Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEJARAH
DI
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK 2:
 BUSRA MEILA PRATIWI
 NURFADILA
 ASMA
 FITRI UDI
 ADIB NOVAL
 ZUL FADLY
 RISWANG
DAFTAR ISI:

 Reformasi Birokrasi dan BUMN

 1.Penerimaan ASN yang Terbuka

 2.Reformasi Lembaga Negara

 3.Peraturan ketenagakerjaan yang


lebih Memihak para pekerja

 4.Otonomi Daerah

 Kesimpulan
KATA PENGANTAR:
Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan hidaya-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan hasil dari makalah kami. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah kami ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata Bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca. Sekian dari kata pengantar kami apabila ada kekurangan mohon di maafkan
wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
C.Reformasi Birokrasi dan BUMN
Menurut KBBI,birokrasi adalah system pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah yang
berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Sebagai sebagai seorang pelajar, barangkali pengalamana
kalian dengan urusan birokrasi masih terbatas. Namun, secara tidak langsung reformasi birokrasi sangant
berpengaruh pada kualitas pelayanan public yang kalin peroleh. Seperti yang dikemukakan oleh Menteri
Perdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, Reformasi Birokrasi ibaratnya
seperti garam, tidak terlihat tetapi menjadi unsur penting karena memberi rasa pada masakan yang
disajikan.

Dalam pidato awal pemerintahan Habibie, ada tiga hal yang menjadi focus Kabinet Pembangunan yaitu
reformasi politik, reformasi hukum, dan reformasi ekonomi. Menurut Habibie, reformasi birokrasi masih
sulit dilakukan pada masa ini karena sukar memisahkan birokrasi dengan pengaruh kepentingan politik
praktis. Pada masa Orde Baru, seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwajibkan menjadi anggota Golongan
Karya. Meskipun masih menemui kendala pada masa awal berjalan.

Berikut ini adalah beberapa contoh reformasi birokrasi yang ada di Indonesia selepas masa Orde Baru.

1. Penerimaan ASN yang Terbuka

Pada tahun 2011, Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membahas Rancangan Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menjadi harapan baru dalam realisasi agenda reformasi birkrasi,
khususnya di bidang sumber daya manusia. Dua tahun kemudian, UU tersebut disahkan pada sidang
Pleno DPR.Hal ini merupakan sebuah langka besar karena sejak saat profesi ASN dijabarkan dengan
detail. Pengesahan UU tersebut juga menjadi penyemangat pada ASN dalam melaksanakan reformasi,
perbaikan dan peningkatan pelayanan, serta meminimalkan permasalahan yang kerap timbul pada
manajemen kepegawaian.

Undang-undang tersebut berusaha meletakkan beberapa perubahan mendasar dalam manajemen


sumber daya manusia (SDM). Pertama, perubahan pengelolaan SDM yang awalnya bersifat administrasi
kepegawaian menjadi manajemen sumber daya manusia yang lebih humanis. Kedua, perubahan yang
semula berdasarkan senioritas dan kepangkatan menjadi sistem karir terbuka yang mengutamakan
kompetisi dan kompetensi. Undang-undang tersebut membuat ASN menjadi profesi yang berpendidikan,
memiliki standar pelayanan, dan menjaga nilai-nilai dasar profesionalitas.

