Anda di halaman 1dari 25

ETIK KEPERAWATAN SERTA TEORI UTILITARISME DAN TEORI

DEONTOLOGI

DISUSUN OLEH:

PUTRI AFRIYANI

(NIM:13404322107)

AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH


Kata pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “ ETIK
KEPERAWATAN SERTA TEORI UTILITARISME DAN TEORI DEONTOLOGI ” dapat
diselesaikan. terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kemajuan selanjutnya. Penulis menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

PENULIS
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN.
A. PENGERTIAN
B. tujuan dan fungsi
C. teori etika nilai dan moral
D. Teori utilitarianimisme dan deontology
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTARPUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Undang - Undang Nomor 38 tentang Keperawatan dalam


melaksankan tugasnya perawat berkewajiban memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar profesi dan
standar prosedur operasional dan dalam memberikan informasi yang
lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah dimengerti mengenai
tindakan keperawatan kepada pasien ataupun keluarga sesuai
dengan batas kewenangannya. Rumah Sakit dituntut senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, yang nantinya dapat
menjadi ciri khas dan pendongkrak daya saing rumah sakit. Perawat
yang merupakan tenaga kesehatan yang selalu berhadapan langsung
dengan pasien, sehingga dalam pelaksanaannya memberikan
pelayanan berupa asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa
menjunjung tinggi kode etik keperawatan dan menerapkan prinsip
etik keperawatan. Kode etik sekaligus mencegah kesalahpahaman
dan konfik karena merupakan kristalisasi prilaku yang dianggap
benar menurut pendapat umum dan berdasarkan pertimbangan
kepentingan profesi, karena kode etik berisi prinsip-prinsip etik yang
dianut oleh profesi tertentU.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kode etik keperawatan?
2. Apa fungsi kode etik keperawatan ?
3. Apa isi kode etik keperawatan?
4. Pendapat teori utilitarianimisme dan deontology?

C .TUJUAN

dengan menerapkan prinsip etik dalam pelaksanaan asuhan


keperawatan. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan sumber daya manusianya yaitu perawat dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan menjadi acuan dalam
membuat kebijakan dan Standar Prosedur operasional (SPO) yang
berkaitan dengan penerapan prinsip etik keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN

Etika keperawatan adalah pedoman bagi perawat di dalam


memberikan asuhan keperawatan agar segala tindakan yang
diambilnya tetap memperhatikan kebaikan klien. Etika
keperawatan mengandung unsur-unsur pengorbanan, dedikasi,
pengabdian, dan hubungan antara perawat dengan klien, dokter,
sejawat perawat, diri sendiri, keluarga klien, dan pengunjung. Aspek
etika keperawatan merupakan hal penting bagi perawat di
pelayanan. Banyaknya kasus pelanggaran etik yang terjadi di
Indonesia seperti bayi melepuh karena ditinggal perawat, salah
suntik, pasien jatuh, pembiaran pasien sehinga terlambat
mendapatkan penanganan merupakan hal-hal yang masih saja
terjadi dalam perawatan pasien. Hal tersebut bisa saja terjadi
karena perawat kurang memperhatikan prinsip etika dalam asuhan
keperawatan. Penelitian oleh Haddad dan Eiger (2018)
menunjukkan banyaknya keluhan pasien karena ketidak pedulian
perawat.

B. TUJUAN DAN FUNGSI

Secara umum, dapat dikatakan bahwa setiap


profesi menempatkan ahli yang bersangkutan dalam suatu
keadaan yang istimewa, baik karena kekuasaan yang luar biasa yang
dipercayakan kepadanya (seperti dalam hal, hakim, notaris, jaksa,
dan dokter) maupun karena nasib dari orang yang berkepentingan
dipercaya kepadanya. Oleh karena itu, tiap-tiap pelaksana profesi
harus benar-benar memahami tujuan kode etik profesi, kemudian
melaksanakannya. Adapun tujuan dari kode etik profesi, sebagai
berikut:
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Meningkatkan mutu profesi
5. Meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin
8. Menentukan baku standar nya sendiri
Kode etik profesi telah menentukan standadrisasi kewajiban
profesional anggota kelompok profesi. Dengan demi kian,
pemerintah atau masyarakat tida perlu lagi campur tangan untuk
menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi
melaksanakan kewajiban profesionalnya. Hubungan antara
pengemban profesi dan masyarakat, misalnya antara pengacara dan
klien, antara dosen dan mahasiswa, antara dokter dan pasien, tidak
perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah,
atau oleh masyara kat karena kelompok profesi telah menetapkan
secara tertulis norma atau patokan tertentu berupa kode etik
profesi.

