahuan tentang kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
dengan yang diketahuinya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melakukan kebaikan tersebut.
Pembelajaran seni budaya lokal Jambi salah satunya seni tari. Seni tari
merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan
tubuh manusia. Tari merupakan bentuk hasil cipta, karya manusia yang
diwujudkan dalam gerak yang indah. Tari juga merupakan bentuk ekspresi
manusia yang dituangkan dalam struktur yang harmonis, sehingga dapat dinikmati
oleh para penikmatnya. Seni tari adalah seni mengeskpresikan nilai batin melalui
gerak yang indah dari tubuh/fisik dan mimik. Salah satu jenis tari di Indonesia
adalah tari tradisional. Salah satu jenis tari di Indonesia adalah tari tradisional.
Tari tradisonal merupakan warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan
dan dikembangkan secara turun temurun. Ragam gerak, formasi, busana dan tata
rias dalam tari tradisional hingga kini tidak banyak berubah. Sedangkan menurut
Nusantara (dalam Dama dan Rochayati 2016:8) tari tradisional merupakan bentuk
tarian yang sudah lama ada, diwariskan secara turun-temurun, serta biasanya
40

mengandung nilai filosofis, simbolik dan religius. Tari sekapur sirih merupakan
salah satu tari tradisional yang berasal dari daerah Jambi.
Salah satu upaya guru dalam menerapkan karakter adalah menambahkan
pendidikan karakter dalam perencanaan pembelajaran yaitu memasukkan nilai-
nilai karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, santun dan disiplin. Hal ini
senada dengan hasil wawancara bersama guru sebagai berikut:
Kalau saya, dari perencanaan saya sudah memasukkan nilai-nilai
karakter. Dan di sesuaikan dengan pola RPP dari kurikulum 2013. Nilai
yang saya masukkan seperti kejujuran, tanggung jawab, santun dan
disiplin. Saya biasakan anak-anak saat misalnya ya praktek nari mereka
saya minta untuk disiplin. Disiplin dalam hal berpakaian, santun dalam
berbicara dengan teman, bertanggung jawab pada barang-barang yang
mereka pakai untuk praktek nari. (Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani,
Tanggal 12 Juni 2023)

Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara bersama Kepala Sekolah


berikut:
Guru melaksanakan tugas-tugasnya di kelas dengan cara menyiapkan
RPP sebaik mungkin untuk dijadikan bahan ajar dalam mata pelajaran
SBK. Mengajarkan nilai-nilai agama dengan cara membiasakan
mengucapkan salam sebelum masuk kelas dan berdoa sebelum memulai
pembelajaran SBK. Guru juga mengajarkan kepada mereka tentang cara
menghormati orang yang lebih tua dan menjelaskan tentang pentingnya
menghormati kedua orangtua dan ajarkan siswa jangan melawan kepada
kedua orang tua. (Wawancara Dengan Ibu Kepala Sekolah, Tanggal 12
Juni 2023)

Peneliti kemudian melakukan wawacara kepada bapak Dodi Mutia Eka


Putra, S.Pd.I selaku Waka Kurikulum sekolah terkait dengan pembentukan
karakter pendidikan pada siswa:
Selaku waka kurikulum, saya mempunyai beberapa tugas penting yaitu
menyusun dan mempersiapkan silabus, pengembangan sistem nilai,
pengembangan model pembelajaran serta menerapkan kriteria kenaikan
kelas dan kelulusan. Nah untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter
tersebut bisa saya impelementasikan melalui hal-hal tersebut diatas.
Misalnya kriteria kenaikan serta kelulusan siswa, saya bisa
mengembangkan beberapa hal yang menjadi persyaratan misalnya harus
mempunyai beberapa pilar dalam pendidikan karakter itu sendiri
(Wawancara Dengan bapak waka kurikulum, Tanggal 12 Juni 2023)
41

Seperti halnya diketahui, bahwasanya ada 9 pilar karakter yang berasal


dari ilia-nilai luhur universal yaitu 1) karakter cinta tuhan dan segenap ciptaannya,
2) kemandirian dan tanggung jawab, 3) kejujuran/ amanah, diplomatis, 4) hormat
dan santun, 5) dermawan, suka menolong dan gotong royong, 6) percaya diri dan
pekerja keras, 7) kepemimpinan dan keadilan, 8) baik dan rendah hati, 9) karakter
toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Berdasarkan acuan pada teori yang ada maka
peneliti tentunya juga menggali lebih dalam terkait upaya guru SDN 116 dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pembelajaran seni budaya dan
keterampilan di SDN 116 kota jambi dengan mengulik satu persatu pertanyaan
terkait dengan kesembilan pilar tersebut.

Pilar yang pertama adalah karakter cinta tuhan dan segenap ciptaannya.
Berdasarkan hasil observasi serta wawancara yang telah peneliti lakukan maka
diperoleh hasil wawancara dengan ibu Asmi Paryani selaku guru pengampu mata
pelajaran seni budaya dan keterampilan di SDN 116/IV Kota Jambi.
Dalam penanaman nilai karakter pada pendidikan khususnya pada
karakter cinta tuhan, seperti yang sudah saya katakan tadi di RPP itu
sudah saya rangkai semuanya saya pikirkan matang-matang serta dengan
sebaik mungkin bagaimana nanti penerapannya. Apalagi setiap kelas itu
kan punya jatah materi tersendiri yang disesuaikan dengan setiap
jenjangnya. Itu kemudian tidak lepas dari acuan kurikulum yang mana
nantinya kami selaku guru khususnya saya ya selaku guru yang
mengajarkan pelajaran seni budaya juga merasa punya tanggung jawab
sangat luar biasa sekali. Jadi dalam menanamkan nilai karakter cinta
tuhan, saya akan melakukan hal yang paling mendasar sebelum memulai
sesuatu ketika pada jam pelajaran saya, saya akan mengajak anak-anak
untuk berdoa bersama, diiringi dengan pemberian pemahaman kepada
siswa tentang pentingnya ritual berdoa sebelum memulai apapun.
(Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Kegitan tersebut tentunya sangat didukung dan disetujui oleh kepala


sekolah serta waka kurikulum SDN 116 Kota Jambi. Hal ini disimpulkan dari
hasil wawancara dengan kepala sekolah serta waka kurikulum SDN 116 kota
jambi.
Kami melakukan evaluasi terhadap kinerja para guru, kemudian
melakukan pengawasan dengan datang lebih awal untuk mengetahui
42

bagaimana proses penanaman karakter pada siswa. Dari kegiatan tersebut


kami dapat melihat bahwasanya penanaman karakter cinta tuhan
dilakukan dengan memulai pembelajaran dengan doa dan mengakhirinya
pula dengan doa atau ucapan hamdalah. Itu yang kerap kami dengar
(Wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah, Tanggal 12 Juni 2023)

Berdoa sebelum belajar itu merupakan salah satu bentuk


implementasi guru dalam menanamkan karakter pendidikan cinta tuhan,
semua hal tersebut tentunya bermuara dari sistem kurikulum yang kami
buat. Begitulah kira-kira gambaran bagaimana upaya kami dalam
membangun pendidikan karakter tersebut. (Wawancara dengan bapak
waka kurikulum, Tanggal 12 Juni 2023)

Hasil wawancara tersebut kemudian membuat peneliti tertarik dan


berkewajiban untuk melakukan observasi atau pengamatan secara langsung
kepada siswa SDN 116 Kota Jambi dan didapati bahwasanya pembacaan doa
dilakukan pada pagi hari ketika memulai pelajaran dan ditutup dengan doa disiang
hari sebelum pulang sekolah. Selain itu juga dilakukan pada setiap mata pelajaran
seni budaya dan keterampilan ketika memulai pembelajaran.

Masih dalam cakupan penanaman karakter pendidikan yang berpacu pada


pilar yang pertama yaitu karakter cinta tuhan dan segenap ciptaan nya, fokus
pembahasan kali ini yaitu pada upaya guru dan keterampilan dalam menanamkan
karakter cinta pada segenap ciptaan nya melalui budaya lokal yang ada di Jambi.
Untuk masalah penanaman karakter siswa agar mencintai ciptaan tuhan
itu dengan berpedoman pada materi kurikulum khususnya kelas V SD
yaitu mengajak siswa untuk membuat lukisan yang berkaitan dengan ciri
khas Jambi. Dari hasil karya yang mereka ciptakan itu sangat beragam,
ada yang membuat aliran sungai batang hari, jembatan gentala arasy,
gambar angsa yang berenang di batang hari, dan yang paling banyak itu
memang yang bertema kan sungai batang hari. Setelah itu saya juga
meminta para siswa untuk memperagakan hasil karya mereka di depan
teman-teman sekelas. (Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani, Tanggal
12 Juni 2023)

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari ibu Asmi Paryani selaku
guru yang mengayomi mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di SDN 116
kota jambi diketahui bahwasanya dalam menanamkan nilai karakter pada siswa
43

kelas V di SDN 116 kota jambi melalui mata pelajaran seni budaya dan
keterampilan khususnya pada pilar pertama tentang mencintai pencipta dan apa
yang diciptakannya adalah dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggambar apa saja yang menjadi ciri khas dari provinsi jambi, baik itu tempat,
kebudayaan atau kearifan lokal. Dan diketahui bahwasanya banyak siswa yang
melukis hal-hal yang bertemakan sungai Batanghari. Setelah itu siswa juga
diberikan kesempatan untuk memperagakan hasil karya mereka kepada teman-
teman yang lain di depan kelas guna melatih suatu karakter keberanian siswa
kelas V SD dalam berbicara di depan umum. Kegiatan tersebut diharapkan untuk
dapat memberikan kesadaran bagi siswa kelas V SD untuk selalu mensyukuri
serta mencintai apa yang telah tuhan ciptakan untuk kemudian dijaga dan
dipertahankan.

