Anda di halaman 1dari 20

Organisasi-Organisasi Pada Masa Pergerakan Nasional.

1. Pergerakan Nasional Menggunakan Organisasi

Pada awal abad ke -20 di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang
memiliki konsep nasionalisme, seperti Sarekat Dagang Islam (Kemudian menjadi Sarekat
Islam), Budi Utomo (BU), Jong Java, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Sumatranen
Bond dan masih banyak lainnya. Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai atau iku
menyumbang sebuah transformasi perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda
menjadi lebih efektif dan Efisien hal ini dikarenakan perjuangan menggunakan pemikiran
atau pola pikir lebih mampu membuahkan hasil dibandingkan dengan perlawanan fisik
yang cenderung dalam materi sebelumnya dirasa kurang efektif dengan kekalahan yang
selalu diterima oleh masyarakat Indonesia selama Pergerakan Nasional Modern (Fisik).
Namun perjuangan baik fisik maupun non fisik tetap memiliki kesamaan tujuan dan cita-
cita yaitu lepas dari belenggu penjajahan kolonial Belanda.

Lalu mengapa Masyarakat Indonesia mengambil langkah yang berbeda setelah tahun
1908 dalam menghadapi menjajahan Kolonial? Hal yang dapat dijelaskan kepada anda
adalah munculnya kaum-kaum terpelajar yang mampu melihat sebuah strategi baru
dalam upaya memerdekakan bangsa, munculnya kaum terpelajar ini tidak muncul begitu
saja tetapi ada faktor-faktor yang mendahuluinya seperti pada masa sebelumnya
terdapat kebijakan politik etis yang salah satunya adalah memberikan bantuan edukasi
(pendidikan) kepada kaum pribumi dengan mendirikan sekolah-sekolah. Namun berkat
kebijakan pemerintah Kolonial Belanda ini malah mampu memberikan ruang kepada
penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan yang mampu menyadarkan posisinya
sebagai golongan yang tertindas.

Sebenarnya kesadaran inilah yang mengakibatkan munculnya organisasi-organisasi pada


masa pergerakan, selain untuk mencerdaskan masyarakat Organisasi juga berfungsi
sebagai wadah untuk memobilisasi massa atau mengumpulkan massa sehingga akan
menciptakan kesadaran nasib yang mampu menciptakan pola pikir perubahan akan
posisinya sebagai nasib yang tertindas. Persamaan nasib ini pula yang menjadi faktor
utama adanya persatuan antar seluruh masyarakat Indonesia yang mana pada masa
sebelum 1908 sebuah gerakan masyarakat hanya bersifat lokal bukan nasional sehingga
pemerintah Kolonial mampu memadamkan perlawanan dikarenakan kurangnya
kesadaran akan nilai Persatuan. Dan berikut ini merupakan Penjelasan Organisasi secara
definisi dan karakteristiknya :

Sebelum ke Organisasi ada kalanya membahas tentang kepemimpinan. Kepemimpinan


merupakan faktor penting dalam menjalankan sebuah organisasi atau sebuah kelompok
perkumpulan. Kepemimpinan tumbuh dalam diri seseorang yang mana berkaitan
dengan naluri alamiah manusia dalam mengorganisir sebuah perkumpulan dalam
mencapai cita-cita dan tujuan dari organisasi atau perkumpulan tersebut bisa tercapai.
Menurut F. Robbins dalam Sobirin (2015:7) Mengatakan bahwa Organisasi adalah unit
sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua
orang atau lebih yang berkerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja
tertentu yang terstruktur, serta didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika sebelumnya membahas tentang
Kepemimpinan yang menjalankan sebuah organisasi maka dalam hal ini yang dibahas
adalah wadah yang digunakan pemimpin untuk menjalankan visi-misinya dalam
mencapai tujuannya tersebut. Dalam pengertian yang telah dijabarkan diatas dapat
dijelaskan bahwa dalam organisasi terdapat sebuah unit-unit sosial yang bergabung
dimana unit sosial tersebut memiliki tujuan menjalin kerjasama antar individu dalam
mencapai tujuan bersama.

Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh unit-unit sosial tersebut bisa bersifat tuntutan
maupun sukarela tergantung pada urgensi dari tujuan dibentuknya organisasi tersebut.
Terdapat organisasi yang didirikan secara terpaksa atau mendapat tuntutan dikarenakan
kondisi pada masa itu yang menuntut untuk dibentuknya sebuah organisasi yang
mengatur polemik pada masa itu. Contoh dalam hal ini dapat dilihat dari berdirinya
organisasi Muhammadiyah pada masa Pergerakan Nasional.

Organisasi Muhammadiyah berdiri pada masa itu dikarenakan tuntutan yang dirasakan
oleh hati KH Ahmad Dahlan melihat perkembangan masyarakat indonesia terutama
masyarakat islam pada masa itu. Pada masa kolonialisme di Indonesia, masyarakat
mengalami kemunduran baik secara kognitif maupun moral, degragasi tersebut
dikarenakan oleh eksploitasi yang dilakukan pemerintah kolonial kepada masyarakat
Indonesia tanpa memberikan sebuah nafas dan ruang bagi masyarakat untuk tumbuh
dan berkembang, oleh karena disebabkan oleh tuntutan untuk membangun masyarakat
Indonesia lewat jalur keagamaan maka KH. Ahmad Dahlan membuat organisasi
Muhammadiyah yang bertujuan membangun masyarakat Indonesia dari keterpurukan
melalui bidang pendidikan dan keagamaan.

Adapun sebuah organisasi didirikan bukan berdasarkan tuntutan tetapi hanya sebagai
sarana unit sosial dalam mencapai tujuan bersama saja dan tidak memiliki urgensi yang
begitu masif. Dalam contoh hal ini adalah organisasi yang terdapat pada kelompok-
kelompok masyarakat tertentu seperti sekolahan. Dimana dalam sekolahan terdapat
organisasi-organisasi seperti perkumpulan kelas bahasa, kelas olahraga dan sebagainya.
Pembentukan organisasi tersebut tidak memiliki urgensi yang besar dalam
pembuatannya dan hanya digunakan sebagai pencapaian tujuan siswa tersebut terhadap
cita-cita yang diimpikan misalnya memenagkan lomba individu atau kelompok atau
hanya menambah relasi sosial diantara para siswa.

Selanjutnya adalah membahas karakteristik dari organisasi. Organisasi memiliki


karakteristik-karakteristik pendukung dalam menguatkan sebuah landasan dari
organisasi tersebut sehingga bisa disebut organisasi. Menurut Sobirin (2015:9) terbagi
menjadi 5 karakter yang meliputi antara lain :

1. Unit / Entitas Sosial


Organisasi merupakan sebuah fenomena sosial yang terbentuk oleh rekayasa dari
manusia itu sendiri. Organisasi muncul melalui sebuah proses-proses pendahulu yang
menjadikannya tonggak atau alasan organisasi itu dapat berdiri. Jika ditelisik lebih lanjut
sebuah organisasi tidak lebih hanya sekedar realitas sosial yang terjadi di masyarakat.
Peran entitas yang menentukan arah dan tujuan organisasi ini berjalan karena
lingkungan sosial mengenal tujuan dari dibentuknya organisasi ini melihat dari entitas
sosial yang dibawa oleh organisasi ini atau dapat dikatakan bahwa nafas dari organisasi
ini dapat dilihat dari entitas yang dibawa oleh organisasi ini. Hal yang tidak boleh
dilupakan adalah kebutuhan fisik yang diperlukan oleh organisasi seperti gedung /
tempat yang digunakan sebagai tempat berjalannya proses organisasi.

