Anda di halaman 1dari 5

Not Sure

Summary
Tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Bahkan pada pertemuannya dengan
seseorang satu tahun yang lalu. Waktu itu yang dia ingat hanya bola mata orang yang
menyapanya sambil tersenyum di balik maskernya. Dan, dia juga tidak yakin apakah dia
masih ingat dengan dua pasang benda berwarna hitam legam itu yang dulu menatapnya lekat-
lekat.
“Apakah sebelumnya kita pernah bertemu ?”
****
Dia terlambat lagi hari ini. Kebiasaan buruk tersebut tidak dapat ia hilangkan begitu
saja. Tapi sebenarnya hal tersebut juga tidak dapat dikategorikan kebiasaan yang buruk. Dia
hanya memiliki masalah pada jam tidurnya dan satu-satunya cara yang ia bisa lakukan agar
segera terlelap adalah dengan membaca buku. Tapi membaca buku hanya akan membuatnya
semakin penasaran dengan kelanjutan isi buku tersebut.
“hahahaha sebercanda ini memang hidup” keluhnya. Dia sampai di tempat kerjanya telat
tepat tiga puluh menit. Dia pun memasuki ruangan kantor tempat ia bekerja sambil
mengendap-ngendap berharap tidak ada yang menyadari akan eksistensinya. Nampak semua
rekan kerjanya sedang berdiri dan bertepuk tangan pada sosok yang sedang berdiri di depan
sana.
Dia pun baru ingat kalau hari ini ada salah satu perwakilan dari perusahaan luar yang
ingin bekerja sama dengan perusahaan tempat ia bekerja. Sosok tersebut tersenyum di sana
sambil beberapa kali membungkukkan badannya sedikit tanda hormat dia sudah diterima di
sini.
“Baru datang bang?” tanya teman satu meja sosok yang datang terlambat yang dijawab hanya
dengan lirikan kesalnya. Dia pun ikut tepuk tangan setelah dirasa sudah aman dan bertingkah
seperti tidak ada yang terjadi.
“Oke. Setelah ini mohon bantuan salahsatu anggota dari devisi membantu klien kita yang
berkunjung ini untuk memandu tur kecil di kantor kita ini” ujar si kepala devisi. Sontak
semua manusia yang ada di sana pun mulai berbisik-bisik. Yang terdengar memang
kebanyakan dari mereka tidak ada yang mau menemani orang yang sedang berdiri di depan
sana untuk mengelilingi bangunan perusahaan yang luasnya tidak main-main.
“Ngapain harus diajak keliling? Kan niatnya hanya berkunjung saja dia. Dikira kita ga ada
kerjaan apa” gerutu sosok yang terlambat tadi.
“PAK! PAK!”tiba-tiba suara di samping orang yang menggerutu tersebut menggema di
ruangan tersebut. Seluruh mata langsung tertuju ke sumber suara tersebut yang mana sedang
menunjuk sosok yang lebih pendek darinya. Semua orang pun dengan refleks langsung
menganggukkan kepala mereka sambil bertepuk tangan.
“Iya kamu! Sini!” ucap sang kepala devisi menyuruhnya maju.
“WTF bro!” ucapnya pelan pada sosok yang berteriak tadi. Setelah itu dia pun melangkahkan
kakinya ke depan untuk menghampiri si kepala devisi.
***
Sang kepala devisi memberi sedikit instruksi kepada orang yang akan menemani klien
tersebut. “Kamu sudah tahu namanya siapa kan? Ga mungkin kalau kalian kenalan lagi”
Sebenarnya dia tidak tahu siapa nama klien yang sedang menatap dirinya dengan
intens ini. Tapi kalau dia mengaku belum sama saja dia bunuh diri karena sang kepala devisi
bakal tahu kalau dirinya tadi terlambat. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya ragu
mengiyakan pertanyaan tersebut.
“Oke. Kamu akan ditemani sama salahsatu anggota saya tidak apa-apa kan? Maaf saya tidak
bisa menemani karena masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Dan juga sepertinya
kalian masih seumuran jadi mungkin kalau ngobrol masih nyambung hehehe” ucap sang
kepala divisi dan pamit meninggalkan mereka berdua.
“ayo silahkan saya temani untuk berkeliling” ujar entitas yang sok kenal tadi ke orang yang
dari tadi masih saja menatap dirinya dengan intens.
***
Di sepanjang mereka berjalan tidak ada percakapan sama sekali. Baik yang mengajak
jalan maupun yang diajak jalan mereka berdua hanya diam tenggelam dalam pemikiran
mereka masing-masing. Keadaan semakin canggung ketika sosok yang lebih tinggi tiba-tiba
memberhentikan langkah kakinya. Sosok yang lebih pendek menyadari itu pun langsung
melihat ke sisinya sambil memberi tatapan “Kenapa?”.
