Anda di halaman 1dari 49

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penerapan Metode Karyawisata

1. Pengertian Metode Karyawisata

Bertitik tolak pada pengertian metode pengajaran, yaitu suatu cara

penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka

fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar

tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar

dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran. Makin

tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin

efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar banyak sekali metode yang dapat

digunakan diantaranya yaitu metode karyawisata.

Metode karyawisata adalah suatu cara pengajaran yang dilaksanakan dengan

jalan mengajak anak didik keluar kelas untuk dapat memeperlihatkan hal-

hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran. Dan

metode karyawisata merupakan metode yang lebih menenkankan

pembinaan pada asfek psikomotorik karena dalam metode ini siswa lebih

banyak dituntut keaktifannya dalam setiap kegiatan sedangkan untuk

pembinaan asfek yang lain (kognitif dan afektif) merupakan pendorong

17
untuk tercapainya elaborasi dari teori-teori yang telah didapatkan oleh anak

didik.

Karyawisata atau sering disebut studi tour, yaitu melakukan studi

kunjungan, ke suatu tempat atau objek tertentu.

Dengan kata lain metode karyawisata yaitu suatu cara mengajar dengan

jalan guru mengajar atau membawa siswa ke suatu tempat/objek tertentu

yang ada hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah dan

sebagainya. Misalnya guru membawa siswa-siswa untuk mengunjungi

tempat-tempat, seperti: pabrik-pabrik (pabrik mobil, pabrik tenun, pabrik

tapioka), mengunjungi tempat percetakan-percetakan, tempat kebun

binatang, musium perjuangan, makam pahlawan, panti-panti asuhan,

yayasan-yayasan yatim piatu, dan lain-lain tempat yang sangat baik untuk

dikunjungi dalam rangka mengkongkretkan bahan-bahan

pengajaran/pengalaman lapangan.

Dengan karyawisata dimaksudkan agar siswa dapat menyaksikan secara

langsung, bagaimana proses pembuatan mobil itu, membuat kain dan

merancang pakaian yang indah, menyaksikan bagaimana mengelola

berbagai Mass Media sehingga menjadi bahan bacaan dan informasi yang

berharga. Demikian juga dengan mengunjungi kehidupan binatang di kebun

binatang, dan musium-musium yang memiliki nilai sejarah. Sehingga degan

kunjungan karyawisata itu siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman

langsung yang bermanfaat untuk dihayati dan dipraktekkan

18
Dalam pendidikan agama Islam, melalui metode karyawisata ini sangat

bermanfaat bagi anak didik untuk membangkitkan jiwa dan semangat agama

mereka dengan melalui kunjungan ke tempat-tempat panti asuhan anak

yatim, yang memerlukan santunan dan uluran tangan dari kaum muslim

semua.[16]

Menurut Nana (2005:87) “metode karyawisata diartikan sebagai metode

mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata

dalam arti umum. Karyawisata disini berarti kunjungan keluar kelas dalam

rangka belajar.” [17]

Menurut Zakiyah Daradjat (1996: 164-166): “ Karyawisata adalah suatu

kunjungan ke suatu tempat di luar kelas yang dilaksanakan sebgai bagian

integral dari kegiatan akademis dan terutama dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan [18].

Menurut Pupuh (2007:62) “metode karyawisata adalah metode dalam

proses belajar mengajar siswa diajak ke luar sekolah untuk meninjau

tempat-tempat tertentu, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau

memperdalam pelajarannya dengan melihat langsung.” [19]

Kemudian menurut Basyiruddin Usman (2002:53) “metode karyawisata

adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa

16
TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 84-85
17
Nana (2005:87)
18
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hal. 164-166.
19
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikna, Strategi Belajar Mangajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan konsep Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 62.

19
keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada

kaitannya dengan pokok bahasan.” [20]

Dari beberpa pengertian diatas terlihat bahwa metode karyawisata

adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan membawa siswa ke suatu

tempat atau objek di luar kelas atau objek di luar sekolah yang dilaksanakan

sebagai bagian intergral dari pengajaran dengan cara siswa mengamati

langsung objek yang akan dipelajari, sehingga mendapatkan pengalaman

belajar dengan mengadakan penelitian dan penyelidikan terhadap sumber-

sumber belajar yang nyata dibawah bimbingan guru dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan.

Uraian di atas sejalan dengan pendapat Arifin (2011:61) yang

mengatakan bahwa seluruh semesta alam ini bagaikan sebuah buku besar

yang harus dijadikan objek pengamatan dan renungan pikiran manusia

hingga memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin

berkembang dan makin mendalam [21].

2. Motivasi Penggunaan Metode Karyawisata

Menurut Zakiah Daradjat,dkk (2011: 255), motivasi karyawisata adalah:

a. Mencari keterangan tentang hal-hal tertentu

b. Melatih dan mengembangkan sikap keagamaan siswa

c. Membangkitkan minat dan perhatian

d. Mengembangkan apresiasi terhadap berbagai hasil kebudayaan

20
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 53.
21
Arifin (2011:61)

20
e. Menikmati pengalaman-pengalaman baru

3. Manfaat Penggunaan Metode Karyawisata

Menurut Zakiah Daradjat,dkk (2011: 255-256), karyawisata adalah kegitan

pendidikan yang realistis dan berguna untuk memperoleh pengalaman

langsung. Mengandung berbagai manfaat bagi siswa, diantaranya:

a. Mendorong belajar melalui pengamatan sendiri secara langsung.

b. Mengadakan pemahaman atau wawasan terhadap lingkungan keagamaan

setempat.

c. Mengintergrasikan pelajaran di kelas dengan kehidupan keagamaan yang

aktual dalam masyarakat.

d. Membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu

yang baru.

e. Mengajar bagaimana hidup bersama dalam kelompok siswa atau

masyarakat dan mengembangkan toleransi serta saling mengerti [22].

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata

Menurut TayaYusuf dan Syaiful Anwar ( 1995: 85-86), keunggulan dan

kekurangan metode karyawisata adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan

1. Siswa dapat menyaksikan secara langsung bagaimana proses

pembuatan/merakit mobil, merancang/menenun pakaian yang indah

dan bagaimana kehidupan binatang di kebun binatang yang kadang-

kadang jarang mereka lihat di kelas itu.

