Anda di halaman 1dari 82

MODUL MAHASISWA TINGKAT 1

KEARIFAN LOKAL & NASIONAL

STIE YP KARYA
PRODI MANAJEMEN
Disusun oleh : DHANI WIRIANTO, S.E., M.Ak., CTT

1
PRAKATA
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa
tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi
watak dan kemampuan sendiri. Ciri-ciri serta kepribadian tadi tentunya menyesuaikan memakai
pandangan hidup masyarakat lebih kurang supaya tidak terjadi pergeseran nilai-nilai. Kearifan lokal
merupakan galat satu wahana pada watak kebudayaan danmempertahankan diri berasal kebudayaan
asing yang tidak baik. Kearifan lokal ialah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta aneka macam
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan sang warga lokal dalam menjawab banyak
sekali dilema pada pemenuhan kebutuhan mereka. Pada bahasa asing seringkali pula dikonsepsikan
menjadi kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau
kecerdasan setempat lokal. Aneka macam seni manajemen dilakukan oleh masyarakat setempat untuk
menjaga kebudayaannya. Jika dilihat, 'kearifan' secara bahasa, bisa diartikan menjadi kebijaksanaan
atau kecerdasan atau kepandaian; dan pengertian 'lokal' di hal ini diartikan menjadi ruang yang luas,
bersikap secara terbatas, wilayah, setempat. Kearifan lokal dalam konteks ini ialah kebijakan atau
kecerdasan atau nalar budi yang dimiliki sang warga setempat pada upaya bertindak mengatasi kesulitan
atau pertarungan diwilayahnya.

2
DAFTAR ISI

PRAKATA ·······························································································
DAFTAR ISI ·····························································································
BAB 1 PERAN DAN TANTANGAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BAGIAN
NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA
A. Pendahuluan ············································································
B. Jenis-Jenis Kearifan Lokal ······························································
C. Tantangan Utama Pengembangan Nilai-Nilai Kearifan Lokal ····················
D. Cara Menghadapi Dampak Negatif Globalisasi Sebagai Tantangan dalam
Menyebarkan Nilai Kearifan Lokal ·····················································
E. Contoh Kearifan Lokal pada Indonesia ··················································
BAB 2 NILAI, NORMA, KEPERCAYAAN DAN PANTANGAN DALAM
MASYARAKAT
A. Pendahuluan ·········································································
B. Pengertian Pantangan atau Pamali dalam Masyarakat····························
C. Nilai-Nilai Pantangan dalam Masyarakat ············································
D. Norma Pantangan dalam Masyarakat ·················································
E. Kepercayaan Pantangan dalam Masyarakat ··········································
F. Pandangan Masyarakat Terhadap Pantangan atau Pamali ························
G. Contoh Pantangan atau Pamali dalam Masyarakat ·································
BAB 3 PELESTARIAN, KONSERVASI, DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA
ALAM DAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL
A. Pendahuluan ················································································
B. Kearifan Lokal ·················································································
C. Sumber Daya Alam dan Lingkungan ·····················································
D. Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal······
E. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal·······
F. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal····

3
BAB 4 KEARIFAN LOKAL DALAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN SUMBER
DAYA MANUSIA
A. Pendahuluan ····················································································
B. Konsep Dasar Kearifan Lokal ·······························································
C. Integrasi Kearifan Lokal dalam Pembangunan IPTEK ·······························
D. Kearifan Lokal dalam Pendidikan dan Pembelajaran ·································
E. Tantangan dan Peluang dalam Mengembangkan Kearifan Lokal dalam
Pengembangan IPTEK dan Sumber Daya Manusia····································
BAB 5 PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN SEBAGAI IDENTITAS
NASIONAL
A. Pendahuluan ·················································································
B. Pengertian Identitas dan Identitas Nasional Indonesia ······························
C. Nilai-Nilai Kebudayaan dan Kesenian ·············································· ··
D. Relevansi antara Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian dengan Identitas
Nasional ·······················································································
E. Urgensi Identitas Nasional bagi Bangsa Indonesia ····································
F. Upaya Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian ··········································
BAB 6 KEDUDUKAN HUKUM ADAT INDONESIA
A. Pendahuluan………………………………………………………………………….
B. Pengertian Hukum Adat…………………………………………………………….
C. Sifat dan Corak Hukum Adat………………………………………………………
D. Dasar Berlakunya Hukum Adat……………………………………………………
E. Sistem Hukum Adat…………………………………………………………………
F. Hukum Adat dalam Sistem Hukum Indonesia
BAB 7 STRATEGI MENJAGA EKSISTENSI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI
IDENTITAS NASIONAL
A. Pendahuluan…………………………………………………………………………
B. Konsep Kearifan Lokal dan Fungsinya……………………………………………
C. Dimensi dan Pengaturan Kearifan Lokal di Indonesia Sebagai Bagian
Kebudayaan………………………………………………………………………….
D. Kearifan Lokal dan Konsep Sustainability………………………………………..
E. Strategi Menjaga Eksistensi Kearifan Lokal……………………………………...

4
BAB 8 KEARIFAN LOKAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
A. Pendahuluan…………………………………………………………………………..
B. Pengertian Kearifan Lokal Pendukung Pariwisata………………………………...
C. Kearifan Budaya Lokal……………………………………………………………….
D. Kearifan Lokal Makanan…………………………………………………………….
E. Daya Dukung Pertanian untuk Menarik Wisatawan……………………………….
BAB 9 KEARIFAN LOKAL DALAM BIDANG PERTANIAN, PERKEBUNAN,
PERIKANAN
A. Pendahuluan……………………………………………………………………………
B. Pengertian Kearifan Lokal……………………………………………………………
C. Kearifan Lokal di Bidang Pertanian…………………………………………………
D. Kearifan Lokal di Bidang Perkebunan………………………………………………
E. Kearifan Lokal di Bidang Perikanan………………………………………………..
BAB 10 MITIGASI BENCANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
A. Pendahuluan………………………………………………………………………….
B. Definisi Kearifan Lokal………………………………………………………………
C. Ciri, Fungsi, dan Manfaat Kearifan…………………………………………………
D. Praktek Kearifan Lokal di Pulau Jawa……………………………………………..
E. Kearifan Pangan Lokal dalam Mengurangi Risiko Terjadinya Bencana Alam….
F. Kearifan Lokal Sebagai Aset Budaya Bangsa……………………………………….
G. Kearifan Pangan Lokal dalam Mengurangi Risiko Terjadinya Bencana Alam…..

5
BAB 1
PERAN DAN TANTANGAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BAGIAN NILAI
LUHUR BANGSA INDONESIA

Pendahuluan
Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah atau bangsa.
Kearifan lokal memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan karakter bangsa
Indonesia. Apa yang dimaksud dengan Kearifan local? Kearifan local adalah segala sesuatu
yang merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu
masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Hal
ini mencakup beragam aspek, mulai dari petuah, pantun, cerita rakyat, hingga karya seni dan
kerajinan tangan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan budaya suatu wilayah.
Kearifan lokal juga mencerminkan cara hidup masyarakat, warisan dari generasi
terdahulu, dan seringkali diwariskan secara turun-temurun. Nilai-nilai kearifan lokal
meliputi gotong royong, ikatan kekerabatan, musyawarah, dan solidaritas antar umat, serta
berperan dalam konservasi sumber daya alam dan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam konteks Indonesia, kearifan lokal memiliki peran penting dalam membentuk identitas
dan karakter bangsa, namun juga menghadapi tantangan akibat pengaruh globalisasi dan
modernisasi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai kearifan lokal menjadi krusial
dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya serta kearifan masyarakat
setempat.Namun, kearifan lokal saat ini menghadapi tantangan dalam pengembangan nilai-
nilainya. Oleh karena itu, penting untuk memahami peran dan tantangan kearifan lokal sebagai
bagian dari nilai luhur bangsa Indonesia.
Jenis-Jenis Kearifan Lokal
Kearifan lokal dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
a. Kearifan lokal sosial, seperti adat istiadat, upacara adat, dan tata cara pergaulan.
Kearifan lokal sosial adalah merupakan bagian dari kearifan lokal yang melibatkan aspek-
aspek kehidupan masyarakat dalam suatu daerah atau bangsa, seperti adat istiadat, upacara
adat, tata cara pergaulan, dan cara interaksi satu sama lain.Kearifan lokal sosial mencakup
beberapa aspek penting, antara lain:
1. Bertahan dari Gempuran Budaya Asing:
Kearifan lokal sosial mencerminkan kemampuan masyarakat untuk menjaga dan
mengembangkan kebudayaan mereka meskipun diperdengar oleh pengaruh budaya
asing
2. Mengakomodasi Budaya yang Berasal dari Luar:
Kearifan lokal sosial memiliki kemampuan mengakomodasi budaya yang berasal dari
luar dan menggabungkannya dengan kebudayaan lokal
3. Mempersiapkan Generasi Berikut:
Kearifan lokal sosial memainkan peran penting dalam mempersiapkan generasi berikut
untuk menjaga dan mengembangkan kearifan local. Hal ini mencakup pendidikan,
kesehatan, dan cara hidup Bersama

6
4. Kerjasama dengan Pemangku Kepentingan:
Kearifan lokal sosial memungkinkan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk
bekerjasama dalam mengembangkan dan menjaga kearifan local
5. Mengintegrasikan Kebijakan dan Filosofi Hidup:
Kearifan lokal sosial mencakup beberapa kebijakan dan filosofi hidup yang
mengakomodasi kebijakan dan cara hidup masyarakat.
Dalam konteks Indonesia, kearifan lokal sosial memiliki peran penting dalam menjaga dan
mengembangkan identitas dan karakter bangsa, serta dalam menghadapi tantangan terhadap
pengaruh globalisasi dan modernisasi. Oleh karena itu, pemahaman dan pengembangan
kearifan lokal sosial menjadi krusial dalam mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai
bagian penting dari identitas dan karakter bangsa Indonesia.
b. Kearifan lokal ekonomi, seperti sistem pertanian, perikanan, dan kerajinan.
Kearifan lokal ekonomi merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan praktik
ekonomi yang dimiliki oleh suatu masyarakat di wilayah tertentu. Kearifan lokal
ekonomi mencakup sistem pertanian, perikanan, kerajinan, dan praktik ekonomi
lainnya yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal ekonomi juga mencakup
nilai-nilai, norma, dan etika dalam berdagang, berproduksi, dan berinteraksi ekonomi
lainnya.
Kearifan lokal ekonomi memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi
lokal, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks
Indonesia, kearifan lokal ekonomi menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan
ekonomi kreatif dan ekonomi berkelanjutan. Dengan memahami dan menghargai
kearifan lokal ekonomi, masyarakat dan pemangku kepentingan dapat menciptakan
solusi yang sesuai untuk pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan inklusif.
Contoh kearifan lokal ekonomi di Indonesia antara lain adalah sistem pertanian
subak di Bali, sistem irigasi tradisional di Jawa, dan kerajinan tangan seperti batik dan
tenun. Sistem pertanian subak di Bali, misalnya, merupakan sistem pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Sistem irigasi tradisional di Jawa juga telah diwariskan secara turun-temurun dan
memungkinkan masyarakat untuk mengelola sumber daya air secara efektif. Kerajinan
tangan seperti batik dan tenun juga merupakan kearifan lokal ekonomi yang telah
diwariskan secara turun-temurun dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat di
wilayah tertentu

c. Kearifan lokal lingkungan, seperti sistem pengelolaan sumber daya alam dan
kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan.
Kearifan lokal lingkungan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan praktik
masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan alam mereka. Hal ini mencakup
perilaku, kebijakan, dan tradisi yang memungkinkan masyarakat untuk hidup
berdampingan dengan alam tanpa merusaknya. Kearifan lokal lingkungan juga
mencakup upaya pelestarian sumber daya alam, konservasi lingkungan, dan
pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam konteks Indonesia,
kearifan lokal lingkungan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, dan merawat lingkungan untuk
generasi mendatang. Melalui pemahaman dan pengembangan kearifan lokal
lingkungan, masyarakat dan pemangku kepentingan dapat menciptakan solusi yang
sesuai untuk pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

7
Tantangan Utama Pengembangan Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Pengembangan nilai-nilai kearifan lokal menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
a. Globalisasi yang membawa pengaruh budaya asing dan mengancam
keberlangsungan kearifan lokal.
Globalisasi membawa pengaruh budaya asing dan mengancam
keberlangsungan kearifan lokal dengan berbagai cara. Salah satu dampak globalisasi
adalah perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung lebih modern, yang dapat
menyebabkan masyarakat memilih kebudayaan baru yang dianggap lebih praktis
daripada kebudayaan lokal mereka. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya minat
generasi penerus untuk mempelajari dan mewarisi kearifan lokal mereka sendiri, yang
pada gilirannya dapat mengancam keberlangsungan dan pelestarian kearifan lokal.
Selain itu, masuknya budaya asing juga dapat mengancam keberadaan kearifan lokal
karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan budaya lokal mereka.
Dengan demikian, globalisasi dapat mempengaruhi pelestarian kearifan lokal dan
menimbulkan ancaman terhadap eksistensi dan keberlangsungan kearifan lokal di
tengah arus budaya asing yang masuk. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan
pengembangan kearifan lokal menjadi penting dalam menghadapi dampak globalisasi
terhadap budaya lokal. Contohnya, masuknya budaya asing ke Indonesia dapat
mengancam keberlangsungan kearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan seperti
bahasa, fashion, musik, film, makanan, dan teknologi. Pengaruh budaya asing juga
dapat dirasakan dalam pergeseran nilai-nilai budaya lokal yang condong ke Barat, yang
dapat mengancam eksistensi kearifan lokal

b. Modernisasi yang mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.


Modernisasi adalah proses perubahan dalam masyarakat yang melibatkan
perubahan pola pikir dan perilaku. Hal ini terjadi ketika masyarakat mulai mengadopsi
nilai-nilai, teknologi, dan pola pikir baru yang sering kali berasal dari budaya asing atau
perkembangan internal. Dampak modernisasi dapat terlihat dalam perubahan pola pikir
masyarakat, di mana nilai-nilai tradisional dapat tergeser oleh nilai-nilai modern. Selain
itu, modernisasi juga dapat memengaruhi perilaku masyarakat, seperti gaya hidup, cara
berpikir, dan interaksi sosial.
Contoh dari dampak modernisasi yang mengubah pola pikir dan perilaku
masyarakat dapat dilihat dalam adopsi teknologi komunikasi. Seiring dengan
perkembangan teknologi, masyarakat menjadi lebih tergantung pada perangkat
teknologi seperti ponsel pintar dan media sosial. Hal ini memengaruhi cara masyarakat
berkomunikasi, mencari informasi, dan bahkan cara mereka memandang dunia. Selain
itu, modernisasi juga dapat memengaruhi pola pikir masyarakat terkait nilai-nilai, di
mana nilai-nilai tradisional dapat tergeser oleh nilai-nilai modern yang lebih
individualistik dan konsumtif.
Dengan demikian, modernisasi dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku
masyarakat secara signifikan, baik melalui adopsi nilai-nilai baru maupun melalui
perkembangan teknologi dan gaya hidup.

c. Kurangnya perhatian dan pemahaman masyarakat terhadap kearifan lokal.


Kurangnya perhatian dan pemahaman masyarakat terhadap kearifan lokal
merujuk pada rendahnya kesadaran dan pemahaman mengenai nilai-nilai, pengetahuan,
dan praktik kearifan lokal di suatu wilayah. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor,

8
termasuk modernisasi, globalisasi, dan perubahan pola pikir masyarakat. Kurangnya
perhatian dan pemahaman ini dapat mengancam pelestarian dan keberlanjutan kearifan
lokal, karena masyarakat cenderung kurang peduli dan tidak melestarikan warisan
budaya dan pengetahuan lokal yang mereka miliki.
Sebagai contoh, kurangnya perhatian dan pemahaman masyarakat terhadap
kearifan lokal dapat terlihat dalam berkurangnya minat generasi muda untuk
mempelajari dan meneruskan praktik kearifan lokal, seperti kerajinan tangan
tradisional, musik daerah, atau pengetahuan lokal tentang pengelolaan lingkungan.
Selain itu, kurangnya perhatian dan pemahaman juga dapat tercermin dalam minimnya
dukungan terhadap upaya pelestarian kearifan lokal, seperti kurangnya partisipasi
dalam festival budaya, kurangnya investasi dalam pendidikan kearifan lokal, atau
minimnya promosi terhadap produk-produk lokal yang berhubungan dengan kearifan
lokal.
Dengan demikian, kurangnya perhatian dan pemahaman masyarakat terhadap
kearifan lokal dapat menjadi hambatan dalam melestarikan dan mengembangkan
kearifan lokal. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat mengenai kearifan lokal melalui pendidikan, promosi budaya, dan
partisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung pelestarian kearifan local

Cara Menghadapi Dampak Negatif Globalisasi Sebagai Tantangan dalam Menyebarkan


Nilai Kearifan Lokal
Dampak negatif globalisasi dapat dihadapi dengan beberapa cara, antara lain:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kearifan lokal.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kearifan lokal merujuk
pada upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat
mengenai nilai dan keunikan kearifan lokal, serta dampak positif dari mempertahankan
dan mengembangkan kearifan lokal bagi identitas dan keberlanjutan budaya suatu
daerah. Hal ini melibatkan pendekatan edukasi, promosi, dan partisipasi aktif
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung pelestarian kearifan lokal.
Sebagai contoh, upaya pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal dalam
mengadakan festival budaya, lokakarya kerajinan tradisional, atau program pendidikan
kearifan lokal di sekolah-sekolah merupakan langkah konkret untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kearifan lokal. Selain itu, promosi produk-
produk lokal yang berhubungan dengan kearifan lokal, seperti kerajinan tangan,
pakaian adat, atau makanan tradisional, juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kearifan lokal.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kearifan lokal,
diharapkan masyarakat akan lebih terlibat dalam upaya pelestarian dan pengembangan
kearifan lokal, sehingga warisan budaya dan pengetahuan lokal dapat terus dilestarikan
dan diwariskan kepada generasi mendatang.

b. Meningkatkan promosi dan pemasaran produk-produk kearifan lokal.


Meningkatkan promosi dan pemasaran produk-produk kearifan lokal
melibatkan beberapa langkah penting untuk membangun dan meningkatkan daya saing
industri lokal. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diadopsi:

9
Peningkatan kualitas produk:
Fokus pada pengembangan produk yang berkualitas tinggi dan inovatif,
sehingga masyarakat menghargai dan maupilih produk lokal lebih sering

Pemasaran yang efektif:


Menggunakan strategi pemasaran yang tepat, seperti memanfaatkan media
sosial, menggunakan iklan, dan melakukan promosi melalui acara atau pameran.

Pengembangan sumber daya manusia:


Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam membuat
dan mengelola produk lokal, seperti cara membuat dan mengelola usaha.

Pelatihan dan pendampingan:


Mengorganisir pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat untuk membelaji
cara membuat dan mengelola produk lokal, serta meningkatkan kesadaran tentang
peran dan tanggung jawab dalam memahami kearifan local.

Pengembangan jaringan bisnis:


Membangun jaringan bisnis dengan toko lokal, pasar tradisional, dan pasar
online untuk meningkatkan akses pasar dan meningkatkan penjualan produk lokal
Contohnya, desa Batu Menyan mengimplementasikan kearifan lokal melalui
pengembangan pertanian organik dan pemberdayaan perempuan desa. Dengan
mengembangkan teknik pengolahan produk pertanian tradisional menjadi produk
olahan yang siap jual, pengembangan produk ekowisata, dan pemberdayaan perempuan
desa, masyarakat desa dapat menghasilkan pendapatan tambahan dan menjaga
lingkungan

c. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan terkait kearifan lokal.


Meningkatkan pendidikan dan pelatihan terkait kearifan lokal melibatkan
beberapa langkah penting untuk membangun dan meningkatkan daya saing industri
lokal. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diadopsi.

Mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum pendidikan:


Menghasilkan syarat dan materi pembelajaran yang menjelaskan kearifan lokal
dan mengintegrasikannya dalam proses pendidikan, seperti membuat buku teks, atau
mengembangkan pelatihan guru-guru bahasa Indonesia untuk mengajarkan kearifan
local.

Mendorong pelatihan dan pendampingan lokal:


Mengadopsi program pelatihan dan pendampingan yang menargetkan
masyarakat dan pemangku kepentingan lokal, seperti peternakan tradisional, seni
tangan, atau cara membuat kerajinan local.

Meningkatkan kolaborasi antara masyarakat dan institusi pendidikan:


Membangun jaringan kolaboratif antara masyarakat, sekolah, dan lembaga
pendidikan untuk mendukung pengembangan kearifan lokal, seperti dalam program
pengembangan pendidikan bahasa, budaya, atau keterampilan praktis.

10
Mengembangkan jaringan sosial dan ekonomi yang mendukung kearifan lokal:
Membangun jaringan sosial dan ekonomi yang mendukung kearifan lokal,
seperti kerjasamaan dengan organisasi produk lokal, cooperatif, atau asosiasi, serta
inisiatif untuk mendukung pengembangan kearifan local.

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peran dan


tanggung jawab dalam memahami kearifan lokal:
Melakukan pelatihan dan acara yang meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang peran dan tanggung jawab dalam memahami kearifan lokal, seperti sesi,
diskusi, atau pelatihan terkait kearifan local.
Contohnya, di Desa Mojorejo, pendidikan dan pelatihan terkait kearifan lokal
menjadi semangat penting dalam pengembangan industri lokal. Pelatihan dan
pendampingan lokal dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari remaja hingga anak-
anak, untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peran dan
tanggung jawab dalam memahami kearifan local. Selain itu, kurikulum pendidikan di
Desa Mojorejo mengintegrasikan kearifan lokal melalui mengembangkan buku teks
yang menjelaskan kearifan lokal dan menggambarkan kearifan lokal dalam mata
pelajaran.
Contoh Kearifan Lokal pada Indonesia
Indonesia memiliki banyak kearifan lokal yang beragam, antara lain:
a. Kearifan lokal dalam seni dan budaya, seperti tari, musik, dan seni ukir.
b. Kearifan lokal dalam sistem pertanian, seperti sistem irigasi subak di Bali.
c. Kearifan lokal dalam pengobatan tradisional, seperti jamu dan akupuntur.

Note :
Kearifan lokal dan budaya adalah dua konsep yang saling berkaitan, tetapi tidak sama
pengertiannya. Kearifan lokal adalah bagian dari budaya suatu masyarakat yang
mencerminkan cara hidup, nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, dan hukum adat
yang berkembang secara turun-temurun di wilayah tertentu. Budaya adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangkaian kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Jadi, kearifan lokal adalah salah satu aspek
atau produk dari budaya, tetapi tidak mencakup seluruhnya. Budaya juga mencakup unsur-
unsur lain seperti bahasa, seni, teknologi, agama, dan lain-lain. Kearifan lokal biasanya lebih
spesifik dan khas untuk suatu masyarakat atau daerah, sedangkan budaya bisa lebih luas dan
beragam. Contohnya, kearifan lokal di Indonesia adalah hukum sasi, gotong royong,
sambatan, dan lain-lain. Budaya di Indonesia adalah bahasa Indonesia, batik, wayang, Islam,
dan lain-lain.
Budaya berasal dari kata Budi dan Daya yang mana Budi berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu
buddhi, yang berarti akal atau pikiran. Budi adalah unsur rohani dalam kebudayaan yang
mencerminkan nilai, norma, etika, dan kepercayaan manusia
Daya berasal dari bahasa Sanskerta juga, yaitu dha, yang berarti mengandung, memelihara,
atau menumbuhkan. Daya adalah unsur jasmani dalam kebudayaan yang mencerminkan
perbuatan, ikhtiar, atau usaha manusia. Jadi, budi dan daya adalah dua unsur yang saling
melengkapi dalam kebudayaan. Budi dan daya adalah daya yang berasal dari budi, atau akal
dan usaha manusia untuk mengolah dan mengubah alam

11
BAB 2
NILAI, NORMA, KEPERCAYAAN DAN PANTANGAN
DALAM MASYARAKAT

A. Pendahuluan
 Latar belakang mengenai pentingnya kearifan lokal
Kearifan lokal merujuk pada pengetahuan dan praktik yang berkembang dalam
masyarakat setempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Mempelajari
kearifan lokal dapat membantu memahami budaya dan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat setempat serta memperkaya referensi akan sejarah. Mempelajari
kearifan lokal dapat membantu kita untuk lebih menghargai dan memahami
keberagaman budaya serta meningkatkan kemampuan literasi. Mempejarai kearifan
local mencakup pemahaman konseptual akan nilai-nilai yang terkandung serta
praktik-praktik akan kearifan lokal yang masih dilestarikan dalam masyarakat
setempat

 Tujuan memahami nilai, norma, kepercayaan, dan pantangan dalam


masyarakat
Memahami nilai, norma, kepercayaan, dan pantangan dalam masyarakat memiliki
tujuan yang penting. Hal ini dapat membantu seseorang untuk memahami budaya
dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat setempat, serta memperkaya referensi
terhadap pengetahuan mengenai sejarah. Selain itu, memahami nilai, norma,
kepercayaan, dan pantangan dalam masyarakat juga dapat membantu seseorang
untuk menghargai dan memahami keberagaman budaya serta meningkatkan
kemampuan literasi. Selain itu, memahami nilai, norma, kepercayaan, dan
pantangan dalam masyarakat juga dapat membantu seseorang untuk menghindari
perilaku yang tidak pantas dan melanggar norma yang berlaku dalam
masyarakat. Didalam mempelajari yang dibahas yaitu mengenai nilai, norma,
kepercayaan, dan pantangan dalam masyarakat, kita akan mempelajari konsep-
konsep tersebut, nilai-nilai yang terkandung dalamnya, serta praktik-praktik yang
masih dilestarikan dalam masyarakat setempat

B. Pengertian Pantangan atau Pamali dalam Masyarakat


 Definisi pantangan atau pamali
Pamali, juga dikenal sebagai pemali atau pantangan, merujuk pada larangan atau
larangan yang berdasarkan adat dan kebiasaan dalam masyarakat. Pamali
diwariskan secara turun-temurun dan umumnya digunakan oleh masyarakat di
pedesaan maupun perkotaan. Larangan-larangan ini dapat berkaitan dengan
berbagai aspek kehidupan, seperti keseharian, kebersihan, atau interaksi sosial.
Pamali dapat berasal dari pengalaman-pengalaman masyarakat dan diintegrasikan
dalam bentuk larangan atau pantangan.
Pamali memiliki peran penting dalam menjaga tata kehidupan masyarakat dan
seringkali merupakan bagian dari kearifan lokal. Larangan-larangan ini dapat
bervariasi antar daerah dan budaya, dan umumnya diajarkan oleh orang tua kepada
anak-anak mereka. Pamali juga dapat memiliki nilai-nilai moral, kepercayaan, dan
simbol dari kebudayaan tertentu. Meskipun ada yang menganggap pamali sebagai

12
mitos, larangan-larangan ini tetap dijunjung tinggi dan dihormati dalam
masyarakat.
Sebagai contoh, dalam budaya Sunda, terdapat berbagai contoh pamali seperti
larangan duduk di depan pintu, larangan makan pantat ayam, atau larangan
menggunting kuku di malam hari. Larangan-larangan ini seringkali memiliki makna
dan nilai edukatif, seperti menjaga kesehatan atau menghormati orang lain. Dalam
konteks yang lebih luas, pamali juga dapat dilihat sebagai bagian dari kearifan lokal
yang turun-temurun dan memainkan peran penting dalam membentuk tata nilai dan
norma dalam masyarakat

 Signifikansi pantangan dalam kehidupan masyarakat


Pantangan atau pamali memiliki signifikansi yang kuat dalam kehidupan
masyarakat. Berikut adalah beberapa aspek signifikansi pantangan dalam
kehidupan masyarakat:
Penghormatan terhadap Tradisi dan Kearifan Lokal: Pantangan merupakan bagian
integral dari tradisi dan kearifan lokal suatu masyarakat. Dengan mematuhi
pantangan, masyarakat dapat memelihara dan menghormati warisan budaya mereka

1. Pengaturan Perilaku Sosial


Pantangan membantu mengatur perilaku sosial masyarakat. Hal ini dapat
mencakup larangan-larangan terkait dengan interaksi sosial, kebersihan, atau
tata krama. Dengan demikian, pantangan dapat memperkuat norma-norma
sosial yang dianggap penting dalam masyarakat

2. Penghormatan terhadap Sesama


Dengan mematuhi pantangan, masyarakat juga menunjukkan penghormatan
terhadap sesama. Hal ini karena pantangan seringkali melibatkan larangan-
larangan yang bertujuan untuk mencegah perilaku yang dianggap tidak pantas
atau mengganggu orang lain

3. Penghormatan terhadap Alam dan Lingkungan


Beberapa pantangan juga melibatkan larangan-larangan terkait dengan
hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar. Dengan demikian,
pantangan juga dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga alam
dan lingkungan

Secara keseluruhan, pantangan memiliki signifikansi yang kuat dalam memelihara


tradisi dan kearifan lokal, mengatur perilaku sosial, menunjukkan penghormatan
terhadap sesama, dan menjaga keseimbangan dengan alam dan lingkungan sekitar

 Karakteristik pantangan dalam berbagai budaya


Karakteristik pantangan dalam berbagai budaya dapat dikategorikan menjadi
beberapa kelompok utama, yang mencakup aspek-aspek seperti kepercayaan, nilai-
nilai, simbol, dan perilaku. Berikut adalah beberapa karakteristik penting dari
pantangan dalam berbagai budaya.

13
1. Kepercayaan
Pantangan seringkali didasarkan pada kepercayaan masyarakat dalam ajaran-
ajaran yang berbeda. Misalnya, dalam tradisi Jawa, pantangan seperti "Ora
elok" mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap ajaran yang berbahaya.

2. Nilai-nilai
Pantangan juga memiliki nilai-nilai yang berbeda tergantung pada budaya dan
kepercayaan masyarakat. Misalnya, dalam tradisi Sunda, pantangan mengenai
makananak pisang harus dilakukan dengan tertutup, menunjukkan nilai-nilai
masyarakat terhadap kebersihan

3. Simbol
Pantangan seringkali memiliki simbol yang berbeda tergantung pada budaya
dan kepercayaan masyarakat. Misalnya, dalam tradisi Jawa, pantangan berfoto
bersama dalam jumlah ganjil mencerminkan simbol kepercayaan terhadap
orang tua dan keluarga.

4. Perilaku
Pantangan juga mengatur perilaku masyarakat, seperti cara menyapa,
berinteraksi sosial, atau menjaga kebersihan. Misalnya, dalam tradisi Jawa,
pantangan mengenai menyapu di malam hari mencerminkan perilaku yang
dihormati oleh masyarakat.

5. Pengaruh sosial
Pantangan juga mempengaruhi hubungan antara individu dengan masyarakat,
keluarga, dan komunitas. Misalnya, dalam tradisi Jawa, pantangan mengenai
mengunting kuku malam hari mencerminkan perilaku yang dihormati oleh
masyarakat dan mencerminkan hubungan antara anak-anak dan orang tua.

Secara keseluruhan, karakteristik pantangan dalam berbagai budaya mencakup


kepercayaan, nilai-nilai, simbol, dan perilaku, serta mempengaruhi hubungan antara
individu dengan masyarakat, keluarga, dan komunitas. Pantangan juga memiliki
pengaruh sosial dan mencerminkan perilaku yang dihormati oleh masyarakat

C. Nilai-Nilai Pantangan dalam Masyarakat


 Nilai-nilai positif yang mendasari adanya pantangan (misalnya, harmoni,
solidaritas)
Pantangan atau pamali dalam berbagai budaya memiliki nilai-nilai positif yang
mendasarinya. Beberapa nilai-nilai positif tersebut antara lain:
Menghormati Tradisi dan Kearifan Lokal: Pantangan merupakan bagian integral
dari tradisi dan kearifan lokal suatu masyarakat. Dengan mematuhi pantangan,
masyarakat dapat memelihara dan menghormati warisan budaya mereka.

1. Menghargai Sesama:
Dengan mematuhi pantangan, masyarakat juga menunjukkan penghormatan
terhadap sesama. Hal ini karena pantangan seringkali melibatkan larangan-
larangan yang bertujuan untuk mencegah perilaku yang dianggap tidak pantas
atau mengganggu orang lain.

14
2. Menghargai Alam dan Lingkungan:
Beberapa pantangan juga melibatkan larangan-larangan terkait dengan
hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar. Dengan demikian,
pantangan juga dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga alam
dan lingkungan.

3. Mengajarkan Nilai-Nilai Moral:


Pantangan seringkali mengandung nilai-nilai moral yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Misalnya, pantangan terhadap perilaku yang tidak sopan
atau tidak pantas dapat membantu memperkuat norma-norma sosial yang
dianggap penting dalam masyarakat.

4. Mengajarkan Disiplin:
Pantangan juga dapat mengajarkan disiplin dan tanggung jawab. Misalnya,
pantangan terhadap perilaku yang tidak pantas atau mengganggu orang lain
dapat membantu memperkuat norma-norma sosial yang dianggap penting
dalam masyarakat

Secara keseluruhan, pantangan memiliki nilai-nilai positif yang mendasarinya,


seperti menghormati tradisi dan kearifan lokal, menghargai sesama, menghargai
alam dan lingkungan, mengajarkan nilai-nilai moral, dan mengajarkan disiplin.
Dengan mematuhi pantangan, masyarakat dapat memelihara dan menghormati
warisan budaya mereka, serta memperkuat norma-norma sosial yang dianggap
penting dalam masyarakat

 Nilai-nilai negatif yang mendasari adanya pantangan (misalnya,


marginalisasi, ketidakpastian)
Nilai-nilai negatif yang mendasari adanya pantangan mencakup beberapa aspek,
seperti:
Pemisahan dan Ketertiban: Pantangan dapat memisahkan dan menghetiskan anak-
anak dari keluarga, yang dapat mengakibatkan ketertiban dan pemisahan antara
mereka

1. Mengabaikan Pendidikan:
Pantangan yang diterapkan pada anak-anak dapat mengabaikan pendidikan
mereka, karena masyarakat seringkali memberikan justifikasi penting untuk
menghentikan pendidikan anak-anak

2. Mengabaikan Karier:
Pantangan juga dapat mengabaikan karier anak-anak, karena masyarakat
seringkali memberikan justifikasi penting untuk menghentikan karier anak-anak

3. Mengabaikan Perencanaan:
Pantangan yang diterapkan pada anak-anak dapat mengabaikan perencanaan
mereka, karena masyarakat seringkali memberikan justifikasi penting untuk
menghentikan perencanaan anak-anak

15
4. Mengabaikan Peluang Pendidikan:
Pantangan yang diterapkan pada anak-anak dapat mengabaikan peluang
pendidikan mereka, karena masyarakat seringkali memberikan justifikasi
penting untuk menghentikan pendidikan anak-anak.

Secara keseluruhan, adanya beberapa nilai-nilai negatif yang mendasari adanya


pantangan, seperti pemisahan dan ketertiban, mengabaikan pendidikan,
mengabaikan karier, mengabaikan perencanaan, dan mengabaikan peluang
pendidikan

 Hubungan antara pantangan dan keberlangsungan budaya


Hubungan antara pantangan dan keberlangsungan budaya sangat erat, karena
pantangan seringkali berasal dari tradisi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda
masyarakat. Berikut adalah beberapa hubungan antara pantangan dan
keberlangsungan budaya:

1. Kepustakaan dan Warisan Budaya:


Pantangan membantu mengahami dan menjaga kepustakaan dan warisan
budaya masyarakat. Dengan mematuhi pantangan, masyarakat menjaga dan
menghormati tradisi, kearifan, dan larangan yang berbeda

2. Kesadaran dan Pemahaman:


Pantangan membantu mengembangkan kesadaran dan pemahaman terhadap
budaya lain. Hal ini karena pantangan seringkali memiliki latar belakang yang
berbeda, yang mencerminkan perbedaan dalam kepercayaan, nilai-nilai, dan
cara hidup masyarakat lain.

3. Perilaku dan Norma Sosial:


Pantangan mempengaruhi perilaku dan norma sosial masyarakat. Dengan
mematuhi pantangan, masyarakat dapat memperkuat norma-norma sosial yang
dianggap penting dalam masyarakat, seperti cara menyapa, berinteraksi sosial,
atau menjaga kebersihan

4. Kohesi dan Ketertiban:


Pantangan juga mempengaruhi hubungan antara anak-anak dan keluarga, serta
kohesi dan ketertiban dalam masyarakat. Misalnya, pantangan dapat
memisahkan dan menghetiskan anak-anak dari keluarga, yang dapat
mengakibatkan ketertiban dan pemisahan antara mereka

5. Pengaruh Sosial:
Pantangan memiliki pengaruh sosial yang signifikan dalam masyarakat. Hal ini
karena pantangan seringkali mempengaruhi bagaimana masyarakat berinteraksi
satu sama lain, terutama dalam hal-hal seperti mengunting kuku malam hari,
menyapu di malam hari, atau menjadi paugeran atau aturan terhadap berbagai
perilaku.

Secara keseluruhan, hubungan antara pantangan dan keberlangsungan budaca erat


karena pantangan berasal dari tradisi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda
masyarakat, dan memiliki dampak signifikan pada kepustakaan dan warisan

16
budaya, kesadaran dan pemahaman, perilaku dan norma sosial, kohesi dan
ketertiban, serta pengaruh sosial dalam masyarakat.

D. Norma Pantangan dalam Masyarakat


 Norma-norma yang mengatur pantangan dalam masyarakat
Pantangan dalam masyarakat diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Norma-norma ini mencakup beberapa aspek, seperti norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Berikut adalah penjelasan
singkat tentang norma-norma yang mengatur pantangan dalam masyarakat:

1. Norma Agama:
Norma agama berisi perintah dan larangan yang berasal dari ajaran agama.
Norma agama seringkali menjadi dasar bagi pantangan-pantangan dalam
masyarakat, seperti pantangan makanan tertentu atau pantangan dalam upacara
keagamaan

2. Norma Kesusilaan:
Norma kesusilaan berkaitan dengan tata krama dan sopan santun dalam
pergaulan masyarakat. Norma kesusilaan mencakup larangan-larangan terkait
dengan perilaku yang dianggap tidak sopan atau tidak pantas, seperti
menghormati orang yang lebih tua atau tidak meludah sembarangan.