Lebih lanjut terkait dengan penanaman nilai-nilai karakter yang


berdasarkan pada Sembilan pilar yang berasal dari nilai-nilai luhur yang
diterapkan dalam pendidikan seni budaya dan keterampilan peneliti kemudian
kembali melakukan wawancara masih dengan ibu Asmi Paryani terkait dengan
penanaman nilai karakter siswa untuk lebih mandiri.
Sebetulnya jika kita menggali lebih dalam lagi makna dari kesembilan
pilar karakter pendidikan itu saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut
saya bahkan dalam satu kegiatan saja bisa membentuk karakter-karakter
yang mencakup pada beberapa pilar tersebut. Contohnya masih pada
seputar pembahasan yang tadi saya katakan yaitu dengan mencoba
memberikan satu tugas kepada siswa untuk membuat sebuah lukisan
yang menjadi salah satu ciri khas provinsi jambi. Dengan kemandirian
mereka, mereka berusaha menciptakan karya terbaik yang mereka bisa
lakukan. Mereka menciptakan berbagai macam kreasi menurut saya itu
mandiri, kemudian mereka menyelesaikan tugas mereka dengan jangka
waktu yang telah ditentukan itu sudah termasuk kedalam sebuah bentuk
pertanggung jawaban, mereka mampu menjelaskan hasil karya mereka
didepan banyak orang itu suatu upaya dalam pembentukan karakter yang
berani dan percaya diri. Jadi dalam satu tindakan tersebut sudah dapat
banyak sekali poin-poin positif nya. Namun, tentunya kadang tidak
begitu mudah karna pastinya ada beberapa kendala yang harus kita
antisipasi sejak dini (Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani, Tanggal 12
Juni 2023)
44

Upaya penanaman nilai karakter pendidikan melalui pembelajaran seni


budaya dan keterampilan lokal jambi menurut ibu Asmi Paryani selaku guru mata
pelajaran seni budaya dan keterampilan sebetulnya sangat sederhana. Menurut
beliau dalam satu kegiatan saja bisa menghasilkan banyak nilai positif yang dapat
dicerna oleh siswa. Beliau memberikan salah satu contoh upaya yang telah beliau
lakukan untuk menanamkan nilai karakter pada pembelajaran seni budaya lokal
jambi yaitu dengan memberikan sebuah tugas kepada siswa untuk membuat
sebuah gambar yang menjadi salah satu ciri khas dari provinsi Jambi. Arahan
tersebut menurut beliau dapat memicu kreativitas siswa serta menimbulkan sikap
mandiri pada siswa sehingga siswa mampu untuk berpikir lebih kritis dan kreatif
dalam menciptakan karya-karya yang menarik.

Selain itu tugas tersebut juga dapat membentuk rasa tanggung jawab siswa
untuk menyelesaikan tugas yang sudah diberikan sehingga terbentuk pula salah
satu dari Sembilan pilar karakter pendidikan pada siswa SDN 116 di kota jambi
yaitu karakter yang bertanggung jawab.

Tidak hanya itu ibu Asmi Paryani juga menjelaskan bahwasanya


implementasi dari nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan siswa yang
mampu menjelaskan hasil karya mereka kepada teman-teman sekelas merupakan
salah satu proses pembentukan karakter siswa yang percaya diri. Menurut ibu
Asmi dalam penanaman nilai karakter pada siswa nilai estetika pada hasil karya
menjadi prioritas kesekian kalinya. Sebab yang menjadi prioritas utamanya adalah
beberapa sikap siswa yang muncul dari hasil belajar seni budaya lokal tersebut.
Meskipun ini belajar keterampilan ya, namun menurut saya estetika
ataupun keindahan dari seni rupa itu menjadi hal yang kesekian karna
point utamanya itu adalah pembentukan karakter siswa tersebut terlebih
dahulu. Ketika siswa tersebut mempunyai karakter yang baik maka
mereka akan sangat mampu dengan sendirinya untuk menciptakan hasil
karya seni rupa yang lebih baik lagi kedepannya. Jadi sebelum
menciptakan seniman itu maka bentuk dulu karakter seorang seniman
dengan demikian mereka akan mampu berekspresi dengan sendirinya
kelak. (Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)
45

Selain memasukkan nilai-nilai karakter siswa. Guru harus dapat


memberikan teladan dan menjadi contoh bagi siswanya dalam segala hal. Ketika
guru memberikan petuah, perintah ataupun nasihat berikan contoh yang dapat
dilihat oleh siswa. Jika siswa selalu melihat guru bersikap baik, sopan dan ramah
kepada orang lain maka siswa akan menirukannya. Contoh lainnya misalnya
kebiasaan membuang sampah pada tempat yang disediakan. Kalau guru selalu
melakukannya, maka siswa juga akan menirunya. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara berikut:

Setelah memasukkan nilai karakter tersebut tentu ya sebagai guru kita


harus mampu mengimplementasikannya terlebih dahulu. Menerapkannya
sebagai contoh bagi siswa kita di dalam kelas. Misalnya, kalau saya
pribadi saya contohkan bagaimana cara berpakaian yang baik, berbicara
sopan dan bertanggung jawab. (Wawancara Dengan Asmi Paryani,
Tanggal 12 Juni 2023)

Hal ini juga dikuatkan dengan hasil wawancara bersama kepala sekolah
berikut:
Saat akan memulai pembelajaran, guru menyambut mereka di depan
kelas dan memberikan energi positif pada mereka dengan senyuman,
setelah siswa masuk ke dalam kelas, saya meminta mereka duduk dengan
rapih dan kami bersama-sama berdoa agar pelajaran kami mendapat
berkah dan kami bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. (Wawancara
Dengan Ibu Eliya Sinarita, Tanggal 12 Juni 2023)

Lebih lanjut, Cara membangun karakter siswa yang juga mudah dilakukan
oleh guru adalah menyelipkan pesan moral tertentu ketika mengajar. Guru bisa
menyampaikan pesan yang sesuai dengan materi pelajaran saat itu. Contohnya
sedang mengajar bahasa Indonesia guru bisa menyampaikan bahwa menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan wujud cinta tanah air. Hal ini
senada dengan hasil wawancara sebagai berikut:
Selain memberikan contoh biasanya saya selalu menyelipkan pesan
moral dalam pembelajaran. Misalnya dalam praktek tari sekapur sirih
saya selipkan pesan-pesan moral. Misalnya tari ini kan dipakai untuk
penyambutan tamu, Tari Sekapur Sirih ini memiliki makna yang
mendalam terkait penghormatan kepada orang lain. Selain itu, Tari
46

Sekapur Sirih juga sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia masyarakat
Jambi atas kedatangan tamu agung tersebut. Sehingga saya berpesan
kepada anak-anak untuk senanantiasa menghormati orang yang lebih tua
dan selalu bersyukur dalam hidup.(Wawancara Dengan Asmi Paryani,
Tanggal 12 Juni 2023)

Karakter positif siswa dapat terbentuk jika dirinya merasa dihargai atas
usaha dan jerih payah belajarnya. Sehingga dalam hal ini guru juga harus bisa
memberikan apresiasi ataupun penghargaan pada pencapaian siswa sekalipun
mungkin hasilnya belum seperti yang diharapkan. Memberikan apresiasi yang
baik pada siswa yang tidak pernah terlambat mengumpulkan tugas misalnya sudah
merupakan upaya untuk membentuk karakter positif. Penghargaan yang diberikan
guru tersebut akan membuat siswa merasa senang dan menjadi lebih bersemangat
untuk mengikuti pelajaran. Hal ini senada dengan hasil wawancara berikut:
Saya berupaya memberikan apresiasi pada siswa dalam setiap
kesempatan misalnya ketika mereka berhasil melakukan tarian yang saya
ajarkan. Saya ucapkan “mantap” atau “good job”. Menurut saya, hal ini
bisa membantu siswa untuk lebih menghargai hal-hal di sekitarnya.
(Wawancara Dengan Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)
Keterangan tersebut kemudian dibenarkan pula oleh salah satu siswa kelas
V SD yang pernah mendapat peringkat pertama.
Ada hadiahnya juga kalau dapat juara kak jadi tambah semangat untuk
belajar lebih giat lagi. (Wawancara Dengan Dian Rahma Hamida,
Tanggal 12 Juni 2023)
Guru yang ingin membentuk dan membangun karakter positif pada siswa
harus bisa jujur serta terbuka termasuk mengakui kesalahan. Sikap jujur ini harus
dicontohkan guru di dalam kelas selama proses belajar dan pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara berikut:
Saya mencoba untuk mencontohkan sifat jujur didalam kelas. Misalnya
mudahnya jika guru terlambat masuk ke kelas untuk memberikan
pelajaran. Ketika kondisi seperti itu terjadi maka guru harus berani jujur
dan terbuka untuk meminta maaf kepada para siswa karena terlambat.
(Wawancara Dengan Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)
Waka Kurikulum juga menambahkan bahwa:
Guru mengajari mereka tentang arti kejujuran dengan tidak berbohong
atas perbuatan baik kepada teman dan juga kepada materi yang telah
mereka pelajari jika mereka tidak paham maka saya menuntut mereka
47

