Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau biasa dikenal dengan penyakit darah tinggi didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah

di atas normal, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Pada

umumnya, tekanan darah sistolik yang nilainya di atas 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik di atas 90 mmHg sudah dianggap merupakan garis batas

hipertensi (Juniadi, 2017).

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Jumlah

penderita hipertensi terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut WHO

prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total populasi di dunia. Pada

tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang menderita hipertensi, dan

diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya di dunia. Hanya seperlima penderita hipertensi yang melakukan

pencegahan dan pengendalian terhadap hipertensi yang diderita (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Indonesia termasuk wilayah Asia Tenggara yang kejadian hipertensinya

tergolong tinggi (Cahyani, 2019). Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2018 mengatakan bahwa angka prevalensi hipertensi pada penduduk ≥18

tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 39,1%. Jumlah kasus

1
hipertensi di Indonesia sebanyak 63.309,620 sedangkan angka kematian akibat

hipertensi di Indonesia sebanyak 427.218 jiwa (Riskesdas, 2018).

Prevalensi hipertensi pada penduduk ≥18 tahun di provinsi Riau sebesar

29,14% pada tahun 2021. Dari 37 Provinsi, Provinsi Riau menempati posisi ke

11 dengan penyakit hipertensi dan hipertensi termasuk dalam 10 jenis penyakit

terbesar nomor 3 dengan jumlah 198.543 (17,8%) penderita pada tahun 2022

(Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2022). Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kabupaten Kampar, data hipertensi tahun 2022 yaitu 61.541 dari jumlah

penduduk di Kabupaten Kampar.

Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang menderita hipertensi

yaitu usia, jenis kelamin, keturunan, kebiasaan merokok, obesitas, konsumsi

alkohol, komsumsi garam yang berlebihan dan stres, serta keseimbangan

hormonal pada seseorang (Tim Bumi, 2017). Gejala hipertensi dapat berupa sakit

kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada

berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing. Sedangkan

komplikasi yang dapat terjadi yaitu serangan jantung, stroke, gagal ginjal,

kerugian penglihatan, disfungsi seksual dan lain sebagainya (Khotimah, 2018).

Penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan berbagai cara antara lain cara

pengobatan modern dan tradisional / alternatif. Salah satu pegobatan hipertensi

secara tradisional yaitu dengan rebusan daun salam (Haryono, 2018). Daun salam

(Syzgiompolyanthum) merupakan salah satu jenis terapi untuk menangani

penyakit hipertensi, daun salam mudah didapatkan dan harganya pun murah.

32
daun salam ternyata banyak khasiatnya salah satunya sebagai obat hipertensi .

Pemberian rebusan daun salam dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena

daun salam mengandung senyawa flavonoid yang berpengaruh sebagai

fasodilator pembuluh darah (Nisa, 2015) .

Daun salam juga mengandung zat tannin, minyak atsiri , sintral, egeunol,

tannin flavonoid, dan metal kavikol . Ekstrak etanol yang dikandung daun salam

berfungsi sebagai zat anti jamur dan anti bakteri sedangkan zat metanolnya

berkhasiat sebagai anti cacing, dan mengandung vitamin A,B-6,B9 dan C . Daun

salam sanggup menekan kadar gula darah yang tinggi dan juga terbukti untuk

menurunkan tekanan darah dan kolestrol dalam darah (Dariani, 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Rhamadan, 2022)

mengemukakan bahwa mengkonsumsi rebusan daun salam sebanyak 2 kali

sehari selama 1 minggu berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi dengan hasil didapatkan systolik sebelum diberikan

intervensi berjumlah 161 mmHg sedangkan setelah pemberian intervensi

mengalami penurunan menjadi 121,00 mmHg.

Ny. N mengalami hipertensi selama 10 tahun. Pasien mengatakan tidak ada

pantangan selama ini dalam segi makanan. Ny. N berobat ke puskesmas jika

pusing dan sakit kepala saya tidak rutin memeriksakan kesehatannya

dipuskesmas. Ny. N tidak mengetahui secara detail manfaat daun salam untuk

menurunkan tekanan darah.

33
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian

terkait pengaruh Pemberian Rebusan Daun Salam Pada Penderita Hipertensi

dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. N dengan Pemberian Rebusan

Daun Salam Pada Penderita Hipertensi di Desa Simpang Kubu Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Air Tiris Tahun 2023”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga

Ny. N dengan Pemberian Rebusan Daun Salam Pada Penderita Hipertensi di

Desa Simpang Kubu Wilayah Kerja UPT Puskesmas Air Tiris?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum penelitian

Untuk memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. N dengan

Pemberian Rebusan Daun Salam Pada Penderita Hipertensi di Desa

Simpang Kubu Wilayah Kerja UPT Puskesmas Air Tiris Tahun 2023.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga Ny. N

dengan masalah utama hipertensi.