3. Norma Kesopanan:
Norma kesopanan berkaitan dengan pergaulan manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Norma kesopanan mencakup larangan-larangan terkait dengan
perilaku yang dianggap tidak sopan atau tidak pantas, seperti berpamitan
dengan orang tua sebelum pergi atau santun dalam bertutur kata

4. Norma Hukum:
Norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam
pergaulan masyarakat dan dibuat bersifat memaksa sehingga perintah dan
larangan dalam norma hukum harus ditaati oleh masyarakat. Norma hukum
mencakup larangan-larangan terkait dengan perilaku yang dianggap melanggar
hukum, seperti melanggar lalu lintas atau melakukan tindakan criminal

Secara keseluruhan, pantangan dalam masyarakat diatur oleh norma-norma yang


berlaku dalam masyarakat, seperti norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, dan norma hukum. Norma-norma ini mencakup larangan-larangan
terkait dengan perilaku yang dianggap tidak sopan, tidak pantas, atau melanggar
hukum

 Peran norma dalam mempertahankan keberlangsungan pantangan


Norma memiliki peran penting dalam mempertahankan keberlangsungan
pantangan dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa peran norma dalam konteks
ini:

1. Mengatur Perilaku:
Norma-norma, seperti norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum,
mengatur perilaku masyarakat. Mereka menetapkan larangan dan perintah yang
membentuk dasar bagi pantangan-pantangan yang dihormati dalam masyarakat

17
2. Menghormati Tradisi dan Kearifan Lokal:
Norma-norma membantu memelihara dan menghormati tradisi dan kearifan
lokal. Mereka menegaskan pentingnya mematuhi aturan-aturan yang
diwariskan dari generasi ke generasi, termasuk pantangan-pantangan yang
menjadi bagian integral dari budaya masyarakat

3. Menciptakan Ketertiban Sosial:


Norma-norma juga berperan dalam menciptakan ketertiban sosial. Dengan
menegaskan larangan dan perintah, norma-norma membantu menjaga
keseimbangan dan harmoni dalam masyarakat, termasuk dalam konteks
mematuhi pantangan-pantangan yang diakui secara luas

4. Memberikan Sanksi:
Norma hukum memberikan sanksi bagi pelanggaran terhadap pantangan-
pantangan yang diatur oleh hukum. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pantangan-pantangan tersebut dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat, serta
untuk menjaga keberlangsungan nilai-nilai dan tradisi yang terkandung dalam
pantangan tersebut

Secara keseluruhan, norma memiliki peran krusial dalam mempertahankan


keberlangsungan pantangan dalam masyarakat. Mereka mengatur perilaku,
memelihara tradisi dan kearifan lokal, menciptakan ketertiban sosial, dan
memberikan sanksi bagi pelanggaran. Dengan demikian, norma-norma
berkontribusi secara signifikan dalam menjaga dan memelihara nilai-nilai yang
terkandung dalam pantangan-pantangan masyarakat

 Norma pantangan dalam konteks globalisasi dan modernisasi


Norma pantangan dalam konteks globalisasi dan modernisasi memiliki beberapa
peran penting yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Menjaga Kesanahan Budaya:


Dalam era globalisasi dan modernisasi, norma pantangan membantu
mengajarkan dan menjaga kesanakatan budaya yang berbeda masyarakat. Hal
ini penting karena globalisasi dan modernisasi seringkali mengarah pada
unifikasi budaya dan menyalah satu-satu budaya yang berbeda

2. Mengatur Perilaku dalam Globalisasi:


Norma pantangan memainkan peran penting dalam mengatur perilaku yang
dihadapi globalisasi dan modernisasi. Misalnya, norma agama, kesusilaan,
kesopanan, dan hukum mengatur bagaimana masyarakat berinteraksi satu sama
lain dan menyesuaikan diri dengan perubahan globalisasi dan modernisasi

3. Mengatasi Konflik dan Perpecahan:


Tujuan utama norma dan peraturan adalah untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban dalam masyarakat. Dalam konteks globalisasi dan modernisasi,
norma pantangan membantu mengatasi konflik dan perpecahan dalam
masyarakat, yang mungkin terjadi karena perbedaan budaya dan perilaku yang
muncul seiring dengan perubahan globalisasi dan modernisasi.

18
4. Mengembangkan Etika dalam Era Digital:
Dalam era digital, norma pantangan memainkan peran penting dalam
mengembangkan etika pengguna digital. Misalnya, norma kesopanan yang
menghargai orang lain, santun dalam bertutur kata, dan menghormati orang
lebih tua dapat diterapkan dalam komunikasi dan interaksi dalam ruang digital

Secara keseluruhan, norma pantangan dalam konteks globalisasi dan modernisasi


memiliki peran penting dalam menjaga kesanakatan budaya, mengatur perilaku
dalam globalisasi dan modernisasi, mengatasi konflik dan perpecahan, dan
mengembangkan etika dalam era digital. Norma pantangan ini membantu
masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan globalisasi dan modernisasi
sambil menjaga nilai-nilai dan tradisi yang berbeda masyarakat

E. Kepercayaan Pantangan dalam Masyarakat


 Kaitan antara kepercayaan dan pantangan dalam konteks masyarakat
Kaitan antara kepercayaan dan pantangan dalam konteks masyarakat sangat erat,
karena pantangan seringkali didasari oleh kepercayaan dan ajaran yang diwariskan
dari generasi ke generasi. Berbagai kepercayaan, baik agama maupun kearifan
lokal, menjadi landasan bagi berbagai larangan dan pantangan yang dijunjung
tinggi dalam masyarakat. Sebagai contoh, dalam budaya Indonesia, terdapat
beragam pantangan yang didasari oleh kepercayaan dan ajaran yang diwariskan,
seperti larangan untuk menyapu di malam hari, larangan untuk makan buah pisang
di tempat terbuka, atau larangan untuk berfoto bersama dalam jumlah ganjil
Pantangan-pantangan ini tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-
hari, tetapi juga menjadi simbol dari kepercayaan dan ajaran yang dijunjung tinggi
dalam masyarakat. Dengan demikian, kaitan antara kepercayaan dan pantangan
dalam konteks masyarakat mencerminkan bagaimana nilai-nilai kepercayaan dan
ajaran yang diwariskan memengaruhi perilaku dan interaksi sosial dalam
masyarakat
Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, kaitan antara kepercayaan dan
pantangan juga mengalami perubahan. Perubahan pola hidup, nilai-nilai, dan arus
informasi dari berbagai budaya dapat memengaruhi pemahaman dan penerapan
pantangan dalam masyarakat. Namun, nilai-nilai kepercayaan dan ajaran yang
diwariskan tetap memegang peranan penting dalam membentuk dan
mempertahankan pantangan-pantangan dalam masyarakat, meskipun dalam
beberapa kasus, penafsiran dan penerapannya dapat mengalami evolusi seiring
dengan perubahan zaman

 Peran kepercayaan dalam mematuhi pantangan


Peran kepercayaan dalam mematuhi pantangan sangat kuat dalam konteks
masyarakat. Kepercayaan menjadi landasan utama bagi berbagai larangan dan
pantangan yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Misalnya, dalam budaya
Indonesia, terdapat beragam pantangan yang didasari oleh kepercayaan dan ajaran
yang diwariskan, seperti larangan untuk menyapu di malam hari, larangan untuk
makan buah pisang di tempat terbuka, atau larangan untuk berfoto bersama dalam
jumlah ganjil.
Kepercayaan memainkan peran krusial dalam membentuk identitas dan nilai-
nilai masyarakat. Dalam konteks ini, mematuhi pantangan menjadi cara bagi
individu untuk mengekspresikan dan memperkuat kepercayaan mereka terhadap
ajaran dan nilai-nilai yang diwariskan. Dengan mematuhi pantangan, masyarakat

19
juga menunjukkan penghormatan terhadap kepercayaan dan ajaran yang telah ada
sejak lama
Secara keseluruhan, kepercayaan memegang peranan penting dalam mematuhi
pantangan dalam masyarakat. Pantangan-pantangan ini tidak hanya menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi simbol dari kepercayaan dan ajaran
yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Dengan demikian, kaitan antara
kepercayaan dan pantangan dalam konteks masyarakat mencerminkan bagaimana
nilai-nilai kepercayaan dan ajaran yang diwariskan memengaruhi perilaku dan
interaksi sosial dalam masyaraka

 Waktu di mana kepercayaan pantangan mulai hilang


Tidak ada bukti konkret yang menunjukkan waktu spesifik di mana kepercayaan
terhadap pantangan mulai hilang secara luas. Namun, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dalam konteks globalisasi dan modernisasi, beberapa
masyarakat mulai melupakan atau menganggap remeh pantangan dan larangan
tradisional. Sebagai contoh, penelitian tentang pantangan dan larangan ritual
kematian suku Dayak Lundayeh menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap
pantangan dan larangan dalam ritual kematian mulai dilupakan karena banyak
masyarakat yang menganggapnya tidak relevan
Selain itu, artikel lain juga menyoroti bahwa dalam era modern, beberapa
pantangan dan larangan tradisional dianggap sebagai mitos dan mulai dilupakan
oleh sebagian masyarakat
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa keberlangsungan dan
relevansi pantangan dapat bervariasi antara masyarakat dan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk tingkat globalisasi, modernisasi, dan tingkat kepatuhan
terhadap tradisi dan kepercayaan.

F. Pandangan Masyarakat Terhadap Pantangan atau Pamali


 Dampak sosial dan psikologis dari pandangan masyarakat terhadap
pantangan
Dampak sosial dan psikologis dari pandangan masyarakat terhadap pantangan
dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya dan individu. Secara sosial,
pandangan terhadap pantangan dapat memengaruhi interaksi antarindividu dan
dinamika sosial dalam masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat yang masih
memegang teguh pantangan-pantangan, individu yang melanggarnya dapat
menghadapi tekanan sosial atau stigmatisasi. Di sisi lain, dalam masyarakat yang
mulai melupakan atau menganggap remeh pantangan, hal ini dapat memengaruhi
dinamika sosial dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
Secara psikologis, pandangan terhadap pantangan juga dapat memengaruhi
keyakinan dan perilaku individu. Individu yang tumbuh dalam lingkungan yang
memegang teguh pantangan-pantangan mungkin internalize nilai-nilai tersebut dan
merasa terikat untuk mematuhinya. Di sisi lain, individu yang mulai meragukan
atau mengabaikan pantangan-pantangan tersebut mungkin mengalami konflik
internal antara nilai-nilai yang dianut dan tuntutan sosial.
Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, pandangan terhadap pantangan
juga dapat memengaruhi bagaimana masyarakat dan individu menyesuaikan diri
terhadap perubahan nilai dan norma. Pandangan yang kuat terhadap pantangan
dapat menjadi hambatan dalam mengadopsi perubahan, sementara pandangan yang
lebih fleksibel dapat memungkinkan masyarakat untuk beradaptasi dengan
perubahan tersebut.

20
Secara keseluruhan, pandangan masyarakat terhadap pantangan dapat memiliki
dampak yang signifikan secara sosial dan psikologis, memengaruhi interaksi sosial,
nilai-nilai yang dijunjung tinggi, keyakinan, dan perilaku individu. Dalam konteks
globalisasi dan modernisasi, penting untuk memahami dinamika ini agar dapat
memfasilitasi perubahan nilai dan norma secara bijaksana dan berkelanjutan

 Perubahan pandangan terhadap pantangan seiring dengan modernisasi


Perubahan pandangan terhadap pantangan seiring dengan modernisasi dapat
mencakup beberapa aspek. Seiring dengan modernisasi, nilai-nilai tradisional
seringkali mengalami penurunan dalam beberapa masyarakat. Hal ini dapat
memengaruhi pandangan terhadap pantangan, di mana beberapa pantangan
tradisional dapat dianggap ketinggalan zaman atau tidak relevan dalam konteks
kehidupan yang semakin modern. Selain itu, modernisasi juga dapat membawa
perubahan dalam pola pikir dan nilai-nilai, yang dapat memengaruhi cara
masyarakat memandang dan mematuhi pantangan-pantangan tradisional. Misalnya,
nilai-nilai individualisme dan konsumtif yang sering terkait dengan modernisasi
dapat bertentangan dengan nilai-nilai kolektivisme dan keterbatasan konsumsi yang
mungkin menjadi dasar dari beberapa pantangan tradisional.
Namun, perubahan pandangan terhadap pantangan juga dapat bervariasi antara
masyarakat dan individu. Beberapa masyarakat mungkin tetap memegang teguh
nilai-nilai dan pantangan tradisional mereka, sementara yang lain mungkin lebih
terbuka terhadap perubahan. Selain itu, modernisasi juga dapat membawa
perubahan dalam pola pikir dan nilai-nilai, yang dapat memengaruhi cara
masyarakat memandang dan mematuhi pantangan-pantangan tradisional. Misalnya,
nilai-nilai individualisme dan konsumtif yang sering terkait dengan modernisasi
dapat bertentangan dengan nilai-nilai kolektivisme dan keterbatasan konsumsi yang
mungkin menjadi dasar dari beberapa pantangan tradisional.
Dengan demikian, perubahan pandangan terhadap pantangan seiring dengan
modernisasi dapat bervariasi antara masyarakat dan individu, dan dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk tingkat modernisasi, nilai-nilai yang dijunjung
tinggi, dan tingkat kepatuhan terhadap tradisi dan kepercayaan.

G. Contoh Pantangan atau Pamali dalam Masyarakat


 Studi kasus mengenai berbagai macam pantangan dalam masyarakat
Berikut adalah beberapa studi kasus mengenai berbagai macam pantangan dalam
masyarakat:

1. Pantangan Mekan Hidangan di Rumah Duka:


Studi kasus ini membahas persepsi masyarakat terhadap pantangan makan
hidangan di Rumah Duka. Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi
masyarakat terhadap pantangan ini sangat berbeda, mulai dari yang sangat
mematuhi hingga yang tidak mematuhi secara apa pun

2. Pantangan Makanan pada Suku Muyu di Papua:


Studi kasus ini menyelidiki tentang berbagai macam pantangan makanan pada
suku Muyu di Papua. Penelitian ini menemukan bahwa suku Muyu memiliki
berbagai pantangan makanan yang bervariasi tergantung pada kelompok usia,
jenis kewargan, dan ciri fisik makanan. Sebagai contoh, pantangan makanan
berwarna kuning karena khawatir perempuan Muyu akan melahirkan anak

21
berkulit kuning dan masyarakat Muyu menyaringkan beberapa pantangan
makanan berdasarkan ciri fisik makanan tersebut

3. Mitologi Pantangan masyarakat Desa Kundi Kecamatan Simpang:


Studi kasus ini membahas kepercayaan masyarakat terhadap mitos pantangan
yang berbeda. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap mitos
pantangan ini masih sebagian besar masyarakat mempercayai adanya kebenaran
hal ini dan masih banyak yang mematuhi dan menjaga mitos pantangan ini

4. Tabu perempuan dalam Budaya Banten


Studi kasus ini menyelidiki tentang berbagai jenis tabu yang berhubungan
dengan perempuan di Kabupaten Banten. Penelitian ini menemukan bahwa
kebanyakan tabu ini memiliki fungsi dan makna sebagai bentuk penjagaan
moral dan perilaku, dan berkaitan dengan tabu perempuan Banten memiliki
peran penting dalam masyarakat Banten

Dari studi kasus-kasus di atas, kita dapat melihat bahwa berbagai macam
pantangan dalam masyarakat memiliki peran penting yang berbeda dalam
kehidupan sosial, budaya, dan kepercayaan masyarakat. Pentingnya memahami dan
memahami berbagai macam pantangan dalam masyarakat untuk memahami
dinamika sosial dan budaya masyarakat dan mengembangkan pemahaman dan
toleransi terhadap perbedaan budaya.

 Analisis terhadap peran pantangan dalam kehidupan sehari-hari


Pantangan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat,
baik dari segi sosial, budaya, maupun spiritual. Berikut adalah analisis terhadap
peran pantangan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Pengaturan Perilaku:
Pantangan mengatur perilaku masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,
seperti interaksi sosial, kebersihan, dan tata krama. Hal ini membantu menjaga
keteraturan dan harmoni dalam masyarakat.

2. Pemeliharaan Tradisi dan Kearifan Lokal:


Pantangan memainkan peran dalam memelihara tradisi dan kearifan lokal suatu
masyarakat. Dengan mematuhi pantangan, masyarakat dapat menjaga dan
menghormati warisan budaya mereka.

3. Pengendalian Sosial:
Pantangan juga berperan dalam pengendalian sosial. Masyarakat yang
mematuhi pantangan cenderung mematuhi norma-norma sosial yang berlaku,
sementara yang melanggarnya dapat menghadapi tekanan sosial.

4. Pengembangan Moral dan Etika:


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pantangan dapat berperan dalam
pengembangan moral dan etika, terutama pada anak usia dini. Pantangan
membantu mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap penting
dalam masyarakat.

22
Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa pantangan memiliki peran yang
kompleks dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, memengaruhi perilaku, nilai,
dan norma sosial. Penting untuk memahami peran pantangan ini dalam konteks
budaya dan nilai-nilai masyarakat untuk memahami dinamika sosial dan budaya
masyarakat secara lebih luas

23
BAB 3
PERAN PELESTARIAN, KONSERVASI, DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA
ALAM DAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

A. Pendahuluan
 Pengenalan Pelestarian, Konservasi, dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Pelestarian, konservasi, dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
merupakan konsep penting dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan
memanfaatkan sumber daya alam secara bertanggung jawab. Pelestarian mengacu
pada usaha untuk mempertahankan keberadaan dan kualitas sumber daya alam serta
lingkungan, sedangkan konservasi merupakan upaya pengelolaan sumber daya
alam secara bijaksana dengan berpedoman pada asas pelestarian. Pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan berbasis kearifan lokal menekankan pentingnya
memanfaatkan sumber daya alam dengan memperhatikan pengetahuan dan kearifan
lokal masyarakat setempat. Pelestarian lingkungan bertujuan untuk menjaga
keseimbangan lingkungan, keselarasan, dan mempertahankan daya dukung
lingkungan. Sementara itu, konservasi sumber daya alam adalah upaya pengelolaan
sumber daya alam secara bijaksana dengan berpedoman pada asas pelestarian,
termasuk pelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya.
Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan berbasis kearifan lokal
menekankan pentingnya memanfaatkan sumber daya alam dengan memperhatikan
pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat setempat.
Dengan demikian, pengenalan terhadap konsep pelestarian, konservasi, dan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan sangat penting dalam upaya
mempertahankan keberlanjutan lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam
secara bertanggung jawab. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap konsep-
konsep ini, diharapkan masyarakat dapat turut serta dalam menjaga lingkungan dan
sumber daya alam demi kesejahteraan bersama.

 Pentingnya Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan


Kearifan lokal memainkan peran kunci dalam pelestarian lingkungan. Hal ini
terkait dengan pengetahuan dan praktik yang telah ada dalam masyarakat setempat
selama bertahun-tahun. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kearifan lokal
penting dalam pelestarian lingkungan:

1. Pengelolaan Sumber Daya Alam:


Kearifan lokal sering kali mencakup pengetahuan mendalam tentang cara-cara
tradisional dalam mengelola sumber daya alam, seperti pertanian berkelanjutan,
pengelolaan hutan, dan perikanan yang lestari

2. Keseimbangan Lingkungan:
Nilai-nilai kearifan lokal sering kali mencakup keyakinan dan praktik yang
mendorong keseimbangan ekologis, seperti larangan memburu spesies tertentu
atau menjaga keseimbangan ekosistem tertentu

24
3. Penghargaan terhadap Lingkungan:
Kearifan lokal juga mencakup nilai-nilai budaya yang mendorong penghargaan
terhadap lingkungan, sehingga masyarakat cenderung untuk merawat dan
melestarikan lingkungan sekitar mereka

4. Pengelolaan Risiko Bencana Alam:


Pengetahuan lokal tentang tanda-tanda alam dan cara-cara tradisional dalam
menghadapi bencana alam juga merupakan bagian dari kearifan lokal, yang
dapat membantu dalam mitigasi bencana alam

Dengan memahami dan menghormati kearifan lokal, kita dapat memanfaatkan


pengetahuan yang ada dalam masyarakat setempat untuk mendukung upaya
pelestarian lingkungan. Melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan dan
implementasi proyek-proyek lingkungan juga dapat memastikan bahwa kearifan
lokal dihormati dan dilestarikan.

