Yunita Sari - Fulltext
Yunita Sari - Fulltext
TESIS
Oleh
YUNITA SARI
161802005
TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian (MP)
dalam Program Studi Magister Agribisnis pada Program Pascasarjana
Universitas Medan Area
OLEH
YUNITA SARI
161802005
MAGISTER AGRIBISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
NPM : 161802005
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 161802005
Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : “ANALISIS
SUMATERA UTARA” adalah benar hasil karya saya sendiri dan dalam tesis ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
YUNITA SARI
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta
dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Tiga pilar dalam
dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap
pilar ketahanan pangan tersebut saling terkait satu sama lain. Apabila ketiga pilar
dapat dipenuhi baik dari hasil produksi dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pilar keterjangkauan dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik
Sebagai bahan pangan utama, beras menjadi salah satu produk pertanian
pertanian sebagai salah satu sektor yang sangat strategis sebagai garda terdepan
pangan. Luas tanah pertanian yang relatif tetap , bahkan cenderung mengalami
Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2016 tercatat Indonesia
harus memberi kecukupan pangan lebih dari 262 juta jiwa. Hal ini menyebabkan
penyediaan dan kecukupan bahan pangan menjadi salah satu isu penting dalam
Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan
telah membuktikan kepada kita bahwa gangguan pada ketahanan seperti kenaikan
harga beras pada waktu krisis moneter, dapat memicu kerawanan sosial yang
bagi masyarakat, baik dari produksi dalam negeri maupun dengan tambahan
cakupan geografis yang luas dan tersebar. Indonesia memerlukan pangan dalam
logistik; yang mudah diakses oleh setiap orang; dan diyakini bahwa esok masih
pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan
makanan pokok utama. Beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi
ekonomi tetapi juga merupakan komoditas politik dan menjadi salah satu faktor
penting dalam menjaga stabilitas Nasional. Kedudukan strategis beras dalam arti
perhatian yang serius terhadap ketiga parameter tersebut, diharapkan tidak akan
terjadi gejolak harga di pasar yang akan meresahkan masyarakat, baik bagi petani
pasar dibeli oleh konsumen, sehingga pada akhirnya pemerintah dapat mengambil
kelebihan penawaran (excess supply) yang disimpan sebagai stok atau sebaliknya
mengetahui penawaran, permintaan dan stok beras sehingga tidak ada kelangkaan
maupun surplus beras yang berlebihan dipasaran yang pada akhirnya merugikan
masyarakat sebagai konsumen dan petani sebagai produsen. Pada tingkat yang
diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu dijangkau oleh
2017).
Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan nilai PDRB atas dasar harga
berlaku Sumatera Utara relatif besar, mencapai 22,01% pada tahun 2015
Rata-Rata Produktivitas
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
2010 754.674 3.582.302 4,747
2011 757.547 3.607.403 4,762
2012 765.099 3.715.513 4,856
2013 742.968 3.727.680 5,017
2014 717.318 3.631.039 5,062
2015 781.769 4.044.829 5,174
Sumber : BPS, Statistik Tanaman Padi dan Palawija Sumatera Utara, 2015
2013 terjadi penurunan luas panen padi dari tahun sebelumnya. Menurut
padi nasional adalah konversi lahan pertanian menjadi perumahan yang terus
lahan berpengaruh positif terhadap penawaran beras. Hal ini dikarenakan luas
lahan merupakan faktor pendukung yang paling besar dibanding faktor lainnya.
Menurut Noer dan Agus (2007) bahwa luas lahan pertanian dan produksi per
hektar dipengaruhi oleh perubahan harga dan produksi per hektar, dipengaruhi
juga oleh perubahan luas areal tanam. Kesimpulan yang dihasilkan dalam
kemandirian pangan sendiri. Impor beras dilakukan untuk menekan harga beras
agar konsumen dapat mengkonsumsi beras dengan harga yang wajar, tetapi disisi
lain akan mempengaruhi produsen. Menurut harian Kompas (11 Januari 2006)
dalam Hasyim (2007) mengatakan bahwa harga beras yang melonjak bukan
banyaknya jumlah petani dan potensi yang dimilikinya. Tetapi pada kenyataannya
memenuhi kebutuhan beras juga dikarenakan harga beras yang tidak mencapai
tidak maksimal sehingga produksi petani juga tidak maksimal maka secara tidak
seimbang, hal ini akan mengancam kondisi ketahanan pangan. Berdasarkan uraian
dan latar belakang di atas maka perlu dikaji masalah Ketersediaan dan Kebutuhan
beras di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data sepuluh tahun terakhir untuk
memprediksi ketersediaan dan kebutuhan beras di masa yang akan datang. Hasil
analisis ini juga sangat penting untuk menentukan program dan kegiatan yang
ke depan.
