PENDAHULUAN
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian strategi dan strategi pembangunan ekonomi ?
2. Apa saja macam-macam strategi dalam pembangunan ekonomi ?
3. Bagaimana cara mengukur keberhasilan pembangunan ?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan arti dari strategi dan strategi pembangunan.
2. Mendeskripsikan macam-macam strategi baru dalam pembangunan ekonomi.
3. Mendeskripsikan bagaimana cara mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Wilayah dan lingkungan
Sumber daya alam serta persebarannya
Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan
teknologi
Manajemen nasional
Kemungkinan pengembangan
3
Masyarakat miskin dengan segala keterbatasannya, membuat mereka semakin
sulit untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Ketidakmampuan secara ekonomi membuat
masyarakat miskin tidak ada pilihan lain untuk sekedar bertempat tinggal yang layak
atau berobat ke dokter karena masalah kesehatan. Belum lagi perubahan kawasan
pertanian menjadi kawasan industri mendorong masyarakat untuk beralih profesi dari
petani atau buruh tani menjadi buruh pabrik atau sebaliknya malah tidak bekerja sama
sekali sehingga menimbulkan masalah pengagguran. Model pembangunan industri yang
lebih banyak bersifat capital intensive dari pada labour intensive semakin memperparah
kondisi pengangguran yang semakin bertambah.
Kondisi seperti itulah yang menyebabkan negara sedang berkembang semakin
sulit untuk maju. Disisi lain laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata juga diikuti
dengan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin tidak merata. Pembagian kue
pembangunan yang tidak merata hanya dinikmati oleh kalangan tertentu dalam hal ini
pemilik modal atau golongan masyarakat kaya, semakin memiskinkan masyarakat yang
memang sudah miskin.
Oleh karena itu makna pembangunan menjadi dipertanyakan, sebenarnya
pembangunan itu ditujukan untuk siapa ? Kegagalan pembangunan di berbagai negara
sedang berkembang menunjukkan salah satu bukti kegagalan strategi pembangunan
yang selama ini diyakini kebenarnya. Hasil pembangunan tidak seperti yang diharapkan
semakin memperkuat ada yang salah dalam proses pembangunan. Pembangunan yang
seharusnya menyebabkan perbaikan atau peningkatan kualitas hidup ternyata justru
sebaliknya. Pembangunan yang terjadi selama ini lebih benyak menghasilkan masalah-
masalah krusial dalam pembangunan, seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan
angka kemiskinan. Konsep trickle down effect (menetes ke bawah) yang selalu di
dengung-dengungkan tidak memberikan hasil yang memadai. Pembangunan hanya
terpusat pada kelompok dan wilayah tertentu saja, sehingga pembangunan tidak bisa
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
B. Paradigma Baru
Menurut Hendra Esmara dan Meier (dalam Mudrajad K, 2006), bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang mutlak diperlukan (necessary) tetapi
tidak mencukupi (sufficient) bagi pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat
peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi
lebih luas dari sekedar pertumbuhan ekonomi.
4
Menurut Meier, pembangunan tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran
pembangunan, namun lebih memusatkan pada proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan ekonomi tidak cukup dengan peningkatan pendapatan perkapita dalam
jangka panjang saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah jumlah penduduk miskin tidak
mengalami peningkatan dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang.
Myrdal menekankan pada pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh
sistem sosial. Dudley dan Seers pada tahun 1973, merujuk 3 (tiga) sasaran utama dari
pembangunan, yaitu:
1. What has been happening to proverty ?
2. What has been happening to unemployment ?
3. What has been to inequality ?
Myrdal, Dudley dan Seers, nampaknya mempunyai kecenderungan bahwa
pembangunan lebih banyak menekankan pada aspek sosial, yaitu pentingnya
mengurangi kemiskinan, tingkat pengangguran dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan. Berdasarkan hal tersebut, maka pembanguan haruslah ditujukan pada
perluasana kesempatan kerja dan pemerataan distribusi pendapatan . Hal inilah yang
mendorong munculnya konsep baru dalam memahami makna pembangunan.
5
Implementasi dari strategi pembangunan ini adalah berupa kebijakan antara
lain :
a) Menciptakan lapangan kerja
b) Perhatian terhadap UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
c) Investasi pada SDM (Sumber Daya Manusia)
d) Perhatian terhadap rakyat miskin
Kebijakan pemerintah diarahkan pada kebijakan yang berorientasi pada
masyarakat banyak, oleh karena itu strategi ini dinamakan juga strategi pembangunan
bersifat populis (populisme).
