Anda di halaman 1dari 16

HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA

DALAM DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN


RAKYAT DAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT

NAMA KELOMPOK 4

I DEWA AYU DARA SURYANINGSIH (2202612011041)

LUH DEVI JULIANTARI (2202612011044)

NI KADEK IRA HANDAYANI (2202612011055)

PUTU FENDY WIRANDIKA (2202612011062)

MANAJEMEN B GIANYAR
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah mata kuliah Manajemen Pemasaran “Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara
Dan Warga Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan
Musyawarah Untuk Mufakat” ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca mengerti.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gianyar, 1 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 5
1.1 Demokrasi yang Bersumbu Pada Musyawarah untuk Mufakat ................................................. 5
1.2 Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara ....................... 6
1.3 Alasan Mengapa Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Indonesia................................................................................................................................................ 7
1.4 Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara Indonesia .................................................................................................................................. 8
1.5 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan Hak
Negara dan Warga Negara................................................................................................................... 9
1.6 Literasi Demokrasi Terhadap Harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara ......................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN .......................................................................................................................... 14
B. SARAN......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari orang-orang terdahulu yang
memiliki nilai nasionalis patriotris dan sebagainya yang terpatri dalam setiap jiwa warga
negaranya, Nilai- nilai tersebut semakin lama semakin hilang dari diri seseorang dalam
suatu bangsa. Oleh karna itu, kita perlu pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai
tersebut, agar terus menyatu dalam setiap warga Negara dan setiap warga Negara tau hak
dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai
hak dan kewajiban suatu warga Negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan karna betapa
penting nya nilai pendidikan ini sudah diterapkan sejak usia dini di setiap jenjang
pendidikan mulai dari yang paling dini hingga diperguruan tinggi agar dapat menghasilkan
penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan
bernegara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja demokrasi yang bersumbu pada musyawarah untuk mufakat?
2. Bagaimana konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara?
3. Alasan mengapa diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara
Indonesia?
4. Apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik tentang harmoni kewajiban dan hak
negara dan warga negara Indonesia?
5. Bagaimana cara membangun argument tentang dinamika dan tantangan harmoni
kewajiban dan hak negara dan warga negara?
6. Literasi demokrasi terhadap harmoni kewajiban dan hak warga negara?

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Demokrasi yang Bersumbu Pada Musyawarah untuk Mufakat


Dalam demokrasi yang bersumbu pada musyawarah untuk mufakat, terdapat
hubungan harmonis antara kewajiban dan hak negara serta warga negara. Berikut beberapa
poin yang menjelaskan harmoni ini:
1. Kewajiban Negara:
a. Melindungi Hak-Hak Warga: Negara memiliki kewajiban utama untuk melindungi
hak-hak dasar warga negara, seperti hak atas kehidupan, kebebasan berpendapat,
dan hak atas keadilan.
b. Menyediakan Pelayanan Publik: Negara juga harus menyediakan layanan publik
yang diperlukan oleh masyarakat, seperti pendidikan, perawatan kesehatan, dan
infrastruktur dasar.
2. Hak Warga Negara:
a. Partisipasi dalam Musyawarah: Warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam proses musyawarah dan pembuatan keputusan politik. Mereka dapat
memberikan suara dalam pemilihan, mengeluarkan pendapat, dan berserikat.
b. Mendapatkan Perlindungan Hukum: Warga negara memiliki hak atas perlindungan
hukum yang adil dan setara di bawah hukum. Mereka juga memiliki hak untuk
mendapatkan keadilan dalam sistem peradilan.
c. Harmoni dalam Musyawarah: Demokrasi yang bersumbu pada musyawarah untuk
mufakat menciptakan platform di mana negara dan warga negara dapat
berpartisipasi dalam dialog terbuka. Ini memungkinkan pembuatan keputusan yang
lebih inklusif dan mempertimbangkan berbagai pandangan.
d. Pemenuhan Kewajiban sebagai Syarat Hak: Dalam konteks demokrasi, pemenuhan
kewajiban, seperti membayar pajak, ikut serta dalam pemilihan, dan menghormati
hukum, sering menjadi syarat untuk mendapatkan hak-hak seperti hak memilih dan
hak berpartisipasi dalam proses politik.
Dalam demokrasi yang bersumbu pada musyawarah untuk mufakat, harmoni antara
kewajiban negara dan hak warga negara adalah esensial untuk mencapai sistem yang adil,

5
inklusif, dan berdasarkan keputusan kolektif. Kewajiban negara untuk melindungi hak-hak
warga harus sejalan dengan hak warga negara untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan politik dan memengaruhi arah pemerintahan mereka.