untuk jujur dengan ketidakpahamannya, sehingga saya bisa mencarikan


formula yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan arti
jujur adalah cara yang dilakukan dalam mengenalkan kearifan lokal
terutama budaya jambi kepada para murid karena pemahaman akan
budaya jambi sangat diperlukan untuk melastarikan kearifan lokal bagi
generasi muda. (Wawancara Dengan Bapak Dodi Mutia Eka Putra,
Tanggal 12 Juni 2023)
Hal lainnya yang dapat dilakukan guru untuk membangun karakter siswa
di sekolah yaitu dengan memberikan inspirasi. Tidak harus berasal dari diri guru
sendiri bisa juga inspirasi tentang orang lain. Hal ini senada dengan hasil
wawancara guru berikut:
Guru dapat menceritakan kisah kesuksesan tokoh-tokoh terkenal dan
bagaimana cara mereka meraihnya. Inspirasi kesuksesan tersebut akan
tertanam dalam benak siswa sehingga mereka ingin mencontohnya. Cara
membangun karakter siswa bisa dilakukan melalui hal-hal yang
sederhana. Guru yang berkarakter positif akan lebih mudah membangun
karakter yang baik pada siswanya.
(Wawancara Dengan Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam
menerapkan pendidikan karakter siswa pada SDN 116/IV kota jambi dilakukan
dengan memberikan contoh nilai-nilai karakter seperti bertanggung jawab,
disiplin, berusaha memberikan pesan moral, inspirasi dan bersikap jujur. Hal ini
sesuai dengan hasil observasi peneliti pada tanggal 9 Juni 2023, peneliti
menemukan bahwa guru memberikan pesan moral sebelum dilakukannya praktek
menari.
2. Bentuk Kegiatan Guru dalam Pendidikan Karakter di Kelas V SDN
116/IV Kota Jambi
Pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran student centered daripada
teacher centered. Kearifan lokal yang terkadung dalam seni tari memiliki fungsi
pondamental, yaitu membentuk mental sosial dari komunitasnya. Oleh karenanya,
nilai-nilai yang terkandung selalu digali dan atau diyakini memberikan
sumbangan pada generasi muda. Hal ini yang memberikan dorongan kuat bagi
48

para pengembang seni tari untuk meyakinkan, bahwa nilai-nilai kearifan lokal
yang telah membentuk sebuah komunitas pada masa lalu.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, semua komponen sekolah harus
dilibatkan, seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja
seluruh warga sekolah. Guru bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata
pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral,
etika, integritas, dan karakter.
Melalui kearifan lokal, guru dapat memberi contoh tata cara berbicara
yang baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah
dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Pendidikan karakter berbasis budaya lokal Jambi yang telah diterapkan
pada Siswa Kelas V di SD 116/IV Kota Jambi telah berjalan baik, ini didasari
dengan adanya kreativitas guru yang mengajar, dengan didukung sarana dan
prasarana dalam memperkenalkan kepada siswa tentang seni budaya dan
keterampilan Jambi. Kreativitas guru dalam merangkum menjadi satu nilai-nilai
luhur yang terdapat di dalam adat dan budaya suku jambi itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara penulis pada tanggal 12 Juni 2023 dengan
narasumber Ibu Asmi Paryani, beliau merupakan guru di SDN 116/IV Kota Jambi
mengatakan kearifan lokal yang ada di sekolah ini ada dimasukkan ke dalam
pembelajaran muatan lokal atau sering disebut dengan pembelajaran budaya
daerah jambi. Tetapi seiring dengan adanya SBK guru melakukan pembelajaran
pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal jambi ini dikarenakan materi yang
ada di dalam pembelajaran SBK mengarah pada budaya-budaya luar daerah jambi
dan pembiasaan-pembiasaan lainnya, seperti lagu-lagu daerah Jambi, pemakaian
baju melayu Jambi, bercerita sejarah jambi dan melihat makanan tradisional
jambi.
49

Untuk melengkapi data penelitian, peneliti melakukan wawancara kepada


guru dan kepala sekolah di SD 116/IV Kota Jambi, wawancara itu telah terdata
oleh peneliti yang menghasilkan:
1. Karakter Religius
Kegiatan awal dan akhir pembelajaran sebenarnya hanya pembagian
berdasarkan urutan waktu saja. Sejatinya dua kegiatan tersebut adalah juga
kegiatan pembelajaran itu sendiri. Maka tidak dapat dianggap sebagai pelengkap.
Penyiapan skenario pembalajaran dari awal hingga akhir harus betul-betul
diperhatikan. Mulai dengan membiasakan siswa untuk berdo’a di awal maupun di
akhir ppembelajaran.
Biasanya saya menerapkan pendidikan karakter ini diawal dan akhir
pembelajaran. Misalnya, pembelajari diawali dengan do’a dan diakhiri
juga dengan do’a. (Wawancara Dengan Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni
2023)

Kepala sekolah juga menambahkan:

Siswa selalu memulai kegiatan pembelajaran dengan berdo’a dan


dipandu oleh guru pada mata pelajaran tersebut. (Wawancara Dengan
Ibu Kepala Sekolah, Tanggal 12 Juni 2023)

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penanaman


karakter siswa dimulai dari dalam kelas. Seperti guru memulai dengan berdo’a
dan diakhiri dengan berdo’a bersama. Hal ini sesuai dengan hasil observasi
peneliti pada tanggal 9 juni 2023 yang menemukan bahwa setiap awal dan
penutup selalu dimulai dengan do’a.
Selain itu pada beberapa pertemuan praktek membuat karya seni, ibu Asmi
juga membuat praktek yang dapat memupuk nilai-nilai karakter pada siswa.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu dengan membuat gambar ataupun
lukisan yang menjadi ciri khas jambi. Kemudian praktek kesenian dengan tarian
untuk membuat siswa memahami seni gerakan serta nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap gerakan tari tersebut.
Pada bagian kegiatan menari ya, itu sebenarnya merupakan suatu
kegiatan kesenian yang memang tidak setiap waktu dipelajari namun
50

nilai-nilai yang terkandung didalamnya itu harus dilakukan setiap waktu.


Mengenalkan kesenian tari pada siswa ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman serta penanaman nilai karakter berupa penghormatan serta
sikap sopan santun. Itukan tarian biasanya dipersembahkan dalam suatu
rangkai acara sebagai sambutan, kemudian gerakan-gerakan dalam tarian
tersebut juga mempunyai nilai filosofis yang sangat mendalam. Untuk itu
dengan mengenalkan gerakan tarian serta kemampuan saya untuk
memberikan pemahaman kepada siswa terkait nilai-nilai yang ada
didalamnya itu merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam
pembentukan karakter pendidikan. Apalagi sudah kelas 5 ya jadi hampir
dari keseluruhan materi kurikulum mereka terima. (Wawancara Dengan
Ibu Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

2. Disiplin
Kedisiplinan berperan sebagai pengatur dan juga keseriusan dalam
melakuakn perbuatan, sehingga kedisiplinan yang diterapkan telah dirasakan oleh
para siswa dan memberikan manfaat baik bagi mereka untuk memiliki jam belajar
lebih banyak. Pada setiap pagi hari selalu ada kegiatan penyambutan pagi kepada
siswa dan guru yang datang. Hal ini sesuai dengah hasil wawancara sebagai
berikut:
Pembiasaan untuk menjadi pribadi yang disiplin sangat penting karena
kalau tidak dibiasakan maka siswa akan lupa. Misalnya, kalau di dalam
kelas saya membiasakan siswa untuk disiplin baik dalam berpakaian
maupun dalam disiplin waktu di dalam kelas. Selain disiplin saya meminta
siswa untuk terbiasa berbicara jujur dan tidak boleh berbohong kepada
siapapun baik dengan teman maupun dengan orang tua dan guru.
(Wawancara Dengan Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Kepala sekolah juga menambah kan:

Kami terus berupaya menanamkan kedisiplinan pada siswa dengan


membiasakan siswa untuk datang tepat waktu dengan cara datang
kesekolah sebelum lonceng masuk berbunyi. Ajari tentang mengerjakan
tugas secara mandiri dan hargai hasil siswa yang mengerjakan tugas dan
ulangan hasil sendiri tanpa mencontek. Guru menejelaskan dan bercerita
tentang cerita sejarah jambi yang dikemas dan digabungkan dengan lagu
daerah provinsi jambi dan meminta siswa bercerita tentang apa yang
mereka ketahui seputar pembelaaran SBK. (Wawancara Dengan Ibu
Kepala Sekolah, Tanggal 12 Juni 2023)
51

3. Peduli Sosial

Guru tidak dibatasi waktu dan tempat dalam mendidik siswa, sebagaimana
orang tua mengajar dan mendidik anaknya. Guru harus ikhlas dalam memberikan
bimbingan kepada para siswanya sepanjang waktu. Demikian pula tempat
pendidikannya tidak terbatas hanya di dalam ruang kelas saja, dimanapun seorang
guru berada, dia harus sanggup memainkan perannya sebagai seorang pendidik
yang sejati. Fenomena ini yang kini hilang dari sistem pendidikan nasional kita
sekarang.
Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin melalui kelembutan,
kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainnya
dalam berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya dengan para siswa. Sosok
guru yang selalu menebar kasih sayang pada siswa akan melahirkan sebuah
kharisma. Siswa akan mencintai guru dengan cara mengidolakannya, serta
menempatkan dia sebagai sosok yang berwibawa dan disegani.

Guru juga harus mengajarkan kepada siswa bahwa menyakiti orang lain
adalah sikap yang tidak benar dan akan berdampak buruk. Ajarkan bahwa
menyakiti itu bentuknya tidak hanya perbuatan tetapi juga perkataan misalnya
mengejek. Akhirnya, siswa akan menghargai dengan orang yang usianya lebih tua
dan menyayangi dengan yang usianya lebih muda. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara sebagai berikut:

Mengajarkan kasih sayang kepada sesama dalam artian saya minta agar
siswa saya senantiasa menganggap temannya seperti keluarganya sendiri.
Tidak menyakiti atau membully sesama teman serta saling membantu
apabila dibutuhkan. (Wawancara Dengan Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni
2023)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa guru mengajarkan


kasih sayang antar siswa sehingga guru membantu mengurangi bentuk
pembullyan di lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti
pada tanggal 9 juni 2023 yang menemukan bahwa guru senantiasa
52

mengingatkan siswa untuk bersikap baik terhadap sesama.

