Pembimbing:
Disusun oleh:
JAKARTA
I. Definisi
II. Etiologi
Faktor resiko yang terkait kejadian MAS antara lain adalah kehamilan post-term,
pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, diabetes mellitus pada ibu, bayi kecil
masa kehamilan (KMK), ibu yang perokok berat, penderita penyakit paru kronik, atau
penyakit kardiovaskular. 3
V. GAMBARAN KLINIS
Di dalam uterus, atau lebih sering, pada pernapasan pertama, mekonium yang
kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang dapat
menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran
dengan gejala takipnea, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan kasus berat.
Obstruksi parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan pneumothoraks atau
pneumomediastinum, atau keduanya. Pengobatan tepat dapat mencegah kegawatan
pernapasan, yang dapat hanya ditandai oleh takikardia tanpa retraksi. Pada kondisi gawat
nafas, dapat terjadi distensi dada yang berat yang membaik dalam 72 jam. Akan tetapi
bila dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini dapat
menjadi berat dan kemungkinan mortalitasnya tinggi. Takipnea dapat menetap selama
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Foto radiografi dada bersifat khas ditandai
dengan bercak-bercak infiltrat, corakan kedua lapangan paru kasar, diameter
anteroposterior bertambah, dan diafragma mendatar. Foto x-ray dada normal pada bayi
dengan hipoksia berat dan tidak adanya malformasi jantung mengesankan diagnosis
sirkulasi jantung persisten. PO2 arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi
hipoksia, biasanya ada asidosis metabolik. 1
Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi Laboratorium untuk Distres Pernafasan pada Bayi Baru Lahir
Tes Indikasi
Kultur darah Dapat menunjukan adanya bakteremia, tetapi hasil baru dapat
diperoleh setelah ± 48 jam
Gas darah Digunakan untuk menilai derajat hipoksemia (jika MASpel
diambil dari darah arteri) atau kondisi aMAS basa (jika
MASpel diambil dari kapiler)
Glukosa darah Hipoglikemia dapat menyebabkan atau memicu takipnea
Radiografi Digunakan untuk membedakan berbagai jenis distres
dada pernapasan
Hitung darah Leukositosis atau bandemia yang menunjukkan stress atau
lengkap infeksi
dan hitung Neutropenia yang berhubungan dengan infeksi bakteri
jenis Kadar hemoglobin yang rendah menunjukkan anemia
Kadar hemoglobin tinggi terjadi pada polisitemia
Kadar platelet yang rendah terjadi pada sepsis
Pungsi lumbal Jika terduga meningitis
Pulse Digunakan untuk mendeteksi hipoksia dan dibutuhkan untuk
oximetry oksigen tambahan
Tabel 1. Evaluasi Laboratorium untuk Distres Pernafasan (Clark, 2010)
Kondisi aMAS-basa:2
V-Q mismatch dan stres perinatal sering terjadi dan sangat dibutuhkan pemeriksaan
kondisi aMAS-basa
Asidosis metabolik akibat stres perinatal dapat diperburuk oleh asidosis respiratorik
oleh kelainan parenkim dan PPHN.
Penilaian gas darah arteri untuk menentukan pH, tekanan parsial karbon dioksida
(pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), dan dan pengukuran tingkat oksigenasi secara
terus menerus menggunakan pulse oxymetri penting dilakukan untuk penanganan
yang tepat
Elektrolit serum: 2
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan kalsium dilakukan setelah bayi yang
mengalami MAS berusia 24 jam karena sindrom gangguan sekresi hormon
antidiuretik dan gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stres
perinatal
Hitung darah lengkap : 2
Kehilangan darah intrauterin maupun perinatal, juga infeksi, turut menyebabkan stres
perinatal
Level hemoglobin dan hematokrit harus cukup untuk memastikan kapasitas
pengantaran oksigen yang adekuat
Trombositopeni meningkatkan resiko perdarahan pada neonatus
Neutropeni atau neutrofili dengan adanya left shift dapat mengindikasikan infeksi
bacterial perinatal
Polisitemia dapat terjadi akibat hipoksia fetal yang kronis dan/atau akut. Polisitemia
berkaitan dengan penurunan aliran darah pulmonal dan dapat memicu hipoksia yang
terkait MAS dan PPHN
Pemeriksaan Radiologis 4
Radiografi dada diperlukan untuk hal-hal berikut:
Memastikan cakupan kelainan intratorakal
Mengidentifikasi area atelektasis dan sindroma blokade udara
Memastikan posisi yang tepat untuk intubasi endotrakeal dan kateter umbilikalis
Nantinya, pada kasus MAS, setelah kondisi bayi cukup stabil, pemeriksaan radiologis
otak seperti MRI, CT scan, atau USG cranial, diindikasikan jika pemeriksaan neurologis bayi
menunjukkan adanya kelainan. Ekokardiografi perlu dilakukan pada kasus-kasus berat seperti
distress pernafasan yang berkepanjangan untuk mengevaluasi fungsi jantung pada persistent
pulmonary hypertension of the newborn (PPHN) dan masalah kongenital kardiovaskular.
Radiografi dada menunjukkan hiperinflasi dengan perselubungan yang merata. Hasil temuan
menunjukkan area atelectasis dengan area udara terperangkap. Kebocoran udara sering terjadi
menyebabkan terjadinya pneumothoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium, dan/atau
pulmonary interstitial emphysema. Efusi pleura juga bisa terjadi4.
Gambar 1. Radiografi seri pada bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium tanpa komplikasi. Gambaran
radiologis menunjukkan perselubungan perihilar pada paru, yang lebih berat pada daerah kanan
berbanding kiri4.
