Anda di halaman 1dari 36

BUKU

LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Institusi Keuangan Non Bank Indonesia

Disusun Oleh :
Muhamad Ravindra Pratama 120410210022
Muhammad Fauzan Izharudin 120410210044
Imam Ali Atqiya Matiin 120410210062
Muhammad Fadhil Azizi 120410210071
Saeful Latif 120410210081

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia membentuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
(LPEI) pada tahun 1983 untuk menangani pengembangan dan peningkatan ekspor
negara. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dibentuk sesuai dengan ketentuan
yang terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2009 mengenai
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
memiliki nama lain yaitu Indonesia Eximbank. Lembaga ini dibentuk untuk
melakukan Pembiayaan Ekspor Nasional (PEN) dan membantu kebijakan pemerintah
untuk meningkatkan ekspor Indonesia.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia memiliki visi yakni menjadi bank
yang unggul dan kredibel dalam mendorong ekspor nasional yang berdaya saing
tinggi di seluruh dunia. Dengan kredibilitasnya yang kuat, Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia ingin menjadi lokomotif untuk mencapai keunggulan ekspor
nasional berupaya memastikan bahwa produk atau jasa yang diekspor mempunyai
keunggulan yang membedakannya dari produk dan jasa sejenis yang diproduksi
negara-negara pesaing. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukannya peningkatan
kapabilitas dari para eksportir Indonesia guna menciptakan produk atau jasa ekspor
yang berdaya saing tinggi. Perkembangan ekspor nasional yang terus menerus dan
berkesinambungan membutuhkan iklim usaha mendukung. Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia berkolaborasi dengan pemerintah untuk menciptakan lingkungan
ekspor yang mendukung tersebut dalam menjalankan misinya. Beberapa kegiatan
yang dilakukan meliputi; mempromosikan pengembangan infrastruktur yang
mendukung kegiatan ekspor secara maksimal, menjalin kemitraan dengan pemerintah
daerah dan perguruan tinggi untuk menciptakan pusat inkubasi bisnis, secara proaktif
melakukan koordinasi dengan berbagai Kementerian dan Lembaga untuk
meningkatkan aktivitas ekspor, dan memperhatikan proses pembentukan regulasi
yang diperlukan guna mendukung perkembangan ekspor nasional.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dibentuk untuk menjamin eksportir
Indonesia tentang risiko yang terkait dengan ekspor, seperti kegagalan pembayaran
dari pembeli luar negeri, perubahan kebijakan ekonomi, risiko politik, dan risiko
non-kepatuhan perdagangan. Ini dibuat untuk mendorong ekspor Indonesia. Selain itu,
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia bertanggung jawab untuk mempromosikan
barang-barang Indonesia di pasar internasional melalui berbagai pameran dan promosi
di luar negeri. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia juga membantu eksportir
dengan pembiayaan ekspor, konsultasi, dan pelatihan.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
ekspor berperan serta terhadap perekonomian Indonesia dan Memperbaiki
kemampuan bersaing produk-produk Indonesia di pasar global.

B. Peranan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia


Peranan LPEI terdiri dari banyak hal, salah satu peran yang paling penting
adalah sebagai pendukung pertumbuhan, redistribusi, dan menuju ekonomi nasional
yang stabil guna memperbaiki taraf hidup masyarakat, kemajuan dan upaya untuk
mencapai kemandirian di Indonesia dalam sektor perdagangan internasional.
Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2009 mengatur mengenai
pengmbangan peran dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dalam proses
pembangunan nasional sekaligus menjelaskan jenis, kegiatan usaha, pembatasan, dan
pengawasan lembaga pembiayaan.
LPEI juga bertanggung jawab dalam memberikan pembiayaan,penjamin, dan
asuransi kepada eksportir agar memproduksi produk atau jasa serta usaha-usaha lain
yang berkontribusi dalam mendukung kegiatan ekspor. LPEI ditugaskan untuk
menangani pembiayaan atau inisiatif kepada eksportir yang tidak mendapatkan dana
dari bank, tetapi berpotensi mendorong ekspor secara nasional. Selain itu, LPEI juga
memiliki tanggung jawab untuk memberi sokongan kepada bank dan lembaga
keuangan lainya untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi ketika bank tersebut
tidak dapat membiayai eksportir yang memiliki potensi menguntungkan sehingga
dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Penugasan khusus LPEI adalah sebagai pendorong perkembangan industri
dalam negeri, peningkat daya saing produk Indonesia di pasar global, pengembang
ekspor komoditi jangka panjang. Dalam rangka penugasan khusus tersebut, LPEI
menjalankan seluruh kegiatannya berdasarkan prinsip konvensional maupun syariah.
Kegiatan ini mencakup pembiayaan, penjaminan dana asuransi kepada berbagai jenis
bahan usaha atau perorangan yang bergerak didalam atau negeri.