22
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hal. 255-256.

21
2. Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama di

lapangan dengan mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat,

menyimpulkan dan lain-lain terhadap hal-hal yang belum/kurang

dipahami.

3. Dengan melalui dua hal tersebut di atas, dimungkinkan siswa dapat

mempraktekkan hasil karyawisata/hasil kunjungannya.

4. Pengetahuan siswa menjadi integral/terpadu.

5. Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat menimbulkan

semangat baru untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.

6. Menimbulkan cakrawala pikir/harizon yang luas dan intuitif.

b. Kekurangan

Dalam pelaksanaannya metode karyawisata memiliki kekurangan dan

keterbatasan, yaitu terletak pada:

1. Dari segi perencanaan dan pelaksanaarmya, metode karyawisata ini

memakan waktu cukup lama/panjang;

2. Dilihat dari segi tenaga dan biaya, metode ini juga tampak kurang

efektif dan efisien.

3. Dapat membawa risiko perjalanan cukup besar.

4. Hasil karya wisata tidak dapat diukur/diketahui dalam waktu sesaat.

5. Karya wisata cenderung bersifat serimonial ketimbang untuk

menambah pengetahuan dan pengalaman. [23]

23
TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 85-86

22
Sedangkan menurut Armai Arief (2002:168-169), kelebihan dan kekurangan

metode karyawisata adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan-kegiatan yang

dilakukan di tempat kunjungan tersebut.

2. Siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang pernah mereka

pelajari di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang diterapkan pada

objek yang mereka kunjungi. Dalam hal ini bisa juga mendapat

pengalaman-pengalaman baru dengan ikut serta atau mencoba dan

membuktikan secara langsung dengan objeknya.

3. Siswa dapat menghayati pengalaman praktek suatu ilmu yang telah

diperolehnya di sekolah.

4. Dalam karyawisata berbagai mata pelajaran dipelajari sekaligus dan

integral dan tidak hanya terbatas pada satu mata pelajaran.

5. Dapat memberikan kepuasan terhadap keinginan anak-anak dengan

menyaksikan kenyataan-kenyataan, tata tertib masuk mesjid, lalu

lintas di jalan raya , keramaian di pasar dan sebagainya.

6. Dapat menambah pengalaman pada siswa, dan guru mempunyai

kesempatan yang baik untuk menerangkan suatu objek dengan jelas.

7. Melatih siswa bersikap lebih terbuka, objektif, dan luas pandangan

mereka terhadap dunia luar.

23
b. Kekurangan

1. Waktu yang dibutuhkan cukup panjang apalagi jika persiapan

ataupun pelaksanaan kegiatan tersebut tidak diatur dengan baik.

2. Karyawiasata akan berubah menjadi piknik karena persiapan yang

tidak matang.

3. Karyawisata membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang

besar sehingga menjadi beban siswa dan guru itu sendiri.

4. Beberapa kegiatan inti sering terabaikan karena pelaksanaan kegiatan

tidak tepat pada waktunya.

5. Metode ini akan gagal bilamana menemui objek yang kurang sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan.

6. Waktu yang tersedia tidak mencukupi dan menyita waktu pelajaran

lain.

7. Karyawisata membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang

besar sehingga menjadi beban siswa dan guru itu sendiri [24].

5. Langkah-langkah Menggunakan Metode Karyawisata

Perencanaan yang matang dan baik akan membantu atau mempermudah

seorang untuk mencapai tujuan, demikian juga halnya dengan metode

karyawisata. Kegiatan ini akan terelisasi dengan baik jika program yang

telah di rancang terlaksana sesuai dengan rencana yang ada.

24
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 168-169.

24
Menurut TayaYusuf dan Syaiful Anwar (1995: 86-87), agar metode karya

wisata dapat terlaksana dengan efektif, maka perlu diperhatikan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai secara matang.

2. Dapat mempertimbangkan segi untung rugi serta manfaat karya wisata

dilaksanakan.

3. Jika karyawisata menuju ke ternpat-tempat pabrik, ke suatu percetakan,

musium bersejarah dan ke panti asuhan. Biasanya diadakan terlebih

dahulu kontak/hubungan dengan pimpinan instansi bersangkutan, dan

menetapkan waktu pelaksanaannya.

4. Mempersiapkan segala perangkat/peralatan yang diperlukan dalam

perjalanan.

5. Bila diperlukan bentuklah tim panitia pelaksana karyawisata. Yang

bertugas mengkoordinir dan beaanggung jawab penuh terhadap

pelaksanaan karyawisata dan keamanan.

6. Membuat tata tertib yang harus ditaati, merencanakan waktu yang tepat,

rencana biaya dan sebagainya jauh-jauh hari sebelumnya.

7. Mendiskusikan hasil karyawisata, serta merumuskan follow up dan hasil

karyawisata. Misalnya dengan membuat laporan dan karangan ilmiah.

8. Perlu berhati-hati agar pelaksanaan metode ini tidak hanya merupakan

piknik belaka. [25]

25
TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 86-87

25
Sedangkan menurut Armai Arief (2002:169-171), dalam penggunaan

metode karyawisata ini ada langkah-langkah yang harus dipersiapkan agar

pelakanaan karyawisata berjalan dengan lancar,yaitu:

a. Pendahuluan :

Pada tahap ini guru harus mulai merencanakan tujuan sementara karya

wisata, kemudian mengadakan kujungan pertama(survey) untuk

memperoleh gambaran umum tentang objek yag hendak dikunjungi. Jika

hasil survey yang dilakukan baik, maka guru harus mulai menyusun

program yang antara lain:

1) Tujuan karya wisata (misalnya untuk menyumbangkan tenaga kerja,

materi atau untuk mempelajari sesuatau)

2) Pembagian objek kunjungan menjadi sub-objek disesuaikan dengan

bahan yang dibutuhkan agar pelaksanaannya lebih efisien dan efektif.

3) Pembentukan kelompok peserta.

4) Menyusun jadwal acara dengan jelas dan terperinci.

5) Penyusunan tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua peserta.

b. Pelaksanaan :

Disaat kegiatan karya wisata berlangsung, siswa harus bisa berperan aktif

sementara guru hanya bertindak sebagai pembimbing agar acara tersebut

dapat dilaksanakaan seefesien mungkin, oleh karena itu kegiatan-

kegiatan yang harus dilakukan pada point ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa aktif melaksanakan tugasnya masing-masing.