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga Ny. N dengan

masalah utama hipertensi

34
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada keluarga Ny. N

dengan masalah utama hipertensi

d. Mampu melakukan implementasi pada keluarga Ny. N dengan masalah

utama hipertensi

e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada keluarga Ny. N

dengan masalah utama hipertensi

f. Mampu melakukan inovasi keperawatan yaitu sebelum dan sesudah

pemberian daun salam pada keluarga Ny. N dengan masalah hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

pengetahuan baru bagi perawat dan mahasiswa/i keperawatan dalam

meningkatkan ilmu keperawatan sebagai sumber referensi dan bacaan

terkait penerapan pemberian rebusan daun salam sebagai salah satu

tindakan mandiri yang dapat dilakukan untuk penurunan tekanan darah.

2. Aspek Praktis

Penelitian dari penurunan tekanan darah ini diharapkan dapat menjadi

acuan tindakan keperawatan yang digunakan sebagai terapi alternatif untuk

penurunan tekanan darah, khususnya pada pasien hipertensi.

35
1.5 Keaslian Penulisan

Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini mengacu pada penelitian

yang telah dilakukan oleh

1. Annisa Rahmalia dengan judul Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam

(Syzygiumpolyanthum) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Desa Kuok Wilayah Kerja Upt Blud Puskesmas Kuok (2021).

2. Susi Wahyuning Asih dengan judul Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wisma Seruni

UPT Pslu Jember (2018).

3. Arifal Aris dengan judul Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Salam

(Syzygium Polyanthum) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi di Desa

Plosowahyu Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan (2018)

4. Andoko dengan judul Efektifitas Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi (2016).

5. Susana Nurtanti dengan judul Efektivitas Rebusan Daun Salam Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi (2022).

6. Ria Ika Melda dengan judul Family Nursing Care In Hypertension Disease

With Nursing Problems Knowledge Deficit With Hypertension Health

Education Actions (2021).

36
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis dan Diskusi Hasil

Pembahasan dalam bab V membahas dan membandingkan terkait hasil

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan intervensi dan evaluasi dengan teori atau

evidence based sebelumnya. Pada asuhan keperawatan Ny. N dengan pemberian

air rebusan daun salam pada pederita hipertensi di Desa Simpang Kubu telah

dilakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang dimulai dari:

1. Tahap Pengkajian

Berdasarkan dari pengkajian pada tanggal 29 Mei 2023 Ny. N

mengatakan pusing, nyeri pada pundak, nyeri dirasakan seperti ada yang

menekan, skala nyeri 5 (0-10) dan nyeri dating tidak menentu. Berdasarkan

data objektif Ny. N pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah,

182/106 mmHg, nadi 85 x/i pernafasan 24x/i dan suhu 37,0ºC. berdasarkan

hasil wawancara bersama keluarga pada tanggal 29 Mei 2023 keluarga

mengatakan tidak mengetahui penyebab hipertensi yang dirasakan klien dank

lien tidak melakukan pemeriksaan secara rutin.

37
26

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan maka diagnosa

keperawatan yang muncul adalah nyeri kronis berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan

penyakit hipertensi. Menurut Andoko (2016) nyeri akut adalah rasa

sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan.

Penentan diagnosa keperawatan ini muncul karena hasil pengkajian

ditemukan tanda dan gejala nyeri ditandai dengan keluhan nyeri pada

pundak dengan TD 182/106 mmHg, nadi 85 x/i pernafasan 24x/i dan suhu

37,0ºC.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. N untuk

mengatasi maslaah hipertensi memiliki kesamaan menurut Annisa

Rahmalia (2021) yaitu klien menrasa nyeri ditekuk. Terapi yang diberikan

untuk menurunkan tekanan darah yaitu pemberian air rebusan daun salam

yang dapat melancarkan peredaran darah dan merangsang saraf sehingga

menyebabkan perubahan tekanan darah.

Penelitian lain dilakukan Asih (2018) dalam memberikan air

rebusan daun salam sebagai intervensi keperawatan secara mandiri dapat

direncanakan untuk menurunkan tekanan darah klien dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami hipertensi.


27

4. Implementasi

Terapi hari pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei 2023

berdasarkan data objektif sebelum dilakukan pemberian air rebusan daun

salam dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil tekanan darah, 182/106

mmHg, nadi 85 x/i pernafasan 24x/i dan suhu 37,0ºC. peneliti memberikan

air rebusan daun salam sebagai alternative secara onfarmakologi dan

keluarga menyetujuinya. Peneliti menjelaskan prosedur pemberiannya

kepada Ny. N.

Terapi hari kedua yang dilakukan pada taggal 30 Mei 2023 klien

merebus dan meminum air rebusan daun salam dibantu keluarga.

Berdasarkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri pundak mulai

berkurang dan merasa rileks. Peneliti menganjurkan keluarga memantau

klien dalam proses perebusan dan pembagian dalam meminum air rebusan

daun salam agar klien dapat melakukannya secara mandiri dan tetap

memerikasan tekanan darahya ke pelayanan kesehatan terdekat serta

minum obat sesuai anjuran dokter.

Terapi hari ketiga pada tanggal 31 Mei 2023 klien sudah meminum

air rebusan daun salam secara mandiri dan diminum sebanyak 2 kali sehari

yaitu pagi dan siang hari. Berdasarkan hasil subjektif klien mengatakan

nyeri dipundak berkurang, klien merasa nyaman dan lebih rileks.

Berdasarkan data objektif peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah

dengan hasil 167/103 mmHg. Keluarga tetap memantau klien untuk tetap

mengontrol tekanan darah klien dengan melakukan terapi secara mandiri


28

dan tetap memeriksakan tekanan darahnya kepelayanan kesehatan serta

meminum obat yang dianjurkan oleh dokter.

Menurut Asih (2018) dengan judul Pengaruh Rebusan Daun Salam

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di

Wisma Seruni UPT PSLU Jember. Responden diberi air rebusan daun

salam sebanyak 1 gelas, dua kali sehari selama 2 minggu. Tekanan darah

responden diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Analisis

statistik menunjukkan uji t test untuk tekanan darah sistolik adalah 0,000

dan 0,087 untuk tekanan darah diastolik. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa air rebusan daun salam berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah sistolik dan tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah

diastolik lansia dengan hipertensi. Oleh karenanya, daun salam dapat

digunakan sebagai salah satu terapi herbal untuk menurunkan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi.

5. Evaluasi

Evaluasi hari pertama pada tanggal 30 Mei 2023 pada pasien Ny. N

peneliti memberikan air rebusan daun salam sebanyak 100 ml diberikan 2

kali sehari yaitu pagi dan siang hari. Peneliti melakukan pengecekan TD

dan terjadi penurunan TD dari 182/106 mmHg menurun menjadi 178/105

mmHg.

Evaluasi hari kedua pada tanggal 31 Mei 2023 pada pasien Ny. N jam

09.00 wib TD pasien 178/105 mmHg. Selanjutnya memberikan air

rebusan daun salam sebanyak 100 ml diberikan 2 kali sehari pagi dan
29

siang hari. Tekanan darah pasien menurun dari 170/100 mmHg menjadi

167/103 mmHg.

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 1 Juni 2023 pada Ny. N pasien

mengatakan pasien sudah mulai nyaman. Pada jam 09.00 wib tekanan

darah pasien TD 167/103 mmHg. Selanjutnya memberikan air rebusan

daun salam sebanyak 100 ml diberikan 2 kali sehari pagi dan siang hari.

Setelah diberikan air rebusan daun salam sebanyak 3 kali sehari tekanan

darah pada pasien menurun menjadi 157/100 mmHg.

Hasil evaluasi pada Ny. N setelah diberikan pemberian air rebusan daun

salam selama 3 hari berturut-turut adalah pasien mengatakan setelah

dilakukan implementasi pemberian air rebusan daun salam pasien

mengalami penurunan tekanan darah dari hari pertama 178/105 mmHg

hari kedua 167/103 mmHg dan hari ketiga 157/100 mmHg.

Berdasarkan teori Asih (2018) pemberian air rebusan daun salam

diberikan sebanyak 100 ml dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan siang

hari. Pemberian rebusan daun salam efektif untuk menurunkan tekanan

darah. Terjadi penurunan tekanan darah dari 182/110 mmHg menjadi

154/98 mmHg.

Berdasarkan teori lain dari (Nadia, 2016) pemberian air rebusan daun

salam hanya diberikan sebanyak 50 ml tetapi diberikan 3 kali sehari yaitu

pagi, siang dan malam hari terjadi penurunan tekanan darah dari 175/107

mmHg menjadi 160/100 mmHg.


30

Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan durasi selama diberikan

air rebusan daun salam dan sama-sama menurunkan tekanan darah pada

klien dan dapat menurunkan rasa nyeri pada klien.

5.2 Keterbatasan Pelaksanaan

Asuhan keperawatan yang peneliti lakukan cukup sulit karena keterbatasan

waktu dalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan pada pagi hari dan

siang hari hari berturut-turut.

Anda mungkin juga menyukai