B. Kearifan Lokal
 Peran Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan
Kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan memiliki beberapa peran penting yang
mempengaruhi keberlanjutan lingkungan. Berikut adalah beberapa peran yang
dapat dijelaskan lebih lanjut:

1. Pengelolaan Sumber Daya Alam:


Kearifan lokal mencakup pengetahuan dan praktik tradisional dalam mengelola
sumber daya alam secara berkelanjutan, seperti sistem pertanian tradisional dan
pengelolaan hutan yang lestari

2. Penghargaan terhadap Lingkungan:


Kearifan lokal mengajarkan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, seperti larangan membuang
sampah sembarangan

3. Pelestarian Budaya Lokal:


Kearifan lokal juga berperan dalam pelestarian budaya lokal. Budaya lokal yang
berkaitan dengan lingkungan, seperti tradisi pertanian tradisional, mengajarkan
masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam secara bijak dan tidak
merusak lingkungan

4. Perlindungan Keanekaragaman Hayati:


Kearifan lokal mengajarkan masyarakat untuk menjaga keanekaragaman hayati,
yang merupakan bagian penting dari pelestarian lingkungan

5. Kesadaran Interdependensi:
Kearifan lokal membantu masyarakat memahami kesadaran interdependensi
antara manusia, binatang, tanaman, hutan, air, tanah, dan udara, dan
mengencerlakan masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup sesuai
dengan kebutuhan dan kepercayaan mereka

25
6. Pengembangan Sikap dan Perilaku:
Kearifan lokal mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap
lingkungan sekitar, sehingga masyarakat cenderung untuk merawat dan
melestarikan lingkungan sesuai dengan kearifan lokal mereka

7. Pelatihan dan Pendidikan:


Kearifan lokal juga berperan dalam pelatihan dan pendidikan masyarakat
tentang pelestarian lingkungan, membantu masyarakat memahami tentang nilai-
nilai dan cara-cara dalam melestarikan lingkungan

Dengan memahami dan menghormati peran kearifan lokal dalam pelestarian


lingkungan, kita dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada dalam masyarakat
setempat untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan dan memastikan
keberlanjutan lingkungan hidup

C. Sumber Daya Alam & Lingkungan


 Arti Penting Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Pentingnya sumber daya alam dan lingkungan dapat dijelaskan dari berbagai
aspek, termasuk manfaatnya bagi kehidupan manusia, keberlanjutan lingkungan,
dan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya alam mencakup sumber daya fisik dan
hayati, seperti tanah, air, udara, tumbuhan, dan hewan, sementara lingkungan hidup
meliputi berbagai komponen alamiah dan buatan manusia di sekitar kita. Berikut
adalah beberapa aspek pentingnya sumber daya alam dan lingkungan:

1. Manfaat bagi Kehidupan Manusia:


Sumber daya alam menyediakan berbagai kebutuhan dasar manusia, seperti
makanan, air, udara bersih, bahan bakar, dan obat-obatan. Tanpa sumber daya
alam yang memadai, kehidupan manusia akan terganggu dan kesejahteraan
masyarakat akan terancam

2. Keseimbangan Ekosistem:
Sumber daya alam dan lingkungan hidup saling terkait dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Kehadiran sumber daya alam yang sehat dan
lingkungan yang lestari sangat penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem
dan keanekaragaman hayati

3. Kesejahteraan Masyarakat:
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang bijaksana akan berdampak
positif pada kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan akan mendukung keberlanjutan ekonomi dan sosial masyarakat

4. Pendukung Pembangunan:
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan faktor pendukung dalam
pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana
akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pembangunan
infrastruktur yang ramah lingkungan

Dengan memahami arti penting sumber daya alam dan lingkungan, diharapkan
masyarakat dan pembuat kebijakan dapat lebih memperhatikan perlindungan,

26
pelestarian, dan pengelolaan sumber daya alam serta lingkungan hidup demi
keberlanjutan dan kesejahteraan Bersama

 Ancaman terhadap Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Ancaman terhadap sumber daya alam dan lingkungan meliputi beberapa aspek
penting yang mempengaruhi kehidupan manusia, kesejahteraan masyarakat, dan
keseimbangan ekosistem. Berikut adalah beberapa aspek penting yang terkait
dengan ancaman terhadap sumber daya alam dan lingkungan:

1. Kerusakan Ekologi:
Kerusakan ekologi yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan dapat mengancam kehidupan masyarakat asli dan degradasi
lingkungan

2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang tidak berkelanjutan:


Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijaksana dan mengancam
berkelanjutan sumber daya alam, seperti hutan, sungai, dan pertanian, dapat
mengakibat pengeksploitasian yang tidak berkelanjutan dan mengancam
kesejahteraan masyarakat

3. Pengaruh pada Keseimbangan Ekosistem:


Sumber daya alam dan lingkungan hidup saling terkait dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Degradasi lingkungan akibat pemanfaatan sumber
daya alam yang tidak bijaksana dapat mengancam keseimbangan ekosistem dan
keanekaragaman hayati

4. Pengaruh pada Kesejahteraan Masyarakat:


Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijaksana dan mengancam
berkelanjutan sumber daya alam dapat mengakibat keterlibatan masyarakat
terhadap keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, serta mengancam
kesejahteraan masyarakat

5. Pengaruh pada Pelestarian Lingkungan:


Pelestarian lingkungan yang tidak tepat dapat mengancam pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan, sehingga masyarakat mengalami kerentanan
pengaruh ekologi yang disebabkan oleh perubahan lingkungan

Dengan memahami ancaman terhadap sumber daya alam dan lingkungan, kita
dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi sumber daya alam
dan lingkungan, memantu masyarakat menjaga keberlanjutan lingkungan, dan
memastikan kesejahteraan Bersama

D. Pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal


 Konsep Pelestarian Berbasis Kearifan Lokal
Konsep pelestarian berbasis kearifan lokal mengacu pada upaya pelestarian
lingkungan yang didasarkan pada pengetahuan dan praktik lokal yang telah ada
dalam masyarakat setempat. Konsep ini mengakui pentingnya kearifan lokal

27
dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam
secara bertanggung jawab.

 Contoh Praktik Pelestarian Berbasis Kearifan Lokal


contoh konsep pelestarian berbasis kearifan lokal antara lain:

1. Sistem Sasi:
Sistem Sasi adalah instrumen untuk mengatur distribusi manfaat atau hasil dari
sumber daya alam. Sistem ini adalah inisiatif kolektif masyarakat Haruku yang
dikendalikan melalui lembaga adat

2. Tri Hita Karana:


Konsep Tri Hita Karana adalah konsep kearifan lokal Bali yang mengajarkan
keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Konsep ini mengajarkan
pentingnya menjaga keseimbangan ekologis dan keberlanjutan lingkungan

3. Subak:
Subak adalah sistem irigasi kuno di Bali yang digunakan untuk mengairi sawah.
Sistem ini merupakan salah satu kunci budidaya padi di daerah tersebut

4. Masyarakat di Kawasan Dieng:


Masyarakat di Kawasan Dieng memiliki kearifan lokal pelestarian lingkungan
yang mencerminkan tiga sistem ekologi yang berbeda, yaitu: pertanian,
peternakan, dan perikanan. Sistem ini mengajarkan pentingnya menjaga
keseimbangan ekologis dan keberlanjutan lingkungan

Dengan memahami konsep pelestarian berbasis kearifan lokal, kita dapat


memanfaatkan pengetahuan yang ada dalam masyarakat setempat untuk
mendukung upaya pelestarian lingkungan dan memastikan keberlanjutan
lingkungan hidup. Melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan dan
implementasi proyek-proyek lingkungan juga dapat memastikan bahwa kearifan
lokal dihormati dan dilestarikan.

E. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal


 Prinsip-prinsip Konservasi Berbasis Kearifan Lokal
Prinsip-prinsip konservasi berbasis kearifan lokal mencakup pendekatan yang
didasarkan pada pengetahuan dan praktik lokal yang telah ada dalam masyarakat
setempat. Beberapa prinsip konservasi berbasis kearifan lokal yang dapat
diidentifikasi dari sumber-sumber yang ditemukan adalah:

1. Rasa Hormat dan Keselarasan:


Prinsip ini mencakup rasa hormat yang mendorong keselarasan antara manusia,
alam, dan Tuhan. Hal ini mencerminkan konsep Tri Hita Karana dari kearifan
lokal Bali, yang mengajarkan keseimbangan antara tiga aspek tersebut

2. Pengelolaan Sumber Daya Alam secara Lestari:


Prinsip konservasi berbasis kearifan lokal juga mencakup pengelolaan sumber
daya alam secara lestari, yang tercermin dalam praktik seperti Sistem Sasi dan
Subak. Sistem Sasi, misalnya, merupakan instrumen untuk mengatur distribusi
manfaat atau hasil dari sumber daya alam

28
3. Penghargaan terhadap Alam dan Lingkungan:
Prinsip ini mencakup penghargaan terhadap alam dan lingkungan, serta
kesadaran akan ketergantungan manusia terhadap alam. Hal ini tercermin dalam
praktik kearifan lokal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, seperti Suku
Wana di Sulawesi Tengah.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip konservasi berbasis kearifan lokal,


masyarakat dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada dalam masyarakat setempat
untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan dan memastikan keberlanjutan
lingkungan hidup. Melalui pengakuan dan pemanfaatan kearifan lokal, kita dapat
memperkuat upaya pelestarian lingkungan dan memastikan kesejahteraan bersama.

 Studi Kasus Konservasi Berbasis Kearifan Lokal


Salah satu studi kasus konservasi berbasis kearifan lokal adalah Bukit Larangan
di Desa Aur Gading, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara. Studi kasus
ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis penerapan kearifan lokal
dalam pengelolaan lingkungan serta kawasan hutan Bukit Larangan. Masyarakat
setempat telah mengembangkan prinsip-prinsip konservasi berbasis kearifan lokal,
seperti:

1. Orientasi Alam Bagi Masyarakat Aur Gading:


Masyarakat Aur Gading memiliki orientasi alam yang kuat, yang tercermin
dalam praktik kearifan lokal mereka. Masyarakat setempat memahami
pentingnya menjaga keseimbangan ekologis dan keberlanjutan lingkungan

2. Praktik Konservasi yang Berbasis Kearifan Lokal:


Masyarakat Aur Gading telah mengembangkan praktik konservasi yang
berbasis kearifan lokal, seperti sistem lubuk larangan dan pengelolaan hutan
lindung. Sistem lubuk larangan adalah praktik yang melarang pengambilan
sumber daya alam dari suatu area tertentu untuk jangka waktu tertentu

3. Ketentuan Adat:
Masyarakat Aur Gading mendasarkan praktik konservasi mereka pada
ketentuan adat yang turun temurun dari zaman nenek moyang mereka. Hal ini
mencerminkan pentingnya pengakuan dan pemanfaatan kearifan lokal dalam
upaya pelestarian lingkungan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip konservasi berbasis kearifan lokal,


masyarakat Aur Gading dapat memanfaatkan pengetahuan yang ada dalam
masyarakat setempat untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan dan
memastikan keberlanjutan lingkungan hidup. Melalui pengakuan dan pemanfaatan
kearifan lokal, masyarakat Aur Gading dapat memperkuat upaya pelestarian
lingkungan dan memastikan kesejahteraan bersama

F. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal


 Strategi Pemanfaatan Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal
Strategi pemanfaatan berkelanjutan berbasis kearifan lokal melibatkan
pendekatan yang mengakui dan menerapkan pengetahuan, praktik, dan budaya
lokal dalam upaya melestari dan melindungi lingkungan. Berikut adalah beberapa

29
strategi pemanfaatan berkelanjutan berbasis kearifan lokal yang dapat diidentifikasi
dari sumber-sumber yang ditemukan:

1. Keseimbangan dengan Alam:


Kearifan lokal mencakup pemahaman tentang cara berinteraksi dengan alam,
penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan praktik-praktik
budaya yang melestarikan identitas lokal. Hal ini mencerminkan pentingnya
keseimbangan dengan alam dan perlindungan terhadap ekosistem yang rapuh

2. Partisipasi Masyarakat:
Menggabungkan kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat memiliki pemahaman mendalam tentang kawasan
tempat mereka tinggal, dan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan
tentang perlindungan kawasan tersebut adalah

3. Pelestarian Budaya:
Kearifan lokal juga terkait erat dengan pelestarian budaya contohnya Budaya
Bali. Ini melibatkan praktik-praktik agama, upacara adat, dan penjagaan
warisan budaya yang memiliki nilai penting bagi masyarakat Bali

4. Konservasi Ekosistem:
Kearifan lokal dapat memberikan wawasan tentang konservasi ekosistem, yang
melibatkan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana dan penjagaan
keseimbangan ekologi

5. Pendekatan Holistik:
Kearifan lokal sering kali mencerminkan pemahaman yang dalam tentang
keseimbangan dengan alam, termasuk penghormatan terhadap lingkungan
alam, perlindungan terhadap ekosistem yang rapuh, dan penggunaan sumber
daya alam secara bijaksana

Melalui penerapan strategi pemanfaatan berkelanjutan berbasis kearifan lokal,


masyarakat dapat memanfaatkan pengetahuan, praktik, dan budaya lokal dalam
upaya melestari dan melindungi lingkungan, sehingga menjaga keberlanjutan
lingkungan alam dan budaya pada masyarakat Tradisional

 Tantangan dalam Pemanfaatan Berbasis Kearifan Lokal


Tantangan dalam pemanfaatan berkelanjutan berbasis kearifan lokal meliputi
beberapa aspek penting yang mempengaruhi keberhasilan upaya pelestarian
lingkungan. Berikut adalah beberapa tantangan dalam pemanfaatan berkelanjutan
berbasis kearifan lokal yang dapat diidentifikasi dari sumber-sumber yang
ditemukan:

1. Perubahan Sosial dan Budaya:


Perubahan sosial dan budaya dapat mengancam keberlanjutan kearifan lokal
dan praktik-praktik tradisional yang terkait dengan pengelolaan lingkungan. Hal
ini dapat terjadi akibat globalisasi, urbanisasi, dan modernisasi

30
2. Ketergantungan pada Sumber Daya Alam:
Masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam untuk kehidupan sehari-
hari dapat menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya
alam dan lingkungan. Hal ini dapat terjadi akibat pengeksploitasian sumber
daya alam yang tidak bijaksana dan mengancam berkelanjutan sumber daya
alam

3. Keterbatasan Sumber Daya:


Keterbatasan sumber daya dapat menjadi tantangan dalam pemanfaatan
berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Hal ini dapat terjadi akibat perubahan
iklim, degradasi lingkungan, dan pengeksploitasian sumber daya alam yang
tidak bijaksana

4. Keterlibatan Masyarakat:
Keterlibatan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan dapat menjadi
tantangan dalam pemanfaatan berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Hal ini
dapat terjadi akibat kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
upaya pelestarian lingkungan

5. Kebijakan Pemerintah:
Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung upaya pelestarian lingkungan dan
pengakuan terhadap kearifan lokal dapat menjadi tantangan dalam pemanfaatan
berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya
dukungan dan pengakuan terhadap kearifan lokal dalam kebijakan pemerintah

Dengan memahami tantangan dalam pemanfaatan berkelanjutan berbasis


kearifan lokal, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk
mendukung upaya pelestarian lingkungan dan memastikan keberlanjutan
lingkungan hidup. Melibatkan masyarakat setempat dalam perencanaan dan
implementasi proyek-proyek lingkungan juga dapat memastikan bahwa kearifan
lokal dihormati dan dilestarikan

31
BAB 4
KEARIFAN LOKAL DALAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN SUMBER
DAYA MANUSIA

A. Pendahuluan
Kearifan lokal merupakan pengetahuan, praktik, dan budaya yang ada dalam
masyarakat yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan IPTEK (Industri
Pendidikan, Training, dan Ekspori) dan sumber daya manusia. Kearifan lokal dapat
membantu dalam menciptakan produk, layanan, dan prosedur yang sesuai dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat, serta mempromosikan peluang pekerjaan dan
pendidikan. Pentingnya pengembangan Iptek dan Sumber Daya Manusia adalah dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Menciptakan produk, layanan, dan prosedur yang sesuai dengan kebutuhan dan
harapan masyarakat, sehingga memperkaya kepemimpinan dan penggunaan
sumber daya manusia.
2. Mempromosikan peluang pekerjaan dan pendidikan, serta meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan IPTEK
3. Mendukung kemajuan ekonomi, kesejahteraan, dan kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan
4. Meningkatkan kualitas peneliti dan perekayasa, serta meningkatkan kemampuan
pendidikan dan pengembangan
5. Menciptakan sumber daya manusia yang berpengalaman dan berkompetensi,
seperti dosen, yang dapat berkontribusi dalam pengembangan IPTEK dan sumber
daya manusia
Dalam pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia, penting untuk
memperhatikan kearifan lokal dan mengintegrasikan sumber daya manusia dalam
proses pengembangan. Hal ini akan membantu menciptakan produk, layanan, dan
prosedur yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, serta
mempromosikan peluang pekerjaan dan pendidikan. Selain itu, pengembangan IPTEK
dan sumber daya manusia juga dapat membantu mengatasi tantangan terhadap
kelestarian alam dan keseimbangan sumber daya alam dan lingkungan

B. Konsep Dasar Kearifan Lokal


Kearifan lokal mencakup beberapa aspek, seperti:

1. Nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi bagaimana sumber daya


manusia digunakan dan dikelola.
nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi bagaimana sumber daya manusia
digunakan dan dikelola. Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan, nilai-nilai dan norma-norma dapat mempengaruhi bagaimana orang
memahami dan berinteraksi dengan lingkungan, serta dapat mempengaruhi
32
keputusan tentang cara menggunakan dan mengelola sumber daya alam. Misalnya,
jika suatu masyarakat menghargai penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan, mereka mungkin mengembangkan praktik dan kebijakan yang
menekankan pada pengelolaan dan penjagaan lingkungan. Secara berkontrakan,
jika masyarakat menghargai pengembangan ekonomi lebih daripada pelestarian
lingkungan, mereka mungkin menghasilkan kegiatan dan pengusiran sumber daya
alam yang lebih banyak daripada upaya penjagaan lingkungan. Oleh karena itu,
memahami nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi perilaku manusia
sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang efektif.

2. Kepercayaan dan tradisi mitos, ritual-ritual, adat, kesenian, karya sastra,


simbol-simbol, dan peraturan.
Artinya yaitu merujuk pada nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi
bagaimana sumber daya manusia digunakan dan dikelola. Dalam konteks
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, nilai-nilai dan norma-norma
tersebut dapat membentuk cara pandang dan interaksi manusia dengan lingkungan,
serta dapat mempengaruhi keputusan tentang cara menggunakan dan mengelola
sumber daya alam. Sebagai contoh, jika suatu masyarakat memiliki kepercayaan
dan tradisi yang menghargai penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan,
mereka mungkin mengembangkan praktik dan kebijakan yang menekankan pada
pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Sebaliknya, jika suatu masyarakat
memiliki kepercayaan dan tradisi yang menghargai pengembangan ekonomi lebih
daripada pelestarian lingkungan, mereka mungkin lebih memprioritaskan
pengambilan dan eksploitasi sumber daya alam daripada upaya pelestarian
lingkungan. Oleh karena itu, memahami nilai-nilai dan norma-norma yang
mempengaruhi perilaku manusia sangat penting untuk pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang efektif.

3. Pemahaman tentang keseimbangan dengan alam, penghormatan terhadap


lingkungan alam, dan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana
Artinya yaitu merujuk pada konsep dasar kearifan lokal dalam pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan. Konsep ini mencakup pemahaman tentang
pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam, menghormati lingkungan alam,
dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana. Pemahaman ini penting
dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan, karena
dapat membantu mencegah kerusakan lingkungan dan kehabisan sumber daya
alam.

4. Pelestarian budaya, termasuk praktik-praktik agama, upacara adat, dan


penjagaan warisan budaya yang memiliki nilai penting bagi masyarakat
Artinya yaitu merujuk pada nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi
bagaimana sumber daya manusia digunakan dan dikelola. Dalam konteks kearifan
lokal, pelestarian budaya mencakup praktik-praktik agama, upacara adat, kesenian,
karya sastra, simbol-simbol, dan peraturan yang memiliki nilai penting bagi
masyarakat. Pelestarian budaya ini penting dalam pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan yang berkelanjutan, karena dapat membantu mencegah kerusakan
lingkungan dan kehabisan sumber daya alam. Dalam konteks kearifan lokal,
pelestarian budaya dapat diterapkan dalam praktik-praktik tradisional seperti
penggunaan teknik pertanian yang ramah lingkungan, pengelolaan hutan yang
berkelanjutan, dan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana untuk

33
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pelestarian budaya,
termasuk praktik-praktik agama, upacara adat, kesenian, karya sastra, simbol-
simbol, dan peraturan merupakan konsep penting dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan yang berkelanjutan.