6
ketergantungan yang sangat tinggi antara negara sedang berkembang dengan negara
maju. Negara sedang berkembang yang pada umumnya merupakan negara miskin
sangat terbatas dalam pemumpukan modal sehingga tidaklah heran banyak negara
sedang berkembang yang terjerat dalam lilitan utang luar negeri, termasuk Indonesia.
Sebagai pelopor kelahiran strategi pembangunan mandiri adalah negara India
pada masa pemerintahan Mahatma Gandhi, Tanzania pada masa pemerintahan Julius
Nyerere, Cina pada masa pemerintahan Mao Zedong dan Indonesia pada masa
pemerintahan Soekarno. Pengertian “mandiri” tidak saja mandiri secara ekonomi tetapi
juga mandiri dalam segala hal, sehingga strategi pembangunan mandiri pada intinya
merupakan strategi pembangunan yang tidak tergantung pada negara lain.
4. Strategi pembangunan berkelanjutan
Strategi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), lahir sekitar
tahun 1970 seiring dengan merebaknya masalah lingkungan. Kesadaran msyarakat yang
sangat tinggi akan petingnya lingkungan hidup, mendorong beberapa negara untuk
mengadakan pertemuan dan membahas tentang kerusakan lingkungan yang terjadi.
Laporan dari Club of Rome, dengan menggunakan data statistik, menyimpulkan bahwa
“bila tren pertumbuhan penduduk, industrialisasi, polusi, produksi makanan, dan deplesi
sumberdaya terus menerus tidak berubah maka batas pertumbuhan atas planet bumi
akan dicapai dalam waktu kurang dari 1000 tahun”. Namun demikian ramalan ini tidak
terbukti.
Menurut Lester Brown (1981), konsep subtainable sendiri merujuk pada 4
(empat) nilai utama, yaitu:
a. Tertinggalnya transisi energi
b. Memburuknya sistem biologis utama (perikanan laut padang rumput, hutan, lahan
pertanian)
c. Ancaman perubahan iklim yang sangat ekstrem (polusi, dampak rumah kaca,
bencana banjir musim panas yang sangat panas dan musim dingin yang sangat dingin)
d. Kurangnya bahan makanan
Dengan demikian, strategi pembangunan berkelanjutan merupakan strategi
pembangunan yang berorientasi pada pentingnya menjaga lingkungan. Pembangunan
yang tidak semata-mata mengejar nilai ekonomis, tetapi disisi lain juga memperhatikan
ekologi maupun sosial di masa yang akan datang.
7
Oleh karena itu para ahli pembangunan setuju tentang konsep pembangunan
ecodevelopment dimana masyarakat dan lingkungan harus bersama-sama berkembang
menuju produktivitas dan pemenuhan kebutuhan yang lebih baik.
Pada program Millennium Development Goals atau MDGs yang disepakati 189
negara, termasuk Indonesia pada konferensi Tingkat Tinggi Milenium Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada bulan September 2000 merumuskan 8 (delapan) target
pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015. Kedelapan target pembangunan
tersebut adalah:
1. Penghapusan kemiskinan
2. Pendidikan untuk semua
3. Penyetaraan gender
4. Perlawanan terhadap penyakit
5. Penurunan angka kematian anak
6. Peningkatan kesehatan ibu
7. Perlindungan lingkungan hidup
8. Kerjasama global.
Program Millennium Development Goals atau MDGs merupakan salah satu
program dunia tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan. Disamping itu dalam
program Millennium Developmenbt Goals atau MDGs terkandung makna pentingnya
perubahan dalam memahami makna pembangunan. Pembangunan tidak saja dipandang
dari segi ekonomi tetapi juga dari segi ekologi, lingkungan dan sosial. Dampak
perubahan iklim sebagai salah satu penyebab pentingnya pembangunan berdasarkan
lingkungan sekitar.
5. Strategi pembangunan berdimensi etnik
Stretegi pembangunan berdimensi etnik (ethnodevelopment) lahir dengan latar
belakang konflik antar etnis. Konflik antara etnisi terjadi pada negara yang memiliki
berbagai macam etnis, (multietnis) seperti ras, suku dan agama yang beragam
(heterogen). Negara dengan multietnis seperti ini sangat rentan untuk terjadinya konflik.