Kepedulian sosial yang terus ditingkatkan agar siswa memiliki karakter


yang peduli dengan sekitar mereka, bukan hanya pada teman-teman tapi juga
peduli akan menjaga alam sekitar, dengan adanya kepedulian dalam diri siswa
sudah tentu akan meningkatkan kesadaran siswa bahwa mereka memerlukan
oranglain dalam mengarungi kehidupan dan sudah tentu harus saling tolong
menolong. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti bersama
kepala sekolah, sebagai berikut:

Keadaan kelas yang kondusif yang bisa diterapkan pembelajaran


berbasis praktek Seni Budaya Keterampilan (SBK) seperti lagu daerah
Jambi, praktek tari sekapur sirih. Siswa menjadi lebih cinta akan budaya
lokal dan mereka kaya akan pengetahuan lokal terkait Seni Budaya
Keterampilan Jambi. Mengajarkan unsur-unsur kebudayaan jambi
untuk dapat dipahami dan siswa menjadi cinta akan kebudayaan jambi.
Mengajar dengan dengan cara yang menyenangkan sehingga mereka
menjadi tertarik belajar SBK. Semakin sering anak mengenal budaya
jambi akan meningkatkan kepedulian mereka terhadap budaya dan juga
sesama. (Wawancara Dengan Ibu kepala Sekolah, Tanggal 12 Juni
2023)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa penerapan


kearifan lokal sudah diterapkan dalam pembelajaran yaitu pembelajaran seni
budaya dan keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan sehari-hari, selain itu pula
pemakaian baju melayu jambi setiap hari jumat, dengan menggunakan baju
melayu jambi siswa diajak untuk mengenal pakaian adat melayu jambi. Kemudian
melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti: tarian jambi dan juga berlatih vokal
suara.

Dalam proses pengenalan budaya lokal Jambi untuk menanmkan nilai


karakter pada siswa kelas 5 SD N 116/IV kota Jambi, guru juga melakukan upaya
untuk menanmkan nilai sosial pada siswanya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas
dari hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwasanya penerapan nilai karakter
sosial tidak lepas dari penerapan kebudayaan lokal. Hal ini bertujuan untuk
53

membentuk karakter siswa dengan jiwa serta interaksi sosial yang baik sehingga
dapat menimbulkan sikap toleransi antar sesama manusia. Selain itu juga perlu
diketahui bahwasanya terdapat karakter nilai sosial yang diperoleh dari penerapan
budaya lokal jambi tersebut dapat membentuk karakter siswa yang akan sangat
mencintai dan menghargai budaya yang mereka miliki. Hal tersebut juga
dibenarkan oleh ibu kepala sekolah melalu hasil wawancara sebagi berikut:
Saya selaku kepala sekolah mendukung semua tindakan serta upaya para
guru disini untuk menanamkan niai-nilai karakter dalam pendidikan.
Menurut saya jika hal tersebut tidak menyalahi aturan serta norma-norma
yang ada maka akan saya dukung terus. Karna setiap guru itu punya
kreativitas masing-masing jadi sudah pasti terbaik. Kemudian untuk
mendukung hal tersebut tidak jarang pula kami mengikuti kegiatan
bimtek serta beberapa kegiatan seminarlainnya untuk meningkatkan
kualitas paraguru disini (Wawancara Dengan Kepala Sekolah, Tanggal
12 Juni 2023)

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran


menggunakan metode terkait dengan pembelajaran SBK. Terlihat sejak awal
siswa dalam mengamati penjelasan dari guru. Saat berdiskusi tentang materi yang
dijelaskan guru sebelumnya siswa masih ada yang bermain-main. Pada saat guru
memberikan pertanyaan beberapa siswa masih takut menjawab, setelah guru
memberikan pancingan berupa pertanyaan baru siswa mau menjawab. Keberanian
siswa untuk menanyakan sendiri tentang materi yang sudah dipelajari belum
tampak. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti bersama guru
sebagai berikut:

Siswa akan dibiasakan untuk peduli dan juga saling tolong menolong,
saat teman mengalami kesulitan dalam pelajaran maka diperlukan
kepedulian dengan menjelaskan dan memberikan bantuan. Selain itu
juga saat mereka bermain harus saling berbagi saat alat terbatas maka
harus bergantian dan tidak boleh marah dan harus bersabar, kami terus
mengingatkan mereka agar mereka berlaku baik dan iklas, selain itu
juga saat salah satu dari mereka ada yang sakit, maka kami bersama-
sama mendoakan dan membantu seikhlasnya bila ada untuk
meringankan beban yang sedang sakit. (Wawancara Dengan Asmi
Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)
54

Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa siswa akan dibiasakan
untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan, dengan pengarahan dari guru
maka siswa akan saling tolong menolong saat mengalami kesulitan dalam belajar
atau saat bermain di luar kelas, mereka akan diarahkan untuk saling berbagi dan
bergantian dalam melakukan permainan. Tidak dibenarkan untuk marah dan harus
ikhlas, sehingga dengan begitu siswa akan lebih sering menggunakan senyuman
dari pada amarah.

Guru di SDN 116/IV kota jambi selalu membangun komunikasi yang


ramah dan menyenangkan kepada para siswa pada saat penyambutan pagi dan
proses pembelajaran sehingga terciptanya kenyamanan dan rasa percaya diri pada
anak. Mereka selalu bertegur sapa ketika bertemu dan membangun suasana
keakraban ketika bermain dan berlangsung kegiatan lainnya. Komunikasi juga
terjalin harmonis oleh guru kepada orangtua siswa ketika mengantar dan
menjemput anaknya. Mereka sangat akrab dan terbangun suasana kekeluargaan.
Selain itu pula rasa bergotong-royong terus ditingkatkan guna membentuk
karakter siswa yang cinta pada lingkungan dan juga pada persaudaraan.

Dalam setiap kegiatan selalu terdapat kebiasaan yang ditanamkan kepada


peserta didik disetiap harinya mulai dari kegiatan awal pembukaan hingga
kegiatan penutup sesuai dengan tema/sub tema pada hari itu. Kebiasaan ini
disesuaikan dengan nilai-nilai karakter budaya yang diaplikasikan dalam kegiatan.
Dalam kegiatan bermain peran dokter-dokteran anak dibiasakan untuk saling
membantu dan menolong orang lain yang sakit, bersikap sopan dalam melayani
pasien, dan berbagai kebiasaan lainnya yang berkaitan dengan sosial budaya di
kehidupan sehari-hari.

Sebelum praktek tari dimulai, guru juga menjelaskan agar siswa tetap
tertib selama praktek menari dimulai. Siswa diharapkan untuk saling membantu
temannya apabila ada salah satu temannya yang tidak paham dengan gerakannya.
Guru juga menceritakan sedikit tentang tari sekapur sirih agar para siswa
55

memahami bahwa tarian yang mereka tarikan bukan hanya sekedar gerakan
melainkan sebuah budaya yang bermakna bagi masyarakat Jambi.

Selain peduli sosial akan sesama manusia. Peduli sosial akan lingkungan
sekitar juga sangat diperlukan. Untuk membentuk suatu sikap yang peduli
terhadap lingkungan, maka diperlukan berbagai macam upaya untuk hal tersebut.
Salah satu yang dilakukan oleh ibu Asmi Paryani dalam menanamkan karakter
yang peduli lingkungan yaitu dengan melakukan konservasi lingkungan. Hal yang
terlebih dahulu dilakukan yaitu mengenalkan siswa dengan lingkungan terlebih
dahulu.
Biasanya itu dimulai dari pengenalan lingkungan kepada siswa, dari
lingkungan terdekat dan sekitar saja misalnya lingkungan sekolah.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan itu biasanya
mencintai kebersihan jadi saya bersama guru yang lain harus
membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan seperti memungut sampah
sebelum masuk kelas, atau mengatakan kegiatan gotong royong dalam
kurun waktu tertentu. Kemudian juga melakukan edukasi terkait
pentingnya menjaga lingkungan dengan siswa. (Wawancara Dengan Ibu
Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Hal ini kemudian dibenarkan oleh Kepala Sekolah SDN 116 Kota Jambi
terkait dengan upaya peduli terhadap lingkungan
Biasanya setiap pagi 5 menit sebelum bel masuk bunyi dilakukan
kegiatan memungut sampah terlebih dahulu untuk memberikan kesadaran
kepada siswa tentang pentingnya menjaga dan membersihkan lingkungan
Kemudian ada banyak kegiatan lain dan siswa mengikutinya dan itu
tentunya berhasil (Wawancara Dengan Kepala Sekolah, Tanggal 12 Juni
2023)

Peneliti juga melakukan beberapa kegiatan wawancara dengan siswa kelas


V SD N 116 Kota Jambi terkait kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Setiap pagi disuruh ambil sampah kak kadang suka kadang juga tidak
suka. Lingkungan sekolah jadi bersih tapi tangan jadi kotor. (Wawancara
Dengan Dian Rahma Hamida, Tanggal 12 Juni 2023)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasanya penanaman nilai


karakter padasiswa terkait kepedulian terhadap lingkungan bukan hanya suatu
bentuk tanggung jawab dari guru pengampu mata pelajaran seni budaya dan
56

keterampilan. Namun tanggung jawab bersama. Hal ini peneliti peroleh melalui
hasil wawancara dengan bapak Dodi Mutia Eka Putra, S.Pd.I
Sebenarnya untuk membentuk karakter penidikan siswa itu bukan hanya
tanggung jawab guru saja. Tapi semua elemen-elemen dalam lingkungan
sekolah. Termasuk saya, kepala sekolah, satam bahkan orang tua.
Semuanyaharus terlibat. Hal ini brtujuan agar karakter tersebut tidak
hanya berlaku padasekolah tapi ketika diluarsekolah pun tetap demiian.
Apalagi peran orang tua tentunya sangat mendukung. (Wawancara
Dengan Dodi Mutia Eko Putra, S.Pd.I, Tanggal 12 Juni 2023)

