Anda di halaman 1dari 125

Nama : Fernaldi Christianus

Kelas :9B
Nim :01541200134
Rangkuman

Chapter 1 Strategic Management


Strategic management merupakan metode pendekatan yang digunakan oleh suatu
organisasi atau perusahaan dalam merencanakan, melaksanakan, dan pengendalian mengenai
suatu cara dan langkah langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan jangka
panjang suatu perusahaan. Proses ini dilakukan secara bertahap dengan melakukan evaluasi
dan juga control internal bisnis, melakukan analisis kompetitor, serta menetapkan strategi
yang tepat untuk menghadapi para kompetitor dengan baik. Selain itu strategik manajemen
melibatkan pemikiran jangka panjang yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti
keunggulan kompetitif, perkembangan pasar, tren industri, perubahan teknologi, dan
perubahan sosial. Tujuannya adalah untuk mengarahkan organisasi ke arah yang diinginkan,
memaksimalkan kinerja dan keberhasilan jangka panjang, serta mengantisipasi dan
menghadapi tantangan yang mungkin muncul di masa depan. Adapun proses yang perlu
diperhatikan dalam menjalankan strategik manajemen itu sendiri yaitu, analisis lingkungan,
penetapan visi dan misi organisasi, target pasar yang strategis, identifikasi strategi lain
sebagai alternatif, evaluasi yang berkelanjutan dan pemilihan strategi terbaik, pelaksanaan
strategi, serta pemantauan dan penyesuaian yang berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan strategik pariwisata, terdapat 4 elemen penting yang menyusun
strategi tersebut yaitu :
1. Swot
Swot merupakan analisis internal dan eksternal lingkungan sekitar, ini dilakukan
dalam jangka waktu yang panjang. Swot analisis juga berperan penting karena membantu
organisasi dalam mengidentifikasi berbagai faktor di dalam internal dan eksternal, sehingga
akan mempengaruhi berjalannya strategi yang telah direncanakan. Ada beberapa alasan yang
menunjukan keunggulan swot sehingga menjadi elemen yang penting ketika membuat
strategi manajemen, yaitu:
· Dapat mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan perusahaan secara internal. Melalui
analisis swot perusahaan dapat mengidentifikasi strengths dan weakness yang mereka
miliki secara internal, sehingga perusahaan dapat memahami apa yang sebaiknya mereka
lakukan, apa pilihan yang paling tepat yang secara efektif dan efisien dapat dilakukan

1
untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Dengan menyadari weakness suatu perusahaan,
maka akan menuntut perusahaan untuk mengidentifikasi kelemahan tersebut lalu
mengambil tindakan untuk memperbaikinya dan sebisa mungkin untuk mengurangi
terjadinya resiko. Perusahaan dapat memakai analisis tersebut untuk menjadi lebih baik
lagi dan menciptakan keunggulan yang kompetitif.
· Melalui analisis swot perusahaan dapat mengenali peluang pasar terbaik yang dapat
mereka dapatkan. Melalui analisis swot dengan menganalisa opportunities eksternal
dapat membantu perusahaan untuk memahami tentang tren pasar, perkembangan
industri, perubahan teknologi, atau kebutuhan konsumen yang terus berubah dan
berkembag dari waktu ke waktu. Melalui analisis tersebut akan membantu perusahaan
untuk mengarahkan strategi mereka agar dapat dimanfaatkan dengan tepat sekaligus
mendapatkan keuntungan kompetitif.
· Dapat dipergunakan dalam menghadapi suatu ancaman. Melalui analisis swot dapat
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi threats eksternal yang dapat menghambat
tercapainya cita cita suatu perusahaan. Ancaman ini dapat berasal dari pesaing,
perubahan regulasi, pergeseran pasar, dan faktor-faktor lain yang dapat merugikan suatu
perusahaan. Jika perusahaan dapat menyadari ancaman ancaman tersebut, maka
perusahaan dapat merumuskan strategi untuk mengatasinya atau mengurangi dampak
buruk dari ancaman tersebut yang diterima oleh perusahaan.
· Menentukan strategi yang efektif, melalui pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman melalui analisis swot, perusahaan dapat mengembangkan strategi yang
efektif dan berfokus pada faktor-faktor yang paling penting. SWOT analisis membantu
organisasi dalam pengambilan keputusan strategis yang lebih terinformasi, memastikan
bahwa strategi yang dipilih sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang ada.
Evaluasi dan pemantauan kinerja. Analisis swot penting tidak hanya untuk
perencanaan strategis awal, tetapi juga untuk pemantauan dan evaluasi kinerja yang
berkelanjutan. Perusahaan dapat menggunakan analisis swot dari waktu ke waktu untuk
menilai kemajuannya, mengidentifikasi perubahan yang telah terjadi dan membuat perubahan
strategis yang diperlukan.
2. Strategic Direction
Setelah melakukan analisis swot maka langkah selanjutnya adalah menentukan arah
suatu perusahaan atau disebut juga dengan strategic direction yang berupa visi dan misi
suatu perusahaan. Strategic direction sendiri merupakan langkah yang akan kita ambil dalam
mewujudkan cita cita dari suatu perusahaan untuk merealisasikan visi dan misi perusahaan.

2
Melalui strategic direction tersebut akan melibatkan perusahaan untuk menganalisis kembali
perihal strategi bersaing yang efektif. Adanya strategic direction yang baik membuat suatu
perusahaan dapat mengarahkan sumber daya yang tepat, mengoptimalkan kinerja, mengambil
keputusan yang tepat, dan dapat memposisikan diri secara kompetitif di pasar.
Tanpa adanya arah strategis yang jelas, tentu saja perusahaan akan menghadapi
kebingungan, ketidakpastian, dan kesulitan untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka.
Berikut merupakan beberapa alasan yang membuat strategic direction ini menjadi salah satu
langkah yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan yaitu:
· Membuat fokus pada sasaran dan prioritas, strategic direction dapat membantu
mengarahkan perusahaan pada tujuan jangka panjang yang spesifik dan prioritas strategis
yang telah ditetapkan. Dengan memiliki pandangan jelas tentang arah strategis,
perusahaan dapat menghindari keraguan dan kebingungan dalam pengambilan
keputusan, serta dapat mengalokasikan sumber daya dengan efektif untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
· Sebagai alat pendukung perencanaan dan pengambilan keputusan, strategic direction
juga memberikan bimbingan yang penting dalam perencanaan strategis dan pengambilan
keputusan. Dalam menghadapi pilihan strategis, perusahaan dapat merujuk pada arah
strategis yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai
dengan visi dan misi perusahaan, serta mendukung pencapaian tujuan jangka panjang.
· Membangun identitas dan diferensiasi, strategic direction berperan untuk membantu
perusahaan mengembangkan identitas yang unik dan membedakan diri dari pesaing.
Dengan menetapkan arah strategis yang khas, perusahaan dapat membangun citra merek
yang kuat, memahami nilai-nilai inti yang ingin mereka sampaikan kepada pelanggan,
dan mengarahkan upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar yang spesifik.
· Menyesuaikan dengan perubahan lingkungan, dengan adanya strategic direction yang
tepat memungkinkan perusahaan untuk memantau dan menyesuaikan strategi mereka
dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Dengan memiliki arah strategis
yang fleksibel, perusahaan dapat merespons perubahan tren pasar, perkembangan
teknologi, perubahan regulasi, dan faktor-faktor eksternal lainnya dengan cepat dan
efisien.
· Mendorong kinerja organisasi, strategic direction berfungsi sebagai pendorong bagi
seluruh organisasi. Dengan memiliki arah strategis yang jelas dan disepakati, semua
anggota organisasi memiliki panduan yang sama dalam upaya mereka untuk mencapai
tujuan bersama.

3
Strategic direction ini sangatlah penting, oleh sebab itu perusahaan dapat menerapkan
strategic direction ini. Ada beberapa bentuk pengaplikasian dari strategic direction ini yang
diterapkan dalam suatu perusahaan, yaitu:
· Visi dan misi, visi dan misi perusahaan adalah pernyataan yang mengungkapkan tujuan
jangka panjang dan nilai-nilai inti perusahaan. Visi menggambarkan gambaran masa
depan perusahaan yang diinginkan, sedangkan misi merangkum tujuan inti, nilai dan
kontribusi perusahaan kepada pelanggan dan masyarakat.
· Tujuan strategis, sasaran strategis adalah sasaran yang ditetapkan perusahaan untuk
mencapai visi dan misinya. Sasaran strategis membantu mengalokasikan sumber daya
dan fokus pada pencapaian yang terkait dengan arah strategis perusahaan.
· Nilai dan budaya perusahaan, nilai-nilai perusahaan mencerminkan prinsip dan
keyakinan perusahaan. Budaya organisasi adalah model perilaku, norma dan sikap yang
mendasari interaksi dan efektivitas dalam organisasi. Nilai dan budaya perusahaan
memberikan kerangka etis dan strategis yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan
operasi di seluruh perusahaan.
· Fokus pasar, orientasi strategis juga dapat mencakup orientasi pasar perusahaan. Ini
termasuk menentukan segmen pasar sasaran, menyesuaikan produk dan layanan dengan
kebutuhan pelanggan, dan strategi pemasaran yang tepat untuk mencapai dan
mempertahankan pangsa pasar yang diinginkan.
· Pengembangan dan inovasi produk, strategic direction juga dapat dikaitkan dengan
pengembangan dan inovasi produk. Organisasi dapat menetapkan pedoman strategis
yang berfokus pada pengembangan produk baru, peningkatan kualitas, atau inovasi
proses bisnis untuk membedakan diri dari persaingan dan memenuhi kebutuhan pasar
yang terus berubah.
· Kemitraan dan aliansi strategis, sebuah perusahaan dapat mengambil arah strategis
dengan menjalin kemitraan dan aliansi strategis dengan organisasi lain. Ini mungkin
termasuk berkolaborasi dalam teknologi, penjualan, penelitian dan pengembangan, atau
membuka pasar baru. Kemitraan dan aliansi strategis dapat membantu perusahaan
memperluas jangkauan mereka dan mengoptimalkan kompetensi dan sumber daya yang
ada.
3. Create Strategic
Setelah menentukan strategic direction yang tepat pada perusahaan, maka langkah
selanjutnya adalah create strategic yang digunakan untuk mewujudkan tujuan dari suatu
perusahaan. Dimana langkah ini akan menentukan perangkat perangkat yang sesuai dengan

4
strategic direction. Berikut merupakan langkah langkah yang digunakan dalam menetapkan
strategi di dalam suatu perusahaan.
· Melakukan analisa lingkungan, yaitu menganalisis lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Ini berarti mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan,
serta peluang dan ancaman eksternal yang mempengaruhi kinerja dan strategi
perusahaan.
· Definisi visi dan misi, dengan melakukan orientasi strategis jangka panjang yang
diinginkan didefinisikan sebagai visi dan misi perusahaan. Visi adalah gambaran masa
depan yang dicita-citakan perusahaan, sedangkan misi merangkum tujuan inti, nilai-nilai
dan kontribusi perusahaan kepada pelanggan dan masyarakat.
· Menetapkan tujuan strategis, untuk mencapai visi dan misi perusahaan ditetapkan sasaran
strategis yang tepat dan terukur. Sasaran strategis harus terkait dengan arah strategis
perusahaan dan berfungsi sebagai titik acuan untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan.
· Analisis swot, dengan melakukan penilaian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang dihadapi organisasi. Analisis ini membantu mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal untuk dipertimbangkan saat mengembangkan strategi.
· Pemilihan strategi, strategi alternatif dikembangkan berdasarkan hasil analisis dan tujuan
strategis. Ini membutuhkan pilihan pendekatan umum untuk mencapai tujuan
perusahaan, seperti strategi pertumbuhan, strategi diferensiasi, strategi fokus, atau
strategi integrasi.
· Pengembangan rencana yang akan diterapkan, melakukan perencanaan aksi terperinci
disusun untuk menerapkan strategi yang dipilih. Rencana ini mencakup aktivitas,
tanggung jawab, jadwal, dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
strategis perusahaan.
· Implementasi dan pemantauan, strategi yang dikembangkan diimplementasikan melalui
berbagai langkah dan tindakan. Selama implementasi, organisasi juga memantau dan
mengevaluasi keefektifan strategisnya untuk memastikan pencapaian target dan
perubahan yang diperlukan.
· Penyesuaian dan inovasi, strategi perusahaan harus secara berkala dievaluasi dan
disesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis, kebutuhan pelanggan dan
perkembangan internal perusahaan. Inovasi juga merupakan bagian penting dalam
menciptakan strategi yang berkelanjutan dan kompetitif.

5
4. Implementasi Strategi
Setelah menetapkan strategi yang sesuai dengan arah dari tujuan perusahaan, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi strategi. Implementasi strategi sendiri
merupakan penerjemahan dari rencana yang strategis menjadi suatu tindakan nyata, lalu
mengintegrasikannya ke dalam operasional sehari hari suatu perusahaan. Hal ini melibatkan
koordinasi sumber daya, pembagian tanggung jawab, menerima perubahan yang terjadi
didalam perusahaan, dan mengarahkan para karyawan untuk mencapai tujuan strategis yang
telah ditetapkan. Berikut merupakan beberapa langkah penting dalam implementasi suatu
strategi.
· Adanya komunikasi yang efektif, penting untuk mengkomunikasikan strategi dengan
jelas dan terbuka di seluruh organisasi. Komunikasikan visi, misi, tujuan, dan rencana
aksi kepada karyawan di semua tingkatan. Pastikan pemahaman bersama tentang strategi
dan minat masing-masing individu dalam mencapai tujuan ini.
· Mengalokasi tanggung jawab dan kepemimpinan, dengan menentukan tanggung jawab
dan peran yang jelas terkait dengan implementasi strategi. Pastikan bahwa ada seorang
pemimpin yang bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan menyediakan
otoritas dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
· Pengaturan sumber daya, dengan melakukan identifikasi dan alokasikan sumber daya
yang diperlukan, termasuk keuangan, tenaga kerja, teknologi dan infrastruktur, untuk
mendukung pelaksanaan strategi. Memastikan bahwa sumber daya yang ada selaras
dengan prioritas strategis dan dapat digunakan secara efektif.
· Perencanaan taktis, ubah rencana strategis menjadi rencana taktis yang lebih detail dan
detail. Tentukan langkah-langkah konkret, tenggat waktu dan indikator kinerja terukur.
Hancurkan rencana taktis menjadi aktivitas harian, mingguan, bulanan, dan tahunan yang
dapat dilacak dan dilacak.
· Monitoring dan evaluasi, Menetapkan sistem pemantauan dan evaluasi untuk mengukur
kemajuan menuju sasaran strategis. Secara teratur memantau kinerja dan
mengidentifikasi perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan atau memodifikasi
implementasi strategi. Gunakan Key Performance Indicators (KPI) untuk mengukur
pencapaian tujuan.
· Kerjasama dan koordinasi, memastikan kolaborasi yang kuat dan koordinasi yang efektif
antara departemen dan tim organisasi. Mendobrak silo dan membina kolaborasi antara
unit bisnis atau fungsional yang berbeda memperkuat eksekusi strategis.

6
· Memanajemen perubahan, menerapkan strategi seringkali membutuhkan perubahan pada
proses, budaya atau struktur organisasi. Kelola perubahan melalui komunikasi yang jelas,
keterlibatan karyawan, pelatihan, dan dukungan yang tepat untuk mengatasi hambatan
atau hambatan potensial.
· Fleksibilitas dan inovasi, memperhatikan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi saat
menerapkan strategi. Sistem operasi terus berubah, jadi penting untuk bereaksi cepat
terhadap perubahan dan mengidentifikasi peluang baru. Dorong inovasi dan eksperimen
untuk meningkatkan efektivitas strategis dan temukan cara baru untuk mencapai tujuan.
Semua elemen ini disusun dan dilakukan agar perusahaan dapat memperoleh
kepuasan dari key stakeholders termasuk pekerja, director, dan investor. Kepuasan ini sangat
penting untuk memastikan keberlangsungan dari perusahaan itu sendiri, setiap key
stakeholders merupakan individu atau kelompok yang memiliki pengaruh terhadap kinerja
dan hasil dari suatu perusahaan. Berikut merupakan alasan bahwa key stakeholders memiliki
peranan yang sangat penting dalam perusahaan mencapai tujuannya.
· Menjaga hubungan baik, kepuasan pemangku kepentingan membantu menjaga hubungan
baik antara perusahaan dan pemangku kepentingan eksternal seperti pelanggan, mitra
bisnis, pemasok, dan masyarakat. Hubungan yang baik dengan para pemangku
kepentingan tersebut dapat mempengaruhi citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan
dan mendukung kerjasama yang saling menguntungkan.
· Kredibilitas dan reputasi, Ketika sebuah perusahaan berhasil memenuhi harapan dan
kebutuhan para pemangku kepentingannya, maka reputasi perusahaan akan meningkat.
Para pemangku kepentingan melihat perusahaan sebagai entitas yang dapat diandalkan,
jujur, dan berprioritas. Reputasi yang baik dapat memberikan keunggulan kompetitif dan
mempengaruhi persepsi pelanggan dan pasar secara keseluruhan.
· Dukungan dan Kerjasama, pemangku kepentingan yang puas lebih cenderung aktif
menawarkan dukungan dan berkolaborasi dengan organisasi. Ini dapat berupa dukungan
keuangan, akses ke sumber daya, peluang kemitraan atau dukungan bisnis. Bekerja
dengan pemangku kepentingan dapat saling menguntungkan dan memperluas jangkauan
dan kemampuan organisasi.
· Pelanggan loyal, kepuasan pelanggan adalah bagian penting dari kepuasan pemangku
kepentingan. Pelanggan yang puas biasanya menjadi pelanggan setia yang terus
menggunakan produk atau jasa perusahaan dan merekomendasikan perusahaan tersebut
kepada orang lain. Pelanggan yang puas juga cenderung memberikan umpan balik,

7
pengalaman, dan peringkat positif, yang membantu membangun citra positif dan
mendukung pertumbuhan bisnis.
· Daya tarik bagi investor, investor dan pengusaha sangat mementingkan kepuasan
pemangku kepentingan mereka. Investor cenderung lebih tertarik pada perusahaan yang
memiliki hubungan baik dengan pelanggan, karyawan, dan pemangku kepentingan
lainnya, karena ini dapat dilihat sebagai indikator potensi keberhasilan dan stabilitas
jangka panjang perusahaan. Kepuasan pemangku kepentingan dapat mempengaruhi
minat investor dan mendukung pertumbuhan dan nilai perusahaan.
· Keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, kepuasan pemangku kepentingan juga terkait
dengan tanggung jawab sosial dan pembangunan berkelanjutan. Perusahaan yang
berkomunikasi dan merespon kebutuhan dan kepentingan pemangku kepentingan dapat
membangun citra sebagai perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan
lingkungan.
Terdapat 3 pandangan dalam mengukur strategik manajemen, yaitu Traditional View /
perspective, Resource-based View, dan Stakeholder View.
1. Traditional view
Merupakan pandangan yang melihat disiplin bisnis dimana melihat ekonomi
perusahaan bisnis dengan entitas ekonomi. Padangan ini memiliki pendekatan yang lebih
konservatif dan berfokus pada pencapaian keunggulan yang kompetitif melalui strategi yang
terencana dengan baik. Pandangan tradisional ini cenderung relevan dalam konteks bisnis
dikarenakan perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan kompleks yang semakin meningkat
akan mendorong perkembangan pendekatan manajemen strategis menjadi lebih adaptif,
inovatif, dan fleksibel. Pandangan ini juga mendasarkan diri kepada pemahaman dan
penerapan prinsip prinsip yang telah mapan dalam manajemen strategis. Terdapat beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan pada pandangan tradisional, yaitu:
· Analisis Lingkungan Eksternal, Pendekatan tradisional menekankan pentingnya
menganalisis lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor-faktor industri,
persaingan, tren pasar, dan perubahan kebijakan. Analisis ini membantu perusahaan
memahami peluang dan ancaman di lingkungan bisnisnya serta mengidentifikasi posisi
kompetitifnya.
· Analisis Sumber Daya dan Kompetensi, Pendekatan tradisional juga mempertimbangkan
analisis internal perusahaan, termasuk sumber daya dan kompetensi yang dimilikinya.
Perusahaan harus mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internalnya, serta

8
memanfaatkan sumber daya dan kompetensi yang unik dan berharga untuk menciptakan
keunggulan kompetitif.
· Pengembangan Rencana Strategis, Dalam pandangan tradisional, penting untuk
mengembangkan rencana strategis yang terperinci dan berorientasi pada jangka panjang.
Rencana strategis ini mencakup visi, misi, tujuan, dan langkah-langkah yang akan diambil
untuk mencapai tujuan tersebut. Rencana ini memberikan arah yang jelas bagi perusahaan
dan memandu pengambilan keputusan strategis.
· Struktur Organisasi Terencana, Pendekatan tradisional mendorong penggunaan struktur
organisasi yang terencana. Struktur organisasi yang jelas dan terstruktur membantu
memastikan koordinasi yang efektif, pengambilan keputusan yang tepat, dan implementasi
strategi yang konsisten.
· Pengukuran Kinerja Finansial, Pendekatan tradisional menekankan pada pengukuran
kinerja finansial sebagai indikator utama keberhasilan strategi. Metrik seperti laba,
pendapatan, ROI (Return on Investment), dan pertumbuhan penjualan digunakan untuk
mengevaluasi pencapaian strategi. Fokus utama adalah pada keberlanjutan dan
peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
· Tindakan Perencanaan dan Kontrol, Pendekatan tradisional memandang perencanaan dan
kontrol sebagai langkah penting dalam manajemen strategis. Perusahaan harus melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi strategi serta mengambil tindakan
perbaikan jika diperlukan untuk memastikan pencapaian tujuan strategis.
Dalam kombinasi, pemikiran dan kontribusi dari teori organisasi klasik, analisis
industri, manajemen strategis, dan pendekatan tradisional keuangan membentuk dasar
pandangan tradisional dalam manajemen strategis. Pandangan ini bertujuan untuk mencapai
keunggulan kompetitif melalui perencanaan strategis, analisis lingkungan, pengelolaan
sumber daya, implementasi yang efektif, dan pengukuran kinerja keuangan. Di dalam
pandangan tradisional menganut beberapa perspektif penting yang harus dianalisis yaitu,
· Keunggulan yang kompetitif, dimana perusahaan akan selalu mengupayakan untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitifnya di pasar. Mereka berfokus
pada keunggulan yang menjadi daya tarik konsumen yang berbeda dengan para pesaing,
seperti biaya yang lebih rendah, diferensiasi produk, layanan pelanggan yang lebih baik
atau unggul, teknologi yang lebih modern, dan masih banyak hal lain. Dengan demikian
akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh target pasar yang lebih besar lagi,
serta mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan juga dapat bertahan dari persaingan
pasar yang semakin sengit.

9
- Implementasi dan kontrol, dimana perusahaan implementasi strategi sebagai tahap
penting dalam manajemen strategis. Dengan mengalokasikan sumber daya dengan efektif
dan efisien maka akan membangun struktur organisasi yang efektif, melakukan
koordinasi kegiatan, dan mengawasi pelaksanaan strategi secara berkala untuk
memastikan bahwa perencanaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan tujuan
perusahaan. Selain itu melakukan evaluasi dan pengukuran kinerja dapat membantu
mengenai pengendalian untuk memantau kemajuan, dapat mengidentifikasi masalah,
serta membantu mengambil tindakan korektif.
- Fokus pada keuntungan dan kepuasan pemegang saham, dimana perusahaan akan
mengutamakan keuntungan dan kepuasan para pemegang sahamnya sebagai tujuan
utama dalam strategi manajemen. Melalui usaha dalam meningkatkan keuangan
perusahaan seperti laba, pertumbuhan pendapatan, dan nilai dari suatu saham. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi ekspektasi dari para pemegang saham dan memastikan
keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang.
Pada awalnya pandangan ini muncul karena perkembangan ekonomi, disiplin bisnis,
dan perusahaan konsultan.pendekatan ini muncul di abad 20 akhir, dimana saat itu banyak
ahli ekonomi dan bisnis aktif dalam mempelajari bidang persaingan industri. Topik-topik ini
meliputi konsentrasi industri, diversifikasi, diferensiasi produk, dan kekuatan pasar. Namun,
sebagian besar penelitian ekonomi pada waktu itu berfokus pada industri secara keseluruhan,
dan beberapa di antaranya bahkan berasumsi bahwa perbedaan perusahaan individu tidak
menjadi masalah. Bidang lain juga mempengaruhi pemikiran manajemen strategis awal,
termasuk pemasaran, keuangan, psikologi, dan manajemen. Pada masa tersebut juga
kemajuan di bidang akademik cenderung lebih lambat, sehingga banyak perusahaan
konsultan besar mulai mengembangkan model dan teori mereka sendiri untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan klien mereka. Hal ini menyebabkan para pelaku pembelajaran
seperti mahasiswa dengan mudah mengadopsi banyak dari model ini ke dalam artikel dan
pembelajaran mereka.
Akhirnya, sebuah konsensus mulai membangun mengenai apa yang termasuk dalam
proses manajemen strategis. Proses tradisional untuk mengembangkan strategi terdiri dari
analisis internal dan lingkungan eksternal perusahaan untuk sampai pada kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi menggunakan swot analisis. Hasil dari analisis
situasi ini, seperti proses yang disebut sebagai dasar untuk mengembangkan misi, tujuan, dan
strategi. Secara umum, perusahaan harus memilih strategi yang memanfaatkan kekuatan

10
organisasi dan peluang lingkungan atau mengatasi kelemahan organisasi dan ancaman
lingkungan. Setelah strategi dirumuskan, rencana penerapannya ditetapkan dan dilaksanakan.
Namun pendekatan tradisional yang digunakan untuk pengembangan strategi juga
memiliki beberapa gagasan yang perlu dievaluasi ulang bagi para ahli manajemen strategik.
Sehingga hal utama yang paling mempengaruhi pandangan ini adalah lingkungan, ini juga
disebut sebagai determinisme lingkungan. Menurut pandangan deterministic, manajemen
yang baik dikaitkan dengan penentuan strategi mana yang paling sesuai dengan lingkungan,
teknis, dan manusia yang ada pada lingkungan tersebut. Untuk memahami lebih lanjut berikut
merupakan diagram yang menunjukkan proses dari manajemen strategik pandangan
tradisional.

Organisasi yang dapat bertahan dan berkembang adalah organisasi yang dapat
beradaptasi dengan kekuatan yang ada. Hal ini ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk
menyelaraskan keterampilan dan sumber daya dari organisasi lain, dengan adanya kebutuhan
dan tuntutan lingkungan yang dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif. Namun, setelah
tinjauan kritis terhadap determinisme lingkungan, seorang peneliti terkenal pernah
berpendapat: Ada kesimpulan yang lebih mendasar yang bisa ditarik dari analisis sebelumnya
yaitu, strategi perusahaan tidak dapat diprediksi, juga tidak diprediksi dan juga keputusan
strategis yang dibuat oleh manajer tidak bisa diasumsikan sebagai produk dari kekuatan
deterministik di lingkungan perusahaan. Akan tetapi sebaliknya, sifat dari konsep strategi
mengasumsikan agen manusia yang mampu mengambil tindakan yang berusaha
membedakan perusahaan seseorang dari para pesaing.

11
Pada dasarnya, sebuah perusahaan besar dapat memutuskan untuk tidak bersaing
dalam lingkungan tertentu. Namun, sebagai alternatif, perusahaan dapat mencoba untuk
mempengaruhi lingkungan agar tidak terlalu bermusuhan dan lebih kondusif bagi kesuksesan
organisasi. Proses ini disebut enactment, yang berarti bahwa perusahaan dapat mempengaruhi
lingkungannya. Adapun prinsip dari enactment ini adalah berlakunya asumsi bahwa
organisasi tidak harus patuh terhadap kekuatan yang ada di lingkungan mereka, namun
mereka dapat menciptakan lingkungan mereka melalui aliansi strategis dengan para
pemangku kepentingan, investasi dalam teknologi terbaru, periklanan, politik, dan berbagai
aktivitas lainnya. Akan tetapi tidak semua organisasi dapat mempengaruhi lingkungan
dengan dominan, sehingga organisasi yang lebih kecil cenderung memiliki kemampuan yang
terbatas untuk mempengaruhi beberapa komponen lingkungan mereka sendiri.
Misalnya, sebuah restoran kecil perusahaan mungkin memiliki waktu yang sulit
mempengaruhi lembaga pemerintah nasional dan administrator. Namun, organisasi yang
lebih kecil sering bersatu dalam kelompok perdagangan, seperti National Restaurant
Association, untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah tentang isu-isu mendesak seperti
upah minimum, kebijakan imigrasi, dan biaya perawatan kesehatan. Juga, mereka dapat
membentuk aliansi dengan entitas lain. Aliansi Hotel Global adalah salah satu contohnya, di
mana Omni Hotels, Kempinski Hotels & Resorts, Pan Pacific Hotels and Resorts, Rydges
Hotels & Resorts, Marco Polo Group, Dusit Hotels & Resorts, dan Landis Hotels & Resorts
telah bergabung untuk bersaing melawan mega chain.
Perusahaan dapat menggunakan diplomasi dan advokasi untuk mempengaruhi
kebijakan pemerintah, peraturan industri, atau norma sosial yang mempengaruhi lingkungan
bisnis. Ini melibatkan partisipasi dalam diskusi publik, berkontribusi pada pembuatan
kebijakan, dan menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan yang berpengaruh.
Perusahaan juga dapat memberikan pengaruh kepada lingkungan dengan mengembangkan
produk dan layanan yang inovatif. dengan adanya solusi yang lebih baik serta efisien dan
efektif dapat mempertahankan suatu perusahaan secara berkelanjutan serta perusahaan dapat
mempengaruhi tren industri, lalu menciptakan permintaan pasar baru dan memimpin
perubahan di sektor industri mereka. Hal ini juga didukung dengan riset dan pengembangan
yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan melakukan riset dan pengembangan yang lebih
mendalam, akan membawa suatu perusahaan untuk memahami tren pasar, perkembangan
teknologi modern, dan kebutuhan dari konsumen yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
Maka sebab itu perusahaan dapat mengembangkan produk dan strategi yang relevan dan
inovatif, yang dapat mempengaruhi dinamika pasar dan pesaing.

12
Adanya tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki pengaruh terhadap
lingkungan,hal ini dilihat melalui praktek tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Dengan
mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan, melakukan investasi sosial, atau
memperhatikan masalah lingkungan, perusahaan dapat membangun citra yang positif dan
mempengaruhi opini publik serta perilaku konsumen. Salah satu bagian yang penting dalam
mempengaruhi lingkungan adalah komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk
mempengaruhi lingkungan. Perusahaan dapat menggunakan saluran komunikasi seperti
media sosial, publikasi, acara industri, atau pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk
menyampaikan pesan strategis mereka, memperkuat citra perusahaan, dan mempengaruhi
persepsi dan tindakan orang lain.
Oleh sebab itu, bahkan perusahaan kecil pun dapat memberikan pengaruh yang kuat
pada lingkungan sekitar perusahaannya. Kuncinya adalah memahami bahwa perusahaan tidak
harus memiliki adaptasi sepenuhnya dengan kekuatan yang ada di lingkungan operasional.
Akan tetapi sebagian dapat mempengaruhi aspek-aspek tertentu dari lingkungan di mana ia
bersaing. Di Dalam pandangan tradisional terdapat beberapa strategi yang menjadi dasar agar
pandangan ini dapat dilakukan antara lain adalah
● Keunggulan biaya, sasaran dari strategi ini adalah menjadi perusahaan yang biaya
produksinya lebih rendah dibandingkan pesaing dalam industri yang sama. Tujuan
perusahaan adalah untuk mengoptimalkan efisiensi operasional, mengurangi biaya
produksi dan mencapai skala ekonomi yang lebih besar. Keunggulan biaya dapat
memberi perusahaan keunggulan kompetitif dengan menurunkan harga produk atau
meningkatkan margin keuntungan.
● Diferensiasi, strategi diferensiasi adalah tentang menciptakan produk atau layanan yang
unik dan yang menurut pelanggan berharga. Perusahaan fokus pada faktor-faktor seperti
kualitas, inovasi, desain, branding atau layanan pelanggan yang sangat baik untuk
membedakan diri dari persaingan. Diferensiasi yang kuat memungkinkan perusahaan
untuk menarik pelanggan yang loyal dan bersedia untuk membayar produk atau layanan
premium yang ditawarkan.
● Fokus, strategi fokus adalah tentang memusatkan upaya pada segmen pasar yang sempit
atau target pasar tertentu. Perusahaan mencoba memahami kebutuhan dan preferensi
pelanggan segmen tersebut dan menawarkan produk atau layanan yang lebih memuaskan
daripada pesaing mereka. Fokus dapat berarti berfokus pada segmen geografis tertentu,
kelompok pelanggan, atau kebutuhan.

13
● Integrasi vertikal, strategi integrasi vertikal mencakup integrasi berbagai fungsi ke dalam
rantai nilai perusahaan. Perusahaan dapat memilih antara integrasi ke belakang
(backward integration) melalui akuisisi atau kontrol pemasok mereka, atau integrasi ke
depan (akuisisi atau kontrol saluran distribusi mereka). Integrasi vertikal memungkinkan
organisasi mengelola kualitas, mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga atau
meningkatkan efisiensi operasional.
● Ekspansi pasar, strategi perluasan pasar melibatkan perluasan geografis atau diversifikasi
produk untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar. Perusahaan dapat memasuki pasar
baru dengan produk yang sudah ada atau membawa produk baru ke pasar yang sudah ada
jika diinginkan. Seiring pertumbuhan pasar, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan
yang lebih besar dan memanfaatkan peluang di pasar baru atau yang belum
dimanfaatkan.
Dalam pandangan tradisional strategi manajemen, perusahaan sering memilih salah
satu atau kombinasi dari dasar-dasar strategi ini untuk mencapai tujuan jangka panjang
mereka dan memperoleh keunggulan kompetitif. Penting bagi perusahaan untuk
mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal, analisis industri, dan kebutuhan
pelanggan dalam memilih dan menerapkan dasar strategi yang sesuai. Akan tetapi,
pandangan tradisional ini memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan yang dapat
disesuaikan dengan kondisi perusahaan, sehingga perusahaan dapat memutuskan apakah
pandangan ini dapat menjadi opsi terbaik yang dapat mereka gunakan atau tidak. berikut
merupakan kelebihan dan kelemahan dari pandangan tradisional. Kelebihannya antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Fokus pada keuntungan finansial, artinya pendekatan tradisional dalam strategi
manajemen sangat berorientasi pada mencapai keuntungan finansial yang tinggi. Hal ini
penting untuk pertumbuhan dan keberlanjutan jangka panjang perusahaan.
2. Analisis kuantitatif yang kuat, pandangan tradisional menggunakan alat dan metode
analisis yang kuat, seperti analisis SWOT, analisis lima kekuatan Porter, dan analisis
rantai nilai. Ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi peluang dan ancaman di
lingkungan eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internalnya.
3. Fokus pada efisiensi operasional, strategi tradisional seringkali berfokus pada mencapai
efisiensi operasional dan mengurangi biaya produksi. Hal ini dapat membantu
perusahaan meningkatkan profitabilitas dan daya saing mereka di pasar.
4. Kepemimpinan pada biaya atau diferensiasi, pendekatan tradisional mengenali
pentingnya memilih antara keunggulan biaya (cost leadership) atau diferensiasi sebagai

14
basis strategi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memfokuskan upaya mereka
pada faktor-faktor yang dapat memberikan keunggulan kompetitif.
Kekurangannya antara lain adalah sebagai berikut :
1. Fokus terlalu sempit, pendekatan tradisional seringkali terlalu fokus pada aspek
keuangan dan operasional, dan mengabaikan faktor-faktor sosial, lingkungan, dan
etis yang juga penting dalam manajemen strategis. Hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap dampak sosial dan lingkungan perusahaan.
2. Kurangnya inovasi, dalam pandangan tradisional, inovasi seringkali dianggap
sebagai risiko yang tidak perlu atau terlalu mahal. Ini dapat membatasi kemampuan
perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan memanfaatkan peluang
baru.
3. Kurangnya fleksibilitas, pendekatan tradisional seringkali menghasilkan rencana
strategis yang panjang dan kaku. Ketika lingkungan bisnis berubah dengan cepat,
perusahaan mungkin sulit untuk menyesuaikan strategi mereka dengan fleksibilitas
yang diperlukan.
Penting untuk diingat bahwa pandangan tradisional dalam strategi manajemen masih
memiliki nilai dan relevansi dalam banyak situasi bisnis. Namun, pengakuan terhadap
kekurangan-kekurangan ini telah mendorong perkembangan pendekatan yang lebih holistik
dan berorientasi pada stakeholders dalam manajemen strategis.

