Kesetaraan gender adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima
perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka yang bersifat kodrati. Identitas gender dalam hal ini adalah laki-laki dan perempuan. Pada kenyataannya sampai saat ini praktek diskriminasi masih ada dalam semua bidang kehidupan. Artinya, kesetaraan gender sampai saat ini masih harus diperjuangkan. Kesetaraan gender di Indonesia dipelopori oleh RA. Kartini sejak tahun 1908. Perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan khususnya dalam bidang pendidikan sebagai wujud perlawanan atas ketidakadilan terhadap kaum perempuan pada masa itu. Dalam kehidupan sekarang, ketidakadilan gender sering menimbulkan masalah sosial. Salah satunya adalah praktek kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), yang sering dialami oleh perempuan. Peran gender telah membedakan karakter laki-laki dan perempuan. Karakter ini kemudian menimbulkan ciri-ciri psikologis seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani, dan sebagainya. Sebaliknya, perempuan dianggap lemah, lembut, penurut dan sebagainya. Adanya hirarki dimana laki-laki merasa kodratnya lebih tinggi merupakan bentuk ketidaksetaraan gender dalam kehidupan pernikahan.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat,
sebanyak 25.050 perempuan menjadi korban kekerasan di Indonesia sepanjang tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat 15,2% dari tahun sebelumnya sebanyak 21.753 kasus. Menurut usianya, 30,3% perempuan yang menjadi korban kekerasan berusia 25-44 tahun. Ada pula 30% perempuan yang menjadi korban kekerasan berusia 13-17 tahun. Dilihat dari tempat kejadian 58,1% kekerasan terhadap perempuan terjadi di lingkup rumah tangga. Kemudian 24,9% kekerasan terhadap perempuan terjadi di ruang lingkup lainnya. Tidak ada difinisi tunggal dan jelas berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga. Meskipun demikian, kekerasan dalam rumah tangga meliputi (a) kekerasan fisik, yaitu setiap perbuatan yang menimbulkan kesakitan bahkan kematian terhadap perempuan, (b) kekerasan psikologis, yaitu setiap perbuatan dan ucapan yang mengakibatkan ketakutan, kehilangan percaya diri, kehilangan kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya terhadap perempuan, (c) kekerasan seksual, yaitu setiap perbuatan yang mencakup pelecehan seksual sampai kepada memaksa seseorang untuk melakukan hubungan seksual terhadap perempuan, (d) kekerasan ekonomi, yaitu setiap kegiatan yang membatasi perempuan untuk bekerja atau membiarkan perempuan untuk dieksploitasi atau ditelantarkan. Pemahaman kesetaraan gender yang baik merupakan kunci utama dalam upaya mencegah terjadinya kenaikkan kasus KDRT. Kesetaraan gender merupakan suatu pandangan bahwa semua orang harus diperlakukan dengan adil dan setara tanpa memandang jenis kelamin. Kesetaraan gender dapat diterapkan dalam rumah tangga, sehingga tidak ada pihak yang merasa lebih berkuasa diatas yang lainnya. Kesetaraan gender dalam keluarga menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi. Bukan hanya terkait dengan kesetaraan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam di dalam rumah tangga dalam pengambilan keputusan atau perencanaan keluarga ke depan, berbagi peran dalam mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak, pihak perempuan diberikan kesempatan untuk memberikan dukungan secara ekonomi dengan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Kesetaraan gender dalam keluarga membuat keluarga lebih harmonis dan bahagia. Pihak laki-laki menghargai pihak perempuan, demikian pula sebaliknya.