Anda di halaman 1dari 4

PROGRAM SARJANA ILMU POLITIK Nama : Audrya Aliefia D.

DEPARTEMEN ILMU POLITIK NPM : 2106746190


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA

RESENSI FILM DOKUMENTER


POLITIK DI ASIA SELATAN (SPIP 600024)

Judul Film : Violent Extremism in Pakistan - Roots, Growth & Support


Link Film : https://www.youtube.com/watch?v=rr_d3UGuUIY
Rumah Produksi : Ahlulbayt TV dan ARSH Production
Tahun Produksi : 2018
Waktu Pengerjaan : 11-18 Oktober 2023
Film dokumenter yang berjudul “Violent Extremism in Pakistan” ini menggambarkan bagaimana
perjalanan negara Pakistan dalam menghadapi konflik agama dan terorisme. Pakistan merupakan
sebuah negara yang mayoritasnya adalah muslim dan memiliki banyak kelompok ekstremis agama.
Tidak sedikit aksi teroris terjadi di Pakistan. Perpecahan antar perbedaan golongan ini melahirkan
sebuah kehidupan yang tidak mengedepankan hubungan harmonis. Kelompok ekstremis agama dinilai
menjadi sebuah golongan atau kelompok yang berperan dalam aksi-aksi bom bunuh diri dan sejenisnya.
Pada awal kelahiran negara ini tahun 1947, Pakistan dikenal dengan negara plural dan dinamis. Orang-
orang disana terdiri dari berbagai macam etnis, Bahasa, dan budaya serta berasal dari berbagai agama
dan komunitas. Walaupun islam menjadi agama mayoritas, akan tetapi agama-agama minoritas lain
(seperti hindu dan Kristen) tidak dikucilkan dan tetap dianggap kehadirannya sebagai sebuah agama
yang patut dihargai. Hal ini membuktikan bahwa pada awal berdirinya Pakistan, belum adanya konflik
perseteruan antar agama. Ditambah dengan fakta bahwa Menteri Hukum pertama di Pakistan
menganut agama hindu.

Beralih ke tahun 1971, Zulfikar Ali Bhutto diangkat menjadi Perdana Menteri setelah terjadinya
perang India-Pakistan. Zulfikar Ali Bhutto mempunyai pandangan politik sosialis yang dan memberi
pengaruh yang kuat terhadap Pakistan. Tidak lama kemudian terjadi kweusuhan Ahmadiyah. Ahmadiyah
merupakan gerakan keagamaan islam yang cukup sering menyebabkan terjadinya kerusuhan dan
ketegangan antar pemeluk agama. Tahun 1947, pemerintah Pakistan mengeluarkan sebuah amandemen
konstitusi bahwa Ahmadiyah bukanlah bagian dari Islam dan melakukan Tindakan diskriminasi terhadap
pengikut Ahmadiyah dari berbagai aspek. Pada tahun 1977 Zilfikar Ali Bhutto dijatuhkan kudeta militer
oleh Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq dan dihukum mati pada tahun 1979. Selama masa kepemimpinan
Zia-ul-Haq, Pakistan menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat yang berfokus pada konteks
perang Soviet dan Afghanistan. Pakistan menjadi perantara utama antara pemerintah Amerika Serikat
dan mujahidin Afghanistan, menyediakan bantuan berupa senjata, dana, dan pelatihan untuk
membantu mereka melawan pasukan Uni Soviet. Arab Saudi juga memberikan dukungan finansial yang
penting, sementara pejuang dari negara-negara Arab lainnya ikut serta dalam perang melawan pasukan
Soviet di Afghanistan.

Pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh Zia-ul-Haq yang menjadi titik perubahan kehidupan
negara Pakistan. Hal ini dibuktikan dengan perjuangan beliau dalam mengislamisasi masyarakat Pakistan
secara menyeluruh dan paksaan. Diawali dengan memperkuat organisasi-organisasi keagamaan hingga
mengeluarkan Undang-undang yang bersifat konservatif. Rencana Islamisasi yang sebelumnya hanya
direncanakan oleh kelompok tradisional akhirnya diimplementasikan selama masa pemerintahan Zia ul-
Haq. Selama masa pemerintahannya dari tahun 1977 hingga 1988, Islamisasi mendapatkan dukungan
penuh dari pemerintah. Zia melibatkan partai-partai agama, terutama JI (Jamaat-e-Islami), dan
melaksanakan proses Islamisasi dengan memperkenalkan hukum Islam baru, membentuk pengadilan
syariah federal, mewajibkan pendidikan Islam di sekolah-sekolah, dan mempromosikan madrasah atau
sekolah agama. Zia ul-Haq juga mengambil tindakan untuk mengislamkan angkatan bersenjata dengan
menyertakan prinsip-prinsip Islam dalam pelatihan militer. Tahun 1984, Zia-ul-Haq mengesahkan
amandemen Undang-Undang terkait penodaan agama. Undang-Undang ini memperjelas bahwa jika ada
suatu individu atau kelompok yang menistakan agama Islam, maka mereka akan dijatuhi hukuman
berupa hukum cambuk, amputasi anggota tubuh, ataupun rajam sampai meninggal dunia. Tidak sedikit
kasus yang terjadi akibat adanya larangan dari Undang-Undang mengenai penistaan agama ini. Contoh
kasusnya, yaitu pada April 2017 dimana ada seorang mahasiswa yang mengutarakan pendapatnya pada
sosial media mengenai kondisi ekstremisme agama di Pakistan pada saat itu dan dibunuh oleh teman-
teman kampusnya meskipun penyampaian pendapat pemuda ini tidak dilakukan secara menghujat. Di
kasus lain, Gubernur Punjab, Salman Taseer juga dibunuh karena dianggap menentang Undang-Undang
penistaan agama. Hal-hal ini menimbulkan sebuah kebencian antar sesame masyarakat Pakistan
sehingga muncul sebuah kondisi dimana bagi siapapun yang menentang islam harus dihukum mati.
Bahkan, direktor Jendral, Musharraf, pada saat itu membungkam dirinya sendiri karena tidak
mempunyai keberanian dalam menentang Undang-Undang penistaan agama.

Jika dilihat dari kacamata pemeluk agama minoritas, mereka juga mendapatkan tekanan yang
begitu hebat. Agama Kristen merupakan agama minoritas terbesar kedua di Pakistan. Semenjak tekanan
yang terjadi setelah perang Afghanistan, umat Kristen mendapat begitu banyak penganiayaan.
Contohnya pada tanggal 22 September 2013 terjadi bom bunuh diri di gereja daerah Peshawar sehingga
menewaskan seratus orang warga sipil dan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka. Begitu juga
halnya dengan hindu yang juga mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Pemaksaan masyarakat Non-
Muslim untuk masuk ke islam dilakukan dengan cara melakukan kampanye besar-besaran.

Jika diulas Kembali, kelompok-kelompok ekstremis agama di Pakistan menyebabkan keruntuhan


solidaritas masyarakat Pakistan, terutama dari segi keamanan. Aktivitas kelompok ekstremis ini
mengakibatkan ketidakstabilan perdamaian di Pakistan. Sudah banyak sekali serangan terorisme yang
dilakukan oleh kelompok ekstremis sehingga menimbulkan korban jiwa. Munculnya Undang-Undang
mengenai Penistaan agama yang dibuat oleh Zia Ul-Haq juga menyebabkan masyarakat disana
terbungkam dan terbatasi ruang geraknya sehingga menjadikan kegiatan sehari-hari mereka, cara
berpakaian, cara berpikir, ataupun cara berpendapat tidak dapat dilakukan secara bebas. Pendidikan di
Pakistan juga diatur sedemikan rupa oleh pemerintah sehingga berfokus mencerminkan pandangan
radikal. Sistem Pendidikan pada madrasah di Pakistan mendukung adanya ideologi ekstremis agama
sehingga menjadi faktor dominan maraknya penistaan agama di khalayak luas.

Video dokumenter ini memberikan bukti nyata bahwa masih banyak masyarakat Pakistan yang
tidak bisa menerima Hak Asasi Manusia yang seharusnya mereka mampu rasakan secara utuh. Masalah
terorisme ini terjadi berulang kali selama bertahun-tahun lamanya hingga menelan ratusan ribu korban
jiwa. Meskipun sudah ada tindakan preventif yang dilakukan oleh pemerintah dan bantuan dari
kelembagaan internasional, tapi tindakan-tindakan belum bisa secara menyeluruh mengatasi aksi teroris
dan kondisi ekstremisme agama di Pakistan. Diperlukan alternatif penyelesaian lain karena maraknya
konflik agama dan terorisme ini yang dapat memecahkan negara Pakistan.
DAFTAR REFERENSI

Ahlulbayt: Documentaries. (2023). Violent Extremism in Pakistan - Roots, Growth & Support.

https://www.youtube.com/watch?v=rr_d3UGuUIY&t=160s

Bajoria, J. (2011). Islam and Politics in Pakistan. Council on Foreign Relation. CRF:

https://www.cfr.org/backgrounder/islam-and-politics-pakistan.

Mulyana, M. H. Islam Dalam Politik Pakistan: Perjuangan Kemerdekaan, Islamisasi, Hingga Ketegangan

Faksi Nasionalis-Liberal dan Islamis.

Pengukuran dalam Penelitian Violent Extremism: Kendala dan Solusi. Asking Sensitive, 75(4), 779-787.

Anda mungkin juga menyukai