Anda di halaman 1dari 8

Diskusi - 8

Kriminologi

Izin menanggapi

Konflik norma tingkah laku.

Sellin, Tahun 1938.


Konflik norma tingkah laku sering juga dikaitkan dengan norma kebudayaan yang
didasari pada konflik norma tingkah laku.
Setiap kebudayaan menanamkan norma budaya sendiri atau aturan-aturan mengenai
tingkah laku dalam bermasyarakat, dan menginternalisasikan norma tersebut dalam
diri anggota budaya itu.
Norma yang dipelajari oleh setiap individu dan di atur oleh budaya di mana individu
masyarakat itu berada.
Ibarat pepatah lama "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Dalam masyarakat
homogen yang sehat, biasanya dilakukan dalam jalur hukum dan ditegakkan oleh
anggota-anggota masyarakat itu, karena meraka menerima norma itu sebagai suatu hal
yang benar.

Demikian, terima kasih

Sumber : James W. vander Zanden, The Social Experience, An Intruduction to


Sociology, First Edition, 1988, New York: Random House.

Referensi: BMP SOSI 4302 / Modul 9.

Sistem hukum indonesia

Izin menanggapi

KASUS LOTUS ANTARA PRANCIS DAN TURKI

Kasus Lotus terjadi antara Prancis dan Turki pada tahun 1926 di laut lepas, di sekitar
luar wilayah perairan turki terjadi tabrakan kapal uap antara kapal uap Turki
'Bozkourt' dan kapal uap Prancis 'Lotus'. Dalam kecelakaan itu, 8 awak kapal dari
pihak Turki tewas. Ketika kapal uap Lotus bersandar di pelabuhan Turki, kapten kapal
Lotus yang bernama M. Demons ditangkap oleh pemerintah Turki sekaligus dimintai
keterangan mengenai kecelakaan yang terjadi. M. Demons ditahan dan diadili oleh
Turki dengan alasan telah melakukan tindakan kejahatan pidana pembunuhan yang
menimbulkan korban.

Tetapi pemerintah Prancis keberatan atas penahanan yang dilakukan pemerintah


Turki, karena tindakan itu dianggap tidak sejalan dengan Hukum Internasional, dan
pihak Turki tidak memiliki Jurisdiksi untuk mengadili perkara itu, dan berpandangan
bahwa negara benderalah yang memiliki Jurisdiksi eksklusif atas kapal di laut lepas
(floating island theory). Sehingga permasalahan ini diajukan ke Mahkamah
Internasional.
Selain itu tindakan penangkapan kapten M. Demons yang dilakukan Turki adalah
perwujudan dari asas perlindungan, guna pembelaan atas 8 korban awak kapal turki.
Dan asas Nasionalitas Pasif, bahwa suatu negara memiliki jurisdiksi untuk mengadili
orang asing yang melakukan tindak pidana terhadap warga negaranya di luar negeri.

Jadi, pada kesimpulannya kasus ini terjadi karena kewenangan pemerintahan Turki
untuk mengadili dan membela tindak pidana terhadap warga negaranya, walaupun
bertentangan dengan hukum internasional yang berlaku saat itu.

Mengenai negara bendera memiliki jurisdiksi eksklusif atas kapal laut lepas, dalam
putusan Mahkamah, hukum internasional tidak mengatur ketentuan tersebut. Dan
karena kapal turki mengalami kerusakan maka sama saja telah terjadi kerusakan di
wilayah Turki. Maka hal ini memungkinkan Turki memberlakukan jurisdiksinya
berdasarkan prinsip territorial objektif, yaitu Jurisdiksi dimana tindakan tersebut
diselesaikan, (karena tindakan itu terjadi pada kapal Turki, maka sama saja terjadi di
wilayah Turki), dengan jurisdiksi territorial objektif ini, maka Turki berhak
menjalankan jurisdiksinya.

Demikian, terima kasih

Sumber : https://id.scribd.com/doc/79837566/Kasus-Lotus-Antara-Prancis-Dan-Turki

Ilmu Perundang-undangan

Izin menanggapi

Undang-Undang 12 Tahun 2011 menyebutkan,bahwa format peraturan Perundang-


undangan terutama tersusun atas 4 bagian besar,yaitu:
1.Judul
2.Pembukaan
3.Batang tubuh
4.Penutup

Jika diperlukan,suatu peraturan perundang-undangan dapat ditambahkan dengan


bagian penjelasan dan bagian lampiran

1. Bagian judul peraturan perundang-undangan memuat uraian singkat tentang isi


peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dan didahului dengan penyebutan
keterangan tentang jenis,nomor,tahun pembentukan,dan nama peraturan perundang-
undangan.