C. Produk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)


Selaku institusi yang bergerak di sektor keuangan, LPEI memberikan banyak
produk untuk para nasabah diantaranya Pembiayaan Ekspor, Syariah, Penjamin
Ekspor, Asuransi Ekspor, dan Jasa Konsultasi.
1. Pembiayaan Ekspor
a. Buyer’s Credit
Buyer's Credit adalah bentuk pembiayaan yang diberikan oleh
LPEI kepada eksportir guna membiayai pembelian produk atau jasa
dari luar negeri. Dalam skema Buyer's Credit, LPEI memberikan
pinjaman kepada eksportir dengan jangka waktu yang ditentukan, yang
memungkinkan eksportir untuk membayar pemasoknya dalam mata
uang asing. Hal ini membantu eksportir untuk mendapatkan akses
pembiayaan yang lebih baik dan membantu meningkatkan
perdagangan internasional dengan mendorong ekspor.
b. Kredit Investasi Ekspor
LPEI memberikan pinjaman bagi eksportir guna memberikan
dana untuk proyek investasi yang bertujuan menambah jumlah
produksi, pengembangan produk baru, modernisasi teknologi, atau
perluasan fasilitas produksi yang berkaitan dengan kegiatan ekspor.
Pembiayaan ini membantu eksportir dalam mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan mereka untuk memenuhi permintaan pasar
internasional dan meningkatkan volume ekspor negara.
c. Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE)
LPEI memberikan pinjaman kepada eksportir untuk membiayai
berbagai kebutuhan modal kerja, seperti pembelian bahan baku,
pemrosesan produk, persediaan barang jadi, biaya produksi,
pengiriman, dan pemasaran. Pinjaman ini membantu eksportir
mengatasi tantangan likuiditas dan memastikan kelancaran operasional
mereka dalam menjalankan bisnis ekspor.
KMKE biasanya disesuaikan dengan siklus produksi dan
penjualan eksportir, dan dapat disesuaikan dengan jangka waktu yang
fleksibel. Dengan adanya KMKE, eksportir dapat mengoptimalkan
proses produksi dan memenuhi kebutuhan modal kerja yang
dibutuhkan untuk meningkatkan volume dan kualitas ekspor mereka.
d. Pembiayaan L/C Impor atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN)
Pembiayaan L/C melibatkan pihak bank sebagai perantara
antara importir dan eksportir. Dalam hal ini, Eximbank akan membuka
Surat Kredit Impor yang berfungsi sebagai jaminan pembayaran
kepada eksportir. Setelah persyaratan dan berbagai dokumen yang
diatur pada L/C dipenuhi, Eximbank akan membayar eksportir atas
nama importir.
Sedangkan SKBDN adalah bentuk pembiayaan yang diberikan
oleh LPEI kepada importir guna memberikan dana kebutuhan impor
dalam negeri, seperti akuisisi produk atau jasa dari produsen atau
distributor di dalam negeri. Importir akan mengajukan permohonan
pembiayaan SKBDN kepada Eximbank, dan setelah persetujuan,
Eximbank akan memberikan pembiayaan yang diperlukan kepada
importir.
e. Penerbitan L/C Impor
LPEI menerbitkan surat kredit yang memberikan jaminan
pembayaran kepada eksportir asing untuk memenuhi kebutuhan bahan
atau peralatan bagi eksportir.
f. Penerbitan Standby Letter of Credit (SBLC)
Penerbitan Standby Letter of Credit (SBLC) adalah proses di
mana bank penerbit mengeluarkan surat kredit yang memberikan
jaminan pembayaran kepada penerima manfaat (biasanya eksportir)
dalam situasi tertentu. SBLC digunakan sebagai jaminan pembayaran
jika pihak yang dijamin (misalnya importir) gagal memenuhi
kewajiban pembayaran atau kesepakatan tertentu.
g. Tagihan Ekspor
Tagihan Ekspor adalah dokumen yang dibuat oleh eksportir
untuk menagih pembayaran kepada importir setelah pengiriman barang
atau pelayanan telah dilakukan. Tagihan Ekspor mencantumkan rincian
transaksi, jumlah yang harus dibayar, instruksi pembayaran, dan
informasi lain yang relevan. Dokumen ini digunakan untuk meminta
pembayaran dari importir dan menjadi dasar bagi bank untuk
memproses pembiayaan atau pembayaran.
h. Trust Receipt
Trust Receipt adalah dokumen yang dikeluarkan oleh bank
kepada importir untuk memberikan kepercayaan kepada importir
dalam menggunakan barang impor sebagai jaminan untuk
mendapatkan pembiayaan. Importir memegang barang tersebut atas
nama bank selama masa kredit tertentu. Trust Receipt memberikan hak
kepada importir untuk menggunakan, menjual, atau memproses barang
tersebut selama masa kredit, tetapi dengan pengawasan dan jaminan
dari bank pemberi kredit.
i. Warehouse Receipt Financing
Warehouse Receipt Financing adalah bentuk pembiayaan di
mana bank atau lembaga keuangan memberikan pinjaman kepada
pemilik barang yang menyimpan barang-barang mereka di gudang dan
memberikan tanda terima gudang sebagai jaminan. Pemilik barang
menggunakan tanda terima gudang tersebut untuk mendapatkan
pembiayaan tanpa harus menjual atau mengalihkan kepemilikan
barang tersebut. Pembiayaan ini didasarkan pada nilai dan kualitas
barang yang tersimpan di gudang.
Melalui pembiayaan Warehouse Receipt, pemilik barang dapat
mengakses dana tunai dengan menggunakan gudang receipt sebagai
jaminan tanpa harus menjual atau mengalihkan barang tersebut,
sehingga mereka dapat memanfaatkan barang mereka sebagai aset
yang bernilai.
2. Syariah
LPEI menyediakan berbagai produk pembiayaan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Beberapa produk pembiayaan syariah yang disediakan
oleh LPEI, antara lain:
a. Anjak Piutang Syariah
Anjak Piutang Syariah adalah proses pengalihan dari satu pihak
yang berhutang ke pihak lain yaitu Divisi Syariah Indonesia Eximbank,
sehingga eksportir menjadi penerima hutang. Divisi Syariah Indonesia
Eximbank akan melakukan pembayaran kepada bank negosiasi untuk
utang tersebut, dan setelah itu akan melakukan proses penagihan
kepada nasabah eksportir.
b. Pembiayaan Investasi Ekspor Syariah
Pembiayaan Investasi Ekspor Syariah adalah solusi pembiayaan
yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan investasi eksportir,
dengan tetap mengikuti prinsip syariah. Dalam prinsip syariah ini,
terdapat mekanisme pemberian dana atau tagihan yang harus dilunasi
dalam periode waktu tertentu, namun dengan imbalan berupa
keuntungan bagi hasil.
c. Pembiayaan L/C Impor Syariah
Pembiayaan L/C Impor Syariah merupakan bentuk pembiayaan
yang disediakan oleh LPEI dengan menggunakan akad Murabahah dan
Wakalah dalam seluruh proses pembiayaannya. Pembiayaan ini
disediakan dengan tujuan untuk membayar pembiayaan L/C atas nama
eksportir, baik untuk pembelian barang impor maupun lokal, sehingga
memberikan solusi dalam memenuhi kebutuhan keuangan eksportir.
d. Pembiayaan Modal Kerja Ekspor Syariah (MKE)
Pembiayaan Modal Kerja Ekspor Syariah (MKE) adalah suatu
fasilitas yang disediakan oleh LPEI yang sesuai dengan kebutuhan
modal kerja para eksportir dalam menjalankan aktivitas ekspor dengan
mematuhi prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan ini berdasarkan
kesepakatan antara pihak yang menerima pembiayaan untuk
mengembalikan dana setelah periode waktu tertentu, dengan imbalan
berupa bagi hasil atau keuntungan.
3. Penjamin Ekspor
a. Penjaminan Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE)
Penjaminan Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE) adalah
fasilitas yang disediakan oleh LPEI untuk memberikan jaminan kepada
bank atau lembaga keuangan lainnya yang memberikan pembiayaan
modal kerja kepada eksportir. Dengan KMKE, LPEI menjamin
pembayaran kredit modal kerja yang dibebankan kepada eksportir guna
meningkatkan usaha eksportir mereka. Jaminan ini memberikan
perlindungan terhadap risiko gagal bayar atau ketidakmampuan
eksportir untuk melunasi kredit modal kerja yang diberikan.

b. Penjaminan L/C Impor


Penjaminan L/C Impor adalah layanan yang ditawarkan oleh
LPEI kepada bank atau lembaga keuangan yang menerbitkan Surat
Kredit Impor (L/C) atas nama importir. Melalui penjaminan ini, LPEI
memberikan jaminan pembayaran kepada bank atau lembaga keuangan
tersebut, sehingga mengurangi risiko pembayaran bagi importir. Jika
importir tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran dalam L/C
Impor, LPEI akan membayar kepada bank atau lembaga keuangan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam penjaminan.
4. Asuransi Ekspor
Ada berbagai produk asuransi yang tersedia untuk melindungi para
eksportir dan Investor lokal di luar negeri dari risiko komersial dan risiko
politik yang dapat menyebabkan kerugian. Asuransi ini mencakup:
a. Asuransi Ekspor: Produk ini memberikan perlindungan terhadap risiko
kegagalan ekspor, seperti ketidakmampuan menerima pembayaran dari
pihak pembeli luar negeri atau kegagalan pengiriman barang yang
diimpor.
b. Asuransi Pembayaran: Produk ini memberikan perlindungan terhadap
risiko kegagalan pembayaran dari pembeli. Apabila pembeli tidak
dapat melunasi atau gagal memenuhi kewajibannya, asuransi ini akan
memberikan penggantian atas kerugian yang dialami oleh eksportir.
c. Asuransi Investasi di Luar Negeri: Produk ini melindungi perusahaan
Indonesia yang berinvestasi di luar negeri. Asuransi ini memberikan
perlindungan terhadap risiko yang mungkin timbul, seperti resiko
politik, resiko ekonomi, atau risiko keamanan yang dapat
menyebabkan kerugian bagi investasi tersebut.
d. Asuransi Risiko Politik: Produk ini memberikan perlindungan terhadap
risiko politik di negara tujuan ekspor. Risiko politik mencakup
perubahan kebijakan pemerintah, konflik politik, kerusuhan, atau
tindakan nasionalis yang dapat mempengaruhi aktivitas ekspor dan
menimbulkan kerugian.
Dengan memanfaatkan produk asuransi ini, eksportir Indonesia dan
investor Indonesia di luar negeri dapat merasa tenang dan terjamin dari potensi
kerugian yang mungkin terjadi akibat risiko bisnis maupun risiko politik.
Dengan adanya perlindungan ini, mereka dapat menjalankan kegiatan ekspor
dan investasi dengan keyakinan dan keamanan.
5. Jasa Konsultasi
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyediakan layanan
jasa konsultasi bagi para pelaku bisnis terkait dengan kegiatan ekspor.
Layanan konsultasi ini meliputi :
a. Pelatihan dan Penyediaan Informasi Trade Finance
b. Konsultasi Pembiayaan Ekspor dan Impor
Indonesia Eximbank memberikan konsultasi mengenai
pembiayaan ekspor dan impor, termasuk jenis pembiayaan yang
tersedia, persyaratan dan dokumen yang diperlukan, serta prosedur
pengajuan pembiayaan.
c. Konsultasi Pembiayaan Investasi
Indonesia Eximbank juga memberikan konsultasi mengenai
pembiayaan investasi untuk proyek-proyek yang berpotensi
meningkatkan ekspor Indonesia.
d. Konsultasi Pembiayaan Modal Kerja
Indonesia Eximbank memberikan konsultasi mengenai
pembiayaan modal kerja untuk membantu pelaku usaha memperoleh
dana yang dibutuhkan dalam menjalankan operasional bisnis.
e. Konsultasi Produk dan Layanan
indonesia Eximbank memberikan konsultasi mengenai produk
dan layanan yang tersedia untuk membantu pelaku usaha memilih
solusi pembiayaan yang tepat.
f. Technical Assistance
Untuk mendapatkan layanan konsultasi dari Indonesia
Eximbank dapat mengunjungi kantor cabang terdekat atau
menghubungi layanan call center yang tersedia di situs web resmi
Indonesia Eximbank.