2. Resource-based View

15
Kajian strategic management yang berkembang secara dinamis, membawa sebuah
kondisi riil terhadap keberagaman kinerja organisasi. Sebagian organisasi berhasil
membangun keunggulan bersaing dengan cepat, sebagian lagi dalam waktu yang lama. Dan
sebaliknya, ada sebagian organisasi yang tidak bisa bertahan lama, bahkan tidak mampu
membangun keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Realitas ini bisa dijelaskan dari
kerangka strategic management, yang berangkat dari hasil pemikiran era modern dengan
menggunakan pendekatan contingency.
Untuk menjelaskan realitas tersebut, setidaknya ada dua perspektif. Pertama,
perspektif market based view, yang menggambarkan tentang structure conduct performance
paradigm pada level industri organisasi yang bersangkutan (Porter, 1978,1981 ; Bain, 1956).
Sejalan dengan itu, Barney (1997) juga menegaskan, inti dari paradigma ini adalah, dampak
dari kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan dalam meningkatkan harga diatas tingkat
kompetisi yang berlangsung. Jika sebuah perusahaan masuk ke dalam industri, dimana
perusahaan menghadapi kekuatan pasar yang penuh dengan hambatan. Maka perbedaan
performance yang dimilikinya itu, dapat menjadikan perusahaan bertahan menghadapi
hambatan itu. Sedangkan perspektif kedua, atas gejala perbedaan di atas adalah kurang
fokusnya perusahaan terhadap struktur industri dan kekuatan pasar, serta perbedaan
efektivitas dan efisiensi kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk merespon kebutuhan
pelanggan (Demsetz,1973; Barney,1997; Foss & Knudsen, 2003).
Dua jawaban di atas, bukan berada pada posisi kontradiktif. Tapi lebih saling
melengkapi. Paradigma pertama (market view), pada kondisi tertentu sangat perlu untuk
diterapkan di beberapa kondisi di pasar oligopoli dan monopoli (Bain,1941; Gale,1972).
Sedangkan paradigma yang mengedepankan pada bekerjanya efektivitas dan efisiensi
kemampuan yang dimiliki perusahaan akan lebih sesuai diterapkan pada kondisi di mana
persaingan di dalam industri berjalan kompetitif dan sesuai dengan kondisi ketika tingkat
hambatan masuk kedalam industri itu tidak ada ataupun tidak efektif (Cool,et.all, 1989).
Sejalan dengan yang di bahas diatas, Chew et.all (2008), mengatakan bahwa terdapat
dua pendekatan yang terpolarisasi mengenai bagaimana beberapa perusahaan memiliki
kinerja yang superior dibanding dengan perusahaan lain dan konsekuensinya terhadap
kaitannya dengan penciptaan nilai, yakni pendekatan yang didasarkan pada ekonomi
organisasi industrial, dan mengambil orientasi pasar eksternal (market based view) agar
sesuai dengan isu tersebut. Kedua, pendekatan RBV/Resource Based View yang menguji
sumber daya dan kapabilitas perusahaan yang memungkinkan perusahaan menghasilkan

16
tingkat pengembalian (rate of return) yang tinggi dan keunggulan bersaing yang
berkelanjutan.
Berdasarkan penjelasan di atas, ruang lingkup strategic management dalam
menciptakan strategi dalam rangka penciptaan superioritas kinerja, bisa dijelaskan dari
market power explanation (eksternal orientation), dan resource based explanation (internal
orientation). Hal ini diperkuat dengan pendapat dikotomis yang dikemukakan Lepoutre
(2008) yang mengatakan bahwa perspektif manajemen strategik terdiri dari dua, yakni
Outside-in (fokus pada lingkungan eksternal adalah faktor utama dalam membangun
keunggulan bersaing). Asumsi yang melandasi perspektif ini adalah keunggulan bersaing
berkelanjutan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kekuatan lingkungan dimana sebuah
perusahaan beroperasi. Sedangkan perspektif kedua, yang merupakan kebalikan dari
perspektif pertama adalah Inside-out (fokus pada lingkungan internal adalah faktor utama
dalam membangun keunggulan bersaing). Sejalan dengan peneliti-peneliti di atas, Waard
(2010) juga berpendapat, bahwa dua perspektif Inside-out dan outside-in sebagai paradigma
dalam manajemen stratejik dengan menempatkan resource based view dan dynamic
capabilities sebagai bagian dari perspektif inside out.
Outside in approach, oleh beberapa pihak sering disebut sebagai market based view,
dengan melihat pasar sebagai sesuatu yang statis. Sehingga firm dituntut untuk bisa
menempatkan diri pada pasar dengan tepat. Sehingga fokus kompetisinya ada pada level
industri, yang berimplikasi pada pangsa pasar/market share yang pada akhirnya dimiliki
sebuah firm. Sementara resource based view, yang merupakan bagian dari inside-out
approach, lebih berorientasi pada pengenalan sumber daya internal perusahaan, agar sumber
daya tersebut menjadi valuable,rare, inimitable dan non substitutable. (Barney, 1991). Aspek
perubahan kurang mendapatkan perhatian dari kedua pendekatan tersebut. Sementara sebuah
organisasi dituntut untuk selalu berubah sesuai dengan dinamika lingkungannya. Oleh karena
itu dynamic capabilities view hadir untuk memenuhi sebuah tuntutan agar sebuah perusahaan
menciptakan sumber daya yang dinamis sesuai dengan tuntutan perubahan, dan berkembang
setiap saat.
Resource based theory, pada dasarnya adalah sebuah kerangka kerja teoritis yang
mempelajari sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan
bersaing dan bagaimana cara mendapatkan keuntungan secara berkelanjutan (Prahalad &
Hamel, 1990 ; Teece et al, 1997 ; Barney & Clark, 2007). Selanjutnya, menurut Barney &
Clark (2007), resource based theory dikembangkan dari beberapa teori diantaranya

17
1. The traditional study of distinctive competencies. Pada teori ini beranggapan bahwa
pasar merupakan pertemuan antara penawaran dan permintaan, dimana competitive
advantage suatu perusahaan akan diperoleh jika telah memiliki distinctive
competencies/ kompetensi khusus. Dan suatu perusahaan akan on perform jika
memiliki seorang manajer yang mampu mengelola suatu perusahaan menjadi lebih
baik dari perusahaan lainnya. Porter dalam Barney & Clark, (2007).
2. Ricardian land rent, keunggulan bersaing sebuah perusahaan akan didapatkan apabila
perusahaan memiliki faktor produksi yang high fertility yang luas, karena akan
berimplikasi pada biaya produksi yang rendah. Demikian juga sebaliknya, jika
perusahaan memiliki faktor produksi yang bersifat low fertility, maka akan
berdampak pada biaya produksi yang mahal/tinggi. Sehingga persaingan industri
dapat dimenangkan oleh perusahaan yang mampu memproduksi produk lebih banyak
dibandingkan perusahaan lainnya, dimana pasar hanya akan dibanjiri oleh produk
perusahaan tersebut sehingga market tidak memiliki pilihan lain selain membeli
produk tersebut (Ricardo dalam Barney & Clark 2007).
3. Penrose Analysis/Penrosian economics, dimotori oleh Penrose (1959), dalam bukunya
The Theory of The Growth of the Firm. Penrose meyakini bahwa resource sifatnya
heterogen (managerial team, top management group, entrepreneural skill). Sejumlah
resource yang produktif yang dimiliki dapat menciptakan competitive advantage bagi
perusahaan, namun perlu diingat pula bahwa perusahaan memiliki batasan tertentu,
baik dalam resource yang dimilikinya maupun dari kemampuan untuk menyatukan
firm resources. Agar resource tersebut dapat berkontribusi terhadap keberhasilan
usaha sebuah perusahaan dalam hal ini diversifikasi produk dan pencarian pasar baru
(dua jenis usaha ini penting karena ada gejala kegagalan pasar, dimana pasar menolak
produk, teknologi atau gagasan baru) maka diperlukan adanya proses pembelajaran,
yang pada akhirnya terbentuk sebuah kemampuan, yang oleh Penrose disebut sebagai
firm resource.
4. The study of the antitrust implications of economic (Demsetz 1973 dalam Barney dan
Clark 2007). Suatu perusahaan dapat menikmati performance advantage-nya
dikarenakan keberuntungan atau perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan konsumen
dibandingkan perusahaan lainnya. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Wernerfelt
dimana competitive advantage didasari dari resource yang dimiliki oleh perusahaan
untuk mengimplementasikan strategi pasar ke dalam produk perusahaan (Porter,1981
; Wernerfelt,1984 dalam Berney & Clark, 2007).

18
Inti dari resource based theory, adalah competitive advantage sebuah organisasi akan
tercapai jika sebuah organisasi mampu mengelola/memproses dengan baik sumber daya yang
dimilikinya. Setiap organisasi memiliki sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia,
sumber daya fisik, sumber daya organisasi dan sumber daya finansial. Sementara itu,
pengelolaan sumber daya yang baik, akan membawa sebuah perusahaan mencapai
keunggulan bersaing. Borch & Madsen (2007), menegaskan konsep resource based view
fokus pada respon corporate dalam dinamika lingkungan secara statis dan bersifat resource
picking/proses untuk memilih dan mengumpulkan kombinasi sumber daya yang sinergis
terhadap pertumbuhan perusahaan dan hanya fokus pada sumber daya. Sementara Teece,
et.all (1997), lebih menekankan pada resource renewal (proses memetakan kembali terhadap
sumber daya yang ada/reconfigurating menjadi kompetensi fungsional yang baru).

Sumber daya tersebut harus memiliki beberapa karakteristik diantaranya VRIN, yakni
Valuable/berharga dan mampu sebagai leverage demi terciptanya efektivitas organisasi ;
Rare/langka dan sangat diminati/high demand ; Immitability/sulit ditiru ; Not Substitute/sulit
dicari penggantinya. (lihat gambar 3). Namun firm capability, tidak menjamin sebuah
organisasi akan mampu terus beradaptasi, di tengah dinamika lingkungan yang selalu
memberikan ancaman sekaligus peluang. Untuk itu harus dibutuhkan sebuah dynamic
capability guna menghasilkan sustainable competitive advantage.

Kapabilitas sangat penting bagi perusahaan. Memiliki kapabilitas dapat merupakan


langkah awal agar memiliki keunggulan bersaing, dengan menjadikan kompetensi dan

19
sumber daya internal sebagai pendorong utama. Kapabilitas sendiri terdiri dari gabungan
proses, kognisi dan pengetahuan. Sedangkan dynamic capabilities/ kapabilitas dinamik
sendiri terdiri dari mikrofondasi proses, pengetahuan, keterampilan, sumber daya dan kognisi
yang spesifik (Newey, et.al 2012). Berkaitan dengan kedua hal tersebut, Simon (2010)
berpendapat bahwa pandangan kapabilitas dinamik/dynamic capabilities view (DCV) lebih
bermanfaat dari pada resource based view (RBV) dalam situasi ekonomi yang
bergejolak.Namun DCV dan RBV bersama sama merupakan faktor-faktor sukses yang kritis
agar bisnis dapat sukses (Teece & Pisano,1997 ; Eisenhardt & Martin, 2000 ; Winter, 2003).
Hal itu juga ditegaskan oleh beberapa peneliti yang pada intinya dynamic capabilities
approach merupakan kepanjangan dari resource based view, yang di dalamnya menganalisis
sumber keunggulan bersaing dalam kondisi karakteristik industri yang berubah secara cepat.
Kajian organisasi dan manajemen suatu perusahaan atau hotel merupakan cikal bakal
lahirnya kajian strategic management, menunjukkan telah terjadi pembahasan yang
mengakibatkan munculnya sintesis baru dari setiap pembahasan di masing-masing era. (Era
manajemen sains yang cenderung mekanistis dan dilanjutkan dengan era behavioral yang
cenderung humanis). Walaupun pembahasan di masing-masing era menunjukkan fokus tema
yang berbeda, yang menjadi fokus pembahasan. Mereka tetap menempatkan individu atau
hubungan antar individu maupun kerjasama sebagai penentu keberhasilan sebuah organisasi.
Mereka pada umumnya sepakat, meletakkan individu pada pola keteraturan yang
tergambarkan dari interaksi atau kerjasama kelompok agar tujuan organisasi tercapai dengan
mengedepankan prinsip efisiensi. Hal inilah yang memperkuat kajian ontologi dari Ilmu
Administrasi itu sendiri.
Perkembangan selanjutnya, munculah pendekatan modern. Sebuah pendekatan yang
hampir tidak kita jumpai di era-era sebelumnya. Tema utama pendekatan ini, adalah
bagaimana sebuah organisasi mampu memecahkan masalah sehingga dapat menciptakan
keunggulan kompetitif dan profitabilitas yang baik. Namun yang membuat berbeda, antara
perspektif modern dengan perspektif-perspektif sebelumnya (era sains dan behavioral),
adalah di era modern, terdapat adanya penekanan tentang pentingnya keseimbangan antara
apa yang terjadi di internal (individu) dan eksternal organisasi (lingkungan) dengan
mengembangkan kompetensi inti, dan beradaptasi dengan perubahan, sambil
mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi dalam rangka untuk meminimalkan penggunaan
sumber daya yang langka. Tiga pendekatan umum yang ada dalam pendekatan modern, yang
mencoba menutupi dua pendekatan sebelumnya yang cenderung simplistik, adalah (i).
General system (Bertalanffy,1958, 1968 ; Boulding, 1956) ; (ii). Theory, socio-technical

20
system theory (Trist & Bamforth,1951) dan (iii). Contingency theory. Woodward (1970).
Pada perkembangan selanjutnya, pendekatan modern melahirkan beberapa pendekatan
turunan, diantaranya pendekatan sistem (teori-teori yang masuk kategori ini adalah Resource
Based View, manajemen strategi, keuntungan kompetitif dan kolaboratif) ; pendekatan
teknologi informasi (beberapa teori yang masuk dalam kategori ini meliputi knowledge
management, supply chain management, total quality management). Sejalan dengan
pembahasan di atas, di mana perkembangan paradigma strategic management menuntut
sebuah perusahaan mampu menelaah hubungan-hubungan yang penting dari sebuah
organisasi dengan dinamika lingkungannya. Mele & Guillen (2006 : 4 ), menguraikan
perkembangan strategic management.
Hoskisson, et al (1999), mendefinisikan strategic management is that set of
managerial decisions and actions that determines the long run performance of a corporation.
Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa, yang dimaksud dengan seperangkat keputusan,
didalamnya termasuk environmental scanning (internal dan eksternal), strategy formulation,
strategy implementation, dan diakhiri dengan evaluation & control. Namun, sebelum sampai
pada bahasan tentang strategic management, konsep ini mengalami perkembangan beberapa
tahap. Gluck, et.all (1982), mengidentifikasi 4 tahap perkembangan strategic management,
diantaranya tahap basic financial planning, tahap forecast based planning, tahap external
oriented planning (strategic planning) dan tahap strategic management. Berbagai pihak,
akhirnya merasakan berbagai keuntungan dari konsep strategic management, diantaranya
lebih mempermudah mengidentifikasi dan memperjelas arah dan kebijakan perusahaan,
semakin mudah dalam mempertajam fokus strategi yang sangat penting bagi organisasi dan
mudah memahami perubahan dinamika lingkungan yang semakin cepat. Wilson (1994).
Berangkat dari pertimbangan di atas, Wheelen & Hunger ( 2016), mengembangkan sebuah
model strategic management yang terdiri dari 4 elemen dasar, diantaranya environmental
scanning, strategy formulation, strategy implementation dan evaluation & control. (Lebih
jelasnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini)

Mereka menjelaskan bahwa environmental scanning adalah tahap dimana individu


kunci di dalam sebuah organisasi melakukan monitoring, evaluasi dan pengolahan informasi
yang berasal dari lingkungan eksternal dan internal organisasi. Tujuan utama aktivitas ini

21
adalah mengidentifikasi strategic factors, yang berasal dari kedua lingkungan tersebut, yang
mempunyai pengaruh terhadap masa depan organisasi. Sebagian besar peneliti yang
membahas environmental scanning, pada umumnya lebih fokus pada bahasan tentang
kekuatan-kekuatan yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan bagaimana
kekuatan-kekuatan tersebut mempunyai dampak terhadap perusahaan.(Thomas, et,all, 1998;
Lasserre & Probert, 1994; Halal, 2000; Dobbin & Dowd,1997; Shleifer & Vishny, 1994;
Wyatt,1995; Greco, 1996).
Selain itu, para peneliti yang fokus pada tahap environmental scanning pada
umumnya lebih fokus pada, bagaimana menawarkan teknik mengolah hasil penilaian dan
monitoring kekuatan lingkungan. Porter (1978,1981) menawarkan teknik analisis industri
untuk menilai kekuatan lingkungan eksternal. Williams (1992), menawarkan konsep garis
kontinum tentang keberlanjutan sumber daya yang ideal yang harus dimiliki perusahaan agar
mencapai keuntungan. Galbraith (1991) menawarkan sebuah analisis rantai nilai. Bahkan
Porter (1981) menawarkan konsep yang lebih bersifat makro tentang corporate value chain.
Beberapa peneliti, yang telah membahas tentang resource based view diantaranya Prahalad &
Hamel, 1990; Teece, et.all, 1997; Barney & Clark,2007; Borch & Madsen, 2007; Simon,
2010) Mereka semua, pada intinya menyetujui, bahwa resource based view, memegang
peranan penting dalam membangun keunggulan bersaing, melalui proses kerja yang
sebagaimana berlaku dalam model-model strategic management pada umumnya.
Pandangan perspektif ini sering juga dikenal dengan perspektif internal dimana
berbasis atau berfokus pada sumber daya hotel dan kemampuan internal hotel. Pandangan
resource-based view juga mencakup dalam pengevaluasian, pengelolaan serta penentu
kompetensi suatu hotel yang dapat memberikan keunggulan atau kelebihan kepada hotel itu
sendiri. Jika suatu perusahaan memiliki kompetensi dan kemampuan pengelolaan yang lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan lain tentunya hal ini akan menguntungkan hotel.
Melalui hal ini, dapat dibuktikan bahwa proposisi hotel dengan susunan organisasi dan
kemampuan pengelolaan yang baik akan menghasilkan hotel yang berkualitas tinggi yang
akan mengungguli hotel saingan mereka.
Susunan organisasi atau kepemimpinan yang baik dan efektif sangat penting dan
berpengaruh untuk kinerja organisasi. Sulit untuk menentukan apa yang menjadi parameter
untuk menentukan apakah susunan organisasi atau kepemimpinan suatu perusahaan baik atau
tidaknya. Meskipun pemimpin merupakan sumber kompetensi yang penting bagi suatu
organisasi, pemimpin bukan satu-satunya sumber daya penting yang membuat perbedaan.

22
Pemikiran ekonomi juga mempengaruhi perspektif manajemen strategi sumber daya. Hal ini
dibuktikan oleh seorang ekonom bernama David Ricardo yang dimana hampir berabad-abad
menyelidiki bahwa semakin tinggi modal yang dimiliki maka keuntungan yang dihasilkan
suatu hotel juga akan semakin tinggi. Dengan memiliki kualitas sumber daya yang unggul
maka kinerja yang dihasilkan oleh sumber daya tersebut pun juga akan semakin baik. Untuk
merekrut sumber daya yang memiliki potensi tinggi dalam meningkatkan kinerja perusahaan
juga diperlukan modal yang lebih. Selain dalam hal sumber daya, pemikiran ekonomi juga
sangat berguna di bidang lainnya seperti fasilitas dan sebagainya.
Baru-baru ini, ekonom lain yang bernama Edith Penrose memperluas pandangan
Ricardo dan menyatakan bahwa berbagai keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh
hotel dapat menghasilkan kinerja yang unggul. Hotel sendiri dapat dikatakan sebagai
kerangka administratif yang mengoordinasikan kegiatan berbagai kelompok dan individu,
dan juga sebagai sekumpulan sumber daya produktif. Ia mempelajari efek dari berbagai
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi, menyimpulkan bahwa berbagai
keterampilan dan sumber daya dapat mempengaruhi kinerja kompetitif.
Menurut perspektif manajemen strategi sumber daya ini, hotel atau organisasi terdiri
dari sekumpulan sumber daya, yang termasuk dalam kategori umum diantaranya adalah
1. Sumber daya keuangan, termasuk semua sumber daya moneter yang dimiliki oleh
perusahaan.
2. Sumber daya fisik, seperti tanah, bangunan, peralatan, lokasi, dan akses perusahaan.
3. Sumber Daya Manusia, yang berkaitan dengan keterampilan, latar belakang, dan
pelatihan manajer dan karyawan, serta cara mereka dilatih atau training.
4. Pengetahuan dan pembelajaran organisasi.
5. Sumber daya organisasi umum, termasuk reputasi perusahaan, nama merek, paten,
kontrak, dan hubungan dengan pemangku kepentingan eksternal.
Suatu hotel atau perusahaan sebagai kumpulan sumber daya memiliki implikasi yang
luas. Contohnya, umumnya peran penting dari seorang manajer menjadi memperoleh,
mengembangkan, mengelola, dan membuang sumber daya. Jika di suatu hotel atau lembaga
usaha lain manajernya mampu menanggung pekerjaan yang lebih baik maka perusahaan
dapat memperoleh keunggulan kompetitif dengan memiliki sumber daya yang unggul. Salah
satu keunggulannya adalah tidak diperlukan tambahan biaya yang dikeluarkan untuk
merekrut sumber daya manusia lainnya. Keunggulan kompetitif yang seperti ini yang dapat
menguntungkan hotel secara berkelanjutan. Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dapat
menyebabkan dihasilkannya kinerja organisasi yang lebih tinggi dari normal atau rata-rata

23
dalam periode yang panjang. Dapat diambil contoh dari Hotel Marriott yang telah berhasil
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dibandingkan
hotel lain. Banyak yang percaya bahwa akuisisi dan pengembangan organisasi unggul sumber
daya nasional adalah alasan yang paling penting bahwa suatu hotel atau perusahaan dikatakan
lebih sukses daripada yang lain.
Sebagian besar sumber daya yang dapat diperoleh atau dikembangkan oleh suatu
perusahaan terkait langsung dengan perusahaan tersebut oleh stakeholders. Misalnya, sumber
daya keuangan terkait erat dengan membangun kerja yang baik hubungan dengan perantara
keuangan. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia juga terkait dengan manajemen
yang efektif dari stakeholders organisasi. Sumber daya organisasi mencerminkan pemahaman
organisasi tentang harapan masyarakat dan keterkaitan yang dimiliki yang ditetapkan oleh
stakeholders.

3. Stakeholder view
Perspektif stakeholders adalah pendekatan manajemen strategis yang menekankan
pentingnya untuk mempertimbangkan kepentingan dan pengaruh dari berbagai pihak yang
terkait dengan perusahaan. Pendekatan ini membutuhkan fokus yang eksklusif pada
pemegang saham dengan tujuan mengidentifikasi, memahami dan secara aktif berinteraksi
dengan berbagai pemangku kepentingan perusahaan. Pemangku kepentingan adalah individu,
kelompok, atau entitas yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung di
perusahaan dan dapat dipengaruhi oleh keputusan dan operasi perusahaan. Ini mungkin
termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, masyarakat, pemerintah, LSM,
media dan lingkungan. Setiap pemangku kepentingan memiliki kepentingan, kebutuhan, nilai
dan harapan yang berbeda dari perusahaan.
Pendekatan stakeholder view menganggap bahwa perusahaan tidak hanya
bertanggung jawab kepada pemegang saham untuk mencapai keuntungan finansial, tetapi
juga harus mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi yang lebih luas.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang dengan
mengelola hubungan dengan semua stakeholders dengan bijak.
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pandangan stakeholders:
1. Identifikasi stakeholders, perusahaan perlu mengidentifikasi stakeholder yang relevan
dan signifikan dalam konteks bisnis mereka. Hal ini melibatkan mengidentifikasi
individu, kelompok, atau entitas yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
perusahaan, serta menentukan kepentingan dan kebutuhan mereka.

24
2. Pemahaman kepentingan dan kebutuhan stakeholders, setelah stakeholder
diidentifikasi, perusahaan perlu memahami kepentingan dan kebutuhan mereka. Ini
melibatkan analisis mendalam tentang ekspektasi, tujuan, nilai, preferensi, dan
kekhawatiran stakeholder terkait dengan perusahaan.
3. Keterlibatan stakeholders, perusahaan harus melibatkan stakeholders dalam proses
pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk
berkontribusi, memberikan masukan, dan berpartisipasi secara aktif. Ini dapat
dilakukan melalui konsultasi, dialog terbuka, pertemuan pemangku kepentingan,
kelompok kerja, atau mekanisme partisipatif lainnya.
4. Pemantauan dan responsif terhadap stakeholders, perusahaan perlu memantau dan
mengevaluasi dampak keputusan dan kegiatan mereka terhadap stakeholders. Ini
melibatkan pemantauan kinerja sosial, lingkungan, dan ekonomi perusahaan serta
responsif terhadap masalah atau kekhawatiran yang diungkapkan oleh stakeholders.
5. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR),
pendekatan stakeholder view mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis
yang bertanggung jawab secara sosial. Ini mencakup memperhatikan keberagaman
dan inklusi, mempertimbangkan dampak lingkungan, memperhatikan hak asasi
manusia, dan berkon
Stakeholder view dalam strategic management memiliki akar sejarah dan asal usulnya
yang berasal dari perkembangan konsep dan pemikiran manajemen dalam beberapa dekade
terakhir. Pada tahun 1960-an, konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility/CSR) mulai muncul, yang menekankan pentingnya perusahaan menjalankan
kegiatan bisnis mereka dengan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Konsep ini
mengarah pada perluasan pandangan tradisional yang hanya mempertimbangkan kepentingan
pemegang saham. Pada tahun 1980-an, teori "strategic management stakeholder" oleh R.
Edward Freeman menjadi salah satu sumbangan utama terhadap pemahaman stakeholder
view dalam strategic management. Freeman berpendapat bahwa perusahaan harus
mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan berbagai pemangku kepentingan
(stakeholders) dalam pengambilan keputusan strategis mereka, dan bukan hanya
memfokuskan pada pemegang saham.
Selama dekade berikutnya, pemikiran dan penelitian lebih lanjut berkembang di
bidang stakeholder view. Para ahli memperluas pemahaman tentang siapa saja yang dapat
dianggap sebagai stakeholders, serta bagaimana perusahaan dapat berinteraksi dan bekerja
sama dengan mereka untuk mencapai tujuan bersama.

25
Teori stakeholder view juga menerima pengaruh dari gerakan sosial dan perkembangan
dalam etika bisnis. Kesadaran akan isu-isu seperti keberlanjutan, keadilan sosial, lingkungan
hidup, dan hak asasi manusia memainkan peran penting dalam memperkuat pandangan
stakeholder view dalam praktik manajemen.
Seiring waktu, stakeholder view telah menjadi pendekatan yang lebih diterima dan
dipraktikkan dalam manajemen strategis. Banyak perusahaan mengakui bahwa mencapai
keberhasilan jangka panjang tidak hanya melibatkan keuntungan finansial semata, tetapi juga
memperhatikan hubungan dan dampak mereka terhadap stakeholders yang beragam.
Dalam beberapa tahun terakhir, stakeholder view semakin mendapatkan perhatian dalam
konteks korporat dan pembuatan kebijakan publik. Regulasi dan standar keberlanjutan yang
semakin ketat juga telah mendorong perusahaan untuk lebih fokus pada pemikiran
stakeholder dalam mengembangkan strategi dan operasi mereka.
Dengan demikian, asal usul stakeholder view dapat ditelusuri kembali ke perluasan
konsep tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 1960-an, dan pengembangan teori
stakeholder view oleh R. Edward Freeman pada tahun 1980-an. Sejak itu, konsep ini terus
berkembang dan menjadi bagian penting dari disiplin manajemen strategis.
Pada intinya stakeholders view berpusat pada business ethic dan social responsibility.
Stakeholder view dalam strategic management memiliki hubungan erat dengan tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) dan etika bisnis. Ketiga konsep
ini saling terkait dan saling mempengaruhi dalam konteks pengelolaan perusahaan secara
holistik dan bertanggung jawab.
1. Stakeholder View dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Stakeholder view menekankan pentingnya mempertimbangkan kepentingan
dan kebutuhan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan, selain
hanya fokus pada pemegang saham. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
juga mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan,
dan ekonomi yang lebih luas dari kegiatan bisnis mereka.
Dengan pendekatan stakeholder view, perusahaan mengidentifikasi
stakeholders yang relevan dan signifikan, memahami kepentingan dan kebutuhan
mereka, dan berusaha untuk memenuhi harapan dan meminimalkan dampak negatif
pada mereka. Tanggung jawab sosial perusahaan mencakup komitmen untuk
mempertahankan keberagaman, menjaga lingkungan, melibatkan masyarakat, dan
menghormati hak asasi manusia. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip stakeholder
view dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan strategi perusahaan.

26
2. Stakeholder View dan Etika Bisnis
Etika bisnis melibatkan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang diterapkan
dalam kegiatan bisnis. Stakeholder view mendorong perusahaan untuk
mempertimbangkan nilai-nilai dan etika dalam hubungan dengan berbagai
stakeholders mereka. Hal ini mencakup transparansi, kejujuran, integritas, dan
keadilan dalam interaksi dengan karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat, dan
lingkungan.
Stakeholder view mengakui bahwa keputusan bisnis tidak hanya didasarkan
pada pertimbangan keuntungan finansial semata, tetapi juga harus memperhatikan
implikasi etis dari tindakan perusahaan terhadap stakeholders. Misalnya, ketika
membuat keputusan yang dapat mempengaruhi lingkungan, perusahaan harus
mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem dan kesehatan masyarakat.
Dengan adopsi stakeholder view, perusahaan dapat membangun reputasi yang kuat,
memperoleh kepercayaan dari stakeholders, dan meminimalkan risiko reputasi dan
hukum yang terkait dengan pelanggaran etika bisnis.
Secara keseluruhan, stakeholder view, tanggung jawab sosial perusahaan, dan
etika bisnis saling terkait dalam upaya perusahaan untuk menjalankan bisnis dengan
cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan
kepentingan dan dampak stakeholders, serta menerapkan nilai-nilai etis, perusahaan
dapat mencapai tujuan bisnis jangka panjang yang sejalan dengan keberlanjutan
sosial, lingkungan, dan ekonomi. Gambar berikut menunjukan pandangan
stakeholders yang berpusat pada perusahaan.

27
Perspektif ini mengakui bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung jawab
kepada pemegang saham, tetapi juga kepada berbagai kelompok yang memiliki
kepentingan atau terpengaruh oleh aktivitas perusahaan. Berikut adalah penjelasan
mengenai view of the firm dari perspektif stakeholders:
1. Pemegang Saham (Shareholders)
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan dan mereka memiliki kepentingan
finansial utama. Pandangan mereka tentang perusahaan seringkali berfokus pada
maksimalisasi nilai perusahaan dan keuntungan yang diperoleh dari investasi mereka.
2. Karyawan (Employees)
Karyawan merupakan aset penting dalam perusahaan. Pandangan mereka tentang
perusahaan mencakup aspek seperti keadilan dalam gaji dan imbalan, kondisi kerja
yang aman, kesempatan pengembangan karir, dan keadilan dalam kebijakan
pengelolaan sumber daya manusia.
3. Pelanggan (Customers)
Pelanggan adalah kelompok yang sangat penting bagi perusahaan. Pandangan
mereka tentang perusahaan melibatkan kualitas produk atau layanan yang diberikan,
harga yang wajar, pelayanan pelanggan yang baik, dan nilai yang diperoleh dari
interaksi dengan perusahaan.
4. Pemasok (Suppliers)
Pemasok menyediakan bahan baku, produk, atau layanan yang diperlukan oleh
perusahaan. Pandangan mereka tentang perusahaan mencakup aspek seperti keadilan
dalam negosiasi kontrak, pembayaran yang tepat waktu, hubungan kerja yang saling
menguntungkan, dan keberlanjutan hubungan bisnis.
5. Komunitas lokal
Perusahaan beroperasi di suatu komunitas dan memiliki dampak sosial dan
lingkungan pada lingkungan sekitarnya. Pandangan komunitas lokal tentang
perusahaan meliputi keberlanjutan lingkungan, kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi lokal, kepatuhan terhadap peraturan dan standar sosial, serta keterlibatan
dalam inisiatif sosial dan kegiatan masyarakat.
6. Pemerintah dan regulator
Pemerintah memiliki peran dalam mengatur dan mengawasi aktivitas perusahaan.
Pandangan pemerintah dan regulator tentang perusahaan mencakup kepatuhan
terhadap peraturan dan undang-undang, ketaatan terhadap standar lingkungan,
kontribusi pajak, dan ketaatan terhadap norma sosial yang ditetapkan.

