Anda di halaman 1dari 48

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

“QUALITY BY DESIGN”
 Industri farmasi harus dapat menghasilkan suatu obat yang
memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan
(safety), dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan
untuk tujuan pengobatan. Menurut Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.43/Menkes/SK/II/1988, semua
sistem regulasi industri farmasi yang ada di Indonesia
harus mengacu pada pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik yang mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu agar obat dapat diproduksi secara
konsisten dan memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Lanjutan
 Industri farmasi terus mencari cara untuk memastikan dan
meningkatkan keamanan, kualitas, dan kemanjuran produk.
 Penerapan kualitas berdasarkan desain (QbD), pendekatan berbasis
sains yang meningkatkan pemahaman proses dengan mengurangi
variasi proses dan strategi kontrol proses yang memungkinkan.
 Masalah kualitas dapat dianalisis secara efisien dan akar penyebabnya
dapat diidentifikasi dengan cepat.
 QbD memerlukan identifikasi semua atribut formulasi kritis dan
parameter proses serta menentukan sejauh mana variasi apa pun
dapat memengaruhi kualitas produk jadi. (Gandhi A, Roy C, 2016)
Quality by Design

 Quality by Design (QbD) adalah pendekatan


secara sistematis untuk pengembangan yang
dimulai dari tujuan, pemahaman terhadap
produk, pemahaman terhadap proses,
pengendalian proses yang dilakukan berdasarkan
cara-cara ilmiah dan quality risk management.
 QbD bermanfaat untuk meningkatkan jaminan
keamanan obat dan mutu dan juga membantu
meningkatkan kinerja industri.
Manfaat Quality by Design

 Untuk menghindari kegagalan dalam batch


 Meminimalisir penyimpangan dan biaya investigasi
 Menghindari masalah dalam kepatuhan regulasi
 Keputusan pengembangan yang lebih baik
Kelebihan Quality by Design

 Sistem yang lebih efisien dan fleksibel


 Meningkatkan efisiensi manufakturing dan
menurunkan biaya pengeluaran dan produk yang
terbuang
 Memastikan informasi yang konsisten
Langkah-langkah QbD
1. Menentukan Target Product Profile (TPP)
Target Product Profile adalah sebuah resume tentang karakteristik kualitas
dari obat yang akan dicapai untuk memastikan kualitas obat, keamanan
dan efikasinya dapat tercapai (Purohit, 2013).

2. Menentukan Target Product Quality Profile (TPQP)


Target Product Quality Profie adalah suatu faktor kuantitatif pada aspek
keamanan klinis dan efikasi yang dapat digunakan untuk mendesain dan
mengoptimalkan proses formulasi dan manufakturing.

3. Menentukan Critical Quality Attributes (CQA)


Critical Quality Attributes sebagai karakteristik fisika, kimia maupun
mikrobiologi yang dibutuhkan untuk mengontrol (secara langsung atau
tidak langsung) dan memastikan produk telah memenuhi tujuan
keamanan, efikasi, stabilitas, dan kinerjanya.
Lanjutan
4. Menentukan Critical Process Parameter (CPP)
Parameter proses adalah berbagai data pengukuran (data sifat-sifat bahan
dan parameter pengoperasian) atau hasil dari setiap langkah proses yang
harus dikontrol untuk menghasilkan mutu obat yang sudah ditentukan dan
terjadi secara konsisten.

5. Menyusun Design of Experiment (DoE)


Design of Experiment adalah teknik yang berguna untuk memahami dan
mengukur hasil dari proses yang sebelumnya dilakukan dan dari sisi
formula pada CQA.

6. Menyusun Design Space


Design Space adalah kombinasi dan interaksi multidimensi dari variabel-
variabel input (misalnya sifat bahan baku) dan parameter proses yang
terbukti dapat menjamin mutu produk.
Lanjutan
Lanjutan

7. Menyusun Control Strategy


Strategi pengendalian dapat mencakup pengendalian bahan
baku, kontrol dan pemantauan proses, desain ruang di
sekitar operasi individu atau beberapa unit, dan atau produk
akhir spesifikasi yang digunakan untuk memastikan kualitas
yang konsisten.
Gambar 1. Contoh Strategi Pengendalian untuk Proses Pra-QbD