D. Literasi Lembaga Keuangan LPEI di Indonesia


Literasi lembaga keuangan adalah pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki
individu terkait dengan berbagai aspek, fungsi, dan produk yang disediakan oleh
lembaga keuangan. Literasi lembaga keuangan meliputi pemahaman tentang
jenis-jenis lembaga keuangan, seperti bank, asuransi, lembaga pembiayaan, dan
investasi. Selain itu, literasi lembaga keuangan juga mencakup pengetahuan tentang
produk dan jasa yang disediakan lembaga keuangan prosedur pengajuan, manfaat,
risiko, dan hak-hak konsumen dalam berinteraksi dengan lembaga keuangan.
Inklusi lembaga keuangan merujuk pada upaya untuk menyediakan akses yang
luas dan inklusif kepada individu dan kelompok dalam menggunakan dan mengakses
layanan keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan. Inklusi lembaga keuangan
dilakukan guna memastikan bahwa setiap orang, termasuk masyarakat yang berada di
lapisan masyarakat yang kurang mampu atau terpinggirkan, memiliki kesempatan
yang adil untuk memperoleh dan menggunakan layanan keuangan yang meliputi
tabungan, pinjaman, asuransi, dan investasi.
Berikut adalah data statistik yang mencerminkan tingkat literasi keuangan
lembaga pembiayaan dan inklusi keuangan lembaga pembiayaan berdasarkan sektor
keuangan di Indonesia. Data ini ambil dari 14.634 responden yang berasal dari 34
provinsi di seluruh Indonesia.
Grafik 1 Tingkat Inklusi Keuangan Lembaga Pembiayaan Berdasarkan Sektor
Jasa Keuangan
Grafik 2 Tingkat Literasi Keuangan Lembaga Pembiayaan Berdasarkan Sektor
Jasa Keuangan

Sumber : BOOKLET Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022

Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dari tahun 2016
tingkat literasi keuangan lembaga pembiayaan adalah sebesar 13% yang meningkat
menjadi sebesar 25% di tahun 2022, disamping itu tingkat inklusi keuangan lembaga
pembiayaan mengalami peningkatan dari awalnya 11,80% pada tahun 2016
meningkat menjadi 16,13% pada tahun 2022. Walaupun dari tahun ke tahun tingkat
inklusi keuangan dan literasi keuangan lembaga pembiayaan mengalami peningkatan,
namun hal tersebut tidak mengubah keyakinan bahwa tingkat literasi keuangan dan
tingkat inklusi lembaga pembiayaan di Indonesia masih relatif rendah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Regulasi Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah


Regulasi usaha merujuk pada seperangkat aturan dan ketentuan yang
diberlakukan oleh pemerintah atau otoritas yang relevan guna mengawasi dan
mengatur pelaksanaan serta operasional usaha. Tujuan dari regulasi ini adalah untuk
menciptakan suatu lingkungan yang adil, aman, dan berkelanjutan bagi para
pengusaha, sekaligus melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat secara
keseluruhan.
Regulasi memiliki peran penting dalam operasional lembaga keuangan,
termasuk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Dalam rangka menjalankan
kegiatan sesuai prinsip Syariah, LPEI diwajibkan untuk membentuk unit kerja khusus
yang bertanggung jawab atas implementasi yang sesuai dengan kebutuhan,
kompleksitas bisnis, dan penilaian risiko. Selain itu, LPEI juga harus mengalokasikan
modal sendiri sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2009. Undang-Undang tersebut dirancang untuk memungkinkan
LPEI meningkatkan modal secara otomatis melalui mekanisme otomatisasi tanpa
melibatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tujuan dari hal
tersebut ialah untuk memperkaya organisasi LPEI dan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan modalnya.
LPEI secara otomatis akan meningkatkan modal dan menyetorkan pendapatan
tambahan ke kas negara setiap tahunnya. Keuntungan yang meningkat secara otomatis
akan meningkatkan modal pemerintah di LPEI. Selain itu. LPEI juga memiliki
kewajiban untuk melakukan pencatatan terpisah secara teratur, dengan memisahkan
catatan untuk setip transaksi, pendapatan, dan biaya antara kegiatan usaha yang
dikenai Pajak Penghasilan dengan tarif sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang
Pajak Penghasilan. Pemisahan juga dilakukan antara kegiatan usaha yang dikenai
Pajak Penghasilan secara finansial dan penerimaan bruto yang meruapakan objek
pajak, serta penghasilan dan biaya dari usaha yang tidak mendapatkan fasilitas
perpajakan dan yang mendapatkan fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuan Pasal
31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Berikut beberapa regulasi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia:

1. Fatwa DSN - MUI


a. Fatwa DSN - MUI No. 110/DSN-MUI/IX/2017 dan
No.111/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Jual Beli Murabahah

Fatwa DSN-MUI tersebut mengatur mengenai prosedur pembiayaan


akad murabahah LPEI. Prosedur tersebut dimulai dengan calon nasabah yang
mengajukan permohonan kepada LPEI untuk melakukan akad murbahah.
Ketika ajuan tersebut telah dianalisis dan disetujui maka LPEI akan
memberikan Offer Letter atau OL. Apabila nasabah menyetujuinya maka
nasabah mengembalikan OL yang diterima sebelumnya kepada LPEI. Setelah
LPEI dan nasabah menandatangani akad murabahah, kegiatan usaha nasabah
dapat berlangsung dan nasabah melakukan angsuran (taqsith) ke LPEI sesuai
dengan apa yang telah disepakati dalam akad.

b. Fatwa DSN-MUI No.08/DSN MUI/IV/200 tentang Pembiayaan Akad


Musyarakah

Tidak jauh beda dengan akad musyarakah pada umumnya yang


melibatkan dua atau lebih pihak yang menyetorkan modal untuk kegiatan
usaha. Tata cara melakukan akad musyarakah yang diatur dalam Fatwa
DSN-MUI tersebut dimulai dengan LPEI dan nasabah yang sama-sama
menyetorkan modal sesuai dengan porsi yang disepakati. Modal yang
terkumpul akan digunakan untuk kegiatan usaha atau suatu proyek tertentu.
Ketika proyek tersebut mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut
akan dibagi sesuai dengan akad yang disepakati di awal. Setelah proyek
selesai maka nasabah akan melakukan pengembalian modal LPEI atau dalam
berlangsungnya kegiatan usaha/proyek nasabah melakukan angsuran untuk
mengembalikan modal tersebut.
c. Fatwa DSN-MUI No.73/DSN MUI/XI/2008 tentang Pembiayaan Akad
Musyarakah Mutanaqisah

Pada akad musyarakah mutanaqisah, LPEI dan nasabah sama-sama


menyetorkan modal untuk dibelikan aset MMQ atau musyarakah mutanaqisah.
Aset yang telah diperoleh, disewakan sebagai objek usaha bersama antara
LPEI dan nasabah. Setiap periode tertentu, keuntungan hasil sewa dibagikan
kepada LPEI dan nasabah sesuai dengan kesepakatan di awal akad. Selain
daripada itu, setiap periode tertentu pula nasabah membayarkan angsuran
pokok untuk mengambil alih porsi modal LPEI. Sehingga seluruh aset MMQ
akan sepenuhnya menjadi milik nasabah di akhir periode akad.

d. Fatwa DSN-MUI No.27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah


Bi Al-Tamlik

Proses pembiayaan akad Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik yang


disingkat menjadi IMBT, berdasarkan fatwa DSN-MUI diawali dengan
pemberian wakalah kepada nasabah oleh LPEI untuk pembelian IMBT dari
supplier. Setelah harga terpastikan LPEI dan nasabah melakukan akad IMBT
dan menetapkan harga sewa di awal akadnya. Objek yang telah dibeli dari
akad IMBT tersebut kemudian dikirim oleh supplier kepada nasabah. LPEI
akan menghibahkan atau menjual objek kepada nasabah ketika nasabah telah
membayar seluruh biaya sewa pada akhir periode.

e. Fatwa DSN-MUI No.10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah

Salah satu akad yang digunakan transaksi dengan LPEI adalah wakalah
bil ujrah + qardh. Berikut ini adalah skema pembiayaan dengan menggunakan
akad wakalah bil ujrah + qardh berdasarkan fatwa DSN-MUI. LPEI akan
mewakili nasabah ketika pihak ketiga menagih utang. Sedangkan nasabah
akan membayar ujrah sebagai kompensasi dari wakalah penagih utang kepada
LPEI. LPEI akan memberikan sejumlah dana dengan nominal utang nasabah
yang belum dibayarkan sebagai dana qardh kepada nasabah. Pihak ketiga akan
membayar utang kepada nasabah dan nasabah akan membayarkannya kepada
LPEI.
f. Fatwa DSN-MUI No.57/DSN-MUI/IV/2007 tentang Letter of Credit (L/C)
dengan Akad Kafalah bil Ujrah