28
Pandangan stakeholders ini menggambarkan pentingnya perusahaan dalam
menjaga keseimbangan dan memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berbeda.
Manajemen strategis yang baik harus mampu memperhatikan dan merespons
kepentingan dan tuntutan dari semua stakeholders ini agar perusahaan dapat
beroperasi secara berkelanjutan dan memperoleh keunggulan kompetitif dalam jangka
panjang.
Didalam suatu perusahaan akan melibatkan pengintegrasian kepentingan dan
harapan dari berbagai kelompok ke dalam proses perumusan strategi perusahaan.
Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa strategi yang dirumuskan tidak
hanya menguntungkan pemegang saham, tetapi juga mempertimbangkan kepentingan
dan kebutuhan stakeholders lainnya. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat
diadopsi dalam strategi formulation dari perspektif stakeholders:
1. Pendekatan kolaboratif
Pendekatan ini melibatkan kolaborasi aktif dengan berbagai stakeholders untuk
mendapatkan masukan dan pemahaman yang lebih baik tentang kepentingan dan
harapan mereka. Perusahaan dapat melibatkan pemegang saham, karyawan,
pelanggan, pemasok, komunitas lokal, dan pemerintah/regulator dalam proses
perumusan strategi. Dengan melibatkan mereka secara langsung, perusahaan dapat
memperoleh wawasan yang lebih kaya dan memastikan bahwa kepentingan semua
pihak dipertimbangkan.
2. Analisis stakeholder
Pendekatan ini melibatkan identifikasi dan analisis mendalam tentang stakeholder
yang relevan dengan perusahaan. Analisis ini mencakup mengidentifikasi
kepentingan, kebutuhan, preferensi, dan kekuatan serta kelemahan masing-masing
stakeholder. Dengan memahami lebih baik stakeholder dan perspektif mereka,
perusahaan dapat mengembangkan strategi yang lebih holistik dan dapat diterima
oleh berbagai kelompok.
3. Responsif terhadap kepentingan stakeholder
Pendekatan ini mendorong perusahaan untuk merespons kepentingan dan harapan
stakeholder dalam strategi mereka. Ini melibatkan mempertimbangkan implikasi
strategi terhadap pemangku kepentingan dan mengambil langkah-langkah untuk
memenuhi atau mengatasi kekhawatiran mereka. Misalnya, perusahaan dapat
mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan, memperbaiki kondisi kerja,

29
meningkatkan kualitas produk atau layanan, atau berkontribusi pada komunitas lokal
sebagai tanggapan terhadap kepentingan stakeholder tersebut.
4. Pendekatan berkelanjutan (Sustainability-oriented Approach)
Pendekatan ini menempatkan keberlanjutan sebagai prinsip utama dalam strategi
perusahaan. Perusahaan mengakui bahwa keberhasilan jangka panjang mereka
tergantung pada keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Strategi yang dirumuskan mencakup praktik bisnis yang bertanggung jawab secara
sosial dan lingkungan serta berupaya mengurangi dampak negatif terhadap
stakeholder dan lingkungan.
Pendekatan ini pada intinya akan menganalisis kekuatan ekonomi, pengaruh
politk, hak dan tuntutan bagi para pemangku untuk mendorong perusahaan untuk
melihat stakeholders sebagai mitra strategis dan membangun hubungan saling
menguntungkan dengan mereka. Dengan melibatkan stakeholders secara aktif dan
mempertimbangkan kepentingan mereka, perusahaan dapat meminimalkan konflik,
memperkuat reputasi perusahaan, dan menciptakan nilai jangka panjang bagi semua
pihak yang terlibat.
Di dalam perspektif stakeholders suatu perusahaan terdapat faktor-faktor atau
aset yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai dan mempertahankan posisi
unggul dalam industri atau pasar yang mereka hadapi. Pandangan ini mengakui bahwa
keunggulan kompetitif tidak hanya bergantung pada kepentingan pemegang saham,
tetapi juga harus memperhatikan kepentingan dan kontribusi dari berbagai kelompok
stakeholders. Berikut adalah beberapa contoh source of competitive advantages dari
perspektif stakeholders:
1. Karyawan (Employees), Karyawan yang berkualitas tinggi, terlatih dengan baik,
dan termotivasi menjadi sumber keunggulan kompetitif. Perusahaan yang mampu
menarik, mengembangkan, dan mempertahankan karyawan yang berbakat dapat
memiliki tim yang produktif dan inovatif, meningkatkan kualitas produk atau
layanan, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik.
2. Pelanggan (Customers), Pelanggan yang puas dan setia dapat menjadi sumber
keunggulan kompetitif. Jika perusahaan dapat memberikan nilai tambah yang
unik, pengalaman pelanggan yang superior, dan layanan pelanggan yang baik,
mereka dapat membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan
menciptakan loyalitas yang kuat.

30
3. Pemasok (Suppliers), Kerjasama yang kuat dengan pemasok dapat memberikan
keunggulan kompetitif. Pemasok yang handal, berkualitas tinggi, dan
memberikan inovasi dapat membantu perusahaan mengurangi biaya,
meningkatkan efisiensi operasional, dan mendapatkan akses ke teknologi atau
bahan baku yang unggul.
4. Inovasi dan R&D (Research and Development), Kemampuan perusahaan untuk
berinovasi dan melakukan penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan
dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif. Inovasi produk, proses, atau model
bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau menghadapi tantangan
pasar dapat memberikan perusahaan keunggulan yang sulit ditiru oleh pesaing.
5. Reputasi Perusahaan dan Merek (Company Reputation and Brand), Reputasi
yang baik dan merek yang kuat dapat memberikan keunggulan kompetitif.
Perusahaan yang dikenal karena etika bisnis yang tinggi, tanggung jawab sosial,
dan kualitas produk atau layanan yang konsisten dapat menarik pelanggan,
mendapatkan kepercayaan, dan membedakan diri dari pesaing.
6. Hubungan dengan Komunitas dan Pemerintah (Community and Government
Relations), Hubungan yang baik dengan komunitas lokal dan pemerintah dapat
menjadi sumber keunggulan kompetitif. Perusahaan yang terlibat dalam inisiatif
sosial, mendukung pembangunan ekonomi lokal, dan mematuhi peraturan dan
standar yang berlaku dapat membangun dukungan dan reputasi positif di mata
stakeholders dan memperoleh keuntungan kompetitif.
Sehingga menjadi sangat penting untuk memperhatikan kepentingan
stakeholders dalam menciptakan keunggulan kompetitif, hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial saja.
Dalam stakeholders view para pemangku dapat dibedakan antara manajemen
pemangku kepentingan internal dan manajemen pemangku kepentingan eksternal.
Perbedaannya terletak pada pemangku kepentingan yang terlibat dan hubungan serta
cara mengelola keterlibatan mereka.
● Manajemen pemangku kepentingan internal, adalah tentang mengelola hubungan
dengan pemangku kepentingan internal organisasi. Pemangku kepentingan
internal adalah individu atau kelompok yang terlibat langsung dalam operasi,
keputusan, dan operasi organisasi sehari-hari. Contoh pemangku kepentingan
internal adalah karyawan, manajer, direktur, dan pemilik bisnis. Manajemen
pemangku kepentingan internal berfokus pada membangun dan memelihara

31
hubungan yang baik antara berbagai bagian dan tingkatan organisasi. Tujuannya
adalah sinergi, efisiensi dan kepuasan karyawan. Tujuan manajemen pemangku
kepentingan internal adalah untuk memastikan bahwa kepentingan dan tujuan
individu dan kelompok internal dapat diwujudkan secara seimbang.
● Manajemen pemangku kepentingan eksternal, adalah tentang mengelola
hubungan dengan pemangku kepentingan eksternal organisasi. Pemangku
kepentingan eksternal adalah orang atau kelompok di luar organisasi yang tertarik
atau mungkin terpengaruh oleh aktivitas organisasi. Contoh pemangku
kepentingan eksternal adalah pelanggan, pemasok, mitra bisnis, komunitas lokal,
pemerintah, dan masyarakat umum. Manajemen pemangku kepentingan eksternal
berfokus pada membangun dan memelihara hubungan yang saling
menguntungkan dengan pemangku kepentingan eksternal. Tujuannya adalah
untuk memahami dan memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pemangku kepentingan eksternal tersebut. Tujuan manajemen pemangku
kepentingan eksternal adalah untuk memastikan bahwa organisasi
mempertimbangkan dan menanggapi secara efektif kepentingan dan kebutuhan
pemangku kepentingan eksternal dalam pengambilan keputusan dan
implementasi strategi.
Pada intinya perbedaan antara manajemen pemangku kepentingan internal dan
manajemen pemangku kepentingan eksternal terletak pada pemangku kepentingan
yang terlibat (internal vs. eksternal) dan fokusnya (hubungan internal organisasi
versus hubungan eksternal). Kedua aspek tersebut penting saat menggerakkan
pemangku kepentingan sebagai bagian dari manajemen strategis untuk mencapai
keberhasilan jangka panjang organisasi. Berikut merupakan gambaran secara ringkas
mengenai perbedaan internal dan ekternal dari para pemangku kepentingan dari suatu
perushaan.

32
4. Combined perspective
Perspektif gabungan dalam manajemen strategis mengacu pada pendekatan yang
menggabungkan berbagai teori dan perspektif untuk memahami dan menganalisis strategi
perusahaan secara holistik. Pendekatan ini mengakui kompleksitas dan dinamika yang terlibat
dalam pengambilan keputusan strategis. Dalam perspektif gabungan, manajer yang strategis
tidak terikat pada satu teori atau model tertentu, tetapi memadukan berbagai pendekatan
untuk mengembangkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang strategi perusahaan.
Manajer juga menggunakan elemen-elemen dari berbagai pendekatan tersebut untuk
mengembangkan wawasan yang lebih komprehensif tentang strategi perusahaan. Pendekatan
ini memungkinkan pengakuan terhadap kompleksitas dan keunikan setiap situasi organisasi,
serta memperkuat kemampuan manajer untuk mengambil keputusan strategis yang efektif
dan responsif terhadap tantangan dan peluang yang dihadapi. Beberapa perspektif yang sering
digabungkan dalam pendekatan ini meliputi:
1. Pendekatan ekonomi
Mengacu pada analisis ekonomi dalam memahami bagaimana organisasi mencapai
keunggulan kompetitif melalui faktor-faktor seperti biaya produksi, diferensiasi
produk, dan pengaruh pasar.
2. Pendekatan sosial
Mengakui dampak sosial organisasi dan tanggung jawab sosialnya terhadap berbagai
pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, komunitas lokal, dan
lingkungan.
3. Pendekatan sumber daya dan kemampuan
Mendasarkan analisis strategis pada sumber daya internal perusahaan, termasuk aset
fisik, keahlian, karyawan, merek, dan hubungan dengan pemasok dan pelanggan.
4. Pendekatan institusional
Menyoroti pentingnya norma, nilai, dan kebiasaan yang mengatur perilaku organisasi
dalam lingkungan sosial dan politik yang lebih luas.
5. Pendekatan evolusioner
Menganggap strategi sebagai hasil dari proses evolusi dan pembelajaran organisasi
dari pengalaman masa lalu, dengan mempertimbangkan adaptasi, seleksi, dan retensi
dari pilihan strategis yang berhasil.
1. Adaptation vs Enactment
Pandangan adaptasi (adaptation) dan enactment (enactment) adalah dua pendekatan yang
berbeda dalam konteks strategi organisasi dan manajemen strategis. Kedua pandangan ini

33
memiliki perspektif yang berbeda dalam mengenai bagaimana strategi diciptakan dan
diimplementasikan. Pandangan adaptif menekankan tanggapan organisasi terhadap perubahan
kondisi eksternal. Menurut pandangan ini, organisasi harus beradaptasi dengan perubahan
lingkungan untuk bertahan dan berkembang. Strategi dipandang sebagai respons yang
disesuaikan dengan tuntutan dan tekanan dari luar organisasi. Pandangan ini menganggap
bahwa lingkungan merupakan faktor yang dominan dan organisasi harus berusaha
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Organisasi dipandang sebagai entitas yang
relatif pasif yang merespon lingkungan dan berusaha untuk meminimalkan kesenjangan
antara itu dan lingkungannya. Contoh-contoh pandangan adaptasi yang dapat diterapkan
dalam sebuah perusahaan:
● Penyesuaian produk atau layanan, perusahaan dapat melakukan adaptasi dengan
menyesuaikan produk atau layanan mereka sesuai dengan perubahan permintaan
pasar atau kebutuhan pelanggan. Misalnya, jika ada pergeseran tren atau preferensi
pelanggan, perusahaan dapat memodifikasi produk mereka, mengubah fitur atau
kualitasnya, atau bahkan mengembangkan produk baru yang lebih sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
● Perluasan pasar atau segmen, jika pasar utama mengalami penurunan atau kejenuhan,
perusahaan dapat melakukan adaptasi dengan memperluas pasar atau menargetkan
segmen baru yang belum terpenuhi. Ini dapat melibatkan pengembangan strategi
pemasaran yang berbeda, peningkatan saluran distribusi, atau bahkan pengembangan
merek baru yang menarik bagi segmen pasar baru.
● Perubahan model bisnis, jika kondisi ekonomi atau lingkungan bisnis mengalami
perubahan signifikan, perusahaan dapat melakukan adaptasi dengan mengubah model
bisnis mereka. Misalnya, perusahaan dapat beralih dari penjualan langsung ke
penjualan online, atau mengadopsi model bisnis berbasis berlangganan daripada
penjualan satu kali.
● Pengembangan kemampuan internal, jika perusahaan menghadapi persaingan yang
lebih intensif atau teknologi yang berkembang, adaptasi dapat melibatkan
pengembangan kemampuan internal yang baru atau perbaikan yang signifikan pada
operasi bisnis. Perusahaan dapat mengadopsi teknologi baru, meningkatkan proses
produksi atau operasional, atau meningkatkan efisiensi melalui otomatisasi.
● Perubahan struktur organisasi, jika perusahaan mengalami pertumbuhan yang cepat,
perubahan pasar, atau masalah dalam kinerja, adaptasi dapat melibatkan
restrukturisasi organisasi. Ini dapat meliputi perubahan dalam struktur hierarki,

34
pemindahan atau penggabungan departemen, atau pengembangan tim kerja lintas
fungsional untuk meningkatkan kolaborasi dan efektivitas.
● Respons terhadap terubahan hkum atau regulasi, jika ada perubahan kebijakan
pemerintah atau regulasi industri yang signifikan, perusahaan harus melakukan
adaptasi untuk mematuhi persyaratan baru tersebut. Ini dapat melibatkan perubahan
dalam praktik operasional, perubahan dalam kepatuhan hukum, atau penyesuaian
kebijakan internal.
2. Pandangan Enactment (Enactment)
Pandangan enactment menekankan peran proaktif organisasi dalam menciptakan dan
membentuk lingkungan mereka sendiri. Menurut pandangan ini, organisasi tidak hanya
bereaksi terhadap lingkungan, tetapi juga secara aktif terlibat dalam menciptakan realitas
mereka sendiri melalui tindakan dan interaksi dengan lingkungan. Strategi tidak hanya
disesuaikan dengan lingkungan, tetapi juga dibentuk dan dibangun melalui proses interaksi
sosial, pembelajaran organisasi, dan interpretasi kolektif. Organisasi dipandang sebagai
entitas aktif yang menciptakan dan membentuk lingkungan di sekitar mereka, dan strategi
dikembangkan melalui interaksi sosial yang kompleks dan dinamis. Berikut merupakan
contoh dari pendekatan enactment yang dapat diterapkan dalam suatu perusahaan.
● Inovasi produk atau layanan, perusahaan dapat mengambil perspektif regulasi dengan
berfokus pada inovasi produk atau layanan untuk menciptakan nilai yang lebih besar
bagi pelanggan. Misalnya, melalui penelitian dan pengembangan yang intensif,
perusahaan dapat menemukan produk baru dengan sifat unik atau menawarkan
pengalaman pelanggan yang lebih baik.
● Diferensiasi kompetitif, Wawasan Enactment dapat menginspirasi perusahaan untuk
menemukan cara untuk membedakan diri dari persaingan melalui strategi pemasaran
yang unik dan posisi pasar. Bisnis dapat mengembangkan proposisi nilai yang unik,
menciptakan merek yang kuat, atau menargetkan segmen pasar yang terabaikan.
● Kerja sama atau kemitraan industri, bisnis dapat menerapkan perspektif peraturan ini
dengan mengembangkan kolaborasi atau kemitraan dengan bisnis lain di dalam atau
di luar industri mereka. Hal ini dapat membuka peluang baru untuk memperkaya
penawaran produk, berbagi sumber daya, dan memanfaatkan keahlian yang saling
melengkapi.
● Peningkatan proses dan efisiensi, pandangan enactment dapat mendorong perusahaan
untuk terus meningkatkan proses internal mereka dengan tujuan mencapai efisiensi
yang lebih tinggi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas. Perusahaan dapat

35
mengadopsi teknologi baru, memperbaiki aliran kerja, atau menerapkan praktik
manufaktur yang inovatif.
● Membangun budaya inovasi, pandangan enactment dapat mendorong perusahaan
untuk menciptakan budaya inovasi yang mendorong kreativitas dan kolaborasi di
seluruh organisasi. Perusahaan dapat memberikan insentif untuk ide-ide baru,
menyediakan platform untuk berbagi pengetahuan, dan memberikan ruang bagi
eksperimen dan risiko yang terkendali.
● Pengembangan karyawan dan kepemimpinan, pandangan enactment dapat diterapkan
dengan fokus pada pengembangan karyawan dan kepemimpinan yang inovatif.
Perusahaan dapat memberikan pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan,
menciptakan kesempatan untuk karyawan berkontribusi secara aktif dalam
pengambilan keputusan strategis, dan memperkuat kepemimpinan yang mendorong
eksperimen dan inovasi.
Perbedaan utama antara pandangan adaptasi dan enactment terletak pada peran
lingkungan dan organisasi. Pandangan adaptasi lebih menekankan bahwa organisasi harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, sementara pandangan enactment
menekankan bahwa organisasi berperan aktif dalam menciptakan lingkungannya sendiri.
Keduanya memiliki implikasi yang berbeda dalam hal bagaimana strategi dirumuskan dan
diimplementasikan.
Penting untuk dicatat bahwa baik pandangan adaptasi maupun enactment memiliki nilai
dan relevansi mereka sendiri tergantung pada konteks dan situasi organisasi. Beberapa
organisasi mungkin lebih cenderung mengadopsi pendekatan adaptasi, sementara yang lain
lebih mendorong pendekatan enactment. Terlepas dari pendekatan yang dipilih, penting bagi
organisasi untuk memahami dan merespons lingkungan mereka dengan bijaksana serta
mengembangkan strategi yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka.
3. Deliberate vs Emergent
Deliberate dan emergent merupakan dua pendekatan yang berbeda dalam proses
pengembangan strategi perusahaan. Perbedaan utama antara kedua pendekatan ini terletak
pada bagaimana strategi dirumuskan dan diimplementasikan.
1. Deliberate Strategy (Strategi Deliberatif)
Pendekatan ini merupakan proses yang direncanakan dan diorganisir secara sistematis
untuk mengembangkan strategi perusahaan. Sadar strategi berfokus pada analisis mendalam,
memilih tujuan jangka panjang, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan
perencanaan taktis terstruktur.

36
Dalam pendekatan ini, perusahaan memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas. Strategi
deliberate dikembangkan melalui pemikiran rasional dan analitis, berdasarkan pemahaman
yang mendalam tentang pasar, pelanggan, pesaing, dan lingkungan bisnis secara umum. Para
pemimpin dan manajer mengadopsi pendekatan top-down, di mana keputusan strategis dibuat
secara sentralistik dan kemudian diimplementasikan secara terencana melalui rencana aksi
yang ditetapkan. berikut contoh penerapan pendekatan deliberate,
● Proses perencanaan strategis, perusahaan menerapkan proses perencanaan strategis
yang sistematis dan terstruktur untuk menyusun strategi yang matang. Ini
membutuhkan analisis menyeluruh tentang pasar, pesaing, pelanggan, dan faktor lain
di lingkungan bisnis. Tujuan jangka panjang perusahaan didefinisikan dengan jelas
dan rencana taktis untuk mencapainya disusun.
● Analisis pasar yang mendalam, perusahaan secara aktif melakukan analisis pasar yang
luas untuk memahami tren, kebutuhan dan peluang pelanggan. Analisis ini meliputi
riset pasar, analisis persaingan, analisis permintaan, dan pemetaan lingkungan bisnis
secara umum. Hasil analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan risiko
pasar serta merumuskan strategi yang tepat untuk mengatasinya.
● Pemilihan sasaran dan strategi jangka panjang, perusahaan mengambil pendekatan
yang disengaja ketika menetapkan tujuan dan strategi jangka panjang. Tujuan ini
antara lain mencakup pertumbuhan pendapatan, pangsa pasar, keunggulan kompetitif,
dan keberlanjutan. Conscious strategy melibatkan pemilihan strategi korporat, bisnis
dan operasional yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
● Implementasi rencana aksi terstruktur, strategi yang ditargetkan diikuti oleh rencana
aksi terstruktur untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Rencana aksi
mencakup alokasi sumber daya, prioritas, pembagian tanggung jawab dan garis waktu
yang jelas. Perusahaan dengan hati-hati menetapkan langkah-langkah konkret untuk
mencapai tujuan strategis dan secara teratur memantau kemajuan pelaksanaannya.
● Pemantauan dan evaluasi, perusahaan memantau dan mengevaluasi penerapan strategi
yang dipertimbangkan untuk memastikan bahwa strategi berjalan sesuai rencana. Ini
membutuhkan pemantauan kinerja, pengukuran hasil dan identifikasi perubahan yang
diperlukan. Ketika penyimpangan dari rencana terjadi, perusahaan dapat mengambil
tindakan korektif atau penyesuaian agar strategi tetap pada jalurnya.
2. Emergent Strategy (Strategi Emergen)
Pendekatan ini mengakui bahwa strategi organisasi dapat berkembang secara bertahap
dan tidak dapat diprediksi seiring dengan perubahan bisnis dan pembelajaran organisasi.

37
Strategi baru muncul melalui eksperimen, pembelajaran, dan adaptasi konstan terhadap
situasi yang berubah. Dalam pendekatan ini, perusahaan menerima bahwa tidak semua faktor
dapat diprediksi dengan pasti dan tidak semua informasi yang relevan tersedia pada awalnya.
Strategi emergent terwujud melalui proses bottom-up, dimana berbagai tingkatan organisasi
dan individu berkontribusi pada pembentukan strategi melalui eksperimen dan penyesuaian
berkelanjutan. Keputusan strategis dapat terbentuk secara tidak terduga dalam tanggapan
terhadap tantangan dan peluang yang muncul seiring waktu. Berikut merupakan contoh dari
pendekatan emergent yang dapat diterapkan pada suatu perusahaan.
● Eksperimen dan inovasi, perusahaan mendorong karyawan untuk melakukan
eksperimen dan mencoba ide-ide baru. Mereka memberikan waktu dan sumber daya
untuk mengembangkan prototipe, menguji konsep baru, dan melakukan inovasi dalam
produk atau proses bisnis. Dalam pendekatan emergent, ide-ide yang sukses akan
berkembang menjadi strategi yang lebih besar.
● Respons fleksibel terhadap perubahan pasar, perusahaan secara aktif memantau
perubahan pasar dan mengadopsi respons yang cepat dan fleksibel. Mereka dapat
mengubah strategi pemasaran, segmentasi pasar, atau penawaran produk untuk
menyesuaikan diri dengan tren baru atau perubahan preferensi pelanggan. Perusahaan
menggunakan pembelajaran organisasi untuk mengidentifikasi peluang emergent dan
menyesuaikan strategi secara bertahap.
● Pengembangan tim kreatif, perusahaan membangun tim kreatif yang bertanggung
jawab untuk menciptakan dan mengembangkan ide-ide baru. Tim ini didorong untuk
berkolaborasi, berbagi pengetahuan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung
inovasi. Dalam pendekatan emergent, ide-ide yang muncul dari tim ini dapat
membentuk strategi baru yang belum terpikir sebelumnya.
● Pembelajaran organisasi, perusahaan menciptakan budaya pembelajaran yang
mendorong karyawan untuk terus belajar dan berkembang. Mereka mengadopsi sikap
terbuka terhadap masukan dan umpan balik, baik dari pelanggan maupun dari
karyawan internal. Perusahaan menggunakan pembelajaran dari pengalaman dan
kesalahan untuk memperbaiki dan mengubah strategi mereka secara bertahap.
● Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan strategis, perusahaan
melibatkan karyawan dari berbagai tingkatan dalam proses pengambilan keputusan
strategis. Melalui dialog, diskusi, dan partisipasi aktif, ide-ide emergent dapat muncul
dari berbagai sudut pandang. Karyawan yang terlibat dapat memberikan wawasan
yang berharga dan berkontribusi pada pengembangan strategi perusahaan.

38
● Kolaborasi industri dan kemitraan, perusahaan menjalin kemitraan dan kolaborasi
dengan perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar industri mereka. Ini
memungkinkan pertukaran ide, sumber daya, dan pengetahuan yang dapat mengarah
pada pengembangan strategi emergent. Melalui kemitraan, perusahaan dapat
memanfaatkan peluang baru dan menciptakan nilai tambah yang tidak terduga.
Penting untuk dicatat bahwa strategi deliberate dan emergent tidak saling eksklusif.
Dalam banyak kasus, proses pengembangan strategi perusahaan melibatkan kombinasi kedua
pendekatan tersebut. Misalnya, perusahaan mungkin memiliki rencana strategis yang
direncanakan secara deliberate, tetapi juga mengadopsi pendekatan emergent untuk
mengakomodasi perubahan mendadak atau penemuan baru yang terjadi di sepanjang jalan.
Secara umum, strategi deliberate lebih cocok dalam situasi yang stabil dan dapat diprediksi,
sementara strategi emergent lebih relevan dalam situasi yang kompleks, berubah dengan
cepat, dan penuh ketidakpastian. Kedua pendekatan tersebut memainkan peran penting dalam
membantu perusahaan menghadapi tantangan, beradaptasi dengan lingkungan yang berubah,
dan mencapai keberhasilan jangka panjang. Berikut merupakan perbedaan pendekatan
deliberate dan emergent secara singkat yang dringkas dalam sebuah tabel.

39
Strategy Formulation in a Multi Bussiness Oganization
Strategy formulation atau perumusan strategi dalam sebuah organisasi multi bisnis
mengacu pada proses merencanakan dan mengembangkan strategi yang efektif untuk setiap
bisnis yang ada di dalam organisasi tersebut. Tujuan dari perumusan strategi ini adalah untuk
mencapai keunggulan kompetitif, meningkatkan kinerja bisnis, dan mencapai tujuan jangka
panjang organisasi secara keseluruhan. Berikut adalah langkah-langkah dalam perumusan
strategi di sebuah organisasi multi bisnis:
1. Analisis situasi
Langkah pertama adalah menganalisis situasi bisnis dalam setiap unit bisnis yang ada
di organisasi. Ini melibatkan mengevaluasi faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi performa bisnis, seperti kekuatan dan kelemahan internal, serta
peluang dan ancaman eksternal.
2. Penetapan misi, visi, dan tujuan
Setiap unit bisnis perlu memiliki misi, visi, dan tujuan yang jelas. Misi menjelaskan
tujuan pokok bisnis, visi menggambarkan gambaran masa depan yang diinginkan, dan
tujuan mengukur pencapaian yang diharapkan.
3. Identifikasi pilihan strategi
Dalam tahap ini, berbagai pilihan strategi dikembangkan untuk setiap unit bisnis.
Pilihan strategi ini dapat meliputi pengembangan produk baru, diversifikasi, penetrasi
pasar, aliansi strategis, atau restrukturisasi bisnis.
4. Evaluasi dan pemilihan strategi
Setelah identifikasi pilihan strategi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi dan
memilih strategi yang paling sesuai dengan tujuan bisnis dan kondisi pasar. Evaluasi
melibatkan analisis risiko, analisis keuangan, analisis pasar, dan penilaian potensi
keberhasilan setiap strategi.
5. Implementasi strategi
Setelah strategi dipilih, langkah berikutnya adalah mengimplementasikan strategi
tersebut di setiap unit bisnis. Ini melibatkan alokasi sumber daya, perencanaan taktis,
dan pengaturan sistem pengukuran kinerja untuk memastikan bahwa strategi dapat
dijalankan dengan efektif.
6. Monitor dan evaluasi
Tahap terakhir dalam perumusan strategi adalah memantau dan mengevaluasi kinerja
setiap unit bisnis. Ini melibatkan pengukuran hasil strategi, analisis kesenjangan

40
antara hasil yang diharapkan dan hasil yang dicapai, serta melakukan perubahan
strategi jika diperlukan.
Perumusan strategi dalam organisasi multi fungsi merupakan proses yang kompleks dan
membutuhkan koordinasi yang baik antara area bisnis yang berbeda. Dengan merumuskan
strategi yang efektif, organisasi lintas perusahaan dapat mengoptimalkan kinerja bisnis,
meningkatkan keunggulan kompetitif, dan mencapai tujuan jangka panjang.
berikut merupakan keuntungan dalam menerapkan perumusan strategi dalam organisasi multi
bisnis, antara lain:
● Konsistensi tujuan
Dengan adanya perumusan strategi, organisasi multi bisnis dapat memastikan bahwa setiap
unit bisnis memiliki tujuan yang konsisten dan sejalan dengan visi dan misi organisasi secara
keseluruhan. Hal ini membantu menciptakan fokus dan arah yang jelas dalam upaya
mencapai tujuan bisnis.
● Pengambilan keputusan yang lebih baik
Proses perumusan strategi melibatkan analisis yang mendalam terhadap lingkungan eksternal
dan internal organisasi. Dengan pemahaman yang baik tentang faktor-faktor tersebut,
organisasi dapat membuat keputusan yang lebih baik dan informasi yang lebih akurat dalam
menghadapi tantangan dan peluang di pasar.
● Pemanfaatan sumber daya yang lebih efektif
Dengan adanya perumusan strategi, organisasi multi bisnis dapat mengalokasikan sumber
daya secara efektif dan efisien di antara unit bisnis yang berbeda. Ini membantu mencegah
tumpang tindih atau penyalahgunaan sumber daya, serta memastikan bahwa sumber daya
yang terbatas digunakan dengan optimal untuk mencapai tujuan strategis.
● Sinergi dan kolaborasi antar unit bisnis
Perumusan strategi membantu menciptakan koordinasi dan sinergi antara unit bisnis yang
berbeda. Dengan adanya komunikasi yang teratur, berbagi informasi, dan kerja sama antara
unit bisnis, organisasi dapat mengoptimalkan potensi sinergi dan saling memperkuat
keunggulan kompetitifnya. Hal ini dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dan
memberikan nilai tambah bagi organisasi secara keseluruhan.
● Adaptabilitas terhadap perubahan lingkungan
Dalam dunia bisnis yang terus berubah, organisasi multi bisnis perlu dapat beradaptasi
dengan cepat terhadap perubahan lingkungan. Dengan adanya perumusan strategi, organisasi
memiliki kerangka kerja yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyesuaikan

41
strategi saat situasi berubah. Hal ini membantu organisasi tetap relevan dan bersaing di pasar
yang dinamis.
Dengan menerapkan perumusan strategi dalam organisasi multi bisnis, organisasi dapat
mencapai keuntungan-keuntungan ini dan meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Berikut merupakan bagan suatu strategi perusahaan.

