Anda di halaman 1dari 39

PENINGKATAN EFISIENSI BOILER DENGAN

MENGGUNAKAN ECONOMIZER

MAKALAH

Oleh :
IMAM BAHRUDIN, ST

TRAINING CADET ANGKATAN XIV


PT REA KALTIM PLANTATIONS
2014

i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah berjudul “Peningkatan Efisiensi Boiler dengan Menggunakan


Economizer” telah diperiksa dan disahkan pada:

Hari, Tanggal : Desember 2014

Tempat : Training School PT Rea Kaltim Plantations

Manager of Human Pembina


Resource, Training School,
PT Rea Kaltim Plantations

Waryanti Hendardji Andra W

Head of Human Resource,


PT Rea Kaltim Plantations

Zulaedy E. Ginting

ii
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
PRAKATA............................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4
2.1 Ketel Uap........................................................................................... 4
2.2 Bagian-Bagian Boiler....................................................................... 5
2.3 Esensi Ketel Uap yang Baik............................................................. 7
2.4 Pemilihan Ketel Uap......................................................................... 7
2.5 Klasifikasi Ketel Uap........................................................................ 7
2.6 Keuntungan dan Kerugian Ketel Pipa Air..................................... 10
BAB 3. PEMBAHASAN........................................................................ 11
3.1 Perpindahan Panas pada Boiler...................................................... 11
3.1.1 Perpindahan panas secara pancaran (radiation).............................. 11
3.1.2 Perpindahan panas secara aliran (convection)................................. 11
3.1.3 Perpindahan panas secara rambatan (conduction)........................... 11
3.2 Proses Pemanasan Air...................................................................... 12
3.3 Keterpasangan Peralatan pada Economizer................................. 16
3.4 Economizer sebagai Instrument Pembantu dalam Feed Water
Treatment pada Boiler..................................................................... 17
3.5 Mekanisme Economizer................................................................... 20
3.6 Analisa Performansi dari Boiler...................................................... 23
3.6.1 Efisiensi boiler................................................................................ 23
3.6.2 Perhitungan efisiensi boiler............................................................. 26
3.6.3 Rasio penguapan............................................................................. 29

iii
BAB 4. PENUTUP................................................................................. 33
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 33
4.2 Saran................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34

iv
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
yang selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW karena
beliau lah panutan seluruh umat di dunia maupun akhirat.
Makalah ini berjudul “Peningkatan Efisiensi Boiler dengan Menggunakan
Economizer”. Penyusunan makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Training Cadet PT Rea Kaltim Plantations.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu tiada henti dan tiada lelah mendidik
dan menasehatiku, kakak-kakakku dan adik-adikku, serta saudara-saudaraku
semua yang telah memberikan doa dan motivasi.
2. Bapak Zulaedy E. Ginting selaku Head of HR dan Ibu Waryanti selaku Manager
of HR yang telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan Training Cadet
PT Rea Kaltim Plantations.
3. Bapak Hendardji Andra W. selaku pembina Training School yang selalu
memberikan ide, saran, dan motivasi selama proses penyusunan makalah ini.
4. Seluruh Head, Manager, beserta staf PT Rea Kaltim Group yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan selama pendidikan Training Cadet.
5. Seluruh staf dan karyawan Training School PT Rea Kaltim Plantations.
6. Seluruh teman-teman Training Cadet angkatan XIV telah memberikan banyak
dukungan, Wiangga, Arifyanto, Heri, Anwar, Suroto, Agro, Eko, Pak Fatur, Pak
Arnol, Pak Nobert, Marga, dan teman-teman lain yang telah banyak membantu
selama pendidikan.
Penulis menyadari sebagai manusia yang tak lepas dari kekhilafan dan
kekurangan, oleh karena itu diharapkan adanya kritik, saran, dan ide yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan penulis-penulis berikutnya.

Central, Desember 2014 Penulis

v
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis),
suatu spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai
hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah.
Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara
internasional pada tahun 2007. Minyak yang relatif murah ini digunakan untuk
berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah melonjak dalam dua
dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam bahan makanan, sabun,
dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini sebagai bahan baku
mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat kemakmuran di India dan Cina, kedua
negara importir terbesar di dunia, akan menambah permintaan akan minyak sawit
dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk berbagai kegunaan. Buah
sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel
Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti
buahnya (Fricke, 2009).
Dalam pabrik kelapa sawit, ketel uap (boiler) merupakan jantung dari
sebuah pabrik kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga
dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit. Ketel uap
merupakan suatu alat konversi energi yang merubah air menjadi uap yang bersuhu
sekitar 2500-3000oF dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk
penguapan diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap. Air
adalah media yang berguna dan murah. Jika air dididihkan sampai menjadi steam,
volume steam akan meningkat sekitar 1600 kali dari volume air. Steam pada
tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses
untuk membangkitkan energi. Steam menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk
mesiu yang mudah meledak. Boiler tersusun dari beberapa komponen seperti
cerobong, superheater, steam drum, economizer, dan komponen penting lainnya.
Salah satu komponen terpenting pada sistem boiler adalah economizer yang

1
berperan membantu memanaskan feedwater yang akan digunakan dalam boiler
(UNEP, 2004).
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan
untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan
bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah
menjadi steam disebut air umpan (feed water). Dua sumber air umpan adalah: (1)
Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan (2) Air
makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler
dan plant proses (UNEP, 2004).
Berdasarkan gagasan pokok di atas, Parameter kinerja boiler, seperti
efisiensi dan rasio penguapan, berkurang terhadap waktu disebabkan buruknya
pembakaran, kotornya permukaan penukar panas dan buruknya operasi dan
pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun, alasan seperti buruknya
kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan buruknya kinerja boiler.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas mengenai potensi meningkatkan
efisiensi boiler yang lebih tinggi dengan menggunakan economizer untuk
pemanasan awal air umpan (feed water) menggunakan limbah panas dari gas buang
(flue gas).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan maka
rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana proses terbentuknya uap?
2. Bagaimana prinsip kerja economizer sebagai komponen ekonomis dalam
konsumsi energi?
3. Bagaimana analisa efisiensi boiler dengan menggunakan economizer?

