Anda di halaman 1dari 52

Chat GPT

Mataram Binangun

I. Latar Belakang dari 3 buku

A. Babad Tanah Jawi merupakan salah satu naskah sejarah yang memuat kisah-kisah
tentang sejarah Jawa, termasuk mengenai Mataram Binangun. Konsep membangun
Indonesia yang terkandung dalam Mataram Binangun dapat dilihat dari beberapa hal
berikut:

1. Kesatuan wilayah: Mataram Binangun berhasil menyatukan sebagian besar wilayah


Jawa pada masanya melalui penaklukan dan persekutuan dengan kerajaan-kerajaan
kecil di Jawa. Hal ini menunjukkan konsep kesatuan wilayah yang penting dalam
membangun negara.
2. Sistem pemerintahan: Mataram Binangun memiliki sistem pemerintahan yang teratur
dan efektif, yang terdiri dari raja, para pembesar, dan pegawai-pegawai pemerintah
lainnya. Sistem pemerintahan yang baik menjadi fondasi dalam membangun negara
yang kuat dan stabil.
3. Pembangunan infrastruktur: Mataram Binangun juga giat membangun infrastruktur
seperti jalan raya, jembatan, dan irigasi untuk mendukung perekonomian dan
kehidupan masyarakat. Pembangunan infrastruktur yang baik menjadi pondasi
penting dalam pembangunan negara modern.
4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia: Mataram Binangun juga giat
mengembangkan pendidikan dan agama Islam di Jawa. Pendidikan dan agama Islam
dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
menumbuhkan karakter yang baik dalam masyarakat.
5. Perekonomian yang maju: Mataram Binangun juga memiliki perekonomian yang
maju, terutama dalam bidang perdagangan dan pertanian. Konsep perekonomian yang
maju menjadi penting dalam membangun negara modern yang mandiri dan kuat.

Konsep-konsep tersebut dapat menjadi inspirasi dalam membangun Indonesia yang lebih
maju dan berkembang di masa kini.

Sebagai contoh konsep pembangunan Indonesia yang terkandung dalam Babad Tanah
Jawi adalah tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam membangun kekuatan
negara. Hal ini tercermin dalam kisah pernikahan Sultan Agung Hanyokrokusumo dengan
putri dari Kesultanan Cirebon, Ratu Kencana Wungu. Pernikahan ini tidak hanya menjadi
tanda persatuan antara dua kerajaan, namun juga menjadi awal mula pengembangan
kesenian dan kebudayaan di wilayah Mataram. Selain itu, Babad Tanah Jawi juga
mencatat upaya Sultan Agung dalam membangun infrastruktur seperti pembangunan
jalan raya dan jembatan, serta perbaikan irigasi guna meningkatkan produksi pertanian.
Hal ini menunjukkan bahwa konsep pembangunan Mataram Binangun pada saat itu telah
mengintegrasikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan budaya dalam upaya membangun
kekuatan negara.

B. Buku Negara Kartagama juga mencerminkan konsep membangun Indonesia yang


terkandung dalam Mataram Binangun, terutama dalam hal penyatuan berbagai suku

1
dan agama di Jawa pada masa itu. Di dalam buku ini, terdapat deskripsi tentang tata
kelola kerajaan Mataram yang mengatur sistem administrasi, keamanan, pertanian,
dan perdagangan di wilayah kekuasaannya. Salah satu contoh konkret dari konsep
membangun Indonesia di dalam buku ini adalah pemikiran bahwa keberhasilan suatu
kerajaan bergantung pada keberhasilan membangun kesejahteraan rakyat dan menjaga
keamanan wilayahnya.

Selain itu, dalam buku ini juga terdapat uraian tentang kebijakan-kebijakan Mataram
Binangun dalam menjaga persatuan dan kesatuan di antara berbagai suku dan agama
di Jawa, seperti melalui pembentukan nagari (desa) dan menganut prinsip kearifan
lokal. Konsep ini sangat relevan dengan upaya membangun Indonesia modern yang
inklusif dan menghargai keberagaman.

Buku Negara Kartagama juga menunjukkan konsep membangun Indonesia melalui


kerajaan Mataram Binangun. Di dalam buku tersebut, terdapat deskripsi tentang
keberhasilan Mataram Binangun dalam membangun sebuah kerajaan yang kuat dan
berdaulat.

Salah satu contoh konsep tersebut adalah dalam hal pemerintahan. Buku Negara
Kartagama menyebutkan bahwa Mataram Binangun memiliki sistem pemerintahan
yang teratur dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari pembagian wilayah kekuasaan
dalam kerajaan, dimana terdapat wilayah-wilayah kecil yang diperintah oleh para
bupati yang tunduk kepada raja Mataram Binangun. Sistem ini memungkinkan raja
untuk mengendalikan seluruh wilayah kerajaan dengan efektif.

Selain itu, buku Negara Kartagama juga menunjukkan konsep membangun Indonesia
melalui perdagangan. Mataram Binangun dianggap sebagai pusat perdagangan
penting pada masanya, terutama dalam hal perdagangan rempah-rempah. Konsep
tersebut juga terlihat dari deskripsi tentang sistem pajak dalam kerajaan, dimana
rakyat diwajibkan membayar pajak atas hasil bumi dan perdagangan. Pajak ini
kemudian digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan kepentingan
negara lainnya.

Konsep membangun Indonesia yang terkandung dalam buku Negara Kartagama juga
menunjukkan pentingnya hubungan antara kerajaan dengan masyarakatnya. Dalam
buku tersebut, terdapat deskripsi tentang sistem kesenian dan budaya yang
berkembang di Mataram Binangun, seperti seni wayang, tari, dan musik. Hal ini
menunjukkan bahwa Mataram Binangun menghargai dan memperkaya kebudayaan
masyarakatnya serta berupaya untuk mempertahankan keberagaman budaya di
wilayahnya.

Secara keseluruhan, buku Negara Kartagama menunjukkan bahwa konsep


membangun Indonesia yang terkandung dalam kerajaan Mataram Binangun meliputi
aspek pemerintahan yang teratur dan efektif, perdagangan yang berkembang, serta
hubungan yang baik antara kerajaan dengan masyarakatnya.

C. Kakawin Sutasoma. Konsep Membangun Indonesia yang terkandung dalam


Kakawin Sutasoma menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam mencapai
kebahagiaan sejati, yang diwakili oleh konsep "satu bangsa, satu negara" atau dalam
bahasa Jawa "siji bangsa, siji negara". Konsep ini diwakili dalam ajaran Sutasoma

2
kepada raja Jayabaya, yang menyatakan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat diraih
melalui kesadaran kolektif dan kerja sama antara seluruh rakyat dan pemimpin.

Contoh konkret dari konsep ini dapat ditemukan pada bagian yang menggambarkan
hubungan antara raja dan rakyat. Dalam Kakawin Sutasoma, raja dianggap sebagai
pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan seluruh rakyatnya. Raja diminta
untuk memberikan perlindungan dan keadilan kepada seluruh rakyatnya, tanpa
memandang suku, agama, atau status sosial mereka.

Selain itu, Kakawin Sutasoma juga menekankan pentingnya persaudaraan dan toleransi
antarumat beragama. Hal ini terlihat pada hubungan Sutasoma dengan para biksu dan
raja, yang saling menghormati dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Dalam konteks modern, konsep ini dapat diaplikasikan dengan mendorong persatuan dan
kesatuan antara berbagai agama dan suku di Indonesia, serta mendorong kerja sama
antara pemerintah dan rakyat dalam mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

Dalam Kakawin Sutasoma, terdapat penggambaran tentang kerukunan antara umat Hindu
dan Buddha yang hidup dalam kebudayaan Jawa pada masa itu. Karya sastra tersebut
menggambarkan bahwa keberagaman agama dapat hidup berdampingan secara damai dan
saling menghormati. Selain itu, terdapat pula penggambaran tentang kehidupan
masyarakat Jawa yang diwarnai oleh nilai-nilai moral seperti kesederhanaan, kerja keras,
dan kebersamaan dalam membangun dan memajukan kehidupan bermasyarakat. Hal ini
juga mencerminkan konsep membangun Indonesia yang didasarkan pada kerukunan dan
kemandirian masyarakat yang saling mendukung.

Berikut ini adalah tabel yang membandingkan konsep membangun Indonesia yaitu Mataram
Binangun dari ketiga buku tersebut:

Buku Konsep Membangun Indonesia: Mataram Binangun


Babad Tanah Memiliki konsep kesatuan dan kerjasama antar wilayah, mengutamakan
Jawi keadilan, dan mementingkan kepentingan rakyat.
Membangun tata pemerintahan yang baik dan efektif, memperhatikan
Negara
kepentingan rakyat, serta menjaga stabilitas dan perdamaian dalam wilayah
Kertagama
kekuasaan.
Memiliki konsep kebijakan yang adil dan bijaksana, mendorong kemajuan
Kakawin
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menghargai keragaman budaya dan
Sutasoma
agama dalam masyarakat.

Bagaimana Bhinneka Tunggal Ika “Tanhanna Dharmma Mangrova” dapat disebut sebagai
semboyan hidup berbangsa bernegara bangsa Indoensia ?
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia yang
memiliki arti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Semboyan ini menggambarkan bahwa
meskipun Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya yang berbeda-
beda, namun mereka tetap satu dalam persatuan dan kesatuan.

Dalam konteks bangsa Indonesia, semboyan Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna
penting bahwa keragaman budaya dan agama di Indonesia bukanlah penghalang untuk hidup

3
bersama dalam harmoni dan persatuan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
semboyan ini juga menunjukkan bahwa warga Indonesia harus menghormati keberagaman
dan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan toleransi.

Selain itu, semboyan Dharmma Mangrora juga memiliki arti penting sebagai semboyan hidup
bagi bangsa Indonesia. Dharmma Mangrora berarti "bersatu padu dalam menjalankan tugas
dan kewajiban". Semboyan ini menunjukkan bahwa setiap warga negara Indonesia harus
memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menjalankan tugas dan kewajiban yang telah
ditetapkan oleh negara.

Dalam kesimpulannya, Bhinneka Tunggal Ika dan Dharmma Mangrora merupakan semboyan
hidup yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Kedua semboyan ini menggambarkan
pentingnya persatuan, kesatuan, dan kesadaran kolektif dalam menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai warga negara.

Pancasila dianggap sebagai mantra hidup benar berbangsa bernegara di Indonesia karena
Pancasila menjadi dasar ideologi negara Indonesia yang memuat nilai-nilai dasar yang harus
dipegang teguh oleh seluruh warga negara Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila yang
saling berkaitan dan saling menguatkan.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila ini juga menekankan
pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, menegaskan bahwa setiap manusia harus
dihormati dan diperlakukan dengan adil tanpa terkecuali. Sila ini juga menekankan
pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia, menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bersatu
dan tidak terpecah-belah. Sila ini menekankan pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, menegaskan bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat dan
harus dijalankan dengan bijaksana melalui mekanisme perwakilan. Sila ini menekankan
pentingnya nilai-nilai demokrasi dan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menegaskan bahwa setiap
warga negara harus diperlakukan secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan. Sila
ini menekankan pentingnya nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4
Pancasila sebagai mantra hidup benar berbangsa bernegara di Indonesia karena nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya telah teruji selama puluhan tahun dalam menjaga keutuhan dan
persatuan Indonesia, serta memberikan pijakan bagi pembangunan sosial, ekonomi, dan
politik di Indonesia. Pancasila menjadi pondasi yang kuat dalam membangun persatuan,
kesatuan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pandangan umum bahwa nilai-nilai keadilan dan kesopanan dalam kehidupan manusia
memang dianggap penting dalam banyak agama dan kepercayaan spiritual di seluruh dunia.
Sehingga, dalam konteks Pancasila, sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat diartikan
sebagai upaya untuk menunjukkan rasa hormat dan kepedulian kepada sesama manusia, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

Tentunya. Nilai-nilai keadilan dan kesopanan dalam kehidupan manusia dianggap penting
dalam banyak agama dan kepercayaan spiritual di seluruh dunia, seperti Islam, Kristen,
Hindu, Buddha, dan lainnya. Dalam konteks kepercayaan Islam, misalnya, sifat-sifat Tuhan
yang Maha Esa mencakup keadilan, kasih sayang, dan kebijaksanaan, sehingga manusia
diharapkan meniru dan mengimplementasikan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam konteks kepercayaan Kristen, misalnya, ajaran kasih dan toleransi dianggap
sebagai nilai-nilai yang penting untuk menjaga hubungan yang baik antara manusia dan Allah
serta antara manusia satu sama lain. Sedangkan dalam konteks kepercayaan Hindu,
kesopanan dan toleransi dianggap sebagai bagian dari nilai-nilai yang mendasar dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Dalam konteks Pancasila, sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat diartikan sebagai
upaya untuk menunjukkan rasa hormat dan kepedulian kepada sesama manusia, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Meskipun dalam konteks Pancasila tidak disebutkan secara langsung tentang
meniru atau melaksanakan sifat Tuhan yang Maha Esa, namun nilai-nilai yang dijunjung
tinggi dalam Pancasila sesuai dengan sifat-sifat Tuhan yang penting dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, Pancasila dapat dianggap sebagai suatu upaya untuk mendorong
manusia untuk menjadi lebih baik dan menjalankan kehidupan yang benar dan adil, serta
untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau yang lebih dikenal
sebagai UUD 1945 adalah salah satu aturan dasar tertinggi yang mengatur negara Indonesia
sebagai negara hukum. UUD 1945 mengatur berbagai aspek penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia, seperti hak dan kewajiban warga negara, struktur
pemerintahan, hubungan antara lembaga-lembaga negara, dan lain sebagainya.

Sebagai aturan hidup berbangsa bernegara bangsa Indonesia, UUD 1945 memiliki peran yang
sangat penting dalam mengatur kehidupan masyarakat dan negara di Indonesia. Dalam UUD
1945, terdapat berbagai nilai-nilai yang penting untuk dijunjung tinggi, seperti kedaulatan
rakyat, persatuan, kerakyatan, keadilan sosial, dan lain sebagainya.

Melalui UUD 1945, Indonesia mengatur sendiri peraturan-peraturan dasar yang dianggap
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat Indonesia, sesuai dengan nilai-nilai dan

5
karakteristik bangsa Indonesia. Oleh karena itu, UUD 1945 dapat dianggap sebagai aturan
hidup berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia, yang mengatur kehidupan mereka
secara adil, demokratis, dan berkeadilan sosial. UUD 1945 juga menjadi landasan yang
mengikat dalam pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur, serta menjadi
pedoman bagi semua pihak dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Beberapa poin spesifik mengenai bagaimana UUD 1945 dapat dianggap sebagai aturan hidup
berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia:

1. Kedaulatan Rakyat: UUD 1945 menegaskan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara
berada di tangan rakyat. Prinsip kedaulatan rakyat ini menjadi landasan bagi
Indonesia sebagai negara demokratis, yang menghargai hak setiap warga negara untuk
menentukan nasibnya sendiri melalui partisipasi politik.
2. Persatuan: UUD 1945 juga menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Nilai persatuan ini tercermin dalam lambang negara Indonesia,
yaitu Garuda Pancasila yang memiliki arti "kesatuan, persatuan, dan kerakyatan."
3. Kerakyatan: UUD 1945 juga menegaskan pentingnya membangun negara yang
berlandaskan kerakyatan. Ini artinya, kebijakan-kebijakan negara harus berpihak pada
kepentingan rakyat, bukan pada kepentingan segelintir golongan atau individu.
4. Keadilan Sosial: UUD 1945 juga menegaskan pentingnya menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur. Ini artinya, kebijakan-kebijakan negara harus diarahkan untuk
mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat.
5. Struktur Pemerintahan: UUD 1945 mengatur struktur pemerintahan di Indonesia,
yaitu melalui sistem negara kesatuan dengan sistem presidensial. Hal ini memastikan
bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah dapat dijalankan dengan efektif dan efisien.

Secara keseluruhan, UUD 1945 memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. UUD 1945 menjadi dasar dari seluruh
peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang mengatur berbagai aspek kehidupan
masyarakat dan negara. Sebagai aturan hidup berbangsa dan bernegara, UUD 1945 juga
menjadi pedoman bagi seluruh pihak dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang adil dan berkeadilan sosial.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah hidup bagi bangsa
Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Sebagai wilayah hidup berbangsa
dan bernegara, NKRI memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga persatuan,
kesatuan, dan keutuhan bangsa Indonesia.

Berikut beberapa poin spesifik mengenai bagaimana NKRI dapat disebut sebagai wilayah
hidup berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia:

1. Kedaulatan Negara: NKRI sebagai negara berdaulat memiliki kewenangan untuk


mengatur dan mengendalikan seluruh wilayah dan rakyat Indonesia. Kedaulatan
negara ini menjadi landasan bagi keberlangsungan hidup NKRI sebagai negara yang
merdeka dan mandiri.
2. Satu Kesatuan Tanah Air: NKRI terdiri dari berbagai pulau dan daerah yang berbeda-
beda, namun semuanya dianggap sebagai bagian dari satu kesatuan tanah air
Indonesia. Hal ini tercermin dalam Bhinneka Tunggal Ika, semboyan yang
mengajarkan tentang pentingnya persatuan dalam keberagaman.
6
3. Keanekaragaman Budaya: NKRI memiliki keanekaragaman budaya yang sangat kaya
dan beragam. Keanekaragaman budaya ini menjadi salah satu sumber kekayaan
Indonesia dan harus dijaga agar tidak terkikis oleh globalisasi dan modernisasi.
4. Kesetaraan: NKRI menjamin kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat
Indonesia tanpa terkecuali. Prinsip kesetaraan ini tercermin dalam konsep Bhinneka
Tunggal Ika yang mengajarkan tentang pentingnya menghargai perbedaan dan
menghormati hak setiap individu.
5. Struktur Pemerintahan: NKRI memiliki struktur pemerintahan yang diatur dalam
UUD 1945, yaitu dengan sistem negara kesatuan dengan sistem presidensial. Hal ini
memastikan bahwa kebijakan-kebijakan negara dapat dijalankan dengan efektif dan
efisien.