Why Go Global
Beberapa alasan mengapa perusahaan harus melakukan go global (berkembang menjadi
perusahaan global) dalam materi strategic management adalah sebagai berikut:
1. Akses ke pasar yang lebih luas
Dengan menjadi perusahaan global, perusahaan dapat memperoleh akses ke pasar
yang lebih besar di berbagai negara. Hal ini membuka peluang pertumbuhan bisnis
yang signifikan dengan membuka segmen pasar baru dan menjangkau konsumen
potensial yang lebih besar.
2. Pertumbuhan dan skala ekonomi
Akses ke pasar global memungkinkan perusahaan tumbuh lebih cepat dan mencapai
skala ekonomi yang lebih besar. Ekspansi geografis memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan produksi dan penjualan, yang pada gilirannya dapat mengurangi biaya
produksi per unit dan meningkatkan efisiensi operasional.
3. Diversifikasi risiko

42
Dengan beroperasi di pasar global, perusahaan dapat mengurangi risiko yang terkait
dengan ketergantungan pada pasar atau negara tertentu. Saat turbulensi ekonomi,
peraturan ketat atau perubahan pasar terjadi di satu wilayah, perusahaan masih dapat
menggunakan pendapatan dari pasar global lainnya.
4. Akses ke berbagai sumber daya dan tenaga kerja
Ekspansi global memungkinkan perusahaan untuk mengakses berbagai sumber daya
dan pekerja dari berbagai negara. Hal ini dapat menciptakan keunggulan kompetitif,
misalnya melalui ketersediaan bahan mentah yang lebih murah atau pengetahuan
teknis khusus.
5. Inovasi dan Pembelajaran
Beroperasi di pasar global memungkinkan perusahaan untuk terlibat dalam pertukaran
pengetahuan dan inovasi dengan mitra bisnis global, pelanggan, dan pemangku
kepentingan lainnya. Hal ini dapat menghasilkan ide baru, praktik terbaik, dan
pengetahuan yang dapat diterapkan dalam pengembangan produk dan proses bisnis.
6. Keunggulan Kompetitif
Dengan menjadi perusahaan global, perusahaan dapat membangun keunggulan
kompetitif yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Perusahaan dapat mengambil
manfaat dari ekonomi skala, keahlian teknis, merek yang kuat, dan reputasi global
untuk bersaing dengan pesaing di pasar global.
Namun, penting untuk dicatat bahwa globalisasi juga membawa tantangan dan risiko
yang harus dikelola dengan baik. Bisnis harus mempertimbangkan aspek hukum, peraturan,
ekonomi, budaya dan politik dari operasi di pasar global. Saat merumuskan strategi global,
perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor ini secara holistik untuk memastikan
kesuksesan dan keberlanjutan dalam ekspansi globalnya.
Strategic Planning Process vs Strategic Thinking
Strategic planning process (proses perencanaan strategis) dan strategic thinking
(pemikiran strategis) adalah dua konsep terkait dalam manajemen strategis. Berikut adalah
penjelasan tentang keduanya dalam bahasa Indonesia:
1. Proses perencanaan strategis
Proses perencanaan strategis mencakup langkah-langkah sistematis yang
diambil organisasi untuk mengembangkan rencana strategis untuk mencapai tujuan
jangka panjangnya. Proses ini meliputi visi, misi, analisis lingkungan, penetapan
tujuan, pemilihan strategi, alokasi sumber daya, implementasi dan evaluasi. Proses ini
biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3-5 tahun, dan melibatkan

43
keterlibatan berbagai pihak dalam organisasi. Proses perencanaan strategis membantu
organisasi untuk menciptakan arah yang jelas, fokus dan rencana aksi yang sistematis
untuk mencapai tujuan bisnisnya. Pada strategic planning terdapat beberapa elemen
kunci yang membantu dalam mengembangkan rencana strategis yang efektif. Berikut
adalah beberapa elemen yang ada dalam strategic planning:
● Visi dan misi
Visi merupakan gambaran jangka panjang tentang keadaan yang diinginkan atau
tujuan utama organisasi. Misi merupakan pernyataan yang menggambarkan tujuan inti
organisasi, nilai-nilai, dan bidang operasionalnya. Visi dan misi menjadi dasar dalam
merumuskan strategi organisasi.
● Analisis lingkungan eksternal
Melibatkan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi organisasi. Ini termasuk analisis pasar, tren industri, perubahan sosial
dan demografis, kekuatan politik dan hukum, serta perkembangan teknologi. Analisis
ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dapat
memengaruhi kinerja mereka.
● Analisis lingkungan internal
Melibatkan evaluasi sumber daya, kemampuan, dan kelemahan organisasi. Ini
mencakup analisis terhadap struktur organisasi, budaya perusahaan, aset fisik,
keahlian karyawan, sistem operasional, dan keuangan. Analisis ini membantu
organisasi dalam mengidentifikasi kekuatan internal yang dapat dimanfaatkan serta
memperbaiki kelemahan yang ada.
● Penentuan tujuan dan sasaran
Berdasarkan visi dan misi organisasi, tujuan jangka panjang dan sasaran yang
spesifik ditetapkan. Tujuan ini haruslah terukur, dapat dicapai, relevan, dan terkait
erat dengan strategi yang akan diimplementasikan.
● Pemilihan strateg
Setelah analisis lingkungan dan penentuan tujuan, strategi-strategi yang sesuai
dapat dipilih. Strategi ini merujuk pada pendekatan umum yang akan diambil untuk
mencapai tujuan organisasi. Contoh strategi dapat mencakup penetrasi pasar,
diversifikasi produk, kerjasama strategis, atau keunggulan biaya.
● Pengembangan rencana tindakan
Setelah strategi dipilih, rencana tindakan yang spesifik dibuat. Rencana ini
merinci langkah-langkah yang harus diambil, sumber daya yang diperlukan, jadwal

44
pelaksanaan, dan pihak yang bertanggung jawab. Rencana ini menjadi panduan
operasional untuk mengimplementasikan strategi.
● Monitoring dan evaluasi
Tahap ini melibatkan pemantauan pelaksanaan strategi dan evaluasi terhadap
pencapaian tujuan. Kinerja organisasi diukur secara berkala, kemajuan dibandingkan
dengan rencana awal, dan tindakan perbaikan dilakukan jika diperlukan. Monitoring
dan evaluasi membantu memastikan bahwa strategi tetap relevan dan dapat
disesuaikan dengan perubahan lingkungan.
2. Strategic thinking
Pemikiran strategis adalah suatu pendekatan atau cara berpikir di mana
individu atau organisasi menganalisis situasi secara menyeluruh, berpikir ke depan
dan menggabungkan beberapa perspektif dalam merumuskan strategi. Pemikiran
strategis tidak terbatas pada proses perencanaan formal, tetapi merupakan kemampuan
individu atau organisasi untuk mengantisipasi dan mengenali tren, peluang dan
ancaman serta beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan. Ini
membutuhkan kreativitas, penilaian risiko, kemampuan untuk melihat koneksi dan
pemikiran sistem. Pemikiran strategis membantu organisasi melihat melampaui
rencana strategis formal dan beradaptasi dengan perubahan tak terduga atau
mendadak. Strategic thinking melibatkan sejumlah elemen penting yang membantu
individu atau organisasi dalam memahami, menganalisis, dan merumuskan strategi.
Berikut adalah beberapa elemen yang ada dalam strategic thinking:
● Analisis mendalam
Strategic thinking melibatkan kemampuan untuk melakukan analisis mendalam
terhadap situasi dan konteks bisnis. Ini mencakup pemahaman yang komprehensif
tentang lingkungan eksternal dan internal, tren industri, pesaing, pelanggan, dan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesuksesan organisasi.
● Visi jangka panjang
Pemikiran strategis melibatkan pengembangan visi jangka panjang yang
menggambarkan keadaan yang diinginkan atau tujuan masa depan organisasi. Visi ini
memberikan arah dan panduan dalam merumuskan strategi yang sesuai untuk
mencapai tujuan tersebut.
● Kreativitas dan inovasi
Kemampuan untuk berpikir secara kreatif dan inovatif penting dalam pemikiran
strategis. Ini melibatkan kemampuan untuk memikirkan solusi yang baru dan tidak

45
konvensional, serta mencari peluang baru untuk membedakan diri dari pesaing dan
menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.
● Pengenalan tren dan peluang
Pemikiran strategis melibatkan kemampuan untuk mengenali tren yang sedang
terjadi atau akan datang di pasar atau industri. Ini memungkinkan organisasi untuk
mengantisipasi perubahan dan peluang yang mungkin muncul, serta mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
● Penilaian risiko
Pemikiran strategis melibatkan kemampuan untuk melakukan penilaian risiko
yang cermat. Ini mencakup mengidentifikasi risiko yang mungkin dihadapi
organisasi dalam menjalankan strategi tertentu, serta mengembangkan rencana
mitigasi yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut.
● Koneksi yang holistik
Pemikiran strategis melibatkan kemampuan untuk menghubungkan berbagai
elemen yang tidak terhubung dalam lingkungan bisnis. Ini mencakup memahami
bagaimana faktor-faktor yang berbeda saling berhubungan dan berdampak satu sama
lain, serta mengidentifikasi hubungan sebab-akibat yang mungkin terjadi.
● Orientasi pada implementasi
Pemikiran strategis tidak hanya berfokus pada pengembangan strategi, tetapi juga
pada implementasi yang efektif. Ini mencakup kemampuan untuk merancang rencana
tindakan konkret, mengalokasikan sumber daya yang tepat, dan mengawasi
pelaksanaan strategi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Perbedaan antara proses perencanaan strategis dan pemikiran strategis terletak pada
fokus dan pendekatannya. Proses perencanaan strategis adalah serangkaian langkah formal
yang diambil selama periode waktu tertentu untuk mengembangkan rencana strategis,
sedangkan pemikiran strategis adalah sikap mental yang melibatkan analisis menyeluruh,
inovasi, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Namun, penting untuk dicatat
bahwa kedua konsep ini saling melengkapi. Proses perencanaan strategis membutuhkan
pemikiran strategis yang kuat untuk menciptakan rencana yang efektif dan relevan. Di sisi
lain, pemikiran strategis juga membutuhkan proses perencanaan strategis sebagai kerangka
kerja untuk menghubungkan ide-ide strategis dengan sumber daya konkret dan implementasi
dalam organisasi.

46
Major Concept chapter 1
● Jadi pada intinya manajemen strategik itu akan melibatkan analisis lingkungan dan
organisasi, lalu akan menciptakan arah strategi untuk memastikan perusahaan membuat
kinerjanya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, setelah arah ditentukan maka barulah
akan melakukan perumusan strategi. Setelah semua strategi terbaik dirumuskan maka
akan diimplementasikan secara nyata didalam operasional dan dilakukan kontrol secara
berkala
● Pemikiran strategis adalah proses kreatif yang harus didorong, sehingga ide ide yang
menakjubkan dapat diwujudkan demi mencapai tujuan dari suatu perusahan.
● Suatu organisasi harus belajar dan beradaptasi dengan lingkungan mereka baik itu
lingkungan yang sulit untuk diubah ataupun yang mudah berubah.
● Strategi adalah bagian yang harus ada di dalam menjalankan suatu organisasi atau
perusahan, hal ini demi mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang paling efektif dan
efisien.
● Sumber daya organisasi yang unggul akan menciptakan kinerja organisasi yang unggul
juga.
● Suatu perusahaan atau organisasi merupakan suatu pusat jaringan di antara para
pemangku kepentingan suatu perusahaan.
● Perilaku perusahaan yang dapat dipercaya akan membawakan hasil yang positif.
● Globalisasi akan terus meningkat dikarenakan lingkungan asing berubah menjadi lebih
ramah dan dapat diterima baik terhadap investasi ataupun organisasi yang mencari
peluang serta sumber daya internasional.
● Pemikiran yang strategis melibatkan intuisi dan kreativitas.

47
Chapter 2 The Environment and External Stakeholders

The Broad Environment, juga dikenal sebagai Macro Environment, merujuk pada
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi suatu organisasi atau industri dalam skala yang
lebih besar. Ini adalah kondisi-kondisi eksternal yang di luar kendali langsung organisasi dan
memiliki potensi untuk mempengaruhi strategi dan kinerja mereka.The Broad Environment
mengacu pada semua faktor eksternal yang berada di luar kendali langsung suatu organisasi
atau industri. Faktor-faktor ini terdiri dari berbagai elemen yang secara kolektif
mempengaruhi operasi dan strategi organisasi.
● Faktor ekonomi
Faktor ekonomi meliputi berbagai kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi suatu
organisasi. Ini termasuk pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, kebijakan fiskal
dan moneter, pengangguran dan stabilitas ekonomi secara umum. Faktor ekonomi ini
mempengaruhi daya beli konsumen, permintaan produk atau jasa, biaya produksi, dan
kondisi pasar secara umum.
● Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya mencerminkan nilai, norma, kepercayaan, dan
kecenderungan sosial dalam masyarakat. Ini berlaku untuk demografi, gaya hidup,
preferensi konsumen, tren yang berubah, dan pandangan orang tentang lingkungan.

48
Bisnis harus memahami preferensi dan kebutuhan konsumen, serta tren yang muncul,
untuk mengembangkan produk atau layanan yang relevan dan menarik bagi pasar.
● Faktor politik dan hukum
Faktor politik dan hukum meliputi kebijakan pemerintah, peraturan, hukum, stabilitas
politik dan hubungan internasional. Kebijakan pemerintah dapat memengaruhi
lingkungan bisnis, persaingan, investasi, perpajakan, dan aturan serta persyaratan
yang harus dipatuhi oleh organisasi. Perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah
dapat berdampak signifikan terhadap bisnis dan strategi.
● Faktor teknologi
Faktor teknologi meliputi perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi industri
dan organisasi secara keseluruhan. Perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan
(AI), Internet of Things (IoT), digitalisasi dan teknologi informasi dapat menciptakan
peluang baru, mengubah cara kerja, meningkatkan efisiensi operasional, dan
mengubah dinamika persaingan. Organisasi harus mengikuti perkembangan teknologi
dan menyesuaikan strategi bisnisnya dengan perkembangan tersebut.
Keempat faktor ini saling terkait dan saling mempengaruhi. Organisasi yang mampu
memahami dan mengantisipasi perubahan dalam faktor-faktor ini akan lebih siap menghadapi
tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada dalam lingkungan eksternal mereka.
Selain faktor luar yang mempengaruhi perusahaan, terdapat juga faktor internal yang
mempengaruhi perusahaan diantaranya adalah supplier, competitor, dan customer. Ketiga
faktor inilah yang paling penting dan harus diperhatikan oleh perusahaan. Ketiga faktor ini
saling terkait dan mempengaruhi keberhasilan operasional suatu organisasi. Hubungan yang
baik dengan pemasok dapat memastikan pasokan yang stabil, pemahaman tentang pesaing
dapat membantu organisasi dalam mengembangkan keunggulan kompetitif, sementara
pemahaman yang baik tentang pelanggan membantu organisasi dalam memenuhi kebutuhan
pasar dan mempertahankan pangsa pasar yang baik. Oleh karena itu, organisasi perlu
memantau dan berinteraksi dengan ketiga faktor ini untuk memastikan operasi yang sukses
dan berkelanjutan. Berikut merupakan penjelasan dari ketiga faktor ini yang disertai dengan
faktor pendukung lainnya.
1. Suppliers (Pemasok)
Pemasok adalah individu, perusahaan, atau entitas lain yang menyediakan bahan
baku, komponen, atau sumber daya lain yang diperlukan oleh suatu organisasi untuk
menjalankan operasinya. Pemasok dapat mempengaruhi operasi organisasi melalui
beberapa cara, termasuk ketersediaan dan harga bahan baku, kualitas dan keandalan

49
pasokan, serta kebijakan dan layanan yang mereka berikan. Hubungan yang baik
dengan pemasok dapat memastikan pasokan yang lancar dan stabil untuk kegiatan
operasional.
2. Competitors (Pesaing)
Pesaing adalah organisasi atau perusahaan lain yang beroperasi dalam industri atau
pasar yang sama. Pesaing dapat mempengaruhi operasi organisasi dengan cara
bersaing langsung dalam hal harga, kualitas produk atau layanan, inovasi, pemasaran,
dan keunggulan kompetitif lainnya. Pemahaman yang baik tentang pesaing dapat
membantu organisasi dalam merancang strategi pemasaran, membedakan diri dari
pesaing, dan mengantisipasi perubahan dalam lingkungan persaingan.
3. Customers (Pelanggan)
Pelanggan adalah individu, kelompok, atau organisasi yang membeli produk atau
layanan dari suatu organisasi. Pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dalam
Operating Environment karena mereka adalah sumber pendapatan utama bagi
organisasi. Organisasi harus memahami kebutuhan, preferensi, dan perilaku
pelanggan untuk dapat menghasilkan produk atau layanan yang relevan dan
memenuhi harapan mereka. Perubahan dalam preferensi pelanggan, permintaan pasar,
dan kebutuhan konsumen dapat mempengaruhi strategi penjualan, pemasaran, dan
pengembangan produk organisasi.
4. Kondisi pasar
Faktor ini meliputi permintaan pasar, perilaku konsumen, tren pasar, dan kebutuhan
pelanggan. Kondisi pasar yang berubah dapat mempengaruhi permintaan produk atau
layanan, preferensi konsumen, dan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi.
5. Keuangan dan sumber daya
Faktor ini mencakup akses organisasi terhadap sumber daya finansial, termasuk
modal, pinjaman, dan pendanaan. Ketersediaan dan biaya sumber daya ini dapat
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk beroperasi, melakukan investasi,
mengembangkan produk, dan melakukan ekspansi.
6. Teknologi dan inovasi
Faktor ini melibatkan kemajuan teknologi dan tingkat inovasi di dalam industri atau
sektor yang relevan. Perkembangan teknologi baru dapat mempengaruhi metode
produksi, efisiensi operasional, dan diferensiasi produk atau layanan. Organisasi perlu
mengikuti tren teknologi dan berinovasi agar tetap kompetitif.
7. Regulasi dan kebijakan pemerintah

50
Faktor ini mencakup regulasi dan kebijakan pemerintah yang berlaku dalam industri
atau sektor tertentu. Regulasi ini dapat mencakup persyaratan lingkungan, izin
operasional, persyaratan keamanan, kebijakan perdagangan, dan pajak. Kebijakan
pemerintah dapat membatasi atau mendorong aktivitas bisnis dan berdampak pada
operasi organisasi.
8. Isu lingkungan dan keberlanjutan
Faktor ini melibatkan kepedulian terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan
dalam operasi organisasi. Persyaratan lingkungan, tuntutan keberlanjutan, dan
perubahan perilaku konsumen terkait lingkungan dapat mempengaruhi cara organisasi
menjalankan bisnis mereka.
Memahami faktor-faktor dalam lingkungan operasi ini penting bagi perusahaan
karena membantu mereka menyesuaikan strategi operasi, menanggapi persaingan,
menanggapi kebutuhan pasar, dan memastikan keberlanjutan bisnis mereka dalam lingkungan
lingkungan yang berubah.
Macro Environment memiliki pengaruh yang signifikan terhadap organisasi dalam
berbagai cara.Penting bagi organisasi untuk terus memantau dan menganalisis faktor-faktor
dalam macro environment untuk dapat merencanakan strategi yang sesuai, mengantisipasi
perubahan, dan memanfaatkan peluang yang muncul.
Beberapa pengaruh yang umumnya terjadi adalah:
1. Peluang dan ancaman
Macro Environment dapat menciptakan peluang baru bagi organisasi untuk
pertumbuhan dan pengembangan. Perkembangan ekonomi positif, perubahan sosial
dan budaya, dan kemajuan teknologi dapat menciptakan peluang pasar baru yang
dapat dimanfaatkan oleh organisasi. Di sisi lain, perubahan dalam faktor-faktor
tersebut juga dapat menciptakan ancaman bagi organisasi, seperti perubahan regulasi
yang merugikan, perubahan preferensi konsumen, atau kemajuan teknologi yang
dapat membuat produk atau layanan menjadi usang.
2. Perubahan permintaan pasar
Faktor-faktor dalam Macro Environment dapat mempengaruhi permintaan pasar
secara keseluruhan. Misalnya, fluktuasi ekonomi, perubahan demografi, atau
pergeseran tren dan preferensi konsumen dapat mempengaruhi permintaan atas
produk atau layanan suatu organisasi. Organisasi perlu memahami perubahan dalam
permintaan pasar untuk dapat menyesuaikan strategi pemasaran dan mengantisipasi
perubahan tren.

51
3. Regulasi dan kebijakan pemerintah
Perubahan dalam regulasi dan kebijakan pemerintah juga dapat memiliki dampak
yang signifikan terhadap organisasi. Kebijakan perpajakan, peraturan lingkungan,
persyaratan keamanan, atau kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi operasi dan
strategi bisnis organisasi. Organisasi perlu memantau perubahan dalam regulasi dan
kebijakan pemerintah untuk memastikan kepatuhan dan mengantisipasi dampaknya.
4. Persaingan industri
Macro Environment juga dapat mempengaruhi persaingan di industri. Perubahan
dalam faktor ekonomi, teknologi, atau sosial dan budaya dapat mengubah struktur
persaingan, masuknya pesaing baru, atau perubahan dalam preferensi konsumen.
Organisasi perlu memahami perubahan ini untuk dapat merespons persaingan dengan
tepat, mengembangkan keunggulan kompetitif, dan mempertahankan pangsa pasar.
PESTEL merupakan kerangka kerja analisis yang digunakan dalam studi lingkungan
bisnis. Kerangka kerja ini membantu organisasi dalam memahami faktor-faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kinerja mereka. PESTEL mewakili enam elemen
utama yang harus dipertimbangkan dalam analisis tersebut. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai setiap elemen PESTEL:
1. Political (Politik)
Faktor politik mencakup pengaruh pemerintah dan kebijakan politik terhadap bisnis.
Hal ini meliputi peraturan, kebijakan, stabilitas politik, tingkat korupsi, kestabilan
kebijakan, peraturan perdagangan, dan hubungan internasional. Perubahan dalam
faktor politik ini dapat memiliki dampak signifikan terhadap operasi dan strategi
bisnis suatu organisasi.
2. Economic (Ekonomi)
Faktor ekonomi mencakup kondisi ekonomi suatu negara atau wilayah. Hal ini
meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, kebijakan fiskal dan moneter,
pengangguran, dan stabilitas mata uang. Faktor ekonomi dapat mempengaruhi daya
beli konsumen, permintaan pasar, biaya produksi, dan ketersediaan sumber daya
finansial.
3. Sociocultural (Sosial dan Budaya)
Faktor sosial dan budaya mencerminkan nilai-nilai, norma, dan tren sosial dalam
masyarakat. Hal ini termasuk demografi, gaya hidup, preferensi konsumen, perubahan
tren, dan pandangan masyarakat terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Perubahan

52
dalam faktor sosial dan budaya dapat mempengaruhi permintaan produk atau layanan,
citra merek, dan preferensi konsumen.
4. Technological (Teknologi)
Faktor teknologi melibatkan kemajuan teknologi dan inovasi dalam industri dan
masyarakat secara luas. Hal ini mencakup perkembangan teknologi informasi,
kecerdasan buatan (AI), digitalisasi, Internet of Things (IoT), dan perkembangan
teknologi lainnya. Perubahan teknologi dapat mempengaruhi cara kerja, operasional,
dan strategi bisnis suatu organisasi.
5. Environmental (Lingkungan)
Faktor lingkungan mencakup isu-isu lingkungan dan keberlanjutan. Hal ini meliputi
perubahan iklim, polusi, kebijakan lingkungan, ketersediaan sumber daya alam, dan
kesadaran masyarakat terhadap perlindungan lingkungan. Organisasi perlu
memperhatikan dampak lingkungan dari operasinya dan mengembangkan praktik
bisnis yang berkelanjutan.
6. Legal (Hukum)
Faktor hukum mencakup regulasi dan peraturan yang berlaku dalam lingkungan
bisnis. Hal ini mencakup peraturan industri, hak kekayaan intelektual, persaingan,
keamanan produk, perlindungan konsumen, dan peraturan ketenagakerjaan.
Berikut merupakan bagan yang menyusun PASTEL analisis.

Major socio cultural Issues in the US

53
Sosial dan budaya adalah faktor penting yang mempengaruhi kehidupan di Amerika
Serikat (AS). Perhatian terhadap masalah-masalah sosial dan budaya ini mencerminkan
upaya untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan di Amerika
Serikat. Berikut adalah beberapa masalah sosial dan budaya utama yang menjadi perhatian di
AS:
1. Keanekaragaman dan multikulturalisme
AS adalah negara yang terdiri dari beragam etnis, budaya, dan agama.
Keanekaragaman ini mempengaruhi dinamika sosial, interaksi antarbudaya, dan
tantangan yang terkait dengan integrasi sosial. Masalah yang muncul termasuk
diskriminasi, rasisme, isu imigrasi, dan perlunya mempromosikan inklusi dan
kesetaraan bagi semua kelompok.
2. Kesetaraan gender
Isu kesetaraan gender terus menjadi perhatian di AS. Upaya dilakukan untuk
mengatasi kesenjangan gaji, meningkatkan kesempatan kerja, dan memerangi
pelecehan dan kekerasan seksual. Gerakan feminis aktif dalam memperjuangkan
hak-hak perempuan dan mendukung keadilan gender.
3. Hak LGBT
Hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) juga merupakan isu sosial yang
penting di AS. Masyarakat terus berjuang untuk pengakuan dan perlindungan hukum
bagi komunitas LGBT, termasuk hak pernikahan sejenis, perlindungan dari
diskriminasi, dan kesetaraan hak-hak individu.
4. Perubahan demografi
AS menghadapi perubahan demografi dengan pertumbuhan populasi minoritas yang
signifikan. Hal ini mencakup pertumbuhan populasi Hispanik, Asia, dan
Afrika-Amerika. Perubahan ini memengaruhi dinamika sosial, kebijakan imigrasi, dan
tantangan dalam mewujudkan inklusi sosial.
5. Ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial
Ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial menjadi masalah yang signifikan di
AS. Kesenjangan pendapatan antara kaya dan miskin terus melebar, mengakibatkan
kesulitan akses terhadap pendidikan, perumahan, perawatan kesehatan, dan peluang
ekonomi yang setara. Upaya dilakukan untuk mengurangi ketimpangan dan
mempromosikan mobilitas sosial.
6. Lingkungan dan keberlanjutan

54
Isu lingkungan dan keberlanjutan juga mendapat perhatian di AS. Perubahan iklim,
keberlanjutan energi, perlindungan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam
menjadi fokus dalam upaya menjaga lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
7. Kontrol senjata
Masalah kontrol senjata dan kekerasan senjata terus menjadi isu sosial dan budaya
penting di AS. Debat berpusat pada keseimbangan antara hak untuk memiliki senjata,
sebagaimana dijamin dalam Amendemen Kedua Konstitusi AS, dan perlunya
undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat untuk mengatasi keselamatan publik
dan mengurangi penembakan massal.
8. Kesehatan
Akses terhadap layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas adalah masalah
sosial dan budaya utama di AS. Banyak warga Amerika menghadapi tantangan dalam
memperoleh perlindungan kesehatan yang memadai, dan perdebatan berpusat pada
reformasi kesehatan, biaya obat-obatan resep, dan memastikan aksesibilitas layanan
kesehatan bagi semua warga.
9. Kesehatan mental
Kesadaran dan advokasi untuk masalah kesehatan mental telah berkembang pesat
dalam beberapa tahun terakhir. AS menghadapi tantangan terkait stigma kesehatan
mental, akses terhadap layanan kesehatan mental, dan integrasi dukungan kesehatan
mental ke dalam sistem perawatan kesehatan.
10. Pendidikan
Sistem pendidikan di AS menjadi subjek perdebatan dan keprihatinan yang
berkelanjutan. Isu-isu mencakup kesetaraan pendidikan, disparitas pendanaan,
kesenjangan prestasi, akses ke pendidikan berkualitas di komunitas yang kurang
dilayani, dan meningkatnya biaya pendidikan tinggi.
11. Ketimpangan pendapatan
Ketimpangan pendapatan adalah masalah yang persisten di AS, dengan kesenjangan
kekayaan yang signifikan antara orang kaya dan orang miskin. Pembahasan berfokus
pada distribusi kekayaan, mobilitas sosial, dan dampak ketimpangan ekonomi pada
masyarakat.
12. Polaritas politik
Polaritas politik yang semakin meningkat di AS telah menjadi isu sosial dan budaya
yang signifikan. Pembagian antara ideologi politik, kurangnya kepatuhan dalam

55
wacana publik, dan meningkatnya politisasi memiliki implikasi bagi koherensi sosial,
pembuatan kebijakan, dan proses demokratis.
Why Monitor Society ?
Ada beberapa poin yang dapat diambil dari pertanyaa ini, dimana dapat diketahui
bahwa perubahan sama dengan peluang. Menghindari masyarakat yang dicap sebagai warga
korporat yang buruk. Dengan adanya reputasi yang baik dapat meningkatkan peluang
permintaan dan penilaian yang akurat membantu perusahaan terhindar dari jeratan hukum.
Memonitor masyarakat merupakan proses penting yang dilakukan oleh berbagai
pihak, termasuk pemerintah, organisasi, dan individu. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa memonitor masyarakat penting:
1. Memahami perubahan
Memonitor masyarakat membantu dalam memahami perubahan yang terjadi dalam
nilai-nilai, norma, dan perilaku sosial. Perubahan ini dapat mempengaruhi kebutuhan
dan preferensi masyarakat, serta memengaruhi keputusan dan strategi yang diambil
oleh organisasi atau pemerintah.
2. Mengidentifikasi tren dan isu sosial
Melalui pemantauan masyarakat, dapat diidentifikasi tren dan isu sosial yang sedang
berkembang. Ini membantu organisasi dan pemerintah untuk mengantisipasi
kebutuhan dan permintaan baru, serta merespon dengan kebijakan atau inisiatif yang
relevan.
3. Mencegah dan menanggapi krisis
Memonitor masyarakat juga memungkinkan deteksi dini terhadap krisis sosial atau
keadaan darurat. Dengan pemantauan yang baik, dapat diidentifikasi tanda-tanda
peringatan dini dan langkah-langkah pencegahan dapat diambil untuk mengurangi
dampaknya. Selain itu, pemantauan juga membantu dalam merespons dengan cepat
ketika krisis atau situasi darurat terjadi.
4. Membangun kebijakan publik yang efektif
Pemantauan masyarakat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik
yang efektif. Dengan memahami kebutuhan, aspirasi, dan preferensi masyarakat,
kebijakan dapat dirancang untuk mencerminkan kepentingan dan harapan masyarakat
secara lebih baik.
5. Menilai dampak program dan kebijakan
Melalui pemantauan masyarakat, dapat dilakukan evaluasi terhadap dampak program
dan kebijakan yang telah diterapkan. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi

56
keberhasilan atau kegagalan suatu program, serta membuat perbaikan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
6. Mendorong partisipasi masyarakat
Pemantauan masyarakat dapat mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Melalui keterlibatan masyarakat,
solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan dapat dicapai, dan pemahaman tentang
kebutuhan masyarakat dapat ditingkatkan.
Dalam keseluruhan, memonitor masyarakat membantu dalam memahami perubahan,
mengidentifikasi tren, merespons krisis, merancang kebijakan yang efektif, mengevaluasi
program, dan mendorong partisipasi masyarakat. Hal ini memainkan peran penting dalam
membangun masyarakat yang lebih inklusif, responsif, dan berkelanjutan.
Ada beberapa kekuatan ekonomi global yang perlu dipantau dan diprediksi karena
memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian dunia. Memonitor dan
memprediksi kekuatan ekonomi global ini penting untuk mengantisipasi perubahan,
mengelola risiko, dan mengambil keputusan yang tepat dalam konteks perekonomian global
yang terus berubah. Informasi dan analisis yang baik tentang faktor-faktor ini dapat
membantu perusahaan, investor, dan pemerintah dalam merencanakan strategi. Berikut
adalah beberapa di antaranya:
1. Pertumbuhan ekonomi global
Pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor penting yang harus dipantau.
Perkembangan ekonomi utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Uni Eropa, dan
Jepang memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian dunia. Perubahan dalam
pertumbuhan ekonomi negara-negara ini dapat mempengaruhi permintaan global,
perdagangan internasional, dan investasi.
2. Perkembangan pasar keuangan
Pasar keuangan global, termasuk pasar saham, obligasi, dan mata uang, juga
merupakan faktor penting yang harus dipantau. Perubahan dalam pasar keuangan
dapat mempengaruhi sentimen investor, likuiditas, dan aliran modal antar negara.
Pemantauan indikator keuangan seperti indeks saham, tingkat suku bunga, dan nilai
tukar mata uang dapat memberikan wawasan tentang kondisi pasar global.
3. Kebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskal yang diadopsi oleh bank sentral dan pemerintah suatu
negara memiliki dampak signifikan pada perekonomian global. Keputusan terkait

57
suku bunga, kebijakan pengeluaran pemerintah, dan kebijakan fiskal lainnya dapat
mempengaruhi permintaan, investasi, dan stabilitas ekonomi di berbagai negara.
4. Perdagangan internasional
Perkembangan dalam perdagangan internasional, termasuk kebijakan perdagangan,
perjanjian perdagangan, dan sengketa dagang antara negara-negara, perlu dipantau.
Perubahan dalam lingkungan perdagangan global dapat mempengaruhi arus
perdagangan, tarif, dan akses pasar bagi produk dan jasa.
5. Inovasi teknologi
Perkembangan teknologi, khususnya di bidang digital dan kecerdasan buatan,
memiliki dampak besar pada perekonomian global. Inovasi teknologi dapat mengubah
cara bisnis dilakukan, mempengaruhi sektor industri, dan menciptakan peluang baru.
Pemantauan tren teknologi dan adaptasi teknologi baru dapat memberikan wawasan
tentang perubahan ekonomi yang sedang terjadi.
6. Geopolitik dan ketidakpastian
Faktor geopolitik seperti konflik politik, sanksi ekonomi, dan perubahan kebijakan
luar negeri juga harus dipantau. Ketidakpastian politik dan geopolitik dapat
mempengaruhi stabilitas ekonomi, investasi, dan arus perdagangan antar negara.
Politic Force
Kekuatan politik merupakan faktor yang memiliki dampak besar terhadap
perekonomian dunia. Faktor politik meliputi kebijakan, peraturan, stabilitas politik dan
interaksi antar negara di dunia. Mengawasi kekuatan politik membantu pembuat keputusan
merencanakan strategi bisnis, mengelola risiko, dan mengantisipasi perubahan dalam
lingkungan ekonomi global. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami mengenai
kekuatan politik:
1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan yang diadopsi oleh pemerintah suatu negara memiliki dampak langsung
terhadap perekonomian. Hal ini termasuk kebijakan fiskal (seperti pengeluaran
pemerintah dan kebijakan pajak), kebijakan moneter (seperti suku bunga dan
pengendalian inflasi), serta kebijakan perdagangan (seperti tarif dan perjanjian
perdagangan). Kebijakan ini dapat mempengaruhi investasi, konsumsi, dan aktivitas
ekonomi secara keseluruhan.
2. Stabilitas politik
Stabilitas politik dalam suatu negara sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Konflik politik, krisis pemerintahan, atau ketidakstabilan politik dapat

58
mengganggu iklim bisnis dan investasi, serta menghambat perkembangan ekonomi.
Oleh karena itu, pemantauan stabilitas politik di berbagai negara penting untuk
memahami risiko yang mungkin timbul dalam konteks ekonomi global.
3. Hubungan antar negara
Interaksi politik antara negara-negara, seperti perjanjian dagang, sanksi ekonomi, atau
konflik politik, memiliki dampak langsung terhadap perekonomian global. Keputusan
politik dalam hal-hal seperti perjanjian perdagangan internasional, kebijakan imigrasi,
atau kerja sama internasional dapat mempengaruhi akses pasar, arus perdagangan, dan
investasi lintas negara.
4. Regulasi dan hukum
Regulasi dan hukum yang diterapkan oleh pemerintah memiliki konsekuensi ekonomi
yang signifikan. Regulasi yang berlebihan atau hukum yang tidak jelas dapat
memperlambat pertumbuhan bisnis, meningkatkan biaya operasional, atau
menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi. Oleh karena itu, pemantauan
perubahan regulasi dan hukum penting untuk memahami dampaknya terhadap
lingkungan bisnis.
5. Pengaruh kelompok kepentingan
Kelompok kepentingan seperti serikat pekerja, asosiasi industri, dan organisasi
masyarakat sipil dapat memiliki pengaruh politik yang signifikan. Tuntutan dan
agenda dari kelompok-kelompok ini dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah,
regulasi, dan keputusan ekonomi. Memahami kepentingan dan pengaruh
kelompok-kelompok ini penting dalam memprediksi dan menanggapi perubahan
politik.
Kekuatan politik dapat membawa dampak positif maupun negatif terhadap
perekonomian. Menghadapi kerugian dari kekuatan politik, penting bagi pemerintah dan
pelaku ekonomi untuk mengadopsi kebijakan yang stabil, transparan, dan progresif.
Memperkuat lembaga negara, mempromosikan tata pemerintahan yang baik, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik dapat
membantu mengurangi risiko dan dampak negatif dari kekuatan politik. Berikut adalah
beberapa kerugian yang dapat timbul akibat kekuatan politik:
1. Ketidakpastian kebijakan
Perubahan dalam kebijakan pemerintah atau regulasi yang tidak konsisten dapat
menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi. Ketidakpastian ini dapat membuat

59
perusahaan enggan untuk berinvestasi atau melakukan perencanaan jangka panjang,
sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Hambatan perdagangan
Kebijakan proteksionisme atau adanya konflik dagang antara negara dapat
menghambat perdagangan internasional. Peningkatan tarif, hambatan non-tarif, atau
sanksi perdagangan dapat mengurangi akses pasar, meningkatkan biaya perdagangan,
dan membatasi pertumbuhan ekonomi global.
3. Instabilitas politik
Konflik politik, krisis pemerintahan, atau perubahan rezim dapat menyebabkan
ketidakstabilan politik yang berdampak negatif pada perekonomian. Investasi asing
dapat menurun, bisnis menjadi sulit beroperasi, dan kepercayaan pelaku ekonomi
menurun. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan resesi.
4. Intervensi pemerintah yang berlebihan
Campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam aktivitas ekonomi dapat
menciptakan distorsi pasar. Kebijakan fiskal atau moneter yang tidak efektif, subsidi
yang tidak tepat sasaran, atau intervensi pasar yang tidak adil dapat merusak efisiensi
ekonomi, memicu inflasi, atau menciptakan ketidakseimbangan sektor tertentu.
5. Korupsi dan ketidakadilan
Korupsi dan ketidakadilan dalam lingkungan politik dapat merusak perekonomian.
Praktik korupsi yang meluas dapat menghambat investasi, merusak kepercayaan
pelaku ekonomi, dan mengurangi efisiensi penggunaan sumber daya. Selain itu,
ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan peluang dapat menciptakan
ketidakstabilan sosial dan menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Goverment Influences on Organization


Dewan memberikan pengaruh yang signifikan pada organisasi melalui berbagai
mekanisme. Pengaruh pemerintah pada organisasi melalui peraturan, fiskal, ekonomi,
dukungan dan kebijakan lingkungan dapat menghadirkan tantangan dan peluang bagi
organisasi. Penting bagi organisasi untuk memahami dan mematuhi peraturan dan praktik
yang berlaku serta beradaptasi dengan perubahan praktik pemerintah untuk menjaga
kepatuhan dan konsistensi dalam lingkungan peraturan saat ini. Berikut ini adalah beberapa
bentuk pengaruh pemerintah terhadap organisasi:
1. Kebijakan regulasi

60
Pemerintah memiliki peran dalam membuat dan menerapkan kebijakan regulasi yang
mengatur berbagai aspek kegiatan bisnis. Regulasi ini dapat mencakup izin dan
lisensi, standar kualitas, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan
konsumen, dan sebagainya. Organisasi harus mematuhi regulasi ini dan beradaptasi
dengan perubahan kebijakan yang mungkin terjadi.
2. Kebijakan pajak
Pemerintah memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan pajak yang berlaku bagi
organisasi. Kebijakan ini mencakup tarif pajak penghasilan, pajak penjualan, dan
pajak lainnya yang diterapkan terhadap kegiatan bisnis. Pemerintah juga dapat
memberikan insentif pajak, seperti keringanan pajak atau insentif investasi, yang
dapat mempengaruhi keputusan strategis organisasi.
3. Kebijakan ekonomi
Pemerintah memiliki peran dalam mengatur kebijakan ekonomi yang meliputi
kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan. Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
bank sentral dapat mempengaruhi suku bunga dan likuiditas keuangan, sementara
kebijakan fiskal yang meliputi pengeluaran pemerintah dan pajak dapat
mempengaruhi tingkat permintaan dan investasi. Kebijakan perdagangan juga dapat
mempengaruhi akses pasar dan tarif perdagangan internasional.
4. Subsidi dan dukungan
Pemerintah dapat memberikan subsidi dan dukungan finansial kepada sektor-sektor
tertentu atau organisasi yang dianggap strategis untuk pembangunan ekonomi. Subsidi
ini dapat berupa bantuan keuangan langsung, insentif fiskal, atau dukungan
infrastruktur. Subsidi dan dukungan semacam ini dapat membantu organisasi dalam
mengurangi biaya, meningkatkan daya saing, atau mengembangkan inovasi.
5. Kebijakan lingkungan
Pemerintah memiliki peran dalam mengatur kebijakan lingkungan yang berkaitan
dengan pelestarian alam, pengelolaan limbah, pengurangan emisi, dan sebagainya.
Organisasi harus mematuhi peraturan lingkungan yang ditetapkan pemerintah dan
mengintegrasikan praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pengaruh pemerintah terhadap organisasi memiliki kelebihan dalam hal regulasi dan
kebijakan yang dapat mempengaruhi lingkungan bisnis. Penting bagi pemerintah untuk
mempertimbangkan kekurangan-kekurangan ini dalam pengaruh mereka terhadap organisasi
dan berusaha untuk menciptakan kebijakan yang seimbang, transparan, dan mendukung
pertumbuhan bisnis. Kerjasama antara sektor publik dan swasta dapat membantu mengatasi

61
kelemahan ini dengan membangun hubungan yang saling menguntungkan dan menjaga
keseimbangan antara regulasi yang diperlukan dan kebebasan bisnis yang perlu.Namun, ada
juga beberapa kekurangan yang dapat timbul dari pengaruh pemerintah terhadap organisasi,
antara lain:
1. Kebijakan yang tidak efisien
Pemerintah kadang-kadang dapat mengambil kebijakan yang tidak efisien atau kurang
sesuai dengan kondisi pasar. Regulasi yang berlebihan atau kebijakan yang terlalu
restriktif dapat memberikan beban administratif dan biaya tambahan kepada
organisasi, yang pada akhirnya dapat menghambat inovasi, pertumbuhan, dan daya
saing.
2. Ketidakpastian dan perubahan kebijakan
Ketidakpastian dalam kebijakan pemerintah dapat menjadi tantangan bagi organisasi.
Perubahan kebijakan yang sering atau tidak konsisten dapat membuat organisasi sulit
untuk merencanakan jangka panjang atau membuat keputusan investasi.
Ketidakpastian ini dapat menciptakan risiko bisnis dan menghambat pertumbuhan
organisasi.
3. Korupsi dan nepotisme
Pengaruh pemerintah yang tidak etis seperti korupsi atau nepotisme dapat merugikan
organisasi. Praktik korupsi dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu atau
tidak adil, sedangkan nepotisme dapat menghambat persaingan yang sehat dan
merugikan organisasi yang tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan seimbang
dalam pengadaan proyek atau kontrak.
4. Birokrasi yang berlebihan
Terlalu banyak birokrasi dalam proses regulasi dan kebijakan pemerintah dapat
menghambat efisiensi organisasi. Proses perizinan yang panjang, persyaratan
administratif yang berbelit-belit, dan lamanya waktu respon dari pemerintah dapat
menjadi hambatan bagi kegiatan bisnis. Hal ini dapat menghambat inovasi,
pertumbuhan, dan daya saing organisasi.
5. Intervensi yang tidak diperlukan
Beberapa bentuk pengaruh pemerintah terhadap organisasi mungkin tidak diperlukan
atau terlalu invasif. Intervensi berlebihan dalam keputusan manajemen atau
operasional organisasi dapat menghambat kreativitas, fleksibilitas, dan kemampuan
organisasi untuk merespons perubahan pasar dengan cepat.