2. Beranggotakan Minimal Dua Orang

Berangkat dari pengertian yang telah dijelaskan diatas maka hal yang menjadi
karakteristik selanjutnya adalah adanya interaksi antara dua orang atau lebih. Interaksi
dua orang atau lebih ini bertujuan untuk mencapau sebuah tujuan yang dicita-citakan
kedua orang tersebut atau lebih atau dengan kata lain organisasi digunakan untuk
mempermudah unit sosial dalam mencapai tujuan yang diinginkan dan dalam hal ini
dapat dijelaskan bahwa keanggotaan dalam organisasi merupakan hal terpenting dari
berdirinya dan berjalannya organisasi.

3. Berpola Kerja Terstruktur

Di dalam organisasi setiap individu atau anggota memiliki peranannya masing masing
dalam menjalankan visi misi dari organisasi tersebut. Dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwa dalam organisasi terdapat sub-sub atau bagian tugas yang harus disi dan
dijalankan oleh anggota organisasi, tujuan dari hal ini adalah menjalankan roda kegiatan
organisasi yang mana dengan berjalannya sebuah roda kegiatan organisasi maka cita-
cita yang diusung oleh kelompok masyarakat tersebut akan berhasil. Seperti contoh
dalam organisasi Muhammadiyah terdapat sebuah Majelis Tarjih dimana fungsi dari
bagian atau sub ini memiliki tugas untuk memberikan edukasi perihal keagamaan pada
masyarkat Indonesia masa penjajahan dan setelahnya yang dirasa mengalami penurunan
akibat Kolonial Belanda dengan semangat Gospelnya.

4. Mempunyai Tujuan

Poin ini merupakan poin yang paling penting dari karakteristik organisasi. Setiap
organisasi didirikan karena memiliki tujuan yang ingin diwujudkan. Organisasi didirikan
bukan tanpa maksud, organisasi didirikan dengan harapan mempermudah sesuatu yang
sebelumnya dianggap sulit menjadi lebih mudah. Dengan adanya organisasi maka
tujuan dari sekolompok unit sosial tersebut yang memiliki persamaan cita-cita dan
tujuan akan lebih mudah diwujudkan karena pada dasaranya mereka berkerja secara
kelompok sehingga dala m mewujudkan cita-cita dan tujuan akan lebih mudah. Dan
tujuan tersebut bisa berupa ideologi individu maupun ideologi organisasi demi
kemakmuran bersama.

5. Mempunyai Identitas Diri

Identitas diri merupakan unsur yang melekat pada organisasi tersebut. Dalam hal ini
dapat dijelaskan bahwa setiap organisasi memiliki cara kerja atau budaya kerja masing –
masing. hal tersebut bisa diketahui dari latar belakang apa yang melatar belakangi
pembentukan organisasi tersebut. Setiap organisasi memiliki identitasnya masing-
masing sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkannya. Seperti contoh organisasi
Muhammadiyah. Tujuan dari organisasi tersebut adalah membangun masyarkat
indonesia selama mengalami penjajahan baik secara pendidikan maupun keagamaan.
Maka identitas yang dibawa oleh Muhammadiyah menggunakan pendekatan
keagamaan maupun pendekatan pendidikan. Berbeda dengan Sarekat Dagang Islam
yang bertujuan melindungi pedagang Jawa terhadap dominasi pedangan Cina maka
identitasnya bisa berupa organisasi politik maupun sosial.

2. Organisasi-Organisasi Masa Pergerakan

1. Boedi Oetomo (Budi Utomo)

Boedi Oetomo atau Budi Utomo merupakan pergerakan nasioanal yang didirikan
pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta. Organisasi ini dirintis oleh dr. Wahidin Sudiro
Husodo. BU atau Budi Utomo didirikan dengan tujuan untuk menggalang dana untuk
membantu anak-anak bumiputera yang kekurangan dana. Namun ide ini kurang
diterima, lalu ide itu dikembangkan lagi oleh dr. Soetomo, salah seorang
Mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Soetomo kemudian
dipilih sebagai ketua Organisasi itu dan sebagian besar pendiri dari BU adalah pelajar
STOVIA antara lain seperti Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan RT Ario
Tirtokusumo. Lalu pada 29 Agustus 1908 dr Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi
Utomo di Yogyakarta.

Para Tokoh Pendiri Budi Utomo berpendapat bahwa untuk mendapatkan sebuah
kemajuan atau langkah progresif maka pendidikan dan mengajaran harus menjadi
perhatian utama. Organisasi itu mempunyai corak sebagai organisasi modern yaitu
memiliki kepemimpinan, ideologi, dan keanggotaan yang jelas. Yang kemudian corak ini
ikut ditiru organissasi-organisasi berikutnya. Organisasi Budi Utomo lebih cenderung
untuk bersikap kooperatif terhadap pemerintahan Kolonial Belanda, Organisasi ini juga
terbuka untuk segala Golongan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama dan
keturunan walaupun pada awalnya organisasi ini diperuntukan hanya untuk kaum
priyayi.

Organisasi ini memiliki 2 nilai perjuangan dimana Perjuangan secaara politik


maupun secara sosio-kultural. Proses westernisasi yang dibawa oleh Pemerintah Kolonial
Belanda berdampak pada kebijakan yang diambil sebuah organisasi tidak terkecuali Budi
Utomo. Dalam hal ini dr. Cipto Mangunkusumo berpendapat bahwa perlu
memanfaatkan pengetahuan barat dan unsur-unsur lain sehingga dapat memperbaiki
taraf hidup masyarakat Bumiputera. Gagasan yang dikemukakan dr. Cipto
Mangunkusumo memiliki kecenderungan akan perjuangan politik dikarenakan
kemunduran bangsa Indonesia mampu dikejar dengan mengeksplorasi pengetahuan
barat dengan bersikap tidak memusuhi Belanda tetapi dengan berkerjasama dengan
Belanda. Langkah seperti ini bukan sebuah langkah yang buruk mengingat jika mengaca
pada masa sebelumnya melakukan konfrontasi dengan Belanda tidak mendapatkan hasil
yang baik.

Pemerintah Hindia Belanda mengakui Budi Utomo sebagai Organisasi yang sah
pada Desember 1909, pengakuan Organisasi ini tidak lain adalah upaya pelaksanaan
program Politik Etis yang dijalanakan oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam upaya
meningkatkan golongan terpelajar di Indonesia. Namun hal ini juga mengakibatkan Budi
Utomo sering dicurigai sebagai Organisasi Pemerintah Kolonial dan puncaknya pada
tahun 1935 Budi Utomo kehilangan kewibawaannya. Namun yang terpenting sebagai
organisasi Pioner Budi Utomo mampu menginspirasi organisasi lain seperti
Muhammadiyah.

Gambar 1. Perkumpulan Budi Utomo

2. Sarekat Islam

Pada mulanya SI Lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang
bangsawan, wartawan, dan pedaganag dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan
perkumpulan dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Perkumpulan itu
bertujuan memberikan bantuan kepada para pedagang pribumi agar dapat bersaing
dengan pedagang Cina. Saat itu perdagangan batik mulai dari bahan baku dikuasai oleh
orang Cina, sehingga pedagang batik pribumi semakin terdesak. Atas kegelisahan
Tirtoadisuryo tersebut akhirnya ia menyampaikan keluh kesannya kepada H. Samanhudi,
dan atas dorongan tersebut H Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam di Solo
tahun 1911. Mula-Mula SI merupakan gerakan sosial ekonomi tanpa menghiraukan
permasalahan kolonial. Hal ini dikarenakan untuk tujuan pendirian awal Sarekat Dagang
ini diperuntukan menjaga iklim perekonomian masyarakat bumiputera agar tidak kalah
saing dengan Cina yang memiliki sumber bahan baku.