“Sebentar. aku hanya ingin memastikan sesuatu saja” dia pun mengambil sebuah benda
persegi panjang dari saku celananya. Dia terlihat mengetikkan sesuatu pada layar benda
tersebut dan menempelkannya pada telinganya.
Sosok yang lebih pendek pun masih tetap dengan tatapan bingungnya melihat kelakuan orang
yang sedang berdiri di depannya. Yang lagi-lagi ia sadari kalau dia sedang menatap intens
dirinya.
“Maaf,” akhirnya dia bersuara. “Apakah ada sesuatu yang terjadi?” sosok yang memegang
ponsel itu semakin mengernyitkan matanya setelah mendengar pertanyaan itu. Dia
mematikan layar ponselnya memasukkannya kembali ke saku celananya. Dia berjalan
mendekat ke arah orang yang sedang menatapnya dengan bingung dan mendekatkan
wajahnya.
Merasa terlalu dekat, sontak orang yang lebih pendek menjauhkan wajahnya. “sebentar-
sebentar wkwkwk. I don’t know what’s wrong with you but can we continue our journey? I
have something to do too.”
Oke sekarang makin aneh. Dia melihat sosok yang di depannya kini membulatkan
matanya lebar dan seakan-akan sedang terkena hipnotis? Ia pun mengibaskan tangannya di
depan wajah orang tesebut berusaha untuk menyadarkannya dari lamunan.
“Hello sir?” setelah itu sosok tersebut pun kembali ke dunianya lagi dan tiba-tiba tersenyum
sangat lebar. “Tidak apa-apa. Ayo lanjut jalan” dan dia pun berjalan duluan meninggalkan
sosok yang ada belakangnya dengan sejuta pertanyaan di kepalanya.
***
Setelah kejadian tersebut tidak tahu kenapa sang klien berubah menjadi orang yang
sangat talkative. Dia selalu berusaha mengajak bicara orang yang seharusnya menjelaskan
tentang bangunan perusahaan tempat ia bekeja malah yang terjadi malah kebalikannya.
Jatuhnya dia yang malah sedang ditemani bukan menemani.
Sosok yang lebih pendek pun baru sadar bahwa klien yang ada di depannya ini dulu
merupakan lulusan dari salah satu universitas terpandang prodi teknik industri. Memang dari
awal dia sudah curiga, diliat dari caranya bicara sudah bisa terdeteksi kadar buayanya.
“Kamu sendiri? Dulu lulusan apa kok bisa kerja di sini” tanya sosok yang dari tadi tersenyum
cerah.
“Sastra, sastra inggris. Jadi jika ada dokumen perjanjian yang masuk dari perusahaan luar,
aku harus menerjemahkan dokumen tersebut” senyumnya pun semakin cerah setelah
mendengar jawaban tersebut.
“Ohh pantes, ga kaget juga kalau bahasa inggrismu bagus.” Puji sosok tersebut.
“Tapi...”
“I don’t know why, rasanya kesel saja kalau denger kamu ngomong bahasa inggris wkwkwk”
***
Dia sedang berpikir. Dia duduk di salah satu kursi taman yang ada di danau belakang
bangunan inti perusahaan. Oke, dia selalu berpikir kalau kita tidak pernah tahu dan
kesempatan dari sebuah kebetulan itu pasti ada. Seperti apa yang orang itu ucapkan beberapa
menit yang lalu. Rasanya ia pernah mendengar? Atau membaca? kalimat tersebut. Tapi ia
tidak dapat mengingatnya siapa orang yang pernah mengatakan hal tersebut sebelum ini.
Saking asyiknya bergulat dengan pikirannya sendiri, sepertinya ia sedang melupakan
suatu hal dari tadi.
“Oh iya, tumben ga ada notif email” gumamnya. Ia pun merogoh saku celananya dan ternyata
nihil. Dia pun mulai panik. Ia merogoh setiap saku yang ada di badannya tapi ia tidak bisa
menemukan benda yang ia cari. Keringit dingin mulai terlihat mengucur dari dahinya.
Melihat orang yang di depannya sedang panik, sang klien pun bertanya “ada apa?”. Sosok
yang ditanya pun langsung memberikan tatapan putus asanya “Hpku ketinggalan di rumah”.
Dia pun langsung berdiri bergegas kembali ke ruangan kantornya.
“Maaf tapi acara kelilingnya harus tertunda dulu, aku harus kembali untuk memeriksa
beberapa email dari klien dan juga...” kalimatnya terputus ketika tiba-tiba tangannya ditahan
oleh sang klien.
