Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Asbab Al- Nuzul Surah Al-Baqarah Ayat 132 Dan 145

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Asbab Al-Nuzul dan Al-Nasikh Waal-Mansukh

Dosen Pengampu: Ali Abdur Rohman, S.Ud., M. Ud.

Disusun Oleh :

Nahdhiyah Zahrah Hilmaya (1860301221005)

KELAS 3A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

TAHUN 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam sekaligus sebagai pedoman dalam
menjalankan dimensi kehidupan baik kehidupan dunia maupun akhirat. Kitab ini memiliki
beragam informasi, berupa kisah untuk mengambil ibrah didalamnya, berupa perintah dalam
agama beserta larangannya, konsekuensi perbuatan manusia dan sebagainya. Termasuk yang
terkandunng dalam surat Al-Baqarah ayat 135 disebutkan, bahwasanya orang non muslim
menganggap bahwa ajaran agama islam bukanlah agama yang memberi petunjuk, maka dari
itu mereka ingin mengajak kepada agamanya agar mendapatkan petunjuk. Padahal agama
islam merupakan agama yang lurus, yang condong dengan segala sesuatu bertujuan kepada
Allah, sebagai pencipta di langit maupun dibumi.
Namun demikian, bagi orang-orang non muslim, khususnya kaum yahudi dan kaum
nasrani. mereka tetap teguh dan membantah jika ada agama lain yang datang untung
memberikan petunjuk. Dari sisi kaum yahudi beranggapan bahwa kitab taurat merupakan kitab
suci pertama yang dibawa oleh Nabi Musa yang merupakan nabi terlama dan paling utama.
Begitupun dengan mereka, Kaum Nasrani yang menganggap bahwa injil adalah kitab yang
paling utama dan Nabi Isa adalah tuhannya.
Begitu juga dengan adanya perpindahan kiblat pada surat Al-Baqarah ayat 142. Semua
orang berkomentar bahkan mencemooh tentang perpindahan ini. Kiblat dipindahkan dari baitul
maqdis ke masjidil harom atau lebih tepatnya di kakbah. Mereka yang hanya bermodal
pengetahuan dangkal itu menjatuhkan berbagai dugaan yang tidak pantas terhadap Nabi
Muhammad SAW. Padahal di ayat selanjutnya diterangkan bahwa Allah lah yang memiliki
barat dan timur, atau Allah memiliki segala kuasanya dimanapun. Yang mengisyaratkan bahwa
Allah tidak hanya berada menetap di satu tempat saja, tetapi di berbagai tempat. Yang utama
adalah kesungguhan hati dalam meminta petunjuk dan upaya mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Maka dari itu, adanya makalah ini bertujuan untuk memberikan keterangan atas
kebenaran teologis dalam al -Qur’an dengan mensertakan asbab an-nuzul sebagai perangkat
memahami kandungan al-Qur’an.

2
BAB II

Bantahan Atas Klaim Orang Yahudi Dan Nasrani Tentang Agama Yang Memberi
Petunjuk

A. Surat Al-Baqarah ayat 135


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫َوقَالُ ْوا ُك ْونُ ْوا ه ُْودًا ا َ ْو نَصٰ ٰرى ت َ ْهتَد ُْوا قُ ْل بَ ْل مِ لَّةَ اِب ْٰر ٖه َم َحنِ ْيفًا َو َما َكانَ مِ نَ ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬

Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu
mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama
Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.” (Al-Baqarah [2]:135)