Sarekat Dagang Islam memainkan latar belakang agama sebagai nafas


pergerakan mereka, mereka diikat atas dasar keagamaan yang mana pada masa
kolonialisme agama islam mengalami kemunduran akibat kurangnya perhatian dari
pemerintah kolonial Belanda. Lalu Sarekat Dagang Islam pindah ke Surabaya ke Kota
dagang di Indonesia dan di Pimpin oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto (H.O.S
Cokroaminoto), dikenal sebagai orator bijak H.O.S Cokroaminoto mampu memainkan
peran yang cukup penting dimana Cokroaminoto mampu meletakan dasar-dasar ajaran
agama Islam kedalam organisasi Dagang. Dan secara resmi Sarekat Dagang Islam (SDI)
berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913. Hal ini tidak lain dikarenakan
Sarekat Dagang Islam sudah tidak lagi terfokus pada tujuan perekonomian tetapi lebih
kepada pembimbingan kebangkitan umat islam masa Kolonial Belanda.

Pada kongres SI pertama tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun


Binatang Surabaya (KBS), H.O.S Cokroaminoto menegaskan kembali bahwa tujuan SI
adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi
agar mampu bersaing dengan bangsa asing. Usaha di bidang ekonomi itu nampak sekali
dengan didirikannya koperasi di Kota Surabaya. Di Surabaya pula berdiri PT. Setia Usaha
yang bergerak tidak saja menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia” juga bergerak
dibidang penggilingan dan perbankan. Langkah tersebut dirasa merupakan langkag
yang cukup strategis mengingat diperlukan adanya media informasi penyampai berita
guna memberikan informasi kepada masayrakat pribumi dan penggilingan yang mana
pada masa kolonial terdapat banyak komoditas seperti kopi yang membutuhkan proses
penggilingan sehingga ekonomi rakyat mampu berjalan tidak hanya berjualan batik.

Ketika pemerintah Kolonial mengijinkan berdirinya partai politik, SI yang semula


merupakan organisasi nonpolitik berubah menjadi partai politik. SI mengirimkan
wakilnya melalui Volksaard (Dewan Rakyat)dan memegang peran penting
dalam Radicale Concentrati, yaitu gabungan perkumpulan yang bersifat radikal.
Pemerintah kolonial yang dianggap cenderung kearah kapitalisme mulai ditentang. SI
juga aktif mengorganisasi perkumpulan buruh. Buruh menjadi sektor paling penting
dalam proses perekonomian kapitalisme dikarenakan dalam mekanika ekonomi
kapitalisme buruh bekerja untuk menghidupi pemiliki pabrik (Kaum Pemilik Modal dalam
konteks ini Pemerintah Kolonial) sehingga Buruh menjadi alat sekaligus mesih yang
harus dapat “dininabobokan” supaya Kapitalisme dapt terus dijalankan. SI bergerak
untuk menyadarkan masyarakat sebagai kelas yang tertindas, inilah yang disebut sebagai
sebuah upaya membentuk kesadaran kelas, yaitu kelas pekerja (Pribumi).

Dikarenakan Volksaard juga hanya menjadi alat pemerintah Belanda akhirnya


Cokroaminoto dan Agus Salim mengubah haluan pergerakan mereka dari kooperatif ke
non kooperatif dan menolak badan kerakyatan yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda. Dalam kongres SI tahun 1916 Cokroaminoto menyampaikan dalam pidatonnya
tentang perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Pada tahun itu Kongres
pertama SI yang dihadiri oleh 80 Anggota SI lokal dengan anggotanya sebanyak 36.000
orang. Kongres itu merupakan Kongres nasional karena SI mempunyai cota-cita supaya
penduduk Indonesia menjadi satu Nation atau suku bangsa dengan kata lain persatuan
rakyat Indonesia.

Sebelum Kongres tahunan berikutnya (1917) di Jakarta, muncul aliran


revolusioner sosialis ditubuh SI, yang berasal dari SI Semarang yang dipimpin oleh
Semaun. Kongres tetap berjalan dan memutuskan bahwa azas perjuangan SI adalah
pemerintahan berdiri sendiri dan perjuangan melawan penjajahan dari Kolonialisme.
Sejak itu Cokroaminoto dan Abdul mewakili SI dalam Dewan Rakyat. SI Semakin
mendapat simpati rakyat. Keanggotaannya pun semakin meningkat. Sementara itu
pengaruh Semaun seakin menjalar ketubuh SI. Sejak itulah pengaruh sosial-komunis
masuk ke dalam tubuh SI pusat maupun cabang-cabangnya. Sebagai organisasi besar SI
tidak luput dari adanya penyusupan, dalam hal ini ternyata SI telah banyak disusupi
oleh Indische Sociaal Democratische Vereninging (ISDV) seperti Semaun dan Darsono
(Ideoligi Sosialis Komunis)

Pada Kongres SI kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap


kebijakan SI pusat sehingga timbul perpecahan. Disitu pihak aliran yang diinginkan SI
adalah ekonomi dogmatis yang diwakili oleh Semaun yang kemudian dikenal sebagai SI
Merah (Warna Merah direpresentasikan sebagai warna Golongan Sosialis/Komunis),
disisi lain Cokroaminoto menginginkan nasional keagamaan yang diwakiliki
Cokroaminoto yang dikenal sebagai SI Putih (Warna Putih menandakan warna kesucian
yang ditandai Afiliasi Cokroaminoto terhadap pandangan Agama). Dikarenakan kedua
golongan tersebut bergerak pada ideologi yang berbeda maka keduanyapun tidak dapat
disatukan. Agus Salim dan Abdul muis mendesak ditetapkannya Disiplin Partai dengan
melarang adanya rangkap keanggotaan dalam SI, dimana hal ini mengakibatkan
kekhawatiran kader sosialis dan komunis dalam SI. Lalu Tan Malaka mengusulkan
pengecualian untuk PKI (Partai Komunis Indonesia) dikarenakan dalam Kongres kalah
suara mayoritas Semaun dkk. Yang berafiliasi dengan ideologi diluar partai harus keluar.

Sementara Kongres 1923 di Madiun menetapkan bahwa Central Sarekat Islam


(CSI) diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) dan memberlakukan disiplin Partai hal ini
juga memiliki landasaran non kooperatif terhadap pemerintah kolonial, lalu pada tahun
1927 PSI menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Poliik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) nama PSI ditambah Indonesia sebagai bentuk
penggabungan diri, lalu pada tahun 1932an PSII mengalami perpecahan yang
diakibatkan keanggotaan yang lepas dan mendirikan organisasi baru.

Gambar 2. Rapat Anggota Sarekat Islam di Jawa Tengah

3. Indische Partij (IP / Tiga Serangkai)

Indische Partij merupakan oranisasi politik yang anggota-anggotanya berasal dari


keturunan campuran Belanda-Pribumi (Indo-Belanda) dan orang asli pribumi. Muncul
organisasi ini karena adanya sejumlah golongan orang indonesia-Belanda yang
dianggap lebih rendah kedudukannya dari pada orang Belanda asli (Totok). Secara
hukum mereka itu masuk dalam bangsa kelas 1, karena kedudukan ayahnya yang orang
Belanda. Namun demikian secara sosial karena ibunya orang pribumi maka mereka
dianggap lebih rendah oleh golongan Belanda totok. Sejumlah orang dari golongan
Indo Belanda itu kemudian mendirikan perkumpulan Indische Bond (1898). E.F.E Douwes
Dekker yang kemudian berganti nama menjadi Dr. Danudirjo Setiabudhi berkeinginan
untuk melanjutkan Indische Bond sebagai organisasi politik yang kuat. Keinginan Douwes
Dekker itu semakin menguat saat ia bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat atau dikenal sebagai Ki Hajar Dewantoro. Mereka kemudian
disebut sebagai “Tiga Serangkai”.

