Anda di halaman 1dari 5

Analisis Framing Media Massa dan Dampaknya pada Persepsi Masyarakat Mengenai

Perubahan Iklim di Kutub Utara dan Kutub Selatan

A. PENDAHULUAN

Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan global yang paling mendesak
dan kontroversial saat ini. Dampak dari perubahan iklim sangat luas, tetapi efeknya
terhadap Kutub Utara dan Kutub Selatan sangat signifikan. Pencairan es di kedua kutub
ini tidak hanya mengancam habitat asli dan keanekaragaman hayati tetapi juga
mempengaruhi tingkat kenaikan permukaan laut, yang berdampak pada negara-negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan global yang paling mendesak
dan kontroversial saat ini. Dampak dari perubahan iklim sangat luas, tetapi efeknya
terhadap Kutub Utara dan Kutub Selatan sangat signifikan. Pencairan es di kedua kutub
ini tidak hanya mengancam habitat asli dan keanekaragaman hayati tetapi juga
mempengaruhi tingkat kenaikan permukaan laut, yang berdampak pada negara-negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut Robinson (2022), kenaikan permukaan
air laut menjadi kekhawatiran besar bagi masyarakat pesisir di Indonesia. Penelitiannya
menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap
kenaikan permukaan laut karena garis pantainya yang luas dan dataran rendahnya. Studi
ini juga mencatat bahwa kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan peningkatan
banjir, erosi, dan intrusi air asin, yang dapat berdampak signifikan terhadap
penghidupan dan infrastruktur masyarakat pesisir.

Mencairnya lapisan es di kutub mempunyai dampak sosial yang signifikan, terutama


terhadap kenaikan permukaan air laut dan perubahan sirkulasi laut. Mencairnya lapisan
es di wilayah kutub memberikan respons terhadap perubahan iklim saat ini lebih cepat
dari perkiraan sebelumnya (Abdalati, 2006). Mencairnya lapisan es menurunkan albedo
permukaan dan akibatnya permukaan menyerap lebih banyak energi matahari, sehingga
menyebabkan lebih banyak pencairan lapisan es (Chemison, 2022). Kerugian yang
ditimbulkan akibat kenaikan permukaan laut sebesar satu meter diperkirakan mencapai
ratusan miliar dolar di Amerika Serikat saja (Abdalati, 2006). Naiknya permukaan laut
mengikis pantai, meningkatkan potensi banjir, dan mengurangi kemampuan pulau-pulau
penghalang dan lahan basah pesisir untuk memitigasi dampak badai dan angin topan
besar. Dampak dari mencairnya lapisan es terhadap iklim global di masa depan juga
signifikan, dan penting untuk mempertimbangkan pencairan lapisan es dalam
pemodelan iklim global di masa depan (Defrance, 2019).

Oleh karena itu, langkah-langkah adaptasi, seperti membangun tembok laut dan
merelokasi masyarakat, diperlukan untuk memitigasi dampak kenaikan permukaan laut
di Indonesia. Selain itu, komunikasi yang efektif dan kampanye kesadaran mengenai
risiko kenaikan permukaan laut dan perlunya tindakan adaptasi akan sangat penting
dalam memastikan bahwa masyarakat siap menghadapi dampak perubahan iklim.

Kutub Utara dan Kutub Selatan berfungsi sebagai "pendingin bumi" dan
berkontribusi pada stabilitas iklim global. Pencairan es di kutub-kutub bisa
mempengaruhi sistem cuaca, sirkulasi laut, dan bahkan pola hujan. Berdasarkan hasil
penelusuran, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pemberitaan mengenai
perubahan iklim di media-media di Indonesia, namun tidak ekstensif. Sebuah studi
menemukan bahwa delapan media cetak dan online di Indonesia menggunakan tiga
kerangka untuk meliput perubahan iklim: kerangka "dampak iklim dan ilmu
pengetahuan," kerangka "politik iklim," dan kerangka "aksi iklim" (Rochyadi, 2022). Studi
lain menemukan bahwa suara perempuan seringkali tidak ada dalam liputan media di
Indonesia mengenai perubahan iklim (Sarwono, 2012). Secara keseluruhan, terdapat
kebutuhan akan komunikasi dan penyusunan lingkungan hidup yang lebih strategis dan
efektif untuk mengatasi isu-isu politik-ekologi dan meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim di Indonesia (Assegaf, 2022).

Berdasarkan hasil Penelitian Agustina (2020), pemberitaan isu lingkungan hidup di


media-media Indonesia masih terbatas, dimana hanya 11 dari 63 stasiun televisi yang
menayangkan program terkait isu lingkungan hidup, dan sumber beritanya tidak
mewakili pemangku kepentingan permasalahan lingkungan hidup. Untuk Indonesia,
yang merupakan negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang, kenaikan
permukaan laut adalah ancaman langsung.

Konsep "ekstasi komunikasi" mengacu pada sebuah fenomena di mana informasi


atau pesan disampaikan dalam cara yang sangat mempengaruhi atau merangsang
persepsi dan emosi audiens. Dalam konteks perubahan iklim dan framing media massa,
ekstasi komunikasi bisa terjadi ketika media massa memilih untuk membingkai isu ini
dalam cara yang memprovokasi reaksi emosional atau intelektual yang kuat dari
masyarakat.