62
Berikut merupakan gambar yang menunjukan pengaruh pemerintah terhadap suatu
perusahaan.

Technological Force
Kekuatan teknologi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan
dan transformasi berbagai sektor, termasuk ekonomi dan kehidupan bisnis. Kekuatan teknis
meliputi inovasi, perubahan teknologi informasi dan komunikasi dan perkembangan
teknologi baru. Mengikuti kekuatan teknologi penting ketika berencana untuk berinovasi,
beradaptasi dengan perubahan, dan merebut peluang bisnis. Perusahaan harus berinvestasi
dalam penelitian dan pengembangan, mengembangkan keunggulan kompetitif melalui
teknologi, dan mengintegrasikan teknologi ke dalam strategi bisnis mereka agar tetap relevan
dalam lingkungan yang terus berubah. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami
tentang kekuatan teknologi:
1. Inovasi teknologi

63
Inovasi teknologi merujuk pada pengembangan dan penerapan baru dalam teknologi
yang dapat menghasilkan perubahan signifikan dalam cara bisnis dilakukan. Inovasi
dapat melibatkan pengembangan produk baru, proses produksi yang efisien, atau
model bisnis yang baru. Kemajuan teknologi dan penemuan baru dapat menciptakan
peluang baru dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai sektor.
2. Digitalisasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa dampak
besar pada perekonomian global. Digitalisasi mencakup penggunaan teknologi digital
dalam semua aspek bisnis, termasuk komunikasi, pemasaran, penjualan, manajemen
operasional, dan pengumpulan data. Digitalisasi memungkinkan efisiensi yang lebih
tinggi, aksesibilitas yang lebih besar, dan inovasi yang lebih cepat.
3. Disrupsi industri
Perkembangan teknologi dapat menyebabkan disrupsi dalam industri tertentu.
Disrupsi industri terjadi ketika inovasi teknologi mengubah model bisnis yang ada
dan menggantikan perusahaan yang tidak mampu beradaptasi. Contohnya adalah
perubahan dari format fisik ke format digital dalam industri musik, penerbangan, dan
ritel.
4. Adopsi teknologi
Tingkat adopsi teknologi oleh perusahaan dan masyarakat juga menjadi faktor penting
dalam kekuatan teknologi. Tingkat adopsi yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi,
produktivitas, dan daya saing suatu negara atau organisasi. Namun, tantangan seperti
biaya implementasi, keterbatasan sumber daya, dan resistensi terhadap perubahan
dapat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.
5. Pengaruh sosial dan etika
Kekuatan teknologi juga memiliki dampak sosial dan etika yang perlu diperhatikan.
Teknologi seperti kecerdasan buatan, robotika, dan penggunaan data pribadi
menghadirkan tantangan baru terkait privasi, keamanan, dan pengaruhnya terhadap
tenaga kerja. Perhatian terhadap implikasi sosial dan etika dalam pengembangan dan
penerapan teknologi menjadi penting untuk menjaga keberlanjutan dan dampak
positifnya.
Penting untuk dicatat bahwa selain membawa banyak keuntungan, teknologi juga
memiliki kekurangan dan tantangan yang harus diatasi. Mengembangkan peraturan yang
tepat, memperkuat keamanan dan privasi, serta mempersiapkan orang dan organisasi untuk

64
perubahan teknologi merupakan langkah penting untuk menjembatani kesenjangan ini.
Kekuatan teknologi dapat menyebabkan beberapa kerugian, yaitu:
1. Ketidaksetaraan akses
Kemajuan teknologi dapat menciptakan kesenjangan akses antara individu dan
organisasi. Tidak semua orang atau organisasi memiliki akses yang sama terhadap
teknologi. Ketidaksetaraan ini dapat menciptakan kesenjangan digital dan
memperdalam kesenjangan sosial-ekonomi.
2. Pengangguran struktural
Kemajuan teknologi dapat menggantikan pekerjaan manusia dengan otomatisasi dan
kecerdasan buatan. Ini dapat mengakibatkan pengangguran struktural, di mana
keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja berubah dan banyak pekerja
kehilangan pekerjaan mereka karena tidak sesuai dengan kebutuhan teknologi baru.
3. Ketergantungan dan kerentanan
Ketergantungan yang tinggi pada teknologi juga dapat membuat organisasi dan
masyarakat menjadi rentan terhadap gangguan atau kegagalan teknologi. Serangan
siber, gangguan infrastruktur teknologi, atau kegagalan sistem dapat memiliki dampak
yang signifikan pada organisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
4. Keamanan dan privasi
Kemajuan teknologi juga menciptakan tantangan dalam hal keamanan dan privasi.
Kehadiran teknologi yang canggih, seperti Internet of Things (IoT) dan pengumpulan
data yang luas, dapat menimbulkan risiko kebocoran data, pelanggaran privasi, dan
serangan siber yang merugikan.
5. Perubahan yang cepat
Perkembangan teknologi yang cepat dapat menciptakan tantangan bagi organisasi
untuk tetap relevan dan beradaptasi dengan perubahan. Organisasi perlu terus
memantau tren teknologi, mengadopsi inovasi baru, dan mengembangkan
keterampilan yang diperlukan agar tetap bersaing dalam lingkungan bisnis yang
semakin digital.
6. Dampak lingkungan
Kemajuan teknologi juga dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan. Produksi
dan pembuangan teknologi elektronik, penggunaan energi yang tinggi, dan jejak
karbon yang dihasilkan oleh sektor teknologi dapat berkontribusi terhadap perubahan
iklim dan kerusakan lingkungan.
From Analysis of the Broad Environment to Development of Alternative Strategies

65
Dalam analisis lingkungan yang komprehensif (analisis lingkungan pemerintah), ada
tiga faktor utama yang mempengaruhi organisasi: Peluang, Ancaman, dan Netralitas. Penting
bagi organisasi untuk mengidentifikasi peluang yang dapat dimanfaatkan, menghadapi
ancaman yang ada, dan memahami faktor netral yang memengaruhi efisiensi dan
keberlanjutannya. Ketika ketiga faktor ini dipahami sepenuhnya, organisasi dapat
mengembangkan strategi yang efektif dan tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan.
Berikut penjelasan singkat mengenai ketiga faktor tersebut:
1. Opportunity (Peluang)
Peluang adalah situasi atau kondisi yang dapat memberikan manfaat atau keuntungan
bagi organisasi. Peluang dapat muncul dari perubahan dalam lingkungan eksternal
yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif atau
pertumbuhan bisnis. Contoh peluang termasuk meningkatnya permintaan pasar,
perkembangan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi operasional, atau
perubahan dalam preferensi konsumen yang mengarah pada permintaan baru. Analisis
peluang membantu organisasi mengidentifikasi area di mana mereka dapat
memanfaatkan situasi yang menguntungkan dan mengembangkan strategi untuk
memanfaatkannya.
2. Threat (Ancaman)
Ancaman adalah situasi atau kondisi yang dapat menghambat kinerja atau
kelangsungan hidup organisasi. Ancaman sering muncul dari perubahan dalam
lingkungan eksternal yang dapat mengancam posisi kompetitif atau keberlanjutan
bisnis organisasi. Contoh ancaman termasuk munculnya pesaing baru, perubahan
regulasi yang meningkatkan biaya kepatuhan, atau perubahan dalam preferensi
konsumen yang mengurangi permintaan produk atau layanan. Analisis ancaman
membantu organisasi mengidentifikasi risiko yang ada dan mengembangkan strategi
untuk menghadapinya, baik dengan mengurangi dampak negatif atau menemukan
cara untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.
3. Neutral (Netral)
Faktor-faktor yang netral merujuk pada situasi atau kondisi yang tidak secara
langsung memberikan keuntungan atau kerugian bagi organisasi. Faktor netral dapat
berupa kondisi yang stabil atau tidak berubah secara signifikan dalam lingkungan
eksternal yang mungkin tidak langsung mempengaruhi organisasi. Analisis faktor
netral membantu organisasi dalam memahami konteks yang ada dan menentukan

66
apakah harus mengalokasikan sumber daya dan perhatian mereka untuk fokus pada
peluang atau ancaman yang lebih penting.
Analisis lingkungan yang luas untuk mengembangkan strategi alternatif adalah
pendekatan manajemen strategis untuk menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi
organisasi dan mengembangkan rencana tindakan yang tepat. Pendekatan ini membantu
organisasi memahami kondisi lingkungan eksternal mereka, mengidentifikasi peluang dan
ancaman, serta merumuskan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan mereka.
Berikut adalah langkah-langkah umum untuk pendekatan ini:
● Analisis lingkungan eksternal
Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah menganalisis lingkungan eksternal
organisasi. Lingkungan eksternal terdiri dari berbagai faktor seperti lingkungan
ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan hukum. Analisis ini mengumpulkan
informasi tentang faktor-faktor ini dan menilai dampaknya terhadap organisasi.
● Identifikasi peluang dan ancaman
Setelah menganalisis lingkungan eksternal, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada. Peluang adalah situasi atau
kecenderungan positif yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi, sedangkan ancaman
adalah situasi atau kecenderungan negatif yang dapat merugikan organisasi. Melalui
identifikasi ini, organisasi dapat melihat peluang yang dapat mereka manfaatkan dan
menangkal ancaman yang perlu ditangani.
● Analisis kekuatan dan kelemahan internal
Selain analisis lingkungan eksternal, organisasi juga harus menganalisis kekuatan dan
kelemahan internalnya. Kelemahan adalah aspek internal yang membatasi efektivitas
organisasi, sedangkan kekuatan adalah aspek yang memberikan keunggulan
kompetitif. Analisis ini membantu organisasi memahami sumber daya dan
kapabilitasnya serta mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan.
● Pengembangan strategi alternatif
Setelah menganalisis lingkungan eksternal dan internal, organisasi dapat
mengembangkan strategi alternatif. Strategi ini merupakan rencana tindakan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, memanfaatkan peluang dan mengatasi
ancaman yang dihadapinya. Strategi alternatif umum termasuk pertumbuhan organik,
masuk pasar, diversifikasi, dan aliansi strategis.
Pada tahap ini, organisasi harus mengevaluasi setiap alternatif strategi berdasarkan
kesesuaiannya dengan tujuan jangka panjang, tingkat risiko dan sumber daya yang

67
tersedia. Setelah evaluasi, strategi yang paling tepat dapat dipilih dan diterapkan.
Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk lebih memahami lingkungan
eksternal mereka, memaksimalkan peluang yang ada, dan melawan ancaman
dengan strategi yang tepat. Selain itu, analisis berkelanjutan terhadap lingkungan
eksternal dan internal juga penting untuk memastikan bahwa strategi yang dipilih
tetap relevan dan efektif seiring dengan perubahan lingkungan bisnis.

The Organization and Its Operating Environment (Micro Environment)

Analisis lingkungan eksternal mikro melibatkan evaluasi faktor-faktor yang


mempengaruhi organisasi di tingkat yang lebih spesifik dan langsung terkait dengan
operasional dan strategi bisnis mereka. Analisis ini membantu organisasi memahami
dinamika di sekitar mereka, mengidentifikasi peluang dan ancaman yang spesifik, serta
merumuskan tindakan yang relevan untuk menghadapinya. Berikut adalah beberapa faktor
yang biasanya dievaluasi dalam analisis lingkungan eksternal mikro:
1. Pelanggan
Analisis pelanggan melibatkan memahami kebutuhan, preferensi, perilaku pembelian,
dan segmentasi pasar. Organisasi perlu mengidentifikasi siapa pelanggan mereka, apa

68
yang mereka inginkan, bagaimana mereka berinteraksi dengan produk atau layanan,
dan apa yang dapat memengaruhi keputusan pembelian mereka. Informasi ini
membantu organisasi dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif
dan memenuhi harapan pelanggan.
2. Pesaing
Analisis pesaing melibatkan pemahaman tentang pesaing langsung dan tidak langsung
dalam industri atau pasar yang sama. Organisasi perlu mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan pesaing, strategi yang mereka gunakan, dan bagaimana mereka
memposisikan diri di pasar. Informasi ini membantu organisasi dalam
mengembangkan strategi kompetitif yang tepat, mengidentifikasi celah pasar yang
dapat diisi, dan menghadapi persaingan yang ada.
3. Pemasok
Analisis pemasok melibatkan mengevaluasi hubungan dan ketergantungan dengan
pemasok. Organisasi perlu memahami keandalan, kualitas, harga, dan ketersediaan
bahan baku atau layanan yang disediakan oleh pemasok. Analisis ini membantu
organisasi dalam mengidentifikasi risiko pasokan, mencari peluang kolaborasi yang
bermanfaat, dan mengelola hubungan pemasok secara efektif.
4. Intermediari
Analisis intermediari melibatkan memahami peran dan dampak agen, distributor, atau
pihak ketiga lainnya dalam rantai pasok atau distribusi. Organisasi perlu
mengevaluasi hubungan mereka dengan intermediari, efektivitas distribusi, dan
potensi konflik kepentingan. Informasi ini membantu organisasi dalam memahami
bagaimana intermediari memengaruhi akses ke pasar dan memaksimalkan distribusi
produk atau layanan mereka.
5. Institusi dan regulasi
Analisis institusi dan regulasi melibatkan pemahaman tentang peraturan, kebijakan
pemerintah, atau lembaga lain yang dapat mempengaruhi operasi bisnis. Organisasi
perlu memantau perubahan dalam regulasi dan memastikan kepatuhan mereka
terhadap persyaratan hukum yang berlaku. Analisis ini membantu organisasi dalam
mengantisipasi perubahan kebijakan atau risiko hukum yang dapat mempengaruhi
bisnis mereka.
6. Stakeholder

69
Analisis pemangku kepentingan melibatkan identifikasi dan pemahaman tentang
individu, kelompok, atau entitas lain yang memiliki kepentingan dalam kesuksesan
organisasi.
Micro external environment mengacu pada kondisi di dalam industri
organisasi. Ini melibatkan faktor-faktor yang ada di luar organisasi tetapi berada di
sektor industri yang sama dan memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja dan
strategi organisasi.
Micro external environmental conditions adalah hasil dari perilaku organisasi
lain dalam industri yang sama. Dalam industri tertentu, perilaku dan tindakan
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya dapat menciptakan kondisi
lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi lain. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut tentang hubungan antara perilaku organisasi lain dan kondisi
lingkungan eksternal mikro:
1. Persaingan
Perilaku pesaing adalah salah satu faktor utama yang membentuk kondisi lingkungan
eksternal mikro. Saat pesaing berlomba-lomba untuk mendapatkan pangsa pasar,
mereka dapat melakukan berbagai tindakan seperti penurunan harga, kampanye
pemasaran agresif, inovasi produk, atau pengembangan strategi baru. Perilaku pesaing
ini dapat menciptakan tekanan persaingan yang dapat mempengaruhi harga, pangsa
pasar, dan keuntungan organisasi lain dalam industri.
2. Kolaborasi
Perusahaan dalam industri yang sama juga dapat melakukan kerja sama atau
kolaborasi. Ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti aliansi strategis, joint
venture, atau konsorsium. Kolaborasi antara perusahaan dapat membentuk kondisi
lingkungan eksternal mikro yang lebih stabil, mempromosikan pertumbuhan industri
secara keseluruhan, dan memengaruhi strategi dan keputusan bisnis organisasi lain.
3. Inovasi
Perilaku inovatif dari perusahaan dalam industri dapat menciptakan kondisi
lingkungan yang dinamis dan berubah dengan cepat. Inovasi produk, proses, atau
model bisnis oleh pesaing dapat merubah tren pasar, menciptakan permintaan baru,
atau mempengaruhi preferensi pelanggan. Organisasi harus memantau dan
menyesuaikan diri dengan inovasi industri untuk tetap relevan dan bersaing di pasar.
4. Konsolidasi

70
Pergerakan konsolidasi di industri, seperti merger atau akuisisi, juga dapat
menciptakan kondisi lingkungan eksternal mikro yang berdampak pada organisasi
lain. Ketika perusahaan menggabungkan sumber daya atau mengakuisisi pesaing, itu
dapat mengubah dinamika pasar, mengubah pangsa pasar, atau menghasilkan
perubahan dalam rantai pasok. Perubahan ini dapat menjadi ancaman atau peluang
bagi organisasi lain dalam industri.
5. Perilaku etis
Perilaku etis atau tidak etis dari organisasi dalam industri juga dapat menciptakan
kondisi lingkungan eksternal. Praktik bisnis yang tidak etis, seperti pelanggaran
hukum, korupsi, atau penipuan, dapat menciptakan ketidakstabilan dan
ketidakpercayaan di antara pelaku industri. Di sisi lain, perilaku yang etis dan
tanggung jawab sosial dapat menciptakan reputasi baik dan kepercayaan di antara
pelanggan dan mitra bisnis.
Dalam keseluruhan, perilaku organisasi lain dalam industri yang sama dapat
menciptakan kondisi lingkungan eksternal mikro yang mempengaruhi organisasi lainnya.
Memahami perilaku dan tindakan pesaing, kerja sama, inovasi, konsolidasi, serta praktik
bisnis etis adalah penting untuk merespons dan beradaptasi dengan baik.
Five Forces of Industry
Five Forces of Industry Competition adalah kerangka analisis yang dikembangkan
oleh Michael Porter untuk memahami tingkat persaingan dalam suatu industri. Kerangka ini
membantu dalam menganalisis kondisi persaingan dalam lingkungan eksternal mikro. Berikut
adalah penjelasan tentang lima kekuatan persaingan dalam Five Forces of Industry
Competition:
1. Ancaman persaingan antara pesaing (Threat of Rivalry among Competitors)
Ini mengacu pada sejauh mana pesaing dalam industri bersaing satu sama lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman persaingan antara pesaing termasuk
jumlah dan kekuatan pesaing, tingkat pertumbuhan industri, biaya beralih, perbedaan
produk, dan kapasitas produksi. Semakin tinggi ancaman persaingan antara pesaing,
semakin intensif persaingan dalam industri.
2. Ancaman produk pengganti (Threat of Substitute Products)
Ini mengacu pada kemungkinan konsumen beralih ke produk atau layanan substitusi
yang memenuhi kebutuhan yang sama. Ancaman produk pengganti dipengaruhi oleh
ketersediaan produk pengganti, harga relatif, dan kualitas perbandingan. Semakin

71
tinggi ancaman produk pengganti, semakin besar tekanan pada harga dan pangsa
pasar produk utama.
3. Daya tawar negosiasi pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
Ini mengacu pada kekuatan pemasok dalam mempengaruhi kondisi pembelian dan
pasokan organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tawar negosiasi pemasok
termasuk jumlah pemasok yang tersedia, ketersediaan bahan baku, diferensiasi
produk, dan kekuatan finansial pemasok. Jika pemasok memiliki kekuatan negosiasi
yang tinggi, mereka dapat meningkatkan harga, mengurangi kualitas, atau mengurangi
pasokan bahan baku, yang dapat berdampak negatif pada organisasi.
4. Daya tawar negosiasi pembeli (Bargaining Power of Buyers)
Ini mengacu pada kekuatan pembeli dalam mempengaruhi kondisi pembelian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tawar negosiasi pembeli termasuk jumlah dan
konsentrasi pembeli, informasi yang tersedia, ketersediaan produk substitusi, dan
diferensiasi produk. Jika pembeli memiliki kekuatan negosiasi yang tinggi, mereka
dapat menekan harga, meminta kualitas yang lebih baik, atau mencari alternatif dari
pesaing.
5. Ancaman masuknya pesaing baru (Threat of New Entrants)
Ini mengacu pada sejauh mana ada ancaman pesaing baru yang masuk ke dalam
industri. Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman masuknya pesaing baru
termasuk hambatan masuk, seperti modal yang diperlukan, kebutuhan untuk teknologi
yang canggih, perizinan dan regulasi, serta skala ekonomi yang ada. Semakin tinggi
hambatan masuk, semakin rendah ancaman pesaing baru dalam industri. Berikut
merupakan gambar yang menjelaskan mengenai five forces of industry competition

72
Economic Power of Customers
Economic power of customers (kekuatan ekonomi pelanggan) mengacu pada
kemampuan pelanggan untuk mempengaruhi keputusan bisnis dan kondisi pasar melalui
kekuatan finansial mereka. Pelanggan yang memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan
dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam berbagai aspek bisnis, termasuk harga, kualitas
produk, layanan, dan persyaratan kontrak. Berikut adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi kekuatan ekonomi pelanggan:

73
1. Volume pembelian
Pelanggan yang melakukan pembelian dalam volume besar atau memiliki pangsa
pasar yang besar memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar. Dengan melakukan
pembelian dalam jumlah besar, mereka dapat meminta diskon harga, pengaturan
khusus, atau manfaat tambahan lainnya.
2. Konsentrasi pelanggan
Jika sejumlah kecil pelanggan dominan dalam industri atau pasar tertentu, mereka
dapat mempengaruhi kebijakan harga dan layanan yang ditawarkan oleh penyedia.
Jika pelanggan-pelanggan ini bersatu dan bekerja sama, mereka dapat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyedia produk atau layanan.
3. Ketersediaan produk substitusi
Jika pelanggan memiliki banyak opsi produk substitusi yang dapat mereka pilih,
mereka dapat menggunakan kekuatan ini untuk menekan harga atau meminta kualitas
yang lebih baik. Kemampuan untuk beralih ke produk alternatif dapat memberikan
pelanggan lebih banyak pilihan dalam bernegosiasi dengan penyedia.
4. Pengetahuan dan informasi
Pelanggan yang memiliki akses ke informasi yang komprehensif tentang harga,
kualitas, dan persyaratan pasar memiliki keunggulan dalam bernegosiasi dengan
penyedia. Informasi ini memberi mereka kekuatan untuk membandingkan penawaran
dan memilih yang terbaik.
5. Komitmen jangka panjang
Jika pelanggan memiliki hubungan jangka panjang dengan penyedia, mereka dapat
menggunakan kekuatan ini untuk mempengaruhi keputusan bisnis. Pelanggan yang
dapat memberikan kepastian volume penjualan atau kontrak jangka panjang dapat
meminta keuntungan tambahan, layanan prioritas, atau persyaratan khusus lainnya.
6. Pembentukan asosiasi pelanggan
Pelanggan yang terorganisir dalam asosiasi atau kelompok pembeli dapat memperkuat
kekuatan mereka dalam bernegosiasi dengan penyedia. Mereka dapat
mengkoordinasikan upaya mereka, berbagi informasi, dan melakukan tindakan
kolektif untuk mempengaruhi kebijakan pasar.
Kekuatan ekonomi pelanggan penting bagi organisasi karena dapat mempengaruhi
laba, pangsa pasar, dan keseluruhan strategi bisnis. Penyedia produk atau layanan harus
memahami kekuatan ekonomi pelanggan dan mempertimbangkannya dalam proses

74
pengambilan keputusan bisnis, seperti penetapan harga, inovasi produk, layanan pelanggan,
dan strategi pemasaran.
Economic Power of Supplier
Economic power of suppliers (kekuatan ekonomi pemasok) mengacu pada
kemampuan pemasok untuk mempengaruhi keputusan bisnis dan kondisi pasar melalui
kekuatan finansial mereka. Pemasok yang memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan dapat
memberikan pengaruh yang kuat dalam hubungan bisnis dengan perusahaan, termasuk dalam
hal harga, persyaratan kontrak, kualitas produk, dan akses terhadap pasokan. Kekuatan
ekonomi pemasok penting bagi organisasi karena dapat mempengaruhi biaya, kualitas, dan
ketersediaan bahan baku atau komponen kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi kekuatan ekonomi pemasok:
1. Ketergantungan pasokan
Jika organisasi sangat tergantung pada satu atau beberapa pemasok tunggal untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku atau komponen penting, pemasok tersebut memiliki
kekuatan negosiasi yang lebih besar. Pemasok dapat menggunakan ketergantungan ini
untuk menaikkan harga, mengatur persyaratan kontrak, atau mengendalikan pasokan
untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
2. Diferensiasi produk
Jika produk atau layanan yang disediakan oleh pemasok memiliki karakteristik unik
atau sulit digantikan, pemasok memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar.
Organisasi mungkin kesulitan mencari alternatif yang setara, sehingga pemasok dapat
memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3. Biaya beralih (Switching costs)
Biaya beralih mengacu pada biaya atau kerumitan yang terkait dengan pergantian
pemasok. Jika biaya beralih antara pemasok yang berbeda tinggi, pemasok yang ada
memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar. Organisasi mungkin enggan berpindah
ke pemasok lain karena alasan biaya, waktu, atau kualitas yang berkurang.
4. Konsentrasi pemasok
Jika ada sedikit pemasok yang dominan dalam industri atau pasar tertentu, mereka
dapat memanfaatkan kekuatan ini untuk menaikkan harga atau memperoleh
persyaratan kontrak yang menguntungkan. Pemasok-pemasok ini mungkin memiliki
kekuatan tawar yang lebih besar karena mereka adalah salah satu dari sedikit opsi
yang tersedia.
5. Kemampuan pemasok untuk melakukan integrasi vertikal

75
Jika pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi vertikal dengan
menjadi produsen atau distributor, mereka dapat mengendalikan seluruh rantai
pasokan. Dalam hal ini, mereka dapat mengontrol harga, kualitas, dan persediaan,
memberikan mereka kekuatan negosiasi yang signifikan.
6. Sumber daya dan kekuatan finansial
Pemasok yang memiliki sumber daya dan keuangan yang kuat memiliki keunggulan
dalam bernegosiasi dengan organisasi. Mereka mungkin memiliki kemampuan untuk
menawarkan harga yang lebih baik, melakukan investasi dalam peningkatan kualitas,
atau menyediakan layanan pelanggan yang lebih baik.
Industry Competition
Tingkat persaingan yang tinggi diharapkan dalam persaingan industri ketika:
1. Terdapat banyak pesaing
Ketika terdapat banyak perusahaan yang bersaing dalam industri yang sama, tingkat
persaingan cenderung tinggi. Banyaknya pesaing berarti adanya lebih banyak pemain
yang berusaha untuk mendapatkan pangsa pasar dan pelanggan, yang menghasilkan
persaingan yang kuat antara mereka.
2. Produk atau layanan yang serupa
Jika produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dalam industri
hampir serupa, persaingan akan menjadi lebih intens. Ketika produk atau layanan
memiliki sedikit perbedaan dalam hal fitur, kualitas, atau harga, pelanggan cenderung
memilih berdasarkan persaingan yang lebih ketat antara pesaing.
3. Biaya beralih yang rendah
Ketika biaya dan kerumitan beralih dari satu penyedia ke penyedia lainnya rendah,
persaingan menjadi lebih tinggi. Jika pelanggan dapat dengan mudah beralih dari satu
perusahaan ke perusahaan lain tanpa menghadapi kendala signifikan, maka
perusahaan-perusahaan dalam industri akan bersaing dengan keras untuk
mempertahankan pelanggan dan mendapatkan pangsa pasar.
4. Pertumbuhan industri yang lambat
Jika industri mengalami pertumbuhan yang lambat, persaingan antara
perusahaan-perusahaan dalam industri akan menjadi lebih sengit. Dalam situasi ini,
persaingan untuk mendapatkan pangsa pasar terbatas menjadi lebih ketat, dan
perusahaan-perusahaan harus berjuang keras untuk mempertahankan dan menarik
pelanggan.
5. Rendahnya hambatan masuk

76
Jika hambatan masuk ke industri rendah, lebih banyak perusahaan baru dapat masuk
ke pasar dan bersaing dengan perusahaan yang sudah ada. Kehadiran lebih banyak
pesaing baru akan meningkatkan persaingan dalam industri.
6. Rivalitas yang intens antara pesaing
Jika pesaing dalam industri memiliki tujuan yang agresif, ingin memperoleh pangsa
pasar yang lebih besar, atau menggunakan strategi pemasaran yang kuat, maka tingkat
persaingan akan meningkat. Rivalitas yang intens antara pesaing akan menghasilkan
persaingan yang tinggi di industri.
Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan persaingan dalam
industri:
1. Persaingan intensif (Intense competition)
Ini menggambarkan situasi di mana persaingan antara perusahaan-perusahaan dalam
industri sangat kuat dan sengit. Pesaing saling berjuang untuk mendapatkan pangsa
pasar, pelanggan, dan keuntungan.
2. Persaingan ketat (Tight competition)
Ini merujuk pada situasi di mana persaingan antara perusahaan-perusahaan dalam
industri sangat dekat dan tidak ada ruang untuk kesalahan. Perusahaan harus
berkinerja dengan baik dan terus meningkatkan agar bisa bersaing dengan pesaing
lainnya.
3. Persaingan sengit (Fierce competition)
Ini menggambarkan persaingan yang sangat kuat dan agresif antara
perusahaan-perusahaan dalam industri. Pesaing berusaha untuk mengungguli satu
sama lain dalam hal harga, kualitas, inovasi, dan pelayanan.
4. Persaingan tinggi (High competition)
Ini merujuk pada tingkat persaingan yang tinggi antara perusahaan-perusahaan dalam
industri. Terdapat banyak pesaing yang berusaha mendapatkan pangsa pasar dan
pelanggan, sehingga membuat persaingan menjadi ketat.
5. Persaingan moderat (Moderate competition)
Ini menggambarkan tingkat persaingan yang moderat antara perusahaan-perusahaan
dalam industri. Meskipun masih ada persaingan, tidak seketat atau sekuat dalam
persaingan yang intensif.
6. Persaingan lemah (Weak competition)
Ini merujuk pada situasi di mana persaingan antara perusahaan-perusahaan dalam
industri relatif rendah. Terdapat sedikit pesaing atau pesaing yang tidak aktif, yang

77
menghasilkan situasi di mana perusahaan mungkin memiliki sedikit hambatan untuk
mempertahankan pangsa pasar atau mencapai keunggulan kompetitif.
Istilah-istilah ini digunakan untuk menggambarkan tingkat persaingan dalam industri
dan memberikan gambaran tentang sejauh mana perusahaan-perusahaan harus berkompetisi
dan beradaptasi untuk bertahan dan berhasil dalam lingkungan yang kompetitif.
Entry Barriers
Hambatan masuk ini dapat menjadi tantangan bagi perusahaan baru yang ingin
memasuki pasar dan bersaing dengan perusahaan yang sudah mapan. Perusahaan harus
mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam merencanakan strategi masuk ke pasar dan
mencari cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Berikut adalah beberapa
hambatan masuk yang umum dalam lingkungan mikro, antara lain:
1. Modal yang tinggi
Salah satu hambatan masuk yang umum adalah kebutuhan akan modal yang
signifikan untuk memulai atau memasuki industri tertentu. Modal yang tinggi bisa
diperlukan untuk membangun infrastruktur, membeli peralatan, atau melakukan
investasi awal lainnya. Hambatan ini dapat mencegah perusahaan baru yang tidak
memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk masuk ke pasar.
2. Skala ekonomi
Skala ekonomi terkait dengan manfaat biaya yang diperoleh oleh perusahaan yang
sudah mapan dalam industri. Perusahaan yang sudah ada mungkin dapat
memproduksi dalam jumlah besar dan mengurangi biaya produksi per unit, sementara
perusahaan baru mungkin sulit bersaing dengan biaya yang lebih tinggi dalam skala
produksi yang lebih kecil.
3. Keterampilan dan pengetahuan khusus
Beberapa industri membutuhkan keterampilan khusus atau pengetahuan teknis yang
rumit. Hambatan masuk terkait dengan keterampilan dan pengetahuan ini dapat
membuat sulit bagi perusahaan baru untuk bersaing dengan perusahaan yang sudah
mapan. Misalnya, industri teknologi tinggi seperti industri perangkat keras komputer
atau teknologi medis dapat membutuhkan pengetahuan dan keahlian teknis yang
tinggi.
4. Regulasi dan lisensi
Beberapa industri mungkin memiliki regulasi yang ketat atau persyaratan lisensi yang
diperlukan sebelum dapat memasuki pasar. Hambatan ini dapat menghalangi

78
perusahaan baru yang tidak memenuhi persyaratan atau tidak dapat memperoleh
lisensi yang diperlukan untuk beroperasi.
5. Keunggulan merek dan loyalitas pelanggan
Perusahaan yang sudah mapan dalam industri mungkin memiliki keunggulan merek
yang kuat dan pelanggan yang loyal. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi perusahaan
baru yang harus bersaing dengan merek yang sudah dikenal dan pelanggan yang
cenderung memilih produk atau layanan yang sudah mereka kenal.
6. Akses terhadap saluran distribusi
Jika terdapat saluran distribusi yang terbatas atau dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan yang sudah ada, perusahaan baru mungkin mengalami
kesulitan dalam mendapatkan akses yang cukup ke pasar. Hambatan ini dapat
membuat sulit bagi perusahaan baru untuk menjangkau pelanggan secara efektif.

Substitute Products
Produk pengganti (substitute products) merujuk pada produk atau layanan yang
memenuhi kebutuhan atau keinginan yang serupa dengan produk yang ditawarkan dalam
industri tertentu. Dalam konteks lingkungan mikro, adanya produk pengganti dapat
memengaruhi persaingan dan perilaku perusahaan dalam industri tersebut. Berikut adalah
penjelasan mengenai pengaruh produk pengganti dalam lingkungan mikro:
1. Pengurangan permintaan
Ketika produk pengganti tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
cara yang serupa atau lebih baik, permintaan terhadap produk asli dalam industri
dapat mengalami penurunan. Pelanggan dapat beralih ke produk pengganti jika
dianggap lebih menguntungkan atau lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini
dapat mengurangi pangsa pasar dan pendapatan perusahaan dalam industri tersebut.
2. Persaingan harga
Keberadaan produk pengganti dapat mempengaruhi strategi harga perusahaan dalam
industri. Jika produk pengganti ditawarkan dengan harga yang lebih rendah atau nilai
yang lebih baik, perusahaan harus mempertimbangkan penyesuaian harga untuk tetap
bersaing. Persaingan harga dapat terjadi ketika pelanggan memiliki pilihan untuk
memilih antara produk asli dan produk pengganti berdasarkan harga yang ditawarkan.
3. Inovasi dan diferensiasi
Keberadaan produk pengganti dapat menjadi pendorong inovasi dan diferensiasi
produk dalam industri. Perusahaan harus menciptakan nilai tambahan atau

79
keunggulan kompetitif untuk membedakan produk mereka dari produk pengganti. Hal
ini mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dalam hal fitur, kualitas, performa,
atau pengalaman pelanggan guna mempertahankan loyalitas pelanggan dan
memenangkan persaingan.
4. Ancaman keluar dari industri
Jika produk pengganti sangat disukai oleh pelanggan dan memiliki kinerja yang lebih
baik atau harga yang lebih rendah, perusahaan dalam industri mungkin menghadapi
risiko keluar dari pasar. Jika permintaan terhadap produk asli menurun secara
signifikan karena adanya produk pengganti yang lebih menguntungkan, perusahaan
dapat mengalami kesulitan untuk bertahan dan menghasilkan keuntungan yang cukup.
5. Peluang baru
Di sisi lain, keberadaan produk pengganti juga dapat menciptakan peluang baru dalam
industri. Perusahaan dapat melihat adanya permintaan yang belum terpenuhi atau
kebutuhan yang belum terpenuhi oleh produk pengganti, dan dapat berinovasi untuk
menghadirkan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini dapat
membuka peluang pertumbuhan dan keunggulan kompetitif dalam industri.
Penting bagi perusahaan untuk memahami keberadaan dan pengaruh produk
pengganti dalam lingkungan mikro. Melalui pemantauan produk pengganti, perusahaan dapat
merespons persaingan yang ada dan mengembangkan strategi yang tepat untuk
mempertahankan dan memperluas pangsa pasar mereka.
Typical Roles of Various Stakeholders
Terdapat berbagai peran yang biasa dimainkan oleh berbagai pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam konteks bisnis. Peran pemangku kepentingan dapat bervariasi tergantung
pada industri, ukuran perusahaan, dan konteks bisnis. Namun, penting bagi perusahaan untuk
memahami peran dan kepentingan pemangku kepentingan utama dalam upaya membangun
hubungan yang saling menguntungkan dan mencapai keberhasilan jangka panjang. Berikut
adalah beberapa peran khas dari beberapa pemangku kepentingan yang umum:
1. Pemilik (Owners)
Pemilik perusahaan memiliki peran penting dalam menentukan arah dan tujuan
jangka panjang perusahaan. Mereka bertanggung jawab untuk mengambil keputusan
strategis, mengelola risiko, dan memastikan pertumbuhan dan keberhasilan jangka
panjang perusahaan. Pemilik juga berperan dalam mengalokasikan sumber daya,
menetapkan kebijakan, dan mengambil tanggung jawab akuntabilitas perusahaan.
2. Manajemen Senior (Senior Management)

80
Manajemen senior, termasuk CEO (Chief Executive Officer) dan eksekutif lainnya,
bertanggung jawab atas pengambilan keputusan penting dan pengelolaan operasional
harian perusahaan. Mereka merencanakan strategi, mengarahkan tim, mengelola
sumber daya, dan memastikan pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen senior juga
berperan dalam membangun budaya perusahaan dan menjaga hubungan dengan
pemangku kepentingan lainnya.
3. Karyawan (Employees)
Karyawan adalah sumber daya manusia yang berperan dalam menjalankan
operasional perusahaan. Mereka berkontribusi pada produksi, penjualan, layanan
pelanggan, dan inovasi. Karyawan juga berperan dalam menjaga budaya perusahaan,
mematuhi kebijakan dan prosedur, dan mencapai tujuan perusahaan. Mereka juga
memiliki kepentingan pribadi dalam hal upah, keamanan kerja, dan pengembangan
karir.
4. Pelanggan (Customers)
Pelanggan merupakan pemangku kepentingan yang sangat penting dalam bisnis.
Mereka berperan dalam menentukan permintaan pasar, memberikan umpan balik
tentang produk dan layanan, dan mempengaruhi reputasi dan kesuksesan perusahaan.
Perusahaan harus memahami kebutuhan dan harapan pelanggan, memberikan nilai
tambah, dan menjaga kepuasan pelanggan untuk mempertahankan pangsa pasar dan
membangun hubungan jangka panjang.
5. Pemasok (Suppliers)
Pemasok menyediakan bahan baku, komponen, atau layanan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjalankan operasionalnya. Mereka memiliki peran dalam
memastikan ketersediaan, kualitas, dan harga yang kompetitif dari pasokan.
Perusahaan perlu menjalin hubungan yang kuat dengan pemasok, bernegosiasi
kontrak, dan menjaga keberlanjutan rantai pasokan untuk memenuhi kebutuhan
operasional.
6. Komunitas Lokal (Local Community)
Komunitas lokal tempat perusahaan beroperasi memiliki peran dalam memberikan
dukungan, sumber daya manusia, dan infrastruktur yang diperlukan oleh perusahaan.
Perusahaan harus menjaga hubungan yang baik dengan komunitas lokal, memahami
kebutuhan mereka, berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi, dan
menjaga dampak lingkungan yang positif.
7. Pemerintah (Government)

81
Pemerintah berperan dalam menetapkan kebijakan dan regulasi yang mengatur bisnis.
Mereka juga memastikan kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Perusahaan perlu menjaga hubungan yang baik dengan pemerintah,
mematuhi peraturan, membayar pajak, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan.

Managing the Operating Environment


Economic action dalam mengelola lingkungan operasional merujuk pada
langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan ekonomi
dan mempengaruhi lingkungan operasional mereka secara ekonomi. Ini melibatkan
pemahaman tentang faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi perusahaan dan strategi yang
diimplementasikan untuk menghadapinya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang
economic action dalam mengelola lingkungan operasional:
1. Analisis Ekonomi

82
Langkah pertama dalam mengambil tindakan ekonomi adalah melakukan analisis
ekonomi menyeluruh untuk memahami kondisi pasar, tren industri, dan faktor-faktor
ekonomi yang dapat mempengaruhi operasi perusahaan. Ini melibatkan memantau
indikator ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, suku
bunga, dan fluktuasi mata uang. Analisis ekonomi membantu perusahaan dalam
memahami peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan operasional mereka.
2. Perencanaan dan Strategi
Setelah menganalisis faktor-faktor ekonomi, perusahaan perlu merencanakan strategi
yang tepat untuk mengelola lingkungan operasional mereka. Ini mungkin melibatkan
mengidentifikasi peluang pertumbuhan di pasar yang berkembang, menyesuaikan
harga atau biaya produksi untuk menghadapi perubahan permintaan atau biaya, atau
mencari diversifikasi produk atau pasar untuk mengurangi risiko. Strategi ini
didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang ekonomi dan memungkinkan
perusahaan untuk mengoptimalkan performa mereka.
3. Pengelolaan Biaya dan Efisiensi
Perubahan ekonomi dapat berdampak pada biaya produksi, harga bahan baku, upah
tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya. Perusahaan perlu mengelola biaya
mereka dengan cermat untuk menjaga keuntungan mereka dalam kondisi ekonomi
yang berubah. Ini bisa melibatkan melakukan efisiensi operasional, mencari pemasok
alternatif yang lebih murah, mengoptimalkan rantai pasokan, atau menggunakan
teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Dengan mengelola biaya secara efektif,
perusahaan dapat tetap bersaing di pasar yang kompetitif.
4. Riset Pasar dan Inovasi
Perusahaan juga perlu melakukan riset pasar secara teratur untuk memahami
kebutuhan dan preferensi pelanggan. Ini membantu mereka dalam mengidentifikasi
tren konsumen, kebutuhan baru, atau peluang pasar yang berkembang. Dengan
memahami secara mendalam kebutuhan pasar, perusahaan dapat mengembangkan
produk atau layanan baru, meningkatkan kualitas produk, atau mengadopsi inovasi
yang relevan dengan permintaan pasar. Riset pasar dan inovasi berperan penting
dalam menjaga daya saing dan pertumbuhan perusahaan dalam lingkungan ekonomi
yang berubah.
5. Kemitraan dan Kolaborasi
Dalam menghadapi perubahan ekonomi, perusahaan juga dapat menjalin kemitraan
dan kolaborasi dengan pihak lain untuk saling mendukung dan mengurangi risiko. Ini

83
bisa berupa kemitraan strategis dengan pemasok, afiliasi dengan perusahaan lain
dalam rantai nilai, atau kerja sama dengan lembaga riset atau perguruan tinggi.
Melalui kemitraan dan kolaborasi, perusahaan dapat memanfaatkan keahlian dan
sumber daya yang lebih luas untuk menghadapi tantangan ekonomi.
Melakukan tindakan ekonomi yang tepat dalam mengelola lingkungan operasional
merupakan bagian penting dari kesuksesan jangka panjang perusahaan. Dengan memahami
perubahan ekonomi, merencanakan strategi yang sesuai, mengelola biaya dengan efisien,
berinovasi, dan menjalin kemitraan yang kuat, perusahaan dapat memperoleh keunggulan
kompetitif dan mengatasi tantangan ekonomi yang mungkin muncul.
Strategi politik melibatkan semua kegiatan perusahaan yang memiliki salah satu
tujuan mereka untuk menciptakan iklim politik yang lebih bersahabat dalam mengelola
lingkungan operasional mereka. Ini mencakup upaya perusahaan untuk mempengaruhi
kebijakan publik, membangun hubungan dengan pihak berwenang dan pemimpin politik,
serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan
politik yang mendukung kepentingan perusahaan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
tentang strategi politik dalam mengelola lingkungan operasional:
1. Advocacy dan lobbying
Perusahaan dapat menggunakan strategi politik untuk mempengaruhi pembuat
kebijakan dalam mengambil keputusan yang mendukung kepentingan mereka. Ini
melibatkan kegiatan advokasi dan lobbying, seperti memberikan bukti, data, dan
argumen yang mendukung pandangan perusahaan kepada pembuat kebijakan. Tujuan
dari strategi ini adalah untuk mempengaruhi pembentukan dan implementasi
kebijakan yang menguntungkan perusahaan.
2. Pemilihan pendukung
Perusahaan juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik dengan mendukung calon
yang memiliki pandangan atau kebijakan yang sejalan dengan kepentingan mereka.
Ini dapat dilakukan melalui sumbangan keuangan untuk kampanye politik, dukungan
publik, atau kegiatan kampanye lainnya. Dengan melakukan ini, perusahaan berharap
dapat mempengaruhi iklim politik agar lebih bersahabat terhadap kepentingan
mereka.
3. Membangun hubungan politik
Perusahaan perlu membangun hubungan yang kuat dengan pemimpin politik dan
pihak berwenang yang relevan. Ini dapat melibatkan membangun jaringan, menjalin
komunikasi teratur, dan berkolaborasi dengan mereka dalam berbagai inisiatif.

84
Dengan membangun hubungan politik yang baik, perusahaan dapat memperoleh
informasi yang berharga, mempengaruhi kebijakan, dan memperoleh dukungan
politik dalam lingkungan operasional mereka.
4. Kontribusi masyarakat dan corporate social responsibility (CSR)
Perusahaan juga dapat menggunakan strategi politik melalui kontribusi masyarakat
dan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan berpartisipasi aktif dalam
inisiatif sosial, mendukung proyek-proyek yang memberikan manfaat bagi
masyarakat, dan berinvestasi dalam pembangunan ekonomi lokal, perusahaan dapat
menciptakan iklim politik yang lebih bersahabat. Ini dapat membantu memperoleh
dukungan publik dan membangun citra positif di mata pemerintah dan masyarakat.
5. Aliansi dan kelompok advokasi
Perusahaan dapat bergabung dengan kelompok advokasi atau aliansi industri yang
memiliki tujuan politik bersama. Dengan bergabung dengan kelompok ini, perusahaan
dapat memperkuat suaranya, memperoleh akses ke sumber daya dan informasi, serta
mempengaruhi kebijakan publik melalui kekuatan kolektif. Bersatu dengan
perusahaan-perusahaan lain yang memiliki kepentingan serupa dapat meningkatkan
efektivitas strategi politik.
Melalui strategi politik ini, perusahaan berusaha untuk menciptakan iklim politik yang
mendukung kepentingan mereka, seperti peraturan yang kondusif, insentif fiskal yang
menguntungkan, atau kebijakan yang memfasilitasi pertumbuhan dan inovasi. Hal ini
membantu perusahaan dalam mengelola lingkungan operasional mereka dengan lebih efektif
dan memaksimalkan peluang bisnis.
Common Forms of Interorganizational Relationships
Joint venture (JV) adalah salah satu bentuk hubungan antarorganisasi yang umum di
mana dua atau lebih perusahaan sepakat untuk bekerja sama secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Joint venture merupakan bentuk kolaborasi
yang kuat antara perusahaan-perusahaan yang ingin memanfaatkan kekuatan dan potensi
bersama. Melalui joint venture, perusahaan dapat meningkatkan daya saing, memperluas
jangkauan pasar, dan mencapai tujuan bisnis yang sulit dicapai secara mandiri. Dalam joint
venture, perusahaan-perusahaan tersebut menyatukan sumber daya, pengetahuan, dan
kepemilikan untuk menghadapi peluang atau tantangan yang lebih besar daripada yang dapat
mereka capai secara mandiri. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang joint venture:
1. Definisi dan sifat

85
Joint venture adalah kemitraan bisnis di mana dua atau lebih perusahaan membentuk
entitas baru yang terpisah secara hukum untuk mencapai tujuan bersama. Setiap
perusahaan tetap mempertahankan identitas dan otonomi mereka, tetapi mereka
bekerja sama untuk berbagi risiko, sumber daya, dan keahlian dalam rangka mencapai
keuntungan yang saling menguntungkan. Joint venture dapat bersifat jangka pendek
atau jangka panjang, tergantung pada tujuan dan kebutuhan masing-masing
perusahaan.
2. Tujuan
Joint venture biasanya dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memasuki
pasar baru, mengembangkan produk atau layanan baru, mengurangi biaya produksi,
meningkatkan daya saing, atau memanfaatkan keahlian dan sumber daya yang saling
melengkapi. Dalam joint venture, perusahaan berbagi tanggung jawab, risiko, dan
keuntungan terkait dengan mencapai tujuan ini.
3. Struktur kepemilikan
Dalam joint venture, perusahaan yang terlibat biasanya mengalokasikan kepemilikan
saham atau kepemilikan lainnya dalam entitas baru yang dibentuk. Struktur
kepemilikan dapat berbeda-beda tergantung pada negosiasi dan kesepakatan antara
pihak-pihak yang terlibat. Perusahaan dapat memiliki kepemilikan yang seimbang
atau berbeda, tergantung pada kontribusi masing-masing perusahaan dan kesepakatan
yang dicapai.
4. Manajemen dan Keputusan
Dalam joint venture, manajemen dan pengambilan keputusan dibagi antara
perusahaan mitra. Pihak-pihak yang terlibat harus bekerja sama dalam mengelola
operasional, mengatur kebijakan, dan membuat keputusan strategis yang berdampak
pada entitas baru. Manajemen dan struktur pengambilan keputusan biasanya
ditentukan dalam perjanjian joint venture.
5. Keuntungan dan Risiko
Joint venture memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan keahlian dan sumber
daya yang saling melengkapi, berbagi risiko, dan memperluas pasar atau kemampuan
bisnis mereka. Dalam joint venture, keuntungan dan risiko juga dibagi antara
perusahaan mitra sesuai dengan struktur kepemilikan yang ditetapkan.
6. Akhir atau Pemisahan
Joint venture dapat berakhir jika tujuan awal telah tercapai, perjanjian waktu telah
berakhir, atau jika perusahaan mitra memutuskan untuk mengakhiri kerjasama.

86
Pemisahan dapat melibatkan pembubaran entitas joint venture atau penjualan
kepemilikan perusahaan kepada mitra lain atau pihak ketiga.
Bentuk umum dari jaringan hubungan antarorganisasi (interorganizational
relationships network) adalah kumpulan hubungan dan interaksi antara organisasi-organisasi
yang saling terhubung dalam suatu jaringan. Jaringan hubungan antarorganisasi ini
memainkan peran penting dalam menciptakan sinergi, memperluas jangkauan, dan
memperoleh keuntungan kompetitif. Dengan menjalin hubungan yang kuat dan saling
menguntungkan dengan organisasi. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa bentuk
umum dari jaringan hubungan antarorganisasi:
1. Aliansi strategis
Aliansi strategis adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih organisasi yang
memiliki tujuan bersama untuk mencapai keuntungan yang saling menguntungkan.
Aliansi ini dapat berupa kemitraan strategis, aliansi pemasaran, atau aliansi penelitian
dan pengembangan. Melalui aliansi strategis, organisasi dapat berbagi sumber daya,
keahlian, dan risiko untuk mencapai tujuan bersama.
2. Kemitraan supplier pelanggan
Kemitraan antara pemasok dan pelanggan adalah bentuk kerja sama di mana pemasok
dan pelanggan saling terkait dan saling bergantung satu sama lain. Pemasok
menyediakan produk atau layanan kepada pelanggan, sedangkan pelanggan
memberikan permintaan yang konsisten dan memberikan umpan balik yang berharga
kepada pemasok. Kemitraan ini membantu memperkuat hubungan antara pemasok
dan pelanggan, meningkatkan keandalan pasokan, dan menciptakan nilai tambah
bersama.
3. Jaringan distribusi dan rantai pasokan: Jaringan distribusi dan rantai pasokan
melibatkan berbagai organisasi yang bekerja sama untuk mengoptimalkan aliran
produk atau layanan dari produsen ke konsumen akhir. Ini melibatkan pemasok,
produsen, distributor, dan pengecer yang saling terkait dalam rantai pasokan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan memberikan
kepuasan kepada konsumen.
4. Klaster industri
Klaster industri terbentuk ketika sejumlah besar organisasi yang beroperasi dalam
industri yang sama berkumpul di lokasi geografis yang terpusat. Klaster ini
menciptakan ekosistem bisnis yang saling terkait, di mana organisasi-organisasi
tersebut dapat saling mendukung, berkolaborasi, dan berbagi sumber daya. Klaster

87
industri dapat meningkatkan inovasi, meningkatkan daya saing, dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
5. Asosiasi perdagangan dan profesional
Asosiasi perdagangan dan profesional adalah organisasi yang mewakili dan
menghubungkan sejumlah organisasi atau individu dalam suatu industri atau profesi
tertentu. Tujuan dari asosiasi ini adalah untuk memajukan kepentingan bersama,
memfasilitasi pertukaran informasi, meningkatkan standar profesional, dan
mempengaruhi kebijakan industri. Asosiasi ini juga dapat menyediakan forum untuk
networking, pelatihan, dan kolaborasi antar anggota.
Konsortium adalah salah satu bentuk hubungan antarorganisasi yang umum terjadi
dalam lingkungan bisnis. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini juga sering disebut sebagai
konsorsium. Konsortium adalah kerja sama antara beberapa organisasi yang saling bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Konsortium merupakan strategi kolaboratif yang
efektif untuk mencapai tujuan yang sulit dicapai secara individual. Dalam konsortium,
organisasi-organisasi dapat saling memanfaatkan keahlian, sumber daya, dan peluang yang
ada untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih besar. Berikut ini adalah penjelasan
lebih lanjut mengenai konsortium:
1. Definisi
Konsortium merupakan aliansi atau kemitraan strategis antara beberapa organisasi
yang memiliki tujuan yang serupa atau saling melengkapi. Organisasi-organisasi yang
terlibat dalam konsortium tetap mandiri secara hukum, namun mereka bekerja sama
dalam proyek-proyek atau kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
2. Tujuan
Konsortium dibentuk dengan tujuan untuk menggabungkan keahlian, sumber daya,
dan kapabilitas organisasi-organisasi yang terlibat guna mencapai hasil yang tidak
dapat dicapai secara individual. Melalui kontribusi bersama, konsortium dapat
menghadapi tantangan yang kompleks, mengurangi risiko, memperluas pasar, atau
mengakses sumber daya yang terbatas.
3. Bentuk kerja sama
Konsortium dapat mengambil berbagai bentuk kerja sama, tergantung pada
karakteristik proyek atau kegiatan yang dilakukan. Beberapa bentuk kerja sama yang
umum dalam konsortium meliputi:
a. Pembagian sumber daya

88
Organisasi-organisasi dalam konsortium dapat membagi sumber daya, seperti modal,
tenaga kerja, teknologi, atau fasilitas, untuk mencapai tujuan bersama.
b. Pemecahan tugas
Setiap organisasi dalam konsortium dapat bertanggung jawab atas tugas tertentu
sesuai dengan keahlian dan kapabilitas mereka. Pemecahan tugas ini memungkinkan
setiap anggota kontributif sesuai dengan keunggulan mereka.
c. Penyediaan layanan
Konsortium dapat bekerja sama dalam menyediakan layanan atau produk kepada
pelanggan atau pasar yang sama. Dalam hal ini, masing-masing organisasi dalam
konsortium bertanggung jawab atas bagian tertentu dalam penyediaan layanan atau
produk.
4. Manfaat
Konsortium menawarkan sejumlah manfaat bagi organisasi-organisasi yang terlibat,
antara lain:
a. Penyatuan keahlian
Konsortium memungkinkan organisasi-organisasi untuk menggabungkan keahlian
dan pengalaman mereka, sehingga meningkatkan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan atau menghadapi persaingan.
b. Pembagian risiko
Dengan bekerja bersama dalam konsortium, organisasi-organisasi dapat membagi
risiko dan mengurangi tekanan finansial atau operasional yang ditanggung secara
individu.
c. Akses ke sumber daya terbatas
Konsortium dapat memberikan akses kepada organisasi-organisasi ke sumber daya
yang sebelumnya sulit atau mahal untuk diperoleh secara individual, seperti teknologi,
infrastruktur, atau jaringan distribusi.
d. Peningkatan keunggulan bersaing
Dengan bekerja sama, organisasi-organisasi dalam konsortium dapat meningkatkan
keunggulan bersaing mereka, mengembangkan inovasi baru, atau memperluas pangsa
pasar secara kolektif.
Aliansi adalah salah satu bentuk umum dari hubungan antarorganisasi. Aliansi adalah
kemitraan strategis antara dua atau lebih organisasi yang bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama. Aliansi merupakan bentuk kerjasama antarorganisasi di mana dua atau lebih
organisasi bekerja sama untuk mencapai keuntungan bersama. Aliansi ini bisa berbentuk

89
kerjasama jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada tujuan dan sifat kerjasama
yang diinginkan. Aliansi dapat terbentuk antara organisasi sejenis atau organisasi yang
berbeda dalam industri yang sama atau berbeda. Ada beberapa bentuk umum dari aliansi
antarorganisasi, antara lain:
1. Aliansi pemasok
Aliansi ini terbentuk antara perusahaan dan pemasok utamanya. Tujuan dari aliansi
pemasok adalah untuk memperkuat hubungan pemasok-perusahaan, meningkatkan
efisiensi rantai pasok, dan menciptakan keuntungan bersama. Melalui aliansi
pemasok, perusahaan dapat mengamankan pasokan bahan baku yang stabil,
meningkatkan kualitas dan efisiensi, serta mengurangi biaya operasional.
2. Aliansi distribusi
Aliansi distribusi terjadi ketika dua atau lebih perusahaan bekerja sama dalam
mendistribusikan produk atau layanan mereka ke pasar. Aliansi distribusi dapat
berupa kesepakatan untuk berbagi saluran distribusi, memanfaatkan jaringan
distribusi yang ada, atau mengembangkan saluran distribusi baru bersama. Aliansi
distribusi memungkinkan perusahaan untuk mencapai penetrasi pasar yang lebih luas,
mengurangi biaya distribusi, dan meningkatkan ketersediaan produk atau layanan.
3. Aliansi teknologi
Aliansi teknologi terjadi ketika perusahaan berkolaborasi dalam pengembangan,
penelitian, atau penerapan teknologi baru. Aliansi teknologi memungkinkan
perusahaan untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan keahlian dalam
pengembangan teknologi yang kompleks atau mahal. Dengan berkolaborasi,
perusahaan dapat mempercepat inovasi, mengurangi risiko, dan meningkatkan daya
saing melalui teknologi yang lebih baik.
4. Aliansi pemasaran
Aliansi pemasaran terjadi ketika perusahaan bekerja sama dalam kegiatan pemasaran
untuk saling memperkuat brand atau produk mereka. Aliansi pemasaran dapat berupa
kampanye iklan bersama, promosi bersama, atau kerjasama dalam strategi pemasaran.
Melalui aliansi pemasaran, perusahaan dapat memperluas jangkauan pemasaran
mereka, meningkatkan visibilitas dan kesadaran merek, serta mencapai efisiensi
pemasaran yang lebih baik.
5. Aliansi penelitian dan pengembangan
Aliansi penelitian dan pengembangan terjadi ketika perusahaan berkolaborasi dalam
aktivitas penelitian dan pengembangan untuk menciptakan inovasi baru atau

90
meningkatkan produk atau layanan mereka. Aliansi ini dapat melibatkan berbagi
sumber daya penelitian, keahlian, atau fasilitas. Dengan berkolaborasi dalam
penelitian dan pengembangan, perusahaan dapat membagi risiko, mempercepat waktu
pemasaran produk baru, dan meningkatkan daya saing melalui inovasi.
Asosiasi Perdagangan (Trade Association) adalah salah satu bentuk umum dari
hubungan antarorganisasi dalam lingkungan bisnis. Asosiasi Perdagangan adalah organisasi
nirlaba yang terdiri dari perusahaan-perusahaan atau anggota individu yang beroperasi dalam
industri atau sektor yang sama. Melalui keberadaan Asosiasi Perdagangan, anggota dapat
bekerja sama untuk menghadapi tantangan bersama, memperkuat suara mereka, dan
menciptakan iklim yang lebih menguntungkan untuk industri atau sektor yang mereka geluti.
Tujuan utama dari asosiasi perdagangan adalah untuk mewakili kepentingan dan
memajukan industri atau sektor yang mereka wakili. Berikut ini penjelasan lebih lanjut
mengenai Asosiasi Perdagangan:
1. Representasi dan advokasi
Asosiasi Perdagangan bertindak sebagai suara kolektif yang mewakili kepentingan
anggotanya dalam hal-hal yang terkait dengan industri atau sektor tertentu. Mereka
berfungsi sebagai penghubung antara anggota dan pemerintah, badan regulasi, atau
lembaga lain yang terlibat dalam pembuatan kebijakan atau pengaturan industri.
Melalui advokasi dan kegiatan lobbying, asosiasi perdagangan berupaya
mempengaruhi kebijakan publik agar lebih mendukung kepentingan dan
keberlanjutan industri yang mereka wakili.
2. Pertukaran informasi dan riset
Asosiasi Perdagangan menyediakan platform untuk anggotanya bertukar informasi,
pengetahuan, dan pengalaman terkait dengan industri atau sektor yang sama. Mereka
mengadakan pertemuan, konferensi, atau seminar yang memungkinkan anggota
berbagi praktik terbaik, tren terbaru, dan pengetahuan industri. Selain itu, asosiasi
perdagangan juga dapat melakukan riset dan analisis untuk memberikan wawasan
yang lebih dalam tentang industri kepada anggotanya.
3. Standar industri dan etika
Asosiasi Perdagangan sering kali berperan dalam mengembangkan dan menerapkan
standar industri, etika, dan praktik terbaik. Mereka dapat mengeluarkan pedoman,
kode etik, atau sertifikasi yang membantu mengatur perilaku dan kualitas dalam
industri atau sektor yang mereka wakili. Standar ini membantu menjaga integritas dan

91
reputasi industri, serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk atau
layanan yang ditawarkan oleh anggota asosiasi.
4. Jaringan dan kolaborasi
Asosiasi Perdagangan memfasilitasi pembentukan jaringan dan kolaborasi antara
anggotanya. Ini memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk saling berinteraksi,
berbagi sumber daya, mengembangkan kemitraan bisnis, atau menjalin hubungan
yang saling menguntungkan. Jaringan ini dapat membuka peluang baru,
meningkatkan daya saing, dan memperluas akses ke pasar atau sumber daya yang
lebih luas.
5. Pendidikan dan pelatihan
Asosiasi Perdagangan sering menawarkan program pendidikan dan pelatihan kepada
anggotanya. Ini dapat berupa workshop, seminar, atau program pengembangan
profesional yang membantu meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan
kompetensi anggota dalam industri atau sektor yang mereka wakili. Pendidikan dan
pelatihan ini membantu anggota untuk tetap relevan dan kompetitif dalam lingkungan
bisnis yang terus berkembang.
Interlocking Directorate atau Direktur Tumpang Tindih adalah salah satu bentuk
umum dari hubungan antarorganisasi dalam konteks manajemen bisnis. Dalam interlocking
directorate, terdapat praktik di mana satu individu menjabat sebagai direktur di dua atau lebih
perusahaan yang berbeda. Interlocking Directorate adalah fenomena di mana
individu-individu yang sama atau terkait secara personal atau profesional terlibat dalam
dewan direksi beberapa perusahaan yang berbeda. Namun, praktik interlocking directorate
juga dapat menimbulkan keprihatinan terkait potensi konflik kepentingan, kurangnya
keragaman dalam pengambilan keputusan, dan kurangnya akuntabilitas terhadap pemangku
kepentingan yang berbeda. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan yang ketat untuk
mengatur praktik ini guna memastikan transparansi, keadilan, dan kepentingan yang saling
menguntungkan antara perusahaan-perusahaan yang terlibat. Dalam hal ini, seorang direktur
memegang posisi di dewan direksi perusahaan A dan juga di dewan direksi perusahaan B. Ini
menciptakan tumpang tindih dalam struktur kepengurusan kedua perusahaan tersebut. Tujuan
dari interlocking directorate bisa beragam. Beberapa tujuan umum dari praktik ini adalah:
1. Jaringan dan kolaborasi
Interlocking directorate memungkinkan individu untuk membangun jaringan luas
dengan profesional bisnis lainnya. Dengan menjadi bagian dari dewan direksi
beberapa perusahaan, mereka dapat berinteraksi dengan berbagai pemimpin dan

92
pengambil keputusan di industri yang berbeda. Hal ini memungkinkan kolaborasi,
pertukaran ide, dan pembelajaran saling antara perusahaan-perusahaan yang terlibat.
2. Akses ke sumber daya dan informasi
Dengan menjadi anggota dewan direksi di beberapa perusahaan, individu dapat
memperoleh akses ke sumber daya dan informasi yang lebih luas. Mereka dapat
membagikan pengetahuan dan pengalaman dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya. Selain itu, mereka juga dapat memanfaatkan jaringan dan akses ke peluang
bisnis baru yang mungkin muncul melalui keterlibatan mereka dalam beberapa
organisasi.
3. Pengaruh dan kekuasaan
Interlocking directorate juga bisa digunakan untuk memperoleh pengaruh dan
kekuasaan yang lebih besar. Ketika individu yang sama memiliki posisi strategis di
berbagai perusahaan, mereka dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di
berbagai tingkatan dan memainkan peran yang signifikan dalam mengarahkan strategi
dan arah perkembangan bisnis.