Manufaktur Tetap

Proses

Bahan Obat Eksipien

Spesifikasi Bahan Obat

Identitas, Kemurnian, Ukuran Partikel Spesifikasi Eksipien

Berdasarkan Batch Bukti Memenuhi Standar Kompendial

Variabilitas Tidak Ditandai Variabilitas Tidak Ditandai

Batch Record

untuk Blending
Padukan Keseragaman
Urutan Penambahan Tetap Pencampuran
Kerapatan yang Disadap
Kecepatan Pencampuran Tetap
Buang jika gagal
Waktu Pencampuran Tetap
Gambar 2. Contoh Strategi Pengendalian untuk Proses QbD

Proses Manufaktur Fleksibel

(mungkin di DMF terpisah)

Berubah tanpa

mempengaruhi pembuatan DP

Bahan
Eksipien
Obat

Spesifikasi Bahan Obat Spesifikasi Eksipien

Identitas, Kemurnian, Ukuran Partikel Memenuhi Standar Kompendial

Berdasarkan Kaitannya dengan Kualitas Variabilitas Dipahami

Variabilitas Dipahami

Pencampuran
Batch Record untuk Blending
Padukan Keseragaman
Mencampur Kecepatan dan Waktu
Kerapatan yang Disadap
disesuaikan untuk memastikan kualitas
Umpan balik untuk memastikan kualitas
Lanjutan
8. Continous Improvement
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuannya dalam memenuhi persyaratan.
Perbaikan berkelanjutan biasanya memiliki lima fase sebagai
berikut:
1. Definisikan masalah dan tujuan proyek secara spesifik
2. Mengukur aspek penting dari proses saat ini dan
kumpulkan data yang relevan
3. Analisis data untuk menyelidiki dan memverifikasi
hubungan sebab-akibat. Tentukan apa hubungannya, dan
upayakan untuk memastikan bahwa semua faktor telah
dipertimbangkan. Cari tahu akar penyebab kerusakan jika
ada.
Lanjutan
4. Tingkatkan atau optimalkan proses saat ini berdasarkan
analisis data menggunakan teknik seperti desain eksperimen
untuk membuat proses status baru di masa mendatang.
Siapkan uji coba untuk membangun kemampuan proses.
5. Kontrol proses dalam jangka panjang untuk memastikan
bahwa setiap penyimpangan dari target diperbaiki sebelum
mengakibatkan cacat. Menerapkan sistem kontrol seperti
kontrol proses statistik, papan produksi, tempat kerja visual,
dan terus memantau proses.
Lanjutan
4. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses Quality by Design :
 Menentukan TPP (Target Product Profile)
 Menentukan QTPP (Quality Target Product Profile)
 Menentukan CQA (Critical Quality Analysis)
 Menentukan CPP (Critical Process Parameter)
 Menyusun DoE (Design of Experiment)
 Menyusun Design Space
 Control Strategy
 Continual Improvement
Penutup
 KESIMPULAN
1. QbD menjelaskan pendekatan pengembangan farmasi yang mengacu pada
desain formulasi dan pengembangan serta proses manufaktur untuk menjaga
kualitas produk yang ditentukan
2. Manfaat Quality by Design :
 Untuk menghindari kegagalan dalam batch
 Meminimalisir penyimpangan dan biaya investigasi
 Menghindari masalah dalam kepatuhan regulasi
 Keputusan pengembangan yang lebih baik
3. Kelebihan Quality by Design :
 Sistem yang lebih efisien dan fleksibel
 Meningkatkan efisiensi manufakturing dan menurunkan biaya pengeluaran dan
produk yang terbuang
 Memastikan informasi yang konsisten
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
Kelompok 1 “Pengembangan Formulasi Sediaan Padat”

Hilda Mayangsari
(21340103)
Ella Yunita
(21340113)
Novianti Lolo Tandung
(21340123)
Shofwan Anggatra
(21340130)
Ulfayani
(21340145)
TABLET
Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan dari segi
formulasi selain mengandung zat aktif dalam pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan
yaitu bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin, dan pewarna.

Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan
obat yang dibuat dengan pemadatan. Tablet juga memiliki perbedaan dalam
ukuran, bentuk, berat, kekerasan ataupun ketebalannya. Kebanyakan tipe atau
jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan kemudian
melepaskan bahan obat yang ada di dalam tablet tersebut ke dalam saluran
pencernaan.