2
1.3 Tujuan dan manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui prinsip kerja boiler pipa air (water tube boiler) dan komponen
pendukungnya.
2. Mengetahui kehilangan panas (heat loss) pada boiler dan cara
pencegahannya.
3. Mengetahui prinsip kerja economizer sebagai usaha meningkatkan efisiensi
boiler.
4. Mengetahui cara analisa efisiensi boiler dengan sistem perhitungan
langsung dan tidak langsung.

Manfaat dari makalah ini adalah:


1. Memberikan informasi dan data potensi peluang meningkatkan efisiensi
boiler dengan menggunakan economizer.
2. Adanya analisa performansi boiler dapat memberikan gambaran mengenai
perbaikan pada sistem boiler sehingga kebutuhan dan kualitas uap dapat
dijaga dengan baik.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketel Uap


Dalam Undang-undang (stoom ordonnantie) verordening stoom
ordonnantie 1930 yang dimaksud dengan pesawat uap ialah ketel uap dan alat-alat
lainnya yang dengan peraturan Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau
tidak langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu ketel uap dan
diperuntukan bekerja dengan tekanan yang lebih besar (tinggi) daripada tekanan
udara.

Gambar 2.1 Bagian-bagian Boiler

Sebuah ketel uap biasanya merupakan bejana tertutup yang terbuat dari baja
Fungsinya adalah memindahkan panas yang dihasilkan pembakaran bahan bakar ke

4
air yang pada akhirnya akan menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan untuk:
1. Mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin.
2. Suplai tekanan rendah bagi kerja proses di industri seperti pabrik kelapa
sawit, pabrik gula, industri revinery dsb.
3. Menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi pemanas
bertekanan rendah.

2.2 Bagian-bagian boiler


Secara umum bagian utama dari boiler terdiri dari :
 Main equipment
1. Ruang Bakar (Furnace)
Yaitu tempat terjadinya pembakaran ampas dan minyak atau bahan bakar
yang lain. Suhu di dalam ruang bakar berkisar 600oC tergantung dari zat kering
bahan bakar. Untuk mendapatkan suhu ruang bakar yang tinggi perlu pengaturan
dari udara hembus dan umpan bahan bakar. Untuk pembuangan abu masing-masing
ketel menggunakan dumping grade, dan langsung di gorek agar tidak mengganggu
proses pembakaran.
2. Baggase Feeder
Digunakan sebagai pengumpan ampas agar masuknya ampas ke dalam
ruang bakar secara kontinu dan merata. pemasukan ampas menggunakan rotary
valve dengan mengatur bukaan pintu ampas.
3. Main steam drum
Sebagai tempat masuk air dan sirkulasi air panas karena pembakaran
sehingga terbentuk uap.
4. Super heater
Digunakan untuk mengubah uap kenyang menjadi uap kering dengan
temperatur 325oC karena uap yang mengandung air akan berbahaya bagi turbin.
Cara kerjanya yaitu uap yang keluar dari upper drum ketel dimasukkan ke dalam
pipa-pipa yang kemudian masuk ke dalam ruang bakar dan uap berubah menjadi
uap kering.
5. Penangkap debu (Dust collector)

5
Fungsinya sebagai penangkap debu sebelum gas asap keluar dari cerobong
agar tidak terjadi polusi udara di lingkungan. Ketel pipa air menggunakan
penangkap debu yaitu dengan cara dispray dengan air. Gas sisa pembakaran ditarik
IDF, sehingga terjadi pusaran di spray dengan air disekelilingnya. Butiran-butiran
abu yang halus akan jatuh ke talang bersama air lalu ke penampung abu.
6. Economizer
Ekonomiser adalah piranti yang digunakan untuk memanaskan air umpan
dengan memanfaatkan panas dari gas asap sebelum masuk ke cerobong.
7. Oil burner
Sebagai pembakaran tambahan dalam ketel dengan residu.

 Auxiliary equipment
1. Force draft fan (FDF)
Berfungsi sebagai penghembus campuran uap bahan bakar dan gas-gas dan
udara di dalam ruang bakar.
2. Induce draft fan (IDF)
Berfungsi untuk membuang atau menghisap gas-gas berikut campuran uap
bahan bakar dan udara yang terdapat di dalam ruang bakar.
3. Valves, control, dan instrument
Sebagai instrument pengaman serta control terhadap tekanan, temperatur,
water level dsb.

 Balance of boiler
1. Deaerator
Pemisah gas-gas terlarut dalam air (O2) dan memanaskan air umpan boiler
sebelum dibakar di dalam boiler.
2. Feed water heater
Sistem pemanasan awal pada air pengisi ketel
3. Blowdown system
Blowdown kontinyu yang tidak terkendali sangatlah sia-sia. Pengendalian
blowdown otomatis dapat terpasang yang merupakan sensor dan merespon pada

6
konduktivitas air boiler dan pH. Blowdown 10 % dalam boiler 15 Kg/cm²
menghasilkan kehilangan efisiensi 3%.

2.3 Esensi Ketel Uap yang Baik


Berikut ini adalah esensi dari ketel uap yang baik.
1. Harus menghasilkan kuantitas maksimum uap dengan bahan bakar yang
diberikan.
2. Harus ekonomis ketika dipasang, dan menghendaki sedikit perhatian ketika
beroperasi.
3. Harus secara cepat bisa memenuhi beban yang berfluktuasi.
4. Harus bisa distarter dengan cepat.
5. Beratnya harus ringan.
6. Harus menempati ruang yang kecil.
7. Sambungan harus sesedikit mungkin dan bisa dinspeksi.
8. Lumpur atau endapan lainnya tidak boleh mengumpul pada pelat pemanas.
9. Tube tidak boleh mengakumulasi jelaga atau kotoran air, dan harus mempunyai
toleransi ketebalan untuk keausan dan korosi.
10. Rangkaian air dan gas asap harus didesain supaya bisa memberikan kecepatan
fluida maksimum tanpa mengakibatkan kerugian gesek yang besar.

2.4 Pemilihan Ketel Uap


Pemilihan jenis dan ukuran ketel uap tergantung pada faktor-faktor berikut:
1. Daya yang diperlukan dan tekanan kerja.
2. Posisi geografi dari power house (sumber tenaga).
3. Ketersediaan bahan bakar dan air.
4. Kemungkinan stasiun permanen.
5. Faktor beban yang mungkin.

2.5 Klasifikasi Ketel Uap


Ada banyak klasifikasi ketel uap, berikut ini diberikan beberapa klasifikasi
ketel uap yang penting.

7
1. Berdasarkan isi tube/pipa.
a. Pipa api atau pipa asap
Pada ketel pipa api, nyala api dan gas panas yang dihasilkan pembakaran, mengalir
melalui pipa yang dikelilingi oleh air. Panas dikonduksikan melalui dinding pipa
dari gas panas ke air di sekeliling pipa tersebut. Contoh ketel uap pipa air sederhana:
ketel vertikal sederhana, ketel Cochran, ketel Lanchasire, ketel Cornish, kete Scotch
marine, ketel lokomotif dan ketel Velcon.

Gambar 2.2 Fire tube boiler

b. Pipa air
Pada ketel pipa air, air dimasukkan ke dalam pipa dimana pipa dikelilingi oleh nyala
api dan gas panas dari luar. Contoh ketel jenis ini : ketel Babcock dan Wilcox, ketel
Stirling, ketel La-Mont, ketel Benson, ketel Yarrow dan ketel Loeffler.

Gambar 2.3 Water tube boiler

8
2. Berdasarkan posisi dapur pembakar.
a. Dibakar di dalam
Pada ketel uap dibakar di dalam, dapur diletakkan di dalam kulit boiler. Sebagaian
besar ketel pipa api mempunyai jenis ini.
b. Dibakar di luar
Pada ketel uap dibakar di luar, dapur disusun dibawah susunan bata. Ketel pipa air
selalu dibakar di luar.

3. Berdasarkan sumbu shell/kulit.


a. Vertikal
Pada ketel uap vertikal, sumbu shell vertikal.
b. Horizontal
Sedangkan pada jenis horisontal, sumbu shellnya horisontal.

4. Berdasarkan jumlah pipa.


a. Pipa tunggal
Pada ketel uap pipa tunggal, hanya ada satu buah pipa api atau pipa air. Ketel
vertical sederhana dan ketel Cornish adalah jenis ketel pipa tunggal.
b. Pipa banyak
Pada ketel pipa banyak, ada dua atau lebih pipa api atau pipa air.

5. Berdasarkan metode sirkulasi air dan uap.


a. Sirkulasi alami
Pada ketel dengan sirkulasi alami, sirkulasi air adalah dengan arus konveksi
alami/natural, dimana dihasilkan karena pemanasan air.
b. Sirkulasi paksa
Pada ketel uap dengan sirkulasi paksa, ada sirkulasi paksa pada air dengan memakai
penggerak pompa. Penggunaan sirkulasi paksa dilakukan pada ketel seperti ketel
La-Mont, ketel Benson, ketel Loefler dan ketel Velcon.

9
6. Berdasarkan penggunaannya.
a. Stasioner
Ketel uap stasioner digunakan di pusat pembangkit tenaga, dan di industri proses.
Ketel ini disebut stasioner karena ketel tidak berpindah dari satu ke tempat lainnya.
b. Mobil (bergerak)
Ketel uap mobil adalah ketel yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ketel jenis ini seperti ketel lokomotif dan ketel marine.

7. Berdasarkan sumber panas.


Sumber panas bisa berupa pembakaran bahan bakar padat, cair atau gas, gas sisa
panas yang dihasilkan dari proses kimia, energi listrik atau energi nuklir.

2.6 Keuntungan dan Kerugian Ketel Pipa Air


Keuntungan-keuntungan ketel pipa air:
1. Menghasilkan uap dengan tekanan lebih tinggi dari pada ketel pipa api.
2. Untuk daya yang sama, menempati ruang/tempat yang lebih kecil daripada ketel
pipa api.
3. Laju aliran uap lebih tinggi.
4. Komponen-komponen yang berbeda bisa diurai sehingga mudah untuk
dipindahkan.
5. Permukaan pemanasan lebih efektif karena gas panas mengalir keatas pada arah
tegak lurus.
6. Pecah pada pipa air tidak menimbulkan kerusakan ke seluruh ketel.

Kerugian-kerugian ketel pipa air:


1. Air umpan mensaratkan mempunyai kemurnian tinggi untuk mencegah endapan
kerak di dalam pipa. Jika terbentuk kerak di dalam pipa bisa menimbulkan panas
yang berlebihan dan pecah.
2. Ketel pipa air memerlukan perhatian yang lebih hati-hati bagi penguapannya,
karena itu akan menimbulkan biaya operasi yang lebih tinggi.
3. Pembersihan pipa air tidak mudah dilakukan.

10
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Perpindahan Panas pada Boiler


3.1.1 Perpindahan panas secara pancaran (radiation)
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas antara suatu
benda ke benda yang lain dengan jalan melalui gelombang-gelombnag
elektromagnetik tanpa tergantung kepada ada atau tidak adanya media diantara
benda yang menerima pancaran panas tersebut. Molekul-molekul api yang
merupakan hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan menyebabkan terjadinya
gangguan keseimbangan elektromagnetis terhadap media yang disebut aether
(materi bayangan tanpa bobot yang mengisi ruangan). Sebagian panas yang timbul
dari hasil pembakaran tersebut diteruskan ke aether yang kemudian diteruskan
kepada bidang yang akan dipanasi yaitu dinding atau pipa ketel.

3.1.2 Perpindahan panas secara aliran (convection)


Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang
dilakukan oleh molekul-molekul suatu fluida (cair maupun gas). Molekul-molekul
fluida tersebut dalam gerakannya melayang-layang kesana kemari membawa
sejumlah panas masing-masing (q) joule. Pada saat molekul fluida tersebut
menyentuh dinding atau pipa ketel maka panasnya dibagikan sebagian kepada
dinding atau pipa ketel, sedangkan sebagian lagi dibawa molekul pergi.
Gerakan-gerakan molekul yang melayang-layang tersebut disebabkan
karena perbedaan temperatur di dalam fluida itu sendiri. Dalam gerakannya,
molekul-molekul api tersebut tidak perlu melalui lintasan yang lurus untuk
mencapai dinding bidang yang dipanasi.