2. Bagian Pembukaan peraturan Perundang-undangan berturut-turut terdiri atas: frasa


Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa; Pejabat Pembentuk; alasan filosofis,
sosiologis dan yuridis bagi pembentukan; landasan yuridis atas pembentukan; diktum
memutuskan-menetapkan; dan nama peraturan Perundang-undangan tersebut.

Catatan:
Frasa "Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
dan Presiden Republik Indonesia" yang dirumuskan sebelum diktum memutuskan-
menetapkan diadakan bagi penyusunan Bagian Pembukaan Undang Undang.
Demikian juga dalam penyusunan Bagian Pembukaan Peraturan Daerah. Sebelum
diktum memutuskan-menetapkan ditambahkan frasa "Dengan Persetujuan Bersama
Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi/Kabupaten/Kota (nama daerah) dan
Gubernur/Bupati/ Walikota (nama daerah)."

Khusus bagi rancangan peraturan Perundang-undangan delegasian yang


pembentukannya didasarkan pada adanya ketentuan pelimpahan kewenangan
pengaturan, dalam konsideransnya cukup dimuat 1 (satu) alasan pembentukan, yaitu
mengenai keperluan untuk melaksanakan ketentuan dalam satu atau beberapa pasal
dari peraturan Perundang-undangan yang melimpahkan kewenangan pengaturan
tersebut.

3. Bagian Batang Tubuh peraturan Perundang-undangan berisi ketentuan-ketentuan


dalam bentuk rumusan kalimat-kalimat pengaturan (norma) atas materi yang diatur
dalam peraturan Perundang-undangan tersebut.

4. Bagian Penutup peraturan Perundang-undangan merupakan bagian akhir yang


harus selalu ada dari suatu peraturan Perundang-undangan. Bagian ini terdiri atas:
rumusan perintah pengundangan, pengesahan atau penetapan, serta pengundangan,
dan penyebutan nomor dan tahun lembaran negara atau lembaran daerah peraturan
Perundang-undangan tersebut.

5. Bagian Penjelasan peraturan Perundang-undangan berfungsi sebagai tafsir resmi


pembentuk peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan untuk memperjelas
ketentuan-ketentuan di dalam peraturan Perundang-undangan tersebut melalui
perumusan kalimat. Kalimat-kalimat tersebut tidak boleh mengandung atau
menciptakan norma yang baru.

6. Bagian Lampiran peraturan Perundang-undangan memuat ketentuan substansi


peraturan Perundang-undangan yang sulit dirumuskan dalam kalimat, seperti daftar.
tabel, kotak, peta, dan sketsa. Keberadaan bagian ini harus disebutkan dalam Bagian
Batang Tubuh dan dinyatakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Perundang-
undangan yang bersangkutan.

Jika dibutuhkan lebih dari satu lampiran, masing-masing harus diberi nomor urut
dengan menggunakan angka Romawi.

Demikian, terima kasih

Sumber: BMP Ilmu Perundang-undangan HKUM4403 Penulis Prof.Dr.Maria Farida


Indrati,S.H., M.H.I. dan kawan-kawan

Ilmu Negara

Izin menanggapi

Menurut Teori Trias Politica dari John Locke, kekuasaan negara terbagi atas
kekuasaan legislatif,eksekutif,dan federatif. Indonesia adalah negara republik dengan
sistem pemerintahan presidensial, yang artinya dipimpin seorang presiden dan
walaupun dipimpin presiden,bukan berarti ada penguasa tunggal di negara republik
indonesia. Secara umum sistem pembagian kekuasaan negara republik indonesia
membedakan atas tiga hal yaitu eksekutif,legislatif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif
sebagai pembuat undang-undang, eksekutif untuk melaksanakannya, dan yudikatif
untuk menghakimi pelaksanaan undang-undang atau aturan lain. Namun
sesungguhnya penerapan pembagian kekuasaan di dindonesia terdiri dari 2 bagian,
pembagian tersebut tertuang dalam undang-undang dasar(UUD) 1945, yaitu
pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian secara vertikal.