26
2. Selama siswa melaksanakan kegiatan, guru bertugas memberikan

bimbingan, pengawasan, memberikan motivasi dan mengajukan

pertanyaan.

3. Pengolahan data sementara

4. Penyusunan laporan yang dirumuskan melalui hasil-hasil pelaksanaan

acara. Dari kegiatan ini, guru dapat menilai kemajuan siswa dalam

kunjungan tersebut.

c. Penutup:

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah penutup adalah penilaian

dan tindak lanjut (follow up). Penilaian sebaiknya dilakukan oleh siswa

dengan bimbingan guru dan hal-hal yang perlu dinilai berkaitan dengan

tujuan, partisipasi, kemajuan peserta, panitia dan guru.

Setelah penilaian dilakukan perlu diadakan tindak lanjtu dari kegiatan

tersebut. Dan tahap ini guru ataupun murid bisa merencanakan

pelaksanaan pameran tentang hasil karya wisata. Hal ini yang perlu

dikerjakan dalam tahap ini ialah memberikan upacara terimakasih pada

pihak-pihak yag ikut berpartisipasi dalam acara tersebut [26].

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi dan Motivasi Belajar

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga

tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.


26
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 169-171.

27
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arifin, (2011:68) bahwa Tuhan

mendorong manusia untuk berpikir analitis dan sintesis melalui proses

berpikir induktif dan deduktif [27].

Berdasarkan uraian di atas maka Frederick J.Mc.Donald (dalam H

Nashar, 2004:39) motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam

diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan [28].

Akan tetapi menurut Clayton Aldelfer dalam H.Nashar (2004:42)

motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakuka kegiatan

belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar

sebaik mungkin [29].

Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan

kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik,

berprestasi dan kreatif Abraham Maslow (dalam H.Nashar, 2004:42)

motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang

menyebabkan seseorang atau individu untuk bertindak atau mencapai

tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa

yang menimbulkan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar

mengajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek itu dapat tercapai.

Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa

untuk belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk


27
Arifin, (2011:68)
28
Frederick J.Mc.Donald dalam H Nashar, (2004:39).
29
Clayton Aldelfer dalam H.Nashar (2004:42)

28
cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi

kegiatan-kegiatannya [30].

Menurut Hamzah B. Uno ( 2013: 23 ), Motivasi belajar merupakan dua

hal yang saling memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara

relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau

penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai

tujuan tertentu.

Motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus

diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga

seorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan

semangat. [31]

Dalam psikologi belajar, masalah motivasi ini selalu mendapat

perhatian khusus oleh para ahli. Karena motivasi itu sendiri merupakan

gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat

sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif.

Dalam bahasa Agama istilah motif, barangkali tidak jauh artinya

dengan "niatan/niat", (Innamal 'alamalu binniat = sesung-guhnya perbuatan

itu tergantung pada niat). Jadi "niat" kira-kira searti dengan motif. Yaitu

30
Abraham Maslow dalam H.Nashar, (2004:42)
31
Hamzah B. Uno,Teori Motivasi Belajar & Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013) hal. 23

29
kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan

sesuatu.

Motif pada dasarnya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup seseorang

berupa biologis dan psikologis/kerohanian. Semakin terang kebutuhan

manusia yang diinginkan, maka semakin jelas pula motif yang

melatarbelakanginya. [32]

Demikian pula halnya motif anak didik untuk belajar adalah merupakan

kebutuhan. Akan tetapi kadang-kadang motif itu sendiri sering kurang

disadari. Oleh sebab itu peranan guru, ialah bagaimana membangkitkan

motivasi anak didik itu agar mau belajar sungguh-sungguh.

2. Bentuk – Bentuk Motivasi

Macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat

bervariasi. Dengan demikian bentuk-bentuk motivasi adalah sebagai

berikut :

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

a. Motif-motif bawaan, yaiktu motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi ini tanpa dipelajari.

b. Motif-motif yang dipelajari, maksudnya motif-motif yang timbul

karena dipelajari.

32
TayaYusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) hal. 97

30
2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti refelks, instink, otomatis,

nafsu. Sedangkan yang termasuk motif rohaniah, yaitu kemauan

3. Motivasi intrinsik dan ekstrinik

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu

diketahui bahwa siswa yang memiliki tujuan orang yang terididik,

yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-

satunya jalan untuk menuju yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa

belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan. Dorongan yang

menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang

berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan

berpengathuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri

sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar symbol dan

seremonial.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan

sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai

dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara

mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan

31
berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting.

Sebab, kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah,

dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar

mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan

motivasi ekstrinsik.

3. Ciri – Ciri Motivasi Belajar

Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu

dikemukakan adanya beberapa ciri-ciri motivasi. Motivasi yang ada pada

diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya).

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang

dewasa.

4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif).

6. Dapat mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu)

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

8. Senang mencari dan memecahkan maasalah soal-soal.

32
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu

memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan

sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet

dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa

yang belajar dengan baik tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan

mekanis. Siswa yang harus mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah

yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus

juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana

memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh

guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi

yang tepat dan optimal.

4. Indikator Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,

pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal

itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil;

(2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan;

(4) adanya penghargaan dalam belajar;

(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

33
(6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik. [33]

5. Motivasi Belajar Berdasarkan Prosesnya

Menurut TayaYusuf dan Syaiful Anwar (1995: 98), dilihat dari proses

timbulnya motivasi itu. Maka motivasi dapat dibedakan:

1. Motivasi hakiki (intrinsic)

Yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri anak didik itu sendiri. Pada

motivasi intrinsic anak belajar karena belajar itu sendiri bermanfaat bagi

dirinya. Dan bukan untuk orang lain. Misalnya anak belajar tentang cara

salat yang benar adalah untuk dirinya sendiri. Demikian halnya anak

belajar al-Quran yang benar dan dilagukannya dengan merdu dan indah

sehingga enak didengar, adalah semata-mata untuk dirinya dan beramal

dan lain-lain.