“Saya juga klien Anda, kan? Jadi apakah Anda tidak keberatan kalau tetap di sini dan
melanjutkan perjalanan untuk menemani klien Anda?”.
Akhirnya ia pun tidak jadi kembali ke ruangan kerjanya dan memang yang dikatakan
itu benar. Bahwa sekarang juga ia sedang bekerja yaitu menemani klien. Tapi hanya saja
rasanya ada yang kurang saja karena hpnya tertinggal di rumah.
Melihat wajah partner turnya yang putus asa membuat sang klien pun tidak tega.
Akhirnya dia memutuskan untuk berdiri sambil berkata “Oke, sepertinya tur bisa selesai lebih
awal. Aku mau makan es krim di kantin. Aku dengar di sini ada kedai yang jualan es krim,
bener kan?”
***
Mereka berdua sudah berada di kantin. Sang klien yang sedang memesan es krim
meninggalkan sosok yang mulai terlihat gusar di kursinya.
Tidak lama kemudian dua es krim strawberry bertopping biskuit regal pun
dihidangkan di meja sosok yang gusar tersebut. Melihat es krim tersebut ia terkejut dan
melupakan masalah ponselnya yang tertinggal. Ia memicingkan matanya pada orang yang
lagi tersenyum di hadapannya.
“Kita pernah bertemu?” tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari bibirnya. “Apa kita dulu pernah
kenal?”
“Menurutmu? Kamu kenal atau pernah ngelihat aku sebelumnya?”
Sosok yang memicingkan matanya tersebut sekarang mengerutkan dahinya, berpikir sejenak.
“Ga lah! Aku baru liat tadi pagi juga!”
“nah itu. Yaudah gih makan es krimnya keburu cair”
***
Singkat cerita, tur kecil mereka akhirnya berakhir dan tetap ia tidak tahu siapa nama
klien yang ia temani tadi. Di lain sisi, sang klien harus bertemu dengan ketua perusahaan
untuk membicarakan lebih lanjut tentang perjanjian kerja sama perusahaan.
Ia pun cepat-cepat kembali ke ruangan kerjanya dan meminta ijin untuk pulang
sebentar untuk memastikan bahwa ponselnya tertinggal di rumah. Hal itu tentunya langsung
mendapat ijin karena atas jasanya yang sudah menemani klien berkeliling.
Selama perjalanan menuju ke rumah, ia kalut dengan kenangan masa lalunya. Tiba-
tiba ia teringat dengan kejadian satu tahun lalu dimana ia bertemu dengan seseorang yang
menurutnya adalah orang terbaik yang pernah ia temui. Tapi karena suatu alasan dia dan
orang tersebut harus mejadi asing. Bahkan dirinya pun sudah tidak mengingat bagaimana
wajah orang tersebut karena memang sudah lama sekali terakhir sejak dia bertemu dengan
orang tersebut.
Akhirnya ia pun sampai di rumah. Memarkirkan motor kemudian membuka pintu
yang langsung disambut oleh seekor kucing berbulu putih. Ia memang hanya tinggal berdua
dengan kucingnya saja. Setelah memberikan sedikit belaian pada kucing kesayannya tersebut,
ia memutuskan untuk mencari dan mengingat lagi kira-kira dimana ia meletakkan ponselnya
tersebut.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya ia menemukan barang persegi
panjang yang ia cari. Benar seperti dugaannya banyak sekali notif email yang masuk berisi
dokumen yang harus ia terjemahkan. Saat sedang asyik menggeser satu-satu notif email
tersebut, tiba-tiba matanya membelalak ketika melihat sebuat notif di layar ponselnya.
Tubuhnya bergetar hebat, kupu-kupu dalam perutnya mulai berterbangan. Dia bingung harus
bereaksi bagaimana.
Ia pun mencoba membuka notif panggilan tidak terjawab tersebut setelah ia bisa
mengendalikan dirinya kembali. Pagi tadi, sosok yang tiba-tiba ia ingat ketika perjalanan
pulang, kembali menghubunginya. Ia bingung apa yang harus dia lakukan? Apakah ia harus
menelponnya balik? Tapi bagaimana kalau hal tersebut malah membuatnya risih? Dan
berakhir tidak baik?
Masih dengan perasaan dan pikirannya yang berkecamuk, tiba-tiba status di bawah
nama kontak tersebut berubah menjadi online dan tidak lama kemudian statusnya berubah
menjadi “is typing....”.
Melihat tersebut membuat sang pemilik ponsel menelan ludahnya dengan kasar dan
menunggu seseorang di seberang sana menyelesaikan ketikannya.
DING!
.
.
.
.
.
.
.
.
Kevin send a photo
“I got you, once again”

Anda mungkin juga menyukai