Dalam pembuatan tablet ada beberapa evaluasi sediaan tablet meliputi uji visual, uji
keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji kerapuhan, uji
waktu hancur. Zat aktif yang digunakan untuk diformulasikan sebagai bentuk
sediaan tablet adalah paracetamol
PARACETAMOL
Paracetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang
banyak diproduksi dan digunakan oleh masyarakat
karena keamanannya, paracetamol banyak diminati
oleh masyarakat karena harganya murah, paracetamol
juga mampu mengurangi atau menghilangkan demam
tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat atau
menurunkan kesadaran
Kelebihan dan Kekurangan Tablet

KEKURANGAN
KELEBIHAN
 Dapat menimbulkan kesulitan dalam terapi
 Praktis dan efisien individual : pahit, terlalu besar, sulit ditelan,
 Mudah digunakan, sakit tenggorokan, dsb.
 tidak memerlukan keahlian khusus  Waktu hancur lebih lama dibanding bentuk
 Bentuk sediaan tablet lebih cocok dan sediaan lain, seperti larutan, injeksi, dsb.
ekonomis untuk produksi skala besar  Tidak dapat digunakan pada pasien yang tidak
 Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak sadar / pingsan.
enak (dengan penambahan salut  Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit
selaput/salut gula). tercapai.
Metode Pembuatan Tablet

01 Metode Granulasi Basah

02 Metode Granulasi Kering

03 Metode Cetak Langsung


Bahan-Bahan
Evaluasi Mutu
Tambahan
Tablet
dalam
Pembuatan
Tablet
1. Uji Visual
2. Uji Keseragaman Bobot
1. Bahan Pengisi/Fillers/Diluent
3. Uji Keseragaman Ukuran
2. Bahan Pengikat
4. Uji Kekerasan
3. Bahan Penghancur
5. Uji Kerapuhan
4. Bahan Pelicin
6. Uji Waktu Hancur
5. Bahan Pewarna
7. Uji DIsolusi
6. Bahan Pemanis
PEMBAHASAN
JURNAL
1
2 Formulasi Tablet 3
Paracetamol dengan
Formulasi Tablet
Bahan Pengikat Pati Umbi Pengaruh Penggunaan
Paracetamol
Menggunakan Tepung Gembili (Dioscorea Tepung Umbi Porang
Bonggol Pisang Kepok (Amorphophallus
esculenta L) oncophyllus) sebagai Bahan
(Musa paradisiaca cv.
Kepok) sebagai Bahan Pengikat terhadap Sifat Fisik
Pengikat dan Kimia Tablet
Paracetamol
URAIAN JURNAL
JURNAL 1
Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengikat Pati Umbi Gembili (Dioscorea esculenta L) dapat dilihat
dari hasil uji sifat fisik tablet tersebut dapat menunjukkan bahwa seluruh formula yang dibuat memenuhi
syarat yang telah ditetapkan dalam kompendial

JURNAL 2
Formulasi Tablet Paracetamol Menggunakan Tepung Bonggol Pisang Kepok (Musa paradisiaca cv.
Kepok) sebagai Bahan Pengikat berpengaruh pada sifat fisik tablet paracetamol tetapi tidak berpengaruh
pada pelepasan paracetamol dari tablet. Yang mana peningkatan konsentrasi tepung bonggol pisang
kepok menyebabkan terjadinya peningkatan kekerasan dan waktu hancur tetapi menurunkan kerapuhan
tablet paracetamol

JURNAL 3
Pengaruh Penggunaan Tepung Umbi Porang (Amorphophallus oncophyllus) sebagai Bahan Pengikat
terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tablet Paracetamol dilihat dari pengaruh pada sifat fisik dan pelepasan
tablet paracetamol, kenaikan konsentrasi Tepung Umbi Porang menyebabkan juga terjadinya
peningkatan kekerasan, kerapuhan tablet yang menyebabkan waktu hancur semakin lama dan pelepasan
tablet paracetamol mengalami penurunan.
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan pada proses pelepasan tablet antara Formulasi
Tablet Paracetamol Menggunakan Tepung Bonggol Pisang Kepok (Musa
paradisiaca cv. Kepok) sebagai Bahan Pengikat dengan Pengaruh
Penggunaan Tepung Umbi Porang (Amorphophallus oncophyllus) sebagai
Bahan Pengikat terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tablet Paracetamol.