Proses pembiayaan akad kafalah bil ujrah berdasarkan fatwa


DSN-MUI dilakukan sebagaimana berikut. LPEI akan mengeluarkan
LC/SKBDN atas permintaan nasabah. LC/SKBDN tersebut akan dikirimkan
LPEI kepada Advising Bank. Kemudian Advising Bank akan mengirimkan LC
kepada eksportir. Eksportir mengirimkan barang dan Dokumen Presentasi
kepada Advising Bank sebagai balasan dari LC yang dikirimkan. Advising
Bank mengirimkan dokumen kepada LPEI untuk tahap selanjutnya. Kemudian
nasabah membayar kepada LPEI atas barang yang diperoleh dari eksportir.
LPEI mengirimkan dokumen sebagai bukti pembayaran kepada Advising Bank
dan kepada nasabah.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Lembaga


Pembiayaan Ekspor Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2009 tentang Lembaga


Pembiayaan Ekspor Indonesia memberikan gambaran mengenai lembaga pembiayaan
ekspor di Indonesia yang disebut Badan Pembiayaan Ekspor Indonesia. Berdasarkan
Undang-Undang tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menegaskan bahwa
pembentukan Pembiayaan Ekspor guna mendukung kebijakan yang menggalakan
Program Ekspor Nasional. Dalam konteks ini, pemerintah telah menetapkan
prinsip-prinsip dasar pembiayaan ekspor nasional:

a. Akan diberikan dorongan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang


mendukung guna meningkatkan ekspor nasional
b. Pertumbuhan ekspor nasional akan ditingkatkan dengan kecepatan yang lebih
tinggi
c. Upaya akan dilakukan untuk membantu meningkatkan kapasitas produksi
nasional yang kompetitif dan memiliki keunggulan dalam ekspor
d. Dorongan akan diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi
untuk memperluas pengembangan produk mereka dengan fokus pada ekspor.

Secara keseluruhan, prinsip-prinsip dasar yang telah dijelaskan berlaku untuk


Badan Pembiayaan Ekspor Nasional secara umum. Di Indonesia, terdapat Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia yang dikenal sebagai LPEI, yang didirikan untuk
mendukung tujuan dari Badan Pembiayaan Ekspor Nasional.

LPEI berperan dalam mendukung program ekspor nasional melalui


pembiayaan ekspor nasional. Dalam menjalankan fungsi tersebut, LPEI memiliki
tugas sebagai berikut:

a. Memberikan dukungan yang dibutuhkan terkait dengan ekspor, seperti


penjaminan, asuransi, dan pembiayaan yang berhubungan dengan produksi
barang dan jasa, serta kegiatan komersial lainnya yang menjadi pendukung
ekspor.
b. Memberikan dukungan pembiayaan untuk aktivitas yang dianggap berpotensi
meningkatkan ekspor nasilonal.
c. Upaya dilakukan untuk membantu mengatasi hambatan yang dihadapi oleh
bank atau lembaga keuangan dalam memberikan pendanaan kepada eksportir
yang memiliki potensi bisnis yang signifikan dan berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

LPEI dalam menjalankan tugasnya sebagai Lembaga Ekspor Nasional dapat


melaksanakan hal-hal berikut:

a. Memberikan jasa konsultasi dan bimbingan kepada bank, produsen barang


ekspor, eksportir, lembaga keuangan, terutama bagi usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi.
b. Melakukan kegiatan lain yang mendukung tugas dan kewenangan Eximbank,
selama tidak bertolak belakang dengan Undang-Undang Lembaga Pembiayaan
Ekspor No. 2 Tahun 2009 di Indonesia.

LPEI juga memiliki kewenangan dalam mendukung pelaksanaan tugasnya.


Kewenangan ini diberikan dengan harapan dapat memperlancar fungsi LPEI dan
mencapai tujuan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Nasional. Beberapa kewenangan
LPEI antara lain:

a. Mendirikan sistem pembiayaan ekspor nasional


b. Melakukan penyesuaian kembali pada pembiayaan nasional
c. melakukan pengarusansian ulang terhadapa asuransi yang telah dilakukan

3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 40/POJK.05/2015 Tentang Pembinaan dan


Pengawasan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
Peraturan ini merinci aspek keuangan LPEI, termasuk sumber pendanaan,
pembiayaan, kualitas aset, dan lain-lain.

Peraturan tersebut juga menguraikan mengenai kegiatan usaha LPEI dan


menjelaskan variasi aktivitas usaha. Kegiatan usaha LPEI mencakup penjaminan,
layanan konsultasi, pembiayaan, dan asuransi. Di sisi lain, peraturan otoritas jasa
keuangan tersebut menjelaskan kegiatan usaha yang didasarkan pada prinsip syariah,
termasuk:

a. Pembiayaan berbasis bagi hasil dengan akad mudharabah, musyarakah, atau


akad syariah lainnya.
b. Sponsor memberikan dana melalui akad murabahah, salam, istishna', dan akad
syariah lainnya.
c. Pembiayaan menggunakan qardh atau akad syariah lainnya.
d. Penyediaan pembiayaan melalui akad ijarah, ijarah muntamlik bit tamlik, atau
akad syariah lainnya.
e. Menerima kuasa untuk mengambil alih utang atau kegiatan melalui akad
hawalah, wakalah, atau akad syariah lainnya.
f. Penjaminan melalui akad kafalah atau akad syariah lainnya.

LPEI perlu melaksanakan beberapa tanggung jawab saat melakukan kegiatan


berdasarkan prinsip syariah, yang antara lain:

a. Mendirikan unit kerja khusus yang fokus pada pelaksanaan kegiatan


berdasarkan prinsip syariah.
b. Mengalokasikan modal yang terpisah khusus untuk kegiatan berdasarkan
prinsip syariah.
c. Menyusun pembukuan secara terpisah untuk memisahkan transaksi dan
laporan keuangan terkait dengan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
d. Menunjuk DPS untuk mengawasi dan memeberi saran terkait pelaksanaan
kegiatan.
e. Mematuhi fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional MUI sebagai
panduan dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/POJK.05/2022
Tentang Pengawasan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/POJK.05/2022


tentang Pengawasan Lembaga Keuangan Ekspor Indonesia menyatakan bahwa
Otoritas Jasa Keuangan bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas LPEI. Tugas
pengawasan ini meliputi pemantauan kesehatan LPEI serta kepatuhannya terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.

Secara ringkas, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia tersebut


berisi:

a. LPEI memiliki kewajiban untuk menjaga dan meningkatkan tingkat kesehatan


LPEI dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko ketika
menjalankan kegiatan usahanya.
b. Direktur Eksekutif bertanggung jawab untuk memelihara dan memonitor
tingkat kesehatan LPEI serta melakukan langkah yang diperlukan untuk
menjaga dan meningkatkannya.
c. LPEI harus melakukan penilaian tingkat kesehatan LPEI dengan pendekatan
risiko yang individual.
d. LPEI harus mengendalikan perusahaan anak. Selain melakukan penilaian
tingkat kesehatan secara individual, LPEI juga harus melakukan penilaian
tingkat kesehatan dengan pendekatan risiko yang konsolidasi.
e. LPEI memiliki kewajiban untuk menilai tingkat kesehatan UUS (Unit Usaha
Syariah) dengan pendekatan risiko secara individual.
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 208/PMK.06/2021 Tentang
Prinsip Tata Kelola, Prinsip Manajemen Risiko, dan Prinsip Mengenal Nasabah
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

Pada peraturan tersebut yang berjudul "Prinsip Tata Kelola, Prinsip


Manajemen Risiko, dan Prinsip Mengenal Nasabah Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia" menjelaskan tentang beberapa prinsip sebagai berikut:

- Prinsip Tata Kelola: Peraturan ini mengatur prinsip-prinsip yang harus diikuti
oleh LPEI dalam menjalankan tata kelola perusahaan, termasuk pengaturan
struktur organisasi, kebijakan internal, dan mekanisme pengawasan yang
efektif.
- Prinsip Manajemen Risiko: Peraturan ini memberikan panduan mengenai
prinsip-prinsip manajemen risiko yang harus diterapkan oleh LPEI. Hal ini
meliputi identifikasi, evaluasi, pengendalian, dan mitigasi risiko yang terkait
dengan kegiatan pembiayaan ekspor.
- Prinsip Mengenal Nasabah: Peraturan ini mewajibkan LPEI untuk melakukan
identifikasi dan verifikasi yang cermat terhadap nasabahnya. LPEI harus
mengumpulkan dan memverifikasi informasi yang cukup mengenai nasabah,
termasuk identitas, kegiatan usaha, sumber pendapatan, dan informasi lain
yang relevan untuk meminimalkan risiko penyalahgunaan dan pelanggaran
hukum.

Peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan


kepatuhan LPEI dalam menjalankan operasionalnya, serta melindungi kepentingan
nasabah dan memitigasi risiko yang terkait dengan pembiayaan ekspor.

B. Kinerja LPEI di Indonesia


Agenda Rapat Pertanggung jawaban LPEI pada Tahun 2021 secara rinci dalam
berbagai upaya PMI untuk melaksanakan mandat dan mandat Dewan, serta upaya
LPEI untuk meningkatkan kualitas aset secara menyeluruh.
Secara umum, Rijani menyampaikan kepada seluruh pengurus dan pengurus
LPEI bahwa terlepas dari kondisi keuangan dan tantangan yang dihadapi LPEI pada
tahun 2021, LPEI mampu melaksanakan sebagian besar dari delapan tujuan prioritas
penting untuk tahun 2021. Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan.
Pencapaian tersebut antara lain mengelola dan meningkatkan kualitas aset
yang tercermin dari rasio non-performing (NPL) gross di bawah target, serta
mengembangkan bisnis UMKM dan UMBE melalui pembentukan 5 program Desa
Devisa (15 desa pengelolaan) yang kami ikuti. 2.144 operator dan presentasi 437
produk UMKM di pasar dunia. Anggota Dewan Felia Salim mengatakan, LPEI
banyak melakukan perbaikan di tahun 2021, antara lain merevisi dan menyiapkan
berbagai peraturan internal LPEI.
Kantor LPEI di Indonesia sudah tersebar luas di berbagai pulau seperti pulau
Jawa,Sulawesi,Sumatra dll. dan Terdiri dari kantor yang ada di wilayah
Pusat,cabang,wilayah dan pemasaran berikut beberapa kantor LPEI di Indonesia :
● Kantor Pusat Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank)
● Kantor Cabang Makassar
● Kantor Cabang Medan
● Kantor Wilayah Jakarta
● Kantor Wilayah Surabaya
● Kantor Pemasaran Balikpapan
● Kantor Pemasaran Jakarta
Kinerja LPEI di Indonesia pada tahun 2022 cukup berhasil ditandai dengan
kinerja ekspor yang kuat selama 30 bulan berturut-turut. Hal ini bisa dikatakan cukup
baik dibanding periode-periode sebelumnya. Mengingat kondisi perekonomian dunia
yang sangat dinamis dan berbagai peristiwa yang berisiko, maka perlu diambil
langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhan ekspor nasional ke depan. Sebagai
contoh, pertumbuhan ekspor Indonesia adalah 5,6% (joy) pada bulan November
berdasarkan data dari Statistics Finland. Neraca perdagangan Indonesia kembali
menunjukkan surplus US$5,16 miliar.
Adapun LPEI dan Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan
Republik Indonesia yang menjadi salah satu lembaga keuangan yang bertugas untuk
mendukung UKM berupa Amanat Ekspor Khusus (PKE) untuk usaha kecil dan
menengah. Usaha Kecil dan Menengah ditujukan untuk mendukung program
pemerintah dalam merevitalisasi perekonomian nasional melalui bantuan penanaman
modal masyarakat (PMN) sebesar Rp 1 triliun. Hingga November 2022, LPEI sudah
menyuntik dana pada PKE UMKM senilai Rp666 miliar kepada seratus operator di
seluruh provinsi Indonesia, dan yang menjadi mayortias usahanya ialah produk
furnitur, terhitung 32% dari portofolio produk ekspor.
Pengaruh perkembangan juga menjadi faktor pertumbuhan LPEI di semua
tahapan proses. Menurut kajian Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute), setiap
satu juta rupiah yang dikeluarkan untuk meningkatkan PKE yang disetujui LPEI
meningkatkan konsumsi sebesar Rp2,2 juta, ekspor senilai Rp2,03 juta, investasi
senilai Rp1,66 juta serta PDB . Rp 4,09 juta. LPEI pula menggenjot jumlah pelaku
UMKM lewat program-program yang difokuskan pada perbaikan non-keuangan.
Desa Devisa, yaitu program pengembangan masyarakat berbasis sumber daya untuk
menghasilkan devisa dan subsidi pasar, yaitu program memasarkan UKM lokal
melalui pasar global. PMN bersertifikat LPEI merupakan wujud kehadiran pemerintah
melalui mandat khusus pemerintah untuk mendorong ekspor nasional melalui
pelatihan dan pendampingan, serta pembiayaan yang diarahkan kepada pelaku
ekonomi khususnya UKM berorientasi ekspor.
LPEI membahas ekonomi dan ekspor pasca pandemi pada Asean Exim Banks
Forum Annual Meeting pada 15-17 November 2022 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Strategi pengamanan di tengah ekonomi global yang melambat menjadi topik utama
pertemuan yang dibahas para pengelola Asian Exim Bank. Peserta forum sepakat
bahwa perlu adanya kerjasama antar bank-bank baru untuk menyelesaikan berbagai
masalah di dunia saat ini, seperti stagnasi ekonomi, ketidakstabilan geopolitik, dan
gangguan rantai pasokan. LPEI juga sependapat bahwa kerja sama dapat dilakukan
dengan menawarkan layanan bersama, seperti pembiayaan bersama dan memastikan
keberhasilan para pengusaha. Bentuk kerjasama lain seperti sharing informasi juga
dapat membuat Bank Exim lebih inovatif dan gesit dalam memperbaiki kondisi
keuangan..

C. Hasil Kinerja LPEI di Indonesia


(LPEI) melaporkan hasil yang mengejutkan. Di balik surplus perdagangan
Indonesia yang besar, LPEI membukukan laba bersih 73,35% untuk tahun ini. LPEI
hanya menerima Rp 84,18 miliar dalam laporan keuangan kuartal III 2022. Faktur
tertanggal 30/09/2021 sebesar Rp 315,92 miliar. Hal ini disebabkan Pendapatan
Bunga dan Saham Bersih menurun 34,76% (YoY) menjadi Rp 528,81 miliar pada
akhir kuartal III 2022. Berbeda dengan periode sebelumnya, pendapatan bunga dan
saham bersih Eximbank sebesar Rp 810,58 miliar pada periode 2021. Selain laba,
total aset LPEI turun 3,49% menjadi Rp 85,93 triliun per 30/09/2022 dibandingkan
Rp 89,04 triliun per 30/12/2021.
Dalam sembilan bulan pertama 2022, LPEI membelanjakan sebanyak Rp70,56
triliun dana bersih yang dikucurkan Eximbank, naik 6,88% dari Rp66,01 triliun pada
periode yang sama tahun lalu. Rasio kredit bermasalah (NPF), yaitu Rasio kredit
bermasalah bruto Eximbank, sedikit menurun menjadi 20,77% dibandingkan per 30
Desember 2021 (21,03%). Nilai tersebut masih jauh di atas rata-rata industri 2 . Bank
umum yaitu sebesar 57% dan NPL 2,78%.
Terkait permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) atau rasio kecukupan
modal minimum (CAR) adalah 35,74% dan karenanya masih di atas ketentuan
peraturan (minimal 8%). Terakhir, dari segi profitabilitas, baik return on assets (ROA)
maupun return on equity (ROE) sangat rendah bahkan menurun. Misalnya, menurut
data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2022, rata-rata ROA perbankan
Indonesia adalah 2,53%.