penelitian.
Pangan menyatakan bahwa Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan
yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang
memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
secure, adequate and suitable supply of food for everyone. Setidaknya, terdapat
pangan yang saling melengkapi satu sama lain. Berbagai definisi ketahanan
ketahanan pangan sebagai ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala
pangan sebagai situasi pada saat semua orang dalam segala waktu memiliki
kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat
dan aktif. Ketahanan pangan dijelaskan dalam 4 pilar, yakni food availability,
physicial and economic access to food, stability of supply and access, and food
utilization.
orang pada setiap saat memiliki akses secara fisik dan ekonomi untuk
ketahanan pangan sebagai akses setiap rumah tangga atau individu untuk
e.World Bank (1996) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai akses oleh semua
orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan
aktif.
anggota rumah tangga dalam jumlah, mutu, dan ragam sesuai dengan budaya
orang dalam segala waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang
cukup dan kualitas yang baik demi hidup yang sehat dan aktif. Ada dua
kandungan makna yang tercantum disini, yakni ketersediaan dalam artian kualitas
dan kuantitas, dan akses dalam artian hak atas pangan melalui pembelian,
2005) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi ketika semua orang pada
segala waktu secara fisik, sosial, dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang
cukup, aman, dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs)
dan pilihan pangan (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.
pangan pada empat tingkatan, yaitu (i) level global, ketahanan pangan diartikan
(ii) level nasional, ketahanan pangan didasarkan pada level rumah tangga. Jika
rumah tangga tidak aman pangan, sulit untuk melihatnya aman pada level
nasional; (iii) level rumah tangga, ketahanan pangan merujuk pada kemampuan
akses untuk kecukupan pangan setiap saat. Ketahanan pangan secara tersirat
bukan hanya kecukupan asupan makanan hari ini saja, melainkan termasuk juga
ekspektasi permasalahan kedepan dan itu bukan hanya permasalahan saat ini saja;
(iv) level individu, ketahanan pangan merupakan distribusi makanan pada rumah
tangga. Pada saat rumah tangga kekurangan makanan, individu akan terpengaruh
secara berbeda. Oleh sebab itu, yang terpenting untuk diperhatikan adalah fokus
aspek, yakni ketersediaan jumlah, keamanan, dan keterjangkauan harga. Dari sisi
dan cadangan pangan masyarakat. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah dan
terjadi kondisi paceklik, bencana alam yang tidak dapat dihindari. Pembagian
Selain itu, The Economist dalam Global Food Security Index juga
affordability, dan quality and safety. Pembagian pilar ini tidak terlalu berbeda
dengan pembagian pilar yang dilakukan oleh FAO maupun Indonesia, khususnya
untuk pilar availability dan affordability. Hanya saja, untuk pilar quality and
arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan, serta
pangan dengan kondisi aman, dalam arti, bebas dari pencemaran biologis, kimia,
kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama; (3) terpenuhinya pangan
dengan kondisi yang merata, dalam arti, distribusi pangan harus mendukung
tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air, dan (4)
bahwa Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi
dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber
yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi
ini menurut para ahli Hanani (2012), diharapkan mampu mencukupi pangan yang
didefenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif
dan sehat.
artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart
hanya dapat meningkat secara aritmatika, sehingga akan terjadi sebuah kondisi di
Hijau yang sempat dianggap berhasil meningkatkan laju produksi pangan dunia
sehingga melebihi laju pertambahan penduduk. Pada saat itu, variabel yang
(Nasution, 2008).
melalui rumus :
Rnet = (Px(1-(S+F+W))) x C
Keterangan :
S : benih (0,9%)
F : Pakan (0,44%)
W : Tercecer (5,4%)
Angka 62,74% adalah angka konversi gabah kering giling ke beras yang
ditetapkan oleh BPS. Angka Ini mengartikan bahwa tiap 100 Kg gabah kering
penduduk. Apabila ketersediaan beras lebih besar dari kebutuhan beras maka
wilayah dikatakan surplus beras, sedangkan apabila ketersediaan beras lebih kecil
antara lain jumlah produksi beras dalam suatu wilayah, jumlah penduduk, jumlah
konsumsi beras, ketersediaan lahan, konversi lahan sawah dan aspek lainnya.
Jumlah produksi padi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain luas lahan sawah, produktivitas lahan, konversi lahan sawah menjadi lahan
non sawah, indeks pertanaman (IP), jumlah puso, teknologi serta faktor lainnya.
penduduk.
produksi padi. Peningkatan luas lahan sawah, luas lahan panen, luas tanam,
Ketersediaan beras tidak dapat dipisahkan dari gabah kering giling yang
dihasilkan. Semakin besar gabah kering giling maka semakin besar pula
dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan sosial wilayah. Defisit beras yang terjadi
di awal tahun 2015 diakibatkan oleh jumlah panen padi yang kecil karena belum
berada dalam musim panen. Defisit beras yang terjadi ditutupi dari stok beras
awal tahun 2015. Surplus beras yang ada akan didistribusikan ke luar kabupaten
beras, sehingga salah satu aspek ketahanan pangan, yaitu akses pangan, dapat
Bantacut (2010), Persediaan adalah bahan pangan yang tersedia dan dapat
diakses oleh masyarakat setiap saat dalam jumlah dan mutu yang memadai. Pada
produksi ditambah impor bahan pangan. Kecukupan dilihat dari volume produksi
dan impor dibandingkan dengan konsumsi. Secara teoritis, jika jumlah persediaan
(Bantacut,2010).
Analisis Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara dengan Metode Regresi Data
Panel dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas yaitu stok beras, luas areal
panen padi, produktivitas lahan, jumlah konsumsi beras dan harga beras
ketersediaan beras. Variabel luas areal panen padi dan produktivitas lahan
Setiap peningkatan luas areal panen padi, produktivitas lahan dan stok beras
negatif dan signifikan, sedangkan harga beras berpengaruh negatif namun tidak
beras merupakan barang primer dan bersifat inelastic, sehingga konsumen tetap
kebutuhan konsumsi penduduk sesuai dengan jumlah penduduk yang ada. Kondisi
ini menyebabkan angka kebutuhan konsumsi beras tidak dapat dipisahkan dari
jumlah penduduk di suatu wilayah. Jumlah penduduk tidak dapat dipisahkan dari
dibutuhkan dan harus disediakan, tetapi terdapat beberapa aspek yang harus
itu pemenuhan kebutuhan beras tidak hanya dilakukan untuk menutupi kebutuhan
penduduk dan industri, tetapi dituntut juga untuk dapat memenuhi kebutuhan
kebutuhan beras Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 berada pada interval
Sumatera Utara tahun 2014 berada pada interval 1.847.241.586 ton sampai
1.847.385.993 ton. Jumlah kebutuhan beras Provinsi Sumatera Utara tahun 2015
tingkat rendemen pengolahan padi menjadi beras. Hal ini karena pada saat padi
diolah menjadi beras, terdapat beberapa hal yang harus dilewati, yaitu terkait
terdapat pada padi hingga penggilingan padi yaitu proses menjadi beras. Untuk
peningkatan tiap tahunnya. Selama kurun waktu 37 tahun Indonesia masih belum
luas areal panen dan produktivitas) padi adalah rasio harga riil gabah di tingkat
petani dengan upah riil buruh tani, jumlah penggunaan pupuk urea, luas areal
adalah harga beras dan populasi, sedangkan harga beras hanya dipengaruhi secara
nyata oleh harga riil beras tahun sebelumnya. Hasil Proyeksi produksi dan
defisit beras hingga tahun 2010 sehingga untuk menutupi kebutuhan akan beras
pemerintah dapat mengimpor beras dalam jangka pendek atau meningkatkan luas
areal panen pada tahun 2009 seluas 195,20 ribu Ha dan pada tahun 2010 seluas
77,40 ribu Ha. Pada tahun 2011 Indonesia dapat mencapai swasembada beras
metode analisis data yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Dari
serempak dipengaruhi oleh harga beras domestik, harga beras impor, harga
kedelai domestik, luas panen jagung, konsumsi beras dan jumlah tenaga kerja di
tenaga kerja di sektor pertanian, dan secara partial tidak dipengaruhi oleh harga
dalam bidang harga, pemasaran dan distribusi adalah Badan Urusan Logistik
yang dibeli oleh pemerintah dari petani disimpan dan disalurkan pada gudang-
gudang Bulog. Pemerintah mewjibkan Bulog untuk menjaga stok yang aman
sepanjang tahun sebesar satu sampai satu setengah juta ton beras.