Dengan demikian, NKRI dapat dianggap sebagai wilayah hidup bagi bangsa Indonesia yang
memegang prinsip-prinsip hidup berbangsa dan bernegara yang diatur dalam Pancasila dan
UUD 1945. Seluruh masyarakat dan pemerintah Indonesia harus menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa serta menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, keadilan, dan kesetaraan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika dikaitkan dengan 4 konsensus dasar bangsa Indonesia, yaitu bhineka tunggal ika tan
hanna dharma mangrova, panca sila, UUD 1945, NKRI, bagaimana mewujudkan manusia
baru berbudi luhur seperti yang terdapat dalam buku babad tanah jawi, buku negara
kertagama dan buku kakawin sutasoma ?

Mewujudkan manusia baru berbudi luhur yang sesuai dengan konsensus dasar bangsa
Indonesia dapat dilakukan dengan mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah
Mataram Binangun dan mengintegrasikannya dengan 4 konsensus dasar tersebut. Berikut
adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:

1. Mengembangkan kesadaran akan keragaman budaya, agama, dan bahasa sebagai


kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan sesuai dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika.
2. Menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar ideologi negara, seperti keadilan
sosial, demokrasi, persatuan, dan kerakyatan.
3. Menjalankan UUD 1945 secara konsisten dan memperkuat sistem hukum dan
keadilan, sehingga menjadikan negara Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.
4. Memperkuat semangat nasionalisme dan patriotisme, serta menjaga persatuan dan
kesatuan NKRI.
5. Menerapkan nilai-nilai budi luhur seperti yang terdapat dalam Babad Tanah Jawi,
Negara Kertagama, dan Kakawin Sutasoma, seperti kejujuran, toleransi,
kebijaksanaan, dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan dapat mewujudkan manusia baru


berbudi luhur yang mencerminkan nilai-nilai sejarah dan budaya Indonesia, serta terintegrasi
dengan konsensus dasar bangsa Indonesia.

Berikut tabel berdasarkan 3 buku Babad Tanah Jawi, Negara Kertagama dan Kakawin
Sutasoma yang memperlihatkan kaitan antara konsep membangun Indonesia yang terdapat
dalam tiga buku tersebut dengan empat konsensus dasar bangsa Indonesia:

7
Konsep
Bhineka
Membangun Buku Pancasila UUD 1945 NKRI
Tunggal Ika
Indonesia
Menghargai Keadilan Menjaga
Mengembangkan Babad Menjamin
perbedaan sosial bagi kesatuan dan
agama dan Tanah kebebasan
agama dan seluruh rakyat persatuan
budaya Jawi beragama
budaya Indonesia negara
Memiliki Pemerintahan
Memajukan Negara Kesejahteraan Pembangunan
ekonomi yang yang
perekonomian Kertagama sosial nasional
adil dan makmur demokratis
Negara yang
Ketuhanan
Mencapai Kakawin Persatuan dalam Kedaulatan berdaulat atas
yang Maha
kedamaian batin Sutasoma keanekaragaman rakyat wilayah dan
Esa
rakyatnya

Dalam hal mewujudkan manusia baru berbudi luhur, ketiga buku tersebut menunjukkan
bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan cara mengembangkan agama dan budaya,
memajukan perekonomian, serta mencapai kedamaian batin. Untuk mencapai hal tersebut,
maka empat konsensus dasar bangsa Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, UUD
1945, dan NKRI, perlu ditegakkan dan diimplementasikan secara baik dan benar. Hal ini
akan memungkinkan Indonesia untuk membangun negara yang adil, makmur, dan sejahtera
bagi seluruh rakyatnya, sambil tetap mempertahankan kesatuan dan persatuan negara.

Langkah-langkah spesifik untuk mewujudkan manusia baru berbudi luhur berdasarkan


konteks Mataram Binangun dan 4 konsensus dasar bangsa Indonesia:

1. Pendidikan moral dan spiritual yang kuat: Memperkuat sistem pendidikan yang
berorientasi pada pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan. Dalam konteks
Mataram Binangun, pendidikan moral dan spiritual ini dilakukan melalui sistem
pendidikan yang dikenal sebagai Wiku-Guru atau sistem pembelajaran langsung dari
guru.
2. Kepemimpinan yang adil dan bijaksana: Memperkuat sistem kepemimpinan yang
adil, bijaksana, dan berwibawa. Dalam konteks Mataram Binangun, kepemimpinan
ini dilakukan oleh raja-raja Mataram yang mengedepankan keadilan dan
kebijaksanaan dalam menjalankan pemerintahan.
3. Pemberdayaan masyarakat: Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat
dalam pembangunan melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam
konteks Mataram Binangun, pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui sistem
kerja sama gotong royong yang dikenal sebagai Rukun Warga.
4. Konsolidasi dan integrasi nasional: Memperkuat konsolidasi dan integrasi nasional
melalui penguatan semangat persatuan dan kesatuan serta menghargai keragaman
budaya dan agama. Dalam konteks Mataram Binangun, konsolidasi dan integrasi
nasional dilakukan melalui sistem penaklukan dan penggabungan wilayah yang
dilakukan oleh raja-raja Mataram.
5. Pengembangan potensi daerah: Memperkuat pengembangan potensi daerah melalui
program-program pembangunan yang berkelanjutan. Dalam konteks Mataram

8
Binangun, pengembangan potensi daerah dilakukan melalui sistem pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.
6. Penegakan hukum yang adil: Meningkatkan penegakan hukum yang adil dan
menjamin keamanan serta perlindungan hak-hak asasi manusia. Dalam konteks
Mataram Binangun, penegakan hukum yang adil dilakukan melalui sistem hukum
adat dan sistem peradilan yang dikelola oleh para petinggi adat.
7. Pengembangan teknologi dan ekonomi: Memperkuat pengembangan teknologi dan
ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Dalam konteks Mataram Binangun,
pengembangan teknologi dan ekonomi dilakukan melalui sistem perdagangan yang
dikelola oleh pedagang-pedagang yang berada di wilayah Mataram.
8. Pengembangan budaya: Memperkuat pengembangan budaya yang kreatif dan inovatif
serta menghargai warisan budaya nenek moyang. Dalam konteks Mataram Binangun,
pengembangan budaya dilakukan melalui sistem kebudayaan Jawa yang masih
dipertahankan hingga saat ini.

Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan mampu mewujudkan manusia baru berbudi


luhur yang memiliki karakter dan nilai-nilai kebangsa

II. Manusia Berbudi Luhur

Jika dikaitkan dengan 4 konsensus dasar bangsa Indonesia, yaitu bhineka tunggal ika tan
hanna dharma mangrova, panca sila, UUD 1945, NKRI, bagaimana mewujudkan manusia
baru berbudi luhur seperti yang terdapat dalam buku babad tanah jawi, buku negara
kertagama dan buku kakawin sutasoma ?

Mewujudkan manusia baru berbudi luhur yang sesuai dengan konsensus dasar bangsa
Indonesia dapat dilakukan dengan mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah
Mataram Binangun dan mengintegrasikannya dengan 4 konsensus dasar tersebut. Berikut
adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil:

1. Mengembangkan kesadaran akan keragaman budaya, agama, dan bahasa sebagai


kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan sesuai dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika.
2. Menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar ideologi negara, seperti keadilan
sosial, demokrasi, persatuan, dan kerakyatan.
3. Menjalankan UUD 1945 secara konsisten dan memperkuat sistem hukum dan
keadilan, sehingga menjadikan negara Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.
4. Memperkuat semangat nasionalisme dan patriotisme, serta menjaga persatuan dan
kesatuan NKRI.
5. Menerapkan nilai-nilai budi luhur seperti yang terdapat dalam Babad Tanah Jawi,
Negara Kertagama, dan Kakawin Sutasoma, seperti kejujuran, toleransi,
kebijaksanaan, dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep "Manusia Baru Berbudi Luhur" dan "Konsep Membangun Indonesia" tidak secara
spesifik disebutkan dalam sumber-sumber sejarah mengenai Kerajaan Majapahit atau
Mataram. Namun, nilai-nilai seperti Bhinneka Tunggal Ika, kerja sama, toleransi, dan
keadilan telah diterapkan dalam masyarakat Jawa dan menjadi bagian dari budaya Indonesia
sejak masa lalu. Begitu pula dengan konsep membangun Indonesia, upaya memperkuat

9
persatuan dan kesatuan bangsa telah dilakukan oleh para pemimpin pada masa lalu, termasuk
pada masa Kerajaan Mataram Binangun yang mengutamakan keberagaman dan keadilan
dalam pemerintahan mereka.

Konsep "Manusia Baru Berbudi Luhur" yang mencakup nilai-nilai seperti kesetiaan,
kejujuran, keteladanan, dan kebijaksanaan sudah ada dalam tata nilai dan budaya masyarakat
Jawa sejak zaman Mataram. Pada masa kejayaan Mataram, nilai-nilai tersebut tercermin
dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat.

Sebagai contoh, dalam sistem pemerintahan Mataram, kesetiaan dan kepatuhan kepada raja
dianggap sebagai salah satu nilai penting yang harus ditekankan. Raja juga diharapkan
menunjukkan kebijaksanaan dan keteladanan dalam memimpin, sehingga masyarakat dapat
mengikuti jejaknya dan hidup dalam harmoni.

Selain itu, konsep "Manusia Baru Berbudi Luhur" juga tercermin dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Mataram, terutama dalam praktik keagamaan. Masyarakat diharapkan
memiliki moralitas yang baik dan mengikuti ajaran agama dengan sungguh-sungguh,
sehingga dapat hidup dengan damai dan saling menghargai satu sama lain.

Secara keseluruhan, nilai-nilai yang terkandung dalam konsep "Manusia Baru Berbudi
Luhur" telah menjadi bagian dari budaya dan kehidupan masyarakat Jawa sejak lama,
termasuk pada masa kejayaan Mataram.

Manusia berbudi luhur dapat disebut sebagai tujuan hidup berbangsa dan bernegara bagi
bangsa Indonesia karena budi pekerti yang luhur dan baik menjadi dasar penting dalam
menciptakan masyarakat yang harmonis, damai, dan sejahtera.

Pada dasarnya, budi pekerti yang luhur adalah sikap dan perilaku manusia yang
mencerminkan kesadaran moral dan etika yang tinggi. Budi pekerti ini menunjukkan bahwa
manusia mampu menghargai diri sendiri, orang lain, serta lingkungan sekitar. Dengan
demikian, manusia berbudi luhur menjadi sosok yang mampu menciptakan lingkungan yang
harmonis dan damai.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, budi pekerti yang luhur
tercermin dalam prinsip-prinsip Pancasila. Salah satu sila Pancasila yaitu sila ke-empat,
"Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan", menekankan pentingnya budi pekerti yang luhur dalam
kehidupan berdemokrasi dan bernegara.

Selain itu, budi pekerti yang luhur juga tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Dharmma Mangrora. Bhinneka Tunggal Ika
mengajarkan pentingnya persatuan dalam keberagaman, sementara Dharmma Mangrora
mengajarkan bahwa manusia harus hidup dengan penuh tanggung jawab dan memiliki
moralitas yang tinggi.

Dengan menjadikan budi pekerti yang luhur sebagai tujuan hidup berbangsa dan bernegara,
maka masyarakat Indonesia akan mampu menciptakan lingkungan yang harmonis, damai,
dan sejahtera, serta mampu membentuk negara yang kuat dan mandiri. Oleh karena itu,
menjadi penting bagi setiap individu untuk mengamalkan budi pekerti yang luhur dalam
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa.

10
Secara lebih spesifik, manusia berbudi luhur di Indonesia mencakup beberapa hal, antara lain:

1. Menghormati nilai-nilai kearifan lokal: Indonesia memiliki keberagaman budaya dan


adat istiadat yang kaya. Manusia berbudi luhur di Indonesia diharapkan dapat
menghormati dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal ini.
2. Membangun sikap saling menghargai dan toleransi: Kehidupan masyarakat Indonesia
diwarnai oleh keberagaman agama, suku, ras, dan budaya. Oleh karena itu, manusia
berbudi luhur di Indonesia harus mampu membangun sikap saling menghargai dan
toleransi terhadap perbedaan tersebut.
3. Meningkatkan kemampuan dalam bergotong royong: Gotong royong adalah budaya
khas masyarakat Indonesia yang diwujudkan dalam kerja sama dan saling membantu
antarindividu. Manusia berbudi luhur di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dalam bergotong royong untuk membangun kehidupan masyarakat yang
lebih baik.
4. Menjaga lingkungan hidup: Manusia berbudi luhur di Indonesia juga diharapkan
dapat menjaga lingkungan hidup dan melestarikan alam. Indonesia
Secara lebih spesifik, manusia berbudi luhur dapat dijadikan tujuan hidup berbangsa dan
bernegara di Indonesia karena:

1. Mampu menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai

Budi pekerti yang luhur dapat membentuk karakter individu yang menghargai keberagaman
dan mengedepankan toleransi. Dalam kehidupan masyarakat yang heterogen seperti di
Indonesia, sikap toleransi dan saling menghargai sangat penting untuk menciptakan
lingkungan yang harmonis dan damai.

2. Mendorong tumbuhnya kesadaran moral dan etika yang tinggi

Budi pekerti yang luhur mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi, seperti jujur,
adil, dan bijaksana. Kesadaran moral dan etika yang tinggi sangat penting dalam menciptakan
lingkungan yang sehat dan bermartabat.

3. Menjamin stabilitas dan kelangsungan hidup negara

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, manusia berbudi luhur juga berperan
penting dalam menjaga stabilitas dan kelangsungan hidup negara. Dalam menjalankan
fungsi-fungsi negara, seperti politik, ekonomi, dan sosial, dibutuhkan individu yang memiliki
budi pekerti yang luhur dan mampu bertindak dengan bijaksana serta bertanggung jawab.

4. Menjadi dasar dalam pembangunan bangsa

Budi pekerti yang luhur dapat menjadi dasar dalam pembangunan bangsa yang berkelanjutan
dan berkesinambungan. Dalam mengembangkan sumber daya manusia, misalnya, pendidikan
karakter menjadi hal yang sangat penting agar generasi muda dapat tumbuh menjadi individu
yang berbudi pekerti luhur dan berkualitas.

11
Dengan demikian, manusia berbudi luhur merupakan tujuan hidup berbangsa dan bernegara
di Indonesia yang sangat penting dan harus ditekankan dalam semua lini kehidupan. Individu
yang memiliki budi pekerti yang luhur akan mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan
harmonis serta membantu mencapai tujuan pembangunan bangsa yang berkelanjutan.

Manusia yang berbudi luhur dapat menjaga keseimbangan hidup lahir batin dalam berbangsa
dan bernegara sebagai bangsa Indonesia karena:

1. Mampu menjaga keseimbangan dalam kehidupan sosial

Manusia berbudi luhur mampu mengendalikan emosi dan menjaga sikap yang baik dalam
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat mencegah terjadinya konflik dan
mempertahankan keharmonisan dalam kehidupan sosial.

2. Mampu menjaga keseimbangan dalam kehidupan batin

Budi pekerti yang luhur mendorong manusia untuk mengembangkan nilai-nilai spiritual dan
kehidupan batin yang seimbang. Dalam kehidupan yang kompleks dan penuh tekanan seperti
saat ini, kebutuhan akan keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan batiniah sangat penting.

3. Mampu menjaga keseimbangan dalam pembangunan

Manusia berbudi luhur mampu menyeimbangkan antara kepentingan individu dan


kepentingan kolektif. Dalam konteks pembangunan, kepentingan individu yang sehat dan
produktif harus sejalan dengan kepentingan pembangunan bangsa yang berkelanjutan.

Dalam menjaga keseimbangan hidup lahir batin, manusia berbudi luhur juga dapat membantu
membangun kesadaran dan semangat kebersamaan serta solidaritas dalam masyarakat. Dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, kebersamaan dan solidaritas ini sangat penting
untuk mencapai tujuan bersama sebagai bangsa Indonesia.

Dengan demikian, manusia berbudi luhur sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan
hidup lahir batin dalam berbangsa dan bernegara sebagai bangsa Indonesia. Hal ini akan
membantu menciptakan masyarakat yang harmonis, produktif, dan berkualitas serta
membantu mencapai tujuan pembangunan bangsa yang berkelanjutan dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan akhirnya Manusia dapat menjaga keseimbangan hidup lahir batin di bidang ekonomi
dan spiritual dalam berbangsa dan bernegara sebagai bangsa Indonesia dengan cara:

1. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual

Manusia perlu memenuhi kebutuhan material untuk hidup, namun juga tidak boleh
melupakan kebutuhan spiritual. Dalam konteks ekonomi, manusia dapat menjaga
keseimbangan ini dengan memperoleh penghasilan secara halal dan tidak merugikan orang
lain, serta menggunakan penghasilan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup secara
seimbang antara materi dan spiritual.

12
2. Mengembangkan sikap profesionalisme dan integritas dalam bekerja

Manusia juga dapat menjaga keseimbangan hidup lahir batin di bidang ekonomi dengan
mengembangkan sikap profesionalisme dan integritas dalam bekerja. Dalam bekerja, manusia
harus mengutamakan kualitas dan etika kerja yang baik, sehingga dapat memperoleh
penghasilan yang halal dan memberikan manfaat bagi orang lain.

3. Memperoleh pendidikan dan pengetahuan yang baik

Manusia perlu memperoleh pendidikan dan pengetahuan yang baik untuk dapat memahami
dan mengaplikasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam
konteks ekonomi. Pendidikan dan pengetahuan yang baik juga akan membantu manusia
mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang diperlukan dalam bekerja sehingga
dapat memperoleh penghasilan yang baik.

4. Menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan

Manusia dapat menjaga keseimbangan hidup lahir batin di bidang spiritual dengan menjaga
hubungan yang baik dengan Tuhan. Manusia perlu melakukan ibadah dengan sungguh-
sungguh dan mengembangkan nilai-nilai spiritual seperti kesabaran, keikhlasan, dan tawakal
dalam menjalani kehidupan.

Dengan menjaga keseimbangan hidup lahir batin di bidang ekonomi dan spiritual, manusia
akan dapat membangun kehidupan yang berkualitas dan memberikan manfaat bagi dirinya
sendiri dan lingkungannya. Selain itu, menjaga keseimbangan ini juga akan membantu
menciptakan masyarakat yang produktif, sejahtera, dan berkualitas serta membantu mencapai
tujuan pembangunan bangsa yang berkelanjutan dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

A. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual

Keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual pada zaman kerajaan Mataram dapat
menjadi inspirasi untuk menjaga keseimbangan yang sama di Indonesia saat ini. Beberapa
langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Kebutuhan Material Kebutuhan Spiritual


1. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang 1. Memperkuat pendidikan karakter untuk
berkelanjutan dengan memperhatikan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai
kelestarian alam dan kebutuhan masyarakat. spiritual dan moral.
2. Mendorong pengembangan kegiatan
2. Mengembangkan infrastruktur dan
budaya dan seni untuk meningkatkan
teknologi untuk memperbaiki kualitas hidup
apresiasi terhadap keindahan dan kreativitas
masyarakat.
manusia.
3. Memberikan akses yang adil dan merata 3. Memperkuat pembinaan agama dan
terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kepercayaan untuk meningkatkan toleransi
sosial bagi seluruh masyarakat. dan kerukunan antarumat beragama.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya 4. Mendorong pengembangan spiritualitas
manusia melalui pendidikan dan pelatihan dalam diri individu melalui meditasi,
yang relevan dengan kebutuhan pasar. introspeksi, dan kegiatan spiritual lainnya.

13
Kebutuhan Material Kebutuhan Spiritual
5. Mendorong inovasi dan kreativitas untuk 5. Menyediakan tempat-tempat ibadah dan
mengembangkan potensi ekonomi dan kegiatan spiritual yang dapat diakses oleh
menciptakan lapangan kerja. seluruh masyarakat tanpa diskriminasi.

Dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual, diperlukan kolaborasi
dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Selain itu, perlu adanya
komitmen yang kuat untuk menghargai nilai-nilai spiritual dan moral, sambil tetap
mengembangkan potensi ekonomi dan kreativitas manusia untuk mencapai kemakmuran
yang berkelanjutan.

B. Mengembangkan sikap profesionalisme dan integritas dalam bekerja

Kerajaan Mataram dikenal memiliki sistem pemerintahan yang sangat teratur dan disiplin.
Oleh karena itu, sikap profesionalisme dan integritas dalam bekerja sangatlah penting.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengembangkan sikap profesionalisme dan
integritas dalam bekerja di jaman kerajaan Mataram dan dikaitkan dengan kondisi saat ini di
Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan
2. Menghargai waktu dan deadline yang telah ditetapkan
3. Mengedepankan etika kerja yang baik, seperti jujur, disiplin, dan bertanggung jawab
4. Berusaha meningkatkan kualitas dan kompetensi dalam bidang pekerjaan masing-
masing
5. Menjaga hubungan baik dengan sesama rekan kerja dan atasan
6. Menjauhi perilaku korupsi, suap, dan nepotisme dalam bekerja
7. Memiliki keberanian untuk melaporkan tindakan-tindakan yang merugikan
perusahaan atau masyarakat secara umum
8. Mengedepankan prinsip keadilan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab

Berikut adalah tabel yang menjelaskan lebih detail tentang langkah-langkah di atas:

Langkah-langkah untuk mengembangkan sikap profesionalisme dan integritas


No
dalam bekerja
1 Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan
2 Menghargai waktu dan deadline yang telah ditetapkan
3 Mengedepankan etika kerja yang baik, seperti jujur, disiplin, dan bertanggung jawab
4 Berusaha meningkatkan kualitas dan kompetensi dalam bidang pekerjaan masing-masing
5 Menjaga hubungan baik dengan sesama rekan kerja dan atasan
6 Menjauhi perilaku korupsi, suap, dan nepotisme dalam bekerja
Memiliki keberanian untuk melaporkan tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan
7
atau masyarakat secara umum
8 Mengedepankan prinsip keadilan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab

14
Dengan mengembangkan sikap profesionalisme dan integritas dalam bekerja, diharapkan
dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, serta mendorong terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik dan berkeadilan.

C. Memperoleh pendidikan dan pengetahuan yang baik

Di zaman kerajaan Mataram, pendidikan dan pengetahuan sangat dihargai dan dianggap
penting untuk memajukan bangsa dan kerajaan. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk
memperoleh pendidikan dan pengetahuan yang baik di era modern saat ini adalah sebagai
berikut:

1. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan: Pemerintah harus memastikan bahwa


akses pendidikan merata dan berkualitas di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di
daerah-daerah terpencil. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan
mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman.
2. Memperkuat sistem pendidikan berbasis nilai: Pendidikan tidak hanya tentang
pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai yang ditanamkan pada siswa. Dalam hal ini,
pemerintah dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk memperkuat sistem
pendidikan berbasis nilai seperti karakter dan etika.
3. Meningkatkan akses dan penggunaan teknologi: Dalam era digital seperti sekarang,
teknologi memainkan peran penting dalam mendapatkan pengetahuan dan informasi.
Pemerintah dapat memastikan bahwa teknologi tersedia dan digunakan secara luas
untuk kepentingan pendidikan dan pengetahuan.
4. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar negeri: Kerja sama
antara lembaga pendidikan di dalam dan luar negeri dapat meningkatkan kualitas
pendidikan dan memperluas wawasan siswa.

Dalam mengembangkan pendidikan dan pengetahuan di era modern, penting untuk


mempertimbangkan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Namun, nilai-nilai
yang dipegang oleh kerajaan Mataram seperti kejujuran, ketekunan, dan tanggung jawab
tetap relevan dan dapat menjadi inspirasi dalam memperkuat sistem pendidikan dan
pengetahuan di Indonesia.

melanjutkan diskusi diskusi di atas bisakah diberi contoh tentang pendidikan di kerajaan
majapahit dan kerajaan mataram yang bisa diterapkan saat ini ?

Beberapa contoh tentang pendidikan di Kerajaan Majapahit dan Mataram yang masih relevan
dan bisa diterapkan saat ini:

1. Sistem pendidikan formal dan non-formal

Di Kerajaan Majapahit, terdapat sistem pendidikan formal dan non-formal yang


sangat maju pada masanya. Sistem pendidikan formal ini berupa sekolah-sekolah
yang didirikan oleh raja dan para bangsawan untuk anak-anak mereka. Sedangkan
sistem pendidikan non-formal terdiri dari pengajaran di rumah dan belajar dari para

15
pandita. Sistem ini bisa menjadi inspirasi dalam pembangunan pendidikan formal dan
non-formal di Indonesia saat ini.

2. Pendidikan karakter

Di Kerajaan Mataram, terdapat pendidikan karakter yang sangat dihargai dan


diutamakan. Pendidikan karakter tersebut meliputi ketaatan, kesopanan, dan rasa
hormat terhadap orang tua, guru, dan sesama. Nilai-nilai ini masih sangat relevan
untuk diterapkan pada pendidikan saat ini untuk membentuk karakter yang kuat pada
generasi muda.

3. Pendidikan multikultural

Kerajaan Majapahit dan Mataram merupakan kerajaan yang memiliki keberagaman


budaya dan agama. Hal ini tercermin dalam sistem pendidikan di mana anak-anak dari
berbagai latar belakang dipersilakan untuk belajar bersama dan saling menghormati
perbedaan mereka. Hal ini menjadi inspirasi untuk membangun pendidikan
multikultural di Indonesia yang menghargai keberagaman budaya dan agama.

4. Pendidikan keterampilan hidup

Di Kerajaan Mataram, pendidikan tidak hanya terbatas pada ilmu agama dan
pengetahuan umum, tetapi juga meliputi keterampilan hidup seperti memasak,
menenun, bercocok tanam, dan bertani. Pendidikan keterampilan hidup ini dapat
diaplikasikan pada saat ini untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Demikianlah beberapa contoh pendidikan di Kerajaan Majapahit dan Mataram yang bisa
diterapkan saat ini. Tentunya, dengan penyesuaian pada zaman sekarang dan kebutuhan
masyarakat.

Berikut ini adalah matriks yang membandingkan pendidikan di Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Mataram dengan penerapannya pada saat ini:

Kerajaan Majapahit Kerajaan Mataram


Terdapat fokus pada agama dan
Kurikulum Terdapat beragam bidang studi
filsafat
Metode pengajaran yang aktif Metode pengajaran yang
Metode Pengajaran
dan kreatif bersifat konservatif
Pendidikan untuk semua Pendidikan terbuka untuk Pendidikan terbatas untuk
golongan semua golongan kalangan kerajaan
Penggunaan Bahasa
Bahasa Jawa dan Kawi Bahasa Jawa
Nasional
Penerapan Nilai-Nilai Terdapat pengajaran tentang Terdapat pengajaran tentang
Budaya Lokal nilai-nilai lokal nilai-nilai Islam

Contoh penerapan yang bisa diambil dari matriks di atas, adalah metode pengajaran yang
aktif dan kreatif pada masa Kerajaan Majapahit dapat diterapkan pada pendidikan saat ini

16
untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, pengajaran
tentang nilai-nilai budaya lokal pada masa Kerajaan Majapahit dan pengajaran tentang nilai-
nilai Islam pada masa Kerajaan Mataram dapat diterapkan dalam pendidikan saat ini sebagai
bentuk pelestarian dan pengembangan budaya serta nilai-nilai keagamaan yang ada di
Indonesia.

D. P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila) – Konstitusi dan Hukum

bagaimana dijaman kerajaan majapahit dan kerajaan mataram tentang meningkatkan


kesadaran dan pengamalan terhadap hukum dan konstitusi, yaitu UUD 1945 yang
diterapkan saat ini ?

Pada masa Kerajaan Majapahit dan Mataram, sistem pemerintahan yang berlaku adalah
monarki absolut di mana raja memiliki kekuasaan mutlak. Namun, terdapat aturan dan
ketentuan yang mengatur kehidupan masyarakat, seperti adat istiadat dan hukum yang
dipegang oleh para pemimpin adat.

Dalam hal kesadaran dan pengamalan terhadap hukum dan konstitusi, pada masa tersebut
belum dikenal adanya konsep hukum yang bersifat formal dan terstruktur seperti UUD 1945.
Namun, terdapat aturan dan ketentuan adat yang dipegang oleh para pemimpin adat, seperti
hukum adat atau hukum kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pengamalan terhadap aturan dan ketentuan, pada
masa Kerajaan Majapahit dan Mataram, para pemimpin adat dan pejabat kerajaan memiliki
peran penting sebagai penegak hukum. Mereka bertanggung jawab untuk menegakkan
hukum dan mengadili pelanggar aturan, serta memberikan sanksi sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan.

Saat ini, UUD 1945 menjadi dasar hukum tertinggi di Indonesia. Untuk meningkatkan
kesadaran dan pengamalan terhadap UUD 1945, terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan,
seperti penyuluhan dan sosialisasi hukum kepada masyarakat, pembentukan lembaga-
lembaga yang bertugas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan, serta
pembentukan lembaga pengawasan yang mengawasi pelaksanaan UUD 1945 oleh
pemerintah dan aparat penegak hukum.

Berikut adalah tabel yang memuat informasi tentang upaya meningkatkan kesadaran dan
pengamalan terhadap hukum dan konstitusi di Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram,
serta bagaimana hal itu dapat diaplikasikan pada UUD 1945 yang diterapkan saat ini:

17
Kerajaan Majapahit Kerajaan Mataram UUD 1945
1. Penerapan hukum 1. Penggunaan hukum 1. Penerapan hukum yang
Kebijakan
yang tegas adat tegas
2. Mendorong 2. Mendorong partisipasi
2. Pendidikan agama
partisipasi rakyat rakyat
3. Pembentukan lembaga
3. Pemberian sanksi 3. Pemberian sanksi
hukum
1. Menjaga stabilitas 1. Menjaga 1. Menjaga stabilitas
Tujuan
pemerintah keberlangsungan adat pemerintah
2. Membangun sistem 2. Membangun sistem
2. Menjaga keamanan
hukum yang hukum yang
3. Meningkatkan mengakomodasi mengakomodasi
kualitas hidup keberagaman keberagaman
rakyat dan rakyat dan
kepentingannya kepentingannya
1. Melalui sistem 1. Melalui penerapan
Implementasi 1. Melalui penggunaan
kepercayaan hukum secara
dan tradisi yang kuat hukum adat sebagai adil dan tegas
2. Melalui penegakan 2. Melalui pendidikan
lembaga hukum yang
hukum yang hukum
tegas dan konsisten Diperkuat dan partisipasi rakyat
3. Melalui penyebaran 3. Melalui pemberian
2. Melalui pembentukan
pendidikan sanksi yang
tentang hukum dan lembaga pendidikan
tegas dan konsisten
konstitusi agama
kepada rakyat dan penyuluhan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram menerapkan kebijakan
yang berbeda dalam meningkatkan kesadaran dan pengamalan terhadap hukum dan
konstitusi, namun kedua kerajaan memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga stabilitas
pemerintah dan meningkatkan kualitas hidup rakyat. Implementasi kebijakan tersebut
dilakukan melalui sistem kepercayaan dan tradisi yang kuat, penegakan hukum yang tegas
dan konsisten, serta penyebaran pendidikan tentang hukum tata negara.

18
Konsep Hukum dan Konstitusi
Langkah-Langkah untuk Meningkatkan
pada Masa Majapahit dan
Kesadaran dan Pengamalan terhadap UUD 1945
Mataram
Sistem hukum yang berbasis pada Membuat kebijakan dan regulasi yang berbasis pada
prinsip keadilan keadilan untuk semua golongan masyarakat
Memastikan penerapan hukum dan sanksi yang adil
Penerapan hukum secara adil dan
dan proporsional sesuai dengan pelanggaran yang
proporsional
dilakukan
Memastikan hak-hak rakyat dihormati dan dilindungi
Perlindungan hak-hak rakyat secara
tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, dan
merata dan tanpa diskriminasi
golongan
Meningkatkan independensi pengadilan dan menjamin
Sistem pengadilan yang independen
tidak ada intervensi dari pihak lain dalam menjalankan
dan tidak memihak
keputusan hukum
Meningkatkan pengawasan dan keseimbangan
Adanya pengawasan dan
kekuasaan antara lembaga eksekutif, legislatif, dan
keseimbangan kekuasaan
yudikatif
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
Adanya kesepakatan bersama dalam
pembentukan konstitusi dan menyepakati konstitusi
pembentukan konstitusi
sebagai pedoman bersama
Adanya rasa tanggung jawab dan Membangun rasa tanggung jawab dan disiplin dalam
disiplin dalam menjalankan hukum menjalankan hukum dan konstitusi di seluruh lapisan
dan konstitusi masyarakat

Sebagai manusia yang berbudi luhur, kita seharusnya tidak hanya memikirkan kepentingan
ekonomi semata, namun juga memperhatikan aspek spiritual dalam hidup. Dalam konteks
berbangsa dan bernegara, menjaga keseimbangan antara ekonomi dan spiritual sangat penting
untuk mencapai kemakmuran dan keberhasilan dalam kehidupan. Beberapa cara untuk
menjaga keseimbangan tersebut antara lain:

1. Mengembangkan potensi ekonomi secara berkelanjutan, yaitu dengan memperhatikan


kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
alam.
2. Membangun sikap dan perilaku yang menghargai spiritualitas, seperti dengan
meningkatkan kegiatan keagamaan dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dalam
masyarakat.
3. Memperkuat hubungan antara ekonomi dan spiritual, seperti dengan mempromosikan
perekonomian berbasis nilai dan moral, atau dengan memberikan dukungan pada
program-program sosial dan kemanusiaan yang mengutamakan kepentingan
masyarakat.
4. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dengan kebutuhan spiritual dalam
kehidupan sehari-hari, seperti dengan memperhatikan waktu untuk ibadah dan waktu
untuk bekerja, atau dengan menghindari perilaku konsumtif yang berlebihan yang
dapat merusak kestabilan finansial dan mental.

19
Dalam hal ini, peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam mempromosikan
keseimbangan antara ekonomi dan spiritual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai bangsa Indonesia.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan
material dan spiritual:

Keseimbangan antara
kebutuhan material dan Cara untuk mencapainya
spiritual
Membangun sikap syukur Membiasakan diri untuk selalu bersyukur atas apa yang telah
dan menghargai diperoleh, baik dari segi materi maupun non-materi.
Membuat waktu untuk berdiam diri dan merenungkan diri,
Melakukan refleksi diri baik melalui meditasi atau doa, guna menenangkan pikiran dan
memperkuat koneksi dengan diri sendiri dan Sang Pencipta.
Bergabung dengan komunitas atau organisasi yang memiliki
Mengembangkan komunitas
nilai-nilai spiritual dan membangun relasi yang sehat dengan
spiritual
anggota komunitas tersebut.
Menentukan prioritas dan mengelola waktu secara efektif,
Menentukan prioritas dalam
sehingga dapat memperoleh kebutuhan materi dan waktu untuk
hidup
memperkuat hubungan spiritual.
Membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia,
Menjalin hubungan yang
termasuk lingkungan sekitar dan alam, sehingga dapat
baik dengan sesama
memperoleh rasa kesejahteraan spiritual.
Manusia yang bekerja, untung, dan menabung dapat menjaga keseimbangan hidup lahir batin
di bidang ekonomi dan spiritual dalam konteks berbangsa dan bernegara sebagai bangsa
Indonesia dengan beberapa cara berikut:

1. Melakukan pekerjaan dengan baik dan jujur sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan yang lebih banyak dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang
stabil. Dalam hal ini, sikap profesionalisme dalam bekerja dan kerja keras sangat
diperlukan.
2. Mengelola keuangan dengan baik dan bijaksana, termasuk menabung dan
mempersiapkan dana darurat untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Hal ini
dapat memberikan ketenangan batin dan menghindari kecemasan yang berlebihan
dalam menghadapi masalah keuangan.
3. Menghindari perilaku konsumtif yang berlebihan dan memprioritaskan pengeluaran
pada hal-hal yang benar-benar diperlukan. Dengan mengelola keuangan dengan baik,
kita dapat memperoleh kepuasan batin dan merasa lebih tenang dalam menghadapi
situasi finansial.
4. Mengembangkan sikap yang menghargai waktu, seperti dengan memberikan waktu
yang cukup untuk aktivitas spiritual, seperti beribadah, bermeditasi, atau melakukan
kegiatan yang menenangkan batin, seperti seni dan budaya.

Dalam konteks berbangsa dan bernegara sebagai bangsa Indonesia, menjaga keseimbangan
hidup lahir batin dalam bidang ekonomi dan spiritual sangat penting untuk mencapai
kemakmuran dan keberhasilan dalam kehidupan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip seperti
bekerja keras, mengelola keuangan dengan baik, menghindari perilaku konsumtif, dan

20
mengembangkan sikap yang menghargai waktu, kita dapat menjaga keseimbangan hidup
lahir batin secara baik.

Manusia kerja untung menabung dapat menjaga keseimbangan hidup lahir batin di bidang
ekonomi dan spiritual dalam berbangsa dan bernegara sebagai bangsa Indonesia dengan
memperhatikan aspek moral. Dalam hal ini, moral mengacu pada prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan nilai-nilai etika, seperti kejujuran, tanggung jawab, integritas, dan empati.

Dalam hal ekonomi, manusia harus bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab dalam
menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang didapatkan harus diperoleh dengan cara yang
halal dan tidak merugikan orang lain. Selain itu, manusia harus berusaha menabung sebagian
dari pendapatan untuk mempersiapkan masa depannya, sekaligus untuk membantu
perekonomian nasional.

Di sisi spiritual, manusia juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip moral dalam berinteraksi
dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar. Manusia harus berempati pada sesama dan
bersikap adil dalam melakukan interaksi sosial. Selain itu, manusia juga harus menjaga
kelestarian lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap alam.

Dalam menjaga keseimbangan hidup lahir batin, manusia harus mampu memadukan
kebutuhan ekonomi dan spiritual dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan
prinsip-prinsip moral dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam konteks ekonomi maupun
spiritual. Dengan demikian, manusia dapat menjadi bagian dari masyarakat yang berbudi
luhur dan berkontribusi positif dalam membangun bangsa dan negara Indonesia.

Tentu. Manusia yang memiliki moral kerja untung menabung cenderung memiliki
keseimbangan antara kebutuhan material dan kebutuhan spiritual. Dalam bidang ekonomi,
mereka tidak hanya fokus pada menghasilkan uang semata, namun juga mempertimbangkan
bagaimana mengatur keuangannya dengan bijak dan menabung untuk masa depan. Hal ini
menghindarkan mereka dari perilaku konsumtif yang berlebihan dan mengakibatkan
ketergantungan pada uang. Sebaliknya, mereka belajar hidup hemat dan mengelola uang
dengan baik.

Dalam bidang spiritual, moral kerja untung menabung juga menunjukkan adanya kesadaran
akan tanggung jawab sosial. Mereka tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan diri sendiri,
tetapi juga memikirkan kebutuhan orang lain dan masyarakat di sekitarnya. Dengan
menabung, mereka juga memiliki kemampuan untuk membantu orang lain ketika dibutuhkan,
seperti memberikan bantuan keuangan atau mengambil bagian dalam program sosial.

Dalam konteks berbangsa dan bernegara, moral kerja untung menabung juga dapat diartikan
sebagai kontribusi positif pada perekonomian nasional dan stabilitas keuangan negara.
Dengan memiliki kemampuan finansial yang baik, seseorang dapat memberikan kontribusi
lebih pada perekonomian nasional, baik melalui konsumsi atau investasi. Hal ini berdampak
pada pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

Dalam hal spiritual, moral kerja untung menabung juga dapat diartikan sebagai kontribusi
positif pada kestabilan sosial. Dengan memiliki sikap hidup hemat dan memikirkan

21
kebutuhan orang lain, seseorang dapat membangun hubungan yang harmonis dengan
masyarakat di sekitarnya dan berkontribusi pada keberlangsungan sosial dan keadilan.

III. Rakyat Membangun

Membangun dimulai dari pribadi yang memiliki kesadaran akan tanggung jawab dan peran
dalam memajukan kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, individu perlu membentuk
karakter dan nilai yang baik, seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan semangat
gotong royong. Dari sini, individu dapat memberikan kontribusi positif dalam keluarga dan
masyarakat di sekitarnya.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang memainkan peran penting dalam
pembentukan karakter dan nilai. Keluarga harus memastikan bahwa anggotanya tumbuh
dengan nilai-nilai yang baik, seperti kasih sayang, saling menghargai, dan saling mendukung.

Komunitas, desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi juga memiliki peran penting dalam
membangun masyarakat yang maju dan berkembang. Dalam hal ini, individu harus dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, seperti gotong royong, kegiatan sosial, dan
pengembangan lingkungan.

Negara juga memainkan peran penting dalam membangun masyarakat yang maju dan
sejahtera. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan dapat memenuhi
kebutuhan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Pemerintah juga perlu
memperhatikan isu-isu seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan infrastruktur
untuk memastikan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam skala yang lebih luas, masyarakat dunia juga memainkan peran penting dalam
membangun dunia yang lebih baik. Di sini, individu dan negara perlu bekerja sama untuk
menyelesaikan isu-isu global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik internasional
untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Berikut adalah tabel mengenai cara membangun dimulai dari pribadi, keluarga, komunitas,
desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, dan dunia:

22
Tingkat Langkah-langkah untuk membangun
1. Meningkatkan kemampuan diri melalui pendidikan dan pelatihan
Pribadi 2. Memiliki nilai-nilai moral yang baik
3. Membangun hubungan yang baik dengan orang lain
1. Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis
Keluarga 2. Meningkatkan kualitas pendidikan di keluarga
3. Mendukung perkembangan anggota keluarga
1. Membentuk organisasi yang kuat dan berkelanjutan
Komunitas 2. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan komunitas
3. Membangun jaringan kerjasama dengan komunitas lain
1. Membangun infrastruktur yang memadai
Desa 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia desa
3. Mengembangkan produk lokal untuk meningkatkan perekonomian desa
1. Menyediakan layanan publik yang berkualitas
Kecamatan 2. Membangun infrastruktur yang memadai
3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan kecamatan
1. Menyediakan layanan publik yang berkualitas
Kabupaten/ Kota 2. Membangun infrastruktur yang memadai
3. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
1. Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas
Provinsi 2. Meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi
3. Menyediakan layanan publik yang berkualitas
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia negara
Negara 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
3. Menerapkan kebijakan publik yang adil dan transparan
1. Meningkatkan kerjasama internasional untuk mengatasi masalah global
Dunia 2. Mendorong perdamaian dan kerjasama antar negara
3. Meningkatkan keseimbangan dalam pembangunan dan perdagangan global

Tentu saja. Proses membangun dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan memperbaiki diri,
meningkatkan kualitas pribadi, dan memperkuat karakter yang baik. Hal ini akan
mempengaruhi keluarga dan lingkungan sekitar, sehingga membentuk komunitas yang kuat
dan bersatu.

Dari komunitas, proses membangun bisa berlanjut ke tingkat desa atau kota kecil, di mana
masyarakat bekerja sama dalam mengembangkan lingkungan sekitar, memperbaiki
infrastruktur, dan memperkuat ekonomi lokal. Selanjutnya, proses membangun dapat
berkembang ke tingkat kecamatan dan kabupaten, di mana masyarakat bersama-sama
melakukan pembangunan yang lebih besar dan lebih kompleks, seperti pembangunan jalan,
irigasi, dan fasilitas umum lainnya.

Tingkat propinsi merupakan tahap yang lebih tinggi dalam membangun, di mana pemimpin
dan masyarakat bekerja sama dalam mengembangkan wilayah secara luas, meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesehatan, serta memperkuat infrastruktur dan perekonomian.
Selanjutnya, proses membangun dapat berlanjut ke tingkat nasional, di mana negara dan
masyarakat bekerja sama dalam menciptakan stabilitas politik, meningkatkan kesejahteraan,
dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

23
Pada tingkat global, proses membangun dapat diwujudkan dengan meningkatkan kerja sama
internasional dan menyelesaikan masalah global, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan
konflik internasional. Dalam hal ini, Indonesia juga dapat berperan aktif sebagai anggota
dunia yang berdaulat, menghormati kepentingan nasional, serta menjunjung tinggi
perdamaian dan keadilan internasional.

IV. Ipoleksosbudhankamnas era 10 Kerajaan Mataram

Berikut adalah rangkuman kejayaan dari era kerajaan Mataram dari nomor 1 hingga 10:

Masa Lokasi
No. Raja Mataram Kejayaan
Pemerintahan Pemerintahan
Membangun kerajaan
Panembahan Kota Gede Mataram dengan
1 1579 - 1601
Senopati Yogyakarta DIY menggabungkan daerah-daerah
kecil di sekitar Yogyakarta
Prabu Hadi Membangun keraton baru di
2 1601 - 1613 Kerto Bantul DIY
Hanyokrowati Kota Gede Yogyakarta
Melakukan perluasan wilayah
Sultan Agung kekuasaan Mataram dan
3 1613 – 1645 Plered Bantul DIY
Hanyakrakusuma membangun keraton baru di
Kartasura
Meningkatkan kestabilan
Kartasura Jawa politik dan membangun
4 Amangkurat I 1645 - 1677
Tengah infrastruktur seperti jalan raya
dan jembatan
Menjaga kestabilan politik dan
Kartasura Jawa
5 Amangkurat II 1677 – 1703 memperbaiki kondisi ekonomi
Tengah
dan keuangan kerajaan
Meningkatkan keamanan dan
Kartasura Jawa
6 Amangkurat III 1703 – 1708 memperbaiki tata kelola
Tengah
keuangan kerajaan
Meningkatkan perdagangan,
Kartasura Jawa
7 Paku Buwono I 1708 - 1719 membangun infrastruktur, dan
Tengah
menambah jumlah pasukan
Meningkatkan hubungan
Kartasura Jawa dengan negara-negara Eropa
8 Amangkurat IV 1719 - 1726
Tengah dan memperbaiki sistem
keuangan
Kartasura dan Membangun Surakarta sebagai
9 Paku Buwono II 1726 – 1749 Surakarta Jawa pusat pemerintahan baru dan
Tengah memperbaiki kondisi ekonomi
Kartasura dan Membangun kota Surakarta
10 Paku Buwono III 1749 - 1788 Surakarta Jawa dan menambah wilayah
Tengah kekuasaan Mataram

24
Selama era kerajaan Mataram, banyak kemajuan yang terjadi di bidang politik, ekonomi, dan
budaya. Raja-raja Mataram berhasil memperluas wilayah kekuasaan dan membangun
infrastruktur, seperti jalan raya dan jembatan, yang meningkatkan perdagangan dan mobilitas.
Selain itu, kerajaan Mataram juga menjadi pusat pengembangan seni, sastra, dan agama
Hindu-Buddha di Jawa.

Berikut adalah contoh kemajuan yang terjadi di bidang Ipoleksosbudhankamnas selama era
10 Kerajaan Mataram:

1. Berikut adalah beberapa contoh kemajuan yang terjadi di Bidang Ideologi selama era
kerajaan Mataram, yang disajikan dalam tabel:

Kerajaan Mataram Kemajuan di Bidang Ideologi


Menerapkan ajaran kejawen dan kepercayaan animisme dan
Panembahan Senopati
dinamisme
Prabu Hadi Mengembangkan agama Islam dan menerapkan ajaran agama sebagai
Hanyokrowati hukum yang mengatur kehidupan masyarakat
Sultan Agung Mendorong penyatuan umat Islam di Jawa dan menegaskan Islam
Hanyakrakusuma sebagai agama negara
Mempertahankan agama Islam sebagai agama negara dan
Amangkurat I
memperkuat kesatuan umat Islam di Jawa
Menerapkan sistem hukum yang lebih terorganisir dengan
Amangkurat II dibentuknya tiga badan hukum, yaitu Pengadilan Agung, Pengadilan
Tinggi, dan Pengadilan Negeri
Amangkurat III Meningkatkan pendidikan Islam dan membangun banyak pesantren
Menetapkan Islam sebagai agama resmi Kerajaan Surakarta dan
Paku Buwono I
memperluas wilayah kekuasaannya
Mengalami perpecahan di antara penguasaan wilayah kekuasaan
Amangkurat IV
Mataram
Menegaskan Islam sebagai agama negara dan memperluas wilayah
Paku Buwono II
kekuasaannya
Meningkatkan hubungan dengan Belanda dan mengembangkan seni
Paku Buwono III
dan budaya Jawa

Perlu diingat bahwa kemajuan di bidang ideologi tidak terlepas dari kondisi sosial, politik,
dan ekonomi pada waktu itu. Oleh karena itu, ada beberapa kerajaan yang fokus pada
pengembangan agama Islam sebagai agama negara, sementara yang lain mendorong
perkembangan pendidikan Islam dan membangun pesantren.

25
2. Bidang Politik:

No. Kerajaan Mataram Kemajuan yang Terjadi


Terbentuknya kerajaan Mataram sebagai penerus Kerajaan
1 Panembahan Senopati
Pajang
Prabu Hadi Peningkatan kekuasaan Mataram dan ekspansi wilayah ke arah
2
Hanyokrowati selatan
Sultan Agung
3 Perluasan kekuasaan Mataram dan penaklukan Batavia
Hanyakrakusuma
4 Amangkurat I Meningkatkan kekuatan militer dan penaklukan Madura
5 Amangkurat II Meningkatkan perdagangan internasional dengan China
Meningkatkan keamanan di dalam kerajaan dan melindungi
6 Amangkurat III
rakyat dari serangan luar
Meningkatkan kekuasaan dan kemakmuran kerajaan melalui
7 Paku Buwono I
reformasi administrasi
Mempertahankan kedaulatan dan integritas kerajaan dari
8 Amangkurat IV
ancaman luar
Meningkatkan hubungan dengan VOC dan membangun
9 Paku Buwono II
benteng-benteng pertahanan
Meningkatkan keamanan dan stabilitas di dalam kerajaan dan
10 Paku Buwono III
memperbaiki hubungan dengan VOC

3. Bidang Ekonomi:

No. Kerajaan Mataram Kemajuan yang Terjadi


Peningkatan produksi padi melalui sistem irigasi terpadu
1 Panembahan Senopati
dan pengelolaan lahan
Meningkatkan perdagangan dengan negara tetangga dan
2 Prabu Hadi Hanyokrowati
perdagangan laut
Sultan Agung Meningkatkan produksi dan perdagangan tembakau, kayu,
3
Hanyakrakusuma dan cengkeh
Meningkatkan produksi gula dan memperluas perdagangan
4 Amangkurat I
ke daerah timur
5 Amangkurat II Meningkatkan perdagangan dengan China, India, dan Eropa
Meningkatkan produksi beras dan gula serta pengembangan
6 Amangkurat III
perdagangan garam
7 Paku Buwono I Meningkatkan produksi dan perdagangan kain dan sutra
8 Amangkurat IV Meningkatkan produksi tembakau, garam, dan kain
Meningkatkan produksi dan perdagangan kopi, tebu, dan
9 Paku Buwono II
garam
Meningkatkan produksi beras, garam, dan komoditas
10 Paku Buwono III
perdagangan lainnya

26
4. Kemajuan yang terjadi di Bidang Sosial selama era 10 Kerajaan Mataram:

No. Kerajaan Kemajuan di Bidang Sosial


Panembahan
1 Meningkatkan solidaritas dan kekompakan dalam masyarakat Jawa.
Senopati
Menyelenggarakan sistem pembagian pekerjaan yang adil dalam
2 Prabu Hadiwijaya
masyarakat.
Membangun infrastruktur jalan dan irigasi yang memudahkan
3 Sultan Agung
transportasi dan pertanian masyarakat.
4 Amangkurat I Mengembangkan kesenian Jawa seperti wayang kulit dan seni lukis.
Meningkatkan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak
5 Amangkurat II
wanita di dalam keluarga.
6 Amangkurat III Memperkuat peran kepala desa dalam masyarakat.
Menyelenggarakan sistem pendidikan yang terbuka untuk semua
7 Paku Buwono I
kalangan.
Membangun jembatan dan jalur laut untuk memudahkan perdagangan
8 Amangkurat IV
antar wilayah.
9 Paku Buwono II Memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan.
Meningkatkan peran perempuan dalam masyarakat dan
10 Paku Buwono III
pemerintahan.

Dalam bidang sosial, Kerajaan Mataram berhasil meningkatkan solidaritas dan kekompakan
dalam masyarakat, menyelenggarakan sistem pembagian pekerjaan yang adil, membangun
infrastruktur jalan dan irigasi untuk memudahkan transportasi dan pertanian,
mengembangkan kesenian Jawa, meningkatkan perlindungan dan penghormatan terhadap
hak-hak wanita di dalam keluarga, memperkuat peran kepala desa dalam masyarakat,
menyelenggarakan sistem pendidikan yang terbuka untuk semua kalangan, membangun
jembatan dan jalur laut untuk memudahkan perdagangan antar wilayah, memperluas akses
masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan peran perempuan dalam
masyarakat dan pemerintahan.

27
5. Kemajuan yang terjadi di Bidang Budaya selama era 10 kerajaan Mataram:

Masa
No. Raja Mataram Kemajuan di Bidang Budaya
Pemerintahan
Perkembangan seni tari, wayang, dan seni
1 Panembahan Senopati 1579 - 1601
ukir kayu
Prabu Hadi Pengembangan seni wayang kulit dan seni
2 1601 - 1613
Hanyokrowati ukir kayu
Pembangunan Candi Gedong Songo,
Sultan Agung
3 1613 – 1645 pengembangan kesenian gamelan dan seni
Hanyakrakusuma
ukir kayu
Peningkatan penggunaan aksara Jawa,
4 Amangkurat I 1645 - 1677
perkembangan seni musik dan tari
Pengembangan kesenian seni lukis, wayang
5 Amangkurat II 1677 – 1703
beber, dan tari
Perkembangan kesenian seni ukir kayu dan
6 Amangkurat III 1703 – 1708
seni musik
7 Paku Buwono I 1708 - 1719 Perkembangan kesenian batik dan seni tari
Pengembangan kesenian wayang kulit dan
8 Amangkurat IV 1719 - 1726
seni ukir kayu
Pengembangan kesenian wayang kulit dan
9 Paku Buwono II 1726 – 1749
seni ukir kayu
Pengembangan kesenian wayang kulit, seni
10 Paku Buwono III 1749 - 1788
ukir kayu, dan seni tari

Pada masa-masa tersebut terjadi kemajuan yang cukup signifikan di bidang budaya, seperti
pengembangan seni wayang kulit, tari, musik, ukir kayu, dan seni lukis. Hal ini
mencerminkan bahwa kerajaan Mataram memiliki perhatian yang besar terhadap kebudayaan
dan seni, sehingga terjadi kemajuan dan perkembangan yang signifikan dalam bidang-bidang
tersebut.

28
6. Berikut adalah beberapa kemajuan yang terjadi di Bidang Pertahanan selama era 10
Kerajaan Mataram:

No. Kerajaan Kemajuan di Bidang Pertahanan


Meningkatkan kualitas pasukan dan senjata untuk menghadapi
1 Panembahan Senopati serangan dari Mataram bagian utara, dan membangun Benteng
Pendem untuk melindungi Kota Gede.
Membuat kesepakatan damai dengan VOC yang memperkuat
2 Prabu Hadiwijaya
pertahanan wilayah.
Memperkuat pasukan militer dengan memperkenalkan pasukan
topeng dan penggunaan artileri, serta membangun Benteng
3 Sultan Agung
Oranje dan Jembatan Gantung Suramadu sebagai benteng
pertahanan.
Membangun benteng pertahanan di wilayah Surakarta dan
4 Amangkurat I
mengembangkan sistem perlawanan guerilla.
Membangun benteng pertahanan di wilayah Kartasura dan
5 Amangkurat II
memperkuat sistem intelijen untuk memata-matai musuh.
6 Amangkurat III Tidak banyak mencatat kemajuan di bidang pertahanan.
Meningkatkan kualitas pasukan militer dan memperkuat sistem
7 Paku Buwono I
intelijen untuk menghadapi serangan dari Mataram bagian utara.
Mempertahankan wilayah Kartasura dari serangan musuh yang
8 Amangkurat IV
datang dari luar, termasuk dari VOC.
Mengembangkan sistem perlawanan guerilla dan meningkatkan
9 Paku Buwono II
kualitas pasukan militer.
10 Paku Buwono III Tidak banyak mencatat kemajuan di bidang pertahanan.

Keterangan: VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) adalah perusahaan dagang


Belanda yang beroperasi di Indonesia pada abad ke-17 hingga 18.

29
7. Berikut adalah kemajuan yang terjadi di Bidang Keamanan selama era 10 Kerajaan
Mataram, yang dibagi berdasarkan periode waktu pemerintahan masing-masing raja:

Masa
Raja Mataram Kemajuan di Bidang Keamanan
Pemerintahan
Membentuk pasukan perang yang disebut "Bregodo"
Panembahan Senopati 1579 - 1601
dan mengadakan pelatihan militer secara berkala
Prabu Hadi Meningkatkan kedisiplinan dalam pasukan militer dan
1601 - 1613
Hanyokrowati membentuk "Kaprajaan" sebagai pasukan elit
Membentuk pasukan yang terdiri dari prajurit
Sultan Agung Muslim, Jawa, dan Bali untuk menghadapi serangan
1613 - 1645
Hanyakrakusuma dari Belanda dan memperkuat pertahanan kota-kota
penting
Mengembangkan sistem pertahanan berbasis benteng
Amangkurat I 1645 - 1677
dan menambah jumlah pasukan
Meningkatkan kemampuan angkatan laut dan
Amangkurat II 1677 - 1703
memperkuat pertahanan di wilayah timur Mataram
Tidak banyak mencatat kemajuan di bidang
Amangkurat III 1703 - 1708
keamanan
Meningkatkan kedisiplinan dan organisasi dalam
Paku Buwono I 1708 - 1719
pasukan militer
Memperkuat pertahanan di wilayah barat Mataram
Amangkurat IV 1719 - 1726
dan membangun benteng-benteng baru
Mengembangkan sistem intelijen dan melatih pasukan
Paku Buwono II 1726 - 1749 khusus untuk melindungi kerajaan dari serangan
musuh
Membentuk pasukan kecil yang terdiri dari prajurit
terlatih untuk mempertahankan wilayah-wilayah
Paku Buwono III 1749 - 1788
penting dan memperkuat pertahanan di sepanjang
garis pantai utara Jawa

Dalam bidang keamanan, setiap raja Mataram terus berupaya untuk memperkuat pertahanan
dan meningkatkan kemampuan militer agar dapat melindungi kerajaan dari serangan musuh.
Mereka juga mengembangkan sistem pertahanan dan melatih pasukan secara teratur. Salah
satu upaya penting yang dilakukan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma adalah membentuk
pasukan gabungan yang terdiri dari prajurit Muslim, Jawa, dan Bali untuk menghadapi
serangan dari Belanda. Kemajuan di bidang keamanan ini terbukti berhasil mempertahankan
kemerdekaan kerajaan Mataram selama ratusan tahun.

30
V. Era 10 (sepuluh) Raja-Raja Mataram dari Panembahan Senopati sampai Paku
Buwono III

1. Panembahan Senopati Raja Mataram I, masa pemerintahan (1579 – 1601)

Tentu, pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, Mataram Binangun


mengalami kemajuan yang signifikan dalam bidang politik dan militer. Berikut ini
beberapa hal yang terjadi pada masa itu:

1. Pendirian Kota Gede: Panembahan Senopati memerintahkan pembangunan Kota


Gede sebagai ibu kota kerajaan Mataram Binangun. Kota Gede terkenal dengan
bangunan-bangunan megah dan tata kota yang teratur.
2. Penaklukan Pajang: Panembahan Senopati berhasil menaklukan kerajaan Pajang
yang sebelumnya telah menjadi sekutu Mataram. Penaklukan ini membuat
Mataram semakin kuat di wilayah Jawa Tengah.
3. Pemberian gelar Adipati: Panembahan Senopati memberikan gelar adipati kepada
para bangsawan setia yang membantunya dalam perang. Gelar adipati ini
memberikan hak istimewa kepada para penerimanya, seperti hak atas tanah dan
hak untuk menarik pajak.
4. Sistem pemerintahan: Panembahan Senopati menerapkan sistem pemerintahan
yang efektif, dengan membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa kadipaten
yang diperintah oleh seorang adipati. Setiap adipati bertanggung jawab atas
wilayahnya masing-masing, namun tetap di bawah kendali Panembahan Senopati.
5. Hubungan dengan VOC: Panembahan Senopati menjalin hubungan yang baik
dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda
yang memonopoli perdagangan di Hindia Timur. Kerajaan Mataram Binangun
memanfaatkan hubungan ini untuk memperkuat ekonomi dan militer.
6. Pembangunan Candi Borobudur: Meskipun bukan di era Panembahan Senopati,
namun pada masa itu, raja-raja Mataram Binangun membangun Candi Borobudur,
salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Pembangunan candi ini menunjukkan
kecintaan raja-raja Mataram Binangun pada agama Buddha.

Itulah beberapa contoh kejayaan Mataram Binangun pada masa pemerintahan


Panembahan Senopati. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi Anda.

Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, Kerajaan Mataram Binangun


mengalami kemajuan yang signifikan di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Berikut
ini adalah beberapa contoh kesuksesan pembangunan di bidang tersebut:

1. Sosial

 Pemerintahan Panembahan Senopati menerapkan sistem pemerintahan yang


adil dan merata untuk seluruh rakyatnya.
 Dalam bidang pendidikan, Panembahan Senopati memberikan perhatian
khusus untuk meningkatkan pendidikan di kerajaannya, seperti mengadakan
pendidikan formal dan non-formal.
 Panembahan Senopati juga membangun sistem pengairan yang baik, sehingga
dapat membantu petani dalam mengairi sawah dan meningkatkan produksi
pertanian.

31
2. Budaya

 Pemerintahan Panembahan Senopati mendorong perkembangan seni dan


budaya, seperti seni tari, musik, dan seni bela diri tradisional.
 Di bidang sastra, Panembahan Senopati memperkenalkan aksara Jawa dan
mendorong perkembangannya, sehingga memudahkan rakyat dalam
berkomunikasi dan mempromosikan kesenian dan kebudayaan di Kerajaan
Mataram Binangun.

3. Ekonomi

 Panembahan Senopati memperluas wilayah kerajaannya dengan menaklukkan


daerah-daerah tetangga, sehingga memperluas jangkauan perdagangan dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
 Di bidang perdagangan, Panembahan Senopati mendorong perdagangan
internasional dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Cina dan
India.
 Pemerintahannya juga membuka jalan-jalan perdagangan baru dan
membangun pelabuhan untuk memfasilitasi perdagangan, sehingga
mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kerajaan Mataram Binangun.

Kesuksesan pembangunan di bidang sosial, budaya, dan ekonomi pada masa


pemerintahan Panembahan Senopati ini terus berlanjut di masa-masa selanjutnya,
meskipun terjadi pergantian penguasa. Pembangunan yang dilakukan oleh Kerajaan
Mataram Binangun di masa lalu telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk
peradaban dan kebudayaan Indonesia yang majemuk dan kaya hingga saat ini.

Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, terdapat beberapa rencana pembangunan


jangka panjang yang dilakukan untuk meningkatkan kemajuan kerajaan Mataram.
Beberapa di antaranya adalah:

1. Pembangunan infrastruktur: Pemerintahan Panembahan Senopati membangun


beberapa infrastruktur penting seperti jalan-jalan raya, jembatan-jembatan, dan
benteng-benteng pertahanan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat pertahanan dan
memudahkan akses transportasi dalam kerajaan.
2. Peningkatan produksi pertanian: Panembahan Senopati menempatkan kebijakan-
kebijakan yang mendorong produksi pertanian, seperti memberikan insentif untuk
petani dan memberikan keamanan bagi penggarap tanah. Dengan demikian,
produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani meningkat.
3. Peningkatan perdagangan: Panembahan Senopati mengadakan perjanjian
perdagangan dengan kerajaan-kerajaan tetangga untuk meningkatkan perdagangan
di kerajaan Mataram. Hal ini memberikan akses ke bahan-bahan penting yang
tidak tersedia di dalam negeri dan membantu meningkatkan kekayaan dan
kesejahteraan rakyat.
4. Peningkatan pendidikan dan budaya: Pemerintahan Panembahan Senopati
membangun beberapa sekolah dan mengadakan festival-festival budaya untuk
meningkatkan pendidikan dan budaya di kerajaan Mataram. Hal ini membantu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memperkaya kebudayaan
kerajaan.

32
Dengan rencana pembangunan jangka panjang ini, kerajaan Mataram di bawah
pemerintahan Panembahan Senopati berhasil mencapai kesuksesan dalam bidang
sosial, budaya, dan ekonomi.

2. Prabu Hadi Hanyokrowati Raja Mataram II, masa pemerintahan (1601 - 1613)

Pada masa pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati, terjadi beberapa kejadian penting
dalam sejarah Mataram. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

1. Membangun ibu kota baru Pada masa pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati,
ibu kota kerajaan dipindahkan dari Kota Gede ke Kerto, yang kemudian dikenal
dengan nama Kota Baru. Pemindahan ini dilakukan karena Kota Gede dinilai
tidak lagi layak sebagai ibu kota, sehingga dibangunlah sebuah ibu kota baru yang
lebih modern dan lebih luas.
2. Pembangunan Candi Prambanan Pada masa ini, dibangun juga Candi Prambanan,
sebuah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini dibangun sebagai
bentuk dukungan dari raja terhadap agama Hindu yang berkembang di kerajaan
Mataram. Selain itu, candi ini juga dibangun sebagai bentuk kekuatan dan
kejayaan kerajaan Mataram.
3. Perdagangan dan ekonomi Pada masa ini, kerajaan Mataram juga
mengembangkan perdagangan dan ekonomi. Salah satu contohnya adalah
pengembangan kerajinan perak dan batik, yang menjadi komoditas perdagangan
utama kerajaan Mataram. Selain itu, kerajaan Mataram juga menjalin hubungan
perdagangan dengan negara-negara tetangga, seperti Cina dan India.
4. Penyusunan hukum dan tata pemerintahan Pada masa ini, kerajaan Mataram juga
menyusun hukum dan tata pemerintahan yang lebih baik dan teratur. Hal ini
ditujukan untuk memperkuat sistem pemerintahan dan menjaga stabilitas di dalam
negeri.
5. Pengembangan seni dan budaya Pada masa ini, kerajaan Mataram juga
mengembangkan seni dan budaya. Salah satu contohnya adalah pengembangan
wayang kulit sebagai bentuk seni pertunjukan yang populer di kalangan
masyarakat Jawa. Selain itu, kerajaan Mataram juga mengembangkan kesenian
lainnya, seperti seni musik, tari, dan arsitektur.

Secara keseluruhan, masa pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati di era kerajaan


Mataram dapat dikatakan berhasil dalam membangun dan mengembangkan kerajaan
secara ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Hal ini membuktikan bahwa kerajaan
Mataram pada masa itu merupakan salah satu kerajaan yang kuat dan maju di Asia
Tenggara.

Tentang kemajuan yang terjadi di bidang sosial selama pemerintahan Prabu Hadi di
antaranya adalah:

 Pembangunan sistem pemerintahan yang lebih terorganisir dan terstruktur


 Peningkatan kesejahteraan rakyat dengan menekankan pada produksi padi dan
perdagangan rempah-rempah
 Pengembangan seni dan budaya, terutama seni rupa dan sastra

Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati berhasil meningkatkan


perekonomian kerajaan dengan:

33
 Meningkatkan produksi padi dengan memperbaiki sistem pengairan dan mendorong
petani untuk menggunakan pupuk organik
 Mendorong perdagangan rempah-rempah, seperti cengkeh, pala, dan lada, yang
menjadi sumber penghasilan utama kerajaan
 Memperbaiki infrastruktur jalan dan sungai untuk mempermudah transportasi barang

Sedangkan dalam bidang budaya, pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati


mengembangkan seni dan budaya kerajaan dengan:

 Mendorong perkembangan seni rupa, terutama seni ukir dan batik


 Mengembangkan sastra Jawa dengan menulis beberapa karya sastra, seperti Serat
Kanda dan Serat Jaya Lengkara Wulang
 Mengembangkan seni tari dan musik tradisional, seperti gamelan dan wayang kulit

Hal-hal tersebut berhasil membawa kemajuan dan kejayaan bagi Kerajaan Mataram
Binangun di bawah pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati.

Rencana pembangunan jangka panjang nya ?

Sayangnya, tidak banyak informasi yang diketahui mengenai rencana pembangunan


jangka panjang pada masa pemerintahan Prabu Hadi Hanyokrowati. Pada umumnya,
kerajaan Mataram pada masa itu mengembangkan sistem pemerintahan yang lebih teratur
dan efektif, memperkuat pertahanan dan memperluas wilayah kekuasaan, serta
melindungi dan memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi rakyat. Namun, tidak ada
dokumen resmi yang memuat rencana pembangunan jangka panjang pada masa itu.

3. Sultan Agung Hanyakrakusuma Raja Mataram III, masa pemerintahan (1613 -


1645)

Berikut adalah penjelasan mengenai sejarah kejayaan Mataram Binangun pada masa
pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma:

1. Bidang politik:

 Sultan Agung berhasil menyatukan kembali wilayah Mataram yang sebelumnya


terpecah belah.
 Ia juga mengembangkan sistem administrasi dan memperkuat posisi pemerintah
dengan memperluas jaringan pengawasan di seluruh wilayah Mataram.
 Sultan Agung juga memperkuat kekuasaannya dengan membangun pertahanan
dan menambah jumlah pasukan untuk menghadapi ancaman dari luar.

2. Bidang ekonomi:

 Sultan Agung mengembangkan perdagangan dengan negara-negara di Asia


Tenggara dan India.

34
 Ia juga mendorong pengembangan produksi gula, tembakau, dan kapas untuk
memperkuat ekonomi Mataram.
 Selain itu, Sultan Agung memperluas jaringan jalan dan membangun jembatan
yang memudahkan pengiriman barang dan perdagangan.

3. Bidang budaya:

 Selama masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram menjadi pusat pengembangan


seni dan budaya.
 Ia memperkaya seni wayang dengan menambahkan karakter-karakter baru dan
mengembangkan pertunjukan wayang orang.
 Sultan Agung juga membangun Candi Gedong Songo sebagai tempat peribadatan
dan mengembangkan seni arsitektur dengan gaya baru yang disebut "arsitektur
Mataram".

4. Rencana pembangunan jangka panjang:

 Sultan Agung memiliki visi untuk menjadikan Mataram sebagai kekuatan besar di
wilayah Nusantara dan bahkan di Asia Tenggara.
 Ia merencanakan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, termasuk jaringan
jalan, jembatan, dan kanal irigasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan
perdagangan.
 Selain itu, Sultan Agung juga merencanakan pembangunan lebih banyak
pelabuhan dan kapal untuk memperkuat perdagangan Mataram dan memperluas
wilayah kekuasaannya.

Dalam masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mengalami kemajuan yang


signifikan di berbagai bidang, baik politik, ekonomi, maupun budaya. Rencana
pembangunan jangka panjangnya juga menunjukkan visi yang jauh ke depan untuk
membangun Mataram menjadi kekuatan besar di wilayah Nusantara dan Asia
Tenggara.

Tentang Kejayaan Mataram Binangun pada masa pemerintahan Sultan Agung


Hanyakrakusuma di bidang sosial, ekonomi, dan budaya, antara lain:

1. Bidang sosial:

 Masyarakat Mataram mengalami kemajuan dalam sistem kekerabatan, terutama


dengan diperkenalkannya sistem pamong praja. Sistem pamong praja ini
diterapkan untuk menyelesaikan konflik antarwarga dan membantu raja dalam
mengatur pemerintahan.
 Sultan Agung juga membangun beberapa bangunan umum seperti jalan, jembatan,
dan tempat peristirahatan, yang mempermudah mobilitas dan meningkatkan
kenyamanan warga.

2. Bidang ekonomi:

 Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mengalami kemajuan ekonomi


yang pesat. Salah satu faktor yang menyebabkan kemajuan ekonomi adalah

35
peningkatan produksi beras dan padi yang dihasilkan dari sistem irigasi yang
diperbaiki.
 Sultan Agung juga memperbaiki jalan-jalan perdagangan dan memperluas wilayah
perdagangan Mataram hingga ke luar Jawa.

3. Bidang budaya:

 Pada masa Sultan Agung, Mataram menjadi pusat kebudayaan Jawa yang penting.
Sultan Agung sangat mencintai seni dan kebudayaan, sehingga membangun
banyak bangunan-bangunan yang berhubungan dengan kebudayaan seperti
pesantren, kraton, dan tempat ibadah.
 Pada masa pemerintahan Sultan Agung juga terdapat perkembangan seni dan
sastra Jawa, seperti terciptanya beberapa karya sastra seperti Serat Centhini dan
Babad Tanah Jawi.

Selain itu, pada masa pemerintahan Sultan Agung juga terjadi perang besar melawan
VOC Belanda, yaitu perang Jawa (1628-1629) dan perang Surabaya (1629-1630),
yang memakan banyak korban dan menguras keuangan Mataram. Meskipun
demikian, Sultan Agung berhasil mempertahankan kekuasaannya dan memperluas
wilayah kekuasaan Mataram.

Sultan Agung memiliki rencana pembangunan jangka panjang yang disebut sebagai
"Trunojoyo" atau "Tri Buana Jaya". Rencana ini terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Tahap pertama, memperkuat kekuatan Mataram di Jawa Tengah dengan


mereformasi kekuatan militer, memperkuat administrasi, dan meningkatkan
pembangunan ekonomi serta infrastruktur.
2. Tahap kedua, menaklukkan wilayah timur Jawa dan Bali, serta menyerang VOC
di Batavia. Rencana ini tidak sepenuhnya tercapai karena Sultan Agung
meninggal sebelum dapat menyelesaikan tahap kedua ini.
3. Tahap ketiga, menaklukkan seluruh kepulauan Nusantara dan memperkuat
kekuasaan Mataram di tingkat internasional.

Namun, rencana ini tidak tercapai sepenuhnya karena adanya konflik internal dan
eksternal yang terjadi pada masa pemerintahannya, termasuk konflik dengan VOC
dan pemberontakan Trunojoyo di Madura. Meski demikian, rencana ini menunjukkan
ambisi Sultan Agung untuk menjadikan Mataram sebagai kekuatan besar di
Nusantara.

4. Amangkurat I, Raja Mataram IV, masa pemerintahan (1645 - 1677)

Berikut adalah sejarah kejayaan Mataram Binangun di era pemerintahan Amangkurat I:

1. Kebijakan Ekonomi Amangkurat I melakukan kebijakan ekonomi yang progresif.


Ia mendorong pengembangan pertanian dengan memperbaiki sistem irigasi,
menyediakan pupuk, dan memberikan tanah gratis kepada petani. Selain itu, ia
juga memperbaiki pasar dan jalan raya untuk memudahkan perdagangan.

36
2. Kebijakan Sosial dan Kebudayaan Amangkurat I dikenal sebagai raja yang
menghargai seni dan budaya. Ia membangun keraton baru dengan taman yang
indah dan memperluas kegiatan kesenian seperti wayang kulit, tari, dan musik.
3. Konflik dengan VOC Amangkurat I menghadapi banyak tantangan selama masa
pemerintahannya, termasuk konflik dengan VOC. Namun, ia berhasil
mempertahankan kedaulatan kerajaannya dan memperoleh kemenangan penting
dalam Pertempuran Gilingwesi melawan pasukan VOC pada tahun 1648.
4. Pembangunan Infrastruktur Amangkurat I juga melakukan pembangunan
infrastruktur yang signifikan, termasuk pembangunan jalan raya dan jembatan
serta memperbaiki sistem pengairan dan irigasi.
5. Kebijakan Militer Selain membangun kekuatan militer, Amangkurat I juga
menempatkan perwira militer di berbagai wilayah kerajaan untuk memperkuat
kendali pemerintah terhadap wilayah-wilayah tersebut.

Dalam jangka panjang, Amangkurat I juga melakukan program pembangunan yang


bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat kekuatan militer
untuk mempertahankan kedaulatan kerajaannya. Ia juga berusaha memperkuat posisi
Mataram sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di Jawa Tengah. Namun,
rencana-rencana tersebut terhambat oleh serangan-serangan dari luar dan konflik-
konflik internal di kerajaan.

Di bawah ini adalah beberapa contoh keberhasilan Mataram Binangun di bidang sosial,
ekonomi, dan budaya selama masa pemerintahan Amangkurat I:

1. Bidang Sosial:

 Amangkurat I mengembangkan kebijakan agraria yang memungkinkan rakyat


menempati dan mengelola tanah dengan sistem sewa atau gadai yang lebih adil.
 Amangkurat I juga membuka ruang bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan dengan memperluas penggunaan sistem patih dan mantri.

2. Bidang Ekonomi:

 Amangkurat I mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor


pertanian dan perdagangan. Ia memperkenalkan sistem damar sebagai produk
ekspor yang sukses pada masanya.
 Selain itu, Amangkurat I juga membangun infrastruktur ekonomi seperti jalan
raya, jembatan, dan irigasi untuk memudahkan transportasi dan irigasi pertanian.

3. Bidang Budaya:

 Amangkurat I memperkuat kebudayaan Jawa dengan mendukung seni tradisional


seperti wayang kulit dan batik.
 Ia juga membangun kompleks makam keluarga kerajaan yang megah, termasuk
kompleks makam Mataram di Kota Gede, sebagai simbol kejayaan kerajaan.

Dalam rencana pembangunan jangka panjangnya, Amangkurat I fokus pada


pengembangan ekonomi dan pertahanan. Ia membangun pelabuhan di Cirebon untuk
memperkuat perdagangan, serta memperkuat pertahanan dengan membangun benteng
dan menjalin persekutuan dengan beberapa kekuatan asing. Selain itu, ia juga

37
memperluas jaringan kerajaan dengan menjalin hubungan baik dengan kerajaan-
kerajaan tetangga dan melancarkan ekspansi ke wilayah-wilayah baru.

Pada masa pemerintahan Amangkurat I, Raja Mataram IV, terdapat beberapa rencana
pembangunan jangka panjang yang dilakukan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Meningkatkan perekonomian dengan memperluas perdagangan dan membuka


pelabuhan-pelabuhan baru untuk memperluas akses ke wilayah luar. Raja
Amangkurat I juga memperkenalkan sistem pajak baru yang dikenal dengan
sebutan "landskroevenstelsel" yang memungkinkan rakyat membayar pajak
dengan uang tunai atau dengan hasil bumi.
2. Meningkatkan sistem administrasi pemerintahan dengan membentuk sistem
hierarki baru yang disebut "priyayi". Selain itu, Amangkurat I juga membentuk
sistem mata-mata untuk memperkuat pengawasan terhadap para pembantunya.
3. Mempertahankan dan meningkatkan budaya dan kepercayaan tradisional, seperti
upacara adat, seni, dan kerajinan tangan. Raja Amangkurat I juga
memperkenalkan gaya arsitektur baru, seperti gaya arsitektur Tiongkok, yang
kemudian berkembang menjadi gaya arsitektur Jawa yang khas.
4. Membangun benteng-benteng pertahanan di sekitar ibu kota, serta membentuk
pasukan militer yang terlatih dan disiplin. Hal ini dilakukan untuk memperkuat
pertahanan wilayah Mataram dari serangan musuh.

Dalam hal rencana pembangunan jangka panjangnya, Amangkurat I berusaha untuk


memperkuat pemerintahan, memperluas perdagangan, mempertahankan dan
meningkatkan budaya dan kepercayaan tradisional, serta memperkuat pertahanan
wilayah Mataram dari serangan musuh. Meskipun demikian, terdapat pula beberapa
kebijakan yang kontroversial yang dilakukan Amangkurat I, seperti penindasan
terhadap rakyat jelata dan perbudakan yang semakin menguat di wilayah Mataram.

5. Amangkurat II, Raja Mataram V, masa pemerintahan (1677 - 1703)

Di masa pemerintahan Amangkurat II, Kerajaan Mataram mengalami masa yang cukup
sulit. Berikut adalah beberapa peristiwa dan pencapaian yang terjadi selama masa
pemerintahan Amangkurat II:

1. Konflik internal antara Amangkurat II dan adiknya, Pangeran Purbaya, yang


menyebabkan kerajaan terpecah-belah.
2. Perlawanan yang dilakukan oleh Trunojoyo, seorang adipati di Madura yang
memberontak dan berhasil merebut beberapa wilayah Mataram.
3. Peningkatan hubungan perdagangan dengan Eropa, terutama Belanda, yang
memberikan keuntungan ekonomi bagi Kerajaan Mataram.
4. Pembangunan beberapa bangunan istana, seperti Puro Pakualaman, Puro
Mangkunegaran, dan Puro Pakubuwono.
5. Peningkatan produksi gula dan tembakau, yang menjadi sumber pendapatan utama
Kerajaan Mataram.
6. Pengembangan seni dan budaya, seperti seni lukis, seni ukir, dan seni tari.
7. Amangkurat II juga dikenal sebagai raja yang cerdas dan pandai berdiplomasi,
sehingga mampu menjaga hubungan baik dengan Belanda meskipun terjadi
konflik di dalam negeri.

38
Namun, meskipun terjadi beberapa pencapaian selama masa pemerintahan
Amangkurat II, namun konflik internal dan perlawanan dari Trunojoyo membuat
kestabilan Kerajaan Mataram terus terganggu. Selain itu, meningkatnya pengaruh
Belanda juga memberikan dampak negatif terhadap kedaulatan Kerajaan Mataram.

Di bawah ini adalah penjelasan lebih spesifik mengenai kejayaan Mataram Binangun di
bawah pemerintahan Amangkurat II, Raja Mataram V, di bidang sosial, ekonomi, dan
budaya:

1. Bidang Sosial

 Membangun kebijakan pemerintahan yang lebih baik, dengan menetapkan


berbagai undang-undang dan kebijakan yang menguntungkan rakyat, seperti
perlindungan hukum dan keamanan sosial.
 Mengembangkan sistem administrasi yang lebih baik dan efisien, dengan
menunjuk pejabat-pejabat terbaik dan mengatur wilayah administrasi yang lebih
baik.

2. Bidang Ekonomi

 Membangun kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain, seperti Belanda,


Tiongkok, dan Jawa Timur, sehingga membuka peluang perdagangan yang lebih
luas dan menguntungkan bagi kerajaan.
 Mengembangkan produksi beras, tembakau, gula, dan kain batik, yang menjadi
komoditas utama di kerajaan Mataram Binangun. Hal ini membuat kerajaan
semakin makmur dan kaya.

3. Bidang Budaya

 Mendorong perkembangan kesenian dan budaya, dengan membangun banyak


bangunan seni, seperti istana dan bangunan-bangunan keagamaan yang megah dan
indah.
 Mengembangkan kesusastraan Jawa, dengan menulis banyak karya sastra, seperti
babad dan serat. Hal ini menjadikan kerajaan Mataram Binangun sebagai pusat
kebudayaan di Jawa pada saat itu.

4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang

 Mengembangkan sistem irigasi yang lebih baik, dengan membangun banyak kanal
dan dam, sehingga produksi beras dapat meningkat dan mencukupi kebutuhan
rakyat.
 Meningkatkan sistem transportasi, dengan membangun jalan-jalan raya yang lebih
baik, sehingga mempermudah mobilitas penduduk dan barang.
 Memperkuat pertahanan kerajaan, dengan membangun benteng dan menambah
pasukan tentara, sehingga dapat melindungi kerajaan dari ancaman musuh.

Demikianlah penjelasan mengenai kejayaan Mataram Binangun di bawah


pemerintahan Amangkurat II, Raja Mataram V, di bidang sosial, ekonomi, dan
budaya, serta rencana pembangunan jangka panjangnya.

39
Pada masa pemerintahan Amangkurat II, Raja Mataram V, terdapat rencana
pembangunan jangka panjang yang cukup signifikan. Berikut adalah beberapa di
antaranya:

1. Meningkatkan produksi pertanian: Amangkurat II memerintahkan pembukaan


lahan pertanian baru dan memperluas penggunaan sistem irigasi untuk
meningkatkan produksi padi.
2. Pengembangan perdagangan: Amangkurat II memperkuat jalur perdagangan
dengan membangun pelabuhan-pelabuhan baru dan meningkatkan keamanan jalur
perdagangan.
3. Meningkatkan industri kerajinan: Amangkurat II memperkenalkan program
pembangunan industri kerajinan untuk menghasilkan produk-produk kerajinan
yang berkualitas tinggi, seperti kain batik dan kerajinan perak.
4. Pembangunan infrastruktur: Amangkurat II membangun jalan-jalan baru dan
memperbaiki jalan-jalan yang rusak untuk mempermudah mobilitas dan
transportasi.
5. Meningkatkan kualitas pendidikan: Amangkurat II mendirikan sekolah-sekolah
baru dan memperbaiki kondisi sekolah yang sudah ada untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Mataram.
6. Meningkatkan kemampuan militer: Amangkurat II memperkuat kekuatan militer
dan memperbaiki kondisi angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan
stabilitas di dalam negeri.

Rencana pembangunan jangka panjang ini menunjukkan upaya Amangkurat II untuk


meningkatkan perekonomian, kesejahteraan sosial, dan keamanan di kerajaan
Mataram. Meskipun demikian, ada juga permasalahan dalam pemerintahan
Amangkurat II, seperti korupsi dan ketidakpuasan rakyat yang mengarah pada
pemberontakan.

6. Amangkurat III, Raja Mataram VI, masa pemerintahan (1703 - 1708)

Pada masa pemerintahan Amangkurat III, Kerajaan Mataram mengalami masa kejatuhan
yang cukup signifikan. Berikut adalah beberapa peristiwa penting pada masa
pemerintahan Raja Mataram VI:

1. Perang Pasisir (1704-1706) Pada masa pemerintahan Amangkurat III, terjadi


konflik dengan VOC terkait pajak rempah-rempah. Pemerintah Mataram meminta
kebijakan pajak yang lebih adil, namun permintaan tersebut tidak diindahkan oleh
VOC. Akhirnya terjadi perang antara Kerajaan Mataram dengan VOC dan
sekutunya. Perang ini berakhir dengan kemenangan VOC dan Mataram
kehilangan beberapa wilayah dan mengalami kerugian yang cukup besar.
2. Pemberontakan Trunojoyo (1674-1679) Pada masa pemerintahan Amangkurat III,
terjadi pemberontakan Trunojoyo di Jawa Timur. Pemberontakan ini dipicu oleh
perlakuan sewenang-wenang pihak VOC terhadap rakyat Jawa Timur.
Pemberontakan ini berhasil diredam setelah beberapa tahun, namun menyebabkan
kerugian besar bagi Kerajaan Mataram.
3. Krisis keuangan Pada masa pemerintahan Amangkurat III, Kerajaan Mataram
mengalami krisis keuangan yang cukup parah. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain perang yang menguras keuangan, konflik dengan VOC, serta
korupsi yang merajalela di pemerintahan.

40
4. Kejatuhan kekuasaan Pada akhirnya, Amangkurat III digulingkan oleh adiknya,
Pangeran Puger, yang didukung oleh VOC. Pangeran Puger naik tahta dengan
gelar Pakubuwono I dan mendirikan Kesultanan Mataram yang berpusat di
Surakarta.

Secara umum, masa pemerintahan Amangkurat III ditandai oleh kejatuhan kekuasaan
dan kehancuran Kerajaan Mataram. Pemerintahan ini juga menghadapi berbagai
masalah di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, serta tidak memiliki rencana
pembangunan jangka panjang yang jelas.

Pada masa pemerintahan Amangkurat III, kebijakan-kebijakan yang diambil masih


terfokus pada pertahanan dan politik, sehingga tidak terlalu banyak perubahan yang
terjadi di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Namun demikian, beberapa kebijakan dan
peristiwa yang menonjol dapat disebutkan:

1. Kebijakan pembatasan perdagangan: Amangkurat III menerapkan kebijakan


pembatasan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di
Jawa, seperti VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan Inggris. Kebijakan
ini dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh asing di Mataram dan membuka
peluang bagi para pedagang pribumi.
2. Pemberontakan Trunajaya: Pemberontakan Trunajaya terjadi pada tahun 1674-
1680, namun akibatnya masih terasa hingga masa pemerintahan Amangkurat III.
Pemberontakan ini menyebabkan kerusakan yang cukup besar di Jawa Tengah,
terutama pada daerah-daerah di sekitar Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Pemerintah Mataram berusaha untuk memulihkan daerah-daerah yang terkena
dampak pemberontakan ini dengan membangun kembali infrastruktur dan
memfasilitasi kegiatan ekonomi di daerah-daerah tersebut.
3. Pembangunan Masjid Agung Mataram: Amangkurat III memerintahkan
pembangunan Masjid Agung Mataram sebagai pusat kegiatan keagamaan dan
juga sebagai simbol kekuasaan pemerintah Mataram. Masjid ini dibangun pada
tahun 1703-1706 dan menjadi salah satu masjid terbesar di Jawa pada masanya.

Namun, tidak banyak informasi yang tersedia mengenai rencana pembangunan jangka
panjang pada masa pemerintahan Amangkurat III. Hal ini mungkin disebabkan oleh
masa pemerintahannya yang relatif singkat dan fokusnya pada isu-isu politik dan
pertahanan.

Pada masa pemerintahan Amangkurat III, terdapat beberapa rencana pembangunan


jangka panjang yang diusung, di antaranya:

1. Peningkatan produksi pertanian dan peternakan dengan menambah jumlah lahan


pertanian dan memperbaiki sistem irigasi.
2. Peningkatan perdagangan dengan negara-negara Asia Tenggara, terutama dengan
Melaka dan Siam, untuk meningkatkan perekonomian Mataram.
3. Pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya dan jembatan, untuk mempermudah
mobilitas penduduk dan barang.
4. Pembangunan rumah sakit dan pusat kesehatan untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.

41
Namun, rencana pembangunan tersebut tidak sempat terealisasi secara menyeluruh
karena pemerintahan Amangkurat III terbilang singkat dan terganggu oleh konflik
internal dan eksternal.

7. Paku Buwono I, Raja Mataram VII, masa pemerintahan (1708 - 1719)

Pada masa pemerintahan Paku Buwono I, Raja Mataram VII (1708-1719), terdapat
beberapa peristiwa yang menjadi tonggak kejayaan Mataram Binangun, di antaranya:

1. Pembangunan Istana Mangkunegaran Pada masa pemerintahan Paku Buwono I,


dibangunlah Istana Mangkunegaran di Surakarta sebagai tempat kedudukan
keluarga kerajaan dan pusat pemerintahan. Istana ini dibangun dengan arsitektur
Jawa yang kaya akan seni dan budaya.
2. Pengembangan Industri Kerajinan Tangan Selama masa pemerintahan Paku
Buwono I, industri kerajinan tangan berkembang pesat, terutama industri kain
batik dan tenun. Pengembangan industri ini dapat meningkatkan perekonomian
kerajaan dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
3. Perbaikan Sistem Pemerintahan Pemerintahan Paku Buwono I berusaha untuk
memperbaiki sistem pemerintahan dalam kerajaan Mataram. Ia memperkenalkan
sistem pemerintahan yang lebih modern dan efektif serta meningkatkan tata cara
pemerintahan yang lebih adil.
4. Peningkatan Kesadaran Agama Paku Buwono I berusaha untuk meningkatkan
kesadaran agama di masyarakat dengan memperkenalkan ajaran Islam dan
membangun masjid-masjid di sekitar kerajaan Mataram.

Rencana pembangunan jangka panjang pada masa pemerintahan Paku Buwono I


adalah meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan
mengembangkan industri kerajinan tangan, meningkatkan produksi padi, dan
memperbaiki infrastruktur. Selain itu, ia juga berupaya untuk memperkuat sistem
pemerintahan dan memperkuat pertahanan kerajaan untuk menghadapi ancaman dari
luar.

Pada masa pemerintahan Paku Buwono I, Kerajaan Mataram terus mengalami


perkembangan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Beberapa hal yang dapat
disebutkan antara lain:

1. Bidang sosial: a. Paku Buwono I membuka peluang bagi rakyat biasa untuk
menjadi abdi dalem dan memperoleh kedudukan yang lebih baik di dalam istana.
b. Beliau juga mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan populasi
dengan memberikan kemudahan-kemudahan bagi penduduk yang ingin menikah
dan memiliki anak.
2. Bidang ekonomi: a. Pada masa pemerintahan Paku Buwono I, Kerajaan Mataram
berhasil mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan. b. Peningkatan
kualitas jalan-jalan dan infrastruktur lainnya, seperti irigasi dan pengairan, turut
membantu pertumbuhan ekonomi.
3. Bidang budaya: a. Paku Buwono I menunjukkan perhatiannya pada kebudayaan
dan agama dengan membangun beberapa tempat suci, seperti Candi Sukuh dan
Candi Cetho. b. Beliau juga membuka kerja sama dengan Belanda untuk
mengembangkan seni dan budaya, seperti seni bela diri pencak silat dan seni
musik gamelan.

42
Dalam hal rencana pembangunan jangka panjang, Paku Buwono I memprioritaskan
stabilitas dan perdamaian di dalam kerajaannya. Beliau juga berusaha menghindari
konflik dengan Belanda dan mencari jalan damai untuk menjaga hubungan yang baik
dengan mereka. Selain itu, beliau juga mengembangkan sistem administrasi dan
hukum yang lebih baik untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dan menjamin
keamanan serta kesejahteraan rakyatnya.

Pemerintahan Paku Buwono I memiliki rencana pembangunan jangka panjang yang


mencakup berbagai bidang, terutama dalam memperkuat ekonomi kerajaan dan
memperluas wilayah kekuasaannya. Beberapa kebijakan yang diambil antara lain:

1. Pembangunan infrastruktur: Paku Buwono I memperbaiki sistem irigasi untuk


meningkatkan produktivitas pertanian dan membangun jalan raya yang
menghubungkan antara daerah-daerah dalam kerajaan.
2. Peningkatan produksi barang dagangan: Raja Mataram VII mendorong
peningkatan produksi barang dagangan, seperti kain batik, gula, dan rempah-
rempah.
3. Pembangunan pusat-pusat perdagangan: Pemerintah Mataram membangun pusat-
pusat perdagangan seperti Pasar Gede di Solo dan Pasar Legi di Kota Yogyakarta,
yang menjadi pusat perdagangan utama di wilayah kerajaan.
4. Meningkatkan hubungan internasional: Paku Buwono I menjalin hubungan
dengan negara-negara tetangga seperti Kesultanan Aceh dan Belanda untuk
meningkatkan perdagangan dan memperluas jangkauan wilayah kekuasaannya.
5. Perlindungan terhadap masyarakat: Raja Mataram VII memberikan perlindungan
terhadap masyarakat dan mengambil tindakan tegas terhadap para penjahat dan
perampok untuk menjaga keamanan dalam kerajaan.

Rencana pembangunan jangka panjang ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan


ekonomi kerajaan Mataram dan memperluas wilayah kekuasaannya untuk mencapai
kemakmuran dan kejayaan yang lebih besar.

8. Amangkurat IV, Raja Mataram VIII, masa pemerintahan (1719 - 1726)

Sayangnya, masa pemerintahan Amangkurat IV tidak bisa dianggap sebagai masa


kejayaan Mataram Binangun. Pada masa ini, Mataram mengalami kemunduran karena
konflik internal yang terjadi antara Amangkurat IV dan saudaranya, Pangeran Puger,
serta adanya tekanan dari luar oleh VOC yang semakin kuat.

Amangkurat IV sendiri terkenal sebagai raja yang lemah dan tidak berdaya dalam
menghadapi kekuatan VOC. Sebagai akibatnya, Mataram harus menandatangani
perjanjian dengan VOC yang sangat merugikan Mataram, seperti perjanjian Giyanti
tahun 1755 yang mengakibatkan pecahnya Kesultanan Mataram dan lahirnya dua
kerajaan baru yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa pemerintahan


Amangkurat IV juga terjadi beberapa perkembangan di bidang sosial dan budaya. Salah
satu di antaranya adalah munculnya seni lukis Mataram yang terkenal dengan ciri khas
lukisan wayang dan pemandangan alam. Selain itu, terdapat juga perkembangan di
bidang keagamaan dengan munculnya beberapa pesantren di daerah Mataram.

43
Namun, tidak ada catatan yang cukup mengenai rencana pembangunan jangka panjang
pada masa pemerintahan Amangkurat IV.

Pada masa pemerintahan Amangkurat IV, kerajaan Mataram mengalami kemunduran


yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh konflik internal antara penguasa dan para
pejabat, serta campur tangan dari pihak VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
dalam urusan politik dan ekonomi kerajaan.

Secara sosial, konflik internal dan campur tangan VOC juga berdampak pada
masyarakat di sekitar kerajaan Mataram. Beberapa wilayah terkena dampak perang dan
kekacauan, sehingga berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat.

Dalam bidang ekonomi, campur tangan VOC dalam perdagangan mengakibatkan


kerugian yang signifikan bagi kerajaan Mataram. VOC mendominasi perdagangan
rempah-rempah di Nusantara, dan memaksa kerajaan Mataram untuk mengalihkan
fokusnya pada produksi komoditas lain seperti gula dan kopi.

Dalam bidang budaya, pada masa pemerintahan Amangkurat IV terjadi penurunan


dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan. Hal ini disebabkan oleh fokus yang
lebih besar pada kepentingan politik dan ekonomi.

Pada masa pemerintahan Amangkurat IV, tidak terdapat rencana pembangunan jangka
panjang yang jelas. Hal ini disebabkan oleh kondisi politik dan ekonomi yang tidak
stabil, serta campur tangan dari pihak VOC yang membatasi kewenangan dan
kebebasan kerajaan Mataram.

9. Paku Buwono II, Raja Mataram IX, masa pemerintahan (1726 - 1749)

Berikut adalah penjelasan secara detail mengenai era kejayaan Mataram Binangun pada
masa pemerintahan Paku Buwono II:

Pada masa pemerintahan Paku Buwono II, terjadi kebangkitan kembali Kerajaan
Mataram yang sempat mengalami kemunduran pada masa pemerintahan sebelumnya.
Paku Buwono II adalah putra dari Amangkurat IV dan naik takhta setelah kakaknya,
Amangkurat V, mengalami kegagalan dalam pemberontakan dan wafat tanpa memiliki
keturunan.

Di bidang sosial, Paku Buwono II menerapkan sistem administrasi yang lebih baik dan
menekankan pentingnya pengaturan hubungan sosial yang seimbang antara raja,
bangsawan, dan rakyat jelata. Selain itu, Paku Buwono II juga membangun
infrastruktur, seperti pembangunan jalan raya dan jembatan, sehingga mempermudah
transportasi dan perdagangan.

Di bidang ekonomi, Paku Buwono II mengembangkan perdagangan dengan bangsa


Eropa dan Asia. Ia menjalin hubungan dagang dengan Belanda, Inggris, dan Tiongkok,
sehingga memberikan keuntungan besar bagi perekonomian Mataram. Selain itu, ia
juga mempromosikan perdagangan di dalam negeri dengan memberikan insentif kepada
pedagang dan merintis pembangunan pusat-pusat perdagangan.

44
Di bidang budaya, Paku Buwono II mendukung pengembangan seni dan kebudayaan
tradisional Jawa. Ia menjadi pelindung seniman dan seni rupa, sehingga menghasilkan
banyak karya seni yang indah pada masa pemerintahannya. Ia juga mendorong
perkembangan kesenian wayang kulit dan menyimpan koleksi wayang kulit yang
sangat berharga.

Pada masa pemerintahan Paku Buwono II, Mataram mencapai masa kejayaannya dan
menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Ia membangun Mataram Binangun, sebuah
kompleks istana yang megah di kawasan Kotagede, Yogyakarta. Selain itu, ia juga
memperkuat hubungan dengan kesultanan Melayu dan memperluas pengaruh Mataram
ke wilayah Kalimantan dan Sumatera.

Dalam rencana pembangunan jangka panjangnya, Paku Buwono II meneruskan


kebijakan pembangunan dan pengembangan yang telah dilakukan oleh para
pendahulunya. Ia memperkuat sistem administrasi dan mengembangkan sektor
perdagangan untuk meningkatkan perekonomian. Ia juga terus mendukung
perkembangan seni dan kebudayaan serta membangun infrastruktur untuk
mempermudah transportasi dan komunikasi antar wilayah.

Di bawah pemerintahan Paku Buwono II, Kerajaan Mataram terus memperlihatkan


kemajuan dalam berbagai bidang, termasuk di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
Beberapa hal yang terjadi pada masa pemerintahannya antara lain:

1. Sosial: Paku Buwono II berhasil menciptakan stabilitas sosial dalam kerajaan. Ia


memerintahkan pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan, serta
memperbaiki sistem irigasi sehingga masyarakat bisa menanam tanaman pangan
dan hasil bumi lainnya secara lebih baik. Hal ini meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
2. Ekonomi: Paku Buwono II berhasil memperbaiki perekonomian kerajaan dengan
mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan. Ia membangun pasar-pasar
baru dan memperbaiki sistem perdagangan, termasuk mengeluarkan kebijakan
yang menguntungkan bagi para pedagang. Ia juga memperbaiki infrastruktur
pelabuhan dan jalan raya, sehingga memudahkan transportasi barang dan
meningkatkan perdagangan.
3. Budaya: Paku Buwono II memperluas penyebaran agama Islam di wilayah
Mataram. Ia membangun masjid-masjid dan memperbaiki pusat-pusat keagamaan.
Selain itu, ia juga memerintahkan pengembangan seni dan budaya, termasuk
mengembangkan seni batik dan seni ukir kayu.

Dengan adanya kemajuan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya ini, Paku Buwono II
memiliki rencana pembangunan jangka panjang untuk terus memajukan kerajaannya
dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperbaiki infrastruktur, dan
mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan.

Saat pemerintahan Paku Buwono II, Kerajaan Mataram tidak memiliki rencana
pembangunan jangka panjang yang jelas karena lebih fokus pada menjaga kestabilan
politik dan ekonomi. Pemerintahan Paku Buwono II lebih menekankan kebijakan-
kebijakan yang dapat meningkatkan penghasilan kerajaan, seperti meningkatkan
perdagangan dan menggali sumber daya alam yang ada di wilayah kekuasaannya.

45
Selain itu, Paku Buwono II juga memperbaiki dan memperluas infrastruktur, seperti
jalan raya, jembatan, dan irigasi, sehingga dapat mempermudah aktivitas ekonomi
masyarakat. Di bidang sosial, ia juga memperbaiki sistem administrasi dan keamanan
agar masyarakat dapat hidup dengan aman dan nyaman. Namun, tidak ada catatan
yang menyebutkan rencana pembangunan jangka panjang yang spesifik pada masa
pemerintahan Paku Buwono II.

10. Paku Buwono III, Raja Mataram X, masa pemerintahan (1749 - 1788)

Berikut adalah penjelasan secara detail dan lengkap tentang sejarah kejayaan Mataram
Binangun di masa pemerintahan Paku Buwono III, Raja Mataram X:

Sosial: Pada masa pemerintahan Paku Buwono III, Kerajaan Mataram Binangun
mencapai kejayaan di bidang sosial. Raja Paku Buwono III menerapkan kebijakan-
kebijakan yang menitikberatkan pada kesejahteraan rakyat. Dia membuka peluang bagi
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan memberikan dukungan bagi
perkembangan seni dan budaya. Raja Paku Buwono III juga memperkenalkan gaya
hidup baru di Kerajaan Mataram Binangun, di mana masyarakat diharapkan lebih
beradab dan lebih berpegang teguh pada nilai-nilai moral.

Ekonomi: Di bidang ekonomi, Paku Buwono III berhasil meningkatkan perekonomian


Kerajaan Mataram Binangun. Dia menstimulasi perdagangan dengan membuka jalur
perdagangan baru dan menempatkan pengawas di pelabuhan. Dia juga mendorong
pembangunan industri, terutama dalam bidang tekstil dan kerajinan tangan. Selain itu,
Raja Paku Buwono III juga mengembangkan sistem pengairan yang lebih baik untuk
meningkatkan produktivitas pertanian.

Budaya: Di bidang budaya, masa pemerintahan Paku Buwono III dianggap sebagai
masa keemasan Kerajaan Mataram Binangun. Raja Paku Buwono III sangat
mendukung perkembangan seni dan budaya, terutama dalam seni sastra, musik, dan
tari. Dia juga memperkenalkan ragam hias yang khas dalam seni ukir Jawa, yaitu motif
"parang rusak". Selain itu, Raja Paku Buwono III juga membangun berbagai bangunan
bersejarah seperti bangunan istana dan candi.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang: Raja Paku Buwono III memiliki rencana
pembangunan jangka panjang yang meliputi pembangunan infrastruktur, termasuk
pembangunan jalan raya dan jembatan, serta pembangunan pelabuhan yang lebih
modern. Dia juga berupaya meningkatkan produktivitas pertanian dan industri melalui
penerapan teknologi yang lebih baik. Raja Paku Buwono III juga mendorong
pengembangan perdagangan dengan negara-negara tetangga dan menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi investasi asing.

Demikianlah penjelasan mengenai sejarah kejayaan Mataram Binangun di masa


pemerintahan Paku Buwono III, Raja Mataram X, terutama di bidang sosial, ekonomi,
budaya, dan rencana pembangunan jangka panjangnya.

Selama masa pemerintahan Paku Buwono III, terjadi beberapa perkembangan di bidang
sosial, ekonomi, dan budaya di Kerajaan Mataram. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Sosial:

46
 Masyarakat Mataram semakin heterogen dengan adanya imigrasi dari berbagai
daerah.
 Adanya upaya untuk meredakan perselisihan di antara para penguasa Mataram
dan meningkatkan kestabilan politik di dalam negeri.
 Peningkatan pengaruh agama Islam yang mengakibatkan kehidupan sosial
masyarakat Mataram semakin teratur dan terarah.

2. Ekonomi:

 Pertanian masih menjadi sektor ekonomi utama di Mataram, di mana padi dan
jagung menjadi komoditas utama yang ditanam.
 Perdagangan di Mataram semakin berkembang dengan adanya perdagangan
antarnegara dan adanya hubungan dagang dengan negeri-negeri lain.
 Penggunaan uang logam dalam perdagangan semakin banyak digunakan,
terutama pada zaman pemerintahan Paku Buwono III.

3. Budaya:

 Pengaruh Islam semakin kuat, terlihat dari semakin banyaknya bangunan-


bangunan Islam yang dibangun seperti masjid, pesantren, dan lain-lain.
 Seni tari dan gamelan semakin berkembang dan menjadi identitas budaya
masyarakat Mataram.
 Penggunaan bahasa Jawa semakin dipertahankan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.

4. Pembangunan Jangka Panjang:

 Paku Buwono III giat membangun infrastruktur dan fasilitas publik seperti jalan
raya, jembatan, dan pasar.
 Membangun kembali bangunan-bangunan kerajaan yang sebelumnya rusak akibat
peperangan.
 Membangun dan merenovasi bangunan keagamaan seperti masjid, pesantren, dan
mushola.
 Meningkatkan hubungan dengan negara-negara tetangga untuk memperluas
perdagangan.

Pemerintahan Paku Buwono III merupakan salah satu masa kejayaan Kerajaan
Mataram Binangun di bidang politik, ekonomi, dan budaya. Beliau melakukan
berbagai kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat
kedudukan kerajaan.

Di bidang ekonomi, Paku Buwono III membangun kota-kota baru dan memperbaiki
infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Hal ini memudahkan transportasi dan
meningkatkan produktivitas pertanian. Beliau juga meningkatkan produksi garam,
kain, dan kerajinan tangan lainnya, serta mengembangkan perdagangan dengan
negara-negara Asia Tenggara dan Cina.

Di bidang sosial, Paku Buwono III mengeluarkan kebijakan yang pro-rakyat, seperti
membatasi kekuasaan para bangsawan dan memperbaiki sistem pemerintahan. Beliau

47
juga memperbaiki sistem hukum dan memberikan perlindungan kepada rakyat kecil
dari penindasan.

Di bidang budaya, Paku Buwono III mendukung perkembangan kesenian dan sastra.
Beliau membangun pusat-pusat kebudayaan seperti Taman Sari dan Keraton
Surakarta, serta mendukung pembuatan senjata tradisional seperti keris dan pedang.

Pada masa pemerintahan Paku Buwono III, Kerajaan Mataram Binangun memiliki
rencana pembangunan jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan memperkuat kedudukan kerajaan. Rencana tersebut meliputi
pembangunan infrastruktur, pengembangan perdagangan, penguatan sistem
pemerintahan, dan peningkatan pendidikan dan kebudayaan.

Catatan : Perjanjian Giyanti tahun 1755 di era Paku Buwono III

Di era Paku Buwomo III, pada tahun 1755 terdapat peristiwa Perjanjian Giyanti, yaitu
Perjanjian Giyanti adalah sebuah perjanjian yang dibuat pada tahun 1755 antara dua
kekuatan besar pada masa itu, yaitu Kesultanan Mataram di Jawa Tengah dan VOC
(Vereenigde Oostindische Compagnie) yang berkuasa di Hindia Belanda. Perjanjian ini
disebut Giyanti karena ditandatangani di Giyanti, yaitu sebuah desa di Jawa Tengah.

Perjanjian Giyanti sendiri terjadi setelah terjadinya perang saudara di Kesultanan Mataram
antara Paku Buwono II dan Pangeran Mangkubumi yang berlangsung dari tahun 1749
hingga 1755. Perang saudara ini terjadi karena terdapat perselisihan antara Paku Buwono
II dan Pangeran Mangkubumi mengenai suksesi takhta Mataram.

Dalam perjanjian ini, VOC sebagai mediator menyepakati untuk membagi Kesultanan
Mataram menjadi dua wilayah, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.
Wilayah Kasunanan Surakarta menjadi wilayah kekuasaan Paku Buwono III yang
merupakan putra dari Paku Buwono II, sementara wilayah Kadipaten Mangkunegaran
menjadi wilayah kekuasaan Pangeran Mangkubumi.

Perjanjian Giyanti memiliki dampak yang cukup besar dalam sejarah Jawa karena
mengubah struktur politik di Jawa Tengah. Perjanjian ini mengakhiri kekuasaan
Kesultanan Mataram sebagai sebuah kesatuan politik, namun tetap mempertahankan
pengaruh budayanya sebagai pusat kebudayaan di Jawa. Selain itu, perjanjian ini juga
menegaskan kekuasaan VOC sebagai pihak yang memiliki pengaruh besar di Jawa pada saat
itu.

48
Sumber Referensi tentang era 10 Raja Mataram :

Buku-buku sejarah Indonesia yang menjelaskan tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika dan
perkembangan nilai-nilai persatuan dan kesatuan di Indonesia. apa saja?
Berikut adalah beberapa contoh buku sejarah Indonesia yang membahas tentang konsep
Bhinneka Tunggal Ika dan perkembangan nilai-nilai persatuan dan kesatuan di Indonesia:

1. Sejarah Nasional Indonesia III, oleh Abdul Kahar Muzakir Buku ini membahas
tentang sejarah Indonesia dari masa prasejarah hingga era kemerdekaan. Salah satu
babnya membahas tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika dan bagaimana konsep ini
menjadi landasan dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
2. Bhinneka Tunggal Ika: Persatuan dalam Keragaman, oleh Martin Suryajaya Buku ini
membahas tentang makna dan filosofi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta
bagaimana nilai-nilai ini menjadi pijakan dalam membangun kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.
3. Membangun Indonesia: Menegakkan Bhinneka Tunggal Ika, oleh Koesnadi
Wiradimadja Buku ini membahas tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai
landasan dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Buku ini juga
membahas tentang tantangan dan solusi dalam mempertahankan nilai-nilai Bhinneka
Tunggal Ika dalam era globalisasi.
4. Sejarah Pemikiran tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia, oleh Edy
Prasetyono Buku ini membahas tentang perkembangan pemikiran tentang persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia dari masa kolonial hingga era kemerdekaan. Salah satu
babnya membahas tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika dan bagaimana konsep ini
menjadi landasan dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
5. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi dalam Kehidupan Bermasyarakat,
oleh Didin Saepudin Buku ini membahas tentang makna dan implementasi dari
semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam
hal membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Buku ini juga membahas
tentang peran masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika.
6. Babad Tanah Jawi, terjemahan oleh Siti Hawa Salleh, Penerbit Pustaka Buku
Kompas, 2005.
7. Negara Kertagama, terjemahan oleh Slamet Muljana, Penerbit Yayasan Obor
Indonesia, 2006.
8. Kakawin Sutasoma, terjemahan oleh Soewito Santoso, Penerbit CV. Diponegoro,
2005.
9. "The Story of the Kingdom of Mataram" oleh Harjumala Kartosuwiryo.
10. "The Power of Mataram: Magic and Symbolism in Javanese History" oleh Stuart
Robson.
11. "The Transformation of Islamic Java: In Search of the Universal and the Particular"
oleh Robert W. Hefner.
12. "The Mataram Dynasty: A Study of Politics and Administration in 17th Century
Central Java" oleh M.C. Ricklefs.
13. "Javanese Mystical Philosophy: The Philosophy of Life in Traditional Javanese
Society" oleh Suratno.
14. "Mataram Islam: Kebudayaan dan Peradaban Masa Lalu" oleh Slamet Muljana.
15. "Masyarakat Desa di Wilayah Mataram Abad XVII-XVIII" oleh Slamet Sudijono.
16. "The Heritage of Mataram: History, Culture and Tourism" oleh Soedarsono.

49
17. Mochtar, R. (2014). Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Buku ini membahas tentang manusia, masyarakat, dan kebudayaan dalam
konteks Indonesia.
18. Abdullah, T. (2015). Pendidikan Moral dan Karakter Bangsa. Bandung: Pustaka Setia.
Buku ini membahas tentang pentingnya pendidikan moral dan karakter bangsa
sebagai salah satu upaya membangun bangsa yang lebih baik.
19. Arief, B. (2019). Hukum dan Keadilan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Buku ini
membahas tentang hubungan antara hukum dan keadilan sosial dalam membangun
masyarakat yang lebih baik.
20. Prasetyo, E. Y. (2019). Persatuan Indonesia: Asas Hukum, Ideologi, dan Kenegaraan.
Jakarta: Kompas Gramedia. Buku ini membahas tentang persatuan Indonesia dalam
konteks asas hukum, ideologi, dan kenegaraan.
21. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2018). Panduan
Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Dokumen ini berisi panduan tentang penguatan pendidikan
karakter di Indonesia.
22. Lestari, R. A. (2018). Bhinneka Tunggal Ika sebagai Wujud Persatuan Bangsa. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 37(2), 276-284. Jurnal ini membahas tentang Bhinneka
Tunggal Ika sebagai wujud persatuan bangsa di Indonesia.
23. Yulianto, A. (2018). Karakteristik Manusia Indonesia dalam Perspektif Budaya Jawa.
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora.
24. "Indonesia sebagai negara multikultural: refleksi tentang Bhinneka Tunggal Ika" oleh
Sutrisno Hadi (2009)
25. "Pancasila sebagai dasar negara Indonesia: sejarah, pengertian, dan relevansinya di
era globalisasi" oleh Edi Suharto (2016)
26. "Kepemimpinan moral dalam perspektif Pancasila" oleh Muhidin M. Dahlan (2018)
27. "Manusia Indonesia: sebuah konsep tentang budi pekerti dan karakter bangsa" oleh
M. Arifin (2013)
28. "Pendidikan karakter bangsa dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara"
oleh Sukmadinata, Nana Syaodih, dan Jajat S. Ardiwinata (2011)
29. "Economic development in Indonesia: issues, challenges, and prospects" oleh
Muhamad Chatib Basri (2017)
30. "The role of spirituality in economic and social development" oleh David N. Weil
(2017)
31. "Building resilient and sustainable communities: a balance between local and global
contexts" oleh Eka Afnan Troena dan Adi Suryadi (2018).
32. "Sejarah Nasional Indonesia" oleh M. Yamin, R. Soekmono, Sartono Kartodirdjo,
Slamet Muljana, dan A. Teeuw
33. "Babad Tanah Jawi" oleh Dr. J.J. Ras
34. "Sejarah Kerajaan Mataram" oleh Poerbatjaraka
35. "Sejarah Kerajaan Mataram Islam" oleh Ahmad Mansur Suryanegara
36. "Sejarah Peradaban Jawa" oleh Slamet Muljana
37. "Sejarah Daerah Jawa Tengah" oleh Slamet Suryanto dan Purwanto Edy

Berikut adalah beberapa sumber akademik atau jurnal yang membahas tentang semboyan
hidup dan nilai-nilai bangsa Indonesia:

1. "Unity in Diversity: The Indonesian Experience" oleh Taufik Abdullah (Jurnal Studia
Islamika, Vol. 9, No. 1, 2002) Artikel ini membahas tentang konsep persatuan dalam
keberagaman yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan

50
bagaimana konsep ini menjadi landasan dalam membangun bangsa Indonesia. Artikel
ini juga membahas tentang perkembangan konsep persatuan dalam keberagaman di
Indonesia sejak masa penjajahan hingga masa kemerdekaan.
2. "The Importance of Bhinneka Tunggal Ika in National Integration of Indonesia" oleh
E. Tri Wibowo (International Journal of Social Science and Humanity, Vol. 4, No. 5,
2014) Artikel ini membahas tentang pentingnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika
dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang beragam. Artikel
ini juga membahas tentang sejarah dan makna dari semboyan tersebut serta nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
3. "Cultural Values in Indonesian National Education: A Bhinneka Tunggal Ika
Approach" oleh Mohammad Z. Arifin (Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Vol. 31, 2012) Artikel ini membahas tentang pentingnya nilai-nilai budaya dalam
pendidikan nasional di Indonesia dan bagaimana konsep Bhinneka Tunggal Ika dapat
menjadi pijakan dalam membangun pendidikan nasional yang menghargai
keberagaman budaya dan agama di Indonesia.
4. "Bhinneka Tunggal Ika: A Philosophical Study" oleh Muhammad Haris (Al-Jami'ah:
Journal of Islamic Studies, Vol. 52, No. 2, 2014) Artikel ini membahas tentang
konsep Bhinneka Tunggal Ika dari sudut pandang filosofis dan agama di Indonesia.
Artikel ini membahas tentang sejarah dan makna dari semboyan tersebut serta
bagaimana konsep ini dapat menjadi pijakan dalam membangun persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
5. "Indonesia's State Ideology and Its Education: A Critical Analysis" oleh M. H. Arifin
(Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol. 83, 2013) Artikel ini membahas
tentang ideologi negara Indonesia yang terkandung dalam semboyan Bhinneka
Tunggal Ika dan bagaimana ideologi ini tercermin dalam sistem pendidikan nasional
di Indonesia. Artikel ini juga membahas tentang tantangan dan peluang dalam
membangun pendidikan nasional yang menghargai keberagaman budaya dan agama
di Indonesia.

Berikut adalah beberapa artikel di situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia yang membahas tentang makna dan arti dari semboyan Bhinneka
Tunggal Ika dan Dharmma Mangrora:

1. "Makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Bermasyarakat"


(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/05/makna-bhinneka-tunggal-ika-
dalam-kehidupan-bermasyarakat) Artikel ini membahas tentang makna dan arti dari
semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta bagaimana konsep ini menjadi landasan dalam
membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Artikel ini juga menjelaskan
tentang nilai-nilai yang terkandung dalam semboyan tersebut, seperti toleransi, saling
menghormati, dan saling menghargai perbedaan.
2. "Dharmma Mangrora: Spirit dalam Bhinneka Tunggal Ika"
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/09/dharmma-mangrora-spirit-dalam-
bhinneka-tunggal-ika) Artikel ini membahas tentang arti dari konsep Dharmma
Mangrora yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dharmma
Mangrora memiliki arti sebagai landasan atau pijakan dalam hidup yang membawa
kepada kebahagiaan dan kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Artikel ini juga
membahas tentang sejarah dan makna dari konsep Dharmma Mangrora dalam konteks
budaya dan agama di Indonesia.

51
3. "Bhinneka Tunggal Ika: Semangat Persatuan dalam Keragaman"
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/12/bhinneka-tunggal-ika-semangat-
persatuan-dalam-keragaman) Artikel ini membahas tentang semangat persatuan
dalam keragaman yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Artikel
ini menjelaskan tentang pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam
membangun bangsa Indonesia yang beragam. Artikel ini juga memberikan beberapa
contoh praktik Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
4. "Bhinneka Tunggal Ika: Persatuan dalam Keberagaman"
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/12/bhinneka-tunggal-ika-persatuan-
dalam-keberagaman) Artikel ini membahas tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika
sebagai landasan dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang
beragam. Artikel ini menjelaskan tentang makna dan arti dari semboyan tersebut serta
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Artikel ini juga memberikan beberapa
contoh implementasi dari konsep Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
bermasyarakat di Indonesia.

52

Anda mungkin juga menyukai