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah
dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih
efektif lagi apabila norma perilaku tersebut dirumuskan sedemikian
baiknya, sehingga memuaskan pi hak-pihak yang berkepentingan.
Kode etik profesimerupa kepentingan negara secara umum juga
dapat dijaga.

C.TEORI ETIKA,NILAI DAN MORAL

ETIKA
MenurutBertens K. (2000), etikaberasaldari kata ethos yang
pada bentuktunggalberartikebiasaan, adatistiadat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, dan caraberpikir, sedangkandalambentukjamak (ta
etha) berartiadatkebiasaan: dengan kata lain
etikadiartikansebagaiilmutentangapa yang
biasadilakukanatauilmutentangadatkebiasaan. Elika juga
diartikansebagaisuatustudifilosofi yang memeriksanilai, kegiatan,
sertapilihanbenaratau salah.
Teorietikadigunakanuntukmelengkapiprinsip-
prinsipsertaukuranuntukdilemaetik:
teorietikamengandungdasarkepercayaantentang moral benarata
salah sertaalasan-alasanuntukmenjagakepercayaan yang
telahdisepakatitersebutFilosofietikaadalahrefleksianalisis dan
evaluasidarikebaikan dan keburukandaritingkahmanusia

Potter dan Perry (1997)


menyatakanbahwaetikamerupakanterminologidenganberbagaimakn
a, etikaberhubungandenganbagaimanaseseorangharusbertindak dan
bagaimanamerekamelakukanhubungandengan orang lain. Etika
tidakhanyamenggambarkansesuatu,
tetapilebihkepadaperhatiandenganpenetapannormaataustandarkehi
dupanseseorang dan yang seharusnyadilakukan. Etika
adalahkarakteristikpenting yang
dipertimbangkandariprofesisejalandenganadanyastandarprofesional
yang didirikan, dijaga, diperbaiki, dan
dipercayauntukdipertanggungjawabkankepadamasyarakatpengguna.
Menurut DuBois dan Miley (2005), dalam Suharto E. (2008),
etikabersifateksplisit dan konkret, oleh karenaitubanyakahli yang
mengatakanbahwaetikaadalahnilai yang sudahterjawantahkan (value
in action). Sebagaicontohnya, jikakeadilansosial (sosial justice)
adalahsebuahnilai, makamenentangketidakadilansosial (sosial
injustice) adalahsebuahetika.
DefinisietikamenurutDarr K. (1997) sangat bervariasi,
ahlifilosofimenerjemahkanetikasebagaisuatustudi formal tentang
moral. Ahli sosiologimemandangetikasebagaladatistiadat, kebiasaan,
dan budayadalamberperilakuetik yang selalumerujuk pada standar
moral, terutama yang berkaitandengankelompokprofesi-
sepertidokter dan perawat. Bagiseorangdokter,
etikaadalahmemenuhiharapanprofesi dan
masyarakatsertadapatmelakukankegiatan yang
spesifikterhadapkliennya.
Manajerpelayanankesehatanmengartikanetikasebagaipertimbangani
mbalan dan tanggungjawabterhadapklien, organisasi, stal, dirisendiri,
profesi, sertamasyarakat. Bagiperawat,
etikaadalatyperaturanataunorma yang
dapatdigunakansebagaiacuanperilakuseseorang,
berkaitandengantindalian yang baik dan buruk, dan
dilakukangunamemenuhikewajibansertatanggungjawab moral.

Menurut Kozier, dkk, dalamSumijatum (2009), moral


miripdenganetika, moral akanselaludikaitkandenganstandar personal
individudalampenerapantingkahlako, karakter, dan sikap. Sensitivitas
moral adalahsensitivitaskepadahal-hal yang lebih detail darisituasi
yang ada yang seringmenimbulkanpertanyaanseperti "Apa yang
benar dan baik? Apa yang tepat dan adil?
Apakahmerekamengharapkanharkutmanusiasecara individual?
Apakeuntungan dan kerugian pada situasiini?".
Dengandemikianetikselalumerujuk pada standar moral, terutama
yang berkaitandengankelompoksepertidokter dan perawat.
MenurutBertens K, moral berasaldaribahasa Latin "mos" yang
dalambentukjamakmenjadi "mores" yang berartikebiasaan dan
adatistiadat.
Filosofietikaadalahrefleksianalisis dan evaluasidarikebaikan dan
keburukandaritingkahlakumanusia. Etiksendiridiartikansebagaifilosofi
moral, yaituilmu yang menilaimengenaisuatuhubungan yang
berartiuntuksuatutujuanmanusia: haliniakanmelibatkankonflik,
pilihan, dan suarahati. Saatadakonflik, terdapatpilihan di
antaraalternatif-alternatifkonflik yang adapilihantersebutdipengaruhi
oleh nilai-nilai. dan nilai-nilaitersebutdipelajarisertadimodifikasi oleh
sebuahasosiasi.

Etika
KeperawatanDalamliteraturkeperawatandikatakanbahwaetikadimun
culkansebagaimoralitas, pengakuankewenangan, kepatuhan pada
peraturan, etikasosial, loyal pada rekankerja, sertabertanggungjawab
dan mempunyaisifatkemanusiaan. Untukmenjadiseorangprofesional
yang
mampuberpartisipasisecaraaktifdalamdimensietikpraktikkeperawata
n, perawatharussecaraterus-
menerusmengembangkansuatuperasaan yang kuattentangidentitas
moral mereka, mencaridukungandarisumberprofesional yang ada,
sertamengembangkankemampuandalambidangetik.

NILAI
Poerwadarmintamengartikannilaisebagaisifat-sifat (hal) yang
pentingataubergunabagikemanusiaan, contohnyaadalahnilai-nilai
agama-yang perludiindahkan. MenurutseorangfilsufJerman-Amerika,
Hans Jonas, nilaiadalahsesuatu yang ditujukandenganjawaban "ya"
Nilai selalumempunyaikonotasipositif dan sebaliknyasesuatu yang
sifatnyanegatifharusdihindarkan.

Menurut Iskandar J. (1992), Nilai-nilai dan orientasinilaimengacu


pada konsepsitentanghal-halataukarakteristikmanusia yang
dikehendaki dan terpuji. Nilai dan
orientasinilaimenampilkangambarantentang dunia yang seharusnya
dan dijadikanpedoman (cara) orang-orang
untukmelakukantindakansecara normal. Nilai mengacu pada sikap
yang berkaitandengantujuan yang diinginkan dan keadaanakhir yang
ingindicapai, yaituuntukmemenuhikebutuhan-
kebutuhandasarmanusiasecara ideal
sertamemberikankeuntunganlainnyabagi orang secara individual
maupunBeberapanilai yang dianggappentingantara lain: (1)
kelangsunganhidupindividu dan kolektif. kelompok; (2)
pengalamandiri; (3) keamanan; (4) identitas (jatidiri); (5)
kebersamaan; (6) penghargaan dan penghormatandiri (6)
kemampuan-kemampuandiri (7) hal-hal yang bersifatpribadi; (8)
prestasi; serta (9) perwujudandiri.

Beberapacontohtentangnilai yang disampaikan oleh Iskandar J.


(1992) adalah: (1) nilai yang berkaitandenganhargadiri orang
menunjukkankebutuhanakanhargadiri; (2)
nilaikeunikanindividumenunjukkankebutuhanakanidentitasdiri; (3)
nilaistandarkehidupan dan
jaminanpenghasilanmenunjukkankebutuhanakanhidup: (4)
nilaikeberhasilanmenunjukkan pada hal-halpribadi orang; dan (5)
nilaiempatimenunjukkankebutuhanuntukmencintai dan
kebersamaan.
Menurut Kozier B., dkk (1997), nilaiadalahkebebasanpilihan dan
kepercayaanatauperilaku yang sangat berhargabagiseseorang, objek,
ide, ataukegiatan. Nilai didapatdaribudayaseseorang, adatistiadat,
agama, tradisi, dan juga kelompokscumatsertakeluarga. Nilai
akanmendasariperilaku, jikaseseorangtelahmenyadarinilai-nilai yang
dianut, makasecarakonsistenakantercermin pada polaperilakunya-
karena orang tersebuttelahmempunyaikontrol internal. Etika
adalahilmupengetahuan yang terkaitdengannilai-nilai moral;
sedangkannilaiadalahkeyakinanpribaditentangkebenaran dan
manfaatdaripemikiran, objek, atauperilaku; jadinilai sangat
eratkaitannyadenganetik (Kode Etik Perawat Indonesia, 2003).

Dorothy Lee, dalam Iskandar J. (1992)


menyatakanbahwahampirseluruhmasyarakatberpendapatbahwaapa
yang dianggapbaikdipertahankansebagaisesuatu yang bersifatsosial
dan individual, sertadapatdikembangkan dan
ditingkatkanmelaluihubungan, partisipasi, dan pertukaransosial. Nilai
yang dianggap sangat pentingdalampenerapanhidupsehari-
hariadalahbagaimanamenyatakancintasertabagaimanacaramenghor
mati orang lain.

Manusiamengembangkanseperangkatnilai-
nilaiatauorientasinilaidengantujuanuntukmengatasimasalah-
masalahkehidupan yang umum dan terjadi. Pola
pemecahanmasalahinimenjadiciridarisuatukebudayaan yang dianut
oleh masyarakatterkait. Florence Kluckhohn dalam Iskandar J. (1992)
mengidentifikasisejumlahorientasinilai yang terkaitdenganmasalah-
masalahkehidupandasar, antara lain: (1)
manusiaberhubungandenganalamataulingkunganfisik (dalam arti
mendominasi, hidupdengan, atauditaklukkanalam); (2)
manusiamenilaisifat/hakikatmanusiadenganbaik, buruk,
ataucampurankeduanya: (3) manusiahendaknyabercerminkepada
masa lalu, masa kini, dan masa yang akandatang: (4)
manusialebihmenyukaiaktivitas yang sedang, akan,
atautelahdilakukan; dan (5) manusiamenilaihubungannyadengan
orang lain dalamkedudukan yang langsung, individualistik, atauposisi
yang sejajar. Orientasinilaitersebut sangat
berbedaantaraberbagaikebudayaan dan
subbudayadalammasyarakat.

Menurut Potter dan Perry (1997), nilaiadalahkeyakinan personal


mengenaihargaatassuatu ide, tingkahlaku, dan kebiasaanobjek yang
menyusunsuatustandar dan memengaruhitingkahlaku. Nilai
adalahkeyakinan yang mendasariseseoranguntukmelakukantindakan
dan
tindakanitukemudianmenjadisuatustandaruntuktindakanselanjutnya,
pengembangan dan pertahanansikapterhadapobjek-objek yang
terkait, penilaian moral pada dirisendiri dan orang lain,
sertapembandingdiridengan orang lain.
Apabilaseseorangmemilikinilaitertentu, maka orang
tersebutsecarapribadiakandipilih, ditafsirkan, dibenarkan, dan
diutamakanlebihtinggidari yang lain.
Penilaianmemilikikomponenkognitif, selektif, afektif, dan tindakan.
Kapasitas dan keunikanmanusiaterhadappengalamannilai yang
memuaskanakanmembawamanusiamemperolehkekuatan vital
untukkemudianmengulangikembalinilai-nilai yang
memuaskantersebut, sertamemperluasjarak dan
kualitaspemuasannilai yang dicapaimelaluipenemuan-
penemuanbaru, cara-carahidup, dan tingkahlaku yang kreatif.

Menurut Pumphrey, dalam Iskandar J.


(1992),nilaimempunyaitingkatansebagaiberikut:
(1) nilai-nilaiakhiratauabstraksepertidemokrasi, keadilan, persamaan,
kebebasan, kedamaian dan kemajuansosial, perwujudandiri, dan
penentuansendiri,

(2) nilai-
nilaitingkatmenengahsepertikualitaskeberfungsianmanusia/pribadi,
keluarga yang baik, pertumbuhan, sertapeningkatankelompok dan
masyarakat yang baik; dan

(3) nilai-nilaitingkatketigamerupakannilai-
nilaiinstrumenalatauoperasional yang mengacukepadaciri-
ciriperilakudarilembagasosial yang baik, pemerintahan yang baik,
dan seorangprofesional yang baik, misalnya: dapatdipercaya, jujur,
dan memilikidisiplindiri. Dapatdiasumsikanbahwahubungan-
hubungan yang konsistenakanselaluada di antaratingkatanjenis-
jenisnilaitersebut, yang menerima dan memengaruhisecara optimal.

Perawat juga telahmenetapkannilai dan


harusmengembangkankesadarantentangsistemnilai yang
merekaanut,
selanjutnyadiharapkandapatmemengaruhiasuhankeperawatan yang
akandiberikan pada klien, sebagaicontohnyaadalahperawat yang
meyakinibahwamelibatkankeluargadalam proses
perawatanakanmendapatkanhasil yang
lebihbaikjikadibandingkandengantidakadanyaketerlibatankeluarga.
Menurut Potter dan Perry (1997),
nilaidapatdipelajarimelaluiobservasi, pertimbangan, dan
pengalaman.
Seorangperawatakanmengobservasitingkahlakudalamlingkungantert
entu dan mencatatrespons yang dihasilkan. Tingkahlaku yang
berhasilatauproduktifkemudianakandiadopsisebagaipanduan. Nilai
yang dipegang oleh suatukelompokprofesionalkemungkinan juga
terbentukmelaluipemahaman, observasi, dan pengalaman.

MenurutSutrisno, M. (2004),
nilaidimaksudkanuntukmengartikansecaraumumsemua yang
menjadiobjekpenghargaanataupunsebagaisesuatu yang pada
dirinyasendirilayakuntukdihormati dan dikagumi. Secara garis
besaradadua arti nilai, yaitu: (1) arti objektif,
yaitunilaiberartisifatkhas dan watakkhususdarisuatuhal, benda,
atauapasaja yang membuathaltersebutlebihataukuranglayak,
dihargai, dinilai, dan dimuliakan; dan (2) arti subjektif,
yaitucirikhassesuatu yang membuatnyalebihataukurangdihargai oleh
subjekatausekelompok orang (yang sedangmenilaihaltersebut).
J.D. Finance, seorangfilsufPerancis, dalamSutrisno, M. (2004)
menyatakanbahwanilai-nilaidibagiberdasarkanaspek spiritual
manusia.

MORAL
Etikselalumerujuk pada standar moral, terutama yang
terkaitdengankelompokprofesisepertidokter dan perawat.
Sebagaiprofesi yang bergerakdalampelayanankesehatan.
perawatseringdihadapkan pada berbagaipengambilankeputusanetik,
oleh
karenaituperawatharusdapatmemahamicarapengambilankeputusan
yang baik.
Pengambilankeputusanetikdalamkeperawatanmemerlukankeahliand
alambeberapakomponen, yang antara lain adalahhubunganmanusia
yang baik, etika, dan situasikontekstual.

Menurut Mahon (1990), dalamSumijatun (2009),


menyatakanbahwaperawatmempunyaikesempatan yang
lebihbesardalamberhubungandenganklien dan
keluarganyajikadibandingkandenganprofesikesehatanlainnya,
sehinggaperawatmenyadaribahwaklien dan keluarganya sangat
membutuhkanakseskhususterutama yang
terkaitdenganmasalahinformasi.
Perawatharusmengembangkanketerampilanpentinguntukmelaksana
kanperan dan fungsinyasebagaiperantara moral dan
sebagaipartisipandalampembuatankeputusan yang
terkaitdenganetik. Secarahistoris, perawatmempunyaipandangan
pada pembuatankeputusanetiksebagaitanggungjawabprofesi. Hal
initerkaitdenganmoralitas, di mana orang memilikipilihan dan
harusbertanggungjawab pada tindakanmereka.
Moralitasberhubungandenganapa yang benar dan salah
dalamsikap dan munculdarihati yang memperlihatkanpentingnyanilai
dan norma.

NORMA
MenurutSarwono S.W. (2002), orang maumenolong orang lain
karenadiharuskan oleh norma-normamasyarakat. Ada
tigamacamnormasosial yang
biasanyadijadikanpedomanuntukberperilakumenolong, yaitu:

(1) Norma timbal balik (reciprocity norm);


(2) Normatanggungjawabsosial (social responsibility norm); dan
(3) Normakeseimbangan (harmonic norm)
(4) Norma Timbal Balik (reciprocity norm)

PendapatGouldner (1960), dalamSarwono S.W (2002), pada


dasarnyamanusiamempunyaiprinsipbahwapertolonganharusdibalasd
enganpertolongan, artinyaiaakanmendapatkanpertolongandari
orang lain jikaiapernahmenolong orang. Norma
inibiasanyaberlakubagisekelompok orang yang setaraatausekelas, di
mana kemampuanmereka pada umumnyaseimbang.
Dalamhubungannyadenganmasyarakat yang
kemampuannyalebihrendahseperti pada anak-anak, kaum miskin,
orang sakit, orang cacat, dan orang yang mengalamikecelakaan, yang
berlakuadalahnormatanggungjawabsosial.

Assegaf M.A.T (2009) menyatakanbahwa Islam


mengajarkanpemberianbantuanmateri pada masyarakat yang
membutuhkan, oleh karenaitudisampingmengeluarkan zakat,
masyarakatdiharapkan juga
mengeluarkaninfaksebagaitambahanuntukmeringankanpenderitaan
fakir miskin. Artinya orang yang
sedangsakitdianjurkanuntukbersedekah agar Allah
meringankanpenderitaannya. Hal tersebutsesuaidengannorma
timbal balikyaknisuatukeyakinanbahwa orang yang
sedangsakitmempunyaiharapan agar segerasembuhkarenaditolong
oleh Allah dengancaramemberimaterike orang lain. Pandangan Islam
terhadapsakitsangatlahberbedadenganpolapikir Barat
Sakitadalahkarunia Allah Swt. untuk orang-orang yang dicintai-Nya,
sakit yang disikapidengan rasa ikhlasakanmenggugurkandosa-
dosaseorang hamba dan memilikipahala yang besardihadapan Allah
Swt.

Norma Tanggung Jawab Sosial (sosial responsibility norm)


Berkowitz (1972) dan Schwartz (1975)
menyatakanbahwamanusiawajibmenolong orang lain
tanpamengharapkanbalasanapapun di masa depan. Oleh karenaitu
orang maumenolong orang butamenyeberangjalan,
mengambilkanbarang yang jatuhdari orang berkursiroda,
sertamenjawabdenganbenar pada orang yang menanyakanjalan.
Orang akanmemprioritaskanmenolong pada individu yang paling
memerlukanpertolongandari pada individu yang lain,
dengandemikianpenetapanprioritaspertolongan sangat bergantung
pada persepsi orang yang menolongdalammenentukanatribusi.
Dalampemberianatribusieksternal, misalnyakesusahan orang lain
sepertikemiskinankarenacacatataupenderitaankarenabencanaalamat
ausakitkarenakecelakaan,
biasanyamasyarakatakanlebihcepatberesponsuntukmembantunyadi
bandingkandengan orang yang mempunyaiatribusi internal
sepertikemiskinankarena malas bekerja,
menderitakarenakecerobohannyasendiri,
sertasakitkarenatidakpernahmenjagakesehatannya (Sarwono .S.W,
2002).

H.R. Muslim dan Ahmad, dalamAsegaf M.A.T (2009),


menyatakanbahwa Allah akanmemberikanbalasan yang besarbagi
orang yang maumenjenguk orang
sakitsebabdapatmemberikansemangat pada orang yang
ditengoknya. Hal ituterkaitdengankewajiban orang yang
menengokuntukdapatmenghibur agar tidakmerasasedih dan
berusahamengobatidirinyasendiri. Selainitu juga
perluadanyadukungansertamengingatkanmengenaitigahalpenting
yang harusdiingatolehi orang yang sedangsakityaitusabar, ikhlas, dan
syukur agar Allah memudahkankesembuhannya.

Norma Keseimbangan (harmonic norm)


MenurutSarwono S.W (2002) normainiberlaku di dunia Timur,
intinyaadalahseluruhalamsemestaharusdalamkeadaanseimbang,
serasi, dan selaras.
Manusiaharusmembantuuntukmempertahankankeseimbanganterse
but, antara lain dalambentukperilakumenolong.