Chapter 3 Strategic Direction

93
Influences on Strategic Direction
Pengaruh terhadap arah strategis adalah faktor-faktor atau elemen yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan penentuan arah strategis suatu organisasi.
Pengaruh-pengaruh ini secara kolektif membentuk arah strategis suatu organisasi. Penting
bagi organisasi untuk memahami pengaruh-pengaruh ini, melakukan analisis mendalam, dan
mengambil keputusan strategis yang tepat berdasarkan pemahaman yang baik tentang
lingkungan dan konteks di mana mereka beroperasi. Berikut ini adalah beberapa pengaruh
umum yang memengaruhi arah strategis:
1. Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal mencakup faktor-faktor di luar organisasi yang dapat
mempengaruhi arah strategisnya. Ini meliputi faktor-faktor ekonomi, politik, sosial,
teknologi, dan hukum yang dapat membentuk peluang dan ancaman bagi organisasi.
Perubahan dalam lingkungan eksternal ini dapat mempengaruhi pemilihan strategi
organisasi, seperti pengembangan produk baru, ekspansi ke pasar baru, atau
penyesuaian operasional.
2. Pelanggan dan pasar

94
Keinginan, kebutuhan, dan perilaku pelanggan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi arah strategis. Permintaan pasar, preferensi pelanggan, tren konsumen,
dan umpan balik dari pelanggan dapat membantu organisasi mengidentifikasi peluang
dan menentukan strategi yang sesuai. Perusahaan perlu memahami dengan baik
pelanggan mereka dan memantau perubahan dalam preferensi pelanggan serta
kebutuhan pasar untuk tetap relevan dan beradaptasi.
3. Persaingan industri
Persaingan dalam industri juga merupakan faktor yang memengaruhi arah strategis.
Organisasi harus memahami lanskap persaingan, kekuatan persaingan, dan tingkat
persaingan di dalam industri mereka. Hal ini akan membantu mereka
mengembangkan strategi yang kompetitif, seperti diferensiasi produk, inovasi,
penurunan harga, atau strategi fokus untuk menghadapi pesaing.
4. Sumber daya dan kemampuan internal
Sumber daya dan kemampuan internal organisasi, seperti keahlian, teknologi, modal,
dan sumber daya manusia, juga mempengaruhi arah strategis. Organisasi perlu
menganalisis dan mengevaluasi sumber daya yang dimilikinya serta
memanfaatkannya dengan efektif untuk mencapai keunggulan kompetitif. Sumber
daya yang terbatas atau kemampuan yang terbatas dapat membatasi pilihan strategis
dan mendorong organisasi untuk mengarahkan upaya mereka ke arah yang paling
memungkinkan.
5. Nilai dan budaya organisasi
Nilai, keyakinan, dan budaya organisasi juga mempengaruhi arah strategis. Nilai-nilai
dan budaya yang dianut oleh organisasi akan memengaruhi tujuan jangka panjang,
visi, dan orientasi strategis. Misalnya, organisasi yang mengutamakan inovasi dan
keunggulan produk akan cenderung mengembangkan strategi yang berfokus pada
penelitian dan pengembangan produk baru.
6. Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Pemangku kepentingan organisasi, seperti pemilik, karyawan, pemasok, dan
masyarakat, juga dapat mempengaruhi arah strategis. Harapan, kepentingan, dan
kebutuhan pemangku kepentingan ini harus dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan strategis. Organisasi perlu mempertimbangkan dampak strategi mereka
terhadap pemangku kepentingan dan menjaga hubungan yang saling menguntungkan
dengan mereka.
7. Inovasi teknologi

95
Perkembangan teknologi dapat memiliki dampak signifikan pada arah strategis suatu
organisasi. Perubahan teknologi dapat menciptakan peluang baru atau mengubah cara
organisasi beroperasi. Organisasi perlu memantau perkembangan teknologi yang
relevan dengan industri mereka dan mempertimbangkan bagaimana mengintegrasikan
inovasi teknologi ke dalam strategi mereka.
8. Regulasi dan kebijakan pemerintah
Peraturan dan kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi arah strategis suatu
organisasi. Regulasi yang ketat, perubahan kebijakan, atau perubahan dalam
lingkungan hukum dapat membatasi atau membuka peluang bagi organisasi.
Organisasi perlu memahami dan mematuhi regulasi yang berlaku serta mengikuti
perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi kegiatan mereka.
9. Perubahan Demografi dan Sosial
Perubahan dalam demografi dan faktor sosial juga dapat memengaruhi arah strategis
suatu organisasi. Perubahan dalam preferensi konsumen, tren sosial, nilai-nilai
masyarakat, dan kebutuhan pasar yang berkaitan dengan demografi dapat
mempengaruhi strategi pemasaran, pengembangan produk, dan orientasi pasar
organisasi.
10. Perkembangan Ekonomi
Keadaan ekonomi secara keseluruhan dapat memiliki dampak besar pada arah
strategis suatu organisasi. Faktor-faktor seperti siklus bisnis, tingkat inflasi, tingkat
suku bunga, dan stabilitas ekonomi secara umum dapat mempengaruhi keputusan
strategis terkait pertumbuhan, investasi, harga, dan pengeluaran.
11. Perubahan Lingkungan Fisik
Perubahan dalam lingkungan fisik, seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan,
atau ketersediaan sumber daya alam, dapat mempengaruhi arah strategis suatu
organisasi. Organisasi perlu mempertimbangkan dampak mereka terhadap lingkungan
dan mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan untuk menghadapi tantangan
lingkungan yang ada.
12. Tekanan dan Tantangan Kompetitif
Persaingan yang ketat dalam industri dan tekanan dari pesaing dapat mempengaruhi
arah strategis suatu organisasi. Organisasi perlu memahami pesaing mereka, melacak
tren industri, dan mengembangkan strategi yang memungkinkan mereka untuk tetap
kompetitif dan memenangkan persaingan.

96
Dalam mengelola pengaruh-pengaruh ini, organisasi perlu melakukan analisis yang
cermat dan merencanakan strategi yang adaptif. Mereka harus dapat mengidentifikasi
peluang, mengatasi tantangan, dan mengelola risiko yang mungkin muncul dalam lingkungan
operasional mereka.
Multiple Uses of Mission Statements
Pernyataan misi (mission statement) merupakan pernyataan tertulis yang
mendefinisikan tujuan utama, identitas, dan arah strategis suatu organisasi. Meskipun misi
statements dapat bervariasi antara organisasi, mereka memiliki beberapa kegunaan yang
penting. Berikut ini adalah beberapa penggunaan umum dari pernyataan misi:
1. Membimbing pengambilan keputusan strategis
Pernyataan misi memberikan panduan dan arahan yang jelas bagi pengambilan
keputusan strategis di dalam organisasi. Misi menyatakan tujuan inti dan nilai-nilai
organisasi, yang dapat membantu dalam menentukan arah dan fokus strategis dalam
memilih peluang dan menghadapi tantangan.
2. Menginspirasi dan mengarahkan karyawan
Pernyataan misi membantu menginspirasi dan mengarahkan karyawan dengan
memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan dan nilai-nilai organisasi. Hal ini
membantu menciptakan pemahaman dan konsistensi dalam budaya kerja, serta
memberikan landasan yang kuat untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai
dengan visi dan tujuan organisasi.
3. Membangun identitas dan branding
Pernyataan misi membantu membangun identitas dan citra merek organisasi. Ini
mencerminkan nilai-nilai inti dan keunikan organisasi yang dapat membedakannya
dari pesaing. Misi yang kuat dan autentik dapat membantu organisasi membangun
hubungan emosional dengan para pemangku kepentingan dan menciptakan
kepercayaan dalam merek mereka.
4. Mengkomunikasikan visi dan tujuan organisasi
Pernyataan misi digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif untuk
menginformasikan pemangku kepentingan intern dan ekstern tentang visi, tujuan, dan
komitmen organisasi. Ini membantu menciptakan pemahaman yang sama dan
keselarasan dalam hal tujuan dan arah strategis organisasi.
5. Evaluasi dan pengukuran kinerja
Pernyataan misi dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi dan mengukur
kinerja organisasi. Tujuan yang ditetapkan dalam misi dapat dijadikan acuan dalam

97
menilai sejauh mana organisasi telah mencapai visi dan tujuan strategisnya. Hal ini
membantu dalam pengambilan keputusan tentang perubahan strategis dan perbaikan
kinerja.
6. Memperkuat keberlanjutan dan fokus jangka panjang
Pernyataan misi membantu organisasi tetap fokus pada tujuan jangka panjang dan
memperkuat keberlanjutan. Ini membantu organisasi untuk tidak terlalu terpaku pada
perubahan jangka pendek dan mempertahankan orientasi jangka panjang yang
konsisten dengan nilai-nilai dan visi organisasi.
Penggunaan-penggunaan ini membantu organisasi dalam mengarahkan upaya mereka,
memotivasi karyawan, membangun merek yang kuat, dan mencapai tujuan jangka panjang
mereka. Penting bagi organisasi untuk merumuskan pernyataan misi yang relevan, inspiratif,
dan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai inti organisasi.
Berikut ini beberapa penggunaan pernyataan misi dalam pengambilan keputusan dan
alokasi sumber daya:
1. Panduan strategis
Pernyataan misi menjadi panduan strategis bagi organisasi. Hal ini digunakan untuk
memandu pengembangan dan pemilihan strategi yang sesuai dengan tujuan utama
organisasi. Ketika organisasi menghadapi berbagai pilihan strategis, pernyataan misi
membantu dalam mengevaluasi opsi yang paling konsisten dengan tujuan pokok
organisasi.
2. Penentuan prioritas
Pernyataan misi membantu dalam menentukan prioritas dan alokasi sumber daya.
Ketika organisasi memiliki sumber daya yang terbatas, pernyataan misi dapat
membantu dalam mengidentifikasi bidang atau inisiatif yang harus diprioritaskan.
Misalnya, jika pernyataan misi menekankan inovasi sebagai tujuan utama, maka
sumber daya dapat dialokasikan secara lebih besar untuk penelitian dan
pengembangan produk baru.
3. Pengambilan keputusan strategis
Pernyataan misi digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan strategis.
Ketika organisasi dihadapkan pada keputusan penting seperti perluasan pasar,
akuisisi, atau diversifikasi bisnis, pernyataan misi digunakan sebagai pijakan untuk
mengevaluasi apakah keputusan tersebut sejalan dengan tujuan dan identitas
organisasi.
4. Penilaian kinerja

98
Pernyataan misi dapat digunakan sebagai kerangka untuk mengevaluasi kinerja
organisasi. Tujuan utama yang dinyatakan dalam pernyataan misi dapat digunakan
sebagai ukuran dalam mengukur sejauh mana organisasi mencapai tujuan tersebut.
Hal ini membantu dalam menilai efektivitas strategi dan tindakan yang diambil oleh
organisasi.
5. Pengembangan budaya perusahaan
Pernyataan misi juga digunakan untuk mengembangkan budaya perusahaan yang
konsisten dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi. Budaya yang dihasilkan akan
mempengaruhi sikap, perilaku, dan keputusan karyawan dalam organisasi. Pernyataan
misi menjadi acuan untuk membentuk dan memperkuat budaya yang mendukung visi
dan tujuan organisasi.
Penggunaan pernyataan misi dalam pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya
membantu organisasi untuk tetap fokus pada tujuan utama dan mencapai keselarasan antara
tujuan strategis dan tindakan operasional. Dengan menggunakan pernyataan misi sebagai
panduan, organisasi dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya mereka dan membuat
keputusan yang lebih konsisten dengan visi dan nilai-nilai mereka.
Pernyataan misi memiliki beberapa penggunaan yang dapat menginspirasi tingkat
kinerja yang lebih tinggi dan kebanggaan dalam suatu organisasi. Berikut adalah beberapa
penggunaan yang umum dari pernyataan misi:
1. Mengarahkan arah strategis
Pernyataan misi membantu mengarahkan arah strategis organisasi dengan
menyediakan panduan tentang tujuan dan nilai inti yang ingin dicapai. Hal ini
membantu dalam mengidentifikasi prioritas, mengarahkan sumber daya, dan
menetapkan fokus dalam upaya organisasi. Dengan memiliki pemahaman yang jelas
tentang misi mereka, anggota organisasi dapat bekerja secara terkoordinasi dan
berorientasi pada tujuan bersama.
2. Mengkomunikasikan identitas organisasi
Pernyataan misi juga berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menggambarkan
identitas dan nilai-nilai organisasi kepada pemangku kepentingan internal dan
eksternal. Dengan merumuskan dengan jelas dan membagikan pernyataan misi
kepada seluruh anggota organisasi, organisasi dapat memperkuat identitas mereka,
membangun kepercayaan, dan meningkatkan pemahaman tentang tujuan bersama.
3. Menginspirasi dan mendorong kinerja

99
Pernyataan misi yang kuat dan inspiratif dapat menjadi sumber motivasi bagi anggota
organisasi. Dengan menyajikan tujuan yang mulia dan makna yang mendalam,
pernyataan misi dapat mengilhami anggota organisasi untuk bekerja dengan gairah,
memberikan yang terbaik, dan mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi. Pernyataan
misi yang membangkitkan semangat dan komitmen dapat menciptakan iklim kerja
yang positif dan memacu rasa kebanggaan dalam menjadi bagian dari organisasi
tersebut.
4. Menyediakan kerangka nilai dan etika
Pernyataan misi dapat memberikan kerangka nilai dan etika yang mengarahkan
perilaku dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Nilai-nilai yang tercermin
dalam pernyataan misi membantu dalam membentuk budaya organisasi yang
menghargai integritas, inovasi, keberagaman, tanggung jawab sosial, atau nilai-nilai
lain yang dianggap penting. Hal ini membantu membangun kepercayaan dan citra
positif di antara pemangku kepentingan organisasi.
5. Menarik dan mempertahankan bakat
Pernyataan misi yang kuat dan relevan juga dapat berperan dalam menarik dan
mempertahankan bakat terbaik. Ketika organisasi memiliki pernyataan misi yang
menarik dan sejalan dengan nilai-nilai individu, mereka cenderung menarik karyawan
yang bersemangat dan berkomitmen. Pernyataan misi juga membantu dalam
membangun budaya kerja yang menarik, memberikan arti dan tujuan yang lebih besar
bagi karyawan, dan mendukung perkembangan karir yang berarti.
Pernyataan ini juga tertulis tentang mengkomunikasikan tujuan, nilai-nilai, dan
identitas organisasi kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal. Pernyataan misi ini
memiliki beberapa fungsi atau penggunaan yang penting bagi suatu organisasi. Salah satu
penggunaan pernyataan misi adalah "Mengkomunikasikan Tujuan dan Nilai Organisasi".
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang hal ini:
1. Menginspirasi dan mengarahkan karyawan
Pernyataan misi membantu mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada karyawan.
Dengan memahami tujuan yang lebih besar di balik pekerjaan mereka, karyawan
menjadi lebih terinspirasi dan termotivasi. Pernyataan misi memberikan panduan dan
arahan kepada karyawan tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk
mencapai visi dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Hal ini membantu dalam
membangun budaya organisasi yang kuat dan kohesif.
2. Membentuk identitas organisasi

100
Pernyataan misi juga membantu membentuk identitas organisasi. Melalui komunikasi
yang jelas tentang tujuan dan nilai-nilai inti, organisasi dapat mengidentifikasi dan
membedakan dirinya dari pesaing. Ini membantu menciptakan citra yang konsisten
dan mencerminkan esensi organisasi di mata pemangku kepentingan. Pernyataan misi
dapat menjadi landasan untuk membangun reputasi dan merek yang kuat.
3. Membimbing pengambilan keputusan
Pernyataan misi dapat berfungsi sebagai kerangka acuan untuk pengambilan
keputusan strategis. Ketika organisasi berhadapan dengan pilihan-pilihan yang
kompleks, pernyataan misi dapat membantu dalam menentukan arah yang tepat.
Dengan membandingkan pilihan-pilihan dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi,
keputusan dapat diambil yang sejalan dengan visi jangka panjang.
4. Mengkomunikasikan kepada pemangku kepentingan eksternal
Pernyataan misi juga digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan dan nilai-nilai
organisasi kepada pemangku kepentingan eksternal, seperti pelanggan, mitra bisnis,
investor, dan masyarakat luas. Ini membantu menciptakan transparansi dan
kepercayaan dengan pemangku kepentingan, serta membantu dalam membangun
hubungan yang baik dengan mereka.
5. Menjadi dasar evaluasi kinerja
Pernyataan misi dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja
organisasi. Dengan membandingkan pencapaian dengan tujuan yang telah ditetapkan
dalam pernyataan misi, organisasi dapat mengukur sejauh mana mereka berhasil
dalam mencapai visi dan tujuan mereka. Hal ini membantu dalam melacak kemajuan
dan melakukan perbaikan yang diperlukan.
Secara keseluruhan, pernyataan misi memiliki peran penting dalam
mengkomunikasikan tujuan, nilai-nilai, dan identitas organisasi. Dalam melaksanakan fungsi
ini, pernyataan misi membantu dalam menginspirasi karyawan, membentuk identitas
organisasi, membimbing pengambilan keputusan, mengkomunikasikan kepada pemangku
kepentingan eksternal, dan menjadi dasar evaluasi kinerja.
Pernyataan misi memiliki berbagai penggunaan dalam konteks manajemen organisasi.
Salah satu manfaat yang signifikan dari pernyataan misi adalah peningkatan reputasi
organisasi. Berikut ini adalah beberapa cara di mana pernyataan misi dapat meningkatkan
reputasi organisasi:
1. Membangun identitas dan cittra

101
Pernyataan misi yang jelas dan kuat membantu membangun identitas dan citra
organisasi. Melalui pernyataan misi, organisasi dapat mengkomunikasikan nilai-nilai
inti, tujuan mulia, dan komitmen terhadap keunggulan. Hal ini membantu organisasi
membangun citra yang positif di mata pemangku kepentingan, termasuk pelanggan,
karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat umum.
2. Memperkuat kepercayaan dan kepuasan pelanggan
Pernyataan misi yang relevan dengan kebutuhan dan nilai pelanggan dapat
meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Ketika pelanggan melihat
organisasi memiliki misi yang sejalan dengan nilai-nilai mereka dan berkomitmen
untuk memberikan produk atau layanan berkualitas, mereka cenderung lebih percaya
dan puas dengan organisasi tersebut. Ini dapat membantu meningkatkan citra dan
reputasi organisasi di mata pelanggan.
3. Menarik bakat dan karyawan berkualitas
Pernyataan misi yang inspiratif dan bermakna dapat menarik bakat dan karyawan
berkualitas ke organisasi. Karyawan yang berbagi nilai-nilai dan tujuan organisasi
cenderung merasa terhubung secara emosional dan terinspirasi untuk berkontribusi
secara maksimal. Organisasi dengan reputasi yang baik berkat pernyataan misi yang
kuat juga dapat menjadi pilihan yang menarik bagi individu yang mencari lingkungan
kerja yang bermakna dan memiliki dampak positif.
4. Membangun hubungan dengan pemangku kepentingan
Pernyataan misi yang jelas dan terbuka dapat membantu organisasi membangun
hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti pemasok, mitra
bisnis, dan komunitas lokal. Dengan mengartikulasikan komitmen terhadap nilai-nilai
tertentu dan tujuan yang berarti, organisasi dapat menarik kerjasama dan dukungan
dari pemangku kepentingan yang relevan. Ini dapat membantu memperkuat reputasi
organisasi dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan.
5. Mengatasi krisis dan tantangan
Pernyataan misi yang kuat dapat menjadi panduan dan pijakan bagi organisasi ketika
menghadapi krisis atau tantangan. Dalam situasi sulit, organisasi yang
mempertahankan kesetiaan terhadap misi mereka dan berkomitmen untuk tetap setia
pada nilai-nilai mereka memiliki peluang yang lebih baik untuk mengatasi tantangan
dengan integritas dan mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari pemangku
kepentingan.

102
Melalui penggunaan ganda pernyataan misi, organisasi dapat meningkatkan reputasi
mereka sebagai entitas yang berkomitmen pada nilai-nilai yang dihargai oleh pemangku
kepentingan. Hal ini dapat menghasilkan keunggulan kompetitif, peningkatan loyalitas
pelanggan, penarikan bakat, dan hubungan yang lebih baik dengan pemangku kepentingan.
Reputasi organisasi yang kuat dapat membantu organisasi mencapai kesuksesan jangka
panjang dan menjadi pemain yang dihormati dalam industri mereka.
Organizatinal Vision
Visi organisasi adalah gambaran jangka panjang yang diinginkan atau cita-cita yang
dikehendaki oleh suatu organisasi. Visi menggambarkan keadaan ideal atau tujuan yang ingin
dicapai organisasi di masa depan. Ini adalah pandangan yang menginspirasi dan mengarahkan
organisasi dalam mengambil langkah-langkah strategis dan membuat keputusan yang relevan.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dan pentingnya visi organisasi:
1. Inspiratif
Visi organisasi harus menginspirasi dan memotivasi anggota organisasi serta
membangkitkan semangat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ini harus
mencerminkan aspirasi yang tinggi dan menggugah imajinasi.
2. Jangka panjang
Visi organisasi biasanya melihat ke masa depan jangka panjang, mencakup periode
waktu yang lebih luas, seperti 5 hingga 10 tahun ke depan. Ini membantu organisasi
untuk memvisualisasikan keadaan yang diharapkan di masa mendatang dan
mengarahkan upaya mereka dalam mencapai visi tersebut.
3. Berorientasi ke misi
Visi organisasi berhubungan erat dengan misi organisasi. Misi merujuk pada tujuan
utama organisasi dan alasan eksistensinya. Visi merupakan ekspresi dari misi tersebut
dalam bentuk cita-cita yang lebih besar dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai.
4. Mengarahkan pengambilan keputusan
Visi organisasi memberikan panduan dan arahan dalam pengambilan keputusan
strategis. Setiap langkah atau keputusan yang diambil harus sesuai dengan visi
organisasi dan membantu mewujudkannya. Visi membantu menghindari keputusan
yang bersifat jangka pendek dan sejalan dengan tujuan jangka panjang.
5. Mengarahkan identitas dan budaya organisasi
Visi organisasi membentuk identitas dan budaya organisasi. Visi yang kuat dan terkait
erat dengan nilai-nilai inti organisasi membantu menciptakan iklim kerja yang positif,

103
memberikan arah bagi perilaku anggota organisasi, dan memengaruhi cara organisasi
beroperasi.
6. Komunikasi dan pemersatu
Visi organisasi menjadi sarana komunikasi yang penting untuk mengartikulasikan
arah dan tujuan organisasi kepada semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan,
pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat umum. Visi juga menjadi faktor pemersatu
yang menggalang orang-orang di organisasi untuk bekerja bersama-sama untuk
mencapai visi tersebut.
7. Ukuran keberhasilan
Visi organisasi memberikan tolok ukur keberhasilan jangka panjang. Ketika
organisasi berhasil mencapai visi yang ditetapkan, ini menunjukkan pencapaian tujuan
utama organisasi dan memberikan penghargaan serta motivasi untuk terus
berkembang.
Other ways to see the Vision, Mission and Strategy
Visi organisasi merupakan landasan penting dalam membentuk arah strategis dan
menginspirasi organisasi untuk mencapai tujuan jangka panjang. Dengan visi yang jelas dan
kuat, organisasi dapat memotivasi anggota mereka, mengarahkan upaya mereka, dan
menciptakan dampak yang signifikan dalam lingkungan mereka.
Berikut adalah beberapa contoh perusahaan yang memiliki visi organisasi yang kuat:
1. Tesla: "Membuat masa depan mobilitas yang berkelanjutan." Visi Tesla adalah
mengubah industri mobil dengan menghasilkan mobil listrik yang inovatif dan
berkelanjutan. Perusahaan ini berkomitmen untuk mengurangi dampak lingkungan
dan mempercepat transisi ke kendaraan ramah lingkungan.
2. Google: "Menyediakan akses informasi yang universal dan bermanfaat." Google
memiliki visi untuk membuat informasi di seluruh dunia dapat diakses secara mudah
dan bermanfaat bagi semua orang. Misi mereka adalah mengorganisasi informasi
dunia dan membuatnya dapat diakses dan berguna bagi semua orang.
3. Microsoft: "Memberdayakan setiap individu dan organisasi di planet ini untuk
mencapai lebih banyak lagi." Visi Microsoft adalah memberdayakan individu dan
organisasi dengan alat dan teknologi yang inovatif. Perusahaan ini berkomitmen
untuk membantu orang dan organisasi mencapai potensi maksimal mereka melalui
teknologi yang dapat diandalkan dan mudah digunakan.
4. Amazon: "Menjadi perusahaan terdepan di dunia yang berfokus pada pelanggan."
Amazon memiliki visi untuk menjadi perusahaan terdepan yang berfokus pada

104
kepuasan pelanggan. Mereka berusaha untuk memberikan pengalaman belanja online
yang unggul, dengan pilihan produk yang luas, pengiriman cepat, dan layanan
pelanggan yang terbaik.
5. Nike: "Menggerakkan inspirasi dan inovasi atlet di seluruh dunia." Visi Nike adalah
menjadi merek olahraga terkemuka yang menginspirasi dan mendorong atlet di
seluruh dunia. Perusahaan ini berkomitmen untuk memberikan produk dan inovasi
terbaik yang membantu atlet mencapai kinerja terbaik mereka.
Selain pandangan tradisional, ada beberapa cara lain untuk melihat Visi, Misi,
dan Strategi suatu organisasi. Berikut adalah beberapa perspektif alternatif yang dapat
digunakan untuk memahami elemen-elemen ini:
1. Lensa pengguna
Melihat Visi, Misi, dan Strategi dari perspektif pengguna atau pelanggan dapat
membantu organisasi fokus pada memberikan nilai dan pengalaman terbaik kepada
mereka. Ini melibatkan memahami kebutuhan, harapan, dan preferensi pengguna, dan
mengarahkan tujuan dan strategi organisasi untuk memenuhi kebutuhan ini.
2. Lensa karyawan
Perspektif ini menempatkan fokus pada karyawan sebagai elemen kunci dalam
mencapai Visi, Misi, dan Strategi organisasi. Melibatkan keterlibatan karyawan,
pengembangan kompetensi, dan menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan
mendukung dapat membantu organisasi mencapai tujuan strategisnya.
3. Lensa inovasi
Visi, Misi, dan Strategi dapat dilihat sebagai dasar untuk inovasi. Dalam perspektif
ini, organisasi berusaha untuk menciptakan nilai baru, mengembangkan produk atau
layanan inovatif, dan mengadopsi pendekatan yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang terus berubah.
4. Lensa berkelanjutan
Dalam konteks keberlanjutan, Visi, Misi, dan Strategi dapat dipandang sebagai cara
untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang. Organisasi
berusaha untuk mengintegrasikan keberlanjutan dalam semua aspek operasional dan
strategis mereka, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap orang,
planet, dan profit.
5. Lensa komunitas
Perspektif ini menekankan pentingnya keterlibatan dan kontribusi organisasi terhadap
komunitas tempat mereka beroperasi. Visi, Misi, dan Strategi dilihat sebagai alat

105
untuk menciptakan dampak positif dalam masyarakat melalui program sosial,
kegiatan sukarela, dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait.
Melihat Visi, Misi, dan Strategi organisasi melalui berbagai lensa ini membantu
melengkapi pemahaman tentang tujuan dan arah strategis organisasi. Ini memungkinkan
organisasi untuk mempertimbangkan berbagai aspek dan pemangku kepentingan yang
relevan dalam pengembangan dan implementasi strategi mereka.
VISION – Uses of ambition and ambiguity
Visi adalah gambaran ideal dan inspiratif tentang masa depan yang diinginkan oleh
suatu organisasi. Dalam pengembangan visi, terdapat penggunaan ambisi dan ambiguitas
yang dapat memberikan manfaat tertentu. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
penggunaan ambisi dan ambiguitas dalam visi organisasi:
1. Ambisi
Ambisi digunakan dalam visi untuk menggambarkan tujuan yang tinggi dan penuh
tantangan. Visi yang ambisius mendorong organisasi untuk berusaha lebih keras,
menghadapi risiko, dan berinovasi dalam mencapai tujuan mereka. Ambisi yang
tinggi dalam visi juga dapat memotivasi karyawan, menarik perhatian pemangku
kepentingan, dan menciptakan semangat yang kuat dalam organisasi.
Contoh nyata: SpaceX, perusahaan eksplorasi luar angkasa yang didirikan oleh Elon Musk,
memiliki visi yang sangat ambisius: "Misi SpaceX adalah mengkolonisasi Mars." Visi ini
menantang status quo dan menunjukkan ambisi untuk menjelajahi dan mendirikan manusia di
planet lain. Visi yang ambisius ini telah memotivasi tim SpaceX untuk mencapai terobosan
dan membuat progres signifikan dalam eksplorasi luar angkasa.
2. Ambiguitas
Ambiguitas dalam visi mengacu pada penggunaan kata-kata atau frasa yang sengaja
bersifat luas atau terbuka untuk penafsiran yang berbeda. Dengan sengaja
meninggalkan ruang untuk interpretasi, visi dapat memicu kreativitas, inovasi, dan
fleksibilitas dalam mencapai tujuan. Ambiguitas juga dapat membantu organisasi
beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan memungkinkan visi tetap relevan
dalam jangka waktu yang lebih lama.
Contoh nyata: Disney, perusahaan hiburan global, memiliki visi yang ambigu: "Menjadi
perusahaan hiburan terkemuka di dunia." Visi ini memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada Disney untuk berekspansi ke berbagai segmen industri hiburan dan mengadopsi
inovasi yang relevan. Dalam menghadapi perubahan tren dan teknologi, ambiguitas visi
membantu Disney tetap relevan dan adaptif.

106
Visi yang ambisius memberikan tujuan yang menantang, sementara ambiguitas
memungkinkan fleksibilitas dan penyesuaian dengan perubahan lingkungan. Kombinasi
ambisi dan ambiguitas dalam visi dapat menginspirasi organisasi untuk mencapai hasil yang
luar biasa dan mempertahankan relevansi dalam jangka waktu yang panjang.
VISION anchored in Goals and Objectives
VIsi yang tertanam dalam tujuan dan sasaran adalah ketika visi organisasi
dihubungkan langsung dengan tujuan dan sasaran yang spesifik. Visi memberikan gambaran
jangka panjang tentang arah yang ingin dicapai oleh perusahaan, sedangkan tujuan dan
sasaran memberikan panduan konkret tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk
mencapai visi tersebut. Dengan mengaitkan visi dengan tujuan dan sasaran, organisasi dapat
memastikan bahwa setiap tindakan dan keputusan yang diambil selaras dengan visi jangka
panjang perusahaan.
Contoh nyata dari VISION anchored in Goals and Objectives adalah sebagai berikut:
Perusahaan: The Coca-Cola Company Visi: "Menyegarkan dunia. Menciptakan momen
kebahagiaan dan optimisme, serta menginspirasi orang-orang untuk mengambil tindakan
positif." Tujuan dan sasaran:
1. Meningkatkan pangsa pasar global: Coca-Cola menetapkan tujuan untuk
meningkatkan pangsa pasar di seluruh dunia dengan strategi pemasaran yang efektif
dan ekspansi ke pasar baru.
2. Menyediakan produk yang inovatif dan bervariasi: Perusahaan berkomitmen untuk
mengembangkan dan menghadirkan produk minuman baru yang inovatif serta
memperluas portofolio produk untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen
yang terus berubah.
3. Keberlanjutan lingkungan: Coca-Cola menetapkan sasaran untuk mengurangi dampak
lingkungan melalui penggunaan sumber daya yang lebih efisien, pengurangan limbah,
dan program daur ulang yang berkelanjutan.
Tujuan dan sasaran spesifik kemudian dirumuskan untuk mendukung visi tersebut.
Melalui tujuan dan sasaran seperti meningkatkan pangsa pasar global, menyediakan produk
inovatif, dan keberlanjutan lingkungan, Coca-Cola berusaha untuk mencapai visi jangka
panjang mereka dengan langkah-langkah yang konkret dan terukur.
Dengan mengaitkan visi dengan tujuan dan sasaran, Coca-Cola dapat memastikan
bahwa semua upaya dan keputusan yang diambil berkontribusi secara langsung terhadap
pencapaian visi mereka. Ini membantu organisasi tetap fokus, terarah, dan terorganisir dalam
upaya mencapai tujuan jangka panjang mereka.