Bahan pengikat dari Pati Umbi Gembili (Dioscorea esculenta L) yang paling
baik untuk pengembangan formulasi sediaan tablet paracetamol. Hal ini
dapat dilihat dari uji sifat fisik tablet yang menunjukkan bahwa seluruh
formula yang dibuat memenuhi syarat yang ditetapkan dalam kompendial.
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

Nama Kelompok

Charisma Rombe Seppo (21340107)


Adimuswarman (21340111)
Trinda Irene Arung (21340115)
Danti Tri Yuli (21340136)
Uswatun Hasanah (21340141)
Sediaan parenteral

Sediaan parenteral adalah


Injeksi adalah sediaan steril
sediaan obat steril yang
berupa larutan, emulsi atau
ditujukan untuk pemberian
suspensi atau serbuk yang
secara suntikan atau
harus dilarutkan atau
implantasi kulit atau lapisan
disuspensikan terlebih dahulu
luar yang lain, diberikan
sebelum digunakan, yang
langsung kedalam cairan
disuntikkan dengan cara
tubuh atau organ, salah satu
merobek jaringan kedalam
contoh sediaan parenteral
kulit atau melalui kulit atau
adalah injeksi.
selaput lendir.
Jenis Sediaan Parenteral

1. Sediaan parenteral dalam volume kecil (sediaan


parenteral dalam volume kecil diartikan sebagai obat
steril yang dikemas dalam wadah di bawah 100ml)
2. Sediaan parenteral dalam volume besar (sediaan cair
steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah
100ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia)
Keuntungan dan kerugian sediaan
parenteral

Keuntungan Kerugian
1. Respon biologisnya dapat 1. Pemberian dapat diberikan oleh
diperoleh dengan cepat personal yang telah terlatih dan
2. Pemberian secara parenteral membutuhkan waktu yang lama
diperlukan untuk obat-obat yang dalam pemberian
tidak efektif bila diberikan secara 2. Dibutuhkan secara aseptik yang
oral ketat dan menimbulkan sedikit
3. Sediaan parenteral dapat diberikan rasa sakit
kepada pasien yang tidak sadarkan 3. Obat yang sudah diberikan akan
diri dan tidak dapat menerima obat sulit dihilangkan efek
secara oral fisiologisnya
4. Pemberian secara parenteral dapat 4. Masalah lain dapat timbul pada
dikontrol oleh dokter pemberian obat secara parenteral
5. Pemberian secara parenteral dapat dan interaksi obat secara
memberikan efek local bila parenteral seperti septisema,
diinginkan seperti dalam dentistry infeksi jamur, inkompabilitas
dan anestesi. karena pencampuran sediaan
parenteral dan interaksi obat.
5. Harga nya lebih mahal
Rute pemberian sediaan parenteral
1. Pemberian subkutan, pemberiannya nya persis dibawah kulit yaitu lapisan lemak
(lipoid).
2. Pemberian intramuskular, diantara jaringan otot
3. Pemberian intravena, penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk
mendapatkan efek segera
4. Pemberian intrathekal-intraspinal, penyuntikan langsung ke dalam cairam
serebrospinal pada beberapa tempat.
5. Intraperitonial, penyuntikan langsung kedalam rongga perut, dimana obat secraa cepat
diabsorpsi
6. Intradermal, penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian
lebih kecil, kemudian absorpsi nya lambat
7. Intratekal (sumsum tulang belakang),
Komposisi sediaan parenteral