B. Analisis Asbabun Nuzul


‫ص َرى أَ ْه ِل‬ ْ َ‫ َوفِي ن‬،‫ب‬ ِ ‫ط‬ َ ‫صيْفِ َوأَبِي يَاس ِِر ب ِْن أ َ َخ‬ َّ ‫ب ب ِْن ْاْل َ ْش َرفِ َو َمالِكِ ب ِْن ال‬ِ ‫ُوس يَ ُهو ِد ْال َمدِينَ ِة َك ْع‬
ِ ‫ت فِي ُرؤ‬ ْ َ‫نَزَ ل‬
ُ‫ت ْال َي ُهود‬
ِ ‫ فَقَا َل‬، ‫غي ِْرهَا‬
َ ‫هللا تَع َلى مِ ْن‬ِ ‫دين‬ ِ ‫ع ُم أَنَّ َها أَ َح ُّق ِب‬ ِ ‫ص ُموا ْال ُم ْسلِمِ ينَ فِي الد‬
ُ ‫ِين ُك ٌّل ف ِْرقَ ٍة ت َْز‬ َ ‫ان َوذَلِكَ أَنَّ ُه ْم خَا‬
ِ ‫نَ ْج َر‬
‫اإل ْن ِجي ِل َو ُم َح َّم ٍد‬
ِ ‫سى َو‬ َ ‫ان َو َكف َْرتُ ِبعِي‬ ِ ‫ض ُل اْلَدْ َي‬َ ‫ب َو ِد ْينَا أ َ ْف‬ِ ُ ‫ض ُل ْال ُكت‬َ ‫ض ُل ْاْل َ ْن ِب َياءِ َو ِكت َابُنَا الت َّ ْو َراة ُ أ َ ْف‬
َ ‫سى أ َ ْف‬َ ‫نَ ِب ِينَا ُمو‬
‫ان َو َكف َْرتُ بِ ُم َح َّم ٍد‬ ِ َ‫ض ُل ْاْلَدْي‬ ِ ُ ‫ض ُل ْال ُكت‬
َ ‫ب َو ِد ْينَا أَ ْف‬ َ ‫ض ُل ْاْل َ ْنبِيَاءِ َو ِكت َابُنَا أ َ ْف‬َ ‫سى أ َ ْف‬ َ ‫ص َرى نَبِيُّنَا عِي‬ ْ َّ‫ت الن‬ ِ ‫َو ْالقُ ْر‬
ِ َ‫ َوقَال‬،‫آن‬
َ ‫آن َوقَا َل ُك َّل َواحِ ٍد مِ نَ ْالف َِريقِينَ ل ِْل ُمؤْ مِ نِينَ ُك ْونُ ْوا‬
َ َ‫ َود‬،‫علَى ِد ْينًا فَ ََل ِديْنَ إِ ََّّل ذلك‬
‫ع ْوهُ ْم إِلَى دِينِ ِه ْم‬ ِ ‫َو ْالقُ ْر‬

Bentuk redaksi asbabun nuzul pada ayat ini mengenai para pimpinan Yahudi
Madinah, yaitu Ka'ab bin al-Asyraf Malik bin as-Shaif dan Abi Yasir bin Akhthab, dan
mengenai para pimpinan Nasrani penduduk Najran. Yang demikian itu bahwa mereka
memusuhi kaum muslimin dalam persoalan agama. Masing-masing golongan menduga
bahwa agamanya merupakan agama yang paling benar dari agama Allah dari pada yang
lainnya. Orang yahudi berkata, Nabi kami adalah Musa sebagai nabi yang paling lama
dan kitab kami adalah Taurat, kitab yang paling utama. Agama kami adalah sebaik-baik
agama. Aku kafir pada Isa dan Injil, pada Muhammad dan al-Qur an. Orang Nasrani
berkata, "Nabi kami adalah Isa, sebagai nabi yang paling utama, kitab kami adalah Injil,
kitab yang paling utama, agama kami adalah agama yang paling baik. Aku ingkar pada
Muhammad dan al-Qur'an." Masing-masing dari dua golongan itu berkata pada orang-
orang mukmin. "Jadilah kamu orang yang mengikuti agama kami, karena tidak ada
agama selain itu. Biarkan mereka pada agama mereka.1

1
asbabun nuzul sebab turunya ayat-ayat Al-qur’an, Al-Wahidi an-Nisaburi, 2014, 63–64.