Meskipun demikian dalam hal ini guru dan keterampilan tetap mempunyai
peran tersendiri dalam membentuk karakter siswa yang peduli terhadap
lingkungan melalui pembelajaran seni budaya lokal jambi. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh guru dalam membentuk nilai karakter siswa yang peduli terhadap
lingkungan yaitu mengajak siswa untuk membuat suatu kerajinan tangan dari
barang bekas. Sebagaimana yag dijelaskan oleh ibu Asmi dalam kutipan
wawancara berikut:
Kalau masalah lingkungan itu dalam seni budaya dan kerajinan sudah
pasti terlintas barang bekas ya. Daur ulang itu pasti, tapi bagaimana
caranya agar siswa tidak bosan. Dari kelas 1 siswa itu entah sudah
beberapa kali membuat kerajinan dari barang bekas banyak karya siswa
itu dipajang. Bahkan ada yang ikut lomba juga. Tapi kemarin kita
mencoba hal yang baru dengan konsep ramah lingkungan. Kemarin kita
bikin inovasi batu yaitu ecoprint. Saya ajak siswa untuk bikin kerajinan
ecoprint itu. Banyak siswa yang senang barangnya juga bisa mereka
gunakan untuk kebutuhan sehari-hari mereka. (Wawancara Dengan Ibu
Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwasanya dilakukan


inovasi terbaru untuk menanamkan karakter siswa yang peduli terhadap
lingkungan yaitu beranjak dari konsep daur ulang sampah menjadi kerajinan
kemudian beralih pada konsep penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan
dalam pembuatan kerajinan yaitu ecoprint.

Perlu diketahui bahwasanya ecoprint merupakan teknik mencetak pada


kain dengan menggunakan pewarna alami dan membuat motif dari daun secara
manual . ada dua teknik pewarnaan dalm proses pembuatan ecoprint yaitu teknik
57

iron blanket dan teknik pounding. Dalam teknik iron blanket terapat salah satu
proses perendaman kain dan daun dengan menggunakan cuka sedangkan pada
teknik iron pounding itu lebih simple yaitu dengan menempelkan daun atau
penghasil warna pigmen alami ke pada material kain kemudian untuk
mengeluarkan warnanya dipukul dengan palu secara perlahan dan merata.
Dalam praktik kemarin kita menggunakan teknik iron pounding karna
secara praktek lebih sederhana dan lebih aman untuk dipraktekkan
kepada anak-anak. Tidak ada unsur bahan berbahaya dan menyulitkan.
Kemarin hasil karya mereka itu ada yang sapu tangan ada juga tote bag.
Hasil karya dikembalikan kepada masing-masing siswa namun untuk
disimpan di sekolah itu dibuatkan khusus hasil karya bersama.
(Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Hal ini kemudian didukungoleh pernyataan dari ibu kepala sekolah SDN
116/IV Kota Jambi sebgai berikut:
Menurut saya itu sesuatu yang sangat luar biasa, sebab berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwasanya ada banyak
kemajuan yang bukan hanya diproleh oleh siswanya tapi juga kualitas
gurunya semakin baik. Tentunya kami sangat senang sekali selain hasil
karya siswa tersebut terbilang bagus ya dari daun papaya jadi kain yang
cantik sekali tentunya akan mengasah pola pikir siswa juga agar lebih
ramah lingkungan dan kretif untuk memanfaatkan sumber daya alam
yang ada disekitar (Wawancara Dengan Kepala Sekolah, Tanggal 12
Juni 2023)

Kegiatan tersebut ternyata juga sangat disenangi oleh para siswa. Seperti
hasil wawancara yang peneliti peroleh dari beberapa siswa SD N 116 Kota Jambi
sebagai berikut:
Waktu bikin ecoprint sama teman-teman sangat menyenangkan, bikinnya
seru kita pukul-pukul pakai palu dari kayu (Wawancara Dengan M.
Hazel Alkadafa, Tanggal 12 Juni 2023)
Mau bikin lagi, kami punya tote bag ecoprint belajarnya sangat
menyenangkan jadi suka buatnya pakai daun papaya warna sama
bentuknya juga jadi bagus (Wawancara Dengan Dian Rahma Hamida,
Tanggal 12 Juni 2023)

Penanaman karakter siswa yang peduli terhadap lingkungan bukan hanya


fokus pada pembersihan lingkungan dari sampah dengan melakukan daur ulang.
Tapi juga membuat siswa agar dapat menyadari bahwasanya penggunaan
58

barang-barang yang ramah lingkungan juga termasuk langkah awal untuk


mengurangi sampah. Dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih ramah
lingkungan pastinya sampah-sampah plastik akan semakin sedikit.

4. Tanggung Jawab

Tanggung jawab penting sekali diajarkan kepada anak sejak dini. Guru
bisa mengajarkan pada anak untuk senantiasa meminta maaf apabila melakukan
kesalahan terhadap orang lain. Sebaiknya Guru memberikan penjelasan kepada
siswa bahwa meminta maaf adalah bentuk dari tanggung jawab atas kesalahan
yang telah diperbuat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut:

Budaya meminta maaf ini tidak serta merta terbangun tetapi butuh waktu
yang panjang dan diulang-ulang sampai menjadi kebiasaan. Kami
berharap kebiasaan meminta maaf setiap berbuat salah ini akan
membentuk pribadi anak yang memiliki sifat rendah hati dan mau
mengakui kesalahan sendiri. (Wawancara Dengan Asmi Paryani,
Tanggal 12 Juni 2023)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa guru mengajarkan


Tanggung jawab antar siswa seperti meminta maaf ketika berbuat salah dan
meletakkan barang-barang praktek tari setelah digunakan. Hal ini sesuai dengan
hasil observasi peneliti pada tanggal 9 juni 2023 yang menemukan bahwa guru
senantiasa mengingatkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap apapun yang
mereka lakukan.

Tanggung jawab adalah melakukan semua kewajiban dengan sungguh-


sungguh serta bersiap menanggung segala risiko dari semua perbuatan yang telah
dilakukan. Untukmembentuk karakteristik siswa yang bertanggung jawab ada
beberapa hal yang dilakukan oleh ibu Asmi Paryani selaku guru pengampu mata
pelajaran seni budaya dan keterampilan. Berikut hasil wawancara yang telah
peneliti lakukan bersama ibu Asmi Paryani.
Untuk membentuk karakteristik siswa yang bertanggung jawab itu kita
mulai dari memberikan PR kepada siswa. Dengan adanya PR dan
kemudian dilakukan penlaian itu merrupakan salah satu upaya untuk
59

membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab. Kalau nanti


siswanya tidak mengerjakan PR tersebut dengan baik sudah pasti
nantinya akan mendapatkan sebuah konsekuensi misalnya kalau saya
pribadi itu memberikan hukuman yang memang membuat mereka
menyadari kesalahan mereka dan mereka enggan untuk melakukan
pengulangan kesalahan itu lagi. (Wawancara Dengan Ibu Asmi Paryani,
Tanggal 12 Juni 2023)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas diketahui bahwasanya salah


satu upaya yang dilakukan leh ibu Asmi Paryani selaku guru pengampu mata
pelajaran seni budaya dan keterampilan di SDN 116/IV kota jambi dalam
membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab, ibu Asmi Paryani sering
memberikan PR ataupun tugas kepada siswa. Hal ini bertujuan untuk membentuk
karakter siswa yang bertangung jawab ketika diberikan sebuah tugas.
“tugas atapun PR tersebut pastinya pada pertemuan berikutnya memang
akan saya tanyakan. Kalau secara pribadi ya jarang sekali memberikan
PR berupa teori. Yang paling sering itu berupa praktek. Seperti yang
pernah saya jelaskan dulu kami pernah praktek memahami dan
menceritakan kembali cerita rakyat jambi. Memang selama dua kali
pertemuan itu saya dan siswa fokus pada hal tersebut. Selama 2
pertemuan kami menghabiskan waktu untuk bertukar cerita. Dan
beruntungnya semua siswa klas 5 itu mampu melaksanakannya meskipun
tidak keseluruhannya mampu secara maksimal. (Wawancara Dengan Ibu
Asmi Paryani, Tanggal 12 Juni 2023)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwaanya menurut ibu


Asmi Paryani ketika siswa mampu untuk melaksanakan tugas yang telah
diberikan dan tidak ada penolakan dari siswa itu sudah termasuk kedalam bentuk
pertanggung jawaban siswa. Ibu Asmi Paryani tidak terlalu mengedepankan hasil
yang diperoleh beliau fokus pada setiap proses siswa. Karna menurut beliau dalam
pembentukan karakter siswa yang lebih diutamakan adalah kemampuan serta
pertanggung jawaban mereka.