1) Bahan aktif
2) Bahan tambahan (antioksidan, bahan
pengawet, buffer, bahan pengkhelat, gas inert,
kosolven, surfaktan, bahan pengisotonis,
bahan pelindung, bahan penyerbuk).
3) Bahan pembawa :
a) Pembawa air (pelarut bercampur air : gliserin, etil
alkohol, propilen glikol, polietilenglikol 300)
b) Pembawa non air dan campuran (minyak nabati :
minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kacang,
minyak wijen)
1. Jurnal 1
Kurkumin, merupakan senyawa fenolik alami yang diisolasi dari rimpang dari
tumbuhan Curcuma longa Linn (Kunyit), famili Zingiberaceae, yang telah
digunakan ribuan tahun secara luas sebagai obat herbal diberbagai negara di Asia.
Curcuminoid yang disebut juga diferuloylmethane adalah komponen utama dari
Curcumin (77 wt%), juga kedua kurkuminoid lainnya yaitu demethoxy curcumin
(17 wt%) dan bisdemethoxy curcumin (3 wt%).
Ada 3 rute pemberian yaitu melalui :
 Pengobatan terhadap penyakit memerlukan rute pemberian yang tepat untuk
memaksimalkan efek terapinya. Andrografolida sendiri perlu diformulasikan
dalam sediaan injeksi intravena untuk memaksimalkan efeknya.
 Formulasi adrografolida yang diinjeksikan secara intramuskular telah diteliti
oleh Hu et al., (2016) dengan tujuan untuk mengatasi rasa pahit dari
adrografolida dan meningkatkan tingkat kepatuhan pemakaian obat pasien
 Penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman et al., (2010) bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian secara subkutan aktivitas antinosiseptif dan
antiedematogenik adrografolida yang diberikan kepada hewan uji secara
subkutan
 Jurnal 2
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
untuk sediaan parenteral, seperti syarat isohidris, steril, bebas pirogen, dan
isotonis Hal ini dikarenakan, pemberiaan sediaan ini langsung diinjeksikan
melalui pembuluh darah. Zat pengisotonis yang digunakan pun tidak hanya
NaCl, namun dapat pula digunakan dextrose. Tetapi karena sediaan yang dibuat
kali ini hanya berisi elektrolit, maka bahan pengisotonis yang digunakan hanya
NaCl.
Selain isotonis, sediaan juga harus bersifat isohidri, yaitu pH sediaan
harus sama atau paling tidak mendekati pH fisiologis tubuh, yaitu 6,8 – 7,4. Hal
ini dimaksudkan agar sediaan tidak menyebabkan phlebesetis (inflamasi pada
pembuluh darah) dan throbosis (timbulnya gumpalan darah yang dapat
menyumbat pembuluh darah). Selain itu, tujuan dari pengaturan pH ini adalah
agar sediaan yang dibuat tetap stabil pada penyimpanan.
Formulasi

No Bahan Jumlah (mg)

1. Furosemid 10

2. Sodium klorida 1,4

3. Water of injection 1 ml
 Jurnal 3
Pemberian cairan infus intravena (parenteral) merupakan pemberian
cairan dan elektrolit kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan
rumatannya karena tidak dapat dilakukan pemberian secara oral atau
untuk memberikan cairan pengganti secara cepat akibat kehilangan
cairan. Pemberian cairan intravena juga merupakan tindakan yang
sering dilakukan pada kondisi gawat darurat yang sangat menentukan
keselataman hidup pasien (life saving), seperti pendarahan hebat, diare
berat dan luka bakar. Selain untuk pemberian cairan dan elektrolit, jalur
untuk memasukkan obat dan nutrisi.
Formulasi
Bahan Jumlah

Dexamethason Nasulfat 0,5 mg

Na2EDTA 0,1%

Benzyl alkohol 0,5%

Aqua pro injeksi ad 500 ml


KESIMPULAN

Jurnal 1
Kurkumin merupakan senyawa
aktif yang ulasan pembahasan Jurnal 2
pengembangannya dapat furosemida diberikan sebagai
diberikan melalui intravena tambahan dalam infus
(IV), intramuscular (IM), elektrolit
subkutan (SC), dan Intradermal
(ID).

Jurnal 3
Infus dexamethason Na sulfat
dapat diberikan tanpa
diencerkan atau dapat
ditambahkan dengan glukosa
intravena atau normal salin
dan diberikan melalui infus,
untuk IV digunakan 24mg/ml
dan im digunakan 4 mg/ml
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
(Pengembangan Formulasi Sediaan Dengan
Bahan Obat Yang Memiliki Kelarutan
Rendah)

Dosen : Nurul Akhatik,S.Farm., M.Si, Apt

Kelompok 2

Maria Sintia Manek (21340106)


Millailatin Nispi (21340126)
Desi Saputri (21340128)
Lotinoris Cardo (21340132)
Cenda Wirdatul Janna (21340144)
01 03
NiFEDIPIN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KELARUTAN

