Anda di halaman 1dari 10

“RESUME FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”

Nama : Fahrizal

Kelas/Semester : PBA (A)/ (2)

Nim: 1192030037

Matkul: Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Heri Gunawan M.Ag.

“ Kelembagaan Pendidikan Islam ”

A. Pengertian lembaga pendidikan islam.

Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, tujuan, sesuatu yang memberi tahu
tentang yang lain, badan atau organisasi yang mengumpulkan suatu penelitian keilmuan atau
melakukan sesuatu usaha. Dari pengertian di atas dapat membahas tentang lembaga yang
mengandung dua makna, yaitu: 1) pengertian fisik, materil, kongkrit, dan 2) pengertian non-
fisik, non-materil, dan abstrak.

Dalam bahasa inggris, lembaga yang disebut institut (dalam pengertian fisik),
yaitulembaga atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam pengertian
non-fisik atau abstrak disebutlembaga, yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Lembaga dalam pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan lembaga dalam
pengertian nonfisik disebut dengan pranata.

Secara terminologi tradisional , Amirmeminta lembagapendidikan dengan orang atau


badan yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap pendidikan. Resolusi yang
dikemukakan Amir Daiem ini memberikan kebebasan pada tanggung jawab seseorang
terhadap peserta didik, sehingga dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang wajar
bukan merupakan keterpaksaan.Definisi lain tentang lembaga pendidikan adalah tentang
bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peran-peran relasi-
relasi yang terarah dalam ikatan individu yang memiliki ikatan formal dan sangsi hukum,
guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial sosial.

Daud Ali dan Habibah Daud menjelaskan ada dua yang tidak kontradiktif dalam
pengertian lembaga, materi, kongkrit dan pemahaman non fisik, non materil dan abstrak. Ada
dua versi yang memahami lembaga yang ditinjau dari segi fisik menampakkan suatu badan
dan sarana yang ada di dalamnya beberapa orang yang menggerakkannya, dan ditinjau dari
aspek non fisik lembaga yang membentuk suatu sistem yang membantu menemukan tujuan.

Merupakan lembaga pendidikan islam yang bisa diartikan wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari resolusi diatas dapat disimpulkan bahwa
lembaga pendidikan memiliki pengertian kongkrit yang berisi sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta
penananggung jawab pendidikan itu sendiri.

Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalamkelembagaannya tidak


terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada.Lembaga juga lembaga atau pranata,
sedangkan lembaga sosialadalah beberapa bentuk organisasi yang tersusun realatif sesuai
dengan pola-polatingkah laku, peran-peran dan relasi-relasi yang yang terarah
dalammengikat individu yang memiliki otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya
kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.

Menurut Pius Partanto, M. Dahlan Al Barry "lembaga adalah lembaga yayasan yang
bergerak dalam bidang pendidikan, kemasyarakatan dan sebagainya"

Menurut Muhaimin “Lembaga Pendidikan Islam Adalah Suatu bentukorganisasi


Yang mempunyai Pola-Pola Tertentu hearts memerankanfungsinya, Serta mempunyai
Struktur tersendiri Yang DAPAT mengikatindividu Yang ber sebuah da hearts naungannya,
sehingga Lembaga Penyanyi mempunyaikekuatan hukum Sendiri”.

Merujuk dari opini di atas lembaga pendidikan Islam adalah tempat berlangsungnya
proses pendidikan Islam bersama dengan prosespembudayaan serta dapat mengikat individu
yang berda di dalamnaungannya, sehingga lembaga ini memiliki kekuatan hukum.
Pendidikan Islam Yang berlangsung through Proses operasionalmenuju tujuannya,
memerlukan Sistem Yang konsiste n Dan dapatmendukung moral yang Nilai-Nilai spiritual
Yang melandasinya. Nilai-nilaitersebut diaktualisasikan berdasarkan keaslian kebutuhan
pengembangan sesuai dengan siswa yang dipadu dengan pengaruh Lingkungan kultural yang
ada.

B. Jenis lembaga pendidikan islam.

Menurut Sidi Gazalba, lembaga yang berkewajiban melaksanakan pendidikan islam


adalah sebagai berikut:

 Rumah tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak
sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orangtua, sanak kerabat, famili, saudara-
saudara, teman sepermainan, dan kenalan pergaulan.
 Di sekolah, yaitu pendidik sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk
sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang
profesional.
 Kesatuan sosial, yaitu pendidikan tertsier yang merupaka pendidikan yang
terakhir tetapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat,
dan suasana masyarakat setempat.
 Zuhairini (1992;177) mengemukakan bahwa secara garis besar, lembaga
peendidikan islam dibedakan kepada tiga macam, yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat

Dan adapun jenis-jenis kelembagaan yaitu:

1. Keluarga

Menurut Hammudah Abd Al-Ati, definisi keluarga secara operasional adalah


suatu struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam keluarga mempunyai ikatan
melalui hubungan darah atau pernikahan.