C. Integrasi Kearifan Lokal dalam Pembangunan IPTEK


Integrasi kearifan lokal dalam pembangunan IPTEK melibatkan beberapa
langkah, seperti:

1. Mengidentifikasi kearifan lokal yang relevan dengan bidang studi IPTEK,


seperti produk, layanan, dan prosedur
kearifan lokal yang relevan dengan bidang studi IPTEK, seperti produk, layanan,
dan prosedur" menunjukkan pentingnya menggali dan mengembangkan kearifan
lokal dalam konteks pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Keptiraban
(IPTEK). Kearifan lokal ini mencakup pemahaman tentang cara berinteraksi
dengan alam, penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan praktik-
praktik budaya yang melestarikan identitas lokal.
Dalam konteks pengembangan IPTEK, kearifan lokal dapat diidentifikasi melalui
beberapa aspek, seperti:

 Produk:
Mengembangkan produk yang mencerminkan kearifan lokal, seperti teknik
pertanian yang ramah lingkungan, produk lingkungan hidup, atau produk sosial.

 Layanan:
Menyediakan layanan yang sesuai dengan kearifan lokal, seperti pelatihan tentang
penggunaan sumber daya alam berkelanjutan, layanan pemantauan lingkungan,
atau layanan pengembangan masyarakat.

 Prosedur:
Mengembangkan prosedur yang mencakup kearifan lokal, seperti prosedur
pengelolaan hutan, prosedur pengelolaan pemantauan lingkungan, atau prosedur
pengembangan sumber daya alam berkelanjutan.

Mengidentifikasi kearifan lokal yang relevan dengan bidang studi IPTEK


sangat penting untuk menciptakan produk, layanan, dan prosedur yang sesuai
dengan konteks lokal dan mendukung pengembangan sumber daya manusia dan
lingkungan. Dalam proses ini, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dan
menjaga keseimbangan antara pengembangan IPTEK dan pelestarian budaya lokal
Mengembangkan kurikulum pembelajaran yang mencakup kearifan lokal, sehingga
masyarakat dapat mempelajari dan mengembangkan keterampilan dalam bidang studi
IPTEK. Melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan IPTEK, sehingga
kearifan lokal diperhatikan dan dikembangkan secara bersama-sama. Menggunakan
sumber daya manusia lokal untuk mendukung pengembangan IPTEK, seperti tenaga
kerja, sumber daya daya, dan infrastruktur

34
D. Kearifan Lokal dalam Pendidikan dan Pembelajaran
Kearifan lokal memiliki peran penting dalam pendidikan dan pembelajaran, karena
dapat membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kebutuhan
dan harapan masyarakat, serta mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan
dalam karier dan kehidupan. Beberapa cara melibatkan kearifan lokal dalam pendidikan
dan pembelajaran meliputi:

1. Mengintegrasikan kearifan lokal dalam kurikulum pembelajaran, sehingga


siswa dapat mempelajari dan mengembangkan keterampilan dalam bidang
studi IPTEK.
Mengintegrasikan kearifan lokal dalam kurikulum pembelajaran, sehingga
siswa dapat mempelajari dan mengembangkan keterampilan dalam bidang studi
IPTEK" mengacu pada pentingnya memasukkan kearifan lokal dalam kurikulum
pembelajaran untuk memperkaya pengalaman belajar siswa dan mengembangkan
keterampilan dalam bidang studi IPTEK. Dalam konteks ini, kearifan lokal
mencakup pengetahuan dan praktik-praktik tradisional yang telah ada dalam
masyarakat, seperti cara berinteraksi dengan alam, penggunaan sumber daya alam
secara berkelanjutan, dan praktik-praktik budaya yang melestarikan identitas lokal.
Dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam kurikulum pembelajaran, siswa
dapat mempelajari nilai-nilai dan norma-norma yang mempengaruhi bagaimana
sumber daya alam dan lingkungan digunakan dan dikelola, serta memahami cara-
cara tradisional dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Selain itu,
siswa juga dapat mengembangkan keterampilan dalam bidang studi IPTEK dengan
mempelajari teknologi dan inovasi yang sesuai dengan konteks lokal.
Dalam proses ini, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dan menjaga
keseimbangan antara pengembangan IPTEK dan pelestarian budaya lokal. Dengan
demikian, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang beragam dan
memperkaya, serta dapat mengembangkan keterampilan dalam bidang studi IPTEK
yang relevan dengan konteks local

2. Melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan kurikulum


pembelajaran, sehingga kearifan lokal diperhatikan dan dikembangkan
secara bersama-sama
Melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan kurikulum pembelajaran,
sehingga kearifan lokal diperhatikan dan dikembangkan secara bersama-sama"
menunjukkan pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
pembelajaran untuk memperhatikan dan mengembangkan kearifan lokal secara
bersama-sama. Dalam konteks ini, kearifan lokal mencakup pengetahuan dan
praktik-praktik tradisional yang telah ada dalam masyarakat, seperti cara
berinteraksi dengan alam, penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan
praktik-praktik budaya yang melestarikan identitas lokal.
Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan kurikulum
pembelajaran, kearifan lokal dapat diperhatikan dan dikembangkan secara bersama-
sama, sehingga kurikulum pembelajaran dapat mencerminkan nilai-nilai dan
norma-norma yang penting bagi masyarakat lokal. Selain itu, melibatkan
masyarakat juga dapat membantu memperkuat hubungan antara sekolah dan
masyarakat, serta memperkaya pengalaman belajar siswa dengan memperkenalkan
mereka pada praktik-praktik budaya lokal.

35
Dalam proses ini, penting untuk memastikan bahwa kearifan lokal yang
diperhatikan dan dikembangkan dalam kurikulum pembelajaran sesuai dengan
konteks lokal dan mendukung pengembangan sumber daya manusia dan
lingkungan. Oleh karena itu, melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan
kurikulum pembelajaran merupakan langkah penting dalam memperhatikan dan
mengembangkan kearifan lokal secara bersama-sama.

3. Mengembangkan program pembelajaran luar ruang kelas (extracurricular)


yang menggabungkan kearifan lokal, seperti aktivitas budaya, sport, dan
lingkungan.
Mengembangkan program pembelajaran luar ruang kelas (extracurricular) yang
menggabungkan kearifan lokal, seperti aktivitas budaya, sport, dan lingkungan"
menunjukkan pentingnya mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran
melalui program pembelajaran luar ruang kelas (extracurricular). Program
extracurricular ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan dalam berbagai bidang, termasuk budaya, sport, dan lingkungan.
Dalam konteks kearifan lokal, program extracurricular dapat mencakup:

 Aktivitas budaya:
Mengembangkan kepemimpinan dan keterampilan dalam meliliki budaya lokal,
seperti menyanyorkan, menanak, atau mengikuti tradisi adat lokal.

 Sport:
Meningkatkan kesehatan fisik dan mencultivasi sprit yang tersendiri melalui
aktivitas sport yang menyesuaikan kearifan lokal, seperti sepak bola, bola volley,
atau yang lainnya.

 Lingkungan:
Memperoleh pemahaman tentang konservasi dan pengelolaan lingkungan, serta
mengembangkan keterampilan dalam melindungi dan melestarikan lingkungan.

Dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam program pembelajaran


extracurricular, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih
kemampuan dan inklusif, serta mengembangkan keterampilan dalam bidang studi
IPTEK yang relevan dengan konteks lokal. Selain itu, program extracurricular juga
dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa, serta
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara budaya,
sport, dan lingkungan

4. Mengkaji dan mengembangkan siswa untuk menjadi pemahaman dan


penanganan terhadap lingkungan, serta mengembangkan keterampilan
dalam pelestarian lingkungan bersama-sama
Pentingnya mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam hal
penanganan dan pelestarian lingkungan melalui program pembelajaran di luar
ruang kelas. Hal ini mencakup pengenalan siswa pada kearifan lokal, aktivitas
budaya, olahraga, dan lingkungan yang dapat membantu mereka memahami dan
menghargai lingkungan alam serta mengembangkan keterampilan dalam
pelestarian lingkungan. Melalui program-program ini, siswa dapat belajar
bagaimana cara menjaga lingkungan dan bagaimana cara berinteraksi dengan
lingkungan secara berkelanjutan.

36
E. Tantangan dan Peluang dalam Mengembangkan Kearifan Lokal dalam
Pengembangan IPTEK dan Sumber Daya Manusia
Beberapa tantangan dalam mengembangkan kearifan lokal dalam pengembangan
IPTEK dan sumber daya manusia meliputi:
1. Kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam proses
pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia
Kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam proses
pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia" mengacu pada masalah
kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Keptiraban (IPTEK) dan sumber daya manusia. Hal
ini dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran tentang pentingnya pengembangan
IPTEK dan sumber daya manusia, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam
proses pengembangan tersebut.
Kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
IPTEK dan sumber daya manusia dapat menghambat kemajuan ekonomi,
kesejahteraan, dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Oleh karena itu,
penting untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia melalui berbagai upaya, seperti:

 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan IPTEK


dan sumber daya manusia melalui kampanye dan program edukasi.

 Melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan IPTEK dan sumber daya


manusia, sehingga mereka dapat memberikan masukan dan partisipasi aktif dalam
pengembangan tersebut.

 Mengembangkan program-program pelatihan dan pengembangan sumber daya


manusia yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap teknologi dan informasi yang relevan


dengan pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia.
Dengan meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia, diharapkan dapat tercipta kemajuan
ekonomi, kesejahteraan, dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan

2. Keterbatasan sumber daya alam dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi


kemampuan masyarakat untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut
keterbatasan sumber daya alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi
kemampuan masyarakat untuk mendukung kegiatan pengembangan IPTEK dan
sumber daya manusia. Keterbatasan sumber daya alam dan lingkungan dapat
mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk mengembangkan IPTEK dan sumber
daya manusia yang berkelanjutan, karena sumber daya alam dan lingkungan yang
terbatas dapat membatasi kemampuan untuk mengembangkan teknologi dan
inovasi yang sesuai dengan konteks lokal.

37
Selain itu, keterbatasan sumber daya alam dan lingkungan juga dapat me
mpengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengembangan IPTEK dan sumber
daya manusia, karena masyarakat mungkin tidak memiliki akses yang memadai
terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang diperlukan untuk
mengembangkan IPTEK dan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan keterbatasan sumber daya alam
dan lingkungan dalam pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia, serta
mengembangkan solusi yang sesuai dengan konteks lokal dan berkelanjutan. Hal
ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pengembangan teknologi dan
inovasi yang ramah lingkungan, pengembangan program pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
lokal, dan pengembangan program-program yang memperhatikan keterbatasan
sumber daya alam dan lingkungan

3. Keterlibatan pemerintah yang tidak mendukung pengembangan IPTEK dan


sumber daya manusia yang berbasis kearifan local.
Kurangnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Keptiraban (IPTEK) dan sumber daya manusia yang berbasis
kearifan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak memberikan
dukungan yang memadai terhadap pengembangan IPTEK dan sumber daya
manusia yang berlandaskan pada pengetahuan dan praktik-praktik tradisional yang
telah ada dalam masyarakat setempat. Kurangnya dukungan ini dapat menghambat
kemajuan dalam penerapan IPTEK dan pemanfaatan sumber daya manusia yang
sesuai dengan kearifan lokal, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi upaya
pelestarian lingkungan alam dan budaya.

4. Meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam proses


pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia
Pentingnya meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam proses
pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Keptiraban (IPTEK) dan sumber
daya manusia. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti kampanye
dan program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia, melibatkan
masyarakat dalam proses pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia,
mengembangkan program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap teknologi dan informasi yang relevan dengan pengembangan IPTEK dan
sumber daya manusia.
Dengan meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia, diharapkan dapat tercipta
kemajuan ekonomi, kesejahteraan, dan kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia,
sehingga dapat tercipta keterlibatan yang lebih aktif dan berkelanjutan dalam proses
pengembangan tersebut.

38
5. Mengembangkan infrastruktur dan sumber daya alam untuk mendukung
kegiatan-kegiatan tersebut, seperti tenaga kerja, sumber daya daya, dan
infrastruktur
Perlunya pengembangan infrastruktur dan sumber daya alam untuk mendukung
kegiatan-kegiatan terkait dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Keptiraban
(IPTEK) dan sumber daya manusia. Infrastruktur dan sumber daya alam, seperti
tenaga kerja, sumber daya daya, dan infrastruktur, merupakan faktor kunci dalam
mendukung pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia. Hal ini mencakup
pembangunan fasilitas, pengembangan sumber daya manusia, dan pemanfaatan
sumber daya alam yang berkelanjutan untuk mendukung kegiatan-kegiatan terkait
IPTEK dan sumber daya manusia.

6. Mengkaji dan mengembangkan peluang kolaborasi antara pemerintah


dengan masyarakat dan pemangku kepentingan
Pentingnya untuk mengeksplorasi dan memperluas peluang kolaborasi antara
pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan dalam konteks pengembangan
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Keptiraban (IPTEK) dan sumber daya manusia.
Kolaborasi ini dapat melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat
lokal, lembaga pendidikan, dan sektor swasta, untuk saling mendukung dan
berkontribusi dalam pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia yang
berkelanjutan. Melalui kolaborasi ini, berbagai kepentingan dan perspektif dapat
disatukan untuk menciptakan solusi yang holistik dan berkelanjutan dalam
pengembangan IPTEK dan sumber daya manusia, serta memastikan bahwa kearifan
lokal dan kebutuhan masyarakat menjadi fokus utama dalam proses pengembangan.

39
BAB 5
PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAN KESENIAN SEBAGAI IDENTITAS
NASIONAL

A. Pendahuluan
Latar belakang dari upaya mengembangkan identitas nasional Indonesia dan
mengajarkan nilai-nilai kebudayaan ke masyarakat Indonesia. Identitas nasional
adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya Dalam konteks globalisasi,
identitas nasional menjadi penting untuk mengenali dan mengembangkan budaya
lokal serta menjaga kesanjaan bangsa.
Pelestarian kebudayaan dan kesenian sangat relevan dengan identitas nasional
karena mereka mempengaruhi persepsi dan penetapan identitas nasional suatu
bangsa. Dalam era globalisasi, masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan
baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan kebudayaan local. Oleh karena
itu, penting untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Indonesia, seperti
bahasa, seni, dan sejarah, agar masyarakat Indonesia tetap mengenali dan
mengembangkan identitas nasional mereka
Dalam upaya pelestarian kebudayaan dan kesenian, beberapa langkah yang
dapat diambil meliputi:
1. Melakukan pelestarian bahasa, seperti mengajarkan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi dan pemersatu dalam kehidupan sehari-hari
2. Melakukan pelestarian bendera, seperti menjaga dan memperkuaskan bendera
negara, seperti Sang Merah Putih, sebagai simbol persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia
3. Melakukan pelestarian lagu kebangsaan, seperti menjaga dan menyebarkan lagu
Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan negara Indonesia
4. Melakukan pelestarian lambang negara, seperti menjaga dan menyebarkan
lambang negara, seperti Garuda Pancasila, sebagai simbol negara dan identitas
nasional
5. Melakukan pelestarian dasar falsafah negara, seperti menjaga dan mengajarkan
dasar falsafah negara, seperti Pancasila, sebagai pandangan hidup dan ideologi
bangsa Indonesia
Dalam proses ini, penting untuk menjaga dan memperkuaskan elemen-elemen
identitas nasional Indonesia agar masyarakat Indonesia tetap mengenali dan
mengembangkan identitas nasional mereka
Berikut ini adalah beberapa contoh identitas nasional Indonesia:

 Bendera Indonesia (Sang Merah Putih)


 Bahasa Indonesia (Bahasa Persatuan)
 Lambang Negara Indonesia (Garuda Pancasila)
 Semboyan Bangsa Indonesia (Bhineka)
 Lagu Kebangsaan Indonesia (Indonesia Raya)
 Dasar Falsafah Negara (Pancasila)
 Konsitusi Negara Indonesia

40
 Bentuk Negara Indonesia
 Sistem Indonesia

B. Pengertian Identitas dan Identitas Nasional Indonesia


Identitas nasional Indonesia terdiri dari beberapa elemen, seperti:

1. Bahasa nasional:
Bahasa nasional merujuk pada bahasa resmi yang digunakan di suatu
negara untuk keperluan administrasi, komunikasi, dan pendidikan. Di
Indonesia, Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan diakui sebagai bahasa resmi
Bahasa nasional memegang peran penting dalam mempersatukan
masyarakat yang memiliki beragam latar belakang etnis, budaya, dan bahasa
daerah. Selain itu, bahasa nasional juga menjadi identitas bangsa dan alat untuk
menyebarkan informasi secara merata kepada seluruh penduduk negara
Penggunaan bahasa nasional juga dapat memperkuat identitas nasional
suatu bangsa. Dalam konteks globalisasi, menjaga dan memperkuat penggunaan
bahasa nasional menjadi krusial untuk mempertahankan jati diri bangsa dan
mencegah dominasi budaya asing.
Oleh karena itu, pemahaman dan penggunaan bahasa nasional yang baik
sangat penting dalam membangun kesadaran akan identitas nasional dan
memperkokoh persatuan bangsa.
Dalam konteks pendidikan, penggunaan bahasa nasional juga memiliki
peran penting dalam memfasilitasi proses pembelajaran dan memastikan setiap
warga negara memiliki akses yang sama terhadap pendidikan. Hal ini sejalan
dengan upaya untuk memperkuat identitas nasional dan memajukan bangsa
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia
Dengan demikian, bahasa nasional bukan hanya sekadar alat
komunikasi, tetapi juga merupakan simbol identitas, persatuan, dan kebanggaan
nasional. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat penggunaan dan
pemahaman akan bahasa nasional guna mempertahankan jati diri bangsa di
tengah arus globalisasi. Bahasa Indonesia atau bahasa persatuan adalah salah
satu elemen penting dalam identitas nasional Indonesia

2. Bendera negara:
Bendera negara adalah simbol yang mewakili suatu negara dan menjadi
identitas nasional yang penting. Di Indonesia, bendera negara disebut Sang
Merah Putih dan memiliki arti yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Bendera ini terdiri dari dua warna, yaitu merah dan putih, yang melambangkan
semangat juang dan kesucian hati. Merah melambangkan semangat juang dan
putih melambangkan kesucian hati dalam berjuang untuk kepentingan bangsa
dan negara.
Bendera negara memiliki peran penting dalam mempersatukan
masyarakat dan membangun kesadaran akan identitas nasional. Bendera negara
juga menjadi simbol kebanggaan dan patriotisme bagi masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan memperkuat penggunaan bendera
negara sebagai simbol identitas nasional.
Selain bendera negara, setiap negara juga memiliki lambang negara
yang menjadi simbol identitas nasional. Di Indonesia, lambang negara adalah

41
Garuda Pancasila yang memiliki arti mendalam dan menjadi simbol kebesaran
bangsa Indonesia. Lambang negara juga memiliki peran penting dalam
membangun kesadaran akan identitas nasional dan memperkuat persatuan
bangsa.
Dalam konteks pendidikan, pengenalan dan pemahaman tentang
bendera negara dan lambang negara menjadi penting dalam membangun
kesadaran akan identitas nasional dan memperkuat persatuan bangsa. Oleh
karena itu, penggunaan bendera negara dan lambang negara dalam kegiatan-
kegiatan sekolah dan kegiatan masyarakat perlu ditingkatkan untuk
memperkuat identitas nasional dan membangun kesadaran akan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa. Bendera Indonesia atau Sang Merah Putih
merupakan simbol melambangkan persatuan karena mempersatukan bangsa
Indonesia