Pada negara-negara seperti di Afrika, dan Asia Selatan pada umumnya sering terjadi
konflik berupa :
Konflik kepemilikan atas tanah
Konflik penguasaan sumberdaya alam
Konflik ketimpangan pembangunan
8
Konflik penguasaan politik dan ekonomi
Negara Malaysia secara terbuka memasukan konsepethnodevelopment dalam
formulasi kebijakan Ekonomi Baru-nya (NEP) yang dirancang dan digunakan untuk
menjamin agar buah pembangunan dapat dirasakan oleh semua warga negara secara
adil, baik dari komunitas Cina, India, maupun masyarakat pribumi Malaysia (Faaland,
et al, 1990).
2.3. Cara Mengukur Keberhasilan Pembangunan
Pembangunan seperti yang sudah ditegaskan diatas, tidak hanya dilihat dari sisi
ekonomi saja tetapi juga dari sisi lainnya. Oleh karena itu keberhasilan pembangunan
sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi. Dalam bukunya Mudrajad
Kuncoro (Ekonomika Pembangunan, 2006) menetapkan ada 2 (dua) indikator utama
dalam menentukan keberhasilan pembangunan di negara sedang berkembang, yaitu
indikator ekonomi dan indikator sosial.
Indikator ekonomi meliputi :
Laju pertumbuhan ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator ekonomi yang paling utama dalam
menilai keberhasilan pembangunan. Sebelum makna pembangunan mengalami
perubahan, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang mutlak harus dicapai oleh
neg'ara sedang berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dianggap “DEWA”
dalam pembangunan, sehingga target pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah suatu
keharusan.
Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (dalam persen)
2004 2005 2006
Total Konsumsi 4,9 4,3 3,9
- Konsumsi Swasta 5,0 4,0 3,2
- Konsumsi Pemerintah 4,0 6,6 9,6
Investasi 14,7 10,8 2,9
- Permintaan Domestik 5,4 5,3 3,3
- Net Ekspor -19,5 13,6 15,6
Ekspor Barang & Jasa 13,5 16,4 9,2
Impor Barabg & Jasa 26,7 17,1 7,6
PDB 5,0 5,7 5,5
Sumber : BPS, 2009
Gross National Product (GNP) atau Pendapatan Nasional Perkapita
9
Perhitungan pendapatan nasional perkapita dapat diperoleh dengan cara menghitung
pendapatan nasional atau GNP suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk.
Perhitungan pendapatan perkapita suatu masyarakat pada umumnya dilakukan tiap satu
tahun sekali. Dari data yangdiperoleh ini dapat diambil manfaat antara lain:
a. Untuk mengetahui perkembangan suatu negara dari tahun ke tahun
b. Sebagai acuan dalam mengambil kebijakan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu perhitungan pendapatan perkapita masyarakat suatu negara
adalah sangat perlu dan penting mengingat besar sekali manfaat yang diperoleh.
Disamping itu menganalisa ada tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara dapat
dilihat secara sekilas dari data tersebut. Selain itu data perkembangan pendapatan
perkapita masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun akan dapat memberikan suatu
gambaran mengenai, antara lain:
a. Laju perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
b. Perubahan dalam corak perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk suatu negara
c. Dapat meramalkan tingkat pendapatan perkapita penduduk suatu negara untuk
masa yang akan datang.
Sampai saat ini penggunaan tolok ukur pendapatan nasional perkapita suatu
masyarakat sebagai indeks tingkat kesejahteraan masih tetap digunakan. Dengan
demikian maka apabila ingin mengetahui tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat
dilihat pendapatan perkapitanya. Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu
masyarakat maka akan semakin sejahtera masyarakatnya.
Kelemahan Pengukuran Pendapatan Perkapita
Sebenarnya banyak sekali tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, tidak hanya dilihat dari faktor ekonomi
saja tetapi juga neliputi faktor-faktor yang lain, seperti faktor sosial, politik dan
kebudayaan. Karena sifatnya yang sangat kompleks ini, maka untuk mengukur tingkat
kesejahteraan tidaklah mudah, tidak hanya dilihat secara materi atau lahiriah saja, tapi
haruslah melibatkan keduanya. Dengan demikian kesejahteraan mempunyai konotasi
atau bersifat sangat relatif sekali atau adanya unsur subyektivitas yang mendukung di
dalamnya. Oleh karena itu, sejahtera secara materi belum tentu sejahtera secara lahiriah
dan sebaliknya, sejahtera secara alamiah belum tentu sejahtera secara materi.