Pembagian kekuasaan horizontal merupakan pembagian kekuasaan menurut fungsi


lembaga-lembaga tertentu, yakni legislatif,eksekutif dan yudikatif. Sedangkan
kekuasaan vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yakni
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintah.

Demikian, Terima Kasih

Sumber : Aminoto, Ilmu Negara, Buku Materi Pokok HKUM4209, Universitas


Terbuka

Hukum Administrasi Negara


Izin

Izin menanggapi

Segel dan Bruzy (dalam Kusnadi, 2013: 8) mengatakan bahwa kesejahteraan sosial
adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat yang meliputi kesehatan, keadaan
ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Akan tetapi kesejahteraan rakyat
Indonesia sebagaimana dicita- citakan belum juga terealisasi.
Faktor yang menyebabkan masih banyaknya rakyat Indonesia yang belum
mendapatkan pelayanan yang baik antara lain:
1. Masih kuatnya budaya “dilayani” daripada budaya melayani.
Hal ini terlihat dari perilaku petugas pelayanan yang cenderung mengabaikan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang baik. Aparat pemerintah tampak bergerak
lambat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor : pertama, mereka percaya bahwa orang
membutuhkan kehadiran mereka, kedua, ada monopoli layanan, yaitu hanya
organisasi pemerintah yang menyediakan layanan ini, seperti pembuatan kartu
identitas. Biarkan masyarakat dipaksa untuk bertindak seperti yang diinginkan
petugas.
2. Budaya pelayanan masih cenderung birokratis. Prosedur layanan masih tampak
rumit dan berbelit-belit . Misalnya, untuk mengajukan izin, masyarakat harus melalu
prosedur yang sangat rumit dari tingkat RT hingga ke struktur yang lebih tinggi.
3. Persepsi publik untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan cepat harus melalui
beragam jalur pintas. Hal ini juga disebabkan perilaku aparatur pelayanan yang masih
membeda-bedakan pemberian pelayanan. Tugas pemerintah dalam membangun
budaya pelayanan publik ini adalah merubah budaya-budaya feodal yang negatif
dengan perubahan mindset dan cara kerja yang lebih positif, agar penyelenggaraan
pelayanan publik yang ingin diterapkan berjalan dengan baik dan menghasilkan
pelayanan yang prima atas dasar kesadaran dan niat baik dalam melayani kebutuhan
masyarakat.

Demikian, terima kasih

sumber referensi :
- Jurnal Membangun Budaya Hukum Pelayanan Publik untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Rakyat (Nuriyanto) Volume 1 Nomor 1 – November 2015
- Yos Johan Utama. 2021. Hukum Administrasi Negara. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka

Menurut ketentuan UU Nomor 11 Tahun 2009 kesejahteraan sosial berarti :


"Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya".
Penyebab masih banyaknya rakyat Indonesia yang belum mendapatkan pelayanan
kesejahteraan dengan layak dipengaruhi beberapa hal sebagai berikut :
- Sumber daya manusia.
Manusia sebagai pelaksana atau penggerak sistem sangat mempengaruhi kualitas
kinerja suatu sistem. Tuntutan adanya kompetensi keahlian wajib dimiliki oleh tenaga
kesejahteraan sosial dengan berlakunya asas profesionalisme diikuti dengan
pendidikan praktis keterampilan pelayanan sosial serta dibekali dengan pengalaman
dalam melaksanakan pelayanan sosial. Dengan adanya kompetensi yang memadai
serta pengalaman tersebut diharapkan petugas penyelenggara kesejahteraan sosial
akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sesuai tugas dan fungsi yang
diembannya sehingga masyarakat dapat menerima pelayanan kesejahteraan dengan
baik, layak, adil dan merata.
- Sarana dan Prasarana.
Dukungan sarana dan prasarana pada penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan
dengan menyediakan beberapa fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial khususnya kepada golongan masyarakat yang mempunyai
masalah kerentanan terhadap masalah kesejahteraan sosial seperti :
* Panti sosial
* Pusat rehabilitasi sosial
* Pusat pendidikan dan pelatihan
* Pusat kesejahteraan sosial
* Rumah singgah
* Rumah pelindungan sosial
Untuk menjaga kualitas pelayanan publik sarana dan prasana kesejahteraan sosial
harus dirancang dan dibangun mengikuti standar minimum yang ada sehingga jangan
sampai masyarakat yang dilayani kurang mendapat penyenggaraan kesejahteraan
sosial yang layak.
- Sumber pendanaan.
Guna mendukung pengadaan sarana dan prasarana serta penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dibutuhkan adanya ketersediaan dana yang memadai. Sumber -
sumber pendanaan tersebut dapat diambil dari berbagai sumber berikut :
* APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)
* APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
* Sumbangan masyarakat
* Dana yang disisihkan dari Badan Usaha sebagai kewajiban dan tanggung jawab
sosial dan lingkungan
* Sumber pendanaan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan Perundang -
undangan
Peran serta dari segenap pihak dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial tersebut. Masih banyak warga negara belum
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena kondisinya yang mengalami hambatan
fungsi sosial, akibatnya mereka mengalami kesulitan dalam mengakses sistem
pelayanan sosial dan tidak dapat menikmati kehidupan yang layak bagi kemanusiaan
sehingga diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan berkelanjutan baik yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial.
Sumber : BMP ADPU4332/MODUL 9
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2012/39TAHUN2012PPPenjel.htm