3. Lagu kebangsaan:
Lagu kebangsaan adalah lagu yang menjadi simbol kebanggaan dan
identitas nasional suatu negara. Di Indonesia, lagu kebangsaan adalah
"Indonesia Raya" yang diciptakan oleh W.R. Supratman pada tahun 1928. Lagu
ini memiliki makna yang mendalam dan menjadi simbol semangat perjuangan
bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Lagu kebangsaan memiliki peran penting dalam membangun kesadaran
akan identitas nasional dan memperkuat persatuan bangsa. Lagu kebangsaan
juga menjadi simbol kebesaran bangsa dan patriotisme bagi masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan memperkuat
penggunaan lagu kebangsaan sebagai simbol identitas nasional.
Dalam konteks pendidikan, pengenalan dan pemahaman tentang lagu
kebangsaan menjadi penting dalam membangun kesadaran akan identitas
nasional dan memperkuat persatuan bangsa. Oleh karena itu, penggunaan lagu
kebangsaan dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan kegiatan masyarakat perlu
ditingkatkan untuk memperkuat identitas nasional dan membangun kesadaran
akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam upaya memperkuat penggunaan lagu kebangsaan, penting untuk
mengajarkan makna dan sejarah lagu kebangsaan kepada masyarakat Indonesia,
terutama generasi muda. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
sekolah, seperti upacara bendera dan kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan
masyarakat, seperti perayaan hari kemerdekaan dan acara-acara nasional
lainnya
Dengan demikian, penggunaan lagu kebangsaan dapat memperkuat
identitas nasional dan membangun kesadaran akan pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan negara Indonesia

4. Lambang negara:
Lambang negara adalah simbol resmi suatu negara yang mewakili
kedaulatan, kebesaran, dan identitas bangsa. Di Indonesia, lambang negara kita
adalah Garuda Pancasila. Lambang negara memiliki makna dan filosofi yang
mendalam. Garuda, sebagai lambang negara, melambangkan kekuatan,
kebebasan, dan keadilan. Sementara itu, Pancasila, yang terdapat di dada
Garuda, melambangkan dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia
Lambang negara memiliki peran penting dalam membangun kesadaran
akan identitas nasional dan memperkuat persatuan bangsa. Lambang negara

42
juga menjadi simbol kebesaran bangsa dan patriotisme bagi masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan memperkuat
penggunaan lambang negara sebagai simbol identitas negara.
Dalam konteks pendidikan, pengenalan dan pemahaman tentang
lambang negara menjadi penting dalam membangun kesadaran akan identitas
nasional dan memperkuat persatuan bangsa. Oleh karena itu, penggunaan
lambang negara dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan kegiatan masyarakat
perlu ditingkatkan untuk memperkuat identitas nasional dan membangun
kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
Dengan demikian, lambang negara bukan hanya sekadar simbol, tetapi
juga merupakan representasi dari jati diri, kekuatan, dan kebesaran suatu
negara. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat penggunaan dan
pemahaman akan lambang negara guna mempertahankan jati diri bangsa di
tengah arus globalisas Garuda Pancasila adalah lambang negara Indonesia

5. Dasar falsafah negara:


Dasar falsafah negara adalah pandangan hidup atau ideologi yang
menjadi dasar negara suatu negara. Di Indonesia, dasar falsafah negara adalah
Pancasila yang diakui sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia
Pancasila memiliki lima sila yang masing-masing memiliki makna dan
filosofi yang mendalam. Kelima sila tersebut adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia memiliki peran penting


dalam membangun kesadaran akan identitas nasional dan memperkuat
persatuan bangsa. Pancasila juga menjadi landasan dalam pembentukan hukum
dan kebijakan negara serta menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Dalam konteks pendidikan, pengenalan dan pemahaman tentang dasar
falsafah negara menjadi penting dalam membangun kesadaran akan identitas
nasional dan memperkuat persatuan bangsa. Oleh karena itu, pengajaran tentang
Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya perlu ditingkatkan dalam
kurikulum pendidikan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
sekolah, seperti upacara bendera dan kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan
masyarakat, seperti perayaan hari kemerdekaan dan acara-acara nasional
lainnya
Dengan demikian, dasar falsafah negara bukan hanya sekadar pandangan
hidup atau ideologi, tetapi juga merupakan landasan dalam pembentukan
hukum dan kebijakan negara serta menjadi pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat
penggunaan dan pemahaman akan dasar falsafah negara guna mempertahankan
jati diri bangsa di tengah arus globalisas Pancasila merupakan dasar falsafah
negara Indonesia dan pandangan hidup (ideologi) bangsa

43
C. Nilai-Nilai Kebudayaan dan Kesenian
Kebudayaan merupakan hasil dari olah rasa, karya, cipta, dan karsa manusia
yang menghasilkan pengetahuan sebagai bagian dari identitas nasional
Berikut adalah beberapa nilai-nilai kebudayaan dan kesenian dalam identitas
nasional Indonesia:

1. Kebudayaan daerah:
Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang berkembang di suatu
daerah atau wilayah tertentu di Indonesia. Kebudayaan daerah mencakup aspek-
aspek unik dari kehidupan masyarakat setempat, seperti bahasa, adat istiadat,
kesenian, dan sejarah. Kebudayaan daerah juga dapat menjadi cerminan warisan
budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi
Kebudayaan daerah memiliki peran penting dalam memperkaya dan
mempersatukan keragaman kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan
daerah juga menjadi identitas bangsa dan alat untuk menyebarkan informasi
secara merata kepada seluruh penduduk negara.
Oleh karena itu, penting untuk melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan daerah agar masyarakat Indonesia tetap mengenali dan
mengembangkan identitas nasional mereka.
Dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah, beberapa langkah yang
dapat diambil meliputi:
1. Mengajarkan bahasa daerah sebagai alat komunikasi dan pemersatu dalam
kehidupan sehari-hari
2. Melestarikan kesenian daerah, seperti tarian, musik, dan seni rupa, sebagai
bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan
3. Melestarikan adat istiadat dan tradisi daerah, seperti upacara adat dan
perayaan hari besar, sebagai bagian dari identitas dan kearifan lokal
4. Mengajarkan sejarah daerah sebagai bagian dari sejarah nasional dan
identitas bangsa

Dalam proses ini, penting untuk menjaga dan memperkuat elemen-elemen


kebudayaan daerah agar masyarakat Indonesia tetap mengenali dan
mengembangkan identitas nasional mereka. Kebudayaan daerah yang masuk
dalam Kebudayaan Nasional Identitas ini perlu dijaga dan dipelihara dengan
sebaik-baiknya, karena merupakan hasil perjuangan yang tidak mudah untuk
mendapatkannya

2. Budaya:
Budaya merujuk pada seperangkat nilai, kepercayaan, adat istiadat,
norma, bahasa, kesenian, dan institusi yang dimiliki dan dipraktikkan oleh suatu
kelompok masyarakat. Budaya mencakup beragam aspek kehidupan manusia,
termasuk cara berpakaian, sistem kepercayaan, tradisi, dan cara berinteraksi.
Budaya juga dapat tercermin dalam bentuk seni, musik, tarian, arsitektur, dan
pola perilaku sehari-hari.
Budaya daerah, sebagai bagian dari konsep budaya, merujuk pada
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah atau wilayah
tertentu. Kebudayaan daerah mencakup warisan budaya, tradisi, dan kearifan
lokal yang unik, yang menjadi bagian penting dari identitas suatu daerah. Hal
ini termasuk bahasa daerah, adat istiadat, kesenian tradisional, dan nilai-nilai
yang diwariskan dari generasi ke generasi.

44
Penting untuk melestarikan kebudayaan daerah karena hal ini dapat
memperkaya keragaman budaya di Indonesia. Melestarikan kebudayaan daerah
juga berperan dalam mempertahankan identitas lokal, membangun rasa
kebersamaan, dan mendorong penghargaan terhadap keanekaragaman budaya.
Melalui pelestarian kebudayaan daerah, generasi muda dapat belajar dan
memahami akar budaya mereka, sehingga dapat memperkuat rasa bangga
terhadap identitas dan warisan budaya mereka Budaya yang majemuk di
Indonesia menjadi salah satu unsur terbentuknya identitas nasional.

D. Relevansi antara Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian dengan Identitas


Nasional
Relevansi antara Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian dengan Identitas
Nasional mengacu pada hubungan antara upaya melestarikan warisan budaya dan
seni dengan pembentukan dan pemeliharaan identitas nasional suatu bangsa.
Identitas nasional merupakan ciri khas, jati diri, dan pandangan hidup suatu bangsa
yang membedakannya dari bangsa lain. Di Indonesia, identitas nasional dibentuk
oleh beragam unsur, termasuk keberagaman suku bangsa, budaya, bahasa, dan
sejarah yang ada di dalamnya
Pelestarian kebudayaan dan kesenian memiliki peran penting dalam
memperkuat dan memelihara identitas nasional. Kebudayaan daerah, sebagai
bagian dari kekayaan budaya, turut berkontribusi dalam membentuk identitas
nasional suatu bangsa. Melalui pelestarian kebudayaan daerah, seperti bahasa
daerah, adat istiadat, dan kesenian tradisional, masyarakat dapat memperkokoh rasa
kebangsaan dan memahami akar budaya mereka. Selain itu, seni dan kesenian juga
menjadi ekspresi nilai-nilai, cerita, dan sejarah suatu bangsa, yang turut
memperkuat identitas nasional.
Dengan demikian, pelestarian kebudayaan dan kesenian memiliki dampak yang
signifikan dalam membangun, memperkuat, dan memelihara identitas nasional
suatu bangsa. Upaya pelestarian ini tidak hanya memperkaya warisan budaya, tetapi
juga memperkokoh rasa kebangsaan dan persatuan, serta memastikan bahwa
identitas suatu bangsa tetap terjaga dan berkembang seiring waktu Pelestarian
kebudayaan dan kesenian sangat relevan dengan identitas nasional karena mereka
mempengaruhi persepsi dan penetapan identitas nasional suatu bangsa. Identitas
nasional memiliki arti sebagai ciri, tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang
atau kelompok yang membedakan dengan yang lain

E. Urgensi Identitas Nasional bagi Bangsa Indonesia


Urgensi Identitas Nasional bagi Bangsa Indonesia mengacu pada pentingnya
memiliki kesadaran akan identitas nasional sebagai landasan bersama bagi
masyarakat Indonesia. Identitas nasional merupakan ciri, tanda, atau jati diri yang
melekat pada suatu bangsa dan membedakannya dengan bangsa lain. Identitas
nasional ini mencakup beragam unsur, seperti keberagaman suku bangsa, budaya,
bahasa, dan sejarah yang ada di dalamnya.
Pentingnya identitas nasional terletak pada fungsinya sebagai perekat dan
pengikat bangsa. Dengan adanya identitas nasional, masyarakat Indonesia memiliki
kesadaran akan kesatuan dan keteraturan sosial, serta dapat membangun
nasionalisme yang produktif. Identitas nasional juga membantu dalam
mempersatukan masyarakat Indonesia meskipun memiliki beragam budaya, agama,
ras, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mengenai identitas

45
nasional bangsa Indonesia merupakan hal yang sangat penting dalam membangun
kesatuan dan persatuan bangsa.
Dengan demikian, urgensi identitas nasional bagi Bangsa Indonesia terletak
pada perannya dalam mempersatukan masyarakat, membangun nasionalisme yang
produktif, serta memastikan bahwa identitas suatu bangsa tetap terjaga dan
berkembang seiring waktu. Identitas nasional menjadi landasan bersama bagi
masyarakat Indonesia, yang memungkinkan mereka untuk memiliki kesadaran akan
kesatuan, keteraturan sosial, dan nasionalisme yang produktif Identitas nasional
Indonesia sangat penting bagi bangsa Indonesia karena membedakannya dengan
bangsa lain dan menjadi landasan negara bagi masyarakat Indonesia Identitas
nasional ini juga menjadi alat untuk mengenali dan mengembangkan bangsa
Indonesia.

F. Upaya Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian


Upaya pelestarian kebudayaan dan kesenian merujuk pada langkah-langkah
yang diambil untuk melestarikan warisan budaya dan seni tradisional suatu bangsa.
Hal ini mencakup beragam tindakan, seperti mempertahankan budaya Indonesia
agar tidak punah, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan
budaya lokal, serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian kebudayaan.
Selain itu, upaya pelestarian juga melibatkan pengajaran kebudayaan pada generasi
penerus, praktik penggunaan budaya dalam kehidupan sehari-hari, dan
menghilangkan perasaan gengsi atau malu terkait dengan kebudayaan yang
dimiliki.
Pelestarian kebudayaan daerah dan kesenian tradisional memiliki peran penting
dalam mempertahankan identitas suatu bangsa. Kebudayaan daerah merupakan
bagian dari kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk
memperkokoh ketahanan bangsa Indonesia. Melalui pelestarian kebudayaan
daerah, masyarakat dapat memahami dan memperkuat akar budaya mereka, serta
membangun rasa kebanggaan terhadap identitas dan warisan budaya mereka. Selain
itu, pelestarian kesenian tradisional juga menjadi tanggung jawab bersama dalam
memastikan warisan budaya tetap hidup dan berkembang
Dengan demikian, upaya pelestarian kebudayaan dan kesenian merupakan
bagian integral dari pembangunan suatu bangsa. Hal ini tidak hanya memperkaya
warisan budaya, tetapi juga memperkokoh rasa kebangsaan, persatuan, serta
memastikan bahwa identitas suatu bangsa tetap terjaga dan berkembang seiring
waktu Upaya pelestarian kebudayaan dan kesenian sangat penting untuk
mengembangkan identitas nasional dan mengajarkan nilai-nilai kebudayaan ke
masyarakat Indonesia Pelestarian ini melibatkan:

1. Pelestarian bahasa:
Melestarikan dan mengembangkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan pemersatu dalam kehidupan sehari-hari

2. Pelestarian bendera:
Menjaga dan memperkuatkan bendera negara, seperti Sang Merah Putih,
sebagai simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

3. Pelestarian lagu kebangsaan:


Menjaga dan menyebarkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan
negara Indonesia

46
4. Pelestarian lambang negara:
Menjaga dan menyebarkan lambang negara, seperti Garuda Pancasila, sebagai
simbol negara dan identitas nasional.
.
5. Pelestarian dasar falsafah negara:
Menjaga dan mengajarkan dasar falsafah negara, seperti Pancasila, sebagai
pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia
Dalam upaya pelestarian kebudayaan dan kesenian, penting untuk menjaga dan
memperkuaskan elemen-elemen identitas nasional Indonesia agar masyarakat
Indonesia tetap mengenali dan mengembangkan identitas nasional mereka

47
BAB 6
KEDUDUKAN HUKUM ADAT INDONESIA

A. Pendahuluan
1. Gambaran umum tentang hukum adat di Indonesia
Gambaran umum tentang hukum adat di Indonesia merujuk pada seperangkat aturan
dan praktik hukum yang bersifat lokal, turun-temurun, dan tidak terkodifikasi secara tertulis.
Hukum adat mencerminkan identitas dan karakteristik masyarakat setempat, serta memiliki
sifat yang berbeda-beda di berbagai daerah di Indonesia. Hukum adat diakui oleh negara
Indonesia dan diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang menegaskan pengakuan dan
penghormatan terhadap kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak yang diatur
dalam undang-undang. Para ahli hukum juga mendefinisikan hukum adat sebagai keseluruhan
aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi, serta kompleks adat-adat
yang pada umumnya tidak tercatat, tidak dikodifikasi, dan bersifat memaksa. Hukum adat
memiliki peran penting dalam mempertahankan warisan budaya dan tradisi masyarakat
setempat, serta menjadi bagian integral dari sistem hukum nasional Indonesia.
2. Pentingnya memahami hukum adat
Pentingnya memahami hukum adat terletak pada beberapa aspek yang meliputi:
 Pemahaman Budaya Hukum Indonesia: Memahami hukum adat merupakan cara
untuk memahami budaya hukum Indonesia secara menyeluruh. Hal ini
memungkinkan untuk tidak menolak budaya hukum asing selama tidak
bertentangan dengan budaya hukum Indonesia
 Pengaturan Kehidupan Bersama: Melalui pemahaman hukum adat, seseorang dapat
memahami pedoman dan pengaturan yang menjadi landasan suatu masyarakat
untuk mengatur kehidupan bersama mereka
 Pengetahuan dan Pendidikan: Memahami hukum adat dapat menjadi sumber
pengetahuan yang dapat dikaitkan dengan pendidikan dan penelitian. Hal ini
memungkinkan hukum adat untuk diangkat dan dijelmakan menjadi jiwa hukum
nasional
 Pemahaman Kaidah Kepribadian Bangsa: Hukum adat merupakan pencerminan
kepribadian suatu bangsa dan menjadi salah satu penjelasan jiwa bangsa yang
bersangkutan dari generasi ke generasi
Dengan demikian, pemahaman hukum adat tidak hanya penting untuk memelihara
warisan budaya, tetapi juga untuk memperkaya pengetahuan, pendidikan, dan identitas hukum
suatu bangsa
B. Pengertian Hukum Adat
1. Definisi hukum adat
Hukum adat merujuk pada sistem hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
adat, terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang saling berhubungan.
Hukum adat ini diakui oleh negara sebagai hukum yang sah, dan sumbernya adalah peraturan-
peraturan yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat adat. Hukum
adat juga mencakup kompleks norma-norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat

48
yang selalu berkembang. Hukum adat memiliki peran penting dalam memelihara dan
melestarikan warisan budaya serta tatanan sosial masyarakat adat.
2. Unsur dan karakteristik hukum adat
Hukum adat memiliki unsur dan karakteristik yang khas, termasuk:
 Unsur Hukum Adat
 Tingkah Laku Berulang: Adanya tingkah laku yang terus menerus dilakukan oleh
masyarakat.
 Teratur dan Sistematis: Tingkah laku tersebut teratur dan sistematis.
 Memiliki Nilai Sakral: Tingkah laku tersebut mempunyai nilai sakral.
 Keputusan Kepala Adat: Adanya keputusan kepala adat.
 Sanksi Hukum: Adanya sanksi/akibat hukum.
 Tidak Tertulis: Hukum adat tidak tertulis.
 Ditaati dalam Masyarakat: Ditaati dalam masyarakat
Sumber Hukum Adat
 Adat istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat.
 Kebudayaan tradisional rakyat.
 Ugeran/kaidah dari kebudayaan Indonesia asli.
 Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
 Pepatah adat.
 Yurisprudensi adat.
 Dokumen-dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuan-ketentuan
hukum yang hidup.
 Kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh raja-raja
Karakteristik Hukum Adat
 Merupakan keseluruhan adat yang tidak tertulis dan hidup dalam masyarakat.
 Terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang saling berhubungan.
 Tidak ada pemisah yang jelas antara kepentingan pribadi (perdata) dengan
kepentingan umum (publik).
 Kekuatan mengikat hukum adat adalah kesadaran hukum anggota masyarakat adat
yang bersangkutan
Hukum adat memiliki peran penting dalam memelihara dan melestarikan warisan budaya serta
tatanan sosial masyarakat adat, dan diakui oleh negara sebagai hukum yang sah
C. Sifat dan Corak Hukum Adat
1. Sifat-sifat hukum adat
Hukum adat memiliki sifat dan corak yang khas, termasuk:
Sifat Hukum Adat
 Terbuka: Hukum adat dapat menerima sistem hukum lain sepanjang masyarakat
yang bersangkutan mengakui dan menerimanya
 Magis-Religius: Memiliki sifat magis-religius, yang mengharuskan masyarakat
untuk selalu menjaga keseimbangan dengan alam dan memohon restu dari entitas
gaib