3
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia
berkata, "Ibnu Shuriya berkata kepada Nabi Muhammad, "Petunjuk itu adalah apa yang
kami pegang. Karena itu, ikutlah kami wahai Muhammad, niscaya engkau mendapat
petunjuk " Orang-orang Nasrani berkata seperti itu Lantas Allah menurunkan firman-
Nya, "Dan mereka berkata, ”Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani niscaya
kamu mendapat petunjuk.”2
C. Analisis Penafsiran Al-Baqarah ayat 135

‫َوقَالُ ْوا ُك ْونُ ْوا ه ُْودًا ا َ ْو نَصٰ ٰرى‬

Ayat ini dapat dinilai berhubungan dengan ayat 130 surah ini yaitu firman-Nya:
“Tidak ada yang bend kepada agama Ibrahim, melainkan orangyang memperbodoh
dirinya sendiri” yakni ketika al-Qur’an mencela mereka karena enggan mengikuti
ajaran Islam yang diwasiatkan oleh Nabi Ibrahim dan leluhur Bani Isra’il, maka
kecaman dilanjutkan oleh ayat ini dengan menjelaskan keangkuhan mereka ketika
masing-masing menyatakan bahwa hanya agama yahudi atau agama Nasrani yang
benar sedang selainnya keliru dan sesat dan karena itu masing-masing dan dengan gaya
perintah menyatakan, “jadilah penganut Yahudi. ”3

Baik golongan orang yahudi maupun orang nasrani berkata bahwa setiap yang
ingin mendapatkan petunjuk maka hendaknya untuk memeluk agama yahudi atau
nasrani. sedangkan setelah ayat tersebut dilanjutkan dengan ‫قُ ْل َب ْل مِ َّل َة اِب ْٰر ٖه َم َح ِن ْيفًا‬
menegaskan bahwa nabi muhammad menegakkan agama yang dibawa oleh nabi
ibrahim as, yang telah ada jauh sebelum nasrani dan yahudi. Agama ibrahim adalah
agama yang haniif “(lurus)” dapat dimaknai pula dengan “condong”. Bermakna lurus
bermaksud lurus menuju Allah dan condong tidak membelok selain kepada Allah.
Kemudian dilanjutkan dengan َ‫ َو َما َكانَ مِ نَ ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬bahwa ibrahim bukanlah seorang dari
golongan musyrik begitupun nabi muhammad sebagai penegak agama dari nabi
ibrahim.4

َ ‫ قُ ْل بَ ْل مِ لَّةَ إِب َْراه‬dinashab mengandung 3 hal: pertama, makna mengarah


Kata ‫ِيم‬
kepada maakna: Dan ‫ َو َقالُوا ُكونُوا هُودًا أو نصرى‬firman Allah mereka berkata: ikutilah
agama Yahudi dan Nashrani, karena mreka jika mengatakan: Jadilah orang-orang

2
Imam Suyuthi, Asbabun Nuzul (Jakarta: Qisthi Press, 2017), 33.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir_Al_Mishbah_Jilid_01_Quraish_Shiha, 2002.335.
4
Hamka, Tafsir Al Azhar Jilid 1 (jakarta: gema insani, 2015), 254–255.