Sumatera Utara dipengaruhi oleh stok beras, produksi beras, impor beras dan
memenuhi kebutuhan beras. Impor dilakukan jika persediaan dalam negeri tidak
dan kerawanan pangan adalah pengadaan beras dari luar negeri sebagai cadangan
kebutuhan tertentu terkait dengan faktor kesehatan/dietary, dimana jenis beras ini
belum dapat diproduksi dalam negeri, (3) untuk pemenuhan kebutuhan beras
volume impor beras di Indonesia diperoleh hasil bahwa tingginya volume impor
beras ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu produksi beras dalam negeri,
harga beras dunia dan jumlah konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia.
tahun 1991-1986 kontribusi luas lahan terhadap penawaran beras sebesar 41,3%.
Pengaruh luas lahan mempengaruhi penawaran beras dan bernilai positif. Hal ini
menunjukkan bahwa jika luas lahan semakin besar akan menambah jumlah
penawaran beras, sedangkan jika luas lahan semakin sedikit akan menurunkan
penawaran beras.
dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, data time series tahun 2000-
2008 berdasarkan estimasi diperoleh bahwa luas areal panen padi di Kab.Siak
dipengaruhi oleh harga riil gabah di tingkat petani, harga riil pupuk urea, curah
hujan dan luas areal irigasi. Produktivitas padi dipengaruhi oleh luas areal panen,
lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea, dan trend waktu. Selanjutnya
Kebijakan yang layak disarankan di Kabupaten Siak yang sesuai dengan tujuan
Kabupaten Siak adalah kebijakan kenaikan harga gabah di tingkat petani yang
disediakan oleh alam atau diciptakan manusia yang dapat digunakan untuk
Sukirno mengatakan bahwa faktor produksi dapat dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia
dan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Tenaga
kerja, faktor produksi ini meliputi keahlian dan ketrampilan yang dimiliki, yang
dibedakan menjadi tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja
terdidik. Tanah dan sumber alam, faktor tersebut disediakan oleh alam meliputi
tanah, beberapa jenis tambang, hasil hutan dan sumber alam yang dijadikan
modal, seperti air yang dibendung untuk irigasi dan pembangkit listrik. Keahlian
tingkat produksi yang dihasilkan, faktor produksi dikenal pula dengan istilah input
dan jumlah produksi selalu juga disebut output. Hubungan antara masukan dan
Q = f (K,L,R, …..)