Tabel 1 Indikator Kesehatan Keuangan Eximbank


` Sumber : CNBC Indonesia Research Data : Eximbank

D. Perbandingan (Studi Komparasi antara Syariah dan Konvensional dan


Perbandingan dengan Luar Negeri)
Pada kasus di Indonesia hanya terdapat satu Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia (LPEI), yaitu Eximbank. Di Eximbank sendiri memiliki banyak varian
produk, salah satunya produk syariah, oleh karenanya komparasi antara konvensional
dan syariah di Indonesia hanya dapat dilakukan perbandingan antara produk
konvensional dan syariah di Eximbank.
Mengutip dari buku Islamic Finance yang diterbitkan oleh the Australian
Trade Commission, dijelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga model organisasi
pelayanan perbankan syariah, yaitu Full-fledged Islamic Banks, Islamic Subsidiary,
dan Islamic Window.
a. Full-fledged Islamic Banks
Full-fledged Islamic banks adalah lembaga keuangan bank yang
independen, terlepas dari campur tangan bank konvensional, oleh karenanya
dalam bentuk full-fledged islamic banks dapat menerapkan prinsip syariah
yang lebih komprehensif. Dalam bentuk full-fledged islamic banks biasanya
menawarkan produk yang lebih variatif dibanding dengan bank konvensional
yang menawarkan produk syariah, namun untuk membentuk layanan
full-fledged islamic banks ini memerlukan biaya yang cukup tinggi.
b. Islamic subsidiary
Islamic Subsidiary merupakan bentuk organisasi bank syariah yang
masih menginduk pada bank konvensional, namun sudah disepakati dalam
pembentukannya menggunakan akad-akad syariah. Biasanya perusahaan yang
menerapkan Islamic Subsidiary adalah mereka bank-bank yang sudah
memiliki pasar yang luas, untuk lebih memperluas pasarnya lagi maka
bank-bank tersebut membentuk Bank Syariah sebagai alternatif produk untuk
para konsumen.
c. Islamic window
Islamic Window adalah layanan atau produk syariah yang ditawarkan
oleh bank-bank konvensional. Secara operasional Islamic Window ini terpisah
antara syariah dan konvensional, namun secara infrastruktur, Islamic Window
ini masih menyatu dengan konvensional. Oleh karena itu, perusahaan yang
berbentuk Islamic Window secara kepatuhan syariatnya masih cenderung
minim dibanding dengan bentuk yang lainnya.
Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia tergolong pada bentuk organisasi Islamic Window karena secara
struktural masih menginduk pada Eximbank yang memberikan alternatif
produk antara konvensional dan syariah.
Adapun beberapa poin penting yang membedakan LPEI Konvensional
dan LPEI Syariah sebagai berikut:
Prinsip Dasar:
LPEI Syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yaitu
Maghrib atau maysir, gharar, riba, serta aktivitas yang tidak etis. Sedangkan
LPEI konvensional beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip kapitalis, yang
memungkinkan penggunaan bunga dan keuntungan dari transaksi.
Produk dan Layanan:
LPEI Syariah menyediakan produk dan layanan keuangan yang sesuai
dengan prinsip syariah, seperti pembiayaan mudharabah, musyarakah,
murabahah, ijarah, dan lain-lain. Sedangkan LPEI konvensional menawarkan
produk dan layanan keuangan seperti kredit, pinjaman, deposito, dan asuransi.
Manajemen Risiko:
LPEI Syariah dan konvensional memiliki pendekatan yang berbeda
dalam manajemen risiko. LPEI Syariah menggunakan prinsip syariah yang
melarang spekulasi dan riba dalam mengelola risiko. Sementara LPEI
konvensional mengandalkan alat analisis keuangan dan matematika dalam
mengukur risiko dan keuntungan.
Keuntungan dan Laba:
LPEI Syariah dan konvensional memiliki sumber keuntungan dan laba
yang berbeda. LPEI Syariah tidak menggunakan bunga, sehingga keuntungan
dan laba yang dihasilkan bersifat adil dan berdasarkan hasil usaha yang
dikelola. Sedangkan LPEI konvensional menggunakan bunga sebagai sumber
keuntungan dan laba.
Pembiayaan Kepada Masyarakat:
LPEI Syariah dan konvensional membiayai masyarakat dengan cara
yang berbeda. LPEI Syariah memberikan pembiayaan yang bersifat
mudharabah atau musyarakah, dimana pemilik modal dan pengusaha berbagi
keuntungan dan risiko. Sedangkan LPEI konvensional memberikan
pembiayaan dengan bunga dan jaminan yang diberikan oleh peminjam.
Namun, secara umum LPEI Syariah dan konvensional sama-sama
berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam
mengelola dana dan memberikan pembiayaan dengan risiko yang minimal.
Keputusan dalam memilih antara LPEI Syariah atau konvensional tergantung
pada preferensi pribadi dan kebutuhan keuangan masing-masing individu.

Perbandingan Eximbank Indonesia dengan Eximbank Malaysia


Pada tahun 1995, Bank Ekspor-Impor Malaysia Berhad (Bank EXIM) adalah
didirikan untuk memberikan kredit jangka menengah dan panjang kepada eksportir
Malaysia dan investor serta pembeli asing barang Malaysia. Modal dasar dan modal
disetor masing-masing adalah 500 juta MYR dan 300 juta MYR. Bank memberikan
penekanan khusus pada promosi ekspor ke pasar non-tradisional. Selain itu, bank juga
mendukung relokasi perusahaan Malaysia dari Malaysia ke negara lain yang hemat
biaya, terutama di industri padat karya. Proyek investasi yang dianggap memenuhi
syarat untuk dipertimbangkan harus lebih dari lima tahun, dan jumlah pinjaman
berkisar dari 5 juta USD hingga 10 juta USD. Per Desember 2004, pinjaman
kumulatif dan jaminan yang diberikan oleh Bank EXIM berjumlah 5.598,5 juta MYR
(Bank EXIM 2005:34). Dari jumlah tersebut, 24,4 persen (atau 1.368,5 juta MYR)
diberikan untuk pembiayaan proyek luar negeri, terutama di bidang properti,
manufaktur, dan infrastruktur di Asia Tenggara dan Asia Timur Laut. Pada tahun
2005, bank EXIM digabungkan dengan Malaysia Export Credit Insurance Bhd.
Fasilitas yang diberikan oleh bank tersebut sekarang termasuk penjaminan asuransi
kredit bersama dengan pembiayaan perdagangan dan pembiayaan proyek luar negeri.
Pemerintah semakin memperkuat kapasitas bank EXIM dengan menyiapkan dana 1
miliar MYR untuk membantu dan mendorong pengusaha lokal dan khususnya
Bumiputera untuk menjelajah ke luar negeri (NST, 2005).
Tabel 2 Perbandingan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan Malaysia

Lembaga Pembiayaan Lembaga Pembiayaan


Deskripsi
Ekspor Indonesia Ekspor Malaysia

Nama Eximbank Indonesia Eximbank Malaysia

Tahun Berdiri 2009 1995

Regulasi dan
DSN-MUI, UU RI, POJK FEA Rules
Pedoman

Penerapan hukum syariah di


Indonesia masih tergolong Penerapan hukum syariah di
Penerapan Hukum lemah karena belum Malaysia diterapkan dalam
diterapkan secara aturan kelembagaannya
sepenuhnya

Pemain Eximbank Indonesia Eximbank Malaysia

1. Pembiayaan Ekspor
1. Cross-Border
2. Syariah
2. Trade Finance
Produk 3. Penjamin Ekspor
3. Credit
4. Asuransi Ekspor
Tafakul/Insurance
5. Jasa Konsultasi

Tabel 3 Perbandingan Total Aset, Liabilitas, dan Ekuitas antara Eximbank Indonesia
dengan Eximbank Malaysia (USD)

Total
Eximbank Aset Liabilitas Ekuitas

Indonesia 2017 7.508.656.006,40 6.047.978.589,83 1.441.900.961,36

2018 8.160.793.614,40 6.703.849.221,57 1.436.572.208,54

2019 7.388.083.612,80 6.085.633.351,59 1.283.984.887,72

2020 6.051.796.222,40 4.561.905.095,36 1.681.124.193,59

2021 6.036.680.608,76 3.994.618.377,61 2.042.062.231,15


Malaysia 2017 3.064.187.988,5 2.476.752.481,03 609.259.520,11

2018 2.702.453.182,42 2.247.670.527,83 459.947.672,82

2019 2.145.331.906,10 1.798.089.313,23 352.064.608,85

2020 1.951.188.091,63 1.579.486.538,62 362.325.756,58

2021 1.752.366.321,01 1.403.934.418,55 366.904.629,28

Sumber : Laporan Keuangan Eximbank Indonesia dan Malaysia 2017-2021

Jika kita melihat perbandingan total aset antara Eximbank Indonesia dan Malaysia,
Eximbank Indonesia memiliki total aset yang jauh lebih tinggi dibanding dengan total aset
Eximbank Malaysia, walau pada tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup signifikan
sebesar 17,41%. Selanjutnya pada perbandingan total liabilitas pula Eximbank memiliki total
liabilitas yang cukup tinggi, namun keduanya dari tahun ke tahun mengalami trend yang
negatif. Adapun total ekuitas dari kedua Lembaga Pembiayaan Ekspor dari masing-masing
negara mengalami fluktuasi, tahun 2017 menjadi tahun puncak bagi Eximbank Malaysia,
sedangkan tahun puncak Eximbank Indonesia pada tahun 2021.

Tabel 4 Perbandingan Net Profit antara Eximbank Indonesia dengan Eximbank


Malaysia

Net Profit
Tahun
Eximbank Indonesia Eximbank Malaysia

2017 USD 69.150.813,30 (USD 12.631.018,88)

2018 USD 11.695.122,80 (USD 59.092.080,80)

2019 (USD 320.323.973,90) (USD 107.243.019,12)

2020 USD 19.582.531,20 USD 11.469.901,57

2021 USD 26.314.026,30 USD 11.460.259,23


Sumber : Laporan Keuangan Eximbank Indonesia dan Malaysia 2017-2021
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa Eximbank Indonesia secara umum memiliki
net profit yang lebih tinggi daripada Eximbank Malaysia pada tahun-tahun tertentu. Namun,
terdapat juga tahun-tahun di mana Eximbank Indonesia mengalami kerugian yang signifikan.
Grafik 3 Perbandingan Net Profit antara Eximbank Indonesia dengan Eximbank
Malaysia

Sumber : Laporan Keuangan Eximbank Indonesia dan Malaysia 2017-2021

Dapat dilihat bahwa Eximbank Indonesia memiliki Net Profit yang lebih besar
dibandingkan dengan Eximbank Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Namun,
pada tahun 2018 dan 2019, Eximbank Indonesia mengalami kerugian yang cukup
besar, sedangkan Eximbank Malaysia juga mengalami kerugian pada tahun 2019.
Perlu dicatat bahwa perbedaan nilai tukar antara USD dan mata uang negara
masing-masing dapat mempengaruhi perbandingan Net Profit ini.

E. Permasalahan

Meskipun perekonomian nasional mengalami peningkatan yang positif setelah

krisis moneter 1998, kualitas dan pertumbuhannya masih rendah dan relatif rendah.

Dari perspektif kualitas pertumbuhan, meskipun pertumbuhan ekonomi selama

periode pasca-krisis (2001-2005) didorong oleh peningkatan kontribusi investasi dan

saldo transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan lebih banyak

didorong oleh sektor konsumsi. Mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor ini
sangat rentan, karena pertumbuhannya bersifat jangka pendek dan akan

mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakat.

Beberapa lembaga pembiayaan ekspor yang ada di Indonesia, seperti

Eximbank Indonesia dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),

menghadapi masalah yang memerlukan perhatian, termasuk masalah syariah, legal,

dan operasional. Divisi Pembiayaan Syariah LPEI harus mempertimbangkan masalah

berikut:

Tabel 5 Menunjukkan Berbagai Isu yang Berhubungan dengan Akad Murabahah

No Isu-isu Syariah Isu-isu Legal Isu-isu Operasional

1. Karena murabahah mungkin Akta pembiayaan yang Tidak mungkin bagi


terjebak dalam akad dibuat oleh notaris tidak Bank untuk bertindak
tawarruq, tidak ada transfer memenuhi syarat dan sebagai penjual
kepemilikan yang ketentuan yang langsung pembiayaan
sebenarnya dari Bank diperluakan dalam Murabahah karena
kepada Nasabah. perjanjian syariah. fungsinya sebagai
lembaga intermediasi
uang.

2. Pembiayaan non tunai Salah satu contoh klausul Sebagai akibat dari
berlawanan dengan nilai eksonerasi dalam akad perjanjian wakalah
bank syariah ketika Murabahah adalah yang diberikan oleh
diadakan markup klausula yang melarang Bank, nasabah
keuntungan nasabah (kovenant seringkali menerima
negatif). tanggung jawab
keseluruhan atas risiko
barang.

3. Jika objek pembiayaan Margin keuntungan Pembiayaan


Murabahah tidak pihak Bank dapat Murabahah sering
diserahkan, kontrak yang dianggap sebagai riba dikaitkan dengan utang
terjadi akan dianggap jika ada hak tanggungan piutang karena tidak
sebagai pinjam meminjam. (APHT). dikenakan pajak PPN
pada transaksinya.

4. Membuat jadwal baru dan Dalam hal aspek Apabila nasabah


rollover yang dilakukan jaminan, ada pluralisme menyudahi kontrak
oleh pelanggan yang tidak hukum. dengan dalih tidak
dapat membayar Murabahah dapat mengembalikan
dianggap sebagai riba kewajibannya, itu
karena akan dikenakan disebut pelanggaran
biaya lain untuk ganti rugi moral hazard yang
waktu yang bertambah. dapat merugikan Bank.

5. Memberikan diskon Perjanjian tetap Nasabah mengatakan


murabhah kepada nasabah mengatur prosedur bahwa mereka tidak
yang sebelum waktu yang penyelesaian perselisihan berhutang kepada bank
telah disepakati. yang tidak sejalan tetapi kepada pihak
dengan kewenagan ketiga yang
mutlak pengadilan menyediakan produk
agama. yang tidak bermasalah.
Sumber: Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah (OJK, 2016)

Sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut, Penggunaan musyarakah

mutanaqishah dan akad musyarakah juga menyebabkan banyak masalah.

Tabel 6 Menunjukkan Berbagai Isu yang Berhubungan dengan Akad Musyarakah dan Musyarakah

Mutanaqishah.

No Isu-isu Syariah Isu-isu Legal Isu-isu Operasional

1. Konsep "dua-akad dalam Perbedaan antara hukum Problem harga


satu-barang" berlaku ketika Islam dan hukum independen dalam
perjanjian sewa dan beli Indonesia tentang pembiayaan
dibuat bersamaan. pencatatan sertifikat musyarakah dengan
kepemilikan pengalihan
kepemilikan

2. Setelah musyarakah Konsekuensi dari hukum Jika pelanggan tidak


dikondisikan, lalu ijarah bank syariah yaitu surat memenuhi kewajiban
dilakukan dapat pengakuan hutang atau sewa mereka tanpa
memunculkan ta’alluq hak tanggungan (APHT) persetujuan pelanggan,
untuk pengalihan bank sering
kepemilikan tidak bisa mengeksekusi agunan.
bank syariah gunakan.

3. Baik barang musyarakah Perjanjian perbankan Standar AAOIFI dan


maupun mutanaqishah syariah yang dibutuhkan Fatwa DSN
digunakan sebagai agunan. oleh bank syariah dan No.73/DSN
notaris belum diatur MUI/XI/2008 tidak
secara menyeluruh oleh mengizinkan pelepasan
fatwa DSN, PBI, atau segala keajiban
SEBI. pembayaran terhadapa
biaya yang timbul
kepada nasabah.
4. Ketika kontrak Kewajiban konsumen Belum adanya
ditandatangani, objek sewa untuk membeli barang standarisasi akuntansi
tidak dapat didefinisikan. secara keseluruhan yang dikhususkan
dalam kasus kegagalan untuk musyarakah
telah mengalami mutanaqishah.
penyimpangan dari
prinsip berbagi
keuntungan dan kerugian
yang ada dalam akad
Musyarakah.

5. Apabila seorang nasabah Klausula-klausula Pada pelunasan,


menjual sahamnya kepada perjanjian tetap nasabah berkewajiban
bank atau bahkan menerapkan konsep untuk melunasi sesuai
sebaliknya, barulah terjadi perbankan konvensional jadwal pembayaran
pembiayaan yang secara keseluruhan. dengan jumlah yang
berkeberlanjutan. sesuai dengan
mekanisme bunga
bank konvensional.

6. Asuransi aset dan anggaran


perawatan ditanggung
sepenuhnya oleh klien.
Sumber: Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah (OJK,

2016)

F. Potensi Perkembangan

Indonesia memiliki potensi ekspor yang sangat besar. Banyak faktor yang

mempengaruhi ekspor termasuk, iklim, populasi, flora dan fauna, geografi,

transportasi dan ekonomi berkontribusi langsung atau tidak langsung pada

pertumbuhan ekspor Indonesia. Dengan potensi yang dimilikinya, Indonesia

seharusnya dapat meningkatkan ekspornya secara optimal untuk mendorong

kemajuan ekonominya.

Karena kekayaan sumber daya alam dan potensi industri manufaktur yang

besar, lembaga pembiayaan ekspor di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang


sangat besar. Beberapa faktor yang dapat membantu pertumbuhan lembaga

pembiayaan ekspor di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi yang positif: Pertumbuhan ekonomi yang positif akan

meningkatkan permintaan untuk barang ekspor Indonesia. Menurut data dari

Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan

pertama tahun 2023 tercatat sebesar 5,03% (yoy), sedikit lebih tinggi dari

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy). Ke depan,

pertumbuhan ekonomi diproyeksikan tetap kuat di atas kisaran 4,5-5,3%,

didorong oleh peningkatan mobilitas dan daya beli, serta penurunan inflasi.