Douwes Dekker adalah Cucu Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, seorang
penulis Max Havelaar yang membela Petani banten dalam masa Tanam Paksa. Ia
Seorang campuran ayah Belanda dan Ibunya Solo. Pengalamana hidupnya itulah yang
menjiwai gerak politiknya. Kedekatan dengan buruh perkebunan kopi, saat ia menjadi
pengawas perkebunan di Jawa, yang menjadi alasan pemerintahan Kolonial Belanda
untuk memecatnya. Kondisi itulah yng mendorong dia untuk mendirikan organisasi yang
bertujuan untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Indie (Istilah Indonesia pada waktu itu).
Bersama-sama dengan Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo maka
dibentuklah Indische Partij (IP) pada tahun 1912. Keinginan IP untuk mewujudkan cita-
cita itu mendapatkan respon positif dari masyarakat pada waktu itu . Keanggotaan IP
berkembang dengan pesat. Senagai seorang koresponden surat kabar de Locomotief di
Semarang dan akhirnya di majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres, Douwes
Dekker dengan mudah dapat mengutarakan gagasannya. Ia berpendapat hanya melalui
kesatuan aksi melawan kolonial dapat mengubah sistem yang berlaku. Kesatuan Aksi
dapat memberikan sebuah peluang adanya perubahan sistem dikarenakan dengan
adanya aksi ada konsolidasi dan mobilisasi massa yang dapat memberikan efek kejut
pemerintah dan perubahan dimasa yang akan datang seperti layaknya Demonstrasi.

Ia juga berpendapat bahwa setiap gerakan politik haruslah mempunyai tujuan akhir yaitu
kemerdekaan. Pendapat itulah yang kemudian ditulis dalam Het Tidjschrif dan De
Expres, Kedekatan Douwes Dekker dengan Pelajar STOVIA di Jakarta membuka peluang
bagi pemuda terpelajar saat itu untuk menuangkan gagasan-gagasan mereka dalam
surat kabar Bataviaasch Niuewsblad, saat ia melakukan propaganda ke seluruh Jawa dari
tanggal 15 September hingga 3 Oktober 1912. Dalam perjalanannya itu ia
menyelenggarakan rapat-rapat dengan elit lokal di Yogyakarta, Surakarta, Madiun,
Surabaya, Tegal, Semarang, Pekalongan dan Cirebon. Dalam pertemuannya dengan para
tokoh elit BU itu Douwes dekker mengajar membangkitkan semangat Golongan
bumiputera untuk menentang penjajahan. Dari kunjungannya itu menghasilkan
tanggapan poisitif di Kota-kota yang dikunjunginya. Dari IP kemudian mendirikan 30
Cabang dengan jumlah anggota 730 orang. Kemudia terus bertambah hingga mencapai
6000 orang yang terdiri dari orang Indo dan Bumiputera. Dalam anggaran dasa IP
disebutkan bahwa untuk membangun patriotisme bangsa Hindia kepada tanah airnya
yang telah memberikan mereka lapangan hidup, dan menganjurkan kerjasama untuk
persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia Belanda dan untuk
mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Bagi pemerintah kolonial keberhasilan
IP mendapat simpatisan dari masyarakat merupakan suatu yang berbahaya. Organisasi
itu kemudia dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan berbahaya (Pertengahan 1913).
Pemimpinnya kemudia ditangkap dan dibuang Douwes Dekker diasingkan ke Timor,
Kupang.

Cipto Mangunkusumo dibuang ke Bkamu, Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka.


Tiga Serangkai itu kemudian dibuang ke Negeri Belanda. Pembuangan Tiga Serangkai itu
membawa dampak luas tidak hanya di Hindia Belanda tetapi juga di Negeri Belanda. Di
Hindia Belanda, keberadaan mereka semakin mendorong bumiputera untuk
memperjuangkan hak-haknya. Sementara di Negeri Belanda menjadi perdebatan politik
di kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Belanda tentang pergerakan rakyat Indonesia.

Karena alasan kesehatan, pada 1914 Cipto Mangunkusumo dipulangkan ke Indonesia.


Douwes Dekker dipulangkan pada 1917 dan Ki Hajar Dewantara dipulangkan 1918.
Setelah IP dibubarkan dan pimpinannya menjalankan pembuangan organisasi tersebut
itu kemudia bernama Insulinde. Namun organisasi itu kurang mendapat sambutan dari
masyarakat, kemudian tahun 1919 bergannti nama menjadi Nationaal Indische
partij (NIP). Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa (1922),
sebagai badan perjuangan dan perjuangan politik.

Gambar 3. Pelopor Indische Partij (dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, Ki Hajar
Dewantoro)

4. Muhammadiyah

Pada abad ke-19, muncul gerakan pembaruan di negar-negara Islam, di Asia


Barat. Pemikiran itu merupakan reaksi atas tantangan Barat. Gerakan itu berpusat di
Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir dengan pimpinan Jamaluddin Al Afghani. Pengaruh
gerakan itu sampai di Indonesia dengan tokoh-tokohnya Muhammad Iqbal dan Amir Ali.
Reformasi Islam dapatlah dikatakan sebagai gerakan emansipasi keagamaan, yaitu
dengan perbaikan kaum muslimin melalui pendidikan yang sedapat mungkin sejajar
dengan pendidikan barat. Di Jakarta, tahun 1905, berdiri perkumpulan Jamiyatul Khair
yang mendirikan Sekolah Dasar untuk masyarkat Arab. Sekolah Modern muncul itu
disamping mengajarkan agama juga mengaarkan Pelajaran Berhidutng, sejarah geografi
dll.

Muhammadiyah merupakan jawaban atas permasalahan yang dialami oleh masyarakat


Indonesia pada masa penjajahan Belanda terutama pada awal abad ke 20.. Melihat
keterbelakangan masyarakat Indonesia dari belenggu penjajahan. Muhammad Darwisy
atau yang sering disebut dan dikenal oleh umum sebagai KH Ahmad Dahlan merupakan
seorang anak dari Abu Bakar Bin Sulaiman lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 yang
merupakan seorang imam Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Hidup dilingkunan yang
memiliki latar belakang agama yang kental tentu saja membentuk jati diri Muhammad
Darwisy menjadi seorang yang taat dalam beragama. Muhammad Darwisy tinggal dan
besar di Kauman Yogyakarta. Menurut Arifin (2018:363) Ahmad Dahlan merupakan
keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang anggota walisongo.

Muhammad Darwisy sendiri merupakan seorang anak yang tidak mengikuti pendidikan
formal pada masa itu dan lebih diajarkan oleh ayahnya sendiri. Maksud dan tujuan dari
tidak disekolahkannya Muhammad Darwisy ke sekolah Gubernemen adalah karena
masyarakat Jawa khususnya pemuka agama menganggap bahwa mengikuti pendidikan
yang diselenggarakan oleh Belanda merupakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh
agama dan bersifat kafir. Dibawah asuhan ayahnya Muhammad Darwisy belajar banyak
tentang ilmu-ilmu agama islam seperti bahasa arab, fiqh. Melihat kondisi masyarakat
Islam yang tertinggal dari segi pengetahuan keagamaan dan tercemarnya ajaran
keagamaan dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang masih lekat dengan budaya
Hindu-Buddha dana ajaran nenek moyang membuat hati Muhammad Darwisy tergerak
untuk segera melakukan perubahan dalam masayrakat Jawa dimulai dengan masayrakat
Yogyakarta pada masa itu.

Menurut Ni’mah (2017:55) Atas bantuan kakanya, Haji Shaleh pada tahun 1890
Muhammad Darwisy dikirim ke Mekkah untuk memperdalam pengetahuan agama Islam,
seperti seni membaca Al Qur’an, Tafsir, Tauhid, Ilmu Hukum dan Ilmu Salah. Ia tinggal di
Mekkah selama 1 tahun dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib ulama Syafi’iyah
Mekkah. Sebagai anak dari Imam Besar Masjid Yogyakarta, Muhammad Darwisy dituntut
untuk mampu memberikan kontribusi untuk masyarakat Yogyakarta meningat
Muhammad Darwisy akan menggantikan ayahnya jika ayahnya sudah meninggal pada
waktunya nanti. Muhammad Darwisy mendapatkan ide-ide dan gagasan seiring ia
mengadakan Dialog tentang pemikiran-pemikiran wahabi dan kaum pembaharu dari
daerah Timur Tengah seperti pemikiran dari Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Muhammad Darwisy mengenal banak tentang adanya sebuah nilai-nilai pembaruan
dalam ajaran Islam. Ajaran Islam tidak serta merta hanya merupakan sebagai identitas
masyarakat saja tetapi lebih dari identitas dimana ajaran Islam harus disesuaikan dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman

Menurut Assegaf (2013:166) Muhammad Abduh setelah pertemuannya dengan


Jamaludin Al Afghani berusaha mengadakan penyesuaian ajaran Islam dengan tuntutan
zaman, seperti penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi.
Yangmana gagasan inilah yang disebut dengan Modernisasi. Muhammad Darwisy mulai
merenunkan ide-ide gagasan Muhammad Abduh yang memiliki gagasan menentang
adanya Taqlid seperti :

1. Sangat mengagung-agungkan para leluhur dan para guru mereka secara


berlebihan

2. Mengi’tikadkan agungnya pemuka-pemuka agama yang silam seolah-olah telah


mencapai kesempurnaan

3. Takut dibenci orang dan dikritik bila ia melepaskan pemikirannya serta melatih
dirinya untuk berpegang kepada apa yang dianggapnya benar seara mutlak.

Gagasan tersebut lantas dapat diartikan poin demi poin sebagai berikut. Muhammad
Darwisy pada dasarnya menanaman nafas-nafas kesetaraan dalam pemurnian
keagamaan islamnya dimana dalam hal ini Muhammad Darwisy menolak adanya sebuah
pemujaan berlebihan kepada seseorang yang dianggap memiliki ilmu keagamaan yang
lebih tinggi atau memberikan julukan kepada seseorang yang dianggap memilki ilmu
yang tinggi. Dalam konteks ini Muhammad Darwisy ingin memberikan sebuah
pemahaman bahwa pada dasarnya guru-guru dan leluhur mereka pada dasarnya sama
dengan kita yang memiliki predikat sebagai manusia biasa. Ilmu yang dimiliki oleh
mereka di dapatkan dengan adanya kerja keras dan Tawakal tidak ada unsur magis
bahkan mistis yang menyebabkan mereka memiliki kemampuan yang berbeda dengan
manusia kebanyakan pada dasarnya dalam pandangan Modern tidak ada stratifikasi
sosial antar umat Islam di dalamnya karena Allah SWT menciptakan manusia masih
dengan sisi kekuranganya.

Lalu selanjutnya adalah ketakutan manusia untuk melepaskan pola pikir lamanya atau
kolot. Kebenaran memang sifatnya adalah tunggal dan konsep dari kebenaran tidak ada
yang mengetahuinya secara pasti selain Allah SWT, namun pada hakikatnya manusia bisa
dekat dengan kebenaran dimana wujud kebenaran itu sendiri tercantum di dalam Al-
Quran dan As-Sunnah, Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Madjid
(2013:212) yaitu Demikianlah modernitas (kemodernan, sikap yang modern) yang
nampaknya menngandung kegunaan praktis yang langsung , tapi pada hakikatnya
mengandung arti yang lebih mendalam yaitu pendekatan kepada kebenaran mutlak.

Setelah melalui proses panjang perjalanan KH Ahmad Dahlan dalam mencari sebuah
formulasi yang tepat untuk menyadarkan umat Islam yang tertindas dan tertinggal
secara moral maupun pendidikan dengan memperdalam ilmu agama di Mekkah pada
tahun 1890 dan 1903-1906 telah memberikan sebuah pengalaman yang luar biasa bagi
KH Ahmad Dahlan dalam mencetuskan nafas-nafas pergerakannya bagi Umat Islam
Jawa. Belajar dari pemikiran Muhammad Abduh yang melakukan sebuah
tindakan Tajdid dalam gagasan pembaruan sebuah sistem sosial di masyarakat Jawa.

Dengan Meresapi Ayat Al Quran dari Surah Ali Imran 104 KH Ahmad Dahlan Akhirnya
mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan Muhammadiyah dimana Organisasi itu
berdiri pada tanggal 18 November 1912. dengan terjemahan sebagai berikut.dan
ditetapkan dalam (Anggaran Dasar Muhammadiyah)

Penjelasan dari ayat tersebut memiliki artian yang mendalam yaitu ajakan kepada
seseorang untuk mengajak seseorang kepada hal-hal yang baik dan mencegahnya dari
suatu perkara yang buruk. Dengan begitu maka merekalah orang yang beruntung, hal ini
dikarenakan memberikan sebuah pencerahan kepada umat yang sedang mengalami
penindasan dan ketertinggalan sebenarnya telah menjadi tanggung jawab Umat Islam
untuk membangkitkan masyarakat yang tertindas. Bentuk kongkret dari usaha itu adalah
dengan mendirikan organisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah lebih dari sekedar
gerakan keagamaan saja tetapi lebih banyak merambat pada bentuk-bentuk pergerakan
sosial masayrakat yang bergerak di bidang pendidikan dan organisasi sosial.

Menurut Ni’mah (2017:65) Metode pembelajaran yang dikembangkan oleh KH Ahmad


Dahlan bercorak pada kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh yang digunakan
adalah aktualisasi Surah Al Ma’un, KH Ahmah Dahlan berbicara bahwa kalian sudah hafal
Surah Al Ma’un, tapi bukan itu yang saya maksud, Amalkan!. Artinya diprakrikan,
dikerjakan!. Rupanya saudara-saudara belum mengamalkannya. Oleh karena itu, mulai
hari ini, saudara-saudara agar pergi berkelliling mencari orang miskin. Kalau sudah
dapat, bawalah pulang ke rumahmu masing-masing. Berilah mereka mandi dengan
sabun yang baik, pakaian yang bersih, berilah makan dan minum, serta tempat tidur di
rumahmu. Sekarang juga pengajian saya tutup, dan saudara-saudara melakukan
petunjuk saya tadi.

Contoh penerapan aktualisasi dari KH Ahmad Dahlan memberikan sebuah manfaat bagi
masyarakat Islam dimana umat islam mulai daiajarkan sebuah sikap Filantropi antar
sesama manusia. Tujuan utama dari diajarkannya Aktualisasi berdasarkan Surah Al Ma’un
dikarenakan urgensi yang terjadi pada masa itu memang masyarakat Islam Jawa masih
dilanda kemiskinan dan kebodohan sehingga KH Ahmad Dahlan ingin segera
memperbaiki kondisi masyarakat tersebut dengan langkah-langkah nyata melalui murid-
muridnya. Menurut Tohari dalam Amar (2017:6-7) Menjelaskan bahwa Muhammadiyah
tidak begitu tertarik dengan politik keagamaan melainkan lebih cenderung pada kerja-
kerja, kemanusiaan, kedermawanan, cinta sesama, bagi mereka Islam itu lebih
mementingkan amal daripada spekulasi-spekulasi teologis.

Penerus Muhammadiyah dalam konteks ini adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah atau
yang sering juga disebut sebagai Hoofd Bestuur Muhammadiyah tampuk kekuasaan
kepemimpinan Muhammadiyah berlanjut pasca wafatnya KH Ahmad Dahlan pada tahun
1923 dengan diteruskan oleh KH Ibrahim.

KH Ibrahim merupakan suksesor dari KH Ahmad Dahlan yang banyak


memberikan sumbangan kepada kemajuan masayrakat terutama masyarakat Islam di
Jawa dengan mendirikan Majelis Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1927 Menurut
Bakhtiar (2017:77) Sejak berdirinya lembaga fatwa ini hingga tulisan ini diturukan telah
melahirkan banyak produk pemikiran keagamaan termasuk dalam bidang hukum islam
yang mempengaruhi wacana pemikiran hukum di Indonesia baik secara tataran teoritis
maupun aplikatif mulai dari bidang ibadah yang bersifat privat hingga hukm Publik.
Pejelasan tersebut menjelaskan bahwa KH Ibrahim mampu memberikan kontribusinya
terhadap kodifikasi hukuum di masyarakat Indonesia dimana dalam perkembangannya
Majelis Tarjih berperan sebagai obor bagi masayakat Muhammadiyah khusunya karena
Majelis tarjih lah yang memberikan penyeleaian terkait permasalahan-permaslahandalam
bidang hukum agama maupun hukum Publik. KH Ibrahim wafat pada umur 46 Tahun
atau tepatnya pada tanggal 13 Oktober 1932 dikarenakan menderita sakit.

Selanjutnya tampuk kepempimpinan Muhammadiyah mengalami pergantian


dimana Pimpinan Muhammadiyah berganti pada KH Hisyam. Menurut website resmi
Muhammadiyah (m.muhammadiyah.or.id) Pada Periode Kepemimpinan Hisyam ini,
Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar tiga tahun (Volkschool atau sekolah Desa)
dengan menyamai persyaratan dan kurikulum sebagaimana Vervolgdchool gubermen.
Setelah itu diua pula vervolgschool Muhammadiyah sebagai lanjutannya.

Muhammadiyah tidak main-main dalam memajukan masyarakat Indonesia dalam bidang


pendidikan dimana dalam hal ini Muhammadiyah berani untuk mengambil can
mencontoh pola pendidikan yang diterapkan oleh sekolah Belanda. Hal ini dikarenakan
Muhammadiyah memiliki sudut pandang bahwa proses pendidikan untuk memajukan
dan menyadarkan umat tidak harus melulu mengenai pendidikan agama, tetapi
diperlukan pendidikan formal yang mencakup pelajaran-pelajaran alam sehngga mampu
memberikan impact lebih dalam kemajuan masayarakat Indonesia. Sebelumnya KH
Ahmad Dahlan sudah melakukan hal ini namun perkembangan sekolah-sekolah
Muhammadiyah dan Administrinya baru berkembang pesat pada kepemimpinan Kh
Hisyam.

Selanjutnya adalah KH Mas Masyur dimana KH Mas Masyur merupakan Anggota MIAI
dan Anggota PUTERA atau lebih dikenal Empat Serangkai bersama Soekarno Hatta dan
Ki Hajar Dewantara. KH Mas Massyur merupakan Pimpinan Muhammadiyah yang berasal
bukan dari lingkungan Kauman Yogyakarta yang menjadi jantung Muhammadiyah
hingga saat ini.

KH Mas Mansyur melakukan sebuah terobosan dengan mengembangkan kegiiatan


dakwah dengan lebih luas dan lebih efektif menggunakan Media Massa, Penggunaan
penyebaran Dakwah menggunakan Media Massa dilakukan melihat kefektifitasannya
dan mampu di sebarkan keberbagai kelompok masayrakat tanpa harus berkunjung
untuk menyampaikan risalah. Menurut Febriansyah dkk (2013:16) Menjelaskan Bahwa
mas Mansyur menerbitkan surat kabar berbahasa jawa huruf Arab Pegon
bernama Jinen yang terbit dua bulan sekali, selain itu Mas Masyur juga menerbitkan
majalah Suara Santri melalui dua media ini Mas Mansyur menulis berbagai macam artikel
yang membahas tentang kemusyrikan dan kemunafikan. KH Mas Mansyur Wafat pada
Tanggal 24 April 1946 di Rumah Sakit Darmo Surabaya.

Lalu diakhir Masa Pergerakan Indonesia terdapat satu tokoh yang memiliki andil dalam
kemerdekaan Indonesia. Tokoh tersebut Bernama Ki Bagus Hadikusumo. Ki Bagus
Hadikusumo lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 24 November 1890. Ki Bagus
merupakan Santri sekaligus Sahabat KH Ahmad Dahlan.

Menurut Hisyam (2011:5) Meskipun karakter santri mewarnai sangat kental kepribadian
hidayat, tetapi ia adalah seseorang Jawa yang sangat mencintai identitas kejawaannya.
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Ki Bagus Hadikusumo yang memiliki
nama lain Raden Hidayat adalah seseorang yang mencintai kebudayaan jawa. Jika
ditelisik dari berdirinya.organisasi Muhammadiyah dengan misi utama adalah untuk
menghilangkan praktik Takhayul, Bid’ah Churafat (TBC) lalu mengapa dalam hal ini Ki
Bagus Hadikusumo masih berkutat pada kebudayaan Jawa yang sangat kental dengan
praktik TBC yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam. Hal ini tentu saja menjadi
sebuah salah satu alasan ditulisnya latar belakang dari proposal skripsi ini. Dapat
dipastikan jika terdapat sebuah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam
sikap Ki Bagus Hadikusumo yang menjalani kehidupan tersebut.

Selain langkah yang diambil tersebut juga dijelaskan dalam Hisyam (2011:5) Ki
Bagus Hadikusumo adalah seseorang yang hanya menyelesaikan bangku pendidikannya
setara dengan Sekolah Dasar (SD) tetapi ia memiliki kecerdasan yang istimewa. Dari
pernyataan diatas juga dapat dijelaskan bahwa Ki Bagus Hadikusumo merupakan
seseorang yang memiliki keinginan yang gigih. Kegigihan tersebutlah yang perlu diteliti
lebih lanjut guna menarik nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam diri Ki Bagus
Hadikusumo sebagai seseorang yang memilki kecerdasan istimewa. Hal ini sebenarnya
dapat dilihat dari gagasan-gagasan yang dikeluarkan oleh Ki Bagus Hadikusumo untuk
Persyarikatan Muhammadiyah maupun Bangsa Indonesia.

Peran dari seorang suksesor bukan merupakan salah satu tugas yang mudah.
Suksesor memiliki perang yang penting dikarenkan berada pada pundak suksesorlah
sebuah organisasi atau persyarikatan menentukan kemajuannya atau kemundurannya.
Peran Ki Bagus Hadikusumo tidaklah mudah, dimana ia harus menanggung beban
keorganisasian dan persyarikatan dalam waktu yang bersamaan dimana pada tahun
1945 Ki Bagus Hadikusumo menjabat sebagai ketua persyarikatan Muhammadiyah
sekaligus menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Hal ini menjadi sebuah beban yang sangat
berat diemban oleh Ki Bagus Hadikusumo

Menurut Prawoto Mangkusasmito dalam Mahanani (2017:3) hanya 15 orang saja


dari 61 anggota BPUPKI yang benar-benar mewakili aspirasi politik umat islam. Dari 15
anggota sersebut termasuk satu yaitu Ki Bagus Hadikusumo. Alasan dari Ki Bagus
Hadikusumo dalam merumuskan sebuah dasar negara berdasarkan keagamaan tidak
bisa dilepaskan dari pemikiran keagamaan yang dibawa melalui persyarikatan
Muhammadiyah. Namun seiring berjalannya waktu Ki Bagus Hadikusumo menghendaki
pembentukan negara tidakberdasarkan asas keagamaan sebagai dasar negara tetapi
menggunakan asas kebangsaan dengan melibatkan keseluruhan unsur yang ada di
Indonesia. Sikap seperti inilah yang sarat akan nilai pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran dikelas. Hal yang perlu ditindaklanjuti dari pernyataan tersebut adalah
apakah yang melatarbelakangi Ki Bagus Hadikusumo tidak memaksakan pendapatnya
tentang dasar kenegaraan Indonesia berdasarkan agama, dan justru mendukung
kalangan nasionalis dalam menciptakan landasan negara.