Sistem kekeluargaan yang diakui oleh islam adalah “al-usrat az-zaawjiyyah”


(suami istri) yaitu keluarga yang terdiri atas sumi, istri, dan anak-anak yang belum cukup
umur atau berumah tangga. Anak yang telah menikah dipandang telah membuat keluarga
pula (Asy-Syaibani, 1979: 205).

Keluarga nerupakan lemabag pendidikan yang pertama tempat peserta didik


pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota
keluarga yang lain. Keluargalah yang meletakan dasar-dasar kepribadian anak, karena
pada masa ini, anak lebih peka terhadap pengaruh pendidik.

Lembaga pendidikan pertama dalam islam adalah keluarga atau rumah tangga
dalam sejarah tercatat bahwa rumah tangga yang dijadikan basis dan markas pendidikan
islam adalah arqam bin abi arqam.

2. Sekolah (madrasah)

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga


semakin besar anak, semakin banyak kebutuhannya. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan pengajaran dengan sengaja,
teratur, dan terencana. Pendidikan yang berlangsung disekolah bersifat sistematis
berjenjang, dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangssung dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi.

Masa sekolah bukan satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar. Namun
disadari bahwa sekolah merupakan tempat dan saat yang strategis bagi pemerintah dan
masyarakat untuk membina peserta didik dalam menghadapi kehidupan masa depan.

3. Masyarakat

Masyarakat turut serta dalam memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat


dapat diartikan sebagai kumpulan individu yang di ikat oleh kesatuan negara, kebudayaan,
dan agama setiap maasyarakat. Masyarakat memilki pengaruh besar terhadap pendidikan
anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.

Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga dan


sekolah pendidikan ini telah dimulai setelah anak-anak, berlangsung beberapa jam dalam
satu hari selepas dari pendidikan keluarga dan sekolah. Corak pendidikan yang diterima
peserta didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik
pembentukan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap, maupun pembentukan kesusilaan
keagamaan.

Diantara badan pendidikan kemasyarakatan dapat disebutkan antara lain:

 Kepanduan
 Perkumpulan-perkumpulan olahraga
 Perkumpulan-perkumpulan pemuda dan pemudi
 Perkumpulan-perkumpulan sementara
 Kesempatan-kesempatan berjamaah
 Perkumpulan-perkumpulan perekonomian
 Praktek-praktek politk
 Perkumpulan-perkumpulan keagamaan

Aktifitas dan interaksi antara sesama manusia dalam badan pendidikan tersebut
banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotanya apabila di dalamnya hidup
suasana yang islami maka kepribadian anggotanya cenderung berwarna islami juga.

C. Kelembagaan Dalam Pendidikan Islam

Kelembagaan Dalam Pendidikan Islam Secara konsep, lembaga sosial tersebut tertidiri
atas tiga bagian yaitu:

 Asosiasi, misalnya universitas atau persatuan,


 Organisasi khusus, misalnya rumah sakit dan sekolah,
 Pola tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang
mempunyai tujuan tertentu.

Dalam Islam, pola tingkah laku yang telah melembaga pada jiwa setiap individu
muslim mempunyai dua bagian, yaitu lembaga yang tidak dapat berubah dan lembaga yang
dapat berubah.
1. Lembaga yang Tidak Dapat Berubah

Lembaga tidak berubah adalah sesuatu kepercayaan yang didalamnya berkaitan


hubungan manusia dengan Allah yang terwujud dalam sebuah pola tingkah laku yang
mengubah manusia itu menuju manusia yang lebih baik dalam hal perbuatan sehingga
didalamnya tidak terjadi berbedaan status ekonominya namun yang ada hanya perbedaan
keimanannya dihadapan Allah.

 Rukun Iman, yaitu lembaga kepercayaan manusia kepada Tuhan, Malaikat, Kitab,
Rasul, Hari Kiamat, dan Takdir.
 Ikrar keyakinan (bacaan syahadatain), yaitu lembaga yang merupakan pernyataan
atas kepercayan manusia.
 Thaharah, yaitu lembaga penyucian manusia dari segala kotoran, baik lahir
maupun batin.
 Shalat, yaitu lembaga pembentukan pribadi-pribadi yang dapat membantu dan
menemukan pola tingkah laku untuk membangun atas dasar kesejahahteraan umat
dan mencegah perbuatan fakhsya’ wal munkar.
 Zakat, yaitu lembaga pengembangan ekonomi umat, serta lembaga untuk
menghilangkan stratifikasi status ekonomi masyarakat yang tiak seimbang.
 Puasa, yaitu lembaga untuk mendidik jiwa, dengan mengendalikan hawa nafsu
dan kecenderungan-kecenderungan fisik dan psikologis.
 Haji, yaitu lembaga pemersatu dalam komunikasi umat secara keseluruhan.
 Ihsan, yaitu lembaga yang melengkapi dan meningkatkan serta menyempurnakan
amal dan ibadah manusia.
 Ikhlas, yaitu lembaga pendidikan rasa dan budi sehingga tercapai suatu kondisi
kenikmatan dalam ibadah dan beramal.
 Takwa, yaitu lembaga ynag menghubungkan antara manusia dan Allah SWT.
Sebagai suatu cara untuk membedakan tingkat dan derajat manusia.
2. Lembaga yang Dapat Berubah

Lembaga yang dapat berubah adalah susutu yang didalamnya berkaitan dengan
manusia itu sendiri dengan pola tingkah laku yang didalamnya menjadi sebuah acuan
yang untuk memutuskan segala sesuatu dengan hasil musyawarah atau melalui ijtihad
yang dilakukan manusia sehingga bisa dapat berubah-ubah karena bukan berasal dari
Allah.