Sebagai akibat dari peningkatan konsumsi rumah tangga sebesar 4,54% (yoy),

ekspor teta akan memungkinkan lembaga pembiayaan ekspor untuk

memberikan pinjaman kepada eksportir.

2. Kebijakan pemerintah yang mendukung ekspor: Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian mengembangkan paket kebijakan ekonomi dengan

tujuan meningkatkan daya saing industri, investasi, logistik, ekspor, wisata,

dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun tidak ada paket

kebijakan yang secara khusus mengacu pada LPEI, beberapa langkah yang

mendukung ekspor secara keseluruhan dapat membantu LPEI. Paket kebijakan

ekonomi berikut dapat mendukung LPEI.:

a. Paket Kebijakan Ekonomi I (Agustus 2015): Peningkatan kemudahan

berusaha dan percepatan investasi. Langkah-langkah ini dapat

membantu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi LPEI dalam

memberikan pembiayaan ekspor kepada eksportir.


b. Paket Kebijakan Ekonomi III (Oktober 2015): Reformasi regulasi

perpajakan dan peningkatan pendanaan untuk infrastruktur. Perubahan

regulasi perpajakan dapat mempengaruhi kebijakan dan insentif yang

tersedia untuk LPEI dalam membiayai eksportir. Peningkatan

pendanaan untuk infrastruktur juga dapat mendukung ekspor dengan

memperbaiki konektivitas dan aksesibilitas ke pasar ekspor.

c. Paket Kebijakan Ekonomi V (April 2016): Percepatan investasi dan

reformasi sektor perpajakan. Langkah-langkah dalam paket ini dapat

memberikan dukungan kepada LPEI dalam memperoleh sumber daya

dan memperluas jangkauan pembiayaan ekspor.

d. Paket Kebijakan Ekonomi XI (Agustus 2017): Peningkatan iklim

investasi, reformasi perpajakan, dan penyederhanaan perizinan. Dalam

konteks pembiayaan ekspor, langkah-langkah dalam paket ini dapat

membantu mempercepat proses persetujuan dan pembiayaan ekspor

yang diberikan oleh LPEI kepada eksportir.

e. Paket Kebijakan Ekonomi XVI (Agustus 2019): Stimulus investasi,

peningkatan iklim usaha, dan reformasi regulasi. Langkah-langkah ini

dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi LPEI dalam

menjalankan aktivitas pembiayaan ekspor dan meningkatkan efisiensi

proses pembiayaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) adalah

lembaga keuangan milik negara di Indonesia yang menyediakan layanan pembiayaan

dan asuransi untuk mendukung eksportir Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk

memfasilitasi pengembangan ekspor Indonesia dan meningkatkan daya saing negara

di pasar global. Indonesia Eximbank menawarkan berbagai produk dan layanan

keuangan kepada nasabahnya, seperti pembiayaan ekspor, pembiayaan syariah,

penjaminan ekspor, asuransi ekspor, dan jasa konsultasi. Produk pembiayaan ekspor

meliputi fasilitas Kredit Pembeli, Kredit Investasi Ekspor, dan Kredit Modal Kerja

Ekspor. LPEI telah mengikuti prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya,

yang terdiri dari pembiayaan murabahah dan musyarakah. LPEI diatur juga oleh
beberapa regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, termasuk Fatwa DSN-MUI

tentang Akad Jual Beli Murabahah, Pembiayaan Akad Musyarakah, dan Pembiayaan

Akad Musyarakah Mutanaqisah.

Dalam hal perbandingan terdapat perbedaan antara Eximbank Indonesia dan

Eximbank Malaysia dalam hal profil dan fokus kegiatan, meskipun keduanya

merupakan lembaga pembiayaan ekspor impor. Eximbank Malaysia memiliki

penekanan khusus pada promosi ekspor ke pasar non-tradisional dan mendukung

relokasi perusahaan Malaysia ke negara lain yang hemat biaya, sedangkan Eximbank

Indonesia lebih fokus pada memberikan dukungan pada sektor-sektor prioritas dalam

negeri.

LPEI menghadapi beberapa permasalahan yang meliputi risiko kredit yang

tinggi, kurangnya akses pasar internasional, kebijakan pemerintah yang tidak

konsisten, kurangnya kesadaran akan pentingnya pembiayaan ekspor, kurangnya dana

yang tersedia, ketergantungan pada produk ekspor tertentu, perubahan kondisi

ekonomi global, serta tantangan lain seperti rendahnya kepastian hukum, kurangnya

insentif investasi, dan terbatasnya infrastruktur.

Secara keseluruhan, Indonesia Eximbank berperan penting dalam mendukung

pertumbuhan sektor ekspor Indonesia dan mendorong pembangunan ekonomi di

negara tersebut.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, LPEI menghadapi berbagai

permasalahan yang harus diatasi agar dapat memperluas jaringan dan akses ke pasar

internasional serta meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional


yang lebih berkelanjutan. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat

mencakup peningkatan pengawasan risiko kredit, peningkatan akses pasar

internasional, konsistensi kebijakan pemerintah, peningkatan kesadaran akan

pentingnya pembiayaan ekspor, peningkatan ketersediaan dana, diversifikasi produk

ekspor, dan peningkatan kepastian hukum, insentif investasi, kualitas sumber daya

manusia, serta infrastruktur yang memadai.

Lembaga pembiayaan ekspor Indonesia memiliki potensi untuk berkembang

dengan memperhatikan faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang positif,

kebijakan pemerintah yang mendukung ekspor, kemitraan dengan lembaga

pembiayaan internasional, peningkatan teknologi dan inovasi, serta ketersediaan

sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki

tersebut, Lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dapat memberikan dukungan

finansial yang lebih baik kepada eksportir, yang pada akhirnya akan mendukung

percepatan pembangunan ekonomi nasional


DAFTAR PUSTAKA

Rijani Tirtoso ,(2009), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, Laporan GCG 2020

Mufli Asmawidjaja (2022), PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 9 /POJK.05/2022

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. (2021). Lembaga Pembiayaan Ekspor

Indonesia. Diakses 20 Maret 2023.

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/139-lembaga-pembiayaan-ekspor-indones

ia

Moh. Luthfi Mahrus, Ivan Yulianto. (2017). "Analisis Atas Pembiayaan Ekspor Nasional

Syariah Pada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia". Diakses 23 Maret 2023.

https://media.neliti.com/media/publications/265397-analisis-atas-pembiayaan-ekspor-nasiona

l-79362b70.pdf

Noegroho Koesoemowibowo. 2010. "Tantangan dan Peluang Lembaga Pembiayaan Ekspor

(LPE) dalam Mendukung Proses Percepatan Pembangunan Ekonomi Nasional". Diakses 25

Maret 2023.

https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/135660-T%2027930-Kajian%20hukum-Metodologi.pdf

_https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/10292/Otomatisasi-Peningkatan-Modal-ala-I

ndonesia-Eximbank-LPEI.html

https://www.indonesiaeximbank.go.id/news/detail/ekspor-indonesia-lanjutkan-kinerja-positif-

lpei-dorong-ukm-berorientasi-ekspor-melalui-pembiayaan-dan-pelatihan-ek

https://www.cnbcindonesia.com/research/20230203074456-128-410641/laba-bersih-eximban

k-parah-cuan-kuartal-iii-2022-raib-73
file:///C:/Users/62877/Downloads/pojk%2040-2015.pdf

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=655934&val=10427&title=Anali

sis%20atas%20Pembiayaan%20Ekspor%20Nasional%20Syariah%20pada%20Lembaga%20

Pembiayaan%20Ekspor%20Indonesia

https://repository.uksw.edu/handle/123456789/26347?mode=simple

https://jurnal.polban.ac.id/ojs-3.1.2/jaief/article/view/2389/1831

https://www.indonesiaeximbank.go.id/news/detail/pengesahan-uu-ppsk-lpei-apresiasi-dukung

an-pemerintah-dan-dpr-bagi-peningkatan-ekspor

http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/139-lembaga-pembiayaan-ekspor-indones

ia

https://www.indonesiaeximbank.go.id/id/products-services

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=655934&val=10427&title=Anali

sis%20atas%20Pembiayaan%20Ekspor%20Nasional%20Syariah%20pada%20Lembaga%20

Pembiayaan%20Ekspor%20Indonesia

https://www.inklusikeuangan.id/halaman/inklusi-keuangan

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10532

https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/stabilitas-sistem-keuangan/keuangan-inklusif/default.as

px

Anda mungkin juga menyukai