Apabila kita membahas mengenai kesejahteraan rakyat di indonesia memang masih


rendahnya kesejahteraan masyarakatnya dimana masih banyak warga yang belum
mendapatkan haknya sebagai warga negara indonesia dengan layak. Selain itu, Masih
banyak warga yang tidak mendapatkan pelayanan oleh pemerintah dengan baik itulah
yang membuat permasalahan bagi warga negara indonesia yang menyebabkan
kesejahteraannya terhambat.
Berikut factor-faktor yang menyebabkan masih banyaknya rakyat Indonesia yang
belum mendapatkan pelayanan kesejahteraan yang baik anatar lain :
• Masih kurangnya dana APBN yang berhasil dihimpun oleh pemerintah
Pelayanan kesejahteraan merupakan tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah
sesuai amanat konstitusi. Dalam pembukaan UUD NKRI 1945 dinyatakan secara
tegas bahwa tujuan bernegara salah satunya adalah “ memajukan kesejahteraan
umum”. Namun karena kemampuan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah masih
kurang maka pemerintah belum dapat memberikan pelayanan kesejahteraan yang baik
bagi sebagian rakyat Indonesia.
• Prioritas pembangunan yang kurang menyentuh aspek pemerataan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Kabinet pemerintah sering berganti sehingga program
kerja yang menjadi prioritas adalah program kerja yang lebih cepat kelihatan hasilnya
sehingga pembangunan yang bersifat fisiklah/material yang menjadi prioritas
sedangkan pengertian kesejahteraan social mencakup material,spiritual,dan social.
• Wilayah Negara Indonesia yang luas sehingga pelayanan kesejahteraan masih di
fokuskan di daerah-daerah yang padat penduduknya. Sedangkan daerah-daerah yang
jauh/ terpencil masih banyak tertinggal dalam hal kesejahteraan sosialnya.
• Factor yang menyebabkan terhambatnya kesejahteraan warga karena lahan
pekerjaan yang kurang dan tidak memiliki keterampilan dalam bekerja, dengan begitu
warga akan mengalami hambatan dalam kesejahteraannya. Sebaiknya pemerintah
menyediakan lahan untuk pelatihan atau pembelajaran tentang keterampilan dalam
bekerja sehingga warga dapat memiliki pekerjaan dengan keterampilan yang di miliki.
• Faktor lain yang dapat dikatakan sebagai pemicu kurang sejahteranya rakyat
Indonesia adalah kurangnya layanan kesehatan masyarakat yang disediakan oleh
pemerintah. Dengan biaya kesehatan yang cukup melambung tinggi tentu saja
sebagian masyarakat yang berpenghasilan rendah akan berfikir sekian kali untuk
berobat ke rumah sakit. Adanya jamkesmas ( jaminan kesehatan masyarakat) pun
terkadang juga tidak terlalu membantu masyarakat yang miskin.
a) Sebagai contoh, beberapa rumah sakit di Indonesia meminta uang pendaftaran /
regestrasi terlebih dahulu sebelum melayani masyarakat yang tidak mampu.
Bukankah hal tersebut tetap memberatkan rakyat miskin di Indonesia ini. Terkadang
juga dengan kurang kepeduliannya rakyat itu sendiri akan kesehatannya dan lebih
memilih untuk menebak – nebak sakit yang mereka derita menyebabkan hal yang
lebih berbahaya. Seharusnya pemerintah lebih memfasilitasi sarana kesehatan
masyarakat dan dilakukan penyuluhan kepada masyarakat yang kurang tahu bahwa
dengan memberikan obat – obatan yang sembarangan kepada tubuh mereka sendiri
akan mengakibatkan hal yang cukup fatal.
• Salah satu factor masih banyaknya rakyat Indonesia yang belum mendapatkan
pelayanan kesejahteraan yang baik misalnya dalam hal bantuan sosial
a) contohnya pada desa yang suka memilah-milah seseorang yang mendapatkan
bantuan social tersebut terkadang yang di kenakan bantuan social tersebut bukan
masyarakat yang membutuhkan melainkan keluarga mereka sendiri padahal keluarga
mereka tersebut terbilang mampu itulah salah satu penyebab masih banyak
masyarakat di pelosok/pedesaan yang masih banyak yang belum mendapatkan
pelayanan kesejahteraan yang baik dikarenakan penjabat yang tidak bertanggung
jawab atas tugasnya.
• Hal lain yang memiliki peranan yang sangat berpengaruh lainnya adalah banyaknya
pejabat – pejabat negara yang terhormat melakukan hal yang tidak lebih terhormat
dari seorang perampok, yaitu korupsi. Sebagai negara dengan jumlah koruptor yang
tidak sedikit tentu saja akan berdampak langsung pada kesejahteraan rakyanya
sendiri, rakyat Indonesia. Uang rakyat yang seharusnya digunakan dalam
pembangunan fasilitas – fasilitas umum malah disalah gunakan sendiri. Inilah yang
menyebabkan banyaknya masyarakat yang kurang merasakan fasilitas yang
seharusnya menjadi milik mereka bersama. Tak mengherankan, apabila semakin
banyak pejabat – pejabat pemerintahan yang korupsi maka semakin sengsaranya
rakyat mereka. Dan hal ini lah yang sering dialami oleh Indonesia. Bagaimana rakyat
akan sejahtera bila semua hak dan uang mereka malah digunakan secara pribadi oleh
oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan

Izin Menaggapi

Korupsi masih marak terjadi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan akan
makna mengenai prinsip good and clean governance. Kemudian selain itu, ada pula
faktor yang melatar belakangi lahirnya korupsi tersebut, diantaranya adalah:
Faktor Penghambat Otonomi Daerah
Faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya otonomi daerah di Indonesia adalah:

- Komitmen Politik: Penyelenggaraan otonomi daerah yang dilakukan oleh


pemerintah pusat selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi.
- Masih Terpaku pada Sentralisai: Daerah masih memiliki ketergantungan tinggi
terhadap pusat, sehingga mematikan kreativitas masyarakat dan perangkat
pemerintahan di daerah.
- Kesenjangan Antardaerah: Kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia, serta intra struktur ekonomi.
- Ketimpangan Sumber Daya Alam: Daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber
daya alam tetapi populasi penduduknya tinggi akan terengah-engah dalam
melaksanakan otonomi.
- Benturan Kepentingan: Adanya perbedaan kepentingan yang sangat melekat pada
berbagai pihak yang menghambat proses otonomi daerah, seperti benturan keinginan
pimpinan daerah dengan kepentingan partai politik.
- Keinginan Politik atau Political Will: Keinginan politik yang tidak seragam dari
pemerintah daerah untuk menata kembali hubungan kekuasaan pusat dan daerah.
- Perubahan perilaku elit lokal: elit lokal mengalami perubahan perilaku dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah karena pengaruh kekuasaan yang dimilikinya.

Kemudian saran dari saya agar korupsi bisa lebih teratasi dan lebih berkurang adalah :
1. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
2. Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
3. Membangun kode etik di sektor publik.
4.Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis.
5. Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
6. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan
kesejahteraan pegawai negeri.
7. Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja
bagi instansi pemerintah.
8. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
9. Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
10. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
11. Kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional.

Demikian, Terima Kasih

Sumber :
Kaho, Josef Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press
Sudantoko, Djoko. 2003. Dilema Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Haris, Syamsuddin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: LIPI Press

Anda mungkin juga menyukai