4
Yahudi dan Nashrani mengikuti agama Yahudi dan Nashrani, ajaklah mereka; kemudian
mengathafnya kepada kata Al Millatu, Kalau begitu makna ayat adalah: Katakanlah,
Wahai Muhammad! Kami tidak mengikuti agama Yahudi dan Nashrani, tidak
menjadikannya agama, tetapi kami akan mengikuti agama Ibrahim yang Hanif, lalu
membuang kata nattabi’u yang kedua, dan berathaf dengan kata au kepada i'rab agama
Yahudi dan Nashrani.5
‫ َوقَالُ ْوا ُك ْونُ ْوا ه ُْودًا ا َ ْو نَصٰ ٰرى‬dalam susunan ini terdapat peringkasan secara balaghah.
Bentuk aslinya adalah ‫ قَا َل ْاليَ ُه ْودُ َوقَا َل النَصٰ ٰرى‬diringkas menjadi ‫ ُك ْونُ ْوا ه ُْودًا اَ ْو نَصٰ ٰرى‬. Dalam
mufrodat lughowiyah lafadz ‫ ا َ ْو‬untuk memerinci, hud yang berarti kaum yahudi atau
penduduk madinah. Dan nashoro adalah kaum nasrani penduduk najran, lafadz ُ‫ال ُه ْود‬
jamaknya adalah ٌ‫ هآئِد‬dan ٌ‫ تَآئِب‬yang bermakna orang yang bertaubat.
Dalam riwayat ibnu abbas “hanif “ adalah melaksanaan ibadah haji. Abu qilabah
mengatakan bahwa haniif adalah orang yang beriman secara keseluruhan. Dan qatadah
mengatakan jika hanif adalah bersyhadat (bersaksi tiada tuhan selain allah).6

BAB III

Anotasi Orang Yang Berpengetahuan Dangkal Tentang Peralihan Kiblat

A. Surat Al-Baqarah ayat 142


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
‫ِي َم ْن يَّش َۤا ُء ا ِٰلى‬
ْ ‫لِّل ْال َم ْش ِر ُق َو ْال َم ْغ ِر ُۗبُ يَ ْهد‬ َ ‫ع ْن قِ ْبلَتِ ِه ُم الَّتِ ْي كَانُ ْوا‬
ِ ّٰ ِ ‫علَ ْي َها قُ ْل‬ ِ َّ‫سفَ َه ۤا ُء مِ نَ الن‬
َ ‫اس َما َولّٰى ُه ْم‬ ُّ ‫سيَقُ ْو ُل ال‬
َ
‫ص َراطٍ ُّم ْست َ ِقي ٍْم‬
ِ

Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang
memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat)
kepadanya?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat. Dia
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan
kesiapannya untuk menerima petunjuk).” (Al-Baqarah [2]:142)

B. Analisis Asbabun Nuzul

5
Tafsir Ath-Thabari, h. 562.
6
Abdullah, Tafsir Ibn Katsir (Jakarta: pustaka imam syafi’i, 2001), 281.

5
‫ أخبرنا الحسن بن محمد بن مصعب حدثنا يحيى بن‬،‫ وأخبرنا زاهر بن أحمد‬،‫أخبرنا محمد بن أحمد بن جعفر‬
‫ المدينة‬، ‫ لما قدم رسول هللا‬: ‫ عن البراء قال‬،‫ عن أبي إسحاق‬،‫ حدثنا إسرائيل‬،‫ حدثنا عبد هللا بن رجاء‬،‫حكيم‬
7
‫ يحب أن يُوجه نحو الكعبة‬، ‫ وكان رسول هللا‬- ً ‫ أو سبعة عشر شهرا‬،ً‫فصلى نحو بيت المقدس ستة عشر شهرا‬
Ayat ini turun mengenai perubahan dan pemindahan arah kiblat. Muhammad
bin Ahmad bin Ja'far mcmberitahu kami, Zahir bin Ahmad memberitahu kami. al-Hasan
bin Muhammad bin Mush'ab memberitahu kami, Yahya bin Hakim memberitahu kami.
Yahya bin Hakirn memberitahu kami, Abdullah bin Raja'memberitahu kami, Israil
memberitahu kami, dari Abu Ishaq, dari al-Barra'. ia berkata. "Ketika Rasulullah saw.
datang di Madinah, beliau shalat rnenghadap kearah Baitul Maqdis, selanla enam belas
bulan atau tujuh belas bulan. Rasulullah saw senang berkiblat menghadap ke Ka'bah.8
Orang yahudi pernah berkata kepada Rasulullah: “kembalilah kepada kiblat
kami (baitul maqdis) agar kami beriman”. Maksud dari perkataan orang yahudi
merupakan sebuah penghinaan terhadap nabi dan agama islam. Mereka menduga
bahwa adanya perpindahan kiblat disebabkan nabi tidak suka dengan kiblat nenek
moyang dan suatu saat nabi akan kembali dan memeluk agama nenek moyang.9