Selain melakukan wawancara, pneliti juga melakukan kegiatan observasi


atau pengamatan secara langsung kepada siswa kelas 5 SDN 116/IV yaitu dengan
melakukan pengamatan serta pengawasan terhadap siswa yang diberikan tugas
atau PR pada pertemuan berikutnya. Dan diperoleh hasil bahwasanya seluruh
60

siswa kelas 5 SDN 116/IV mampu menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah
yang telah diberikan oleh guru mereka dengan baik. Hal ini merupakan salah satu
bentuk ataupun wujud keberhasilan dari upaya yang telah dilakukan oleh guru
dan keterampilan dalam menanamkan nilai-nilai karakter dalam bentuk
pertanggung jawaban siswa terhadap tugas yang telah mereka terima sebelumnya.
61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut diatas, maka diperoleh kesimpulan


dari penelitian ini adalah sebagai berkut:

1. Upaya implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran seni budaya


lokal jambi kelas V SDN 116/IV kota jambi adalah guru senantiasa
memasukkan nilai-nilai karakter kedalam pembelajaran, guru menjadi
contoh yang baik bagi siswa, guru menanamkan nilai-nilai karakter kepada
siswa dengan berpedoman kepada Sembilan pilar karakter pendidikan,
serta guru mengajarkan sikap disiplin, kejujuran dan tanggung jawab.

2. Implementasi pendidikan karakter dalam Pembelajaran Seni Budaya dan


Keterampilan (SBK) pada pembelajaran tari siswa Kelas V di SDN 116/IV
Kota Jambi dilakukan melalui pendidikan Religuis, di mana sebelum
memulai pembelajaran siswa berdoa dan mendoakan para pejuang yang
telah mendahului; Disiplin, di mana siswa datang dan pulang selalu tepat
waktu serta tidak mengulur-ngulur waktu saat belajar; Peduli Sosial, di
mana siswa membantu mendoakan dan menolong teman yang sedang
kesulitan serta menjaga lingkungan sekolah dan Tanggung Jawab, Guru
mengajarkan pada anak untuk senantiasa meminta maaf apabila melakukan
kesalahan terhadap orang lain.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, penulis dapat memberikan saran-


saran sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran kelompok yang digunakan dalam pelaksanaan


kegiatan budaya sebaiknya dibuat dengan anggota dari kelompok yang
berbeda supaya lebih meningkatkan rasa kebersamaannya dengan berbaur
dengan teman-teman yang berasal dari kelompok yang berbeda.

61
62

2. Sekolah perlu membuat ruangan khusus untuk latihan tari sehingga


latihan tari tidak dilakukan di kelas.

3. Harus saling mendukung antara setiap guru agar proses penanaman nilai
karakter pada siswa benar-benar dapat terlaksana dengan baik.
63

DAFTAR PUSTAKA

Anggreani, S. D. (2020). Analisis Faktor Pembelajaran Seni Budaya Dan


Keterampilan Yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran Seni Budaya
Dan Keterampilan Di Sd Muhammadiyah Pringsewu. Skripsi. UIN
Raden Intan. Lampung.
Ardipal. (2014). Kurikulum Pendidikan Seni Budaya Yang Ideal Bagi
Peserta Didik Di Masa Depan.Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra dan
Seni, 2 (1)
Arifin, M. M. (2021). Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik Di
Sekolah Melalui Kegiatan Ekstakurikuler Pramuka. Dirasah, 4(1).
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azmi, M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran
Sbk (Seni Budaya Dan Keterampialn) Berbasis Budaya Lokal Jambi
Di Sekolah Dasar. Skripsi. Univesitas Jambi. Jambi.
Bahri, S. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi
KrisisMoral Di Sekolah. Ta’allum, 3(1).
Budiono. (2017). Pendidikan Humanistik Ki Hajar Dewantara Dalam
Perspektif Pendidikan Islam. Intelektual, 7(1), 42–53.
Choli, I. (2020). Problematika Pendidikan Karakter. T A H D Z I B A K H L
A Q, 5(1).
Djamarah, S, B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartono, dkk. (2012). PAIKEM: Pembelajaran Aktif Inovatif kreatif efektif
dan menyenangkan. Pekanbaru Riau: Zanafa Publishing.
Helaludin, Wijaya, H. (2018). Analisis Data Kualitatif : Sebuah Tinjauan
Teori & Praktik, Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray
Innike, K. (2018). Pelaksanaan Sistem Pendidikan Karakter Dalam
Membentuk Karakter Mahasiswa Di Pesantren Al-Manar Ponorogo.
Skripsi. Univesitas Muhammadiyah. Ponogoro.
Jaelani, M. S. (2020). Education Empowerment Of Madrasah At Fisherman
Society In Suku Laut Kuala Tungkal Jambi. Jurnal Al-Ta’lim, 27(3).
Jailani, M. S. (2013). Kasih Sayang Dan Kelembutan Dalam Pendidikan.
Al- Fikrah: Jurnal Kependidikan Islam Iain Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi (3)2.
Jailani, M. S. (2014). Guru Profesional Dan Tantangan Dunia Pendidikan.
Jurnal Al-Ta’lim, 21(1).
Jailani, M. S. (2020). Membangun Kepercayaan Data Dalam Penelitian
Kualitatif. Primary Education Journal (Pej), 4(2).
Julaiha, S. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran.
Kurniaty, B. (2015). Pendidikan Karakter, Antara Konsep Dan Realita.
Jurnal Univ PGRI (2)2.
Kurniawan. (2017). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya
Secara Terpadu dilingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi,
64

dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-rus Media.


Kusumastuti, E. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Seni Tari
Terpadu Pada Siswa. Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Sekolah Dasar,
1(1).
Lestari, Y. S. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Seni Tari Di Sekolah Dasar Negeri 1 Trirenggo Tahun
Pelajaran 2015/2016. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-An, 3(1).
Lexy J. Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mahmud. (2017). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.
Bandung: Alfabeta.
Marwiyati, S. (2020). Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan.
Jurnal iainkudus (9)2.
M.Syahran Jaelani, F. A. Dan R. (2021). Pelaksanaan Pembelajaran
Akidah Akhlak Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa Di
Madrasah Ibtidaiyah Darul Falihin Desa Ujung Tanjung Kecamatan
Sarolangun. Skripsi. UIN Sulthan Thaha Saifuddin. Jambi.
Muin, A., Jauhar, S., Jafar, M. I., & Tammah, N. (2022). Implementasi
Pendidikan Karakter Dalam Proses Pembelajaran Seni Budaya Dan
Prakarya (Sbdp) Kelas V. Jikap Pgsd: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kependidikan, 6(1).
Mulyadi. (2015). Implementasi Kebijakan. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa. (2014). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Naditya, R. (2013). Implementasi Peraturan Daerah Kota Malang Nomor
10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah (Suatu Studi di Dinas
Kebersihan dan Pertamanan). Jurnal Administrasi Publik ,7(1).
Prastowo, A. (2019). Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta :
Prenada Media Group.
Rahayu, I. (2014). Penanaman Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran
Seni Budaya Di Smp Negeri 1 Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.
Skripsi. Univesitas Muhammadiyah. Semarang.
Rahmah, A. (2020). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan (Sbk) Berbasis Budaya
Lokal Jambi Siswa Kelas V Di Sdit An-Nahl Kota Jambi. Skripsi.
Univesitas Jambi. Jambi.
Rosidah, N. (2019). Pembentukan Karakter Religius Mahasiswa Melalui
Program Pondok Pesantren Mahasiswa. Tesis. IAIN Kediri. Kediri.
Salahudin, A, Alkriencienchi, I. (2013). Pendidikan Karakter. Bandung:
CV. Pustaka.
Samani, M, Haryanto. (2013). Pendidikan Karakter, Bandung: Pustaka
Setia.
Sopyan, A. (2017). Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Melalui
Pembelajaran Seni Budaya Sub.Materi Musik Pada Siswa Kelas VII
SMP N 2 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Staipi, R. (2020). Pendidikan Karakter Menurut Perspektif Imam Ibnu
65

Qoyyim Al Jauziyah. Tesis. Univesitas Islam Indonesia. Yogyakarta.


Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan r&d.
Bandung: Alfabeta.
Syahida. (2014). Implementasi Perda Nomor 14 Tahun 2009 Tentang.
Pengelolaan Sampah Di Kota Tanjung Pinang. Jurnal Umrah (5)1.
Tahir. (2014). Kebijakan Publik dan TransparansiPenyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Bandung : Alfabeta.
Taufik dan Isril. (2013). Implementasi Peraturan Daerah Permusyawaratan
Desa. ejouenal unri (4) 2 https://jkp.ejournal.unri.ac.id
Wattie, A. M., Sumientarsih, S., W. P., Hisbaron, Adiyaksa, P., Arum, S., &
Rosyid., N. (2012). Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan Seni
Budaya Tingkat Sekolah Dasar Di Kota Malang, Jawa Timur.
Yogyakarta: LAURA UGM.
Witaradya, K. (2013). Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter
Van Horn: The Policy Implementation Process. Tesis. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
66

DOKUMENTASI

Gambar 1
Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 116/IV Kota Jambi

Gambar 2
Lingkungan Sekolah Dasar Negeri 116/IV Kota Jambi
67

Gambar 3
Wawancara bersama Ibu Kepala Sekolah Eliya Sinarita, S.Ag

Gambar 4
Wawancara bersama Waka Kurikulum Bapak Dodi Mutia Eka Putra, S.Pd.I
68

Gambar 5
Wawancara Bersama Ibu Asmi Paryani S.Pd Wali Kelas V A

Gambar 6
Wawancara Bersama Dian Rahma Hamida Siswi Kelas V A

Gambar 6
Siswa Dibiasakan Untuk Membersihkan Lingkungan Sekolah Setiap Pagi
Untuk Membentuk Siswa yang Disiplin
69

Gambar 7
Guru Menanamkan Nilai Karakter Ketuhanan dengan Membiasakan Berdoa
Sebelum Memulai Pelajaran

Gambar 8
Guru Memberikan Penjelasan Kepada Siswa Tentang Nilai-Nilai yang
Terkandung Dalam Pendidikan Karakter yaitu Sikap Disiplin dalam
Mengerjakan Tugas
70

Gambar 9
Siswa Mendengarkan Instruksi Guru Dalam Materi Pendidikan Karakter
Pembelajaran Seni Budaya Lokal

Gambar 10
Siswa yang Bersiap Untuk Melakukan Praktek Menari Sekapur Sirih dalam Mata
Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan Jambi
71

Gambar 11
Guru Menanamkan Nilai Kejujuran dan Tanggung Jawab Siswa yang Tidak
Mengerjakan Pekerjaan Rumah dengan Sanksi yang Tidak Melanggar
Norma-Norma yang Ada

Gambar 12
Guru Memberikan Ruang Kepada Siswa Untuk Melakukan Kerja
Kelompok Agar Dapat Menanamkan Nilai Kerja Sama dan Saling
Menolong
72

LAMPIRAN
OBSERVASI GURU
Instrumen observasi ditujukan untuk mengetahui implementasi
pendidikan karakter dalam pembelajaran seni budaya lokal jambi pada kelas
V di SD N 116/IV kota jambi.