3.1.3 Perpindahan panas secara rambatan (conduction)


Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dari suatu
bagian benda padat kebagian lain dari benda padat yang sama atau dari benda padat
yang satu ke benda padat yang lain karena terjadinya persinggungan fisik (kontak
fisik atau menempel) tanpa terjadinya perpindahan panas molekul-molekul dari
benda padat itu sendiri. Di dalam dinding ketel, panas akan dirambatkan oleh

11
molekul-molekul dinding ketel sebelah dalam yang berbatasan dengan api, menuju
ke molekul-molekul dinding ketel sebelah luar yang berbatasan dengan air.
Perambatan tersebut menempuh jarak terpendek (Djokosetyardjo, 1993)

3.2 Proses Pemanasan Air


Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media
yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak,
sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat
baik.
Sistem boiler terdiri dari : sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai valve disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan valve dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan.
Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan
yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam
disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah: kondensat atau steam yang mengembun yang
kembali dari proses dan air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi
boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan
menggunakan limbah panas pada gas buang.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat steam adalah air bersih. Air
dari RO yang telah diproses di alirkan menggunakan pompa ke deaerator tank
hingga pada level yang sudah ditentukan. Pemanasan dalam deaerator adalah

12
dengan menggunakan steam sisa yang berasal dari hasil pemutaran turbin. Dalam
hal ini terdapat beberapa stage atau tahap sirkulasi steam untuk pemanasan awal
deaerator.

Tahap 1
Steam sisa yang berasal dari steam yang memutar turbin langsung dikembalikan ke
deaerator untuk memanaskan kembali air yang terdapat pada deaerator tank. Sisa
steam ini langsung mengalir disebabkan perbedaan tekanan dan massa jenis air dan
steam, karena perbedaan massa jenis itu lah steam cenderung menuju ke massa jenis
yang lebih besar yaitu air. Sirkulasi pada stage ini terus menerus seperti itu.

Tahap 2
Sisa steam hasil pemutar turbin jatuh ke condenser (proses pendinginan). Pada
tahap ini pedinginan steam sisa dibantu oleh air laut. Setelah melalui proses
pendinginan ini, steam berubah menjadi air kembali kemudian di alirkan ke LPH
(low pressure heater) untuk dipanaskan kembali. Setelah dari LPH air yang hampir
panas tadi di alirkan lagi ke deaerator untuk pemanasan lanjut. Setelah dipanaskan
di deaerator air panas tadi tidak langsung di alirkan ke economizer, tetapi air di
alirkan terlebih dahulu ke HPH (High Pressure Heater) untuk dipanaskan lebih dan
setelah itu barulah dialirkan ke economizer. Bantuan beberapa heater pada stage 2
ini hanyalah suatu langkah pemeliharaan instrument dimana telah disetting
sedemikian rupa untuk penjagaan. Selain itu juga bisa digunakan sebagai safety jika
ada dari salah satu system dari stage-stage tadi mengalami kerusakan, selain itu
tahap demi tahap ini memang tergantung dari jenis turbin yang digunakan.
Dari komponen lain diluar sistem pemanasan air terdapat Chemical Tank
yang berfungsi sebagai tempat dibuatnya suatu larutan kimia untuk pemeliharaan
pipa-pipa dan instrument-instrument yang lain. Setelah larutan kimia dibuat lalu
dialirkan ke deaerator dan ke beberapa instrument lain seperti drum boiler untuk
dicampurkan dengan air dan kemudian kembali kedalam proses pemanasan air.
Gambar dibawah ini adalah gambar diagram proses pemanasan air menjadi steam
hingga memutar turbin dan menghasilkan energi listrtik.

13
Gambar 3.1 Diagram Block Proses

Keterangan gambar : - Line Hitam proses pemanasan air menjadi steam


- Line Biru proses stage 1
- Line Merah proses stage 2
Dengan meningkatnya suhu dan air mendekati kondisi didihnya, beberapa
molekul mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang
membuatnya sewaktu-waktu lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan, sebelum
jatuh kembali ke cairan. Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi lebih besar
dan sejumlah molekul dengan energi cukup untuk meninggalkan cairan jadi
meningkat.
Dengan mempertimbangkan struktur molekul cairan dan uap, masuk akal
bahwa densitas steam lebih kecil dari air, sebab molekul steam terpisah jauh satu
dengan yang lainnya. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi diatas permukaan air
menjadi terisi dengan molekul steam yang padat.
Jika jumlah molekul yang meninggalkan permukaan cairan lebih besar dari
yang masuk kembali, maka air menguap dengan bebasnya. Pada titik ini air telah
mencapai titik didihnya atau suhu jenuhnya, yang dijenuhkan oleh energi panas.
Jika tekananya tetap, penambahan lebih banyak panas tidak mengakibatkan
kenaikan suhu lebih lanjut namun menyebabkan air membentuk steam jenuh. Suhu
air mendidih dengan steam jenuh dalam sistim ya ng sama adalah sama, akan tetapi
energi panas per satuan massa nya lebih besar pada steam. Pada tekanan atmosfir
suhu jenuhnya adalah 100°C. Tetapi, jika tekanannya bertambah, maka akan ada

14
penambahan lebih banyak panas yang peningkatan suhu tanpa perubahan fase. Oleh
karena itu, kenaikan tekanan secara efektif akan meningkatkan entalpi air dan suhu
jenuh. Hubungan antara suhu jenuh dan tekanan dikenal sebagai kurva steam jenuh
(Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Kurva Steam Jenuh

Air dan steam dapat berada secara bersamaan pada berbagai tekanan pada
kurva ini, keduanya akan berada pada suhu jenuh. Steam pada kondisi diatas kurva
jenuh dikenal dengan superheated steam/steam lewat jenuh:
 Suhu diatas suhu jenuh disebut derajat steam lewat jenuh.
 Air pada kondisi dibawah kurva disebut air sub- jenuh.

Jika steam mengalir dari boiler pada kecepatan yang sama dengan yang
dihasilkannya, penambahan panas lebih lanjut akan meningkatkan laju
produksinya. Jika steam yang sama tertahan tidak meninggalkan boiler, dan jumlah
panas yang masuk dijaga tetap, energi yang mengalir ke boiler akan lebih besar dari
pada energi yang mengalir keluar. Energi berlebih ini akan menaikan tekanan, yang
pada gilirannya akan menyebabkan suhu jenuh meningkat, karena suhu steam jenuh
berhubungan dengan tekanannya.
Dalam hal ini pembakaran air di dalam boiler adalah, air yang melalui
economizer yang telah melalui pemanasan di dalamnya dialirkan ke drum boiler
(penampungan steam) dan kemudian dibakar di dalam boiler untuk dipanaskan
lebih lanjut hingga menjadi steam basah. Suhu di dalam boiler ini adalah sekitar
400oC-459oC. Pembakaran menggunakan bahan bakar batu bara dan dibantu
dengan udara untuk menjaga kestabilan pembakaran di dalam coumbution system.

15
Sistem pengendalian pembakaran menghubungkan antara pengendalian
input panas ke boiler dengan rasio udara/bahan bakar yang masuk ruang
pembakaran. Sistem pengendalian ini harus dapat menjamin jumlah udara yang
tersedia mencukupi untuk pembakaran sejumlah bahan bakar secara efisien tanpa
menimbulkan smoke dan dengan minimum discharge particulate dari cerobong.
Setelah proses di dalam boiler ini, aliran steam lalu dilanjutkan ke Superheater
untuk menjadi kan steam kering, suhu steam saat itu sekitar 520 oC–600oC dan siap
untuk memutar turbin.

3.3 Keterpasangan Peralatan Pada Economizer


Konstruksi economizer adalah berdasarkan tipenya, ada tipe economizer
yang tidak menyatu dengan boiler, dan ada juga economizer yang menyatu dengan
boiler. Perbedaan kedua nya hanyalah pada peletakkan tempat pada penyusunan
komponen dalam suatu pabrik. Pada economizer yang dihubungkan langsung
dengan boiler, dan terpasang langsung saat dikeluarkan dari pabrikan nya. Dalam
hal ini, spesifikasi alatnya bukan lah dari type economizer melainkan type dari
boiler itu sendiri yaitu boiler recovery atau bisa juga disebut boiler economizer.

Adapun bagian-bagian dari economizer adalah sebagai berikut:


1. Soot blower
Soot blower yang terlihat pada gambar berikut ini adalah suatu peralatan
mekanis yang digunakan untuk pembersihan bagian ketel seperti pada economizer
dari endapan-endapan abu (ash) yang lengket pada pipa-pipa economizer. Soot
blower mengarahkan alat pembersih melalui mulut pipa (nozzle) pada abu yang
lengket pada pipa-pipa economizer. Soot blower juga mencegah penyumbatan gas
asap yang lewat.

16
Gambar 3.3 Sootblower
2. Ash handling
Dalam membantu dan menjaga agar economizer tetap dalam kondisi baik,
maka economizer dilengkapi dengan alat pembantu seperti ash handling seperti
gambar III.6 berikut, yang berfungsi untuk menangkap abu yang telah dibersihkan
oleh soot blower.

Gambar 3.4 Ash Handling System

17
3.4 Economizer sebagai Instrument Pembantu dalam feed water treatment
pada Boiler

Penggunaan deaerator dan economizer sebagai instrument pembantu dalam


pemanasan air sebelum air dibakar di dalam boiler. Air yang didapat dari raw water
yang telah ditreatment hingga sesuai dengan standar yang tentukan dialirkan ke
deaerator dengan tujuan pemisahan gas-gas terlarut dalam air dan memisahkan
mineral-mineral yang terdapat di dalam air guna menjaga seluruh pipa yang
dilewati agar terhindar dari korosi. Selain itu juga, di dalam deaerator air tersebut
tadi mengalami proses pemanasan awal yang dipanaskan oleh steam sisa yang
berasal dari turbin. Fungsi dari deaerator telah dijelaskan pada bab sebelumnya
yaitu sebagai pemisah gas-gas terlarut dalam air dan memanaskan air umpan boiler
sebelum dibakar di dalam boiler ditunjukkan oleh Gambar 3.5 di bawah ini.

Gambar 3.5 Mekanisme economizer

Economizer adalah alat pemindah panas berbentuk tubular yang digunakan


untuk memanaskan air umpan boiler sebelum masuk ke steam drum. Istilah

18
economizer diambil dari kegunaan alat tersebut, yaitu untuk menghemat (to
economize) penggunaan bahan bakar dengan mengambil panas (recovery) gas
buang sebelum dibuang ke atmosfir.
Biro Efisiensi Energi (2004) menyatakan bahwa sebuah economizer dapat
dipakai untuk memanfaatkan panas gas buang untuk pemanasan awal air umpan
boiler. Setiap penurunan 220oC suhu gas buang melalui economizer atau pemanas
awal terdapat 1% penghematan bahan bakar dalam boiler. Setiap kenaikan 60oC
suhu air umpan melalui economizer atau kenaikan 200oC suhu udara pembakaran
melalui pemanas awal udara, terdapat 1% penghematan bahan bakar dalam boiler.
Kinerja economizer ditentukan oleh fluida yang mempunyai koefisien
perpindahan panas yang rendah yaitu gas. Kecepatan perpindahan panas dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan koefisien perpindahan panas total dengan
cara mengatur susunan tubing/properti fin dan meningkatkan luas kontak
perpindahan panas. Respon yang dihasilkan oleh economizer adalah efektifitas
perpindahan panas dan biaya operasi.
Efektifitas perpindahan panas adalah besarnya energi yang dapat terambil
dari total jumlah energi yang dapat diserap. Semakin besar efisiensi perpindahan
panas pada economizer, maka panas gas sisa yang terambil akan semakin banyak.
Semakin besar efektivitas perpindahan panas yang terjadi, maka alat tersebut
semakin efisien.
Biaya operasi economizer ditentukan oleh tenaga fan dan tenaga pompa.
Fan digunakan untuk mengalirkan udara pembakaran ke boiler melalui economizer.
Semakin banyak loop dan semakin rumit susunan tubing pada economizer maka
tenaga fan yang dibutuhkan semakin besar.
Pompa digunakan untuk mengalirkan air umpan boiler ke steam drum
melalui economizer. Semakin panjang dan semakin banyak loop pada economizer,
maka tenaga pompa yang dibutuhkan semakin besar.
Respon yang optimum diperoleh menggunakan perancangan faktor yang
mempengaruhi kinerja economizer sebagai berikut:
a. Diameter luar tubing, yaitu besarnya diameter tube yang digunakan dalam
menyusun economizer. Semakin besar diameter tube akan mengakibatkan
efektifitas perpindahan panas semakin berkurang.

19
b. Transversal spacing, yaitu menyatakan jarak antar tube sejajar ke arah lebar
economizer. Semakin lebar jarak antar tube mengakibatkan proses induksi
panas dalam economizer semakin berkurang, sehingga efektifitas perpindahan
panas menurun.
c. Kerapatan fin, yaitu banyaknya fin tiap inci yang dapat disusun untuk
menggabungkan beberapa tube dalam economizer. Semakin banyak fin yang
tersusun akan mengakibatkan perpindahan panas tidak efektif karena jarak
antar tube yang semakin jauh.

Gambar 3.6 Penampang Economizer

Berikut ini adalah keuntungan-keuntungan menggunakan ekonomiser:


1. Ada penghematan batubara 15 sampai 20%.
2. Meningkatkan kapasitas menghasilkan uap karena memperpendek waktu yang
diperlukan untuk merubah air ke uap.
3. Mencegah pembentukan kerak di dalam pipa air ketel, sebab kerak sekarang
mengendap di pipa ekonomiser yang bisa dengan mudah dibersihkan.
4. Karena air umpan memasuki ketel panas, sehingga regangan karena ekspansi
yang tidak sama bisa diminimasi.

20
3.5 Mekanisme Economizer
Kinerja economizer sangat sensitif terhadap faktor noise temperatur
feedwater. Hal ini dikarenakan bila temperatur feedwater tidak baik maka akan
mengakibatkan biaya operasi meningkat.
Di dalam deaerator ini air akan diapanaskan hingga suhu 100–105oC yang
pada awalnya air bersuhu 30–50oC. setelah melalui proses pemanasan awal
kemudian air dialirkan ke economizer untuk diapanaskan kembali hingga level
150–160oC dimana pemanasan di dalam economizer menggunakan gas buang dari
pembakaran di dalam boiler atau chain grate sebelum gas itu dibuang melalui
chimney atau cerobong. Setelah diapanaskan lanjut di dalam economizer, air
dialirkan ke drum boiler sebelum air dibakar di dalam boiler guna penyimpanan.
Kemudian air dibakar di dalam boiler hingga pada suhu 400–459oC, pada saat ini
wujud air sudah berubah menjadi steam sepenuhnya. Tetapi pada level ini air belum
bisa digunakan untuk memutar turbin, oleh sebab itu setelah pada level ini air yang
berubah menjadi steam dialirkan ke superheater guna meningkatkan suhu steam itu
sendiri hingga pada level 500–600oC. Steam pada level ini telah siap untuk memutar
turbin dan memutar generator hingga menghasilkan listrik. Sisa steam yang
memutar turbin tadi akan kembali dialirkan ke deaerator guna untuk pemanasan
awal air di dalamnya, begitulah seterusnya siklus penggunaan deaerator dan
economizer sebagai instrument pendukung dalam pemanasan air hingga menjadi
steam. Kita ketahui fungsi deaerator adalah untuk membuang gas-gas yang
terkandung dalam air umpan boiler, sesudah melalui proses pemurnian air (water
treatment). Selain itu deaerator juga berfungsi sebagai pemanas awal air pengisian
boiler sebelum dimasukkan kedalam boiler.
Deaerator bekerja berdasarkan sifat dari oksigen yang kelarutannya pada air
akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu. Jika air dari water treatment
langsung dibakar di dalam boiler, maka akan menyebabkan korosi hebat karena air
tersebut masih mengandung gas-gas yang dapat menyebabkan korosi dan
sebagainya. Begitu juga, apabila air tersebut dibakar langsung di dalam boiler maka
tidak menutup kemungkinan akan menggunakan bahan bakar yang tidak sedikit,
disebabkan karena air yang berasal dari water treatment hanyalah bersuhu 30–50oC
dan dibakar di dalam boiler dengan target suhu air menjadi steam sebesar 400 oC

21
keatas. Dari contoh kecil diatas terlihat jelas bahwa pemanasan awal air sangat
berguna untuk penghematan bahan bakar.
Begitu juga dengan economizer, walau hanya perangkat tambahan,
kegunaan alat ini bisa meng-efisiensikan proses kerja boiler. Dimana kita ketahui
pembakaran air di dalam economizer ini hanya memanfaatkan gas buang dari hasil
pembakaran di dalam boiler dengan tidak menambah bahan bakar untuk
memanaskan air di dalamnya. Memang tidak hanya deaerator dan economizer saja
yang merupakan heater perndukung, melainkan banyak heater-heater yang lain
yang bisa juga digunakan di dalam suatu sistem industri yang membuat air menjadi
steam.

Gambar 3.7 Grafik penggunaan economizer

Grafik diatas menunjukkan keuntungan dan kerugian menggunakan


economizer sebagai pemanasan awal. Jelas terlihat tanpa menggunakan economizer
maka efisiensi kerja boiler menurun, dalam artian tanpa pemanasan yang dibantu

22
oleh economizer, boiler harus bekerja lebih lama dalam pembuatan steam dan selain
itu boiler akan memerlukan bahan bakar yang lebih banyak untuk mencapai panas
suhu steam yang telah ditentukan. Selain itu juga, apabila boiler tetap dipaksakan
bekerja lebih maka akan lebih cepat merusak pipa-pipa di dalam boiler itu sendiri.
Apabila telah terjadi seperti ini maka suatu pabrik akan mengalami kerugian yang
sangat besar dalam operasional boiler karena pemakaian bahan bakar yang terlalu
banyak dan ketahanan suatu alat akan cepat menurun dan harus mengganti peralatan
tersebut.
Namun apabila suatu boiler menggunakan economizer dan beberapa heater
pemanas pembantu lainnya di dalam proses pemanasan air sebelum dibakar, maka
akan lebih meningkatkan efisiensi dari kerja boiler itu sendiri, karena suhu air
sebelum dibakar di dalam boiler sudah cukup tinggi, berarti pemanasan air menjadi
steam di dalam boiler tidak memakan waktu lama dan tidak menggunakan bahan
bakar yang banyak untuk mencapai standar suhu yang telah ditentukan, maka biaya
operasional dapat lebih di efisienkan dan secara tidak langsung dapat
menguntungkan bagi pabrik.
Selain itu maintenance atau perawatan dari peralatan atau pergantian
peralatan dapat dilaksanakan lebih lama. Jelas terlihat bahwa dengan menggunakan
boiler economizer dapat meningkatkan kapasitas boiler dan juga dapat
mengefisiensikan pembakaran air menjadi steam di dalam boiler hingga
penghematan bahan bakar yang cukup jauh perbedaannya jika boiler tanpa
economizer.

3.6 Analisa Performansi Boiler


Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram
alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi
masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan
dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah
energi yang dikandung dalam aliran masing-masing.

23
Gambar 3.8 Neraca panas energi boiler (Buerau of energy efficiency)

Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler


terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan
steam.
Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat
dihindarkan. Tujuan dari produksi bersih atau pengkajian energi harus mengurangi
kehilangan yang dapat dihindari, dengan meningkatkan efisiensi energi.

Gambar 3.9 Diagram kehilangan energi pada boiler (UNEP, 2004)

24
Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi :
1. Kehilangan gas cerobong:
 Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari
teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).
 Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawata
(pembersihan), beban burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
2. Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu.
3. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik.
4. Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat).
5. Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat).
6. Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih
baik).

3.6.1 Efisiensi boiler


Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk
yang digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan.
Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:


� � � � � � × %

× ℎ −ℎ
� � � � � � × %
×

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler adalah:


 Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam
 Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
 Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (oC), jika ada
 Suhu air umpan (oC)
 Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg
bahan bakar

25
Dimana:
- hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
- hf = Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang
diakibatkan oleh:
 Gas cerobong yang kering
 Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar
 Penguapan kadar air dalam bahan bakar
 Adanya kadar air dalam udara pembakaran
 Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/fly ash
 Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/bottom ash
 Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang
disebabkan oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak
dapat dikendalikan oleh perancangan.

Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler adalah:


 Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
 Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
 Suhu gas buang dalam oC (Tf)
 Suhu ambien dalam oC (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara
kering
 GCV bahan bakar dalam kkal/kg
 Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
 GCV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)

3.6.2 Perhitungan efisiensi boiler


Tahap 1: Menghitung kebutuhan udara teoritis
� ℎ
= [ , × +{ , × 2 − 2/ }+ , × ]/ / ℎ

26
Tahap 2: Menghitung persen kelebihan udara yang dipasok (EA)
2 ×
� =
− 2

Tahap 3: Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/kg bahan bakar


= { +� / }× ��

Tahap 4: Memperkirakan seluruh kehilangan panas


 Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering
× × − ×
% ℎ� � =

Dimana:
m = massa gas buang kering dalam kg/kg bahan bakar
m = (massa hasil pembakaran kering / kg bahan bakar) + (massa N2 dalam bahan
bakar pada basis 1 kg) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang
sebenarnya).
Cp = Panas jenis gas buang (0,23 kkal/kg)

 Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2
dalam bahan bakar
% ℎ� 2 ℎ
× 2{ + − }×
=

Dimana:
H2 = persen H2 dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)

 Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
% ℎ� �
�{ + − }×
=

27
Dimana:
M = persen kadar air dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)

 Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara


× × −
% ℎ� = ×

Dimana:
Cp = panas jenis steam lewat jenuh/superheated steam (0,45 kkal/kg)

 Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly ash

/ ℎ × � ℎ×
%=

 Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
bawah/ bottom ash

/ ℎ × ℎ ×
%=

 Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan radiasi dan konveksi aktual sulit dikaji sebab daya emisifitas
permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola aliran udara, dll. Pada boiler
yang relatif kecil, dengan kapasitas 10 MW, kehilangan radiasi dan yang tidak
terhitung dapat mencapai 1 hingga 2 persen nilai kalor kotor bahan bakar, sementara
pada boiler 500 MW nilainya 0,2 hingga 1 persen. Kehilangan dapat diasumsikan
secara tepat tergantung pada kondisi permukaan.

Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler

� � � � � � = − � + �� + ��� + � + + � + ��

28
Dimana :
i Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering
ii Persen kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena
adanya H2 dalam bahan bakar
iii Persen kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv Persen kehilangan panas karena kadar air dalam udara
v Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam fly
ash
vi Persen kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu
bawah/ bottom ash
vii Persen kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak
terhitung

3.6.3 Rasio penguapan


�� �
� � � =
�� �

Rasio penguapan yaitu kilogram steam yang dihasilkan per kilogram bahan bakar
yang digunakan. Contohnya adalah:
 Boiler berbahan bakar batubara: 6 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan
6 kg steam)
 Boiler berbahan bakar minyak: 13 (yaitu 1 kg batubara dapat menghasilkan
13 kg steam)
Walau demikian, rasio penguapan akan tergantung pada jenis boiler, nilai kalor
bahan bakar dan efisiensi.

Contoh:
- Jenis boiler: Berbahan bakar minyak
- Analisis ultimate minyak bakar
C : 84 persen
H2 : 12,0 persen
S : 3,0 persen
O2 : 1 persen

29
- GCV Minyak bakar : 10200 kkal/kg
- Persentase Oksigen : 7 persen
- Persentase CO2 : 11 persen
- Suhu gas buang (Tf) : 220 oC
- Suhu ambien (Ta) : 27 oC
- Kelembaban udara : 0,018 kg/kg udara kering
Tahap 1: Mengitung kebutuhan udara teoritis
= [(11,43 x C) + [{34,5 x (H2 – O2/8)} + (4,32 x S)]/100 kg/kg minyak bakar
= [(11,43 x 84) + [{34,5 x (12 – 1/8)} + (4,32 x 3)]/100 kg/kg minyak bakar
= 13,82 kg udara/kg minyak bakar

Tahap 2: Menghitung persen udara berlebih yang dipasok (EA)


Udara berlebih yang dipasok (EA) = (O2 x 100)/(21-O2)
= (7 x 100)/(21-7)
= 50 %

Tahap 3: Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/kg bahanbakar (AAS)


AAS/kg bahan bakar = [1 + EA/100] x Udara Teoritis (AAS)
= [1 + 50/100] x 13,82
= 1,5 x 13,82
= 20,74 kg udara/kg minyak bakar

Tahap 4: Memperkirakan seluruh kehilangan panas


i Persentase kehilangan panas karena gas kering cerobong
× × − ×
% ℎ� � =

m = massa CO2 + massa SO2 + massa N2 + massa O2
, × , × , ×
= + + , ×

= , / ℎ
, × , × −
= ×

= , %

30
ii Kehilangan panas karena penguapan kadar air karena adanya H2 dalam bahan
bakar
× 2{ + , − }
=

× { + − }
=

= , %
dimana H2 = persen H2 dalam bahan bakar

iii Kehilangan panas karena kadar air dalam udara


× × , × −
=

, × , × , −
=

= , %

iv Kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Untuk boiler kecil diperkirakan kehilangan mencapai 2 %

Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler

� � � � � � = − � + �� + ��� + �
i Kehilangan panas karena gas buang kering : 9,29 %
ii Kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena adanya H2
dalam bahan bakar : 7,10 %
iii Kehilangan panas karena kadar air dalam udara : 0,317 %
iv Kehilangan panas karena radiasi & kehilangan lain yang tidak terhitung: 2
%

� � � � � � = − � + �� + ��� + �
= −[ , + , + , + ]
= – ,
= %

31
Rasio penguapan = Panas yang digunakan untuk pembangkitan steam/panas
yang ditambahkan ke steam
= 10200 x 0,83 / (660-60)
= 14,11

Secara skala besar penghematan keterpasangan economizer dapat dari tabel di


bawah ini:

Tabel 3.1 Tabel penghematan economizer


Penjelasan Sebelum Sesudah
Pembakaran minyak yang simpan per jam - 11,418 kg
Energi yang dikembalikan per jam - 1,975kw
Temperatur pembakaran gas 250oC 157oC
Temperatur hembusan udara 103oC 140oC
Karbon dioksida yang dikurangi - 7,009 ton
Untuk kapasitas boiler 45 ton/jam

32
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Performance boiler dapat ditingkatkan dengan menggunakan economizer
dengan memanfaatkan limbah panas dari flue gas sisa pembakaran boiler sebanyak
4%-10%. Limbah panas boiler yang bersuhu 200-250oC digunakan untuk
memanasi feedwater boiler sampai mendekati suhu 100oC sehingga feedwater
boiler ini akan lebih cepat diekstraksi menjadi uap. Setiap penurunan 220oC suhu
gas buang melalui economizer atau pemanas awal terdapat 1% penghematan bahan
bakar dalam boiler. Setiap kenaikan 60oC suhu air umpan melalui economizer atau
kenaikan 200oC suhu udara pembakaran melalui pemanas awal udara, terdapat 1%
penghematan bahan bakar dalam boiler.

4.2 Saran
Kinerja economizer sangat sensitif terhadap faktor noise temperatur
feedwater. Hal ini dikarenakan bila temperatur feedwater tidak baik maka akan
mengakibatkan biaya operasi meningkat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akbar et al. 2009. Kinerja Economizer pada Boiler.Jurnal Teknik Industri, Vol. 11,
No. 1, Juni 2009, pp. 72-81 ISSN 1411-2485. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kampus Keputih Sukolilo, Surabaya.

Asmudi, 2009. Analisa Unjuk Kerja Boiler terhadap Penurunan Daya pada PLTU
PT. Indonesia Power UBP Perak. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas
Teknologi Kelautan, ITS Surabaya.

Buerau of Energy Efficiency, Energy Performance Assessment of Boilers.

Biro Effisiensi Energi, 2004. Pemanfaatan Kembali Limbah Panas. Retrieved from
http://www.energyefficiecyasia.org, on 30th March 2008.

Djokosetyardjo. M.J, 2003. Ketel Uap. Pradnya Paramita, Jakarta.

Fricke, thomas. 2009. Buku panduan pabrik kelapa sawit skala kecil untuk produksi
bahan baku bahan bakar nabati (BBN). USAID-Indonesia.

Grundfos. 2009. Engineering Manual Industrial Boiler. Management A/S.


http://belajarsawit.blogspot.com/2012/12/ketel-uap-boiler-di-pabrik-kelapa-
sawit.html [diakses tanggal 7 desember 2014 8:35]
http://mypalmoilindustry.blogspot.com/2012/04/turbine-uap-di-pabrik-kelapa-
sawit.html [diakses tanggal 7 desember 2014 8:38]
https://ivanemmoy.wordpress.com/2013/11/29/kelistrikan-pabrik-kelapa-sawit/
[diakses tanggal 7 desember 2014 8:37]
Romdiyah, S., 2007. Optimasi Multirespon Kinerja Economizer menggunakan
Fungsi Desirability. Skripsi Jurusan Statistika FMIPA-ITS. Surabaya.

Sihombing, helmon. 2009. Mekanisme Proses Pemanasan Air di dalam Boiler


dengan Mempergunakan Heater Tambahan untuk Efisiensi Pembakaran.
Karya akhir. Teknologi Instrumentasi Pabrik, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. Medan.and
uan
Undang-Undang (stoom ordonnantie) Verordening stoom ordonnantie 1930 atau
dengan Kata dalam Bahasa Indonesia Undang-undang Uap Tahun 1930.

UNEP, 2004. Peralatan Energi Panas: Boiler dan Pemanas Fluida Termis,
Retrieved from http://www.energyefficiecyasia.org, on 5th July 2008.
PABRIK

34

Anda mungkin juga menyukai