C. Penafsiran Surat Al-Baqarah ayat 142


dalam rangka perpindahan kiblat dari baitul maqdis ke kakbah banyak orang
bodoh yang mempermasalahkan mengapa ada peralihan kiblat. Didalam ayat ini
disebut sufahaau, jamak dari safih yaitu orang yang berfikiran dangkal dan tidak
mempertanggung jawabkan perkataannya. Beragam persepsi tanpa adanya dasar yang
jelas dengan mudah diungkapkan. Ayat ini juga memberikan peringatan kepada nabi
muhammad bahwa sudah terbiasa ketika pemimpin atau seorang rasul membuat
perubahan baru akan banyak keributan. Perpindahan kiblat ini menyebabkan ketidak
senangan bagi orang yahudi karena, baitul maqdis merupakan kemegahan bagi mereka
dan munculnya para nabi dan rasul dari bani israil. Dengan demikian orang akan
menarik kesimpulan bawa nabi muhammad membawa risalah hanyalah sebuah tiruan
dari agama mereka. Dan ayat ini juga memberi peringatan kepada nabi muhammad
bahwa kata kata dari orang yang bodoh dan tidak bertanggung jawab tidak perlu untuk
di acuhkan.

7
‫ “أسباب النزول‬,‫عبد المنعم ممدوح رماح‬,” ‫حولية کلية أصول الدين والدعوة بالمنوفية‬, 1981, 45.
8
Al-qur’an, Al-Wahidi an-Nisaburi, 65.
9
Muhammad Hasbi As-Shidiqiy, “Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur” (2000): 225.

6
Kemudian dilanjutkan dengan ayat ُ‫لِّل ْال َم ْش ِرقُ َو ْال َم ْغ ِر ُۗب‬
ِ ّٰ ِ ‫ قُ ْل‬bahwa milik allah lah
timur dan barat. Maksutnya allah memiliki dan menempati segala penjuru yang ada
didunia, baik timur,barat, selatan dan utara. Kesimpulannya, adanya peralihan kiblat
dari baitul maqdis ke kakbah bukan berarti allah berpindah tempat, soal peralihan
tempat kiblat bukanlah soal penempatan allah di salah satu tempat tertentu. Kemudian
ِ ‫ِي َم ْن يَّش َۤا ُء ا ِٰلى‬
dilanjutkan dengan ayat ‫ص َراطٍ ُّم ْستَ ِقي ٍْم‬ ْ ‫ يَ ْهد‬maksut dari pada ayat ini adalah
adanya peralihan kiblat tidak ada perbedaan disisi allah, keduanya merupakan bumi
allah. Yang terpenting adalah tujuannya adalah tujuan hati untuk meminta petunjuk
jalan yang lurus kepada allah.10
Lafadz ‫( سيقول‬akan berkata) mengandung makna ‫( قال‬telah berkata). Dalam hal
ini, Allah menjadikan sesuatu yang 'akan ' terjadi di masa depan sebagai sesuatu yang
telah terjadi di masa lalu, guna menunjukan bahwa sesuatu itu kekal, dan bahwa mereka
akan terus menerus mengemukakan perkataan itu. Allah mengkhususkan dengan
firman-Nya: ‫ من الناس‬sebab kekurangan akal itu biasanya terjadi pada benda dan bintang
yang dimaksud dengan kata ‫( السفهاء‬kurang akal) adalah orang yang mengatakan, ‫ما ولهم‬
" Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam)? Lafadz ‫ السفهاء‬adalah bentuk jama'
yang bentuk tunggalnya adalah safiih yaitu kurang akal. Kata ini diambil dari tsaubun
safiih (baju yang tipis tenunannya). Hal ini telah dijelaskan diatas lafadz ‫ السفهاء‬untuk
mudzakar adalah untuk muannats adalah safaaih.11