49
 Komunal: Didasarkan pada rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong-menolong, dan
gotong-royong
 Konkret/Visual: Artinya jelas, nyata, berwujud, dan dapat terlihat
Corak Hukum Adat
 Tradisional: Berakar pada tradisi dan kebiasaan yang telah ada sejak lama.
 Keagamaan (Magis-Religius): Terkait erat dengan kepercayaan dan praktik
keagamaan masyarakat.
 Komunal (Kebersamaan): Didasarkan pada prinsip kebersamaan dan solidaritas
masyarakat.
 Konkret/Visual: Menekankan pada kejelasan, kenyataan, dan keterlihatan hukum.
 Tidak Tertulis: Hukum adat tidak diatur dalam dokumen tertulis, melainkan
diwariskan secara lisan dan melalui praktik sehari-hari
Hukum adat sifatnya sederhana, mudah dimengerti, tidak tertulis, tidak rumit, bersahaja, serta
dilaksanakan atas dasar saling pengertian dan kekeluargaan. Sifat dan corak hukum adat
mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan tatanan sosial masyarakat adat, serta berperan
dalam memelihara warisan budaya dan kearifan lokal
2. Ragam dan pola hukum adat di berbagai daerah
Ragam dan pola hukum adat di berbagai daerah mengacu pada keragaman aturan dan praktik
hukum adat yang berlaku di berbagai wilayah di Indonesia. Hukum adat ini bersifat pluralistis
dan hidup serta tumbuh di daerah-daerah yang berbeda. Setiap daerah memiliki hukum adat
yang unik, yang mencerminkan keanekaragaman budaya, tradisi, dan kepercayaan masyarakat
setempat. Misalnya, Hukum Adat Minangkabau mengatur perkawinan yang dianggap sah
apabila dilaksanakan dengan Hukum Adat Potong Jari, sementara Hukum Adat Dayak
Mualang Butang mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat adat Dayak Kalimantan
Barat, seperti perkawinan, tata cara menipu, zina, pembunuhan, dan pengelolaan sumber daya
alam. Keanekaragaman hukum adat ini dipengaruhi oleh sifat kekeluargaan, tradisi, dan
kearifan lokal masing-masing daerah, serta merupakan warisan leluhur yang dijunjung tinggi.
Oleh karena itu, hukum adat di Indonesia sangat beragam dan memiliki pola serta karakteristik
yang unik di setiap wilayahnya
D. Dasar Berlakunya Hukum Adat
1. Landasan pelaksanaan hukum adat
Landasan pelaksanaan hukum adat didasari oleh nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan
yang saling berhubungan dalam masyarakat adat. Hukum adat merupakan wujud gagasan
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan sumbernya berasal dari adat
istiadat, kebiasaan, kebudayaan tradisional, perasaan keadilan, pepatah adat, yurisprudensi
adat, serta dokumen-dokumen yang memuat ketentuan-ketentuan hukum yang hidup. Hukum
adat juga diakui oleh negara sebagai hukum yang sah, dan memiliki peran penting dalam
memelihara dan melestarikan warisan budaya serta tatanan sosial masyarakat adat. Dengan
demikian, hukum adat menjadi tolak ukur atau sumber acuan dalam pengkajian dan
pelaksanaan hukum di masyarakat adat
2. Hubungannya dengan sistem hukum nasional
Hubungan antara hukum adat dengan sistem hukum nasional dapat dijelaskan sebagai berikut:

50
 Pengakuan oleh Sistem Hukum Nasional: Hukum adat di Indonesia diakui oleh
sistem hukum nasional sebagai hukum yang sah. Hal ini tercermin dalam UUD
1945 Pasal 18B Ayat 2 yang menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak yang diatur dalam
undang-undang
 Perpaduan dalam Sistem Hukum Nasional: Sistem hukum nasional di Indonesia
merupakan perpaduan antara sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, didasarkan pada
hukum Eropa daratan, khususnya Belanda, namun hukum adat juga turut diakui dan
diberlakukan
 Pengaruh dalam Pembentukan Hukum Nasional: Hukum adat juga memiliki
pengaruh dalam pembentukan hukum nasional. Nilai-nilai, norma, dan aturan
dalam hukum adat dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan undang-undang
di tingkat nasional, terutama terkait dengan pengakuan dan perlindungan terhadap
masyarakat hukum adat
Dengan demikian, hukum adat memiliki hubungan yang erat dengan sistem hukum nasional,
baik dalam pengakuan, perpaduan, maupun pengaruhnya dalam pembentukan hukum di tingkat
nasional.
E. Sistem Hukum Adat
1. Sistem hukum dalam hukum adat
Sistem hukum dalam hukum adat merujuk pada aturan dan struktur hukum yang berlaku dalam
masyarakat adat. Hukum adat merupakan sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan
kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan
Tiongkok. Sistem hukum adat mengatur masalah pernikahan, perceraian, harta warisan, dan
praktik adat lainnya yang mencerminkan keunikan budaya setempat. Sistem hukum adat ini
bersumber dari nilai dan norma yang ada di tengah masyarakat, dan dalam beberapa kasus,
beroperasi secara paralel dengan sistem hukum formal yang diterapkan oleh negara. Meskipun
hukum adat tidak tertulis, namun hukum ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh
masyarakatnya. Sistem hukum adat memiliki peran penting dalam mengatur jalannya
pemerintah dan menciptakan keadilan. Hukum adat diakui oleh negara sebagai hukum yang
sah dan memiliki tujuan untuk mengatur tingkah laku. Oleh karena itu, hukum adat harus ditaati
oleh seluruh warga negara dan pemerintah harus menjalankan hukum adat
2. Mekanisme penyelesaian sengketa tradisional
Mekanisme penyelesaian sengketa tradisional didasari oleh prinsip keadilan pemulihan. Prinsip
ini berbeda dengan penghakiman gaya Barat yang bersifat retributif atau hukuman. Mekanisme
penyelesaian konflik tradisional ini mencakup pemulihan mangsa oleh pelaku, serta
rekonsiliasi untuk membangun perdamaian dan mencegah konflik di masa depan. Meskipun
mekanisme tradisional tidak lepas dari kekurangan, namun pelaksanaannya memiliki manfaat
dalam membangun keamanan dan perdamaian. Selain itu, mekanisme penyelesaian konflik
tradisional juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk lelaki, wanita, dan generasi
muda, serta dapat mencakup campur tangan ghaib dalam penyelesaian konflik. Meskipun
demikian, beberapa pihak berpendapat bahwa mekanisme tradisional dapat bertentangan
dengan standar hak asasi manusia universal. Meskipun demikian, mekanisme penyelesaian
konflik tradisional tetap menjadi bagian penting dari upaya memelihara perdamaian dan
keamanan dalam masyarakat

51
F. Hukum Adat dalam Sistem Hukum Indonesia
1. Integrasi hukum adat dalam sistem hukum Indonesia
Integrasi hukum adat dalam sistem hukum Indonesia didasari oleh pengakuan negara terhadap
keberadaan dan keberlakuan hukum adat sebagai bagian dari sistem hukum nasional. Hal ini
tercermin dalam UUD 1945 Pasal 18B Ayat 2 yang menyatakan bahwa negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak yang diatur dalam
undang-undang. Integrasi ini dilakukan untuk memberikan pengakuan, perlindungan, dan
penegakan hukum terhadap hukum adat sebagai bagian dari keragaman budaya dan sistem
hukum nasional. Selain itu, integrasi hukum adat juga dilakukan untuk memastikan bahwa
nilai-nilai, norma, dan aturan dalam hukum adat dapat diakomodasi dalam pembuatan undang-
undang di tingkat nasional, sehingga tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum
nasional. Dengan demikian, integrasi hukum adat dalam sistem hukum Indonesia bertujuan
untuk memelihara dan melestarikan warisan budaya serta tatanan sosial masyarakat adat,
sekaligus menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Tantangan dan perkembangannya
Tantangan dan perkembangan yang dihadapi Hukum Adat Indonesia dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Tantangan Implementasi: Implementasi hukum adat dalam hukum positif di
Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya pemahaman
dan kesadaran masyarakat terhadap hukum adat, kurangnya dukungan dari
pemerintah, dan masih adanya konflik antara hukum adat dan hukum nasional
 Perkembangan Hukum Nasional: Perkembangan hukum nasional yang semakin
maju dan kompleks juga menjadi tantangan bagi hukum adat. Beberapa aturan
hukum nasional dapat bertentangan dengan hukum adat, sehingga diperlukan upaya
untuk mengintegrasikan hukum adat dalam sistem hukum nasional
 Perubahan Sosial dan Budaya: Perubahan sosial dan budaya yang terjadi di
masyarakat juga dapat mempengaruhi keberlangsungan hukum adat. Beberapa
praktik hukum adat dapat menjadi tidak relevan atau tidak sesuai dengan
perkembangan zaman, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dan pembaruan
 Perlindungan Hak Masyarakat Adat: Perlindungan hak masyarakat adat juga
menjadi tantangan bagi hukum adat. Masyarakat adat seringkali mengalami
diskriminasi dan marginalisasi, sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperkuat
perlindungan hak-hak mereka
 Pengakuan dan Penerapan Hukum Adat: Pengakuan dan penerapan hukum adat
masih menjadi perdebatan di Indonesia. Beberapa pihak berpendapat bahwa hukum
adat dapat bertentangan dengan standar hak asasi manusia universal, sehingga perlu
dilakukan upaya untuk menyeimbangkan antara pengakuan dan perlindungan hak-
hak masyarakat adat dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia
Dalam menghadapi tantangan dan perkembangan tersebut, diperlukan upaya untuk
memperkuat pengakuan, perlindungan, dan penerapan hukum adat sebagai bagian dari sistem
hukum nasional. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya integrasi hukum adat dalam sistem
hukum nasional, peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap hukum adat,
serta dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait

52
BAB 7
STRATEGI MENJAGA EKSISTENSI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI
IDENTITAS NASIONAL

A. Pendahuluan
1. Pengenalan tentang kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional.
Pengenalan tentang kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional memiliki
beberapa aspek penting, seperti yang dijelaskan dalam sumber yang ditemukan:
 Representasi Identitas Nasional: Kearifan lokal merupakan bagian integral dari
identitas nasional suatu negara. Hal ini karena kearifan lokal mencerminkan nilai-
nilai, tradisi, dan kearifan yang unik bagi suatu bangsa, dan oleh karena itu, penting
untuk dikenali dan dijaga sebagai bagian dari identitas nasional
 Pemeliharaan Keberagaman Budaya: Kearifan lokal juga merupakan representasi
dari keberagaman budaya di suatu negara. Dengan memperkenalkan kearifan lokal,
kita dapat memelihara keberagaman budaya yang menjadi bagian penting dari
identitas nasional
 Penguatan Jati Diri dan Kemandirian: Pengenalan tentang kearifan lokal juga dapat
memperkuat jati diri dan kemandirian suatu bangsa. Dengan memahami dan
menjaga kearifan lokal, masyarakat dapat memperkuat identitas nasional dan
meningkatkan rasa memiliki terhadap warisan budaya mereka
 Pentingnya Pendidikan Bahasa dan Seni: Pengenalan kearifan lokal juga
menunjukkan pentingnya pendidikan bahasa dan seni dalam memperkenalkan
kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional. Hal ini dapat dilakukan
melalui pengembangan kurikulum pendidikan yang memasukkan nilai-nilai
kearifan lokal
Dengan demikian, pengenalan tentang kearifan lokal sebagai bagian dari identitas
nasional memiliki peran penting dalam memelihara keberagaman budaya, memperkuat
jati diri dan kemandirian, serta menunjukkan pentingnya pendidikan bahasa dan seni
dalam konteks identitas nasional.
2. Pentingnya menjaga eksistensi kearifan lokal di era disrupsi.
Pentingnya menjaga eksistensi kearifan lokal di era disrupsi didasari oleh beberapa
faktor, seperti yang dijelaskan dalam sumber yang ditemukan:
 Pemeliharaan Identitas Nasional: Kearifan lokal merupakan bagian integral dari
identitas nasional suatu negara. Oleh karena itu, menjaga eksistensi kearifan lokal
sangat penting untuk memelihara identitas nasional dan keberagaman budaya
 Pemeliharaan Kearifan Lokal: Era disrupsi memberikan dampak negatif terhadap
eksistensi kearifan lokal, karena banyak masyarakat khususnya pemuda
meninggalkan kearifan lokal dan lebih tertarik pada budaya asing. Oleh karena itu,
menjaga eksistensi kearifan lokal sangat penting untuk memelihara keberagaman
budaya dan mencegah kepunahan kearifan local
 Penguatan Jati Diri dan Kemandirian: Pengenalan dan pemeliharaan kearifan lokal
juga dapat memperkuat jati diri dan kemandirian suatu bangsa. Dengan memahami

53
dan menjaga kearifan lokal, masyarakat dapat memperkuat identitas nasional dan
meningkatkan rasa memiliki terhadap warisan budaya mereka
 Pentingnya Pendidikan Bahasa dan Seni: Pendidikan bahasa dan seni juga memiliki
peran penting dalam menjaga eksistensi kearifan lokal. Dengan memasukkan nilai-
nilai kearifan lokal dalam kurikulum pendidikan, masyarakat dapat memahami dan
memelihara kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional
Dengan demikian, menjaga eksistensi kearifan lokal di era disrupsi memiliki peran
penting dalam memelihara identitas nasional, keberagaman budaya, jati diri dan
kemandirian, serta menunjukkan pentingnya pendidikan bahasa dan seni dalam konteks
identitas nasional.
B. Konsep Kearifan Lokal dan Fungsinya
1. Penjelasan tentang konsep kearifan lokal dan fungsinya dalam kehidupan
masyarakat.
Konsep kearifan lokal merujuk pada pengetahuan, nilai, dan praktik yang dimiliki oleh
masyarakat setempat. Fungsi kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat sangat
beragam, antara lain:
 Pemeliharaan Identitas dan Budaya Lokal: Kearifan lokal memainkan peran penting
dalam memelihara identitas dan budaya lokal suatu masyarakat. Melalui
pengetahuan dan praktik yang diwariskan secara turun-temurun, kearifan lokal
membantu mempertahankan warisan budaya dan tradisi masyarakat setempat
 Pengelolaan Sumber Daya Alam: Kearifan lokal juga seringkali terkait dengan
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pengetahuan lokal tentang
ekologi, pertanian, dan pengelolaan hutan dapat memberikan kontribusi penting
dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam
 Pembangunan Masyarakat: Kearifan lokal juga berperan dalam pembangunan
masyarakat, baik dalam hal sosial, ekonomi, maupun politik. Nilai-nilai kearifan
lokal seringkali menjadi landasan bagi pengambilan keputusan dan penyelesaian
konflik dalam masyarakat
 Penguatan Karakter dan Etika: Kearifan lokal juga dapat berperan dalam penguatan
karakter dan etika masyarakat. Nilai-nilai seperti gotong royong, kejujuran, dan rasa
tanggung jawab seringkali tertanam dalam kearifan lokal, dan hal ini dapat
membentuk karakter dan etika masyarakat secara positif
Dengan demikian, konsep kearifan lokal memiliki beragam fungsi yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat, baik dalam memelihara identitas dan budaya lokal,
pengelolaan sumber daya alam, pembangunan masyarakat, maupun penguatan karakter
dan etika.
2. Peran kearifan lokal dalam membangun identitas nasional.
Peran kearifan lokal dalam membangun identitas nasional sangat penting karena
kearifan lokal mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan kearifan yang unik bagi suatu
bangsa. Berikut adalah beberapa peran kearifan lokal dalam membangun identitas
nasional:
 Mempertahankan Warisan Budaya: Kearifan lokal memainkan peran penting dalam
mempertahankan warisan budaya suatu bangsa. Melalui pengetahuan dan praktik

54
yang diwariskan secara turun-temurun, kearifan lokal membantu mempertahankan
warisan budaya dan tradisi masyarakat setempat
 Meningkatkan Rasa Kebanggaan: Kearifan lokal juga dapat meningkatkan rasa
kebanggaan terhadap identitas nasional. Dengan memahami dan menjaga kearifan
lokal, masyarakat dapat memperkuat identitas nasional dan meningkatkan rasa
memiliki terhadap warisan budaya mereka
 Meningkatkan Daya Tarik Wisata: Kearifan lokal juga dapat meningkatkan daya
tarik wisata suatu daerah atau negara. Wisatawan seringkali tertarik untuk
mengunjungi tempat-tempat yang memiliki kearifan lokal yang unik dan menarik
 Meningkatkan Kualitas Hidup: Kearifan lokal juga dapat meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Pengetahuan lokal tentang ekologi, pertanian, dan pengelolaan
hutan dapat memberikan kontribusi penting dalam menjaga keseimbangan
lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam
Dengan demikian, peran kearifan lokal dalam membangun identitas nasional sangat
penting dalam mempertahankan warisan budaya, meningkatkan rasa kebanggaan,
meningkatkan daya tarik wisata, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
C. Dimensi dan Pengaturan Kearifan Lokal di Indonesia Sebagai Bagian
Kebudayaan
Penjelasan tentang dimensi kearifan lokal di Indonesia.
Dimensi kearifan lokal di Indonesia mencakup beberapa aspek, seperti yang dijelaskan
dalam sumber yang ditemukan:
 Dimensi Pengetahuan Lokal: Dimensi ini mencakup pengetahuan lokal masyarakat
setempat tentang lingkungan, pertanian, dan pengelolaan sumber daya alam.
Pengetahuan lokal ini seringkali menjadi manfaat bagi kehidupan mereka, seperti
dalam mengelola hasil pertanian dan menghadapi musim pancaroba
 Dimensi Nilai Lokal: Dimensi ini mencakup nilai-nilai yang dipegang oleh
masyarakat setempat, seperti gotong royong, kejujuran, dan rasa tanggung jawab.
Nilai-nilai ini seringkali tertanam dalam kearifan lokal, dan hal ini dapat
membentuk karakter dan etika masyarakat secara positif
 Dimensi Keterampilan Lokal: Dimensi ini mencakup keterampilan lokal
masyarakat setempat, seperti keterampilan dalam membuat kerajinan tangan,
memasak makanan tradisional, dan mengolah bahan alam menjadi produk yang
bernilai ekonomi. Keterampilan lokal ini seringkali menjadi sumber penghasilan
bagi masyarakat setempat
 Dimensi Spiritual Lokal: Dimensi ini mencakup kepercayaan dan praktik spiritual
masyarakat setempat, seperti upacara adat dan kepercayaan terhadap roh nenek
moyang. Dimensi ini juga seringkali menjadi bagian penting dari identitas dan
budaya lokal
Dengan demikian, dimensi kearifan lokal di Indonesia mencakup pengetahuan, nilai,
keterampilan, dan spiritualitas masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya kearifan lokal dalam membangun identitas nasional dan memelihara
keberagaman budaya di Indonesia.