Gambar 4. Hoofdbestuur Moehammadijah (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) 1912

5. Nahdlatul Ulama

Pembaruan Islam yang dilakukann di Kota-kota mendorong kaum tua yang ingin
mempertahankan tradisi mereka untuk mendirikan organisasi. Rekasi positif ddari
golongan tradisionalisme adalah lahirnya organisasi di kalangan mereka. Saat itu
kebetulan bertepatan dengan akan dilakukannya Kongres Islam sedunia (1926), di Hijaz.
Para ulama terkemuka saat itu kemudian membentuk lembaga yang bernama Jam’iyatul
Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 januari 1926 di Surabaya. Sebagai pendiri organisasi ini
Kyai Haji Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya . organisasi ini berpegang teguh
pada Ahlusunnah wal Jam’ah. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial,
ekonomi dan pendidikan.

Pada dasarnya NU tidak berurusan dengan permasalahan politik. Dalam kongres yang
diadakan di Surabaya, 28 Oktober 1928, diambil keputusan untuk menentang kaum
reformis dan perubahan-perubahan yang dilakkan oleh paham Wahabi. Pada gilirannya
pertentangan antara kaum reformis dan tradisionalis itu tidak saja dapat dikurang.
Mereka bahkan melakukan kerjasama dalam melakukan perubahan. NU termasuk
organisasi yang giat mengubah tradisi berkhutbahnya dari berbahasa arab ke bahasa
daerah yang dapat dimengerti oleh jamaahnya. Selain itu NU juga memperbaiki
organisasi secara Modern, yaitu dengan mendirikan lembaga-lembaga sosial mulai
didirikan seperti rumah sakit, rumah yatim piatu, serta sekolah-sekolah. Yang tidak kalah
penting dalam konteks Indonesia adalah bangkitnya nasionalisme modern yaitu
nasionalisme non kesukuan.

Pada tahun 1935, NU berkembang Pesat, NU sudah mempunyai 68 cabang dengan


6.700 anggota. Pada tahun 1938, dalam kongresnya di Menes, Pandeglang. Banten. NU
berusaha untuk mendapatkan memperluas pengaruhnya ke seluruh Jawa. Kongres
selanjutnya di Surabaya tahun 1940 diputuskan untuk mendirikan Wanita Nahdlatul
Ulama Muslimat dan pemudanya dibentuklah Organisasi Ansor.

Gambar 5. Founding Fathers Nahdlatul Ulama

6. Organisasi Islam Lainnya

Gerakan Islam Moderin juga dilakukan oleh Keturunan Arab di Indonesia. Pada
tahun 1914 didirikan perkumpulan Al-Irsyad oleh Syekh Ahmad Surkati. Ia berkeinginan
agar pendidikan agama islam dilakukan sejak dini dan diajarkan secara terus menerus.
Juga dikembangkan Ukhuwwah Islamiyah diantara pemeluk agama Islam. Banyaknya
keturunan Arab yang berdomisili di Indonesia juga mendorong A.R Baswedan untuk
mendirikan Partai Arab Indonesia pada tahun 1934. Mereka berpendapat bahwa
Indonesia sebagai tanah airnya, karena mereka dilahirkan sebagai seorang perempuan
Indonesia.

Di Sumatera Barat juga berdiri Thawalib organisasi ini didirkan oleh pemuda
Sumatera Barat organisasi ini bergerak dibidang Pendidkan dan Politik secara cepat
pengruh organisasi itu meluas di Sumatera Barat. Sebagai Organisasi politik yang radikal,
Thawalib kemudian dilarang untuk beraktivitas oleh pemerintah Kolonial 1936.

Di Bandung berdiri Persatuan Islam (Persis). Organisasi ini muncul akibat dari
reaksi pembatasan kegiatan Jamiyatul Khairm. Pada tahun 1923 oleh Kiai Hasan.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran Agama dan semanagat Ijtihad
(Pembaruan) dengan melakukan dakwah dan pembentukan kader melalui Madrasah dan
Sekolah.

Di Kalimantan Selatan juga berdiri organisasi yang merupakan kelanjutan dari SI.
Usaha SI dibidang pendidikan dilanjutkan dengan mendirikan Madrasah Daru Salam.
Madrasah ini dilengkapi dengan Asrama dan Sawah sebagai tempat untuk belajar
mandiri para santri.
Di Aceh Tengku M. Daud Beureureh pada tanggal 1939 mendirikan Persatuan
Ulama Seluruh Aceh (PUSA) dengan juga ikut melanjutkan cita-cita SI (Sarekat Islam)
dengan memajukan pendidikan agar terlaksana syariat Islam selanjutnya Nahdatul
Wathan juga berdiri di Nusa Tengggara Barat tujuannya untuk meningkatkan kesadaran
agama dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.

7. Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)

MIAI merupakan gabungan dari organisasi politik dan beberapa organisasi massa yang
bersifat moderat terhadap Belanda. Golongan Muslim yang tergabung memilih sikap
non kooperasi terhadap pemerintah. Saat Jepang berkuasa, organisasi ini mendapatkan
Kelonggaran menjalankan aktivitasnya, sementara aktivitas organisasi yang lain dilarang.
Karena MIAI dipandang sebagai organisasi yang anti barat

Sebagai organisasi yang diakui Jepang MIAI dianggap kurung memuaskan


pemerintahan Jepang. Pada Oktober 1943 MIAI dibuburkan diganti dengan Majelis
Syuro Muslimin (Masyumi). Masyumi dipimpin oleh K.H. Hasyim Asyari, K.H Mas
Mansyur, KH Farid Ma’aruf, K.H Hasyim, Kartosudarmo, K.H Nachrowi dan Zainal Arifin.

Gambar 6. Gedung Operasional MIAI

8. Organisasi Pemuda

Di samping organisasi keagamaan juga berkembang organiasi dan partai politik.


Organisasi masihbersifat kedaerahan dan menentang kolonialisme. Organiasi itu
mempunyai tujuan untuk kebangsaan dan cinta tanah air. Pada kalangan pemuda
berkembang berbagai gerakan untuk membebaskan tanah air dari penjajahan antara lain
seperti Tri Koro Dharmo, didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915. Dengan ketua dr
Satiman Wiryosanjoyo. Perkumpulan itu beranggotakan pemuda-pemda Jawa. Dalam
kongresnya di Solo organisasi itu berubah nama menjadi Jong Java. Lalu pada tahun
1920 Jong Java memproyeksikan gerakan secara nasional tidak hanya sebatas pada
kedaerahan.

Pemuda Sumatera juga mendirikan persatuan pemuda Sumatera yang dikenal


dengan Jong Sumatranen Bond. Organisasi itu didirikan pada 1917 di Jakarta. Persatuan
itu bertujuan untuk memperkukuh hubungan antarpelajar yang berasal dari Sumateram
hal lain juga untuk menumbuhkan kesadaran di antara anggotanya, dan membangkitkan
kesenian Sumatera. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin.

Perkumpulan lainnya dibentuk berdasarkan daerah yang ada, antara lain Jong
Minahasa, Jong Celebes dan Jong Ambon. Perkumpulan tersebut pada akhirnya berfusi
atau menggabungkan diri dalam Indonesia Muda. Disamping itu juga terdapat
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia atau PPPI (1925), oleh mahasiswa Jakarta dan
Bandung. Tujuan PPPI ini adalah mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan organisasi ini
bersifat anti imperalisme. Di Bandung pada 1927 berdiri Jong Indonesia. Berbeda
dengan organisasi-organisasi pemuda sebeumnya organisasi ini sudah bersifat nasional.
Organisasi itu kemudian berganti nama menjadi Pemuda Indonesia dan organisasi
wanitanya Putri Indonesia.

Gambar 7. Perkumpulan Tri Koro Dharmo

9. Organisasi Wanita

Pada usaha pendirian organisasi Wanita ada Kartini Fonds yang didirikan oleh Th
Van Deventer sebagai seorang penasihat politik Etis. Perkumpulan ini didirikan pada
tahun 1912 dengan tujuan mendirikan sekolah kartini. Pada tahun 1913-1915 berdiri
berbagai organisasi wanita, terutama di Jawa dan Minangkabau, fokus dari berdirinya
organisasi ini adalah mendobrak semua tradisi yang mengukung wanita dan keinginan
untuk memajukan mereka seperti pada tahun 1913 berdiri Organisasi Kautaman Istri di
Tasikmalaya oleh Dewi Sartika.

Gambar 8. R.A Kartini dan Dewi Sartika Wujud Nyata Memperjuangkan Perempuan

10. Partai Komunis Indonesia (PKI)

Dalam kongres nasional SI yang pertama peggabungan prinsip Islam dan


sosialisme dibocarakan. Sosialisme dipandang sebagai simbol modern yang berlawanan
dengan imperalisme. Suatu paham yang dipandang dapat membawa keadilan sosial,
kemakmuran dan kemerdekaan bangsa yang terjajah. Sementara itu di Belanda, Henk
sneevliet, Brandster dan Dekker mendirikan ISDV, mereka berusaha mencari kontak
dengan IP dan SI untuk mendekati rakyat namun tidak berhasil.

Untuk mendapatkan pengaruh yang luas dikalangan masyarakat Indonesia,


Sneevliet berusaha memasukan ajaran-ajaran komunis kepaa masyarakat. Pilihan
Sneevliet agar dapat menguasai masyarakat yaitu melalui organisasi yang mempunyai
wibawa dan pengaruh luas sehingga dipilihlah SI (Sarekat Islam). Cepatnya pengaruh
komunis di Indonesia mencermikan buruknya perekonomian dan hubungan antara
gerakan politik dan pemerintah Belanda. Radikalisme kaum komunis menyebabkan
pemerintahan hindia Belanda mengusri kaum komunis Belanda untuk pergi dari
Indonesia. Dengan kepergian tersebut terjadi pergantian kepemimpinan. Pada tahun
1920 organisasi itu kemudian berganti nama Partai Komunis Hindia dan tahun 1924
berganti menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Komunisme mudah menarik bagi kaum
yang terjajah karna mereka beranggapan segera terbebas dari penjajahan itu sebabnya
paham ini cepat menyebar ke masyarakat.
Pada saat bersamaan Pemerintah Belanda menangkap kader PKI yang melakukan
aksi politik lalu Semaun dan Darsono melarikan diri ke Soviet dan kepemimpinan PKI
dilanjutkan oleh Tan Malaka dikarenakan SI dan PKI terlibat dalam pemogokan besar
tahun 1922, Tan Malaka dan Abdul Muis ditangkap dan di Asingkan lalu PKI masuk
dalam jaringan Komunis Internasional (Comintern)

Lalu pada tahun 1926-1927 pemimpin PKI melakukan pemberontakan, pimpinannya


kemudian dibuang ke Boven Digul. Tindakan itu merupakan penyimpangan dari pola-
pola kaum terpelajar dengan semangat Kebangkitan Nasional.

Gambar 9. Partai Komunis Indonesia Cabang Batavia

11. Perhimpunan Indonesia

Pada awal abad ke-20, para pelajar Hindia yang berada di Belanda mendirikan organisasi
yang bernama Indische Vereniging (1908), yaitu perkumpulan Hindia yang
beranggotakan orang-orang Hindia, Cina dan Belanda. Organisasii itu didirikan oleh R.M.
Notosuroto, R. Panjir Sostrokartono dan R. Husein Jajadiningrat. Semula organisasi itu
bergerak dibidang sosial dan kebudayaan sebagai ajang bertukar pikiran tentang situasi
tanah air. Organisasi itu juga menerbitkan majalah yang diberi nama Hindia Putera.

Banyaknya Pemuda yang dibuang ke Belanda, semakin menggiatkan aktivitas


perkumpulan itu. Dalam perkembangan selanjutnya perkumpulan itu mengutamakan
masalah-masalah politik. Jiwa kebangsaan yang semakin kuat diantara mahasiswa Hindia
Belanda mendorong mereka untuk mengganti nama Indische Vereniging menjadi
Indonesische Vereniging (1925), dengan pimpinan Iwa Kusuma Sumantri, JB Sitanala,
Moh Hatta, Sastramulyono dan D. Mangunkusumo. Nama perhimpunannya diganti lagi
menjadi “Perhimpunan Indonesia” (PI). Nama majalah terbitan mereka juga berganti
nama Indonesia Merdeka. Itu semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas
nasionalis yang muncul diluar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru,
merah putih sebagai lambang mereka dan Pangeran Diponegoro sebagai simbol tokoh
perjuangan.

PI bersemboyan “self reliance, not mendiancy” yang berarti tidak meminta-minta


dan menuntut-nuntut. Dalam anggaran dasarnya juga disebutkan, bahwa kemerdekaan
Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama, yaitu kekuatan serentak oleh seluruh
rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri. Dengan semboyan dan nafas pergerakan
seperti ini PI dibawah pimpinan Moh. Hatta dapat berkembang pesat dan merangsang
Mahassiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan kemedekaan tanah airnya.

Aktivitas PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara
Internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap
pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan
demikian jelaslah bahwa perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik
pergerakan Indonesia. Karena Perhimpunan itu lahir di Negeri asing yang saat itu
menjadi penjajah tanah Hindia. Dari tempat yang jauh itulah perkumpulan pemuda
terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia.
Jelaslah bahwa para pemjuda Indonesia tidak takut untuk membela dan berjuang untuk
kemerdekaan tanah airnya dengan segala resikonya.

Gambar 10. Perhimpunan Indonesia

12. Taman Siswa

Awalnya Taman Siswa bernama Nationaal Onderwijs Instituut Taman


Siswa (Institut Pendidikan Nasional Taman Siswa). Saat itu taman siswa hanya memiliki
20 murid kelas Taman Indria. Namun, kemudian Taman Siswa berkembang pesat dengan
memiliki 52 cabang dengan murid kurang lebih 65.500 siswa.

Azas Taman Siswa adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani” artinya adalah “Guru didepan harus memberi contoh atau teladan,
ditengah harus bisa menjalin kerjasama dan dibelakang harus mampu memberi motivasi
atau dorongan kepada siswanya” azas ini masih relevan digunakan hingga saat ini.

Taman Siswa mendobrak sistem pendidikan Barat dan pondok pesantren dengan
mengajukan sistem pendidikan Nasional. Pendidikan nasional yang ditawarkan adalah
pendidikan bercirikan kebudayaan asli Indonesia. Taman Siswa mengalami banyak
kendala dari pihak-pihak yang tidak mendukung. Pemerintah Belanda mengeluarkan
berbagai macam aturan yang membatasi ruang gerak Taman Siswa seperti dikenai
Undang-Undang Ordonansi Sekolah Liar tahun 1932 yakni larangan mengajar bagi guru-
guru yang terlibat partai politik. Namun yang perlu digarisbawahi adalah Taman Siswa
mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat luas dengan
pendidikan.

Gambar 11. Organisasi Taman Siswa

13. Organisasi Buruh

Perkumpulan Adhi dharma yang didirikan oleh Suryopranoto (Kakak Ki Hajar Dewantoro)
pada tahun 1915 berperan sebagai organisasi yang membela kepentingan kaum buruh,
termasuk membantu para buruh yang dipecat untuk memperoleh pekerjan baru dan
membantu keuangan mereka selama mencari pekerjaan. Pada bulan Agustus 1918,
Suryopranoto membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro Pandojo ing Joedo
atau Arbeidsleger (tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma.
Gambar 12. Raden Mas Suryopranoto Sebagai Pendiri Organisasi Buruh Adhi Dharma

Anda mungkin juga menyukai