02 04
KELARUTAN METODE UNTUK MENINGKATKAN
KELARUTAN
NIFEDIPIN
Dimetil1,4-dihidro-2,6 dimetil-4-(o-nitrofenil)-3,5-piridinadikarboksilat

Nifedipin adalah salah satu obat antihipertensi kelompok antagonis kalsium yang
bekerja dengan memblok kanal Ca2+. Nifedipin termasuk golongan BCS
(Biopharmaceutical Classification System) tipe II dan mengalami first pass
metabolisme di hati dan di usus. Nifedipin secara luas digunakan dalam pengobatan
angina pectoris, asma, dan hipertensi, yang memerlukan respon segera dalam
mengelola penyakit. BCS memasukkan Nifedipin pada kelas 2 dikarenakan
kelarutannya rendah dan permeabilitas baik.
KELARUTAN

Menurut Farmakope Indonesia edisi 3 kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut,
kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat
cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.

Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut,
temperature, pH larutan, dan tekanan untuk jumlah yang lebih kecil.
Kelarutan dari suatu obat akan mempengaruhi bioavailabilitas obat itu sendiri. Obat yang
memiliki kelarutan rendah akan memperlambat laju disolusi obat dan membatasi proses
absorpsi gastrointestinal obat karena kecepatan laju disolusi merupakan tahap penentu (rate-
limiting step) pada proses absorpsi obat tersebut. Oleh karena itu banyak dikembangkan upaya
untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi bahan obat, baik dengan modifikasi sifat-sifat
fisika bahan obat maupun dengan menambahkan bahan peningkat kelarutan sehingga
membentuk senyawa baru
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM LARUTAN
 Intensitas Pengadukan
Ketika proses pengadukan dilakukan dengan intensitas yang rendah, maka akan menyebabkan aliran yang bersifat
pasif, sedangkan apabila dilakukan pengadukan dengan intensitas yang tinggi maka akan menyebabkan system
menjadi turbulent. Hal tersebut dikarenakan kecepatan pelarut bergantung pada karakter zat padat yang digunakan.
 pH (keasaman atau kebasaan)
Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini bereaksi dengan kelompok asam dan basa kuat serta dalam
jarak pH tertentu berada pada bentuk ion yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutan elektrolit
lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
 Suhu
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena pengaruh suhu erat hubungannya dengan panas pelarutan dari zat
tersebut. Kenaikan temperatur menaikkan kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses endotermik) apabila
dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang mengatakan bahwa sistem cenderung menyesuaikan
diri sendiri dengan cara yang sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan misalnya kenaikan
temperatur. Sebaliknya jika proses pelarutan eksoterm yaitu jika panas dilepaskan, temperatur larutan dan wadah
terasa hangat bila disentuh.
 Tekanan
Pada umumnya perubahan volume larutan yang dikarenakan perubahan tekanan kecil, sehingga diperlukan tekanan
yang sangat besar untuk dapat mengubah kelarutan suatu zat (Sienko dan Plane, 1961).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM LARUTAN

 Komposisi cairan pelarut


Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan
melarut bersama (kosolvensi) dan kombinasi pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut disebut kosolven.

 Ukuran partikel
Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar
kelarutan suatu bahan obat.

 Pengaruh surfaktan
Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka kecepatan pelarutan obat tergantung jumlah dan jenis
surfaktan yang digunakan. Pada umumnya dengan adanya penambahan surfaktan dalam suatu formula akan
menambah kecepatan pelarutan bahan obatnya (Lesson dan Cartensen, 1974).

 Pembentukan kompleks
Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting
dalam beberapa kompleks logam. Salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kompleks molekular adalah
persyaratan ruang. Pembentukan kompleks sekarang banyak dijumpai pengunaannya untuk perbaikan kelarutan.
Metode – Metode yang Digunakan Untuk
Meningkatkan Kelarutan