K adalah jumlah stok modal (Kapital), L adalah jumlah tenaga kerja dan ini
meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawan, R adalah kekayaan
alam, sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis
Dalam ilmu ekonomi yang disebut dengan fungsi produksi adalah suatu
fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil fisik (output) dengan faktor
Sumatera Utara ini diasumsikan bahwa fungsi ketersediaan beras (Y)= f (luas
panen, produksi beras, dan kebutuhan konsumsi beras). Dimana luas panen,
deret hitung”. Dengan demikian pertumbuhan penduduk lebih cepat dari produksi
makanan. Dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dan kini telah
mencapai 262 juta jiwa maka dikhawatirkan produksi beras tidak akan mampu
Konsumsi meliputi pangan dan non pangan, meliputi jenis dan jumlah tak
dibelanjakan. Dalam hal ini tingkat pendapatan penduduk yang rendah menjadi
Least Square) diketahui bahwa secara serempak konsumsi beras dipengaruhi oleh
harga beras, PDRB, dan harga ikan. Secara parsial hanya PDRB yang
suatu harga barang. Dalam teori permintaan yang terutama sekali dianalisis adalah
kaitan antara permintan suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Pembelian
barang berkaitan dengan harga disebut dengan hukum permintaan, yang pada
harga suatu barang makin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan
sebaliknya makin tinggi harga suatu barang , maka makin rendah permintaan
stabil. Campur tangan pemerintah terlihat nyata pada kebijakan mengenai harga
dasar pembelian gabah. Tujuan kebijakan ini adalah untuk melindungi konsumen
dari harga yang tinggi dikarenakan penawaran yang sedikit pada musim paceklik
dan melindungi produsen dari harga gabah yang rendah saat musim panen
(Sukirno,1994).
dapat mempengaruhi kestabilan harga beras. Bila harga padi dilepas sepenuhnya
kepada mekanisme pasar, maka harga padi akan jatuh pada musim raya dan
merugikan petani sebagai produsen pada musim raya dan merugikan konsumen
harga beras (Suryana, 2003). Menurut Sadli (2005), kebijakan harga dasar
merupakan harga terendah yang harus dijamin oleh pemerintah dalam rangka
suatu komoditas yang bersedia di beli individu selama periode waktu dan keadaan
tertentu. Periode waktu tersebut dapat satu tahun atau dua tahun, dan keadaan
individu, harga komoditas subsitusi, selera dan lain – lain. Dengan demikian
1997).
menunjukkan jumlah alternative dari komoditas yang diminta per periode waktu
pada berbagai harga alternative oleh semua individu di dalam pasar. Jadi,
permintaan pasar untuk suatu komoditas tergantung pada semua faktor yang
antara jumlah komoditas yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhi
preferensi.
ketersediaan beras).
yang tersedia untuk dijual oleh produsen pada tingkat harga, jumlah produksi,
Untuk membahas teori penawaran ini, para ahli ekonomi selalu melihat
individual dan menunjukkan jumlah alternatif dari komoditas yang ditawarkan per
periode waktu pada berbagai harga alternatif oleh semua individu di dalam pasar.
Jadi, penawaran pasar untuk suatu komoditas tergantung pada semua faktor yang
di pasar.
lalu, harga input yang digunakan, teknologi yang digunakan, keadaan alam atau
iklim).
harga komoditas x, harga komoditas tersebut pada tahun yang lalu, harga input
yang digunakan, teknologi yang digunakan, dan keadaan alam atau iklim.
ketersediaan beras merupakan fungsi dari luas panen, produksi beras dan
Beras, Luas Panen, Rata-rata Produksi, Harga beras, dan Jumlah Konsumsi Beras
terhadap Ketahanan Pangan di Jawa Tengah diketahui bahwa luas panen, rata-rata
pangan di Jawa Tengah. Varibel stok beras dan harga beras mempunyai pengaruh
Umum Bulog dapat disimpulkan bahwa persediaan beras nasional yang dikuasai
Bulog dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 dapat memenuhi kebutuhan
beras nasional dipengaruhi secara signifikan oleh persediaan beras dalam negeri
Scaling (MDS) dan menilai rancang bangun model neraca ketersediaan beras di
Sulawesi dan wilayah lainnya termasuk kategori kurang berkelanjutan. Hal ini
perkotaan turun menjadi 93,3 kg/Kap/tahun pada tahun 2007 dari 99,1
turun menjadi 104,5 Kg/kap/tahun pada tahun 2007 dari 113,0 Kg/Kap/Tahun
Sediaan Beras Nasional dapat diketahui bahwa simulasi model distribusi ini
masing sussistem untuk memprediksi perilaku sediaan beras apabila salah satu
faktor penentunya berubah. Dari uji sensitivitas diketahui bahwa parameter susut
sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
baik jumlah maupun mutunya aman, merata dan terjangkau. Agar kondisi
hal ini yang dimaksud dengan pangan adalah beras yang merupakan kebutuhan
Utara dalam penelitian ini adalah luas panen padi, produksi beras dan kebutuhan
ketersediaan beras.
Ketahanan Pangan
Ketersediaan Konsumsi
Faktor Yang Mempengaruhi : Faktor Yang Mempengaruhi :
1. Luas Panen (X1) 1. Jlh Penduduk (X1)
2. Produksi Beras (X2) 2. Pendapatan (X2)
Distribusi
3. Kebutuhan Konsumsi 3. Ketersediaan Beras (X3)
Beras (X3)
Surplus/Defisit
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dimulai bulan Mei s/d bulan Juli 2018.
variabel disebabkan atau ditentukan oleh keadaan satu atau lebih variabel lain.
Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif studi literatur dan analisis
kuantitatif untuk data sekunder yang didapatkan dengan beberapa cara antara lain
antara lain Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara,
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara dan Badan
Provinsi Sumatera Utara . Data diambil selama 10 tahun yaitu mulai tahun 2008
sampai tahun 2017. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, Dinas
Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data
kuantitatif . Data kuantitatif adalah data yang diukur dengan suatu alat ukur
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
ketersediaan dan kebutuhan beras kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2008-
2017).
beras) akan diuji dengan menggunakan Metode Regresi Linear Berganda, dengan
Y = f (X 1 , X 2 , X 3 )
Y = f (X 1 , X 2, X 3 )
X 2 = Pendapatan (Rp/Tahun)
akibat, artinya keadaan suatu variabel disebabkan atau ditentukan oleh keadaan
satu atau lebih variabel lain dalam penelitian ini digunakan Analisis Hubungan
Kausal.
ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Pengujian asumsi klasik
Uji Autokorelasi.
1. Uji Normalitas
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
signifikan > 0,05 maka asumsi normalitas terpenuhi dan jika probabilitas
penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut
telah normal.
2. Uji Multikolinearitas
adanya hubungan linear antara peubah bebas X dalam Model Regresi Ganda.
Multikolinearitas mengacu kepada situasi dimana dua atau lebih variabel penjelas
variabel independen.
berikut ini :
3. Uji Heterokedastisitas
untuk semua pengamatan pada model regresi. Heterokedastisitas timbul pada saat
asumsi bahwa variance dari faktor galat (error) adalah konstan untuk semua nilai
dari variabel bebas yang tidak dipenuhi. Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadinya heterokedastisitas.
dengan memplotkan nilai prediksi dengan nilai residualnya. Model yang baik
didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di
menyempit.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data
observasi sebelumnya.
dilakukan dengan melihat keadaan nilai Durbin - Watson (DW test). Uji Durbin
Watson akan menghasilkan nilai Durbin Watson (DW) yang nantinya akan
dibandingkan dengan dua (2) nilai Durbin Watson tabel, yaitu Durbin Upper (du)
sebagai berikut :
Jika dL< dW< dU maka pengujian tidak meyakinkan atai tidak dapat
disimpulkan.
Jika dL < (4 - dW) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat
disimpulkan.
kata lain jika R2 = 0 atau mendekati 0 (nol) , maka tidak terdapat pengaruh antara
mendekati 1 (satu), maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
𝑅2 /𝑘
F=
(1 − 𝑅 2 )/𝑛 − 𝑘 − 1
secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini
dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel . Uji F ini dilakukan
Jika Fhitung ≥ Ftabel maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
Jika Fhitung < Ftabel maka terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel
3.5.4 Uji t
𝛽𝑖
t 0 = 𝑆𝛽𝑖
dimana :
t0 = nilai pengujian
Kriteria pengujian :
Jika t 0 ≥ t tabel maka artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
probabilitas yang dihitung dengan nilai α, jika probabilitas lebih kecil daripada
nilai α maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Sebaliknya jika probabilitas lebih besar daripada nilai α maka
terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikatnya.
1. Produksi padi adalah produksi Gabah Kering Giling (GKG) dalam kurun
satuan ton.
2. Kebutuhan beras adalah jumlah beras yang harus tersedia untuk penduduk
jumlah penduduk dan jumlah konsumsi beras. Satuan variabel ini adalah
ton/tahun.
Provinsi Sumatera Utara dalam jangka satu tahun setelah dikurangi pakan,
bibit, tercecer, termasuk impor serta stok dan tidak termasuk ekspor.
tidak dapat dikonsumsi oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja
dikonsumsi.
luar Negara atau wilayah lain untuk tujuan pemenuhan ketersediaan dan
11. Angka konversi merupaka angka-angka konversi resmi hasil kajian dan
mendapatkan data.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Afrianto, D. 2010. Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Panen, Rata-rata Produksi,
Harga Beras, dan Jumlah Konsumsi Beras Terhadap Ketahanan Pangan di
Jawa Tengah. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik. 2017. Provinsi Sumatera Utara dalam Angka 2017. Medan
: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Lahan Sawah Sumatera Utara 2015. Medan
: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2015. Beberapa Data Pokok Kondisi Kesejahteraan Rakyat
dan Ekonomi Sumatera Utara 2015/2016. Medan : Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Utara. Medan: Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Daerah Provinsi Sumatera Utara 2017.
Medan : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2016. Analisis Profil Rumah Tangga usaha Tani Padi,
Jagung, Kedelai dan tebu di Sumatera Utara. Medan : Badan Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Basith, Abdul. 2012. Model Sistem Dinamis Sediaan Beras Nasional. Disertasi.
Institut pertanian Bogor.
Hessie, Rethna. 2009. Analisis Produksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta
Implikasinya terhadap Swasembada Beras di Indonesia. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Irianto, G. 2013. Kedaulatan Lahan dan Pangan Mimpi atau Nyata. Jakarta :
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian
Pertanian.
Illiyani Maulida, Mulyani Lilis dan Widodo YB. Dari Petani Lokal ke pasar
Global “Model Usaha Tani Beras Organiak di Tasik Malaya dan
Boyolali”. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Naufalin, Rifda. 2018. Beras dan Urgensi Diversifikasi Pangan. Koran Sindo.
Jakarta. Diunduh di http://nasional.sindonews.com/read/1274243/18/beras-
dan-urgensi-diversifikasi-pangan-1516130495/tanggal 4 Februari 2018
Saifullah, A., & Sulandri, E. (2010). Prospek Beras Dunia 2010 : Akankah
Kembali Bergejolak? . Jurnal Pangan , 19(2), 135 -146.
Sawit, MH. 2010. Reformasi Kebijakan Harga Produsen dan Dampaknya terhadap
Daya Saing Beras. Artikel JER-No.108/7. (10 Juli 2010)
Utara”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini belum sempurna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati Penulis membuka diri untuk menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis
berharap, semoga tesis ini bermanfa’at baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan pemerintah.
Yunita Sari
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan dan
bantuan dari bebagai pihak baik berupa materil maupun moril. Oleh karena itu
1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc. Selaku Rektor Universitas
Medan Area.
2. Ibu Prof. Dr.Ir. Retna Astuti K., MS. Selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Medan Area.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusniar Lubis, M.MA. Selaku Ketua Program Studi Magister
Agribisnis.
4. Bapak Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc. Selaku Sekertaris Program Studi
Magister Agribisnis.
5. Bapak Prof. Ir. Zulkarnain Lubis, MS, Ph.D Selaku Pembimbing I yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis
dalam penyusunan tesis ini.
6. Bapak Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc Selaku Pembimbing II yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis
dalam penyusunan tesis ini.
7. Bapak / Ibu staf pengajar di Program Pasca Sarjana Magister Agribisnis yang
telah mencurahkan ilmu pengetahuan dan perhatian selama menempuh
perkuliahan.
dan Puteri Salsabila) yang selalu memberikan do’a dan semangat kepada
Medan Area (Junita Dewi, Yudi Siswanto, Tharmizi Hakim, Warsito, Putri
Andam Sari dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas semua
10. Kepada sahabat penulis Medya Dara Rizky, Cut Hesty Maulina, Heny
Annisa, dan seluruh staf di Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Semoga Allah SWT selalu memberkahi dan melindungi kita semua. Amin.