1. Survei dengan melihat bagaimana guru di SD N 116/IV kota jambi


menerapkan nilai religius pada siswa ketika memulai pelajaran seni
budaya dan keterampilan.
2. Melihat langsung bagaimana cara guru dan keterampilan dalam
menyampaikan materi pelajaran. Dalam hal ini peneliti akan
melakukan beberapa penilian terkait etika, tutur bahasa, serta nada
bicara yang berkaitan dengan kesopanan dan akhlak terpuji.
3. Melihat bagaimana guru dan keterampilan di SD N 116/IV kota
jambi dalam mengajak siswa untuk membuat kerajinan tangan yang
berkaitan dengan budaya lokal jambi.
4. Melihat bagaimana guru dan keterampilan memberikan contoh
tarian serta memberikan nilai filosofi dari tarian sekapur sirih untuk
menghormati orang lain.
5. Melihat cara guru mengajak siswa untuk membuat gambar angso
duo, atau jembatan gentala arasy sambil bercerita tentang
sejarahnya.
6. Melihat bagaimana guru meminta siswa untuk saling menghormati.
7. Melhat bagaimana guru dan keterampilan di SD N 116/IV dalam
mencegah siswa untuk tidak berkata kasar sesuai dengan adat dan
kebudayaan jambi.
8. Melihat bagaimana guru mengajak siswa untuk selalu hormat
kepada orang yang lebih tua.
9. Melihat bagaimana guru memberikan pemahaman kepada siswa
bahwasanya berkata kasar merupakan hal yang buruk.
10. Melihat bagaimana guru memberikan pemahaman bahwa siswa
73

harus bertutur kata yang baik.


11. Melihat bagaimana interaksi antara guru dan siswa dalam
mengenal adat dan kebudayaan jambi.
12. Melihat bagaimana cara guru untuk memberikan contoh yang baik
dalam berpakaian kepada siswa yang sesuai dengan kebudayaan
jambi.
13. Melihat bagaimana guru memberikan contoh kepada siswa untuk
selalu berperilaku sopan dan santun kepada siapapun dan
dimanapun.
14. Melihat bagaiamana guru mengayomi serta memberikan kasih
sayang kepada murid yang sesuai dengan kebudayaan jambi.
15. Melihat bagaiamana guru untuk membuat siswa menjadi tertib
ketika pelajaran sudah dimulai.
74

OBSERVASI SISWA
1. Melihat bagaimana siswa berdoa sebelum memulai pelajaran.
2. Melihat bagaimana siswa memahami pelajaran tentang kebudayaan
jambi serta bagaimana mereka mampu menanamkan nilai-nilai
budaya tersebut.
3. Melihat bagaimana perilaku siswa terhadap guru (perkataan dan
perbuatan).
4. Melihat bagaimana cara siswa berbicara terhadap sesama siswa
lainnya.
5. Melihat etika dan kesopanan siswa untuk menghormati orang yang
lebih tua sebagaimana yang ada dalam kebudayaan jambi.
6. Melihat bagaimana siswa mampu memahami dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru tentang kebudayaan sebagai
interaksi antara murid dan guru.
7. Melihat ketertiban siswa ketika pelajaran sedang berlangsung.
8. Melihat pakaian yang dikenakan siswa ketika mengikuti pelajaran.
9. Mendengarkan percakapan antara sesama siswa baik itu ketika
didalam kelas ataupun diluar kelas.
10. Melihat bagaiamana siswa menghormati dan menyayangi gurunya
sesuai dengan kebudayaan jambi.
75

LAMPIRAN
WAWANCARA

Wawancara I
Nama : Eliya Sinarta, S.Ag
Informan : Kepala Sekolah

No Pertanyaan Jawaban
1 Assalamualaikum,Wr,Wb Waalaikumsalam,iya gita silahkan
sebelumnya perkenalkan saya
Gita Feby Yola mahasiswa dari
UIN Jambi ingin melakukan
wawancara kepada ibu.
2 Sebagai kepala sekolah, dalam Kemudian untuk mendukung hal
mendukung upaya guru untuk tersebut tidak jarang pula kami
menanamkan nilai-nilai karakter mengikuti kegiatan bimtek serta
melalui pembelajaran seni budaya beberapa kegiatan seminar lainnya
lokal jambi, apa saja upaya yang untuk meningkatkan kualitas para
bapak/ibu kepala sekolah guru disini
lakukan?
3 Apakah selaku pimpinan Kami melakukan evaluasi terhadap
bapak/ibu rutin melakukan kinerja para guru, kemudian
pengawasan terhadap cara guru melakukan pengawasan dengan
seni budaya dalam datang lebih awal untuk mengetahui
mengimplementasikan pendidikan bagaiamana proses penanaman
karakter melalui pembelajaran karakter pada siswa. Dari kegiatan
seni budaya lokal jambi? tersebut kami dapat melihat
bahwasanya penanaman karakter
cinta tuhan dilakukan dengan
memulai pembelajaran dengan doa
dan mengakhirinya pula dengan doa
atau ucapan hamdalah. Itu yang kerap
kami dengar.
4 Menurut bapak/ibu kepala Guru melaksanakan tugas-tugasnya di
sekolah, apakah tindakan yang kelas dengan cara menyiapkan RPP
dilakukan oleh guru dalam sebaik mungkin untuk dijadikan
mengimplementasikan pendidikan bahan ajar dalam mata pelajaran
karakter melalui pembelajaran SBK. Mengajarkan nilai-nilai agama
seni budaya lokal jambi sudah dengan cara membiasakan
sesuai dengan kurikulum yang mengucapkan salam sebelum masuk
berlaku? kelas dan berdoa sebelum memulai
pembelajaran SBK. Guru juga
mengajarkan kepada mereka tentang
76

cara menghormati orang yang lebih


tua dan menjelaskan tentang
pentingnya menghormati kedua
orangtua dan ajarkan siswa jangan
melawan kepada kedua orang tua itu
merupakan langkah yang sudah
benar.
5 Apakah bentuk kegitan yang Biasanya setiap pagi 5 menit sebelum
dilakukan oleh guru seni bel masuk
budayabunyidalam
dilakukan
mengimplementasikan
kegiatan pendidikan k
memungut sampah terlebih dahulu
untuk memberikan kesadaran kepada
siswa tentang pentingnya menjaga
dan membersihkan lingkungan.
Kemudian ada banyak kegiatan lain
dan siswa mengikutinya dan itu
tentunya berhasil.
6 Bagaimana cara bapak/ibu kepala Saya selaku kepala sekolah
sekolah dalam mendukung upaya mendukung semua tindakan serta
serta rangkaian yang diakukan upaya para guru disini untuk
oleh seni budaya dalam menanamkan niai-nilai karakter
mengimplementasikan dalam pendidikan. Menurut saya jika
pendidikan karakter melalui hal tersebut tidak menyalahi aturan
pembelajaran seni budaya lokal serta norma-norma yang ada maka
jambi? akan saya dukung terus. Karna setiap
guru itu punya kreativitas masing-
masing jadi sudah pasti terbaik.
Kemudian untuk mendukung hal
tersebut tidak jarang pula kami
mengikuti kegiatan bimtek serta
beberapa kegiatan seminar lainnya
untuk meningkatkan kualitas para
guru disini
77