2. Motivasi extrinsic

Motivasi extrinsic timbul dan ditimbulkan karena pengaruh/dorongan

luar. Pada motivasi extrinsic anak belajar bukan karena untuk belajar itu

sendiri, akan tetapi karena mengharapkan sesuatu dibalik kegiatan belajar

itu. Misalnya anak belajar dan ingin belajar karena mengharapkan

imbalan berupa hadiah atau melakukan salat karena ingin dipuji. Pada

motivasi intrinsic, anak belajar biasanya lebih berarti dan bermakna,

karena anak merasakan bahwa belajar bagi-nya merupakan keharusan

33
Hamzah B. Uno, (2013:23)

34
dan kebutuhan. Sebaliknya pada motivasi extrinsic anak belajar bukan

karena merasa sesuatu keharusan dan kebutuhan dirinya, akan tetapi

karena ingin dipuji atau karena ingin menghindari sesuatu hukuman, dan

sebagainya. [34]

6. Teknik Motivasi Belajar

Oleh karena motif-motif anak didik itu sendiri kadang-kadang sering

kurang disadarinya, sehingga tampak anak didik malas, dan tidak semangat

untuk menerima pelajaran yang diberikan guru meskipun guru yang tadinya

telah merasa persiapan mengajarnya telah matang, namun menemui

kesulitan saat penyajian materi. Hal ini akibat tidak/kurangnya motivasi

anak didik untuk belajar. Maka guru harus dapat bagaimana cara

membangkitkan motivasi anak didik agar ia mau menerima pelajaran itu

dengan rasa senang hati dan antusias, penuh harapan dan sebagainya.

Membangkitkan motivasi anak didik itu tentulah harus diusahakan dari

pihak guru, dengan menggunakan berbagai teknik/cara yang dapat

memancing motivasi-motivasi itu sehingga ia muncul/ tertanam di dalam

diri anak. Antara lain teknik motivasi itu adalah sebagai berikut:

a. Pengajaran dihubungkan dengan minat anak didik. Minat adalah

merupakan kecenderungan dalam diri anak didik untuk tertarik pada

sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu, misalnya anak menyenangi

pelajaran: al-Quran, hadis, fiqh, akhlak, menyenangi pelajaran berhitung,

menggambar, mengarang, menyenangi pelajaran ilmu pasti (IPA),

34
TayaYusuf dan Syaiful Anwar, (1995:. 97)

35
biologi dan lain sebagainya. Dalam hal ini guru hams dapat mengarahkan

minat anak tersebut. Usaha-usaha dalam hal ini misalnya guru memiliki

bahasa yang lancar, memilih metode mengajar yang tepat, mengaktifkan

anak didik, pandai-pandai membuat selingan. Dan

memilih/menggunakan alat-alat peraga yang cocok dan menyenangkan

bagi anak didik.

b. Menyajikan pelajaran secara sistematis dan terencana. Setiap saat guru

akan mengajar, dia selalu menyiapkan pelajaran itu sedemikian rupa dan

tampil di depan kelas sebagai seorang yang selalu siap mental.

Mulai dari menyajikan bahan pelajaran, dari segi berpakaian, cara berdiri

dan berbicara yang jelas. Dan guru hams rajin menulis di papan tulis

dengan tulisan yang indah/rapi, dan menjelaskannya secara gamblang

kepada anak didik, sampai mereka paham. Adalah suatu kebiasaan yang

sangat buruk, seorang guru hanya duduk di belakang meja saja dan

menyuruh anak didiknya untuk mencatatkan/mendiktekannya di papan

tulis. Hal ini jelas akan mengurangi wibawa guru itu sendiri.

c. Menggunakan alat peraga sebagai alat bantu pengajaran dapat

membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Karena alat peraga

disamping dapat memperjelas pengertian juga dapat menarik perhatian.

d. Rangsangan berupa hadiah dan pujian bagi anak didik biasanya sifat

yang lebih disenangi daripada hukuman dan celaan. Kendatipun ada sifat

hukuman yang dapat juga membangkitkan motivasi belajar anak didik.

Misalnya hukuman yang diberikan itu dalam batas-batas wajar diberikan,

36
bagi anak yang sudah dianggap melanggar batas-batas norma pendidikan.

Dengan pertimbangan bahwa hukuman yang diberikan itu dapat

menghindari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurangan

yang dilakukannya. Jadi di sini terlihat anak didik akan berhati-hati

jangan sampai kesalahan yang sering diperbuatnya itu akan terulang

kembali.

e. Guru senantiasa peka terhadap perkembangan psikologis anak didiknya.

Dan mampu mengadakan penyesuaian diri dengan situasi anak didiknya

sehingga dapat menciptakan proses komunikasi harmoni dan akrab.

f. Guru mampu mengadakan selingan-selingan yang dapat

membangkitkan semangat dan rasa kegembiraan dalam pengajaran, yang

dapat menghindari ketegangan dan kejenuhan dari proses pengajaran.

Biasanya guru yang banyak humor lebih banyak disenangi anak didik

daripada mengajar yang monoton dan tidak ada selingan.

g. Memberi nasihat dan kisah-kisah berupa pengalaman yang baik dan

menyenangkan, menyentuh hati dan perasaan anak didik sehingga dapat

membangkitkan motivasi anak didik. Oleh sebab itu pada anak-anak

tingkat dasar mereka sangat senang dengan cerita para Nabi dan Rasul

Allah dan pengalaman orang yang sukses dalam menuju cita-cita hidup.

[35]

35
TayaYusuf dan Syaiful Anwar, (1995:. 98-100)

37
7. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan

adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi bertalian dengan suatu

tujuan.

Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi:

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang

siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu

akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya

untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan

tujuan.

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat

juga sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang

melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang

baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain,

bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

38
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat menelurkan

prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi baik instrinsik

maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat

mengembangkan aktivitas dan mengarahkan serta memelihara ketekunan

dalam melakukan kegiatan belajar.

Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, untuk itu guru

perlu mengenal siswa dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk

menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat siswa. Dalam hal

ini Sardiman (1986 : 91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk

dan cara yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan motivasi

belajar siswa di sekolah, antara lain :

(1) Memberi Angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan siswa.

Angka-angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat

kuat, tetapi juga banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin naik

kelas saja.

Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka seperti

itu belum merupakan hasil belajar yang sejati. Oleh karena itu guru

harus mencari solusi bagaimana cara memberikan angka yang terkait

dengan nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan, sehingga

39
tidak hanya nilai kognitif saja, melainkan juga keterampilan dan

apektifnya.

(2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

pekerjaan tersebut.

(3) Saingan atau Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

belajar siswa. Persaingan antar individu maupun kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

(4) Memberi Ulangan atau Tes

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada

ulangan. Yang harus diingat oleh guru jangan terlalu sering memberi

ulangan, hendaknya bila akan ulangan harus diberitahukan terlebih

dahulu.

(5) Mengetahui Hasil

Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka ada

motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan harapan

hasilnya akan terus meningkat.

(6) Pujian

40
Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian merupakan bentuk

motivasi yang positif.

(7) Hukuman

Hukuman sebagai bentuk motivasi yang negatif, tetapi kalau

diberikan secara bijak dapat menjadi alat motivasi yang baik.

(8) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan pada diri anak

didik sehingga hasilnya akan lebih baik pula.

(9) Minat

Minat muncul karena ada kebutuhan. Proses belajar akan berjalan

lancar kalau disertai minat yang kuat.

(10) Tujuan yang Diikuti

Rumusan yang diikuti dan diterima baik oleh siswa merupakan alat

motivasi yang sangat penting. Dengan memahami tujuan yang harus

dicapai, maka akan timbul gairah untuk belajar [36].

8. Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa.

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan

mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan

dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi

36
Sardiman (1986 : 91-94)

41
kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan

dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah

atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan,

dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.

b. Kemampuan siswa.

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau

kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak

untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa.

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat

mempengaruhi motivasi belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa.

Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi

lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka

semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang

mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan

teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan

puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil dan

42
memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik

tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.

9. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan motivasi belajar,

yaitu lingkungan budaya, keluarga, sekolah dan siswa itu sendiri. Motivasi

belajar bisa menurun akibat ambisi orang tua atau sistem peringkat di

sekolah. Memaksa siswa menerima beban melebihi kapasitasnya tentu saja

membuat siswa berkembang secara tidak sehat. Keinginan menciptakan

siswa ”hebat” justru bisa menghasilkan siswa yang bermasalah.

Motivasi sebagai faktor utama dalam belajar yakni berfungsi

menimbulkan, mendasari, dan menggerakan perbuatan belajar. Menurut

hasil penelitian melalui observasi langsung,bahwa kebanyakan siswa yang

besar motivasinya akan giat berusaha,tampak gagah,tidak mau menyerah,

serta giat membaca untuk meningkatkan hasil belajar serta memecahkan

masalah yang dihadapinya. Sebaliknya mereka yang memiliki motivasi

rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju

pada pembelajaran yang akibatnya siswa akan mengalami kesulitan

belajar.

Motivasi menggerakan individu, mengarahkan tindakan serta memilih

tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan idividu.

Mempelajari motivasi maka akan ditemukan mengaapa individu berbuat

sesuatu karaena motivasi individu yidak dapat diamati secara langsung,

sedangkan yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi itu dalam

43
bentuk tingkah laku yang nampak pada individu setidaknya akan menjadi

mendekati kebenaran apa yang menjadi motivasi individu bersangkutan.

10. Strategi Motivasi Belajar

Menurut Catharina Tri Ani (2006:186-187) ada beberapa strategi motivasi

dalam belajar antara lain sebagai berikut:

1) Membangkitkan minat belajar

Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan

Karena tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat

bermanfaat bagi mereka.Cara lain yang dapat diberikan adalah

memberikan pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang

akan dipelajari

2) Mendorong rasa ingin tahu

Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk

membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu siswa didalam kegiatan

pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus,diskoveri

inkuiri,diskusi,curah pendapat dan sejenisnya, merupakan beberapa

metode yang dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu

siswa.

3) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik

Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan

materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode

penyajian.

4) Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar

44
Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras

untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan

oleh dirinya sendiri dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang

lain.

11. Beberapa Cara Agar Siswa Mempunyai Motivasi Belajar

1) Menerima siswa apa adanya. Siswa adalah seorang manusia yang

masih muda dan perlu dibimbing guna menjadi manusia dewasa.

Tiap siswa mempunyai karakter dan bakat yang berbeda. Oleh

karena itu, tiap siswa merupakan pribadi yang unik, yang

membuatnya berbeda dengan lainnya. Guru harus menerima setiap

siswa sebagaimana adanya, dengan segala kekurangan dan

kelebihannya. Hal ini akan membentuk rasa harga diri yang tinggi

dalam diri siswa. Guru juga perlu menemukan sesuatu (bakat atau

kelebihan) dalam diri siswa yang bisa membuatnya merasa penting.

2) Menciptakan rasa aman dan menyenangkan bagi siswa untuk

mengeksplorasi serta mengekspresikan seluruh potensinya. Siswa

adalah makhluk yang memiliki rasa ingin tahu. Untuk memenuhi

rasa ingin tahunya, ia akan mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya.

Proses belajar berjalan lancar manakala siswa dapat menguji

kemampuannya dan mencoba pengalaman baru, atau bahkan

membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang dapat

menyinggung perasaan mereka. Rasa aman juga datang dari sikap

yang disiplin dan konsisten. Dengan keteraturan, siswa akan merasa

45
pasti mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.

Ketidakpastian akan menimbulkan keraguan dan ketakutan berbuat

salah, yang menyebabkan hilangnya motivasi. Disiplin yang baik

dan tidak kaku harus diterapkan oleh guru dan orang tua, karena

tujuan disiplin adalah menolong siswa guna menjadi individu yang

independen, mandiri, dan dapat menentukan peran mereka sendiri.

Disiplin harus ditegakkan berdasarkan aturan yang masuk akal,

kooperatif dan tidak otoriter.

3) Kenali seluruh potensi yang dimiliki siswa. Sejak awal, ajari siswa

untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan bagi dirinya

sendiri. Tujuan yang dipilih dan ditetapkan sendiri mengandung

motivasi yang lebih kuat daripada tujuan yang ditetapkan oleh orang

lain. Apalagi tujuan atau potensi tertentu terlalu banyak ditentukan

orang lain, bisa jadi tujuan itu tidak sesuai dengan kemampuan

siswa.