2.Reformasi Lembaga Negara

Reformasi lembaga pemerintahan terjadi pada masa Presiden Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan
nama Gus Dur. Departemen Penerangan dan Departemen Sosial adalah lembaga yang dibubarkan pada
masa ini. Selama Orde Baru, Departemen Penerangan terlalu mengungkung hak berbicara media massa.
Padahal, kebebasan berbicara adalah salah satu harapan masyarakat Indonesia pascareformasi politik
1998. Gus Dur membubarkan Departemen Sosial karena lembaga negara ini dinila sarat akan
penyelewengan hak rakyat atau korupsi. Namun, pembubaran Departemen Sosalinihanyaberlangsung
20bulan. Sepeninggal Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri memfungsikan kembali
lembaga ini untuk membantu pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang
kesejahteraan sosial. Selain pembubaran dan pembentukan departemen, istilah "departemen" kemudian
diubah menjadi "kementerian". Perubahan ini juga diikuti perubahan nama-nama lembaga negara
tersebut, seperti yang terjadi pada Departemen Pekerjaan Umum yang diubah namanya menjadi
Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Reformasi lembaga pemerintahan bukan hanya ditujukan kepada lembaga struktural. Lembaga Non-
Struktural (LNS) juga mengalami perampingan. LNS adalah lembaga yang dibentuk lewat peraturan
perundang-undangan tersendiri untuk menunjang pelaksanaan fungsi. pemerintah. Lembaga yang
dibiayai oleh negara ini dapat melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil. Beberapa LSN
yang populer adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dewan Pers,
Badan Amil Zakat Nasional, dan masih banyak lagi. Sebelum 2015, jumlah LNS pernah mencapai 127
lembaga. Hingga saat ini, pemerintah terus melakukan evaluasi dan efisiensi berdasarkan kinerja dan
efisiensi fungsi lembaga. Kini, di tahun 2022, LNS di Indonesia hanya berjumlah 93 Hal ini menunjukkan
tekad pemerintah untuk senantiasa melakukan evaluasi dan efisiensi lembaganya.

3. Peraturan Ketenagakerjaan yang Lebih Memihak Para Pekerja

Marsinah adalah aktivis buruh di Porong, Sidoarjo, yang dibunuh secara keji pada tahun 1993. Saat masih
hidup, Marsinah adalah anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang vokal menyuarakan hak-
hak pekerja. Pembunuhan Marsinah merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM berat yang pernah
terjadi di Indonesia dan mendapat sorotan dunia. Marsinah adalah segelintir gambaran tentang
ketidakadilan dan ketidakberpihakkan kepada para pekerja.

Pada masa Reformas, UU Ketenagakerjaan No.3 Tahun 2003 dibuat 4 memihak kepada para pekerja.
Pada pasal 4 disebutkan bahwa pemerintah harus memberdayakan pekerja secara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemeratan kerja, member perlindungan kepada tenaga kerja dan
mengusahakan kesejanteraan bagi tenaga kerja dan keluarganya. Pada masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, hal ini direalisasikan melalui program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang dikelola oleh lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), termasuk BPJS Ketenagakerjaan.
Dengen demikian, keberpihakkan kepada para pekerja sudah menunjukkan arah yang lebih baik.

4. Otonomi Daerah

Salah satu agenda Reformasi yang penting lainnya adalah otonomi daerah. Agenda tersebut dilakukan
sebagai bentuk perjuangan dalam menata dan mengelola sistem pemerintahan daerah yang disesuaikan
dengan tuntutan global. Menurut UU No. 22 Tahun 1999, daerah otonom berkewajiban dalam mengatur
dan mengurus masyarakatnya berdasarkan prakarsa sendiri. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah
mengakomodas aspirasi masyarakat dan disesuaikan dengan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku (Ferizaldi, 2016: 2-3). Presiden Habibie memikirkan untuk memberikan otonomi khusus sebagai
solusi penanganan wilayah Aceh dan Irian Jaya. Tujuannya, agar dapat meminimalkan kesenjangan
antara pusat dan daerah, antargolongan masyarakat, dan kesenjangan antara Jawa dan pemekaran
wilayah luar Jawa. Kebijakan tersebut dilanjutkan oleh presiden berikutnya melalui pemekaran wilayah.
Kesimpulan:
Secara singkat Reformasi birokrasi diartikan sebagai upaya untuk melakukan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah dalam rangka mewujudkan tata
kelola pemerintah yang baik. Sedangkan Reformasi pengelolaan BUMN/D dimaksudkan untuk merubah
paradigma para pengelola Badan Usaha agar berperilaku lebih terbuka, tanggap terhadap perubahan
dan menyadari perlunya proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai