Pada awal abad ke -20 di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang
memiliki konsep nasionalisme, seperti Sarekat Dagang Islam (Kemudian menjadi Sarekat
Islam), Budi Utomo (BU), Jong Java, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Sumatranen
Bond dan masih banyak lainnya. Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai atau iku
menyumbang sebuah transformasi perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda
menjadi lebih efektif dan Efisien hal ini dikarenakan perjuangan menggunakan pemikiran
atau pola pikir lebih mampu membuahkan hasil dibandingkan dengan perlawanan fisik
yang cenderung dalam materi sebelumnya dirasa kurang efektif dengan kekalahan yang
selalu diterima oleh masyarakat Indonesia selama Pergerakan Nasional Modern (Fisik).
Namun perjuangan baik fisik maupun non fisik tetap memiliki kesamaan tujuan dan cita-
cita yaitu lepas dari belenggu penjajahan kolonial Belanda.
Lalu mengapa Masyarakat Indonesia mengambil langkah yang berbeda setelah tahun
1908 dalam menghadapi menjajahan Kolonial? Hal yang dapat dijelaskan kepada anda
adalah munculnya kaum-kaum terpelajar yang mampu melihat sebuah strategi baru
dalam upaya memerdekakan bangsa, munculnya kaum terpelajar ini tidak muncul begitu
saja tetapi ada faktor-faktor yang mendahuluinya seperti pada masa sebelumnya
terdapat kebijakan politik etis yang salah satunya adalah memberikan bantuan edukasi
(pendidikan) kepada kaum pribumi dengan mendirikan sekolah-sekolah. Namun berkat
kebijakan pemerintah Kolonial Belanda ini malah mampu memberikan ruang kepada
penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan yang mampu menyadarkan posisinya
sebagai golongan yang tertindas.
Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh unit-unit sosial tersebut bisa bersifat tuntutan
maupun sukarela tergantung pada urgensi dari tujuan dibentuknya organisasi tersebut.
Terdapat organisasi yang didirikan secara terpaksa atau mendapat tuntutan dikarenakan
kondisi pada masa itu yang menuntut untuk dibentuknya sebuah organisasi yang
mengatur polemik pada masa itu. Contoh dalam hal ini dapat dilihat dari berdirinya
organisasi Muhammadiyah pada masa Pergerakan Nasional.
Organisasi Muhammadiyah berdiri pada masa itu dikarenakan tuntutan yang dirasakan
oleh hati KH Ahmad Dahlan melihat perkembangan masyarakat indonesia terutama
masyarakat islam pada masa itu. Pada masa kolonialisme di Indonesia, masyarakat
mengalami kemunduran baik secara kognitif maupun moral, degragasi tersebut
dikarenakan oleh eksploitasi yang dilakukan pemerintah kolonial kepada masyarakat
Indonesia tanpa memberikan sebuah nafas dan ruang bagi masyarakat untuk tumbuh
dan berkembang, oleh karena disebabkan oleh tuntutan untuk membangun masyarakat
Indonesia lewat jalur keagamaan maka KH. Ahmad Dahlan membuat organisasi
Muhammadiyah yang bertujuan membangun masyarakat Indonesia dari keterpurukan
melalui bidang pendidikan dan keagamaan.
Adapun sebuah organisasi didirikan bukan berdasarkan tuntutan tetapi hanya sebagai
sarana unit sosial dalam mencapai tujuan bersama saja dan tidak memiliki urgensi yang
begitu masif. Dalam contoh hal ini adalah organisasi yang terdapat pada kelompok-
kelompok masyarakat tertentu seperti sekolahan. Dimana dalam sekolahan terdapat
organisasi-organisasi seperti perkumpulan kelas bahasa, kelas olahraga dan sebagainya.
Pembentukan organisasi tersebut tidak memiliki urgensi yang besar dalam
pembuatannya dan hanya digunakan sebagai pencapaian tujuan siswa tersebut terhadap
cita-cita yang diimpikan misalnya memenagkan lomba individu atau kelompok atau
hanya menambah relasi sosial diantara para siswa.
Berangkat dari pengertian yang telah dijelaskan diatas maka hal yang menjadi
karakteristik selanjutnya adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih. Interaksi
dua orang atau lebih ini bertujuan untuk mencapau sebuah tujuan yang dicita-citakan
kedua orang tersebut atau lebih atau dengan kata lain organisasi digunakan untuk
mempermudah unit sosial dalam mencapai tujuan yang diinginkan dan dalam hal ini
dapat dijelaskan bahwa keanggotaan dalam organisasi merupakan hal terpenting dari
berdirinya dan berjalannya organisasi.
Di dalam organisasi setiap individu atau anggota memiliki peranannya masing masing
dalam menjalankan visi misi dari organisasi tersebut. Dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwa dalam organisasi terdapat sub-sub atau bagian tugas yang harus disi dan
dijalankan oleh anggota organisasi, tujuan dari hal ini adalah menjalankan roda kegiatan
organisasi yang mana dengan berjalannya sebuah roda kegiatan organisasi maka cita-
cita yang diusung oleh kelompok masyarakat tersebut akan berhasil. Seperti contoh
dalam organisasi Muhammadiyah terdapat sebuah Majelis Tarjih dimana fungsi dari
bagian atau sub ini memiliki tugas untuk memberikan edukasi perihal keagamaan pada
masyarkat Indonesia masa penjajahan dan setelahnya yang dirasa mengalami penurunan
akibat Kolonial Belanda dengan semangat Gospelnya.
4. Mempunyai Tujuan
Poin ini merupakan poin yang paling penting dari karakteristik organisasi. Setiap
organisasi didirikan karena memiliki tujuan yang ingin diwujudkan. Organisasi didirikan
bukan tanpa maksud, organisasi didirikan dengan harapan mempermudah sesuatu yang
sebelumnya dianggap sulit menjadi lebih mudah. Dengan adanya organisasi maka
tujuan dari sekolompok unit sosial tersebut yang memiliki persamaan cita-cita dan
tujuan akan lebih mudah diwujudkan karena pada dasaranya mereka berkerja secara
kelompok sehingga dala m mewujudkan cita-cita dan tujuan akan lebih mudah. Dan
tujuan tersebut bisa berupa ideologi individu maupun ideologi organisasi demi
kemakmuran bersama.
Identitas diri merupakan unsur yang melekat pada organisasi tersebut. Dalam hal ini
dapat dijelaskan bahwa setiap organisasi memiliki cara kerja atau budaya kerja masing –
masing. hal tersebut bisa diketahui dari latar belakang apa yang melatar belakangi
pembentukan organisasi tersebut. Setiap organisasi memiliki identitasnya masing-
masing sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkannya. Seperti contoh organisasi
Muhammadiyah. Tujuan dari organisasi tersebut adalah membangun masyarkat
indonesia selama mengalami penjajahan baik secara pendidikan maupun keagamaan.
Maka identitas yang dibawa oleh Muhammadiyah menggunakan pendekatan
keagamaan maupun pendekatan pendidikan. Berbeda dengan Sarekat Dagang Islam
yang bertujuan melindungi pedagang Jawa terhadap dominasi pedangan Cina maka
identitasnya bisa berupa organisasi politik maupun sosial.
Boedi Oetomo atau Budi Utomo merupakan pergerakan nasioanal yang didirikan
pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta. Organisasi ini dirintis oleh dr. Wahidin Sudiro
Husodo. BU atau Budi Utomo didirikan dengan tujuan untuk menggalang dana untuk
membantu anak-anak bumiputera yang kekurangan dana. Namun ide ini kurang
diterima, lalu ide itu dikembangkan lagi oleh dr. Soetomo, salah seorang
Mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Soetomo kemudian
dipilih sebagai ketua Organisasi itu dan sebagian besar pendiri dari BU adalah pelajar
STOVIA antara lain seperti Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan RT Ario
Tirtokusumo. Lalu pada 29 Agustus 1908 dr Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi
Utomo di Yogyakarta.
Para Tokoh Pendiri Budi Utomo berpendapat bahwa untuk mendapatkan sebuah
kemajuan atau langkah progresif maka pendidikan dan mengajaran harus menjadi
perhatian utama. Organisasi itu mempunyai corak sebagai organisasi modern yaitu
memiliki kepemimpinan, ideologi, dan keanggotaan yang jelas. Yang kemudian corak ini
ikut ditiru organissasi-organisasi berikutnya. Organisasi Budi Utomo lebih cenderung
untuk bersikap kooperatif terhadap pemerintahan Kolonial Belanda, Organisasi ini juga
terbuka untuk segala Golongan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama dan
keturunan walaupun pada awalnya organisasi ini diperuntukan hanya untuk kaum
priyayi.
Pemerintah Hindia Belanda mengakui Budi Utomo sebagai Organisasi yang sah
pada Desember 1909, pengakuan Organisasi ini tidak lain adalah upaya pelaksanaan
program Politik Etis yang dijalanakan oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam upaya
meningkatkan golongan terpelajar di Indonesia. Namun hal ini juga mengakibatkan Budi
Utomo sering dicurigai sebagai Organisasi Pemerintah Kolonial dan puncaknya pada
tahun 1935 Budi Utomo kehilangan kewibawaannya. Namun yang terpenting sebagai
organisasi Pioner Budi Utomo mampu menginspirasi organisasi lain seperti
Muhammadiyah.
2. Sarekat Islam
Pada mulanya SI Lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang
bangsawan, wartawan, dan pedaganag dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan
perkumpulan dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Perkumpulan itu
bertujuan memberikan bantuan kepada para pedagang pribumi agar dapat bersaing
dengan pedagang Cina. Saat itu perdagangan batik mulai dari bahan baku dikuasai oleh
orang Cina, sehingga pedagang batik pribumi semakin terdesak. Atas kegelisahan
Tirtoadisuryo tersebut akhirnya ia menyampaikan keluh kesannya kepada H. Samanhudi,
dan atas dorongan tersebut H Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam di Solo
tahun 1911. Mula-Mula SI merupakan gerakan sosial ekonomi tanpa menghiraukan
permasalahan kolonial. Hal ini dikarenakan untuk tujuan pendirian awal Sarekat Dagang
ini diperuntukan menjaga iklim perekonomian masyarakat bumiputera agar tidak kalah
saing dengan Cina yang memiliki sumber bahan baku.
Douwes Dekker adalah Cucu Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, seorang
penulis Max Havelaar yang membela Petani banten dalam masa Tanam Paksa. Ia
Seorang campuran ayah Belanda dan Ibunya Solo. Pengalamana hidupnya itulah yang
menjiwai gerak politiknya. Kedekatan dengan buruh perkebunan kopi, saat ia menjadi
pengawas perkebunan di Jawa, yang menjadi alasan pemerintahan Kolonial Belanda
untuk memecatnya. Kondisi itulah yng mendorong dia untuk mendirikan organisasi yang
bertujuan untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Indie (Istilah Indonesia pada waktu itu).
Bersama-sama dengan Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo maka
dibentuklah Indische Partij (IP) pada tahun 1912. Keinginan IP untuk mewujudkan cita-
cita itu mendapatkan respon positif dari masyarakat pada waktu itu . Keanggotaan IP
berkembang dengan pesat. Senagai seorang koresponden surat kabar de Locomotief di
Semarang dan akhirnya di majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres, Douwes
Dekker dengan mudah dapat mengutarakan gagasannya. Ia berpendapat hanya melalui
kesatuan aksi melawan kolonial dapat mengubah sistem yang berlaku. Kesatuan Aksi
dapat memberikan sebuah peluang adanya perubahan sistem dikarenakan dengan
adanya aksi ada konsolidasi dan mobilisasi massa yang dapat memberikan efek kejut
pemerintah dan perubahan dimasa yang akan datang seperti layaknya Demonstrasi.
Ia juga berpendapat bahwa setiap gerakan politik haruslah mempunyai tujuan akhir yaitu
kemerdekaan. Pendapat itulah yang kemudian ditulis dalam Het Tidjschrif dan De
Expres, Kedekatan Douwes Dekker dengan Pelajar STOVIA di Jakarta membuka peluang
bagi pemuda terpelajar saat itu untuk menuangkan gagasan-gagasan mereka dalam
surat kabar Bataviaasch Niuewsblad, saat ia melakukan propaganda ke seluruh Jawa dari
tanggal 15 September hingga 3 Oktober 1912. Dalam perjalanannya itu ia
menyelenggarakan rapat-rapat dengan elit lokal di Yogyakarta, Surakarta, Madiun,
Surabaya, Tegal, Semarang, Pekalongan dan Cirebon. Dalam pertemuannya dengan para
tokoh elit BU itu Douwes dekker mengajar membangkitkan semangat Golongan
bumiputera untuk menentang penjajahan. Dari kunjungannya itu menghasilkan
tanggapan poisitif di Kota-kota yang dikunjunginya. Dari IP kemudian mendirikan 30
Cabang dengan jumlah anggota 730 orang. Kemudia terus bertambah hingga mencapai
6000 orang yang terdiri dari orang Indo dan Bumiputera. Dalam anggaran dasa IP
disebutkan bahwa untuk membangun patriotisme bangsa Hindia kepada tanah airnya
yang telah memberikan mereka lapangan hidup, dan menganjurkan kerjasama untuk
persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia Belanda dan untuk
mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Bagi pemerintah kolonial keberhasilan
IP mendapat simpatisan dari masyarakat merupakan suatu yang berbahaya. Organisasi
itu kemudia dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan berbahaya (Pertengahan 1913).
Pemimpinnya kemudia ditangkap dan dibuang Douwes Dekker diasingkan ke Timor,
Kupang.
Gambar 3. Pelopor Indische Partij (dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, Ki Hajar
Dewantoro)
4. Muhammadiyah
Muhammad Darwisy sendiri merupakan seorang anak yang tidak mengikuti pendidikan
formal pada masa itu dan lebih diajarkan oleh ayahnya sendiri. Maksud dan tujuan dari
tidak disekolahkannya Muhammad Darwisy ke sekolah Gubernemen adalah karena
masyarakat Jawa khususnya pemuka agama menganggap bahwa mengikuti pendidikan
yang diselenggarakan oleh Belanda merupakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh
agama dan bersifat kafir. Dibawah asuhan ayahnya Muhammad Darwisy belajar banyak
tentang ilmu-ilmu agama islam seperti bahasa arab, fiqh. Melihat kondisi masyarakat
Islam yang tertinggal dari segi pengetahuan keagamaan dan tercemarnya ajaran
keagamaan dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang masih lekat dengan budaya
Hindu-Buddha dana ajaran nenek moyang membuat hati Muhammad Darwisy tergerak
untuk segera melakukan perubahan dalam masayrakat Jawa dimulai dengan masayrakat
Yogyakarta pada masa itu.
Menurut Ni’mah (2017:55) Atas bantuan kakanya, Haji Shaleh pada tahun 1890
Muhammad Darwisy dikirim ke Mekkah untuk memperdalam pengetahuan agama Islam,
seperti seni membaca Al Qur’an, Tafsir, Tauhid, Ilmu Hukum dan Ilmu Salah. Ia tinggal di
Mekkah selama 1 tahun dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib ulama Syafi’iyah
Mekkah. Sebagai anak dari Imam Besar Masjid Yogyakarta, Muhammad Darwisy dituntut
untuk mampu memberikan kontribusi untuk masyarakat Yogyakarta meningat
Muhammad Darwisy akan menggantikan ayahnya jika ayahnya sudah meninggal pada
waktunya nanti. Muhammad Darwisy mendapatkan ide-ide dan gagasan seiring ia
mengadakan Dialog tentang pemikiran-pemikiran wahabi dan kaum pembaharu dari
daerah Timur Tengah seperti pemikiran dari Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Muhammad Darwisy mengenal banak tentang adanya sebuah nilai-nilai pembaruan
dalam ajaran Islam. Ajaran Islam tidak serta merta hanya merupakan sebagai identitas
masyarakat saja tetapi lebih dari identitas dimana ajaran Islam harus disesuaikan dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
3. Takut dibenci orang dan dikritik bila ia melepaskan pemikirannya serta melatih
dirinya untuk berpegang kepada apa yang dianggapnya benar seara mutlak.
Gagasan tersebut lantas dapat diartikan poin demi poin sebagai berikut. Muhammad
Darwisy pada dasarnya menanaman nafas-nafas kesetaraan dalam pemurnian
keagamaan islamnya dimana dalam hal ini Muhammad Darwisy menolak adanya sebuah
pemujaan berlebihan kepada seseorang yang dianggap memiliki ilmu keagamaan yang
lebih tinggi atau memberikan julukan kepada seseorang yang dianggap memilki ilmu
yang tinggi. Dalam konteks ini Muhammad Darwisy ingin memberikan sebuah
pemahaman bahwa pada dasarnya guru-guru dan leluhur mereka pada dasarnya sama
dengan kita yang memiliki predikat sebagai manusia biasa. Ilmu yang dimiliki oleh
mereka di dapatkan dengan adanya kerja keras dan Tawakal tidak ada unsur magis
bahkan mistis yang menyebabkan mereka memiliki kemampuan yang berbeda dengan
manusia kebanyakan pada dasarnya dalam pandangan Modern tidak ada stratifikasi
sosial antar umat Islam di dalamnya karena Allah SWT menciptakan manusia masih
dengan sisi kekuranganya.
Lalu selanjutnya adalah ketakutan manusia untuk melepaskan pola pikir lamanya atau
kolot. Kebenaran memang sifatnya adalah tunggal dan konsep dari kebenaran tidak ada
yang mengetahuinya secara pasti selain Allah SWT, namun pada hakikatnya manusia bisa
dekat dengan kebenaran dimana wujud kebenaran itu sendiri tercantum di dalam Al-
Quran dan As-Sunnah, Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Madjid
(2013:212) yaitu Demikianlah modernitas (kemodernan, sikap yang modern) yang
nampaknya menngandung kegunaan praktis yang langsung , tapi pada hakikatnya
mengandung arti yang lebih mendalam yaitu pendekatan kepada kebenaran mutlak.
Setelah melalui proses panjang perjalanan KH Ahmad Dahlan dalam mencari sebuah
formulasi yang tepat untuk menyadarkan umat Islam yang tertindas dan tertinggal
secara moral maupun pendidikan dengan memperdalam ilmu agama di Mekkah pada
tahun 1890 dan 1903-1906 telah memberikan sebuah pengalaman yang luar biasa bagi
KH Ahmad Dahlan dalam mencetuskan nafas-nafas pergerakannya bagi Umat Islam
Jawa. Belajar dari pemikiran Muhammad Abduh yang melakukan sebuah
tindakan Tajdid dalam gagasan pembaruan sebuah sistem sosial di masyarakat Jawa.
Dengan Meresapi Ayat Al Quran dari Surah Ali Imran 104 KH Ahmad Dahlan Akhirnya
mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan Muhammadiyah dimana Organisasi itu
berdiri pada tanggal 18 November 1912. dengan terjemahan sebagai berikut.dan
ditetapkan dalam (Anggaran Dasar Muhammadiyah)
Penjelasan dari ayat tersebut memiliki artian yang mendalam yaitu ajakan kepada
seseorang untuk mengajak seseorang kepada hal-hal yang baik dan mencegahnya dari
suatu perkara yang buruk. Dengan begitu maka merekalah orang yang beruntung, hal ini
dikarenakan memberikan sebuah pencerahan kepada umat yang sedang mengalami
penindasan dan ketertinggalan sebenarnya telah menjadi tanggung jawab Umat Islam
untuk membangkitkan masyarakat yang tertindas. Bentuk kongkret dari usaha itu adalah
dengan mendirikan organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah lebih dari sekedar
gerakan keagamaan saja tetapi lebih banyak merambat pada bentuk-bentuk pergerakan
sosial masayrakat yang bergerak di bidang pendidikan dan organisasi sosial.
Contoh penerapan aktualisasi dari KH Ahmad Dahlan memberikan sebuah manfaat bagi
masyarakat Islam dimana umat islam mulai daiajarkan sebuah sikap Filantropi antar
sesama manusia. Tujuan utama dari diajarkannya Aktualisasi berdasarkan Surah Al Ma’un
dikarenakan urgensi yang terjadi pada masa itu memang masyarakat Islam Jawa masih
dilanda kemiskinan dan kebodohan sehingga KH Ahmad Dahlan ingin segera
memperbaiki kondisi masyarakat tersebut dengan langkah-langkah nyata melalui murid-
muridnya. Menurut Tohari dalam Amar (2017:6-7) Menjelaskan bahwa Muhammadiyah
tidak begitu tertarik dengan politik keagamaan melainkan lebih cenderung pada kerja-
kerja, kemanusiaan, kedermawanan, cinta sesama, bagi mereka Islam itu lebih
mementingkan amal daripada spekulasi-spekulasi teologis.
Penerus Muhammadiyah dalam konteks ini adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah atau
yang sering juga disebut sebagai Hoofd Bestuur Muhammadiyah tampuk kekuasaan
kepemimpinan Muhammadiyah berlanjut pasca wafatnya KH Ahmad Dahlan pada tahun
1923 dengan diteruskan oleh KH Ibrahim.
Selanjutnya adalah KH Mas Masyur dimana KH Mas Masyur merupakan Anggota MIAI
dan Anggota PUTERA atau lebih dikenal Empat Serangkai bersama Soekarno Hatta dan
Ki Hajar Dewantara. KH Mas Massyur merupakan Pimpinan Muhammadiyah yang berasal
bukan dari lingkungan Kauman Yogyakarta yang menjadi jantung Muhammadiyah
hingga saat ini.
Lalu diakhir Masa Pergerakan Indonesia terdapat satu tokoh yang memiliki andil dalam
kemerdekaan Indonesia. Tokoh tersebut Bernama Ki Bagus Hadikusumo. Ki Bagus
Hadikusumo lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 24 November 1890. Ki Bagus
merupakan Santri sekaligus Sahabat KH Ahmad Dahlan.
Menurut Hisyam (2011:5) Meskipun karakter santri mewarnai sangat kental kepribadian
hidayat, tetapi ia adalah seseorang Jawa yang sangat mencintai identitas kejawaannya.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Ki Bagus Hadikusumo yang memiliki
nama lain Raden Hidayat adalah seseorang yang mencintai kebudayaan jawa. Jika
ditelisik dari berdirinya.organisasi Muhammadiyah dengan misi utama adalah untuk
menghilangkan praktik Takhayul, Bid’ah Churafat (TBC) lalu mengapa dalam hal ini Ki
Bagus Hadikusumo masih berkutat pada kebudayaan Jawa yang sangat kental dengan
praktik TBC yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam. Hal ini tentu saja menjadi
sebuah salah satu alasan ditulisnya latar belakang dari proposal skripsi ini. Dapat
dipastikan jika terdapat sebuah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam
sikap Ki Bagus Hadikusumo yang menjalani kehidupan tersebut.
Selain langkah yang diambil tersebut juga dijelaskan dalam Hisyam (2011:5) Ki
Bagus Hadikusumo adalah seseorang yang hanya menyelesaikan bangku pendidikannya
setara dengan Sekolah Dasar (SD) tetapi ia memiliki kecerdasan yang istimewa. Dari
pernyataan diatas juga dapat dijelaskan bahwa Ki Bagus Hadikusumo merupakan
seseorang yang memiliki keinginan yang gigih. Kegigihan tersebutlah yang perlu diteliti
lebih lanjut guna menarik nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam diri Ki Bagus
Hadikusumo sebagai seseorang yang memilki kecerdasan istimewa. Hal ini sebenarnya
dapat dilihat dari gagasan-gagasan yang dikeluarkan oleh Ki Bagus Hadikusumo untuk
Persyarikatan Muhammadiyah maupun Bangsa Indonesia.
Peran dari seorang suksesor bukan merupakan salah satu tugas yang mudah.
Suksesor memiliki perang yang penting dikarenkan berada pada pundak suksesorlah
sebuah organisasi atau persyarikatan menentukan kemajuannya atau kemundurannya.
Peran Ki Bagus Hadikusumo tidaklah mudah, dimana ia harus menanggung beban
keorganisasian dan persyarikatan dalam waktu yang bersamaan dimana pada tahun
1945 Ki Bagus Hadikusumo menjabat sebagai ketua persyarikatan Muhammadiyah
sekaligus menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Hal ini menjadi sebuah beban yang sangat
berat diemban oleh Ki Bagus Hadikusumo
5. Nahdlatul Ulama
Pembaruan Islam yang dilakukann di Kota-kota mendorong kaum tua yang ingin
mempertahankan tradisi mereka untuk mendirikan organisasi. Rekasi positif ddari
golongan tradisionalisme adalah lahirnya organisasi di kalangan mereka. Saat itu
kebetulan bertepatan dengan akan dilakukannya Kongres Islam sedunia (1926), di Hijaz.
Para ulama terkemuka saat itu kemudian membentuk lembaga yang bernama Jam’iyatul
Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 januari 1926 di Surabaya. Sebagai pendiri organisasi ini
Kyai Haji Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya . organisasi ini berpegang teguh
pada Ahlusunnah wal Jam’ah. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial,
ekonomi dan pendidikan.
Pada dasarnya NU tidak berurusan dengan permasalahan politik. Dalam kongres yang
diadakan di Surabaya, 28 Oktober 1928, diambil keputusan untuk menentang kaum
reformis dan perubahan-perubahan yang dilakkan oleh paham Wahabi. Pada gilirannya
pertentangan antara kaum reformis dan tradisionalis itu tidak saja dapat dikurang.
Mereka bahkan melakukan kerjasama dalam melakukan perubahan. NU termasuk
organisasi yang giat mengubah tradisi berkhutbahnya dari berbahasa arab ke bahasa
daerah yang dapat dimengerti oleh jamaahnya. Selain itu NU juga memperbaiki
organisasi secara Modern, yaitu dengan mendirikan lembaga-lembaga sosial mulai
didirikan seperti rumah sakit, rumah yatim piatu, serta sekolah-sekolah. Yang tidak kalah
penting dalam konteks Indonesia adalah bangkitnya nasionalisme modern yaitu
nasionalisme non kesukuan.
Gerakan Islam Moderin juga dilakukan oleh Keturunan Arab di Indonesia. Pada
tahun 1914 didirikan perkumpulan Al-Irsyad oleh Syekh Ahmad Surkati. Ia berkeinginan
agar pendidikan agama islam dilakukan sejak dini dan diajarkan secara terus menerus.
Juga dikembangkan Ukhuwwah Islamiyah diantara pemeluk agama Islam. Banyaknya
keturunan Arab yang berdomisili di Indonesia juga mendorong A.R Baswedan untuk
mendirikan Partai Arab Indonesia pada tahun 1934. Mereka berpendapat bahwa
Indonesia sebagai tanah airnya, karena mereka dilahirkan sebagai seorang perempuan
Indonesia.
Di Sumatera Barat juga berdiri Thawalib organisasi ini didirkan oleh pemuda
Sumatera Barat organisasi ini bergerak dibidang Pendidkan dan Politik secara cepat
pengruh organisasi itu meluas di Sumatera Barat. Sebagai Organisasi politik yang radikal,
Thawalib kemudian dilarang untuk beraktivitas oleh pemerintah Kolonial 1936.
Di Bandung berdiri Persatuan Islam (Persis). Organisasi ini muncul akibat dari
reaksi pembatasan kegiatan Jamiyatul Khairm. Pada tahun 1923 oleh Kiai Hasan.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran Agama dan semanagat Ijtihad
(Pembaruan) dengan melakukan dakwah dan pembentukan kader melalui Madrasah dan
Sekolah.
Di Kalimantan Selatan juga berdiri organisasi yang merupakan kelanjutan dari SI.
Usaha SI dibidang pendidikan dilanjutkan dengan mendirikan Madrasah Daru Salam.
Madrasah ini dilengkapi dengan Asrama dan Sawah sebagai tempat untuk belajar
mandiri para santri.
Di Aceh Tengku M. Daud Beureureh pada tanggal 1939 mendirikan Persatuan
Ulama Seluruh Aceh (PUSA) dengan juga ikut melanjutkan cita-cita SI (Sarekat Islam)
dengan memajukan pendidikan agar terlaksana syariat Islam selanjutnya Nahdatul
Wathan juga berdiri di Nusa Tengggara Barat tujuannya untuk meningkatkan kesadaran
agama dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.
MIAI merupakan gabungan dari organisasi politik dan beberapa organisasi massa yang
bersifat moderat terhadap Belanda. Golongan Muslim yang tergabung memilih sikap
non kooperasi terhadap pemerintah. Saat Jepang berkuasa, organisasi ini mendapatkan
Kelonggaran menjalankan aktivitasnya, sementara aktivitas organisasi yang lain dilarang.
Karena MIAI dipandang sebagai organisasi yang anti barat
8. Organisasi Pemuda
Perkumpulan lainnya dibentuk berdasarkan daerah yang ada, antara lain Jong
Minahasa, Jong Celebes dan Jong Ambon. Perkumpulan tersebut pada akhirnya berfusi
atau menggabungkan diri dalam Indonesia Muda. Disamping itu juga terdapat
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia atau PPPI (1925), oleh mahasiswa Jakarta dan
Bandung. Tujuan PPPI ini adalah mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan organisasi ini
bersifat anti imperalisme. Di Bandung pada 1927 berdiri Jong Indonesia. Berbeda
dengan organisasi-organisasi pemuda sebeumnya organisasi ini sudah bersifat nasional.
Organisasi itu kemudian berganti nama menjadi Pemuda Indonesia dan organisasi
wanitanya Putri Indonesia.
9. Organisasi Wanita
Pada usaha pendirian organisasi Wanita ada Kartini Fonds yang didirikan oleh Th
Van Deventer sebagai seorang penasihat politik Etis. Perkumpulan ini didirikan pada
tahun 1912 dengan tujuan mendirikan sekolah kartini. Pada tahun 1913-1915 berdiri
berbagai organisasi wanita, terutama di Jawa dan Minangkabau, fokus dari berdirinya
organisasi ini adalah mendobrak semua tradisi yang mengukung wanita dan keinginan
untuk memajukan mereka seperti pada tahun 1913 berdiri Organisasi Kautaman Istri di
Tasikmalaya oleh Dewi Sartika.
Gambar 8. R.A Kartini dan Dewi Sartika Wujud Nyata Memperjuangkan Perempuan
Pada awal abad ke-20, para pelajar Hindia yang berada di Belanda mendirikan organisasi
yang bernama Indische Vereniging (1908), yaitu perkumpulan Hindia yang
beranggotakan orang-orang Hindia, Cina dan Belanda. Organisasii itu didirikan oleh R.M.
Notosuroto, R. Panjir Sostrokartono dan R. Husein Jajadiningrat. Semula organisasi itu
bergerak dibidang sosial dan kebudayaan sebagai ajang bertukar pikiran tentang situasi
tanah air. Organisasi itu juga menerbitkan majalah yang diberi nama Hindia Putera.
Aktivitas PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara
Internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap
pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan
demikian jelaslah bahwa perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik
pergerakan Indonesia. Karena Perhimpunan itu lahir di Negeri asing yang saat itu
menjadi penjajah tanah Hindia. Dari tempat yang jauh itulah perkumpulan pemuda
terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia.
Jelaslah bahwa para pemjuda Indonesia tidak takut untuk membela dan berjuang untuk
kemerdekaan tanah airnya dengan segala resikonya.
Azas Taman Siswa adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani” artinya adalah “Guru didepan harus memberi contoh atau teladan,
ditengah harus bisa menjalin kerjasama dan dibelakang harus mampu memberi motivasi
atau dorongan kepada siswanya” azas ini masih relevan digunakan hingga saat ini.
Taman Siswa mendobrak sistem pendidikan Barat dan pondok pesantren dengan
mengajukan sistem pendidikan Nasional. Pendidikan nasional yang ditawarkan adalah
pendidikan bercirikan kebudayaan asli Indonesia. Taman Siswa mengalami banyak
kendala dari pihak-pihak yang tidak mendukung. Pemerintah Belanda mengeluarkan
berbagai macam aturan yang membatasi ruang gerak Taman Siswa seperti dikenai
Undang-Undang Ordonansi Sekolah Liar tahun 1932 yakni larangan mengajar bagi guru-
guru yang terlibat partai politik. Namun yang perlu digarisbawahi adalah Taman Siswa
mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat luas dengan
pendidikan.
Perkumpulan Adhi dharma yang didirikan oleh Suryopranoto (Kakak Ki Hajar Dewantoro)
pada tahun 1915 berperan sebagai organisasi yang membela kepentingan kaum buruh,
termasuk membantu para buruh yang dipecat untuk memperoleh pekerjan baru dan
membantu keuangan mereka selama mencari pekerjaan. Pada bulan Agustus 1918,
Suryopranoto membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro Pandojo ing Joedo
atau Arbeidsleger (tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma.
Gambar 12. Raden Mas Suryopranoto Sebagai Pendiri Organisasi Buruh Adhi Dharma