1.2 Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Sebagai warga negara, bentuk keterikatan kita terhadap negara adalah adanya hak
dan kewajiban secara timbal balik. Warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara. Di
Indonesia, pengaturan hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD NRI 1945. Hak
dan kewajiban warga negara di Indonesia yang berdasar pada ide kedaulatan rakyat yang
bersumber pada sila IV Pancasila.
Dalam tradisi budaya Indonesia semenjak dahulu kita lebih mengenal konsep
kewajiban dibandingkan konsep hak.Perjuangan melawan imperialisme adalah bukti nyata
bahwa sejarah kebudayaan kita tidak hanya berkutat pada ranah kewajiban .Akibatnya
tumbuhlah mentalitas yang gemar menuntut hak dan jika perlu dilakukan dengan berbagai
cara termasuk dengan kekerasan, akan tetapi ketika dituntut untuk menunaikan kewajiban
malah tidak mau “strong sense of entitlement” .Hak adalah kuasa untuk menerima atau
melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak
dapat oleh pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya
dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Hak dan kewajiban merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam UUD NRI
1945, contoh :
• Hak warga negara mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal
27 Ayat 2, UUD 1945). Atas dasar hak ini, negara berkewajiban memberi
pekerjaan dan penghidupan bagi warga negara. Untuk merealisasikan
pemenuhan hak warga negara tersebut, pemerintah tiap tahun membuka
lowongan pekerjaan di berbagai bidang dan memberi subsidi kepada rakyat.
• Kewajiban warga negara terpenting saat ini adalah kewajiban membayar
pajak (Pasal 23A, UUD 1945). Dengan masuknya pendapatan pajak dari
6
warga negara maka pemerintah negara juga akan mampu memenuhi hak
warga negara yakni hak mendapatkan penghidupan yang layak.

1.3 Alasan Mengapa Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara Indonesia
Harmoni antara kewajiban dan hak negara dan warga negara sangat penting dalam
sebuah masyarakat yang berfungsi baik. Berikut adalah beberapa alasan mengapa harmoni
ini diperlukan:
1. Keseimbangan kekuasaan: Kewajiban dan hak yang seimbang membantu
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah. Hak-hak individu
memberikan perlindungan terhadap pelanggaran hak oleh negara, sementara
kewajiban warga negara memastikan adanya keteraturan dan kepatuhan terhadap
hukum.
2. Pembentukan masyarakat yang adil: Harmoni antara kewajiban dan hak membantu
menciptakan masyarakat yang adil dan setara. Hak-hak individu seperti hak atas
kebebasan berpendapat, beragama, dan perlindungan hukum merupakan prinsip-
prinsip dasar keadilan.
3. Mempertahankan keamanan dan ketertiban: Kewajiban warga negara untuk patuh
pada hukum dan berkontribusi dalam menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat adalah kunci untuk mencegah anarki dan konflik internal.
4. Pembangunan sosial dan ekonomi: Hak-hak seperti hak atas pendidikan,
kesehatan, dan pekerjaan adalah fondasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi
yang berkelanjutan. Kewajiban negara untuk memberikan akses dan pelayanan
yang adil dan merata membantu mencapai tujuan ini.
5. Kepatuhan terhadap hak asasi manusia: Harmoni antara kewajiban dan hak
menciptakan landasan bagi penghormatan terhadap hak asasi manusia. Negara
harus melindungi hak-hak individu dan tidak melanggar prinsip-prinsip hak asasi
manusia.
6. Mempertahankan stabilitas politik: Ketidakseimbangan antara kewajiban dan hak
bisa mengakibatkan ketegangan politik dan konflik sosial. Harmoni ini membantu

7
menjaga stabilitas politik yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat.
Dengan menjaga harmoni antara kewajiban dan hak negara dan warga negara,
sebuah masyarakat dapat mencapai tujuan-tujuan seperti keadilan, keamanan, dan
pembangunan yang berkelanjutan. Ini adalah aspek kunci dalam menjaga keseimbangan
antara kekuasaan pemerintah dan hak-hak individu dalam sebuah negara demokratis.