banyak sekali hadits yang berkaitan dengan ayat ini, disimpulkan juga ketika
rasulullah masi berada di mekkah beliau sholat pada dua rukun, dengan posisi kakbah
dihadapkannya, tetapi beliau tetap menghadap baitul maqdis cara menghadap ke
Ka‘bah dan Baitulmakdis sekaligus dengan mengerjakan salat di sebelah selatan
Ka‘bah menghadap ke utara, karena Baitul maqdis juga terletak di utara. Setelah beliau
hijrah ke Medinah tentu tidak mungkin lagi untuk berbuat demikian, Kemudian ketika
beliau berada di madinah beliau tidak dapat menyatukan rukun tersebut, karena Ka‘bah
tidak terletak di utara kota Medinah, tidak lagi dalam satu arah dengan Baitul
maqdis.12Maka allah memperintahkan untuk menghadap baitul maqdis.13

10
Hamka, Tafsir Al Azhar Jilid 1, 272–273.
11
Imam Qurthubi, “Tafsir Al-Quthubi” (2008): 282.
12
Kementerian Agama RI, Al-Qur′an Dan Tafsirnya Jilid I (Juz 1-3), Departemen Agama RI, 2011, 122.
13
Abdullah, Tafsir Ibn Katsir, 288.

7
8
BAB IV

KESIMPULAN

Allah SWT merupakan yang maha kuasa atas segala sesuatu, tidak ada satupun
makhluk yang dapat menandinginya. Dan hanya kepada Allah meminta petunjuk dan bersujud.
Merupakan suatu kedzaliman yang besar jika menyekutukannya.
Pada surat Al-Baqarah ayat 13, merupakan keinginan orang yahudi dan nasrani agar
kita memeluk agamanya dan mendapatkan petunjuk sebagai jaminannya. Padahal yang
dimakud disini adalah agama yang lurus yang tidak menyekutukan Allah bukannya justru
merasa agama masing masing dari mereka merupakan agama yang paling benar. Setelah
menganggap yang paling benar mereka berusaha mendorong untuk mengikuti agamanya. Ayat
ini merupakan sebuah bantahan atas klaim orang yahudi dan orang nasrani.
Mereka beranggap yang demikian karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki, seperti
dalam Surat Al-Baqarah ayat 145. Mereka mencemooh perpindahan kiblat, dari baitul maqdis
ke masjidil haram (kakbah) padahal Allah memiliki maksud lain, bahwa Allah tidak hanya
dalam satu tempat dan menetap, tetapi Allah berada dimana mana dan mengetahui segala
perbuatan manusia baik secara terang terangan maupun dibalik persembunyian. Dan ayat ini
juga memiliki pesan secara tersirat, tentang bukan dimana tempat kita beribadah tetapi,
seberapa dalam kita meminta petunjuk untuk menempuh jalan yang benar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Tafsir Ibn Katsir Jakarta: pustaka imam syafi’i, 2001.

Al-Wahidi an-Nisaburi, Asbabun Nuzul Sebab Turunya Ayat-Ayat Al-Qur’an, 2014.

As-Shidiqiy, Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, 2000.

Hamka, Tafsir Al Azhar Jilid 1 jakarta: gema insani, 2015.

Kementerian Agama RI, Al-Qur′an Dan Tafsirnya Jilid I (Juz 1-3), Departemen Agama

RI, 2011.

Qurthubi Imam “Tafsir Al-Quthubi” 2008: 282.

Shihab M. Quraish, Tafsir_Al_Mishbah_Jilid_01_Quraish_Shiha, 2002.

Suyuthi Imam, Asbabun Nuzul Jakarta: Qisthi Press, 2017.

Tafsir Ath-Thabari jilid 2, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

‫ “أسباب النزول‬,‫عبد المنعم ممدوح رماح‬,” ‫حولية کلية أصول الدين والدعوة بالمنوفية‬, 1981.

10

Anda mungkin juga menyukai