Media massa di Indonesia memegang peranan kunci dalam membingkai dan


menyebarkan informasi tentang perubahan iklim. Framing yang dilakukan oleh media
massa dapat berpengaruh besar terhadap persepsi publik dan prioritas tindakan
pemerintah. Apakah media memilih untuk membingkai perubahan iklim sebagai
"bencana mendatang" atau "isu yang masih bisa diatasi" akan mempengaruhi
bagaimana masyarakat memandang seriusnya masalah ini.

Terkadang, media massa di Indonesia lebih fokus pada isu-isu lokal atau nasional
dan kurang memberikan porsi pada masalah global seperti perubahan iklim. Dalam
konteks ini, penting untuk memahami bagaimana framing media massa di Indonesia
mempengaruhi persepsi dan tindakan masyarakat terhadap perubahan iklim dan
dampaknya pada kutub-kutub. Melalui pemahaman ini, kita bisa lebih memahami
bagaimana sikap dan tindakan kolektif dapat diarahkan untuk mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.

Misalnya, jika media massa di Indonesia menampilkan gambar-gambar dari es yang


mencair di Kutub Utara dan Kutub Selatan, sambil memberikan narasi yang sangat
menggugah tentang bahaya yang akan dihadapi oleh generasi mendatang, ini bisa
menciptakan ekstasi komunikasi. Audiens akan lebih cenderung untuk mempersepsikan
isu ini sebagai mendesak dan mungkin akan lebih termotivasi untuk mengambil
tindakan.

Namun, ekstasi komunikasi juga bisa membawa dampak negatif, seperti


menimbulkan kepanikan atau fatalisme yang bisa menghalangi tindakan efektif. Oleh
karena itu, bagaimana media massa membingkai perubahan iklim dan dampaknya pada
kutub-kutub adalah kunci dalam membentuk persepsi dan tindakan masyarakat.

Persepsi terhadap perubahan iklim di Indonesia beragam. Sebuah penelitian yang


dilakukan di Jawa Tengah menemukan bahwa sebagian besar generasi muda sadar akan
perubahan iklim dan percaya bahwa hal itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi
(Perwithosuci, 2023). Namun penelitian lain menemukan bahwa perhatian dan
kesadaran masyarakat Indonesia terhadap perubahan iklim masih rendah (Calista,
2023). Studi yang sama juga menemukan bahwa media sosial memiliki dampak kecil
terhadap persepsi perubahan iklim Generasi Z di Indonesia (Calista, 2023). Hasil
penelitian terhadap komunitas rentan di Sulawesi, Indonesia, menunjukkan adanya
kesediaan untuk berpartisipasi dalam program berbasis perilaku dan kepedulian
terhadap keluarga (Simmons, 2021). Secara keseluruhan, diperlukan penelitian
mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan iklim di Indonesia dan strategi
komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang perubahan iklim.

Dengan demikian, memahami dampak perubahan iklim pada Kutub Utara dan Kutub
Selatan dan bagaimana isu ini dibingkai oleh media massa di Indonesia tidak hanya
penting dari sisi ilmiah tetapi juga crucial dalam konteks sosial dan kebijakan publik.

B. REFERENSI

Abdalati, W. (2006). Recent changes in high‐latitude glaciers, ice caps and ice sheets.
Weather, 61.

Agustina, A., Dewi, T.T., Soemantri, N.P., Qureshi, N.Y., & Moenanto, G. (2020).
ENVIRONMENTAL COMMUNICATION IN INDONESIAN TELEVISION NEWS
COVERAGE. ASPIRATION Journal.

Assegaf, A.H., Faizin, F., & Tandio, T. (2022). MEMAHAMI KOMUNIKASI LINGKUNGAN
DAN FRAMING SEBAGAI PRAKSIS PERUBAHAN SOSIAL. WACANA: Jurnal Ilmiah
Ilmu Komunikasi.

Calista, Y., & Yenni, S. (2023). The Impact of Social Media on Climate Change
Perceptions: A Case Study of Indonesian Gen-Z. E3S Web of Conferences.

Chemison, A., Defrance, D., Ramstein, G., & Caminade, C. (2022). Impact of an
acceleration of ice sheet melting on monsoon systems. Earth System Dynamics.

Defrance, D., Catry, T., Rajaud, A., Dessay, N., & Sultan, B. (2019). The Impact of Melting
Ice Sheets on Future Global Climate.

Perwithosuci, W., Chayyani, N.R., & Abidin, A.Z. (2023). Youth perception on climate
change: a study in Central Java, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 1180.
Robinson SA. Climate change and extreme events are changing the biology of Polar
Regions. Glob Chang Biol. 2022 Oct;28(20):5861-5864. doi: 10.1111/gcb.16309.
Epub 2022 Jul 12. PMID: 35821589.

Rochyadi-Reetz, M., & Wolling, J. (2022). Between Impact, Politics, and Action: Frames
of Climate Change in Indonesian Print and Online Media. Environmental
Communication, 16, 942 - 959.

Sarwono, B.K. (2012). The lack of women’s voices in Indonesian media coverage of
climate change.

Simmons, E.C., Pickering, J.A., & Sanders, M.R. (2021). Using behaviour science to enrich
development: understanding attitudes related to behavioural change and
environmental management in low-resource communities. Development in
Practice, 32, 995 - 1002.

Anda mungkin juga menyukai