1.4 Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Harmoni Kewajiban dan Hak Negara
dan Warga Negara Indonesia
1. Sumber Historis
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia Barat
(Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, yang pertama kali
merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik.
2. Sumber Sosiologis
Akhir-akhir ini kita menyaksikan berbagai gejolak dalam masyarakat yang sangat
memprihatinkan, yakni munculnya karakter buruk yang ditandai kondisi kehidupan
sosial budaya kita yang berubah sedemikian drastis dan fantastis.Pertama, suatu
kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur kekuasaan
“otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi yang kita
peroleh melainkan oligarki di mana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit,
sementara sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan
(wewenang, uang, hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya).Sifatnya pun bukan
vertikal antara kelas atas dengan kelas bawah tetapi justru lebih sering horizontal,
antarsesama rakyat kecil, sehingga konflik yang terjadi bukan konflik yang 127 PKn
MKWU 2014 korektif tetapi destruktif (bukan fungsional tetapi disfungsional),
sehingga kita menjadi sebuah bangsa yang menghancurkan dirinya sendiri (self
destroying nation).Ciri lain dari konflik yang terjadi di Indonesia adalah bukan hanya
yang bersifat terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih berbahaya lagi adalah
konflik yang tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan.

8
3. Sumber Politik
Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan
warganegara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi
pada era reformasi.Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal
yang menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan
membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup,
berpotensi tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang
diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara
bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yakni (1) Perubahan Pertama,
pada Sidang Umum MPR 1999; (2) Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR
2000; (3) Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001; dan (4) Perubahan
Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

1.5 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan
Hak Negara dan Warga Negara
Aturan dasar ihwal kewajiban dan hak negara dan warganegara setelah Perubahan
UUD NRI 1945 mengalami dinamika yang luar biasa. Berikut disajikan bentuk-bentuk
perubahan aturan dasar dalam UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah Amandemen tersebut.
1. Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi

Ketentuan mengenai hak warga negara di bidang pendidikan semula diatur


dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945. Setelah perubahan UUD NRI 1945,
ketentuannya tetap diatur dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945, namun dengan
perubahan. Perhatikanlah rumusan naskah asli dan rumusan perubahannya berikut ini.
Rumusan naskah asli: Pasal 31, (1) Tiap-tiap warga 130 PKn MKWU 2014 negara
berhak mendapatkan pengajaran. Rumusan perubahan Pasal 31, (1) Setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan.
Oleh karena budaya bangsa kita 131 PKn MKWU 2014 sebagian besar masih
berdasarkan budaya etnik tradisional, sedangkan iptek berasal dari perkembangan
budaya asing yang lebih maju, maka apabila pertumbuhan budaya bangsa kita tidak

9
disiapkan akan dapat terjadi apa yang disebut kesenjangan budaya (cultural lag), yakni
keadaan kehidupan bangsa Indonesia yang bergumul dengan budaya baru yang tidak
dipahaminya.
2. Aturan Dasar Ihwal Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial

Salah satu perubahan penting untuk Pasal 33 terutama dimaksudkan untuk


melengkapi aturan yang sudah diatur sebelum perubahan UUD NRI 1945, sebagai
berikut: a. Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945: menegaskan asas kekeluargaan; b. Pasal
33 Ayat (2) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa cabangcabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara; c.
Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya harus dikuasai negara.

133 PKn MKWU 2014 Adapun ketentuan baru yang tercantum dalam Pasal 33
Ayat (4) UUD NRI 1945 menegaskan tentang prinsip-prinsip perekonomian nasional
yang perlu dicantumkan guna melengkapi ketentuan dalam Pasal 33 Ayat (1), (2), dan
(3) UUD NRI 1945.

Maka dalam Pasal 34 UUD NRI 1945 upaya memajukan kesejahteraan umum
lebih dijabarkan lagi, ke dalam fungsifungsi negara untuk:

a. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat;


b. memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu;
c. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak;
d. menyediakan fasilitas pelayanan umum yang layak.
3. Aturan Dasar Ihwal Usaha Pertahanan dan Keamaan Negara

Setelah perubahan UUD NRI Tahun 1945, ketentuan mengenai hak dan
kewajiban dalam usaha pertahanan dan keamanan negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI
1945] merupakan penerapan dari ketentuan Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI 1945.Pasal 30
Ayat (2) UUD NRI 1945 menegaskan sebagai berikut: “Usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung”.

10
Dalam perkembangannya kemudian, bersatupadunya kekuatan itu dirumuskan
dalam sebuah sistem pertahanan dan keamanan negara yang disebut sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta.Kekuatan pertahanan dan keamanan rakyat semesta
dibangun dalam tiga susunan, yakni perlawanan bersenjata, perlawanan tidak
bersenjata, dan bagian pendukung perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata.

4. Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Penghormatan terhadap hak asasi manusia pasca Amandemen UUD NRI 1945
mengalami dinamika yang luar biasa. Jika sebelumnya perihal hak-hak dasar
warganegara yang diatur dalam UUD NRI 1945 hanya berkutat pada pasal 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, dan 34, setelah Amandemen keempat UUD NRI 1945aturan dasar
mengenai hal tersebut diatur tersendiri di bawah judul Hak Asasi Manusia (HAM) . Di
samping mengatur perihal hak asasi manusia, diatur juga ihwal kewajiban asasi
manusia. Aturan dasar perihal hak asasi manusia telah diatur secara detail dalam UUD
NRI Tahun 1945. Dianutnya rezim HAM yang detail dalam UUD NRI Tahun 1945
menunjukan bahwa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa Bangsa bersunguh-
sungguh melakukan penghormatan terhadap HAM.

1.6 Literasi Demokrasi Terhadap Harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara
Perlunya literasi demokrasi terhadap harmoni kewajiban dan hak warga
negara. Dalam tradisi budaya nusantara, semenjak wilayah Nusantara diduduki
oleh kerajaan konsep kewajiban seakan menjadi landasan aksiologis interaksi antara
rakyat dan kerajaan.Begitu pula di era kolonial dan perjuangan melawan
imperialisme yang Aksi-aksi perjuangan emansipatoris itu antara lain
didokumentasikan Multatuli dalam buku Max Havelaar yang jelas lahir dari tuntutan
hak-hak (Nurwardani. et. al, 2016).
Pada akhirnya ketidakharmonisan antara kewajiban dan hak di perang
kemerdekaan hingga tercetusnya gerakan reformasi 1998 membuka peluang pada
generasi di era digital yang lebih paham terhadap tuntutan hak dari pada kewajiban.
Secara tidak langsung proses pemahaman dalam pendekatan sejarah
menumbuhkan mentalitas generasi yang gemar menuntut hak. Penuntutan hak yang
dinilai wajib dikabulkan di era demokrasi yang tidak sebanding dengan kewajiban

11
tidak jarang dilakukan dengan berbagai cara seperti vandalisme dan anarkisme.Untuk
mencari keseimbangan antara hak dan kewajiban, ada suatu kaidah emas (Golden
Rule)yang perlu diperhatikan yakni. “Berbuatlah terhadap orang lain, seperti Anda ingin
mereka berbuat terhadap Anda” (Nurwardani. et. al, 2016).
Dalam bagian Preambule naskah dikatakan bahwa terlalu mengutamakan
hak secara ekslusif dapat menimbulkan konflik, perpecahan, dan pertengkaran tanpa
akhir, di lain pihak mengabaikan tanggung jawab manusia dapat menjurus ke
chaos(Budiardjo, 2008). Tuntutan bukan hanya tentang pemenuhan hak-hak individu
(individual rights) dan kelompok masyarakat (collective rights), melainkan juga
kewajiban untuk mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong) dalam rangka
kemaslahatan dan kebahagiaan hidup bangsa secara keseluruhan (Latif, 2011).
Sehingga dibutuhkan satu pandangan bahwa Indonesia baru harus dibangun dari
hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan masa lalu. Inti dari cita-
cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis yang mampu
mengharmonikan kewajiban dan hak negara dan warga negara.
Perlunya literasi demokrasi terhadap praktik demokrasi yang bersumber
dari Pancasila dan berlandaskan UUD NRI 1945. Sebagai demokrasi yang berakar
pada budaya bangsa, kehidupan demokratis yang kita kembangkan harus mengacu
pada landasan idiil Pancasila dan landasan konstitusional UD NRI Tahun 1945.
Berikutini konsep “Sepuluh Pilar Demokrasi Pancasila” yang dipesankan oleh para
pembentuk negara RI, sebagaimana diletakkan di dalam UUD NRI Tahun 1945 yang
dijabarkan sebagai berikut;
1) Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Demokrasi dengan Kecerdasan;
3) Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat;
4) Demokrasi dengan Rule of Law;
5) Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan;
6) Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia;
7) Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka;
8) Demokrasi dengan Otonomi Daerah;
9) Demokrasi dengan Kemakmuran;

12
10) Demokrasi yang Berkeadilan Sosial

(Nurwardani. et. al, 2016).Melalui literasi kajian Pancasila dan UUD NRI
1945 sebagai sumber praktik demokrasi bangsa diharapkan terbentuknya generasi
yang paham akan hakikat demokrasi yang bermartabat.Memberikan pembedaan antara
terhadap ajaran demokrasi barat dan demokrasi Indonesia yang dibingkai oleh etika,
dilandasi konstitusi, dan bersumber dari ideologi Pancasila.

13
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demokrasi tidak membatasi peran masyarakat, namun hukumlah yang
membatasi peran masyarakat dalam sistem demokrasi. Maka dibutuhkan upaya
penguatan literasi etika demokrasi diperlukan refleksi pemahaman terhadap
esensipancasila sebagai sistem etika politik demokrasi. Sehingga dibutuhkan
empatkolaborasi kajian dalam Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi. Pertama,
perlunya literasi demokrasi terhadap integrasi nasional dalam bentuk tingkah laku
(Integratif) demokrasi. Kedua, Perlunya literasi demokrasi terhadap wawasan konstitusi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, perlunya literasi demokrasi terhadap
harmoni kewajiban dan hak warga negara. Keempat, perlunya literasi demokrasi terhadap
praktik demokrasi yang bersumber dari Pancasila dan berlandaskan UUD NRI 1945.
Akhir-akhir ini kita menyaksikan berbagai gejolak dalam masyarakat yang sangat
memprihatinkan, yakni munculnya karakter buruk yang ditandai kondisi kehidupan sosial
budaya kita yang berubah sedemikian drastis dan fantastis.Pertama, suatu kenyataan yang
memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan
Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi yang kita peroleh melainkan oligarki di mana
kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat (demos)
tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi,
pendidikan, dan sebagainya).Sifatnya pun bukan vertikal antara kelas atas dengan kelas
bawah tetapi justru lebih sering horizontal, antarsesama rakyat kecil, sehingga konflik yang
terjadi bukan konflik yang 127 PKn MKWU 2014 korektif tetapi destruktif (bukan
fungsional tetapi disfungsional), sehingga kita menjadi sebuah bangsa yang
menghancurkan dirinya sendiri (self destroying nation). Ciri lain dari konflik yang terjadi
di Indonesia adalah bukan hanya yang bersifat terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih
berbahaya lagi adalah konflik yang tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan.
Sumber Politik Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara
dan warganegara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi
pada era reformasi.Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan membuka

14
peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, berpotensi
tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Aturan Dasar Ihwal Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Salah satu
perubahan penting untuk Pasal 33 terutama dimaksudkan untuk melengkapi aturan yang
sudah diatur sebelum perubahan UUD NRI 1945, sebagai berikut: a. Pasal 33 Ayat (1)
UUD NRI 1945: menegaskan asas kekeluargaan; b. Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945:
menegaskan bahwa cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara; c. Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945:
menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus
dikuasai negara.
Setelah perubahan UUD NRI Tahun 1945, ketentuan mengenai hak dan kewajiban
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945]
merupakan penerapan dari ketentuan Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI 1945.Pasal 30 Ayat (2)
UUD NRI 1945 menegaskan sebagai berikut: “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai komponen utama,
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung”.

B. SARAN
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat bermafaat bagi kita semua, serta
dapat memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sejak
dini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nuna, M., & Moonti, R. M. (2019). Kebebasan Hak Sosial-Politik Dan Partisipasi Warga Negara
Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia. Jurnal Ius Constituendum, 4(2), 110-127.

Octa Putri, S. (2017). Hak Dan Kewajiban Warga Negara.

Filah, N. (2020). Hak dan kewajiban warga negara.

16

Anda mungkin juga menyukai