 Modifikasi Kimia
Kelarutan dapat ditingkatkan dengan modifikasi kimia, contohnya seperti kelarutan zat cair, yang dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan jumlah gugus polar dari suatu molekul ini dapat dicapai dengan pembentukan garam.
 Penekanan Setempat (Kneading)
Metode kneading merupakan metode kompleksasi. Keuntungan dari metode ini adalah jumlah air atau pelarut yang
digunakan sedikit, prosesnya sederhana, mudah dilakukan, dan biaya produksinya murah. Kerugian metode kneading
adalah mrembutuuhkan waktu yang lama untuk mengeringkan kompleks inklusi yang terbentuk. Dalam skala
laboratorium kneading dapat dibuat dengan menggunakan mortar dan alu, sedangkan pada skala industri/skala
besar dapat memanfaatkan pengekstruksi dan mesin yang lain.
 SNEDDS (Self Nanoemulsifying Drug Delivery System)
SNEDDS adalah salah satu formulasi nanopartikel berbasis minyak atau lemak. Formulasi sediaan SNEDDS akan
meningkatkan disolusi dari zat aktif dengan cara memfasilitasi pembentukan fase tersolubilisasi dan meningkatkan
transpor melalui sistem limfatik usus, serta menghindari effluks P-gp, sehingga dapat meningkatkan absorpsi dan
bioavailabilitas zat aktif dari saluran cerna.
 Metode Peleburan
Metode peleburan adalah pembuatan campuran fisik suatu obat dan pembawa yang dipanaskan langsung sampai
meleleh. Campuran yang meleleh kemudian dipadatkan dengan cepat dalam penangas es dengan pengadukan yang
kuat. Massa yang telah berbentuk padat kemudian ditumbuk dan diayak.
A. Formulasi Orally Disintegrating Tablet ( ODT) Pembentukan Komplek
Inklusi Nidefedipin-β-siklodekstrin dengan Metode Kneading
Nifedipin adalah obat golongan
calcium cannel bloker yang Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pembentukan komplek inklusi nidefedipin- β -
digunakan untuk terapi angina siklodekstrin dapat meningkatkan kelarutan dan menutupi rasa pahit. Kombinasi
superdisentegrant Ac-Di-sol-Crosspovidon akan mempercepat waktu disentegrasi dan
vektoris dan hipertensi. disolusi, serta memperbaiki rasa ODT nipedifin (Purnamasari et al., 2019).
Nifedipin memiliki kelarutan
dan bioavailabilitas yang B. Optimasi Formula Nanoemulsi Nifedivin dengan Metode Self-Nanoemulsifying
rendah. Berdasarkan Drug Delivery System (SNEDDS)

penggolangan Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan nifedipin adalah dengan membuat formulasi
Biopharmaceutical nanoemulsi nifedipin. Penelitian yang dulakukan oleh Aisy et al (2021) bertujuan untuk
memperoleh nanoemulsi nifedipin yang optimal menggunakan metode Self-
Classification System (BCS), Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). Uji stabilitas termodinamika dan uji
yang mana nifedipin ini stabilitas on going menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik.
termasuk ke dalam golongan
kelas 2. Ada beberapa metode C. Pembuatan Dispersi Padat Nifedipin dengan Poloxamer 188 menggunakan Metode
Peleburan
yang dapat digunakan dalam Dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan bioavaibilitas senyawa yang sukar larut
pengembangan formulasi dalam air dan memformulasi serta mengkarakteristik dispersi padat nifedipin-poloxamer
sedian dari nifedipin yang 188 yang dibuat dengan metode peleburan. Serbuk sistem dispersi padat dapat
memperbaiki sifat-sifat fisikokimia nifedipin. Penggunaan poloxamer 188 dapat
memiliki kelarutan rendah meningkatkan laju disolusi nifedipin. Semakin besar konsentrasi poloxamer 188 yang
sebagai berikut. digunakan, semakin besar laju disolusi nifedipin. (Wahyuni et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisy et al. 2021. Optimasi Formula Nanoemulsi Nifedipin Dengan Metode Self-
Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). Pharmaceutical Journal Of
Indonesia 6(2): 85-95.
2. Purnamasari NAD & Pratama AS. 2019. Formulasi Orally Disintegrating Tablet
(ODT) Hasil Pembentukan Kompleks Inklusi Nifedipin-β-siklodekstrin dengan
Metode Kneading. Majalah Farmaseutik 15(1): 22-27.
3. Wahyuni et al. 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi Dispersi Padat Nifedipin
Dengan Poloxamer 188 Menggunakan Metode Peleburan. Padang: Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Padang.
TERIMAKASIH 

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai