Anda di halaman 1dari 4

TUHAN ADALAH ALLAH YANG KEKAL

DEBATA NA MANONGTONG
YESAYA 40 : 21-31
Pendahuluan
“Allah itu kekal” adalah Allah itu tidak ada permulaannya dan tidak ada
akhirnya, dari kekal sampai kekal. Kalau manusia mengerti bahwa bagi
segala sesuatu ada awal dan akhir, Tuhan Allah adalah yang awal dan
yang akhir. Ini berarti Allah adalah dari selama-lamanya sampai selama-
lamanya, tidak ada yang mendahului-Nya pada awal waktu yang dapat
dipikirkan oleh manusia, dan tidak ada melewati-Nya sampai pada akhir
waktu yang masuk di akal manusia. Tuhan Allah bukan sementara
(temporal), Dia yang menciptakan waktu, artinya Allah itu kekal
(eternal). Dia ada sebelum waktu ada (eternal past), Dia tetap ada setelah
waktu sudah tidak ada, setelah semuanya genap dan yang tertinggal
adalah masa kekekalan yang akan datang (eternal future).
Pembahasan
1. Tuhan memerintah di langit dan di Bumi (21-24)
Satu-satunya yang layak dipuji ialah Dia yang bertakhta di atas bulat-an
bumi. Menurut anggapan dunia kuno, bumi adalah serupa dengan
tampang raksasa yang ditutupi dengan selubung yang bundar. Di tempat
yang tertinggi dari bulatan itu Allah bersemayam. Dari situ penduduk
bumi kelihatan sekecil belalang (bnd Bil 13:33). Dalam gambar ini Allah
dilukiskan sebagai raja.
Tidak cukup memuji Allah dalam keagunganNya, hendaklah Ia dipuji
juga dalam dynamisme kreatif “Dia yang membentangkan langit seperti
kain dan memasangnya seperti kemah kediaman” (bnd 44:24; 42:5;
Mzm 104:2). Sebagaimana kemah memberikan kepada manusia suatu
ruangan, di mana ia terlindung dari angin deras, terik matahari di waktu
siang dan udara dingin di waktu malam, demikianlah langit melindungi
manusia terhadap “air yang di atasnya” dan memberikan ruangan hidup
kepadanya.
Sebagaimana kemuliaan Allah disoroti dalam karya penciptaannya pada
bait pertama firman ini, lalu dalam ketuhanannya atas bangsa-bangsa
dalam bait kedua, demikianlah juga di sini: “Dia yang membuat
pembesar-pembesar menjadi tidak ada” (sama seperti 17a). Hakim-
hakim di sini sejajar dengan pembesar-pembesar, dalam arti orang-orang
yang berkuasa dan memerintah. Mereka akan sia-sia (akan menjadi
kesia-siaan). Bilamana Allah yang maha besar menghardik mereka, Dia
akan membuat mereka menjadi tidak ada apa-apanya. Ia merendahkan
dan menjinakkan mereka, dan membuat mereka hampa sia-sia, tidak
dianggap, juga tidak ditakuti dan dicintai. Ia membuat mereka sama
sekali tidak berdaya menghadapi penghakiman-penghakiman-Nya.
TUHAN menyatakan diri sebagai Dia yang layak dipuji. Orang yang
terbuang harus mengerti bahwa mereka hanya dapat hidup sebagai umat
Tuhan dengan memuji-muji Dia.

2. Tuhan tidak sama dengan siapapun (25-26)


“Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti
dia?”. Pertanyaan yang tadi diucapkan nabi (ay 18, bnd. 12-14), kini
diutarakan oleh Allah sendiri jawaban azasi dan diberikan-Nya sendiri
juga dalam nats lain: “Tidak ada Allah selain dari pada Ku” di sini
ketuhanan Allah atas kuasa-kuasa ilahi, yang diutamakan di Babel,
didahulukan. Ketunggalan Allah, ditunjukkan dengan gelar yang
diberikan kepadaNya: “Yang Mahakudus”.
Di sini terkandung perbedaan Allah dari siapapun juga dan ketuhanan-
Nya atas segala sesuatu: “Kudus, kudus, kudus TUHAN semesta alam
(har-fiah: “Yahwe Zebaoth”), seluruh bumi penuh kemuliaanNya” (Yes
6:3).
Kemuliaan itu tak akan la berikan kepada yang lain (42:8). Karena
TUHAN kudus, maka umatNya tak dapat berhubungan dengan dewa-
dewa, roh-roh orang mati dan ahli sihir manapun juga, melainkan
haruslah hidup kudus bagiNya.
Langit, tempat mahakudus bagi orang-orang Babel, tentara sorga yakni
bintang-bintang, menentukan kehidupan mereka di dunia ini, sehingga
orang-orang Babel tidak berani melaksanakan apa saja kecuali jika
bintang-bintang itu mengizinkannya. Ahli-ahli ilmu bintang memeriksa,
apakah waktunya tepat untuk berperang atau bepergian, untuk menikah
atau untuk memulai sesuatu usaha, dan seterusnya. Apa yang kita lihat
mengenai ciptaan seharusnya menuntun kita kepada Sang Penciptanya.
Karene itu, sang nabi di sini mengarahkan kita untuk memanfaatkan akal
serta alat-alat indra kita, dan menimbang siapa yang menciptakan benda-
benda itu, lalu memberi hormat kepada Sang Pencipta. Berilah
kemuliaan kepada-Nya oleh karena kedaulatan-Nya atas segenap tentara
langit itu.
3. Tuhan menguatkan orang-orang yang berharap kepada-Nya (27-
31)
Tuhan berkenan kepada manusia yang lemah. Mereka yang telah
kehabisan tenaga dan lelah, mereka yang tidak berdaya lagi, mereka
yang tidak ada kuasanya akan diberi kekuatan, bahkan semangat,
sehingga “mereka berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan dan tidak
menjadi lelah”. Ia akan menolong orang yang mau membantu dirinya
sendiri dengan bergantung kepada-Nya dengan rendah hati. Mereka
yang mengandalkan diri sendiri akan lelah lesu dalam pergumulan
mereka. Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN, yang sadar
akan kewajiban mereka kepada-Nya, dan dengan iman bersandar
kepada-Nya dan berserah pada bimbingan-Nya, akan mengalami bahwa
Allah tidak akan mengecewakan mereka. Mereka akan mendapat kasih
karunia yang cukup bagi mereka. Mereka akan memakai kasih karunia
ini untuk tujuan-tujuan yang terbaik.
Renungan
Dalam kondisi pembuangan di Babel, umat Israel merasa ditinggalkan
oleh Tuhan, bahkan merasa Tuhan tidak sanggup menolong mereka.
Keadaan ini adalah bentuk keputusasaan dan kehilangan harapan. Kita
juga sering sedemikian rupa. Sakit penyakit yang diderita seseorang
sering menjadi penyebab seseorang merasa putus asa, kecewa dan
kehilangan harapan yang berlarut-larut. Padahal kehadiran penyakit
tidak pandang bulu, orang dari golongan atas atau rendah, kaya atau
miskin, terpelajar atau tidak, tua atau muda, laki-laki atau perempuan,
semuanya dapat diserang penyakit.
Baik penyakit yang bersifat sementara atau yang menahun, yang
membutuhkan proses yang lama untuk sembuh. Perlu kita ketahui bahwa
hidup bersama Tuhan bukan berarti tanpa penderitaan, tetapi orang yang
menyerahkan hidup kepada Tuhan adalah orang yang dimampukan
menghadapi penderitaan. Betapapun berat dan lelahnya kita menjalani
masa-masa sulit, Tuhan bersama kita memberikan kekuatan.
Pendampingan dan kekuatan Tuhanan hadir melalui pribadi seperti
Yesaya yang meneguhkan dan memberi semangat. Kita harus yakini,
bahwa Tuhan adalah Allah yang kekal yang selalu ada untuk suka dan
duka kita. Amin

Anda mungkin juga menyukai