Dalampandangan Tao di Cinamisalnya, normatertinggiadalahapa


yang disebut great intelligence,
yaitukemampuanuntukmenetapkansesuatutanpapenilaianatautanpa
prasangka. Menurutpenelitian, keluarga-keluarga di Hong Kong yang
menerapkannormakeseimbanganternyatalebihbanyakmempunyaian
ak-anak yang altruis (Ma & Leung, 1995)
Dalampandangan Islam tentangkeseimbangandalamkesehatan,
dinyatakanbahwakeseimbangantubuhterganggu oleh
beberapaperkara; yang antara lain adalahtidakmenerapkancara dan
keseimbanganmakan-minum yang baik,
gangguangeraktubuhsepertiadanyapergerakanototmaupuntulang
yang pasifatauaktif, gerak dan
diamnyaemosiyaknibergolaknyaemosiataumatinyaemosiseseorang
yang dalam dunia kesehatandisebutafekdatar-
pengaruhudarasepertikelembapansuhu, kecepatan, dan
kebersihanudara. Salah satupenyebabsakit yang
seringterjadiadalahgangguankeseimbanganunsur-unsurtanah, api,
air, dan udaradalamtubuh.
Gangguankeseimbanganinimenyebabkanberbagaifaktorkekebalanma
upunpertahanantubuhmenurun, oleh
karenaitumanusiaperlumenjagakeseimbangan agar
dayatahantubuhtetapterjaga. Seluruhgangguankeseimbangan sangat
dipengaruhi oleh
tidaktertatanyahatisertapolapikirsehinggamenatahatiadalahobat
yang sangat pentingbagikesehatansecaraumum (Assegaf M.A.T,
2009).

D. TEORI UTILITARISME DAN DEONTOLOGI BERDASARKAN 3 PAKAR


AHLI DAN 3 BUKU

PENGERTIAN DASAR TEORI


 Utilitarianisme : Secara bahasa latin utilitis memiliki arti
bermanfaat. Secara teori berarti sesuatu yang baik jika
membawa manfaat bagi banyak orang secara keseluruhan
seperti masyarakat luas.
 Deontologi : Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
deon yang memiliki arti kewajiban. Dalam teori ini, perbuatan
menjadi baik tidak dilihat dari hasilnya melainkan karena
perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menjadikan
perbuatan ikut baik karena tujuannya yag baik. Tujuan yang
baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak
boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang
dihasilkan itu baik.

Virtue (Teori Keutamaan) : Keutamaan bisa didefinisikan sebagai


disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
seseorang untuk bertingkah laku baik secara moral.

 TEORI ULILITARIANIMISE DAN DEONLOTOLOGI MENURUT


JEREMY BETHAM
Secara garis besar, sistem etika terbagi menjadi dua yaitu teologis dan
deontologi. Dalam sistem teologis, baik tidakntya suatu perbuatan
diukur berdasarkan konsekuensi, karena itu sistem ini disebut juga
sebagai konsekuensialisme yang salah satu aliranya utilitarianisme.
Dalam utiliatarianisme, tujuan perbuatan adalah memaksimalkan
kegunaan dan kebahagiaan untuk sebanyak mungkin orang. Sementara
itu deontologi adalah sistem etika yang tidak mengukur baik buruknya
suatu perbuatan berdasarkan hasilnya, melainkan semata-mata
berdasarkan maksud si pelaku dalam melakukan perbuatan tersebut.
Sistem ini tidak memfokuskan kepada tujuan perbuatan melaikan
semata-mata wajib tidaknya perbuatan tersebut dilakukan.
 TEORI ULILITARIANIMISE DAN DEONLOTOLOGI MENURUT
JHON RAWLES
John Rawls seorang liberal-sosialis, di satu sisi ia mementingkan
terjaminnya kesetaraan, kebebasan, dan hak individu dalam kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik, namun di sisi lain ia memperhatikan
kesejahteraan kelompok masyarakat yang paling tidak beruntung dan
menganjurkan untuk menyelamatkan orang-orang tidak beruntung
untuk mendekat pada kesejahteraan, pendapatan dan otoritas. Dengan
demikian , bisa dimengerti mengapa John Rawls memiliki dua prinsip
besar mengenai keadilan.5 Prinsip pertama adalah The Greatest Equal
Principle, prinsip persamaan hak. Prinsip yang kedua adalah The
Different Principle, yang lanjutannya adalah The Principle of Equaliy of
Opportunity.

 TEORI ULILITARIANIMISE DAN DEONLOTOLOGI


MENURUT MURTHADA MUTHAHARI
Murtadha Muthahhari mengemukakan bahwa konsep
adil dikenal dalam empat hal; pertama, adil bermakna
keseimbangan, dalam arti suatu masyarakat yang ingin tetap bertahan
dan mapan maka keadaan masyarakat tersebut harus berada dalam
keadaan seimbang. Dimana segala sesuatu yang ada didalamnya harus
eksis dengan kadar semestinya dan bukan dengan kadar yang sama.

 TEORI ULILITARIANIMISE DAN DEONLOTOLOGI MENURUT


BUKU “ETIKA BISNIS”
Etika utilitarianisme berasal dari bahasa Latin, utilitas yang berarti
kegunaan. Paham ini menilai baik atau tidaknya sesuatu ditinjau dari segi
kegunaan yang didatangkannya. Dikembangkan oleh Jeremy Bentham
dan John Stuart Mill pada abad ke 19 sebagai kritik atas dominasi hukum
alam. Teori ini juga disebut sebagai teori 21 kebahagiaan terbesar (the
greatest happines theory) dan teori teleologis. Konsep dasar teori ini
adalah suatu perbuatan yang secara moral adalah benar, jika: 1.
Membuat hal yang terbaik untuk banyak orang. 2. Mampu memberi
manfaat bagi setiap orang. 3. Mendapatkan manfaat terbaik dari
manfaat-manfaat dari kemungkinan yang dipertimbangkaN.

 TEORI ULILITARIANIMISE DAN DEONLOTOLOGI MENURUT


BUKU “ETIKA BISNIS DAN PROFESI”
Utilitarianisme : Secara bahasa latin utilitis memiliki arti bermanfaat.
Secara teori berarti sesuatu yang baik jika membawa manfaat bagi
banyak orang secara keseluruhan seperti masyarakat luas.
Deontologi : Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang
memiliki arti kewajiban. Dalam teori ini, perbuatan menjadi baik tidak
dilihat dari hasilnya melainkan karena
perbuatan tersebut wajib dilakukan.
Deontologi menjadikan perbuatan ikut baik
karena tujuannya yag baik. Tujuan yang baik
tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini
kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan
jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik.

 TEORI ULILITARIANIMISE DAN DEONLOTOLOGI MENURUT


BUKU “ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUN KESEHATAN”
Utilitarianisme adalah teori etika normatif yang menentukan bahwa kebaikan
adalah tindakan yang memaksimalkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi
semua individu terdampak.
mendefinisikan utilitas sebagai "karakter dalam objek apa pun yang
menghasilkan manfaat, keuntungan, kesenangan, kebaikan, atau kebahagiaan
untuk mencegah terjadinya kerusakan, rasa sakit, kejahatan, atau
ketidakbahagiaan kepada pihak yang dipertimbangkan
kepentingannya.”

Etika deontologis atau deontologi adalah pandangan etika


normatif yang menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan
kepatuhan pada peraturan.Etika ini kadang-kadang disebut etika
berbasis "kewajiban" atau "obligasi" karena peraturan
memberikan kewajiban kepada seseorang. Etika deontologis biasanya
dianggap sebagai lawan dari konsekuensialisme, etika pragmatis, dan etika
kebajikan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanngung jawab dan


bertanggunggugat atas pelayanan/asuhan keperawatan yang
diberikan.oleh sebab itu pemberian pelayan/asuhan keperawatan
harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika
keperawatan.standar asuhan keperawatan di Indonesia sangat di
perlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan,sedangkan etika
keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi,hanya saja kode etik
yang dibuat masih sulit dilaksanakan di lapangan karena bentuk kode
etik yang ada masih belum dijabarkan secara terrinci dan lengkap
dalam bentuk petunjuk teknisnya
A.SARAN

Pentingnya membuat standaar praktek keperawatan yang


jelas dan dapat di pertanggung jawabkan
Kode etik di indonesia yang sudah ada didukung dengan
adanya perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat
dilaksanakan secara baik dilapangan
Daftar pustaka
Mill, J. S. (1914). Utilitarianisme. BASABASI.

Ibrahim, T., & Hendriani, A. (2017). KAJIAN REFLEKTIF TENTANG ETIKA GURU DALAM
PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA BERBALUT FILSAFAT MORAL
UTILITARIANISME: KAJIAN REFLEKTIF TENTANG ETIKA GURU DALAM PERSPEKTIF
KI HAJAR DEWANTARA BERBALUT FILSAFAT MORAL
UTILITARIANISME. NATURALISTIC: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan
Pembelajaran, 1(2), 135-145.

Anda mungkin juga menyukai