 Ijtihad, yaitu lembaga berpikir sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam


merumuskan suatu keputusan masalah,
 Fikih, yaitu lembaga hukum islam yang diupayakan oleh manusia melalui
lembaga ijtihad,
 Akhlak, yaitu lembaga nilai-nilai tingkah laku yang dibuat acuan oleh
sekolompok masyarakat dalam pergaulan,
 Lembaga Ekonomi, yaitu lembaga yang mengatur hubungan ekonomi masyarakat
dengan mencangkup segala aspeknya,
 Lembaga pergaulan social
 Lembaga Politik
 Lembaga Seni
 Lembaga Negara
 Lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi
 Lembaga Pendidikan

Dengan demikian, lembaga pendidikan islam adalah suatu bentuk organisasi yang
diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga sosial, baik yang permanen ataupun
yang berubah-ubah.

D. Tanggung Jawab Lembaga Pendidikan Islam

Sebelum memasuki siapa yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan


lembaga pendidikan islam, lebih baik kita melihat pendapat para ahli dalam merumuskan
penanggung jawab penyelenggara pendidikan pada umumnya. Seorang akhli filsafat,
antropologi, dan fenomena bernama Lavengeld menyatakn bahwa yang bertanggung jawab
di atas menyelenggarakan pendidikan adalah:

 lembaga keluarga yang mempunyai wewenang bersifat kodrati,


 lembaga Negara yang mempunyai wewenang berdasarkan undang-undang,
 lembaga gereja yang mempunyai wewenang berasal dari amanat Tuhan.

Sebaliknya Ki Hajar Dewantara (RM Soewardi Soerjaningrat) memfokuskan


penyelenggarakan lembaga pendidikan dengan Tricentral yang merupakan tempat
pergaulan anak didik yang amat penting baginya. Tricentral itu ialah :

 Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.


 Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah,
 Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat.

Sementara menurut Sidi Gazalba, yang berkewajiban menyelenggarakan lembaga


pendidikan adalah:

 Rumah Tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak
sampai usai sekolah. Pendidikanya adalah orang tua, sanak kerabat, famili,
saudara-saudra, teman sepermainan, dan kenalan pergaulan,
 Sekolah, yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk
sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidikan adalah guru yang
profesional,
 Kesatuan sosial, yaitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan yang
terakhir tapi bersifat permanen. Pendidikannya adalah kebudayaan, adat istiadat,
dan suasana masyarakat setempat.

Islam juga mengajarkan untuk amar ma’aruf (tindakan proaktif) dan nahi munkar
( tindakan reaktif) terhadap lingkungan sekitarnya (QS.ali Imran: 104, 110). Ajaran ini
berimpilkasi kan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, yang
mencangkup tanggung jawab keluarga, sekolah, pemerintah, dan lingkungan sosial.

Ada beberapa wujud pendidikan islam dalam bahasan kali ini, penulis memilih
lembaga keluarga, masjid/musolah, pondok pesantren dan madrasah.
E. Prinsip-Prinsip Lembaga Pendidikan Islam

Bentuk lembaga islam apa pun dalam islam harus berpijak pada prinsip-prinsip
tertentu yang telah disepakati sebelumnya, sehingga antara lembaga satu dengan lembaga
yang lainya tidak terjadi tumpang-tindih.

Prisip-prinsip Islam itu adalah:

 Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang menjerumuskan


manusia pada api neraka (QS.at-Tahrim: 6).
 Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang
ememiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di
akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan bertakwa,
yang senantiasa memanjatkan doa sehari-harinya (QS. Al-Baqarah: 201, al-
Qashas: 77).
 Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan
yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling
mengembangkan diri pada Khaliknya. Keyakinan dan keimanan sebagai
penyuluh terhadap hal budi yang sekaligus mendasar ilmu pengetahuan, bukan
sebaliknya, keimanan dikendalikan oleh akal budi (QS. Al-Mujadilah: 11).
 Prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar dan membebaskan manusia dari
belenggu-belenggu kenistaan (QS. Ali Imran: 104, 110).
 Prinsip pengembangan daya piker, daya nalar, daya rasa sehingga dapat
menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta, rasa
dan karsanya.
REFRENSI

http://udintfrenky.blogspot.com/2017/03/kelembagaan-dalam-pendidikan-islam.html?m=1

http://abibulah.blogspot.com/2013/01/pendidikan.html?m=1

https://www.academia.edu/9852718/KELEMBAGAAN_PENDIDIKAN_ISLAM_PESANTREN

http://kamiluszaman.blogspot.com/2015/09/lembaga-pendidikan-islam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai