Peningkatan Efisiensi Boiler Dengan Meng
Peningkatan Efisiensi Boiler Dengan Meng
MENGGUNAKAN ECONOMIZER
MAKALAH
Oleh :
IMAM BAHRUDIN, ST
i
HALAMAN PENGESAHAN
Zulaedy E. Ginting
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
PRAKATA............................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4
2.1 Ketel Uap........................................................................................... 4
2.2 Bagian-Bagian Boiler....................................................................... 5
2.3 Esensi Ketel Uap yang Baik............................................................. 7
2.4 Pemilihan Ketel Uap......................................................................... 7
2.5 Klasifikasi Ketel Uap........................................................................ 7
2.6 Keuntungan dan Kerugian Ketel Pipa Air..................................... 10
BAB 3. PEMBAHASAN........................................................................ 11
3.1 Perpindahan Panas pada Boiler...................................................... 11
3.1.1 Perpindahan panas secara pancaran (radiation).............................. 11
3.1.2 Perpindahan panas secara aliran (convection)................................. 11
3.1.3 Perpindahan panas secara rambatan (conduction)........................... 11
3.2 Proses Pemanasan Air...................................................................... 12
3.3 Keterpasangan Peralatan pada Economizer................................. 16
3.4 Economizer sebagai Instrument Pembantu dalam Feed Water
Treatment pada Boiler..................................................................... 17
3.5 Mekanisme Economizer................................................................... 20
3.6 Analisa Performansi dari Boiler...................................................... 23
3.6.1 Efisiensi boiler................................................................................ 23
3.6.2 Perhitungan efisiensi boiler............................................................. 26
3.6.3 Rasio penguapan............................................................................. 29
iii
BAB 4. PENUTUP................................................................................. 33
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 33
4.2 Saran................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34
iv
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
yang selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW karena
beliau lah panutan seluruh umat di dunia maupun akhirat.
Makalah ini berjudul “Peningkatan Efisiensi Boiler dengan Menggunakan
Economizer”. Penyusunan makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Training Cadet PT Rea Kaltim Plantations.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu tiada henti dan tiada lelah mendidik
dan menasehatiku, kakak-kakakku dan adik-adikku, serta saudara-saudaraku
semua yang telah memberikan doa dan motivasi.
2. Bapak Zulaedy E. Ginting selaku Head of HR dan Ibu Waryanti selaku Manager
of HR yang telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan Training Cadet
PT Rea Kaltim Plantations.
3. Bapak Hendardji Andra W. selaku pembina Training School yang selalu
memberikan ide, saran, dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
4. Seluruh Head, Manager, beserta staf PT Rea Kaltim Group yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan selama pendidikan Training Cadet.
5. Seluruh staf dan karyawan Training School PT Rea Kaltim Plantations.
6. Seluruh teman-teman Training Cadet angkatan XIV telah memberikan banyak
dukungan, Wiangga, Arifyanto, Heri, Anwar, Suroto, Agro, Eko, Pak Fatur, Pak
Arnol, Pak Nobert, Marga, dan teman-teman lain yang telah banyak membantu
selama pendidikan.
Penulis menyadari sebagai manusia yang tak lepas dari kekhilafan dan
kekurangan, oleh karena itu diharapkan adanya kritik, saran, dan ide yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan penulis-penulis berikutnya.
v
BAB 1. PENDAHULUAN
Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis),
suatu spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai
hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah.
Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara
internasional pada tahun 2007. Minyak yang relatif murah ini digunakan untuk
berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua
dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun,
dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan baku
mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua
negara importir terbesar di dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit
dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah
sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel
Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti
buahnya (Fricke, 2009).
Dalam pabrik kelapa sawit, ketel uap (boiler) merupakan jantung dari
sebuah pabrik kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga
dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit. Ketel uap
merupakan suatu alat konversi energi yang merubah air menjadi uap yang bersuhu
sekitar 2500-3000oF dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk
penguapan diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap. Air
adalah media yang berguna dan murah. Jika air dididihkan sampai menjadi steam,
volume steam akan meningkat sekitar 1600 kali dari volume air. Steam pada
tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses
untuk membangkitkan energi. Steam menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk
mesiu yang mudah meledak. Boiler tersusun dari beberapa komponen seperti
cerobong, superheater, steam drum, economizer, dan komponen penting lainnya.
Salah satu komponen terpenting pada sistem boiler adalah economizer yang
1
berperan membantu memanaskan feedwater yang akan digunakan dalam boiler
(UNEP, 2004).
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan
untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan
bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah
menjadi steam disebut air umpan (feed water). Dua sumber air umpan adalah: (1)
Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan (2) Air
makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler
dan plant proses (UNEP, 2004).
Berdasarkan gagasan pokok di atas, Parameter kinerja boiler, seperti
efisiensi dan rasio penguapan, berkurang terhadap waktu disebabkan buruknya
pembakaran, kotornya permukaan penukar panas dan buruknya operasi dan
pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun, alasan seperti buruknya
kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan buruknya kinerja boiler.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas mengenai potensi meningkatkan
efisiensi boiler yang lebih tinggi dengan menggunakan economizer untuk
pemanasan awal air umpan (feed water) menggunakan limbah panas dari gas buang
(flue gas).
2
1.3 Tujuan dan manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui prinsip kerja boiler pipa air (water tube boiler) dan komponen
pendukungnya.
2. Mengetahui kehilangan panas (heat loss) pada boiler dan cara
pencegahannya.
3. Mengetahui prinsip kerja economizer sebagai usaha meningkatkan efisiensi
boiler.
4. Mengetahui cara analisa efisiensi boiler dengan sistem perhitungan
langsung dan tidak langsung.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sebuah ketel uap biasanya merupakan bejana tertutup yang terbuat dari baja
Fungsinya adalah memindahkan panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar ke
4
air yang pada akhirnya akan menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan untuk:
1. Mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin.
2. Suplai tekanan rendah bagi kerja proses di industri seperti pabrik kelapa
sawit, pabrik gula, industri revinery dsb.
3. Menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi pemanas
bertekanan rendah.
5
Fungsinya sebagai penangkap debu sebelum gas asap keluar dari cerobong
agar tidak terjadi polusi udara di lingkungan. Ketel pipa air menggunakan
penangkap debu yaitu dengan cara dispray dengan air. Gas sisa pembakaran ditarik
IDF, sehingga terjadi pusaran di spray dengan air disekelilingnya. Butiran-butiran
abu yang halus akan jatuh ke talang bersama air lalu ke penampung abu.
6. Economizer
Ekonomiser adalah piranti yang digunakan untuk memanaskan air umpan
dengan memanfaatkan panas dari gas asap sebelum masuk ke cerobong.
7. Oil burner
Sebagai pembakaran tambahan dalam ketel dengan residu.
Auxiliary equipment
1. Force draft fan (FDF)
Berfungsi sebagai penghembus campuran uap bahan bakar dan gas-gas dan
udara di dalam ruang bakar.
2. Induce draft fan (IDF)
Berfungsi untuk membuang atau menghisap gas-gas berikut campuran uap
bahan bakar dan udara yang terdapat di dalam ruang bakar.
3. Valves, control, dan instrument
Sebagai instrument pengaman serta control terhadap tekanan, temperatur,
water level dsb.
Balance of boiler
1. Deaerator
Pemisah gas-gas terlarut dalam air (O2) dan memanaskan air umpan boiler
sebelum dibakar di dalam boiler.
2. Feed water heater
Sistem pemanasan awal pada air pengisi ketel
3. Blowdown system
Blowdown kontinyu yang tidak terkendali sangatlah sia-sia. Pengendalian
blowdown otomatis dapat terpasang yang merupakan sensor dan merespon pada
6
konduktivitas air boiler dan pH. Blowdown 10 % dalam boiler 15 Kg/cm²
menghasilkan kehilangan efisiensi 3%.
7
1. Berdasarkan isi tube/pipa.
a. Pipa api atau pipa asap
Pada ketel pipa api, nyala api dan gas panas yang dihasilkan pembakaran, mengalir
melalui pipa yang dikelilingi oleh air. Panas dikonduksikan melalui dinding pipa
dari gas panas ke air di sekeliling pipa tersebut. Contoh ketel uap pipa air sederhana:
ketel vertikal sederhana, ketel Cochran, ketel Lanchasire, ketel Cornish, kete Scotch
marine, ketel lokomotif dan ketel Velcon.
b. Pipa air
Pada ketel pipa air, air dimasukkan ke dalam pipa dimana pipa dikelilingi oleh nyala
api dan gas panas dari luar. Contoh ketel jenis ini : ketel Babcock dan Wilcox, ketel
Stirling, ketel La-Mont, ketel Benson, ketel Yarrow dan ketel Loeffler.
8
2. Berdasarkan posisi dapur pembakar.
a. Dibakar di dalam
Pada ketel uap dibakar di dalam, dapur diletakkan di dalam kulit boiler. Sebagaian
besar ketel pipa api mempunyai jenis ini.
b. Dibakar di luar
Pada ketel uap dibakar di luar, dapur disusun dibawah susunan bata. Ketel pipa air
selalu dibakar di luar.
9
6. Berdasarkan penggunaannya.
a. Stasioner
Ketel uap stasioner digunakan di pusat pembangkit tenaga, dan di industri proses.
Ketel ini disebut stasioner karena ketel tidak berpindah dari satu ke tempat lainnya.
b. Mobil (bergerak)
Ketel uap mobil adalah ketel yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ketel jenis ini seperti ketel lokomotif dan ketel marine.
10
BAB 3. PEMBAHASAN
11
molekul-molekul dinding ketel sebelah dalam yang berbatasan dengan api, menuju
ke molekul-molekul dinding ketel sebelah luar yang berbatasan dengan air.
Perambatan tersebut menempuh jarak terpendek (Djokosetyardjo, 1993)
12
dengan menggunakan steam sisa yang berasal dari hasil pemutaran turbin. Dalam
hal ini terdapat beberapa stage atau tahap sirkulasi steam untuk pemanasan awal
deaerator.
Tahap 1
Steam sisa yang berasal dari steam yang memutar turbin langsung dikembalikan ke
deaerator untuk memanaskan kembali air yang terdapat pada deaerator tank. Sisa
steam ini langsung mengalir disebabkan perbedaan tekanan dan massa jenis air dan
steam, karena perbedaan massa jenis itu lah steam cenderung menuju ke massa jenis
yang lebih besar yaitu air. Sirkulasi pada stage ini terus menerus seperti itu.
Tahap 2
Sisa steam hasil pemutar turbin jatuh ke condenser (proses pendinginan). Pada
tahap ini pedinginan steam sisa dibantu oleh air laut. Setelah melalui proses
pendinginan ini, steam berubah menjadi air kembali kemudian di alirkan ke LPH
(low pressure heater) untuk dipanaskan kembali. Setelah dari LPH air yang hampir
panas tadi di alirkan lagi ke deaerator untuk pemanasan lanjut. Setelah dipanaskan
di deaerator air panas tadi tidak langsung di alirkan ke economizer, tetapi air di
alirkan terlebih dahulu ke HPH (High Pressure Heater) untuk dipanaskan lebih dan
setelah itu barulah dialirkan ke economizer. Bantuan beberapa heater pada stage 2
ini hanyalah suatu langkah pemeliharaan instrument dimana telah disetting
sedemikian rupa untuk penjagaan. Selain itu juga bisa digunakan sebagai safety jika
ada dari salah satu system dari stage-stage tadi mengalami kerusakan, selain itu
tahap demi tahap ini memang tergantung dari jenis turbin yang digunakan.
Dari komponen lain diluar sistem pemanasan air terdapat Chemical Tank
yang berfungsi sebagai tempat dibuatnya suatu larutan kimia untuk pemeliharaan
pipa-pipa dan instrument-instrument yang lain. Setelah larutan kimia dibuat lalu
dialirkan ke deaerator dan ke beberapa instrument lain seperti drum boiler untuk
dicampurkan dengan air dan kemudian kembali kedalam proses pemanasan air.
Gambar dibawah ini adalah gambar diagram proses pemanasan air menjadi steam
hingga memutar turbin dan menghasilkan energi listrtik.
13
Gambar 3.1 Diagram Block Proses
14
penambahan lebih banyak panas yang peningkatan suhu tanpa perubahan fase. Oleh
karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan meningkatkan entalpi air dan suhu
jenuh. Hubungan antara suhu jenuh dan tekanan dikenal sebagai kurva steam jenuh
(Gambar 3.2).
Air dan steam dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan pada
kurva ini, keduanya akan berada pada suhu jenuh. Steam pada kondisi diatas kurva
jenuh dikenal dengan superheated steam/steam lewat jenuh:
Suhu diatas suhu jenuh disebut derajat steam lewat jenuh.
Air pada kondisi dibawah kurva disebut air sub- jenuh.
Jika steam mengalir dari boiler pada kecepatan yang sama dengan yang
dihasilkannya, penambahan panas lebih lanjut akan meningkatkan laju
produksinya. Jika steam yang sama tertahan tidak meninggalkan boiler, dan jumlah
panas yang masuk dijaga tetap, energi yang mengalir ke boiler akan lebih besar dari
pada energi yang mengalir keluar. Energi berlebih ini akan menaikan tekanan, yang
pada gilirannya akan menyebabkan suhu jenuh meningkat, karena suhu steam jenuh
berhubungan dengan tekanannya.
Dalam hal ini pembakaran air di dalam boiler adalah, air yang melalui
economizer yang telah melalui pemanasan di dalamnya dialirkan ke drum boiler
(penampungan steam) dan kemudian dibakar di dalam boiler untuk dipanaskan
lebih lanjut hingga menjadi steam basah. Suhu di dalam boiler ini adalah sekitar
400oC-459oC. Pembakaran menggunakan bahan bakar batu bara dan dibantu
dengan udara untuk menjaga kestabilan pembakaran di dalam coumbution system.
15
Sistem pengendalian pembakaran menghubungkan antara pengendalian
input panas ke boiler dengan rasio udara/bahan bakar yang masuk ruang
pembakaran. Sistem pengendalian ini harus dapat menjamin jumlah udara yang
tersedia mencukupi untuk pembakaran sejumlah bahan bakar secara efisien tanpa
menimbulkan smoke dan dengan minimum discharge particulate dari cerobong.
Setelah proses di dalam boiler ini, aliran steam lalu dilanjutkan ke Superheater
untuk menjadi kan steam kering, suhu steam saat itu sekitar 520 oC–600oC dan siap
untuk memutar turbin.
16
Gambar 3.3 Sootblower
2. Ash handling
Dalam membantu dan menjaga agar economizer tetap dalam kondisi baik,
maka economizer dilengkapi dengan alat pembantu seperti ash handling seperti
gambar III.6 berikut, yang berfungsi untuk menangkap abu yang telah dibersihkan
oleh soot blower.
17
3.4 Economizer sebagai Instrument Pembantu dalam feed water treatment
pada Boiler
18
economizer diambil dari kegunaan alat tersebut, yaitu untuk menghemat (to
economize) penggunaan bahan bakar dengan mengambil panas (recovery) gas
buang sebelum dibuang ke atmosfir.
Biro Efisiensi Energi (2004) menyatakan bahwa sebuah economizer dapat
dipakai untuk memanfaatkan panas gas buang untuk pemanasan awal air umpan
boiler. Setiap penurunan 220oC suhu gas buang melalui economizer atau pemanas
awal terdapat 1% penghematan bahan bakar dalam boiler. Setiap kenaikan 60oC
suhu air umpan melalui economizer atau kenaikan 200oC suhu udara pembakaran
melalui pemanas awal udara, terdapat 1% penghematan bahan bakar dalam boiler.
Kinerja economizer ditentukan oleh fluida yang mempunyai koefisien
perpindahan panas yang rendah yaitu gas. Kecepatan perpindahan panas dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan koefisien perpindahan panas total dengan
cara mengatur susunan tubing/properti fin dan meningkatkan luas kontak
perpindahan panas. Respon yang dihasilkan oleh economizer adalah efektifitas
perpindahan panas dan biaya operasi.
Efektifitas perpindahan panas adalah besarnya energi yang dapat terambil
dari total jumlah energi yang dapat diserap. Semakin besar efisiensi perpindahan
panas pada economizer, maka panas gas sisa yang terambil akan semakin banyak.
Semakin besar efektivitas perpindahan panas yang terjadi, maka alat tersebut
semakin efisien.
Biaya operasi economizer ditentukan oleh tenaga fan dan tenaga pompa.
Fan digunakan untuk mengalirkan udara pembakaran ke boiler melalui economizer.
Semakin banyak loop dan semakin rumit susunan tubing pada economizer maka
tenaga fan yang dibutuhkan semakin besar.
Pompa digunakan untuk mengalirkan air umpan boiler ke steam drum
melalui economizer. Semakin panjang dan semakin banyak loop pada economizer,
maka tenaga pompa yang dibutuhkan semakin besar.
Respon yang optimum diperoleh menggunakan perancangan faktor yang
mempengaruhi kinerja economizer sebagai berikut:
a. Diameter luar tubing, yaitu besarnya diameter tube yang digunakan dalam
menyusun economizer. Semakin besar diameter tube akan mengakibatkan
efektifitas perpindahan panas semakin berkurang.
19
b. Transversal spacing, yaitu menyatakan jarak antar tube sejajar ke arah lebar
economizer. Semakin lebar jarak antar tube mengakibatkan proses induksi
panas dalam economizer semakin berkurang, sehingga efektifitas perpindahan
panas menurun.
c. Kerapatan fin, yaitu banyaknya fin tiap inci yang dapat disusun untuk
menggabungkan beberapa tube dalam economizer. Semakin banyak fin yang
tersusun akan mengakibatkan perpindahan panas tidak efektif karena jarak
antar tube yang semakin jauh.
20
3.5 Mekanisme Economizer
Kinerja economizer sangat sensitif terhadap faktor noise temperatur
feedwater. Hal ini dikarenakan bila temperatur feedwater tidak baik maka akan
mengakibatkan biaya operasi meningkat.
Di dalam deaerator ini air akan diapanaskan hingga suhu 100–105oC yang
pada awalnya air bersuhu 30–50oC. setelah melalui proses pemanasan awal
kemudian air dialirkan ke economizer untuk diapanaskan kembali hingga level
150–160oC dimana pemanasan di dalam economizer menggunakan gas buang dari
pembakaran di dalam boiler atau chain grate sebelum gas itu dibuang melalui
chimney atau cerobong. Setelah diapanaskan lanjut di dalam economizer, air
dialirkan ke drum boiler sebelum air dibakar di dalam boiler guna penyimpanan.
Kemudian air dibakar di dalam boiler hingga pada suhu 400–459oC, pada saat ini
wujud air sudah berubah menjadi steam sepenuhnya. Tetapi pada level ini air belum
bisa digunakan untuk memutar turbin, oleh sebab itu setelah pada level ini air yang
berubah menjadi steam dialirkan ke superheater guna meningkatkan suhu steam itu
sendiri hingga pada level 500–600oC. Steam pada level ini telah siap untuk memutar
turbin dan memutar generator hingga menghasilkan listrik. Sisa steam yang
memutar turbin tadi akan kembali dialirkan ke deaerator guna untuk pemanasan
awal air di dalamnya, begitulah seterusnya siklus penggunaan deaerator dan
economizer sebagai instrument pendukung dalam pemanasan air hingga menjadi
steam. Kita ketahui fungsi deaerator adalah untuk membuang gas-gas yang
terkandung dalam air umpan boiler, sesudah melalui proses pemurnian air (water
treatment). Selain itu deaerator juga berfungsi sebagai pemanas awal air pengisian
boiler sebelum dimasukkan kedalam boiler.
Deaerator bekerja berdasarkan sifat dari oksigen yang kelarutannya pada air
akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu. Jika air dari water treatment
langsung dibakar di dalam boiler, maka akan menyebabkan korosi hebat karena air
tersebut masih mengandung gas-gas yang dapat menyebabkan korosi dan
sebagainya. Begitu juga, apabila air tersebut dibakar langsung di dalam boiler maka
tidak menutup kemungkinan akan menggunakan bahan bakar yang tidak sedikit,
disebabkan karena air yang berasal dari water treatment hanyalah bersuhu 30–50oC
dan dibakar di dalam boiler dengan target suhu air menjadi steam sebesar 400 oC
21
keatas. Dari contoh kecil diatas terlihat jelas bahwa pemanasan awal air sangat
berguna untuk penghematan bahan bakar.
Begitu juga dengan economizer, walau hanya perangkat tambahan,
kegunaan alat ini bisa meng-efisiensikan proses kerja boiler. Dimana kita ketahui
pembakaran air di dalam economizer ini hanya memanfaatkan gas buang dari hasil
pembakaran di dalam boiler dengan tidak menambah bahan bakar untuk
memanaskan air di dalamnya. Memang tidak hanya deaerator dan economizer saja
yang merupakan heater perndukung, melainkan banyak heater-heater yang lain
yang bisa juga digunakan di dalam suatu sistem industri yang membuat air menjadi
steam.
22
oleh economizer, boiler harus bekerja lebih lama dalam pembuatan steam dan selain
itu boiler akan memerlukan bahan bakar yang lebih banyak untuk mencapai panas
suhu steam yang telah ditentukan. Selain itu juga, apabila boiler tetap dipaksakan
bekerja lebih maka akan lebih cepat merusak pipa-pipa di dalam boiler itu sendiri.
Apabila telah terjadi seperti ini maka suatu pabrik akan mengalami kerugian yang
sangat besar dalam operasional boiler karena pemakaian bahan bakar yang terlalu
banyak dan ketahanan suatu alat akan cepat menurun dan harus mengganti peralatan
tersebut.
Namun apabila suatu boiler menggunakan economizer dan beberapa heater
pemanas pembantu lainnya di dalam proses pemanasan air sebelum dibakar, maka
akan lebih meningkatkan efisiensi dari kerja boiler itu sendiri, karena suhu air
sebelum dibakar di dalam boiler sudah cukup tinggi, berarti pemanasan air menjadi
steam di dalam boiler tidak memakan waktu lama dan tidak menggunakan bahan
bakar yang banyak untuk mencapai standar suhu yang telah ditentukan, maka biaya
operasional dapat lebih di efisienkan dan secara tidak langsung dapat
menguntungkan bagi pabrik.
Selain itu maintenance atau perawatan dari peralatan atau pergantian
peralatan dapat dilaksanakan lebih lama. Jelas terlihat bahwa dengan menggunakan
boiler economizer dapat meningkatkan kapasitas boiler dan juga dapat
mengefisiensikan pembakaran air menjadi steam di dalam boiler hingga
penghematan bahan bakar yang cukup jauh perbedaannya jika boiler tanpa
economizer.
23
Gambar 3.8 Neraca panas energi boiler (Buerau of energy efficiency)
24
Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi :
1. Kehilangan gas cerobong:
Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari
teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).
Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawata
(pembersihan), beban burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
2. Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu.
3. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik.
4. Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat).
5. Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat).
6. Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih
baik).
�
� � � � � � × %
�
× ℎ −ℎ
� � � � � � × %
×
25
Dimana:
- hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
- hf = Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang
diakibatkan oleh:
Gas cerobong yang kering
Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar
Penguapan kadar air dalam bahan bakar
Adanya kadar air dalam udara pembakaran
Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/fly ash
Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/bottom ash
Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang
disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak
dapat dikendalikan oleh perancangan.
26
Tahap 2: Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA)
2 ×
� =
− 2
Dimana:
m = massa gas buang kering dalam kg/kg bahan bakar
m = (massa hasil pembakaran kering / kg bahan bakar) + (massa N2 dalam bahan
bakar pada basis 1 kg) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang
sebenarnya).
Cp = Panas jenis gas buang (0,23 kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2
dalam bahan bakar
% ℎ� 2 ℎ
× 2{ + − }×
=
ℎ
Dimana:
H2 = persen H2 dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
% ℎ� �
�{ + − }×
=
ℎ
27
Dimana:
M = persen kadar air dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
Dimana:
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly ash
/ ℎ × � ℎ×
%=
ℎ
Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
bawah/ bottom ash
/ ℎ × ℎ ×
%=
ℎ
Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan radiasi dan konveksi aktual sulit dikaji sebab daya emisifitas
permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola aliran udara, dll. Pada boiler
yang relatif kecil, dengan kapasitas 10 MW, kehilangan radiasi dan yang tidak
terhitung dapat mencapai 1 hingga 2 persen nilai kalor kotor bahan bakar, sementara
pada boiler 500 MW nilainya 0,2 hingga 1 persen. Kehilangan dapat diasumsikan
secara tepat tergantung pada kondisi permukaan.
� � � � � � = − � + �� + ��� + � + + � + ��
28
Dimana :
i Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering
ii Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena
adanya H2 dalam bahan bakar
iii Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara
v Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly
ash
vi Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
bawah/ bottom ash
vii Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak
terhitung
Rasio penguapan yaitu kilogram steam yang dihasilkan per kilogram bahan bakar
yang digunakan. Contohnya adalah:
Boiler berbahan bakar batubara: 6 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan
6 kg steam)
Boiler berbahan bakar minyak: 13 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan
13 kg steam)
Walau demikian, rasio penguapan akan tergantung pada jenis boiler, nilai kalor
bahan bakar dan efisiensi.
Contoh:
- Jenis boiler: Berbahan bakar minyak
- Analisis ultimate minyak bakar
C : 84 persen
H2 : 12,0 persen
S : 3,0 persen
O2 : 1 persen
29
- GCV Minyak bakar : 10200 kkal/kg
- Persentase Oksigen : 7 persen
- Persentase CO2 : 11 persen
- Suhu gas buang (Tf) : 220 oC
- Suhu ambien (Ta) : 27 oC
- Kelembaban udara : 0,018 kg/kg udara kering
Tahap 1: Mengitung kebutuhan udara teoritis
= [(11,43 x C) + [{34,5 x (H2 – O2/8)} + (4,32 x S)]/100 kg/kg minyak bakar
= [(11,43 x 84) + [{34,5 x (12 – 1/8)} + (4,32 x 3)]/100 kg/kg minyak bakar
= 13,82 kg udara/kg minyak bakar
= , / ℎ
, × , × −
= ×
= , %
30
ii Kehilangan panas karena penguapan kadar air karena adanya H2 dalam bahan
bakar
× 2{ + , − }
=
ℎ
× { + − }
=
= , %
dimana H2 = persen H2 dalam bahan bakar
= , %
iv Kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Untuk boiler kecil diperkirakan kehilangan mencapai 2 %
� � � � � � = − � + �� + ��� + �
i Kehilangan panas karena gas buang kering : 9,29 %
ii Kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2
dalam bahan bakar : 7,10 %
iii Kehilangan panas karena kadar air dalam udara : 0,317 %
iv Kehilangan panas karena radiasi & kehilangan lain yang tidak terhitung: 2
%
� � � � � � = − � + �� + ��� + �
= −[ , + , + , + ]
= – ,
= %
31
Rasio penguapan = Panas yang digunakan untuk pembangkitan steam/panas
yang ditambahkan ke steam
= 10200 x 0,83 / (660-60)
= 14,11
32
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Performance boiler dapat ditingkatkan dengan menggunakan economizer
dengan memanfaatkan limbah panas dari flue gas sisa pembakaran boiler sebanyak
4%-10%. Limbah panas boiler yang bersuhu 200-250oC digunakan untuk
memanasi feedwater boiler sampai mendekati suhu 100oC sehingga feedwater
boiler ini akan lebih cepat diekstraksi menjadi uap. Setiap penurunan 220oC suhu
gas buang melalui economizer atau pemanas awal terdapat 1% penghematan bahan
bakar dalam boiler. Setiap kenaikan 60oC suhu air umpan melalui economizer atau
kenaikan 200oC suhu udara pembakaran melalui pemanas awal udara, terdapat 1%
penghematan bahan bakar dalam boiler.
4.2 Saran
Kinerja economizer sangat sensitif terhadap faktor noise temperatur
feedwater. Hal ini dikarenakan bila temperatur feedwater tidak baik maka akan
mengakibatkan biaya operasi meningkat.
33
DAFTAR PUSTAKA
Akbar et al. 2009. Kinerja Economizer pada Boiler.Jurnal Teknik Industri, Vol. 11,
No. 1, Juni 2009, pp. 72-81 ISSN 1411-2485. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kampus Keputih Sukolilo, Surabaya.
Asmudi, 2009. Analisa Unjuk Kerja Boiler terhadap Penurunan Daya pada PLTU
PT. Indonesia Power UBP Perak. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas
Teknologi Kelautan, ITS Surabaya.
Biro Effisiensi Energi, 2004. Pemanfaatan Kembali Limbah Panas. Retrieved from
http://www.energyefficiecyasia.org, on 30th March 2008.
Fricke, thomas. 2009. Buku panduan pabrik kelapa sawit skala kecil untuk produksi
bahan baku bahan bakar nabati (BBN). USAID-Indonesia.
UNEP, 2004. Peralatan Energi Panas: Boiler dan Pemanas Fluida Termis,
Retrieved from http://www.energyefficiecyasia.org, on 5th July 2008.
PABRIK
34