Anda di halaman 1dari 4

SUMMARY MATERI

Pergeseran Paradigma Pembangunan Desa


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Maryunani, SE., MS. dan Axellina Muara Setyanti, SE., M.E

Disusun Oleh :

Dimas Muhammad Firdaus 215020100111022


` Audrey Valerie 215020100111039

Mata Kuliah :
Ekonomi Perdesaan (AA)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
Topik: Bab 2 ‘Pergeseran Paradigma Pembangunan Desa’
2.3 Pergeseran Paradigma Pembangunan Desa
Pergeseran paradigma dapat diartikan sebagai paradigma baru yang dapat diterima
sebagai sebuah kebenaran ilmiah dan mengalahkan paradigma lama, sehingga paradigma lama
akan mulai ditinggalkan dan beralih pada paradigma baru. Secara garis besar, paradigma
pembangunan sendiri dibagi menjadi tiga bagian yaitu paradigma yang berorientasi pada
produksi atau pertumbuhan, paradigma yang berorientasi pada pemerataan atau keadilan, dan
terakhir paradigma yang berorientasi atau berpusat pada manusia. Konsepsi pergeseran
paradigma menyadarkan bahwa para ilmuan tidak selalu meyakini sebuah produk keilmuan itu
sesuatu yang final kebenarannya.

2.3.1 Pembangunan Berorientasi Pada Pertumbuhan


Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan adalah paradigma yang
mendominasi pemikiran tentang praktik pembangunan ekonomi di negara berkembang pada
1950-1960 an. Pada masa itu, Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product
(GDP) diterima secara luas sebagai indikator tunggal terbaik dari pembangunan ekonomi.
Paradigma pembangunan pertumbuhan menyatakan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi
akan menghasilkan efek tetsan pada golongan miskin melalui kekuatan pasar, meningkatnya
kesempatan kerja, meningkatnya produktivitas, meningkatnya upah, dan turunnya harga-harga.
Adapun manfaat dari pertumbuhan ekonomi menurut paradigma pembangunan. Pertama, secara
otomatis menghasilkan efek trickle down kepada golongan masyarakat miskin. Kedua,
kesempatan kerja yang meluas dalam artian pengangguran akan berkurang. Ketiga,
meningkatnya produktivitas dan upah. Terakhir, pertumbuhan ekonomi akan menurunkan harga-
harga barang pokok. Namun, ada beberapa kendala dalam perdesaan yang membuat
pertumbuhan ekonomi di desa terhambat yaitu pembangunan di desa hanya dipandang sebagai
sumber bahan makanan, bahan mentah, dan sumber daya manusia yang murah untuk industri
perkotaan. Selain itu juga, pembangunan perdesaan tidak dianggap sebagai urusan yang
primer/utama. Selanjutnya, pertanian juga dianggap sebagai sektor tradisional yang tunduk
kepada law of diminishing return dan terakhir adalah derasnya arus perpindahan masyarakat desa
ke kota (urbanisasi).

2.3.2 Pembangunan Beorientasi Pada Pemerataan


Paradigma pembangunan berorientasi pemerataan, keberhasilan pembangunan ekonomi
dipandang dari perspektif yang lebih luas, yang artinya bukan dari kenaikan laju pertumbuhan
ekonomi semata, tetapi juga memperhatikan bagaimana dengan tingkat kemiskinan,
pengangguran dan ketidakmerataan pendapatan yang ada. Fokus utama paradigma pemerataan
ialah pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Namun, paradigma pemerataan
masih memilik kekurangan yaitu, paradigma pemerataan membuat kaum miskin bergantung
pada program dan pelayanan pemerintah, dan akibatnya masyarakat semakin bergantung pada
pemerintah.

2.3.3 Pembangunan Berorientasi Pada Manusia


Paradigma pembangunan berorientasi pada manusia memusatkan perhatiannya pada
perkembangan manusia, kesejahteraan manusia, lingkungan hidup, dan kemandirian ekonomi.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menciptakan transformasi perdesaan yang berlandaskan atas
nilai-nilai yang berpusat pada rakyat, dan potensi yang ditawarkan oleh teknologi yang
berbasiskan informasi atau teknologi yang padat informasi. Setelah UU No.6 Tahun 2014
disahkan, pembangunan manusia telah menjadi salah satu kewenangan desa yang diwujudkan
dalam pemberdayaan masyarakat desa.

2.4.4 Studi Kasus

Studi kasus dari materi yang kami bahas diambil dari penelitian Jurnal Equilibrium Pendidikan
Sosiologi, dengan penulis bernama Selviana, Irwan Akib, Rifaisal (Universitas Muhammadiyah
Makassar) yang berjudul Bantuan Lansung Tunai. Bantuan langsung Tunai merupakan
implementasi yang di lakukan oleh pemerintah untuk pengurangan kemiskinan. Hal ini sesuai
dengan materi yang kita bahas di sub-bab 2.3.2, yaitu tentang Pembangunan Berorientasi pada
Pemerataan.

Salah satu program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan atau memajukan kesejahteraan
umum adalah dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Bantuan langsung tunai
(BLT) mulai terlaksana melalui Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2005 , tentang “pelaksanaan
Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin” dan Instruksi Presiden Republik
Indonesia No.3 Tahun 2008, tentang “ pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai untuk rumah
tangga sasaran”. Tujuan yang diharapkan melalui kebijakan program ini adalah dapat menjawab
persoalan kemiskinan di Indonesia, sebagai akibat dari segenap perubahan yang telah terjadi,
baik secara nasional maupun global

Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang (dana tunai)
kepada masyarakat miskin setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan
jalan mengurangi subsidi namun selisih dari subsidi itu diberikan kepada masyarakat miskin.
Namun menurut penelitian tersebut bantuan langsung tunai terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat adalah bantuan langsung tunai ini dianggap tidak efektif dan efisien karena kurang
membantu dalam peningkatan perekonomian masyarakat hal ini disebabkan masyarakat
menggunakan dana tersebut bukan untuk jangka panjang atau bukan untuk modal usaha
melainkan untuk kebutuhan sehari-hari dan dampak lainnya yaitu masyarakat menjadi
ketergantungan terhadap bantuan langsung tunai karena masyarakat terus mengharapkan bantuan
dari pemerintah

Anda mungkin juga menyukai