4) Berkomunikasilah dengan siswa tentang apa yang ingin mereka

wujudkan dan apa saja hambatannya. Hal ini bisa dilakukan secara

terbuka antara guru, orang tua dan siswa.

Sementara itu Nasution (1986: 85) mengemukakan beberapa petunjuk

singkat dalam rangka upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa

di sekolah, antara lain:

1. Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, motif mempunyai

tujuan, makin jelas tujuan, makin kuat motivasi.

46
2. Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikan.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan, senyuman yang

menggembirakan suasana.

4. Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran. Anak-anak

ingin aktif.

5. Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.

6. Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. Sebaiknya

biarlah hasil baik dalam pekerjaan merupakan hadiah bagi anak.

7. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan

kesanggupan anak.

8. Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid.

9. Hasil buruk apalagi kalau terjadi berulang-ulang akan mematahkan

semangat.

10. Hargailah pekerjaan murid.

11. Berilah kritik dengan senyuman. Janganlah anak mendapatkan

kesan bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya kecewa atas hasil

pekerjaannya atau perbuatannya.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Banyak sekali definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli tentang

masalah belajar ini, antara lain :

Menurut O.Whittaker, belajar adalah sebagai proses dimana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

47
Menurut Cronbach, belajar adalah sebagai suatu aktivitas yang di

tunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Menurut Winkel, belajar adalah sebuah aktivitas mental atau fisikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Adapun menurut Drs.Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya

Sedangkan Mennurut Ernest R.Hilgard, belajar merupakan proses

perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulakan

perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh

lainnya.

Kemudian Lester D.Crow dan Alice Crow, belajar adalah perolehan

kebiasaan, pegetahuan dan sikap termasuk cara baru untuk melakukan

sesuatu dan upaya-upaya seseorang dalam mengatasi kendala atau

menyesuaikan situasi yang baru. Belajar menggambarkan perubahan

progresif prilaku seseorang ketika bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan yang

dihadapkan pada dirinya. Belajar memungkinkan seseorang memuaskan

perhatian atau mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas maka dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang

dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulakan perubahan tingkah laku

48
yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Dalam arti

seseorang dapat mengetahui sesuatu itu dengan belajar, jadi masalah belajar

ini sangat penting dalam kehidupan kita [37].

2. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami

tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada

diri siswa, baik yang menyangkut asfek kognitif, afektif dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar

sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K.

Brahim (2007: 39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu [38].

Ahmad Susanto (2016:5) mengemukakan bahwa: “ Secara sederhana,

yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”

Karena belajar iru sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,

biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar

adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional.”

37
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) hal. 17-18.
38
Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39)

49
Menurut Rohmalina Wahab (2015: 21) menyatakan bahwa: “Setiap

perubahan yang terjadipada seseorang itu merupakan hasil adri belajar, yang

mana dengan belajar seseorang itu dapat mengetahui dari hal yang ia belum

atau tidak diketahuinya menjadi tahu. Oleh karena itu, perubahan yang

terjadi dalam belajar ini bisa membuat seseorang untuk terus belajar.” [39]

Kemudian menurut Muhibbin Syah dalam Rohmalina Wahab (2015:

244) yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar adalah “Taraf

keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.” [40]

Lain halnya dengan pendapat di atas Mohamad Surya (2004: 16-17)

menjelaskan bahwa: “Hasil proses pembelajaran ialah perubahan prilaku

individu. Individu akan memperoleh prilaku yang baru, menetap,

fungsional, positif, disadari, dsb. Perubahan prilaku sebagai hasil

pembelajaran ialah prilaku secara keseluruhan yang mencangkup aspek

kognitif, afektif, konatif,dan motorik [41].

Beberapa pekar menyebutkan adanya beberapa jenis prilaku sebagai hasil

pembelajaran.

Lindgren (1968) menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas :

1) Kecakapan,

2) informasi,

39
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) hal. 21.
40
Muhibbin Syah dalam Rohmalina Wahab (2015: 244)
41
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Putaka Bani
Quraisy, 2004), hal. 16-17.

50
3) Pengertian, dan

4) Sikap.

Benyamin Bloom (1956) menyebutkan ada tiga kawasan prilaku sebagai

hasil pembelajaran, yaitu

1) kognitif,

2) efektif, dan

3) psikomotor. Sedangakan pekar lain yaitu

R.M Gagne (1957,1977) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran ialah

berupa kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi :

1) informasi varbel,

2) kecakapan intelektual, yang terdiri dari :

a. diskriminasi,

b. konsep konkrit,

c. konsep abstrak,

d. aturan, dan

e. aturan yang lebih tinggi :

3) strategi kognitif,

4) sikap, dan

5) kecakapan motorik.

Dengan memperhatikan pengertian hasil pembelajaran sebagaimana

telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka yang harus diingat bahwa

perubahan prilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja. Miaslnya kalau hasil

51
pembelajaran anak baru berupa hafalan, maka ia belum mencakup seluruh

prilaku lainnya. Jadi, kalau seorang anak dikatakan telah belajar matematik,

maka ia akan berubah perilakunya dalam aspek kognitif atau

pengetahuannya, afektif atau sikapnya, psikomotor atau keterampilannya.

Oleh karena itu, Guru hendaknya memperhatikan perubahan prilaku yang

terjadi murid-murid setelah proses pembelajaran. Demikian pula dalam

melakukan penilaian hasil pembelajaran, hendaknya mencakup seluruh

perubahan prilaku itu.

Sejalan dengan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, Arifin

(2011:108) menyatakan pula bahwa proses belajar yang membawa

perubahan tingkah laku menurut pandangan pendidikan Islam , tidak hanya

menyangkut perubahan kemampuan rasional, melainkan juga perubahan

fungsi kejiwaan lainnya (fungsi perasaan, kemauan, ingatan, dan

kecenderungan nafsu). Melalui proses belajar itu, manusia akan mengalami

perubahan secara total, meliputi rohaniah dan jasmaniahnya [42].

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2011: 129) Secara global, faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

- Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni badan/ kondisi jasmani

dan rohani siswa;

- Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa;

42
Arifin (2011:108)

52
- Faktor pendekatan belajar (aproach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,

yakni :

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit

kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)

sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

(1) Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa;

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi,

inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,

melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi,

memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya

dengan inteligasi manusia lebih menonjol daripada peran organ-

53
organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara

pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

(2) Sikap siswa;

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

(3) Bakat siswa;

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian,

sebetulnya setiap orang pasti memilki bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tenentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip

dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang

berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very

superior) disebut juga sebagi talented child, yakni anak berbakat.

(4) Minat siswa;

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah

populer dalam psikologi karena kebergantungannya yang banyak

54
pada faktor-faktor intemal lainnya seperti: pemusatan perhatian,

keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

(5) Motivasi siswa.

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme-baik

manusia ataupun hewan-yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya

(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986;

Reber, 1988).

b. Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas

dua macam, yakni:

1) Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga

kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman

sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru

yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan

memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal

belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya

dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar

perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan

kurnuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya,

55
akan sangat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa

tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar

atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang

kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan

belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat

orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan

demografi keluarga (letak rurnah), semuanya dapat memberi dampak

baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh

siswa

Contoh: kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam mengelola

keluarga (family management practices) yang keliru, seperti kelalaian

orangtua dalarn memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan

dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau

belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang,

terutama perilaku menyimpang yang berat seperti antisosial (Patterson

& Loeber, 1984).

2) Faktor lingkungan nonsosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan

tingkat keberhasilan belajar siswa.

56
c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar, yaitu dapat dipahami keefektifan segala cara

atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efisiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti

seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk

memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tenentu (Lawson,

1991).

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana

yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga

berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep

misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang

bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface

atau reproductive [43].

D. Urgensi Metode Karyawisata dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil


Belajar

1. Urgensi Metode Karyawisata dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Proses pembelajaran ialah proses belajar mengajar (PBM) atau proses

komunikasi dan kerjasama guru dan siswa dalam mencapai sasaran dan

tujuan pendidikan-pengajaran. Pembelajaran juga merupakan proses

pengembangan sikap dan kepribadian siswa melalui berbagai tahap dan

pengalaman. Proses pembelajaran ini berlangsing melalui berbagai metode


43
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011) hal. 129.

57
dan multi-media sebagai cara dan alat menjelaskan, menganalisis,

menyimpulkan, mengembangkan, menilai dan menguasai (memakai:

mengamalkan/aplikasi) pokok bahasan (thema) sebagai perwujudan

pencapaian sasaran (tujuan)

Metode belajar-mengajar adalah bagian utuh (terpadu, integral)dari

proses pendidikan pengajaran. Metode ialah cara guru menjelaskan suatu

pokok bahsan (thema, pokok masalah) sebagai bagian kurikulum (isi, materi

pengajaran), dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan pengajaran

(tujuan institusional, tujuan pembelajaran umum dan khusus).

Proses pembelajaran, atau PBM sebagai kerjasama guru-siswa, secara

psiko-pedagogis mengutamakan oto-aktivitas siswa (kemandirian, KBS)

sebagai bekal pendewasaan diri mengembangkan kemampuan dan

penguasaan bidang pengetahuan (bidang studi, mata pelajaran). Artinya,

dalam PBM peran guru lebih bersifat tut-wuri handayani, berjalan bersama

(bekerjasama, komunikasi, dialog dan hubungan akrab) guru-siswa, ialah

suasana pembelajaran di dalam dan di luar kelas.

PBM dan kerjasama guru-siswa mencapai sasaran dan tujuan belajar,

ialah melalui cara atu metode, yang pada hakekatnya ialah jalan mencapai

sasaran dan tujuan pendidikan-pengajaran. Jadi, alasan atau nalar guru

memilih/menetapkan suatu metode dalam PBM (proses intruksional) ialah:

1) Metode ini sesuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi

Mencapai sasaran dan tujuan instruksional.

58
2) Metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar (KBS, kemandirian)

dan meningkatkan motivasi atau semangat belajar.

3) Metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok

bahasan, sehingga pemahaman siswa makin jelas.

4) Metode ini dipilih guru dengan asas di atas berdasarkan pertimbangan

praktis, rasional dikuatkan oleh kiat dan pengalaman guru mengajar

5) Metode yang berdaya guna, belum tentu tunggal, jadi suatu metode

dapat digunakan secara kombinasi (sintesis terpadu) dan dilengkapi

dengan media tertentu, bahkan multi-media. Dasar pertimbangan ialah

sasaran dan tujuan pendidikan pengajaran.

Metode karyawisata ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan

membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas.

Karya= kerja, wisata= pergi Karyawisata = pergi bekerja. Dalam

hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata

berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek

tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat

beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.

Alasan Penggunaan Metode Karyawisata

1) Obyek yang akan dipelajari tidak dapat dibawa kedalam kelas karena,

misalnya:

 terlalu besar/berat

 berbahaya

 akan berubah bila berpindah tempat

59
 obyek terdapat di tempat tertentu

2) Kepentingan siswa dalam rangka melengkapi prosesbelajar mengajar

Tujuan

1) Untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolahatau kelas

2) Untuk melihat, mengamati, menghayati secara langsung dann yata

mengenai obyek tersebut

3) Untuk menanamkan nilai moral pada siswa

Manfaat Penggunaan

1) siswa memperoleh pengalaman yang nyata mengenai obyek studi dalam

kegiatan karyawisata

2) dapat memberikan motivasi untuk mendalami materipelajaran

Langkah-langkah Penggunaan

Penggunaan metode karyawisata secara umum meliputi tiga tahap:

1) Tahap persiapan atau perencanaan, meliputi:

 Menetapkan tujuan pembelajaran khusus (TPK)

 Menetapkan obyek karyawisata

 Menetapkan besarnya siswa yang ikut karyawisata

 Menetapkan biaya, transportasi, keamanan dan sebagainya

 Mengadakan hubungan dengan sasaran

 Memilih cara-cara untuk memperoleh data selama karyawisata,

misal dengan metode interview, observasi dan sebagainya. Dan

menyusun cara laporan karyawisata

 Pemantapan rencana

60
2) Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam obyek wisata:

 Mengadakan pertemuan dengan pimpinan atau penguasa

 Siswa secara teratur melihat, mengamati, menanyakan, mencatat dan

sebagainya tentang obyek wisata

 Selesai mengadakan pengamatan obyek, murid dikumpulkan, dan

kalau mungkin diadakan tanya jawab dan diskusi dengan petugas

obyek wisata. [44]

Berdasarkan uraian di atas, pentingnya metode karyawisata yang

diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat

mempengaruhi motivasi belajar siswa.

2. Urgensi Metode Karyawisata dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal, perlu adanya motivasi

yang kuat yang ditumbuhkan oleh peserta didik, terutama oleh guru yang

sebagai pengajar, agar para siswa selalu terdorong untuk mengembangkan

potensi yang ada pada diri mereka.

Di dalam buku Metodik Khusus Pendidikan Agama, Dra. Hj. Zuhairini,

dkk, mengemukakan bahwa faktor-faktor pendidik itu ada lima macam, di

mana faktor yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang

erat.

Adapun kelima faktor tersebut yaitu:

44
https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/07/20/metode-
pembelajaran/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8336728925

61
1) Anak didik
2) Pendidik
3) Tujuan pendidikan
4) Alat-alat pendidikan
5) Milleu/lingkungan. [45]
Dari kelima faktor-faktor tersebut antara yang satu dengan yang lain

sangat erat hubungannya. Kesemuanya menentukan berhasil atau tidaknya

tujuan pendidikan agama yang dilaksanakan. Dengan demikian, jika salah

satu faktor tersebut tidak saling melengkapi, maka proses belajar mengajar

tidak akan berjalan secara efektif. Oleh sebab itu, kelima faktor pendidikan

tersebut dalam proses belajar harus ada.

Di sisi lain dalam diri para peserta didik terdapat kepribadian-kepribadian

yang unik dan pasti berbeda satu sama lainnya yang semestinya dapat lebih

dikembangkan berubah menjadi ”robotnisasi” ketika peserta didik dijadikan

obyek pendidikan dan hanya diharuskan tiga D (duduk, diam, dengar) di

dalam kelas. Padahal sesungguhnya mereka adalah makhluk unik yang

termulia yang Allah ciptakan dengan berbekalkan akal pikiran.

Seyogyanya proses belajar mengajar jadi lebih hidup sebab ketika

manusia berpikir maka merupakan cerminan jiwa dan gambaran kehidupan

serta eksistensi kehidupan itu sendiri. Dengan berpikir seperti itu maka

sesungguhnya mereka telah memanusiakan manusia, ungkapan ini

menggambarkan bahwa sesungguhnya banyak orang yang belum

memperlakukan manusia secara manusiawi, maka manusia perlu

45
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991).
Cet ke-8, h. 28

62
dimanusiakan lagi agar pendidikan menjadi

sebuah kualitas. [46]

Sedangkan kebanyakan pendidikan yang ada di Indonesia belum

menyentuh tatanan praktis yang dapat menciptakan suasana belajar yang

nyaman dan menyenangkan bagi sasarannya. Dan jika merujuk kepada

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada pasal

1ayat 1, dijelaskan bahwa; “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. [47] Bila tuntunan

yang termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut dapat

direalisasikan maka out put yang dihasilkan lebih optimal bila didukung

dengan diberikannya ruang untuk berekspresi.

Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien tidak

akan lepas dari cara atau metode mengajar yang diterapkan oleh seorang

guru, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah

menguasai materi yang diajarkannya dan mampu mengajarkannya. [48] Ini

berarti selain menguasai materi guru juga harus mampu menyampaikan

materi tersebut secara baik sehingga siswa dapat menyerap materi yang

akan disampaikan dengan baik pula.

46
Am. Rukky Santoso, Mengembangkan Kemampuan Otak Kanan Anak-Anak (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002) h. XIX
47
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Op Cit, h. 3
48
Russeffendi, Pengajran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan
SPG, seri 5( Bandung: Tarsito, 1980), h. 19

63
Ciri pengajaran yang berhasil salah satu diantaranya dilihat dari kadar

kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan belajar siswa makin tinggi

pula peluang berhasilnya pengajaran. Keaktifan siswa belajar sangat

diperlukan baik di dalam maupun di luar kelas, menurut Alipandie, “tanpa

aktivitas belajar, pengajaran tidak akan memberikan hasil yang baik”. [49]

Keberhasilan siswa belajar itu tidak hanya sekedar berhasil belajar, tetapi

keberhasilan yang ditempuhnya dengan belajar aktif. Belajar dengan aktif

dapat menyebabkan ingatan kita mengenai yang kita pelajari itu lebih lama

dan pengetahuan kita menjadi lebih luas dibandingkan dengan belajar pasif.

Guru yang profesional akan mampu memberikan motivasi bagi anak

didiknya dalam proses belajar mengajar. Peningkatan motivasi belajar

tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui metode karya wisata. Metode

ini dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk memberikan

suasana baru bagi anak didik. Hal ini diterapkan karena untuk

mengaplikasikan pelajaran yang didapat oleh siswa dalam kelas ke alam

bebas terbuka.

Kegiatan belajar siswa melalui metode ini akan mendorong siswa agar

lebih mencintai alam semesta yang ia pijak serta menemukan konsep-

konsep pokok dari suatu materi pembelajaran dan mencoba memikirkan

hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan

sekitarnya. Sesuai dengan firman Allah yang artinya: “Dan kami telah

menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami

tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami telah

49
Abu Ahmadi dan Djoko Triprastya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 13

64
menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan

makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan” pemberi rezeki

kepadanya. (Depag RI. Q.S. Hijr: 19-20)

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa alam atau lingkungan di sekitar

kita merupakan sumber-sumber untuk belajar yang dapat dirasakan

secara langsung.

Keberhasilan metode karya wisata harus didukung adanya kerjasama

antara guru dan siswa. Maksudnya guru harus mampu memotivasi siswa

untuk mengikuti pelajaran dengan metode karya wisata ini, dan bagi siswa

harus memiliki sikap yang positif terhadap pemberlakuan kebijaksanaan

tersebut.

Sikap adalah cenderung relatif menetap untuk bereaksi dengan cara

baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. [50] Jadi dengan

adanya sikap yang positif dari siswa terhadap pengajaran dengan metode

karyawisata diharapkan dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih

menyenangkan sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

50
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2002), h.14

65

Anda mungkin juga menyukai