107
Principles, Ethics, and Corporate Policy
Prinsip, etika, dan kebijakan Perusahaan adalah panduan yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengatur perilaku dan tindakan mereka. Mereka membentuk dasar moral
dan nilai-nilai yang diadopsi oleh perusahaan, serta menjadi landasan untuk mengambil
keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai
Prinsip, Etika, dan Kebijakan Perusahaan:
1. Prinsip perusahaan
Prinsip-prinsip perusahaan adalah panduan tingkat tinggi yang menggambarkan
nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang dipegang oleh perusahaan. Mereka
mencerminkan identitas perusahaan dan memberikan arah moral dalam menjalankan
bisnis. Contoh prinsip perusahaan yang umum meliputi integritas, keadilan,
transparansi, keberlanjutan, dan kepuasan pelanggan. Prinsip-prinsip ini membantu
perusahaan untuk membangun budaya organisasi yang kuat dan menciptakan
kepercayaan dengan pemangku kepentingan.
2. Etika bisnis
Etika bisnis mencakup standar moral dan perilaku yang mengatur cara perusahaan
beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Etika bisnis melibatkan
keputusan yang tepat, kejujuran, tanggung jawab sosial, dan menghormati hak dan
kepentingan semua pemangku kepentingan. Prinsip etika bisnis membantu perusahaan
dalam mempertimbangkan implikasi moral dari tindakan mereka dan bertindak secara
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Kebijakan perusahaan
Kebijakan perusahaan adalah peraturan dan pedoman resmi yang ditetapkan oleh
perusahaan untuk mengarahkan tindakan dan perilaku karyawan. Mereka memberikan
panduan operasional yang jelas dan mengatur berbagai aspek bisnis, termasuk
keuangan, sumber daya manusia, keamanan, lingkungan, dan lain-lain. Kebijakan
perusahaan membantu menciptakan konsistensi, keadilan, dan kepatuhan dalam
organisasi, serta memastikan bahwa tindakan yang diambil sejalan dengan prinsip dan
etika perusahaan.
Prinsip, Etika, dan Kebijakan Perusahaan bekerja secara bersama-sama untuk
membentuk dasar nilai dan perilaku organisasi. Mereka membantu perusahaan dalam
mengambil keputusan yang tepat, menjaga reputasi yang baik, dan memenuhi tanggung
jawab sosial mereka. Dengan mendasarkan tindakan dan kebijakan mereka pada prinsip dan

108
etika yang kuat, perusahaan dapat membangun budaya yang etis dan bertanggung jawab,
serta memperoleh kepercayaan dan dukungan dari pemangku kepentingan mereka.
Prinsip inti (Core Principles) dalam perusahaan adalah seperangkat nilai fundamental
yang menjadi landasan dalam operasional dan pengambilan keputusan perusahaan.
Prinsip-prinsip inti ini mencerminkan identitas, budaya, dan tujuan jangka panjang
perusahaan. Mereka membantu membentuk perilaku, memandu tindakan, dan memastikan
keselarasan di semua tingkatan organisasi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
Core Principles:
1. Integritas
Integritas adalah prinsip inti yang menekankan pentingnya kejujuran, etika, dan
keberanian untuk berpegang pada nilai-nilai yang benar. Perusahaan yang
mendasarkan operasinya pada integritas berkomitmen untuk bertindak dengan jujur,
adil, dan mengikuti standar etika yang tinggi.
2. Keunggulan
Keunggulan adalah prinsip inti yang menekankan keinginan perusahaan untuk
mencapai standar tertinggi dalam segala hal yang mereka lakukan. Perusahaan yang
mengutamakan keunggulan berusaha untuk memberikan kualitas terbaik, layanan
yang unggul, dan mencapai hasil yang luar biasa dalam segala aspek bisnis.
3. Inovasi
Inovasi adalah prinsip inti yang menekankan pentingnya menciptakan ide-ide baru,
metode yang lebih baik, dan solusi kreatif untuk menghadapi tantangan dan
memenuhi kebutuhan pasar. Perusahaan yang mendedikasikan dirinya untuk inovasi
berupaya untuk terus beradaptasi, berubah, dan memimpin dalam industri mereka.
4. Keberlanjutan
Keberlanjutan adalah prinsip inti yang menekankan komitmen perusahaan untuk
bertanggung jawab terhadap lingkungan, masyarakat, dan kesejahteraan generasi
masa depan. Perusahaan yang memprioritaskan keberlanjutan berusaha untuk
mengurangi dampak negatif mereka pada lingkungan, mempromosikan praktik bisnis
yang bertanggung jawab secara sosial, dan berkontribusi pada pembangunan
berkelanjutan.
5. Kolaborasi
Kolaborasi adalah prinsip inti yang menekankan pentingnya kerjasama, tim kerja
yang efektif, dan hubungan yang saling menguntungkan dengan pemangku
kepentingan internal dan eksternal. Perusahaan yang mengutamakan kolaborasi

109
menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, mendukung pertukaran ide dan
pengetahuan, dan mendorong sinergi untuk mencapai tujuan bersama.
Prinsip inti ini membentuk fondasi etis dan moral perusahaan serta membantu
mengarahkan perilaku dan tindakan seluruh anggota organisasi. Menerapkan prinsip inti
secara konsisten membantu perusahaan membangun budaya perusahaan yang kuat,
meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, dan mencapai keberhasilan jangka
panjang.
Nilai-nilai organisasi adalah prinsip-prinsip dan keyakinan yang mendasari budaya
dan perilaku perusahaan. Mereka mencerminkan apa yang dianggap penting dan dijunjung
tinggi oleh perusahaan dan menjadi panduan dalam mengambil keputusan, berinteraksi
dengan pemangku kepentingan, dan menjalankan operasi sehari-hari. Nilai-nilai organisasi
memberikan arah moral dan etis, serta membantu membangun identitas perusahaan. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut mengenai nilai-nilai organisasi:
1. Identitas dan budaya perusahaan
Nilai-nilai organisasi membentuk identitas dan budaya perusahaan. Mereka
menggambarkan karakteristik unik dari perusahaan, seperti kolaborasi, inovasi,
integritas, kepuasan pelanggan, tanggung jawab sosial, atau keadilan. Nilai-nilai ini
membantu membedakan perusahaan dari yang lain dan membentuk pola pikir dan
perilaku karyawan.
2. Panduan pengambilan keputusan
Nilai-nilai organisasi menjadi panduan dalam pengambilan keputusan. Mereka
membantu karyawan dalam mempertimbangkan implikasi moral, etika, dan dampak
jangka panjang dari tindakan mereka. Nilai-nilai yang kuat dan jelas membantu
menciptakan konsistensi dalam pengambilan keputusan dan memastikan bahwa
keputusan yang diambil sejalan dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan.
3. Orientasi pelanggan dan pemangku kepentingan
Nilai-nilai organisasi sering kali menekankan pentingnya orientasi pelanggan dan
kepuasan pemangku kepentingan. Mereka menempatkan kepentingan pelanggan,
karyawan, masyarakat, dan lingkungan sebagai prioritas utama. Dengan memiliki
nilai-nilai ini, perusahaan dapat menciptakan hubungan yang kuat dengan pemangku
kepentingan, memenuhi kebutuhan mereka, dan membangun kepercayaan.
4. Perilaku karyawan dan budaya organisasi
Nilai-nilai organisasi mempengaruhi perilaku karyawan dan membentuk budaya
organisasi. Mereka menjadi pedoman dalam interaksi antar karyawan, kerja tim,

110
komunikasi, etika kerja, dan profesionalisme. Nilai-nilai yang diterapkan secara
konsisten membantu membangun budaya yang positif dan kolaboratif di dalam
perusahaan.
Contoh nilai-nilai organisasi yang umum termasuk integritas, kejujuran, kualitas,
inovasi, keberagaman, pelayanan pelanggan, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial.
Nilai-nilai ini berbeda antara perusahaan-perusahaan dan mencerminkan prioritas dan
identitas unik dari setiap organisasi. Melalui penerapan nilai-nilai organisasi yang kuat dan
terintegrasi dalam seluruh lapisan perusahaan, organisasi dapat membangun budaya yang
konsisten, memotivasi karyawan, menarik bakat yang sesuai, membangun citra positif, dan
mencapai tujuan jangka panjang.

111
Social Responsibility
Tanggung jawab sosial (social responsibility) dalam manajemen strategis merujuk
pada kesadaran dan komitmen suatu organisasi untuk beroperasi dengan mempertimbangkan
dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Ini melibatkan pengakuan
bahwa organisasi memiliki tanggung jawab yang lebih luas selain mencapai tujuan keuangan
dan memenuhi kepentingan pemegang saham. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
mengenai tanggung jawab sosial dalam manajemen strategis:
1. Pemenuhan harapan dan kepentingan pemangku kepentingan
Tanggung jawab sosial melibatkan pemenuhan harapan dan kepentingan berbagai
pemangku kepentingan organisasi, seperti karyawan, pelanggan, masyarakat,
lingkungan, dan pemerintah. Organisasi diharapkan beroperasi secara etis,
menghormati hak asasi manusia, mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan,
memberikan manfaat sosial, dan berkontribusi pada masyarakat secara luas.
2. Keberlanjutan dan dampak lingkungan
Tanggung jawab sosial juga mencakup upaya organisasi untuk mengelola dampaknya
terhadap lingkungan. Ini melibatkan praktik bisnis yang berkelanjutan, pengurangan
emisi gas rumah kaca, efisiensi energi, pengelolaan limbah, perlindungan alam, dan
pelestarian sumber daya alam. Organisasi bertanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan keberlanjutan lingkungan.
3. Filantropi dan kontribusi sosial
Tanggung jawab sosial juga melibatkan kontribusi organisasi dalam mendukung
masyarakat dan kegiatan sosial. Ini dapat mencakup sumbangan dana, program
sukarelawan, pendidikan masyarakat, pembangunan infrastruktur sosial, dukungan
untuk organisasi nirlaba, dan inisiatif lain yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan memperbaiki kondisi sosial.
4. Etika bisnis dan transparansi
Tanggung jawab sosial juga mencakup adopsi praktik bisnis yang etis dan transparan.
Organisasi diharapkan untuk menjalankan bisnis mereka dengan integritas,
menghindari perilaku yang merugikan masyarakat, menghormati hak-hak pekerja, dan
memberikan laporan keuangan dan informasi yang jujur dan akurat.
Melalui tanggung jawab sosial, organisasi mengakui bahwa mereka memiliki peran
dalam menciptakan dampak positif dalam masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Ini juga
membantu perusahaan membangun reputasi yang baik, memperoleh kepercayaan pemangku

112
kepentingan, dan menciptakan nilai jangka panjang. Tanggung jawab sosial bukan hanya
tentang kepatuhan terhadap peraturan dan aturan, tetapi tentang mengintegrasikan nilai-nilai
sosial dalam strategi bisnis dan pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan.
Social Responsibility: Balancing Commitments to Stakeholders
Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban suatu organisasi atau perusahaan
untuk bertindak secara etis dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan
lingkungan di sekitarnya. Konsep ini melibatkan sejauh mana suatu organisasi
mempertimbangkan kepentingan semua pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat
dalam operasinya. Pemangku kepentingan adalah individu atau kelompok yang memiliki
kepentingan atau terpengaruh oleh kegiatan suatu organisasi. Mereka bisa mencakup
karyawan, pelanggan, pemegang saham, komunitas lokal, pemerintah, lingkungan, dan
masyarakat secara luas. Sebagai contoh, pemangku kepentingan internal seperti karyawan
dan pemegang saham berharap organisasi memberikan lingkungan kerja yang adil dan
memberikan keuntungan finansial. Di sisi lain, masyarakat luas mungkin mengharapkan
perusahaan untuk berperan dalam mendukung pengembangan sosial dan lingkungan yang
berkelanjutan. Dalam menjalankan tanggung jawab sosial, organisasi harus menemukan
keseimbangan antara memenuhi kepentingan pemangku kepentingan yang berbeda. Berikut
adalah beberapa prinsip yang dapat membantu dalam mencapai keseimbangan ini:
1. Transparansi dan akuntabilitas
Organisasi harus menjaga komunikasi terbuka dengan semua pemangku kepentingan
dan mempertanggungjawabkan tindakan mereka.
2. Keberlanjutan
Organisasi perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kegiatan mereka
terhadap masyarakat dan lingkungan. Mereka harus berupaya untuk beroperasi
dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.
3. Keadilan
Organisasi harus memperlakukan semua pemangku kepentingan dengan adil dan
menghindari diskriminasi atau eksploitasi.
4. Keterlibatan pemangku kepentingan
Organisasi perlu melibatkan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan
keputusan yang mempengaruhi mereka, mendengarkan pendapat mereka, dan
mempertimbangkan masukan mereka.
5. Kebijakan sosial dan lingkungan

113
Organisasi harus mengadopsi kebijakan dan praktik yang mempromosikan
kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan.
6. Kemitraan dan kolaborasi
Organisasi dapat mencapai lebih banyak dampak positif dengan bekerja sama dengan
pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya.
7. Pemenuhan tanggung jawab hukum
Organisasi harus mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku serta menjalankan
kegiatan bisnis mereka secara etis.
Tujuan utama tanggung jawab sosial adalah untuk mencapai keberlanjutan jangka
panjang dalam operasi bisnis dengan mempertimbangkan kepentingan semua pemangku
kepentingan yang terlibat. Dalam menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan dapat
meningkatkan citra merek, mengurangi risiko reputasi, meningkatkan kepuasan karyawan
dan pelanggan, dan secara keseluruhan memberikan kontribusi yang lebih positif kepada
masyarakat dan lingkungan.
Responsibility Toward the Environment
Tanggung jawab terhadap lingkungan merujuk pada kewajiban individu, organisasi,
dan masyarakat secara luas untuk menjaga dan melindungi lingkungan alam. Dalam konteks
tanggung jawab sosial, ini mencakup upaya untuk mengurangi dampak negatif kegiatan
manusia terhadap lingkungan dan mempromosikan praktik yang berkelanjutan untuk
keberlanjutan ekologis. Tanggung jawab terhadap lingkungan melibatkan berbagai aspek dan
tindakan yang dapat diambil oleh individu, perusahaan, dan pemerintah. Beberapa poin
penting dalam tanggung jawab terhadap lingkungan meliputi:
1. Konservasi sumber daya
Tanggung jawab terhadap lingkungan melibatkan penggunaan sumber daya alam yang
bertanggung jawab. Ini mencakup pengelolaan air, energi, dan bahan-bahan dengan
bijak untuk menghindari pemborosan dan meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan.
2. Pengurangan emisi dan polusi
Tanggung jawab terhadap lingkungan melibatkan upaya untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca, polusi udara, dan pencemaran lingkungan lainnya yang dihasilkan oleh
kegiatan manusia. Ini melibatkan penggunaan teknologi bersih, praktik produksi yang
ramah lingkungan, dan investasi dalam energi terbarukan.
3. Pengelolaan limbah

114
Organisasi dan individu memiliki tanggung jawab untuk mengelola limbah mereka
dengan cara yang aman dan bertanggung jawab. Ini termasuk pengelolaan limbah
padat, limbah cair, dan limbah berbahaya untuk mencegah kerusakan ekosistem dan
kesehatan manusia.
4. Konservasi biodiversitas
Tanggung jawab terhadap lingkungan juga mencakup perlindungan dan konservasi
keanekaragaman hayati. Hal ini melibatkan upaya untuk menjaga spesies dan
ekosistem yang rentan, mencegah kerusakan habitat alami, dan mempromosikan
praktik pertanian dan perikanan yang berkelanjutan.
5. Edukasi dan kesadaran
Tanggung jawab terhadap lingkungan juga melibatkan upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang isu lingkungan. Ini meliputi
pendidikan tentang pentingnya keberlanjutan, pengelolaan lingkungan yang baik, dan
mengadopsi perilaku yang ramah lingkungan.
6. Keterlibatan dan advokasi
Tanggung jawab terhadap lingkungan juga mencakup keterlibatan aktif dalam
advokasi dan kebijakan yang mendukung perlindungan lingkungan. Ini melibatkan
partisipasi dalam gerakan lingkungan, mendukung upaya legislasi yang
pro-lingkungan, dan mendorong inisiatif berkelanjutan dalam komunitas dan sektor
bisnis.
Responsibility Toward Customers
Tanggung jawab terhadap pelanggan merujuk pada kewajiban perusahaan atau
organisasi untuk memenuhi kebutuhan, kepuasan, dan keamanan pelanggan. Ini melibatkan
berbagai aspek dalam memberikan produk atau layanan yang berkualitas, adil, aman, dan
bermanfaat bagi pelanggan. Berikut adalah beberapa poin penting dalam tanggung jawab
terhadap pelanggan:
1. Kualitas produk atau layanan
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menyediakan produk atau layanan yang
berkualitas kepada pelanggan. Ini termasuk memastikan bahwa produk atau layanan
yang ditawarkan memenuhi standar yang ditetapkan, berfungsi sebagaimana
mestinya, dan memberikan nilai yang dijanjikan.
2. Kepuasan pelanggan
Tanggung jawab terhadap pelanggan mencakup upaya untuk memahami kebutuhan,
preferensi, dan harapan pelanggan. Perusahaan harus berupaya untuk memberikan

115
pengalaman pelanggan yang positif, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan
memperbaiki layanan berdasarkan umpan balik pelanggan.
3. Komunikasi dan transparansi
Penting bagi perusahaan untuk menjaga komunikasi terbuka dan transparan dengan
pelanggan. Ini mencakup menyediakan informasi yang jelas tentang produk atau
layanan, harga, kebijakan pengembalian barang, dan hak-hak pelanggan lainnya.
Komunikasi yang efektif membantu membangun kepercayaan dan memperkuat
hubungan dengan pelanggan.
4. Privasi dan keamanan data
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melindungi privasi dan keamanan data
pelanggan. Ini mencakup menjaga kerahasiaan informasi pribadi pelanggan,
mengadopsi langkah-langkah keamanan yang tepat, dan mematuhi peraturan
perlindungan data yang berlaku.
5. Etika pemasaran
Tanggung jawab terhadap pelanggan juga melibatkan penerapan praktik pemasaran
yang etis. Perusahaan harus menghindari praktik yang menyesatkan, manipulatif, atau
melanggar kode etik dalam upaya pemasaran. Mereka harus memberikan informasi
yang jujur ​dan akurat tentang produk atau layanan yang ditawarkan.
6. Penanganan keluhan dan masukan pelanggan
Perusahaan harus memiliki mekanisme yang efektif untuk menangani keluhan
pelanggan dan merespons masukan mereka. Mereka harus memperlakukan pelanggan
dengan hormat, memberikan penyelesaian yang memadai, dan menggunakan masukan
pelanggan untuk meningkatkan produk, layanan, atau proses bisnis.
Tanggung jawab terhadap pelanggan adalah bagian integral dari hubungan bisnis yang
sehat dan berkelanjutan. Dengan memenuhi kebutuhan dan memperlakukan pelanggan
dengan adil, perusahaan dapat membangun kepercayaan dan loyalitas pelanggan,
menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi, dan memperoleh keuntungan jangka panjang.
Responsibility Toward Employees
Tanggung jawab terhadap karyawan merujuk pada kewajiban perusahaan atau
organisasi untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan karyawan mereka. Ini mencakup
aspek-aspek seperti keadilan, keselamatan, kesehatan, pembangunan karyawan, dan
keseimbangan kehidupan kerja. Dengan memenuhi tanggung jawab terhadap karyawan,
perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif, membangun motivasi dan
loyalitas karyawan, meningkatkan produktivitas, dan memperoleh reputasi sebagai tempat

116
kerja yang baik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa poin penting dalam tanggung
jawab terhadap karyawan:
1. Keselamatan dan kesehatan
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan sehat bagi karyawan mereka. Ini melibatkan pengenalan langkah-langkah
keselamatan kerja, pengendalian risiko, pelatihan yang tepat, dan pemenuhan
persyaratan hukum terkait keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Keadilan dan kesetaraan
Tanggung jawab terhadap karyawan mencakup perlakuan yang adil dan setara
terhadap semua karyawan, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, gender, agama, usia,
atau faktor lainnya. Perusahaan harus mengadopsi kebijakan dan praktik yang
mempromosikan keragaman, inklusi, dan kesetaraan kesempatan.
3. Kompensasi dan manfaat
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk memberikan kompensasi yang adil dan
komprehensif kepada karyawan sebagai imbalan atas kontribusi mereka. Selain gaji,
ini mencakup manfaat seperti asuransi kesehatan, tunjangan pensiun, cuti yang adil,
dan fasilitas lainnya yang mendukung kesejahteraan karyawan.
4. Pengembangan karyawan
Tanggung jawab terhadap karyawan mencakup memberikan kesempatan dan
dukungan untuk pengembangan keterampilan dan karier karyawan. Ini melibatkan
penyediaan pelatihan, pendidikan lanjutan, mentoring, dan promosi berdasarkan
prestasi dan potensi.
5. Keseimbangan kehidupan kerja
Perusahaan harus memperhatikan keseimbangan antara kehidupan kerja dan
kehidupan pribadi karyawan. Ini mencakup memberikan fleksibilitas waktu kerja,
program cuti yang memadai, dukungan untuk kesejahteraan mental, dan promosi pola
kerja yang sehat dan berkelanjutan.
6. Komunikasi dan keterlibatan
Perusahaan harus menjaga komunikasi yang terbuka dan efektif dengan karyawan
mereka. Ini mencakup memberikan saluran komunikasi yang efisien, mendengarkan
masukan dan ide karyawan, dan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan
yang mempengaruhi pekerjaan mereka.
7. Etika dan integritas

117
Tanggung jawab terhadap karyawan juga mencakup mempromosikan etika dan
integritas dalam lingkungan kerja. Perusahaan harus menjunjung tinggi nilai-nilai
seperti kejujuran, integritas, penghindaran konflik kepentingan, dan perlakuan yang
baik terhadap karyawan.
Responsibility Toward Investors
Kewajiban perusahaan atau organisasi untuk menjaga kepentingan dan memberikan
perlindungan kepada para investor atau pemegang saham mereka. Ini mencakup aspek-aspek
seperti transparansi, akuntabilitas, pengelolaan keuangan yang baik, dan pengungkapan
informasi yang relevan.
Berikut adalah beberapa poin penting dalam tanggung jawab terhadap investor:
1. Transparansi dan akuntabilitas
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi yang akurat, tepat
waktu, dan terpercaya kepada para investor. Ini mencakup laporan keuangan yang
terperinci, informasi tentang kinerja perusahaan, dan risiko yang relevan.
Transparansi yang baik memungkinkan investor untuk membuat keputusan investasi
yang informasi yang tepat.
2. Perlindungan kepentingan
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melindungi kepentingan para investor
atau pemegang saham mereka. Ini melibatkan menjalankan operasi bisnis dengan
integritas, menghindari konflik kepentingan yang merugikan investor, dan mematuhi
hukum dan peraturan yang berlaku dalam pasar modal.
3. Kinerja dan pengelolaan keuangan
Perusahaan harus menjalankan bisnis dengan kinerja keuangan yang baik dan
pengelolaan yang efisien. Ini mencakup memastikan pertumbuhan yang
berkelanjutan, pengelolaan risiko yang baik, dan penggunaan dana investor dengan
bijaksana.
4. Pengungkapan informasi yang relevan
Perusahaan harus memberikan pengungkapan informasi yang relevan kepada para
investor. Ini mencakup pengungkapan tentang proyeksi keuangan, strategi bisnis,
risiko yang mungkin dihadapi, dan perubahan signifikan dalam kondisi operasional
atau keuangan perusahaan.
5. Manajemen Hubungan dengan Investor: Perusahaan harus menjaga hubungan yang
baik dengan para investor atau pemegang saham. Ini melibatkan menjawab
pertanyaan dan kekhawatiran investor dengan cepat, menyelenggarakan pertemuan

118
pemegang saham, dan memberikan kesempatan bagi investor untuk berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan penting.
6. Dividen dan pengembalian modal
Perusahaan harus mempertimbangkan kepentingan investor dalam hal pembagian
dividen dan pengembalian modal. Keputusan mengenai pembayaran dividen dan
penggunaan laba harus didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan dan kebutuhan
investasi jangka panjang.
7. Pengelolaan konflik kepentingan
Perusahaan harus menghindari konflik kepentingan yang merugikan investor. Ini
termasuk pengungkapan dan penanganan konflik kepentingan dengan integritas,
termasuk dalam hal transaksi dengan pihak yang terkait.
Dengan memenuhi tanggung jawab terhadap investor, perusahaan dapat membangun
kepercayaan dan keyakinan investor, menjaga likuiditas dan harga saham yang stabil, serta
menarik investasi yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
Level of Social Responsibility
Terdapat beberapa tingkatan atau level tanggung jawab sosial yang dapat diterapkan
oleh perusahaan. Berikut adalah beberapa tingkatan yang umum:
1. Level dasar
Pada tingkatan dasar, perusahaan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Mereka menjaga kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, ketenagakerjaan, dan
konsumen. Tujuan utama mereka adalah memenuhi persyaratan hukum dan
beroperasi secara legal.
2. Level responsif
Pada tingkatan responsif, perusahaan merespons tuntutan dan kekhawatiran sosial
yang muncul dari pemangku kepentingan mereka. Mereka mungkin merespons
tekanan masyarakat atau kelompok advokasi dengan mengadopsi kebijakan atau
praktik baru yang lebih berkelanjutan atau sosial.
3. Level berwawasan sosial
Pada tingkatan berwawasan sosial, perusahaan secara aktif mencari cara untuk
membuat perubahan positif dalam masyarakat. Mereka mengidentifikasi isu-isu sosial
yang relevan dengan bisnis mereka dan berusaha berkontribusi pada solusi. Ini
mungkin melibatkan keterlibatan dalam kegiatan amal, sumbangan, atau kemitraan
dengan organisasi non-profit.
4. Level strategis

119
Pada tingkatan strategis, tanggung jawab sosial diintegrasikan secara menyeluruh ke
dalam strategi bisnis perusahaan. Perusahaan mengakui bahwa aspek sosial dan
lingkungan dapat memiliki dampak yang signifikan pada keberhasilan jangka panjang
mereka. Oleh karena itu, mereka mengambil tindakan strategis untuk
mengintegrasikan praktik bisnis yang berkelanjutan, mengelola risiko sosial, dan
menciptakan nilai jangka panjang bagi pemangku kepentingan.
5. Level transformasional
Pada tingkatan transformasional, perusahaan mengadopsi peran yang proaktif dalam
mengubah sistem sosial dan lingkungan yang ada. Mereka berupaya untuk
menciptakan perubahan yang berkelanjutan dengan memimpin inovasi sosial,
mempromosikan keadilan sosial, dan mempengaruhi kebijakan publik. Perusahaan
pada level ini berusaha menjadi agen perubahan sosial yang positif.
Penting untuk dicatat bahwa tingkatan tanggung jawab sosial ini tidak bersifat linier
atau eksklusif. Sebuah perusahaan dapat mengadopsi beberapa tingkatan secara bersamaan,
dan tingkatan tanggung jawab sosial yang diadopsi dapat berkembang seiring waktu sejalan
dengan perubahan lingkungan bisnis dan tuntutan masyarakat.
Enterprise Strategy
Enterprise strategy (strategi perusahaan) adalah rencana jangka panjang yang dibuat
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan utama mereka dan mengarahkan semua kegiatan
bisnis dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi. Strategi perusahaan melibatkan
pengambilan keputusan yang strategis tentang bagaimana perusahaan akan beroperasi,
berinovasi, bersaing, dan mencapai keunggulan kompetitif di pasar.Strategi perusahaan
berfungsi sebagai panduan yang mengarahkan seluruh organisasi dan menjadi dasar bagi
pengambilan keputusan dalam perusahaan. Ini membantu perusahaan menghadapi tantangan
pasar, beradaptasi dengan perubahan, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan
jangka panjang. Strategi perusahaan biasanya mencakup beberapa elemen kunci, termasuk:
1. Visi dan misi
Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh perusahaan, sedangkan misi
adalah tujuan inti perusahaan dan alasan eksistensinya. Visi dan misi membantu
memberikan arahan dan fokus pada strategi perusahaan.
2. Analisis lingkungan
Perusahaan melakukan analisis menyeluruh terhadap lingkungan eksternal dan
internal untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi operasinya. Ini

120
melibatkan evaluasi pasar, pesaing, tren industri, dan faktor-faktor politik, ekonomi,
sosial, teknologi, dan lingkungan (PESTEL).
3. Penetapan tujuan
Berdasarkan analisis lingkungan, perusahaan menetapkan tujuan jangka panjang dan
jangka pendek yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berkelanjutan.
Tujuan ini membantu mengukur keberhasilan implementasi strategi perusahaan.
4. Pemilihan strategi
Perusahaan memilih pendekatan strategis yang akan mereka ambil untuk mencapai
tujuan mereka. Ini melibatkan identifikasi sumber daya unik perusahaan, keunggulan
kompetitif, segmen pasar yang akan ditargetkan, dan model bisnis yang akan
diadopsi.
5. Pengembangan rencana tindakan
Strategi perusahaan didukung oleh rencana tindakan yang terperinci. Rencana ini
mencakup langkah-langkah konkret yang harus diambil untuk menerapkan strategi
perusahaan, termasuk alokasi sumber daya, pengembangan produk, ekspansi pasar,
pengelolaan risiko, dan taktik pemasaran.
6. Monitor dan evaluasi
Strategi perusahaan harus terus dipantau, dievaluasi, dan disesuaikan sesuai dengan
perkembangan pasar dan lingkungan bisnis. Perusahaan harus mengukur kinerja
mereka terhadap tujuan yang ditetapkan dan mengambil tindakan korektif jika
diperlukan.
Ethical Frames of Reference
Ethical frames of reference adalah pendekatan atau kerangka etika yang digunakan
dalam teori ekonomi, teori hukum, teori utilitarian, dan teori universalis. Ini merujuk pada
pandangan atau prinsip-prinsip yang mendasari pengambilan keputusan etis dalam konteks
tersebut. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap kerangka etika tersebut:
1. Economic Theory (Teori Ekonomi): Dalam teori ekonomi, kerangka etika yang
dominan adalah berdasarkan prinsip-prinsip rasionalitas ekonomi dan keuntungan
individu. Pendekatan ini menekankan pada perlunya mengoptimalkan manfaat
ekonomi dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan efisiensi dan
kepentingan pribadi. Prinsip-prinsip ekonomi seperti maksimalisasi keuntungan dan
pemenuhan kepentingan individu menjadi fokus utama.
2. Legal Theory (Teori Hukum): Dalam teori hukum, kerangka etika didasarkan pada
peraturan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah. Pendekatan ini menekankan pada

121
kewajiban hukum dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Pemikiran etis
berpusat pada pemenuhan kewajiban hukum, penghormatan terhadap hak-hak
individu, dan keadilan dalam sistem hukum yang ditetapkan.
3. Utilitarian Theory (Teori Utilitarian): Dalam teori utilitarian, kerangka etika
didasarkan pada prinsip utilitarianisme, yang menekankan pada maksimalisasi
kebahagiaan atau utilitas bagi sebanyak mungkin orang. Pendekatan ini melibatkan
perhitungan konsekuensi dan dampak tindakan etis terhadap kesejahteraan sosial
secara keseluruhan. Keputusan yang dianggap etis adalah yang menghasilkan dampak
yang paling positif bagi jumlah orang yang paling besar.
4. Universalist Theory (Teori Universalis): Dalam teori universalis, kerangka etika
didasarkan pada prinsip-prinsip universal yang berlaku bagi semua individu.
Pendekatan ini menekankan pada prinsip-prinsip etis yang berlaku secara universal,
seperti keadilan, kebebasan, martabat manusia, dan penghargaan terhadap hak asasi
manusia. Pemikiran etis dalam kerangka universalis berfokus pada prinsip-prinsip
yang bersifat objektif dan dapat diterapkan secara umum, terlepas dari kepentingan
individual atau keadaan spesifik.
Penting untuk dicatat bahwa setiap kerangka etika ini memiliki perspektif yang berbeda
dalam memandang tindakan etis. Masing-masing kerangka etika ini memberikan landasan
teoretis yang berbeda dalam pengambilan keputusan etis dan dapat membentuk pendekatan
yang berbeda dalam konteks yang berbeda pula.
Ethical Considerations
Ethical Frames of Reference adalah konsep yang digunakan untuk memahami
pendekatan etika dalam teori ekonomi, teori hukum, teori utilitarian, dan teori universalis.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing teori dalam bahasa Indonesia:
1. Teori Ekonomi
Kerangka Etika Acuan dalam teori ekonomi menekankan pada prinsip-prinsip
efisiensi ekonomi dan kebebasan individual. Dalam konteks ini, tindakan etis sering
dilihat dari sudut pandang ekonomi, di mana keputusan yang diambil harus
mengoptimalkan keuntungan ekonomi dan efisiensi alokasi sumber daya. Fokus
utama adalah mencapai hasil ekonomi yang maksimal tanpa mempertimbangkan
konsekuensi etis yang lebih luas.
2. Teori Hukum
Kerangka Etika Acuan dalam teori hukum berfokus pada pematuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku. Etika dalam konteks ini didasarkan pada kepatuhan

122
terhadap norma hukum yang ditetapkan oleh pemerintah atau otoritas hukum yang
berwenang. Pandangan ini menekankan pentingnya mengikuti hukum dan peraturan
untuk menjaga ketertiban sosial dan memberikan kerangka kerja yang jelas dalam
berinteraksi dalam masyarakat.
3. Teori Utilitarian
Kerangka Etika Acuan dalam teori utilitarian mengedepankan prinsip utilitas, yaitu
mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan yang maksimal bagi sebanyak mungkin
orang. Dalam konteks ini, tindakan etis dinilai berdasarkan dampaknya terhadap
kebahagiaan umum atau utilitas sosial. Prinsip utilitarian berpendapat bahwa tindakan
etis adalah yang menghasilkan konsekuensi yang paling menguntungkan secara
keseluruhan bagi banyak orang, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan
individu tertentu.
4. Teori Universalis
Kerangka Etika Acuan dalam teori universalis, juga dikenal sebagai pendekatan
deontologis, didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang universal dan tetap.
Pendekatan ini menekankan pada nilai-nilai etis yang mendasar, seperti keadilan,
kebenaran, dan menghormati martabat manusia. Dalam pandangan ini, tindakan etis
harus sesuai dengan prinsip-prinsip moral universal tanpa mempertimbangkan
konsekuensi atau keuntungan yang mungkin dihasilkan.
Penting untuk dicatat bahwa setiap kerangka etika memiliki pendekatan dan
penekanan yang berbeda dalam memahami tindakan etis. Perbedaan ini mencerminkan
kerangka kerja yang berbeda dalam memandang etika dan dapat berdampak pada bagaimana
tindakan dan kebijakan diinterpretasikan dan dinilai secara moral.

Codes of Ethics
Kode etik dalam konteks industri pariwisata merupakan dokumen yang menyusun
prinsip-prinsip dan nilai-nilai etis yang harus diikuti oleh semua individu yang terlibat dalam
industri pariwisata. Kode etik ini berfungsi sebagai panduan bagi karyawan, manajemen, dan
pemangku kepentingan lainnya dalam mengambil keputusan dan bertindak dengan integritas
dalam lingkungan bisnis pariwisata.
Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dicakup dalam Codes of Ethics dalam industri
pariwisata:
1. Kejujuran dan integritas

123
Kode etik harus menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam semua
interaksi bisnis. Hal ini mencakup berkomitmen untuk tidak melakukan penipuan,
korupsi, atau perilaku tidak etis lainnya. Selain itu, karyawan harus diharapkan untuk
bertindak dengan integritas dalam menjaga kerahasiaan informasi sensitif dan
menghindari konflik kepentingan.
2. Pelayanan pelanggan
Kode etik harus menekankan pentingnya memberikan pelayanan pelanggan yang
berkualitas dan profesional. Hal ini meliputi komitmen untuk menghormati hak-hak
dan kebutuhan pelanggan, memberikan informasi yang akurat, dan menangani
keluhan pelanggan dengan adil dan tepat waktu.
3. Keanekaragaman dan budaya
Kode etik harus mempromosikan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan
menghindari diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, atau latar belakang lainnya.
Industri pariwisata sering melibatkan interaksi dengan wisatawan dari berbagai
budaya, oleh karena itu penting untuk menghormati kebiasaan, tradisi, dan
norma-norma budaya mereka.
4. Keberlanjutan lingkungan
Kode etik harus mencakup komitmen terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini meliputi pengelolaan sumber daya
alam yang bijaksana, pengurangan limbah dan emisi, dan perlindungan terhadap
ekosistem yang rentan.
5. Keterlibatan masyarakat
Kode etik harus mendorong keterlibatan positif dengan masyarakat lokal. Perusahaan
harus berkomitmen untuk bekerja sama dengan masyarakat setempat,
mempromosikan partisipasi mereka, dan memberikan manfaat ekonomi yang adil
kepada komunitas yang mereka kunjungi atau operasikan.
6. Transparansi dan akuntabilitas
Kode etik harus mengadvokasi transparansi dalam laporan keuangan, pengelolaan
konflik kepentingan, dan pengambilan keputusan bisnis. Perusahaan harus
bertanggung jawab atas tindakan mereka dan siap untuk dipertanggungjawabkan atas
konsekuensi dari keputusan mereka.
7. Kepatuhan hukum
Kode etik harus menekankan pentingnya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku dalam industri pariwisata. Perusahaan harus menjalankan operasinya

124
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dalam hal perizinan, perlindungan
konsumen, ketenagakerjaan, dan lingkungan.
Kode etik dalam industri pariwisata bertujuan untuk memastikan praktik bisnis yang
etis, menciptakan pengalaman positif bagi wisatawan, dan mempromosikan keberlanjutan
dan keadilan dalam industri ini. Selain itu, implementasi dan pemantauan kepatuhan terhadap
kode etik ini perlu didukung dengan program pelatihan dan sanksi yang sesuai untuk
memastikan keberhasilan dan efektivitasnya.

125

Anda mungkin juga menyukai