Gambar 1.2 Gambaran radiologis menunjukkan aspirasi mekonium yang berat. Gambaran radiologis diatas
menunjukkan perselubungan yang kasar pada parenkim paru dengan hiperekspansi yang berat. Terdapat
pneumomediastinum di kanan paru (ditunjukkan dengan panah), di batasi oleh lobus kanan dari thymus
(T)4.
Gambaran 1.3 Gambaran radiologis follow-up pada pasien diatas. Hasil didapatkan setelah memasukkan
bilateral thoracostomy tubes pada pneumotoraks dan menunjukkan pneumoperikardium (panah) and
gambaran yang sangat luscent dari paru. Hasil menunjukkan pada pasien ini terjadi pulmonary interstitial
emphysema4.
Gambar 1.4 Gambaran radiologis pasien yang diterapi dengan extracorporeal membrane oxygenation
(ECMO). Gambaran radiopaque pada paru karena pulmonary bypass. Kanula (panah) masuk dari leher
kanan MASpai atrium kanan menunjukkan vena-vena ECMO. Endotracheal tube, nasogastric tube, dan
Gambar 1.5 Radiografi dada MAS. A). Infiltrat linear sedang, menandakan aspirasi mekonium encer dalam
jumlah kecil. B). Infiltrat linear bilateral dan tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer dalam
jumlah sedang. C). Infiltrasi menyeluruh pada lapang paru yang tersebar tidak merata, menandakan
aspirasi mekonium encer dalam jumlah yang lebih besar. D). Atelektasis sebagian lobus kiri atas dengan
hiperaerasi paru kanan, menandakan aspirasi mekonium partikel besar dan kental. Bayi sering mengalami
kegagalan perkembangan pernapasan dan membutuhkan terapi pernapasan yang luas. 5
Pemeriksaan Lain
Ekokardiografi dapat dilakukan untuk memastikan struktur jantung yang normal serta
memeriksa fungsi jantung, juga tingkat keparahan hipertensi pulmonal dan shunting dari
kanan ke kiri.
Untuk membedakan antara gambaran TTN, RDS, dan MAS, dapat dilihat pada
tabel dibawah:
Pembeda TTN RDS MAS
Etiologi Cairan paru persisten Defisiensi surfaktan Iritasi dan obstruksi
Paru belum paru
berkembang
sempurna
Waktu Kapan saja Preterm Aterm atau post-
persalinan term
Faktor resiko Section cessarea, jenis kelamin laki- Cairan amnion
makrosomia, jenis laki, diabetes pada mekonial, kelahiran
kelamin laki-laki, ibu, kelahiran post-term
asma pada ibu, preterm
diabetes pada ibu
Gambaran Takipneu, sering kali Takipneu, hypoxia, Takipneu, hipoxia
klinis tanpa hipoksia sianosis
maupun sianosis
Temuan infiltrat pada infiltrat homogenus, Patchy atelectasis,
radiologis parenkim, ”siluet air bronchogram, konsolidasi
toraks basah” di sekeliling penurunan volume
jantung, paru,
penumpukan cairan
intralobar
Terapi Suportif, oksigen Resusitasi, oksigen, Resusitasi, oksigen,
jika terjadi hipoksia ventilasi, surfaktan ventilasi, surfaktan
Pencegahan Kortikosteroid Kortikosteroid Jangan menunda
prenatal sebelum prenatal jika ada suctioning setelah
operasi sesar jika resiko kelahiran kelahiran,
usia kehamilan 37- preterm (usia amnioinfusi tidak
39 minggu kehamilan 24-34 bermanfaat
minggu)
Keterangan :
TTN = takipneu transien pada neonatus (transient tachypnea of the newborn = TTN);
SDR = sindroma distres respirasi (RDS = respiratory distress syndrome); MAS =
meconium aspiration syndrome (MAS = meconium aspiration syndrome)
Tabel 2. Perbedaan TTN, SDR, dan MAS3
IX. PENATALAKSANAAN
1. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh MASik wahab. 2021. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak
Esensial. Vol. 1 Edisi 8. ECG : Jakarta. Halaman 600-601.
2. Mathur, NC. 2017. Meconium Aspiration Syndrome.
http://pediatricsforyou.in/home/pdf/MECONIUM%20ASPIRATION
%20SYNDROME.pdf.
3. Clark, M.B. 2010. Meconium Aspiration Syndrome. www.medscape.com/ http://
portal neonatal.com.br/outras-especialidades /arquivos/ Meconium Aspiration
Syndrome.pdf
4. Leu M., 2011, Meconium Aspiration Imaging, http://emedicine.medscape.com/
article/410756-overview#a22
5. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. 2017. Respiratory Distress in the Newborn.
Am Fam Physician. 2017 May 15 1;76(7):987-994.
http://www.aafp.org/afp/2017/0515/p987.html
6. Yeh TF, Harris V, Srinivasan G, Lilien L, Pyati S. Roentgenographic findings in
infants with meconium aspiration syndrome. JAMA. 2020. ;242:60–63
7. Yeh, TF. 2020. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome: Pathogenesis and
Current Management. American Association of Pediatrics. http://neoreviews.aap
publications.org.
8. Gomella. 2019. Neonatology : Management Procedures Call Problems Sixth Edition.
Lange Clinical Science : New York.
9. Rudolph, CD, et al. 2012. Rudolph's Pediatrics, 21th Edition. McGraw-Hill
Professional : New York.
10. Johnson, M.,et all, 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
12. Mc Closkey, C.J., Iet all, 2012, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.