10
Kelemahan yang melekat pada sistem perhitungan PDB selama ini adalah
ketidakmampuannya mengakomodasikan indikator-indikator non-ekonomi (termasuk
lingkungan) sebagai detrminan penting bagi tingkat kesejahteraan. Ketika angka PDB
nominal tidak bisa berbicara mengenai tingkat kesejahteraan riil, maka UNDP (United
Nations Development Programme)mengambil inisiatif untuk menghitung veriabel
PPP (Purchasing Power Parity), sebagai dasar penentu kemampuan atau daya beli
seseorang.
Menurut Hiks, tujuan dari perhitungan pendapatan nasional adalah memberi
indikasi mengenai seberapa besar masyarakat dapat mengkonsumsinya tanpa harus
memiskinkan dirinya sendiri. Atas dasar itulah maka lokakarya yang diselenggarakan
Bank Dunia di Paris, 21-22 November 1988, menghasilakan rumusan baru sebagai
berikut:
NDP = PDB - KONSUMSI
Dimana:
NDP = Net Domestic Product atau PDB netto atau PDB dengan perhitungan yang baru
Konsumsi = dalam hal ini adalah biaya yang mengakibatkan manipisnya sumberdaya
alam
Pada konferensi di Brussel 31 Mei-1 Juni 1995, muncul formulasi sebagai berikut:
PDB = Output Total – Input Antara (Intermediate Input)
Sehingga:
NDP = PDB – Depresiasi modal tetap Pendapatan Nasional Bruto
Pendapatan Nasional Bruto = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri
Jadi, pendapatan nasional Neto = NDP + Pendapatan Neto dari luar negeri.
Indikator Sosial meliputi :
1. Human Development Index (HDI)
Indeks pembangunan manusia atau Human Development indeks (HDI) diukur
berdasarkan tiga tujuan atau produk pembangunan, yaitu:
a. Usia panjang yang diukur dengan tingakt harapan hidup
b. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa
yang dapat membaca dan rata-rata tingkat sekolah
11
c. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan riil yang telah disesuaikan, yaitu
disesuaikan menurut daya beli atau mata uang masing-masing negara dan asumsinya
menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat.
2. Physical Quality Life Index (PQLI)
Indeks mutu hidup atau Physical Quality Life Indexdisingkat PLQI merupakan indeks
gabungan dari tiga indikator utama, yaitu:
a. Angka harapan hidup pada usia satu tahun
b. Angka kematian
c. Tingkat buta huruf
12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Strategi pembangunan adalah suatu tindakan pemilihan atas faktor-faktor yang di
jadikan faktor utama (penentu) pada jalannya proses pertumbuhan.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan strategi
pembangunan ekonomi adalah tujuan yang hendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai
adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi
digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah,
akumulasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang rendah, dan struktur
ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga kurang berkembang.
13
industri memunculkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang umum
adalah rusaknya lingkungan, yang ditandai hutan. Kondisi ini sebagai akibat dari
pembangunan industri yang tidak tertata dengan baik. Kerusakaan dan pencemaran
lingkungan seringkali tidak diperhitungan oleh negara, akibatnya biaya sosial yang
harus ditanggung masyarakat terlalu tinggi dan pada akhirnya masyarakat miskinlah
yang menjadi korban.
Sedangkan pada paradigma baru ada lima strategi yang diterapkan, yaitu:
Strategi pertumbuhan dengan distribusi
Strategi kebutuhan pokok
Strategi pembangunan mandiri
Strategi pembangunan berkelanjutan
Strategi pembangunan berdimensi etnik.
Dengan berbagai strategi yang diterapkan, maka dapat ditetapkan dua indikator
untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Yaitu indikator ekonomi dan indikator
sosial.
3.2. Saran
Melihat begitu pentingnya strategi dalam pembangunan, maka hendaknya
pemerintah lebih jeli memilih strategi mana yang cocok diterapkan di negara kita.
Sebab, jika strategi yang diterapkan itu salah maka bukan kemiskinan yang dapat turun.
Akan tetapi kemiskinan itu bisa malah semakin naik. Dan yang terpenting lagi, apapun
bentuk strategi yang diterapkan hendaknya tidak sampai merusak ekosistem alam.
14
15