A. PENDAHULUAN
Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan global yang paling mendesak
dan kontroversial saat ini. Dampak dari perubahan iklim sangat luas, tetapi efeknya
terhadap Kutub Utara dan Kutub Selatan sangat signifikan. Pencairan es di kedua kutub
ini tidak hanya mengancam habitat asli dan keanekaragaman hayati tetapi juga
mempengaruhi tingkat kenaikan permukaan laut, yang berdampak pada negara-negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan global yang paling mendesak
dan kontroversial saat ini. Dampak dari perubahan iklim sangat luas, tetapi efeknya
terhadap Kutub Utara dan Kutub Selatan sangat signifikan. Pencairan es di kedua kutub
ini tidak hanya mengancam habitat asli dan keanekaragaman hayati tetapi juga
mempengaruhi tingkat kenaikan permukaan laut, yang berdampak pada negara-negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut Robinson (2022), kenaikan permukaan
air laut menjadi kekhawatiran besar bagi masyarakat pesisir di Indonesia. Penelitiannya
menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap
kenaikan permukaan laut karena garis pantainya yang luas dan dataran rendahnya. Studi
ini juga mencatat bahwa kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan peningkatan
banjir, erosi, dan intrusi air asin, yang dapat berdampak signifikan terhadap
penghidupan dan infrastruktur masyarakat pesisir.
Oleh karena itu, langkah-langkah adaptasi, seperti membangun tembok laut dan
merelokasi masyarakat, diperlukan untuk memitigasi dampak kenaikan permukaan laut
di Indonesia. Selain itu, komunikasi yang efektif dan kampanye kesadaran mengenai
risiko kenaikan permukaan laut dan perlunya tindakan adaptasi akan sangat penting
dalam memastikan bahwa masyarakat siap menghadapi dampak perubahan iklim.
Kutub Utara dan Kutub Selatan berfungsi sebagai "pendingin bumi" dan
berkontribusi pada stabilitas iklim global. Pencairan es di kutub-kutub bisa
mempengaruhi sistem cuaca, sirkulasi laut, dan bahkan pola hujan. Berdasarkan hasil
penelusuran, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pemberitaan mengenai
perubahan iklim di media-media di Indonesia, namun tidak ekstensif. Sebuah studi
menemukan bahwa delapan media cetak dan online di Indonesia menggunakan tiga
kerangka untuk meliput perubahan iklim: kerangka "dampak iklim dan ilmu
pengetahuan," kerangka "politik iklim," dan kerangka "aksi iklim" (Rochyadi, 2022). Studi
lain menemukan bahwa suara perempuan seringkali tidak ada dalam liputan media di
Indonesia mengenai perubahan iklim (Sarwono, 2012). Secara keseluruhan, terdapat
kebutuhan akan komunikasi dan penyusunan lingkungan hidup yang lebih strategis dan
efektif untuk mengatasi isu-isu politik-ekologi dan meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim di Indonesia (Assegaf, 2022).
Terkadang, media massa di Indonesia lebih fokus pada isu-isu lokal atau nasional
dan kurang memberikan porsi pada masalah global seperti perubahan iklim. Dalam
konteks ini, penting untuk memahami bagaimana framing media massa di Indonesia
mempengaruhi persepsi dan tindakan masyarakat terhadap perubahan iklim dan
dampaknya pada kutub-kutub. Melalui pemahaman ini, kita bisa lebih memahami
bagaimana sikap dan tindakan kolektif dapat diarahkan untuk mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.
Dengan demikian, memahami dampak perubahan iklim pada Kutub Utara dan Kutub
Selatan dan bagaimana isu ini dibingkai oleh media massa di Indonesia tidak hanya
penting dari sisi ilmiah tetapi juga crucial dalam konteks sosial dan kebijakan publik.
B. REFERENSI
Abdalati, W. (2006). Recent changes in high‐latitude glaciers, ice caps and ice sheets.
Weather, 61.
Agustina, A., Dewi, T.T., Soemantri, N.P., Qureshi, N.Y., & Moenanto, G. (2020).
ENVIRONMENTAL COMMUNICATION IN INDONESIAN TELEVISION NEWS
COVERAGE. ASPIRATION Journal.
Assegaf, A.H., Faizin, F., & Tandio, T. (2022). MEMAHAMI KOMUNIKASI LINGKUNGAN
DAN FRAMING SEBAGAI PRAKSIS PERUBAHAN SOSIAL. WACANA: Jurnal Ilmiah
Ilmu Komunikasi.
Calista, Y., & Yenni, S. (2023). The Impact of Social Media on Climate Change
Perceptions: A Case Study of Indonesian Gen-Z. E3S Web of Conferences.
Chemison, A., Defrance, D., Ramstein, G., & Caminade, C. (2022). Impact of an
acceleration of ice sheet melting on monsoon systems. Earth System Dynamics.
Defrance, D., Catry, T., Rajaud, A., Dessay, N., & Sultan, B. (2019). The Impact of Melting
Ice Sheets on Future Global Climate.
Perwithosuci, W., Chayyani, N.R., & Abidin, A.Z. (2023). Youth perception on climate
change: a study in Central Java, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 1180.
Robinson SA. Climate change and extreme events are changing the biology of Polar
Regions. Glob Chang Biol. 2022 Oct;28(20):5861-5864. doi: 10.1111/gcb.16309.
Epub 2022 Jul 12. PMID: 35821589.
Rochyadi-Reetz, M., & Wolling, J. (2022). Between Impact, Politics, and Action: Frames
of Climate Change in Indonesian Print and Online Media. Environmental
Communication, 16, 942 - 959.
Sarwono, B.K. (2012). The lack of women’s voices in Indonesian media coverage of
climate change.
Simmons, E.C., Pickering, J.A., & Sanders, M.R. (2021). Using behaviour science to enrich
development: understanding attitudes related to behavioural change and
environmental management in low-resource communities. Development in
Practice, 32, 995 - 1002.