Wawancara II
Nama : Asmi Paryani, S.Pd
Informan : Wali Kelas V A

No Pertanyaan Jawaban
1 Assalamualaikum,Wr,Wb Waalaikumsalam,iya gita silahkan
sebelumnya perkenalkan saya Gita
Feby Yola mahasiswa dari UIN
Jambi ingin melakukan
wawancara kepada ibu
2 Dalam mengimpelementasikan Kalau saya, dari perencanaan saya
pendidikan karakter melalui sudah memasukkan nilai-nilai
pembelajaran seni budaya karakter. Dan di sesuaikan dengan
lokal jambi di kelas V SD N pola RPP dari kurikulum 2013. Nilai
116/IV, apa saja upaya yang ibu yang saya masukkan seperti
lakukan? kejujuran, tanggung jawab, santun
dan disiplin. Saya biasakan anak-
anak saat misalnya ya praktek nari
mereka saya minta untuk disiplin.
Disiplin dalam hal berpakaian,
santun dalam berbicara dengan
teman, bertanggung jawab pada
barang-barang yang mereka pakai
untuk praktek nari
3 Ada beberapa pilar karakter Dalam penanaman nilai karakter
pedidikan yang saya jadikan pada pendidikan khususnya pada
acuan teori dalam penelitian saya, karakter cinta tuhan, seperti yang
yaitu religius, kemandirian, sudah saya katakana tadi di RPP itu
kejujuran, sopan santun, sudah saya rangkai semuanya saya
dermawan dan suka menolong, pikirkan matang-matang serta dngan
percaya diri, kepemimpnan, baik sebaik mungkin bagaimana nanti
dan rendah hati, toleransi. Yang penerapannya. Apalagi setiap kelas
pastinya sebagai guru ibu juga itu kan punya jatah materi tersendiri
sudah tau. Lalu terkait dengan hal yang disesuaikan dengan setiap
yang demikian bagaimana jenjangnya. Itu kemudian tidak lepas
implermentasinya di SD N 116/IV dari acuan kurikulum yang mana
ini khususnya pada anak elas V nantinya kami selaku guru
dan kemudian bagaimana proses khususnya saya ya selaku guru yang
serta upaya apa saja yag sudah ibu mengajarkan pelajaran seni budaya
juga merasa punya tanggung jawab
lakukan?
sangat luar biasa sekali. Jadi dalam
menanamkan nilai karakter cinta
tuhan, saya akan melakukan hal
yang paling mendasar sebelum
memulai sesuatu ketika pada jam
pelajaran saya, saya akan mengajak
78

anak-anak untuk berdoa bersama,


diiringi dengan pemberian
pemahaman kepada siswa tentang
pentingnya ritual berdoa sebelum
memulai apapun
4 Bagaimana upaya yang ibu Dalam penanaman nilai karakter
lakukan dalam menanamkan pada pendidikan khususnya pada
karakter cinta tuhan pada siswa? karakter cinta tuhan, seperti yang
sudah saya katakan tadi di RPP itu
sudah saya rangkai semuanya saya
pikirkan matang-matang serta dngan
sebaik mungkin bagaimana nanti
penerapannya. Apalagi setiap kelas
itu kan punya jatah materi tersendiri
yang disesuaikan dengan setiap
jenjangnya. Itu kemudian tidak lepas
dari acuan kurikulum yang mana
nantinya kami selaku guru
khususnya saya ya selaku guru yang
mengajarkan pelajaran seni budaya
juga merasa punya tanggung jawab
sangat luar biasa sekali. Jadi dalam
menanamkan nilai karakter cinta
tuhan, saya akan melakukan hal
yang paling mendasar sebelum
memulai sesuatu ketika pada jam
pelajaran saya, saya akan mengajak
anak-anak untuk berdoa bersama,
diiringi dengan pemberian
pemahaman kepada siswa tentang
pentingnya ritual berdoa sebelum
memulai apapun
5 Seeberapa pentingkah pendidikan Meskipun ini belajar keterampilan
karakter bagi siswa? ya, namun menurut saya estetika
ataupun keindahan dari seni rupa itu
menjadi hal yang kesekian karna
point utamanya itu adalah
pembentukan karakter siswa tersebut
terlebih dahulu. Ketika siswa
tersebut mempunyai karakter yang
baik maka mereka akan sangat
mampu dengan sendirinya untuk
menciptakan hasil karya seni rupa
yang lebih baik lagi kedepannya.
Jadi sebelum menciptakan seniman
itu maka bentuk dulu karakter
seorang seniman dengan demikian
79

mereka akan mampu berekspresi


dengan sendirinya kelak
6 Apakah dalam Setelah memasukkan nilai karakter
mengimpelemtasikan nilai tersebut tentu ya sebagai guru kita
pendidikan karakter pada siswa harus mampu
cukup hanya dengan toeri saja? mengimplementasikannya terlebih
dahulu. Menerapkannya sebagai
contoh bagi siswa kita di dalam
kelas. Misalnya, kalau saya pribadi
saya contohkan bagaimana cara
berpakaian yang baik, berbicara
sopan dan bertanggung jawab
7 Apa saja bentuk kegiatan berbasis Kegiatan tari, seni menggambar ikon
budaya lokal jambi dalam jambi, dan kegiatan batik ecoprint.
pendidikan karakter di kelas V SD
N 116/IV?
8 Apakah kegitan tersebut Tentunya semua kegiatan tersebut
melibatkan siswa/siswi? melibatkan siswa. Menggambar,
menari dan membuat batik.
9 Apa saja bentuk-bentuk kegiatan Biasanya saya menerapkan
yang dilakukan dalam penanaman pendidikan karakter ini diawal dan
nilai karakter tersebut? akhir pembelajaran. Misalnya,
pembelajari diawali dengan do’a dan
diakhiri juga dengan do’a.
10 Bagaimana cara ibu agar siswa Kalau masalah lingkungan itu dalam
tidak bosan dalam belajar seni seni budaya dan kerajinan sudah
budaya lokal sehingga ibu tetap pasti terlintas barang bekas ya. Daur
bisa terus menanamkan ulang itu pasti, tapi bagaimana
pendidikan karakter pada siswa? caranya agar siswa tidak bosan. Dari
kelas 1 siswa itu entah sudah
beberapa kali membuat kerajinan
dari barang bekas banyak karya
siswa itu dipajang. Bahkan ada yang
ikut lomba juga. Tapi kemarin kita
mencoba hal yang baru dengan
konsep ramah lingkungan. Kemarin
kita bikin inovasi batu yaitu
ecoprint. Saya ajak siswa untuk
bikin kerajinan ecoprint itu. Banyak
siswa yang senang barangnya juga
bisa mereka gunakan untuk
kebutuhan sehari-hari mereka
80

Wawancara III
Nama : M. Dafa & Dian Rahma Hamida
Informan : Siswa Kelas V A

No Pertanyaan Jawaban
1 Assalamualaikum,Wr,Wb sebelumnya Waalaikumsalam,iya kak
perkenalkan saya Gita Feby Yola mahasiswa boleh.
dari UIN Jambi ingin melakukan wawancara
kepada adik-adik
2 Apa saja kegiatan belajar seni budaya yang Waktu bikin ecoprint
paling kalian senangi? sama teman-teman
sangat menyenangkan,
bikinnya seru kita pukul-
pukul pakai palu dari
kayu

3 Apakah sebelum masuk ke sekolah kalian Sebelum masuk kelas


diharuskan untuk memperhatikan kemudian kami harus memungut
membersihkan lingkungan sekitar? sampah. Kadang suka
kadang tidak suka karna
membuat tangan kotor
4 Apa yang paling kalian senangi dalam proses Mau bikin lagi, kami
belajar bersama para guru disini, khususnya punya tote bag ecoprint
ketika belajar dengan ibu Asmi Paryani? belajarnya sangat
menyenangkan jadi suka
buatnya pakai daun
papaya warna sama
bentuknya juga jadi
bagus

5 Apa moivasi kalian dalam belajarseni budaya? Dikasih hadiah kalau


dapat juara jadi tambah
semangat belajar
81

Wawancara III
Nama : Dodi Mutia Eka Putra, S.Pd.I
Informan : Waka Kurikulum SDN 116 Kota Jambi

No Pertanyaan Jawaban
1 Assalamualaikum,Wr,Wb Waalaikumsalam,iya boleh
sebelumnya perkenalkan saya Gita silahkan gita
Feby Yola mahasiswa dari UIN
Jambi ingin melakukan wawancara
kepada bapak
2 Bagaimana cara bapak yang Selaku waka kurikulum, saya
bertanggung jawab sebagai mempunyai beberapa tugas
kurikulum dalam membantu para penting yaitu menyusun dan
guru khususnya guru dan mempersiapkan silabus,
keterampilan dalam menanamkan pengembangan sistem nilai,
pendidikan karakter pada siswa? pengembangan model
pembelajaran serta menerapkan
kriteria kenaikan kelas dan
kelulusan. Nah untuk
mengimplementasikan nilai-nilai
karakter tersebut bisa saya
impelementaskan melalui hal-hal
tersebut diatas. Misalnya kriteria
kenaikan serta kelulusan siswa,
saya bisa mengembangkan
beberapa hal yang menjadi
persyaratan misalnya harus
mempunyai beberapa pilar dalam
pendidikan karakter itu
3 Bagaimanakah menurut pandangan Sebenarnya untuk membentuk
bapak selaku waka kurikulum karakter penidikan siswa itu bukan
terhadap kegiatan penanaman hanya tanggung jawab guru saja.
karakter oleh guru di SDN 116/IV? Tapi semua elemen-elemen dalam
lingkungan sekolah. Termasuk
saya, kepala sekolah, satpam
bahkan orang tua. Semuanya harus
terlibat. Hal ini bertujuan agar
karakter tersebut tidak hanya
berlaku pada sekolah tapi ketika
diluar sekolah pun tetap demikian.
Apalagi peran orang tua tentunya
sangat mendukung.
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(CURRICULUM VITAE)

Nama : Gita Feby Yola


Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Jambi, 16 Januari 2001
Alamat : Perumahan Bougenville Lestari Blok JE. 09 RT.
24 Kecamatan Alam Barajo, Kel. Kenali Besar, Kota Jambi
Pekerjaan : Mahasiswa
Email : gitafebiyola01@gmail.com

Pengalaman – Pengalaman Pendidikan Formal


1. TK. Bougenville Kota Jambi (2005-2006)
2. SDN 116 Kota Jambi (2006-2012)
3. MTsN 5 Kota Jambi (2012-2015)
4. SMAN 11 Kota Jambi (2015-2018)
5. UIN STS Jambi (2019-2023)

Pengalaman Organisasi
1. ………………………………………….
2. ………………………………………….
3. ………………………………………….

Motto Hidup :
“BERBUAT BAIKLAH TANPA ADA ALASAN”

Anda mungkin juga menyukai