Yunita Sari
KATA PENGANTAR………………………………………………………... i
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. viii
ABSTRACT………………………………………………………………...... ix
ABSTRAK……………………………………………………………………. x
I. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………… 7
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 8
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 73
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 77
Halaman
Halaman
Halaman
1. Produksi, Ketersediaan dan Kebutuhan Beras
Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ..........................................................77
11. PDRB Per Kapita Menurut Kab/Kota atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2008-2017............................................................................................ 91
Beras menjadi salah satu produk pertanian utama dan menjadikan pertanian
sebagai sektor penting dalam perekonomian di Indonesia. Ketergantungan
masyarakat Indonesia pada beras menjadikan pertanian sebagai salah satu sektor
yang sangat strategis sebagai garda terdepan ketahanan pangan Indonesia.
Berbagai gejolak sosial dan politik dapat terjadi jika ketahanan pangan terganggu.
Untuk itu, Pemerintah berupaya meningkatkan ketahanan pangan masyarakat ,
baik dari produksi dalam negeri maupun dengan tambahan impor. Sumatera Utara
merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumber daya alam yang cukup
potensial untuk mencapai kemandirian pangan. Tetapi pada kenyataannya
ketergantungan akan beras impor mengindikasikan bahwa produksi beras di
Provinsi Sumatera Utara belum dilakukan secara efisien. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis ketersediaan dan kebutuhan beras di Provinsi
Sumatera Utara serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jenis
penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder
runtut waktu tahun 2008-2017 pada 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif. Untuk
menguji Faktor- faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kebutuhan beras di
Provinsi Sumatera Utara digunakan analisis regresi linear berganda dan untuk
mengetahui hubungan sebab-akibat antara variabel digunakan Analisis Hubungan
Kausal. Hasil Penelitian menunjukkan produksi beras di Provinsi Sumatera Utara
runtut waktu tahun 2008-2017 berfluktuatif dan cenderung mengalami
peningkatan rata-rata 4,79 persen per tahun. Ketersediaan beras ini berasal dari
produksi lokal dan telah mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini ditunjukkan
dengan kondisi surplus beras Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017 yakni
sebesar 1.065.886 Ton. Ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara rata-rata
mengalami kenaikan 5,27 persen per tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa variabel produksi beras berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara, sementara variabel lainnya yakni
variabel luas panen padi dan kebutuhan konsumsi beras tidak berpengaruh
signifikan. Variabel pendapatan PDRB dan variabel ketersediaan beras
berpengaruh signifikan terhadap kebutuhan beras di Provinsi Sumatera Utara,
sementara variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebutuhan beras.
Kata kunci : Produksi beras, luas panen padi, kebutuhan konsumsi beras,
ketersediaan beras, jumlah penduduk, dan pendapatan PDRB
Rice is one of the main agricultural products and makes an important sector
economy in Indonesia. The dependence Indonesian people on rice makes
agriculture as very strategic sector for the guard Indonesian food. The fluctuation
of social and politic would be happen if the food security is unstable. For that
Indonesia government tried to increase the food security, from the domestic
production and import. North Sumatera is one of the province had potential
natural resources for could be food sovereignty. But the reality, dependence of
rice import has indicate rice production in North Sumatera inefficient. This
research aimed to analyze rice availability and rice consumption in North
Sumatera then also the factors of influence it.. This research method is descriptive
quantitave analysis with the time series datum during 2008-2017 and 33
Kabupaten/Kota in North Sumatera. For analyze the factors has influence of
availability and consumptio of rice used multiple linear regression and the
causality test. The results of rice production in Nort Sumatera between 2008-2017
has fluctuation and increase mean 4.79 percent on year. This rice supplied from
local and appropriate with society consumption. It shows with the surplus of rice
production in North Sumatera in 2017 with amount 1,065,886 ton. The rice
availability in North Sumatera has mean increasing 5.27 percent on year. The
results is rice production has positively and significant influence for the rice
availability in North Sumatera. And other variables such as rice harvest area and
rice consumption has not significant. GDRP and rice availability has significant
of the rice consumption in North Sumatera. The population has not significant
influence of the rice consumption.
Keywords: rice production, rice harvest area, rice consumption, rice availability,
the population, GDRP