55
Pengaturan kearifan lokal sebagai bagian dari kebudayaan.
Pengaturan kearifan lokal sebagai bagian dari kebudayaan didasari oleh pengakuan
akan nilai dan peran penting kearifan lokal dalam memelihara identitas budaya suatu
bangsa. Kearifan lokal mencerminkan pengetahuan, nilai, keterampilan, dan
spiritualitas masyarakat setempat, yang merupakan bagian integral dari keberagaman
budaya Indonesia. Oleh karena itu, pengaturan kearifan lokal sebagai bagian dari
kebudayaan bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memperkuat kearifan
lokal sebagai warisan budaya yang bernilai. Hal ini juga mencakup upaya untuk
memasukkan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam berbagai kebijakan, program
pendidikan, dan inisiatif pembangunan yang bertujuan untuk memelihara dan
mempromosikan kearifan lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya
nasional.
Peran kearifan lokal dalam memperkuat identitas nasional.
Peran kearifan lokal dalam memperkuat identitas nasional sangat signifikan. Kearifan
lokal mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan kearifan yang unik bagi suatu bangsa, dan
oleh karena itu, penting untuk dikenali dan dijaga sebagai bagian dari identitas nasional.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat dipandang sebagai
identitas bangsa, terutama dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal
bertransformasi secara lintas budaya, yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya
nasional. Kearifan lokal juga dapat menjadi sumber untuk membentuk identitas
nasional, karena nilainya yang mengajarkan gotong royong, toleransi, dan etos kerja,
merupakan nilai-nilai yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
kearifan lokal memiliki peran penting dalam memperkuat identitas nasional,
memelihara keberagaman budaya, dan membangun karakter kewarganegaraan
multikultural yang kuat. Dengan demikian, kearifan lokal berperan sebagai perekat
dalam membangun identitas nasional yang kuat dan berkelanjutan.
D. Kearifan Lokal dan Konsep Sustainability
Penjelasan tentang konsep sustainability.
Konsep keberlanjutan (sustainability) merujuk pada upaya untuk memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Konsep ini memiliki pengaruh dan kaitannya yang sangat erat
dengan kearifan lokal, terutama dalam konteks pelestarian lingkungan, pengelolaan
sumber daya alam, dan pembangunan ekonomi masyarakat.
Dalam konteks pelestarian lingkungan, kearifan lokal sering kali mencakup
pengetahuan dan praktik tentang pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Hal ini mencakup cara-cara tradisional dalam menjaga keseimbangan ekosistem,
memanfaatkan sumber daya alam secara bertanggung jawab, dan melestarikan
keanekaragaman hayati. Dengan demikian, kearifan lokal berperan dalam mendukung
konsep keberlanjutan dengan mempromosikan praktik-praktik yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
Selain itu, kearifan lokal juga berperan dalam pengembangan ekonomi masyarakat
secara berkelanjutan. Melalui pemanfaatan sumber daya alam dan keterampilan lokal,
kearifan lokal dapat menjadi landasan bagi pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) yang berkelanjutan. Hal ini mencakup pemanfaatan bahan baku
lokal, pengembangan produk ramah lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal.

56
Dengan demikian, konsep keberlanjutan memiliki pengaruh yang sangat positif
terhadap kearifan lokal, karena memperkuat nilai-nilai dan praktik yang telah lama
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lokal. Selain itu, kearifan lokal juga
berperan dalam mendukung konsep keberlanjutan dengan mempromosikan praktik-
praktik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Bagaimana kearifan lokal dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Kearifan lokal dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
melalui beberapa cara, seperti yang dijelaskan dalam sumber yang ditemukan:
 Pengelolaan Sumber Daya Alam: Kearifan lokal seringkali mencakup pengetahuan
dan praktik tentang pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini
mencakup cara-cara tradisional dalam menjaga keseimbangan ekosistem,
memanfaatkan sumber daya alam secara bertanggung jawab, dan melestarikan
keanekaragaman hayati. Dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam pengelolaan
sumber daya alam, pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan ramah
lingkungan
 Pemberdayaan Masyarakat: Kearifan lokal juga dapat menjadi landasan bagi
pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berkelanjutan.
Hal ini mencakup pemanfaatan bahan baku lokal, pengembangan produk ramah
lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan memanfaatkan kearifan
lokal dalam pemberdayaan masyarakat, pembangunan dapat dilakukan secara
inklusif dan berkelanjutan
 Pengembangan Ekonomi: Kearifan lokal juga dapat menjadi sumber daya bagi
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini mencakup pemanfaatan
keterampilan lokal, pengembangan produk lokal, dan pemanfaatan teknologi yang
ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam pengembangan
ekonomi, pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan adil
Dengan demikian, kearifan lokal dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumber daya alam, pemberdayaan
masyarakat, dan pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya kearifan lokal dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan
perlunya memperkuat kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional.
E. Strategi Menjaga Eksistensi Kearifan Lokal
Penjelasan tentang strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga eksistensi
kearifan lokal di era disrupsi.
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga eksistensi
kearifan lokal di era disrupsi, seperti yang dijelaskan dalam sumber yang ditemukan:
 Maksimalkan Peran Pendidikan: Pendidikan memiliki peran penting dalam
menjaga eksistensi kearifan lokal. Melalui pengembangan kurikulum pendidikan
yang memasukkan nilai-nilai kearifan lokal, masyarakat dapat memahami dan
memelihara kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional. Hal ini dapat
dilakukan melalui pengembangan program pendidikan formal dan non-formal yang
memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda
 Membangun Kesadaran Masyarakat: Membangun kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga kearifan lokal juga merupakan strategi yang penting. Hal ini

57
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan sosialisasi, seperti seminar, lokakarya,
dan kampanye sosial. Dengan membangun kesadaran masyarakat, diharapkan
masyarakat dapat memahami dan memelihara kearifan lokal sebagai bagian dari
identitas nasional
 Mengembangkan Produk Berbasis Kearifan Lokal: Pengembangan produk berbasis
kearifan lokal juga dapat menjadi strategi untuk menjaga eksistensi kearifan lokal.
Hal ini mencakup pengembangan produk-produk yang menggunakan bahan baku
lokal dan mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal. Dengan mengembangkan produk
berbasis kearifan lokal, diharapkan masyarakat dapat memahami dan memelihara
kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional
Dengan demikian, beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga eksistensi
kearifan lokal di era disrupsi mencakup maksimalkan peran pendidikan, membangun
kesadaran masyarakat, dan mengembangkan produk berbasis kearifan lokal. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya kearifan lokal dalam membangun identitas nasional
dan perlunya memperkuat kearifan lokal sebagai bagian dari identitas nasional.

58
BAB 8
Kearifan Lokal Sebagai Daya Tarik Wisata
A. Pendahuluan
1. Pengenalan tentang peran kearifan lokal sebagai daya tarik wisata.
Pengenalan terhadap peran kearifan lokal sebagai daya tarik wisata merupakan konsep
yang penting dalam pengembangan sektor pariwisata. Kearifan lokal mencakup
pengetahuan, nilai, dan praktik yang unik bagi suatu masyarakat, dan dapat menjadi
daya tarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman budaya autentik. Dalam konteks
pariwisata, kearifan lokal dapat mencakup beragam aspek, seperti kearifan budaya
lokal, kearifan lokal dalam kuliner, serta daya dukung pertanian yang menarik. Melalui
pengenalan terhadap kearifan lokal sebagai daya tarik wisata, masyarakat dan
pemerintah dapat memahami potensi yang dimiliki oleh kearifan lokal dalam menarik
wisatawan, serta pentingnya menjaga dan memelihara kearifan lokal sebagai bagian
dari identitas budaya suatu destinasi wisata. Dengan demikian, pengenalan terhadap
peran kearifan lokal sebagai daya tarik wisata dapat menjadi landasan bagi
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang memperkuat identitas budaya lokal dan
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
2. Pentingnya menjaga eksistensi kearifan lokal dalam konteks pariwisata.
Pentingnya menjaga eksistensi kearifan lokal dalam konteks pariwisata dapat dilihat
dari beberapa aspek. Pertama, kearifan lokal merupakan bagian integral dari identitas
budaya suatu daerah, yang dapat menjadi daya tarik unik bagi wisatawan yang mencari
pengalaman budaya autentik. Kedua, menjaga kearifan lokal juga berkontribusi pada
pelestarian warisan budaya dan keanekaragaman budaya, yang merupakan aset
berharga bagi industri pariwisata. Ketiga, kearifan lokal juga dapat menjadi landasan
bagi pengembangan produk wisata berbasis budaya, seperti kuliner lokal, kerajinan
tangan, festival budaya, dan atraksi wisata lainnya. Keempat, kearifan lokal juga dapat
menjadi sumber daya bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan, karena dapat
mendukung pemberdayaan masyarakat lokal dan pengelolaan sumber daya alam yang
bertanggung jawab. Oleh karena itu, menjaga eksistensi kearifan lokal dalam konteks
pariwisata tidak hanya penting untuk melestarikan warisan budaya, tetapi juga dapat
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat serta menciptakan
pengalaman wisata yang unik dan berkesan bagi wisatawan.
B. Pengertian Kearifan Lokal Pendukung Pariwisata
1. Penjelasan tentang konsep kearifan lokal dan bagaimana konsep ini mendukung
pengembangan sektor pariwisata.
Konsep kearifan lokal mendukung pengembangan sektor pariwisata melalui berbagai
aspek. Pertama, kearifan lokal mencakup pengetahuan, nilai, dan praktik yang unik bagi
suatu masyarakat, dan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mencari
pengalaman budaya autentik. Hal ini dapat mencakup kearifan budaya lokal, kearifan
lokal dalam kuliner, serta daya dukung pertanian yang menarik. Kedua, kearifan lokal
juga dapat menjadi landasan bagi pengembangan produk wisata berbasis budaya,
seperti kuliner lokal, kerajinan tangan, festival budaya, dan atraksi wisata lainnya.
Ketiga, kearifan lokal juga dapat menjadi sumber daya bagi pengembangan pariwisata
berkelanjutan, karena dapat mendukung pemberdayaan masyarakat lokal dan

59
pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, konsep
kearifan lokal mendukung pengembangan sektor pariwisata dengan memperkaya dan
memperkuat daya tarik destinasi pariwisata, serta memberikan manfaat ekonomi dan
sosial bagi masyarakat setempat.
2. Contoh konkret bagaimana kearifan lokal dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Contoh konkret bagaimana kearifan lokal dapat menjadi daya tarik bagi
wisatawan adalah sebagai berikut:
 Kearifan Budaya Lokal: Kearifan budaya lokal mencakup adat istiadat, kesenian,
dan tradisi masyarakat setempat. Contohnya, wisatawan dapat mengunjungi desa
adat di Bali untuk melihat upacara adat, tarian tradisional, dan seni ukir kayu yang
khas.
 Kearifan Lokal dalam Kuliner: Kearifan lokal dalam kuliner mencakup makanan
khas daerah yang unik dan lezat. Contohnya, wisatawan dapat mencicipi sate lilit
di Bali, soto Betawi di Jakarta, atau rendang di Padang.
 Daya Dukung Pertanian: Daya dukung pertanian mencakup wisata agrowisata yang
menawarkan pengalaman berkebun dan memanen hasil pertanian. Contohnya,
wisatawan dapat mengunjungi kebun teh di Bandung atau kebun stroberi di
Lembang.
Dengan mengalami pengalaman langsung tentang kearifan lokal, wisatawan dapat
memperkaya pengalaman wisata mereka dan memahami lebih dalam tentang budaya dan
kearifan lokal suatu daerah. Hal ini juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat
setempat dan memperkuat identitas budaya suatu destinasi wisata. Oleh karena itu, kearifan
lokal dapat menjadi daya tarik yang unik dan menarik bagi wisatawan
C. Kearifan Budaya Lokal
1. Menjelaskan tentang kearifan budaya lokal yang meliputi adat istiadat, kesenian, dan
tradisi masyarakat setempat.
Kearifan budaya lokal mencakup adat istiadat, kesenian, dan tradisi masyarakat
setempat. Adat istiadat mencakup berbagai praktik dan aturan yang dipegang oleh masyarakat
setempat, seperti upacara adat, pernikahan, dan pemakaman. Kesenian mencakup berbagai
bentuk seni yang dihasilkan oleh masyarakat setempat, seperti tarian, musik, dan seni rupa.
Sedangkan tradisi mencakup berbagai praktik dan kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke
generasi, seperti cara hidup, cara berpakaian, dan cara berbahasa. Kearifan budaya lokal dapat
menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman budaya autentik. Wisatawan
dapat mengunjungi desa adat, museum, atau galeri seni untuk melihat dan mempelajari kearifan
budaya lokal. Selain itu, kearifan budaya lokal juga dapat menjadi landasan bagi
pengembangan produk wisata berbasis budaya, seperti kerajinan tangan, festival budaya, dan
atraksi wisata lainnya. Dengan memperkenalkan kearifan budaya lokal kepada wisatawan,
masyarakat setempat dapat memperkuat identitas budaya mereka dan memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat setempat.
2. Bagaimana kearifan budaya lokal dapat menjadi daya tarik wisata yang unik dan
berbeda.
Kearifan budaya lokal dapat menjadi daya tarik wisata yang unik dan berbeda karena
mencerminkan keunikan dan kekayaan budaya suatu daerah. Wisatawan seringkali tertarik
untuk mengalami dan memahami kehidupan dan budaya lokal yang autentik, yang dapat
60
mencakup adat istiadat, kesenian, dan tradisi masyarakat setempat. Misalnya, wisatawan dapat
terlibat dalam upacara adat, menyaksikan pertunjukan tarian dan musik tradisional, atau belajar
tentang kerajinan tangan dan kuliner khas daerah. Hal ini memberikan pengalaman yang
berbeda dan mendalam, serta memungkinkan wisatawan untuk terlibat secara langsung dengan
kehidupan masyarakat setempat. Dengan demikian, kearifan budaya lokal menjadi daya tarik
wisata yang unik karena menawarkan pengalaman yang berbeda dari destinasi wisata lainnya,
serta memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap kekayaan budaya suatu daerah.
D. Kearifan Lokal Makanan
1. Mengulas tentang kearifan lokal dalam hal kuliner dan makanan khas daerah.
Kearifan lokal dalam hal kuliner dan makanan khas daerah mencakup makanan yang
unik dan lezat yang berasal dari suatu daerah atau budaya tertentu. Makanan khas daerah dapat
mencerminkan keunikan dan kekayaan budaya suatu daerah, serta menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang mencari pengalaman kuliner autentik. Makanan khas daerah juga dapat
menjadi bagian integral dari identitas budaya suatu daerah, yang harus dijaga dan
dipertahankan. Beberapa makanan khas daerah Indonesia seperti ketupat, opor ayam, sate,
rendang, dan nasi liwet, menjadi menu favorit masyarakat Indonesia dan menjadi daya tarik
bagi wisatawan yang ingin mencicipi kuliner lokal. Selain itu, makanan khas daerah juga dapat
menjadi alternatif dalam mencari makanan yang halal dan mengenyangkan selama berpuasa.
Dalam konteks ini, makanan khas daerah tidak hanya memiliki nilai gizi dan kelezatan yang
tinggi, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya dan kearifan lokal yang harus
dipertahankan. Oleh karena itu, makanan khas daerah dapat menjadi daya tarik wisata yang
unik dan berbeda karena menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan memperkaya
pengalaman wisata.
2. Bagaimana kearifan lokal dalam hal makanan dapat menjadi daya tarik wisata yang
unik.
Kearifan lokal dalam hal makanan dapat menjadi daya tarik wisata yang unik karena
makanan khas daerah mencerminkan keunikan dan kekayaan budaya suatu daerah. Makanan
khas daerah dapat menjadi bagian integral dari identitas budaya suatu daerah, yang harus dijaga
dan dipertahankan. Wisatawan seringkali tertarik untuk mencicipi kuliner lokal yang autentik
dan unik, yang dapat mencakup berbagai jenis makanan, seperti sate, rendang, nasi liwet, dan
makanan khas daerah lainnya. Selain itu, makanan khas daerah juga dapat menjadi alternatif
dalam mencari makanan yang halal dan mengenyangkan selama berpuasa. Dalam konteks ini,
makanan khas daerah tidak hanya memiliki nilai gizi dan kelezatan yang tinggi, tetapi juga
menjadi bagian dari identitas budaya dan kearifan lokal yang harus dipertahankan. Oleh karena
itu, makanan khas daerah dapat menjadi daya tarik wisata yang unik dan berbeda karena
menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan memperkaya pengalaman wisata. Selain
itu, makanan khas daerah juga dapat menjadi sumber daya bagi pengembangan pariwisata
berkelanjutan, karena dapat mendukung pemberdayaan masyarakat lokal dan pengelolaan
sumber daya alam yang bertanggung jawab.

61
E. Daya Dukung Pertanian untuk Menarik Wisatawan
1. Menjelaskan tentang bagaimana kearifan lokal terkait pertanian dapat menjadi daya
tarik wisatawan.
Kearifan lokal terkait pertanian dapat menjadi daya tarik wisatawan melalui berbagai
cara. Misalnya, wisatawan dapat mengunjungi desa-desa yang mempraktikkan pertanian
tradisional dan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari seperti menanam padi, memanen hasil
pertanian, atau merasakan kehidupan petani. Selain itu, wisatawan juga dapat belajar tentang
pengetahuan lokal terkait pertanian, seperti sistem irigasi tradisional, pola tanam yang unik,
atau cara-cara pengolahan hasil pertanian. Pengalaman-pengalaman ini memberikan
kesempatan bagi wisatawan untuk memahami dan menghargai kearifan lokal terkait pertanian,
serta memberikan kontribusi positif bagi pemberdayaan masyarakat lokal dan pelestarian
budaya. Dengan demikian, konsep kearifan lokal terkait pertanian dapat menjadi daya tarik
wisatawan karena menawarkan pengalaman yang unik, mendalam, dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan dan budaya lokal.
2. Contoh bagaimana wisata agrowisata berbasis kearifan lokal pertanian dapat menarik
minat wisatawan.
Berikan Contoh bagaimana wisata agrowisata berbasis kearifan lokal pertanian dapat
menarik minat wisatawan!
Wisata agrowisata berbasis kearifan lokal pertanian dapat menarik minat wisatawan dengan
berbagai cara, seperti yang dijelaskan dalam beberapa sumber yang ditemukan:
Pengalaman Berkebun: Wisatawan dapat berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari seperti
menanam padi, memanen hasil pertanian, atau merasakan kehidupan petani. Hal ini
memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk memahami dan menghargai kearifan lokal
terkait pertanian, serta memberikan kontribusi positif bagi pemberdayaan masyarakat lokal dan
pelestarian budaya
 Belajar tentang Pengetahuan Lokal: Wisatawan juga dapat belajar tentang
pengetahuan lokal terkait pertanian, seperti sistem irigasi tradisional, pola tanam
yang unik, atau cara-cara pengolahan hasil pertanian. Pengalaman-pengalaman ini
memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk memahami dan menghargai
kearifan lokal terkait pertanian, serta memberikan kontribusi positif bagi
pemberdayaan masyarakat lokal dan pelestarian budaya
 Mencicipi Kuliner Lokal: Wisatawan juga dapat mencicipi kuliner lokal yang
dihasilkan dari pertanian lokal, seperti buah-buahan, sayuran, atau makanan khas
daerah. Hal ini memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk memahami dan
menghargai kearifan lokal terkait pertanian, serta memberikan kontribusi positif
bagi pemberdayaan masyarakat lokal dan pelestarian budaya
Dengan demikian, wisata agrowisata berbasis kearifan lokal pertanian dapat menarik minat
wisatawan dengan memberikan pengalaman yang unik, mendalam, dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan dan budaya lokal.

62
BAB 9
KEARIFAN LOKAL DALAM BIDANG PERTANIAN, PERKEBUNAN,
PERIKANAN

Pendahuluan
Pengertian Kearifan Lokal
Pengertian Kearifan Lokal merujuk pada pengetahuan, nilai, norma, dan tradisi yang
diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh masyarakat tertentu sebagai panduan dalam
berinteraksi dengan lingkungan alam dan budaya, serta sebagai identitas atau kepribadian
budaya bangsa yang memungkinkan mereka untuk menyaring dan memiliki budaya. Kearifan
lokal juga mencakup pandangan hidup, pengetahuan, dan berbagai startegi kehidupan
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat local. Hal ini meliputi aspek-aspek seperti
konservasi sumber daya alam, hubungan harmonis antara anggota masyarakat, serta nilai-nilai
etika dan moral yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Kearifan Lokal di Bidang Pertanian


1. Aspek-aspek Kearifan Lokal dalam Pertanian
Aspek-aspek Kearifan Lokal dalam Pertanian meliputi pengetahuan dan praktik-praktik
tradisional yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam, teknik pertanian, dan
konservasi lingkungan. Berdasarkan beberapa sumber
beberapa aspek kearifan lokal dalam pertanian antara lain:
 Pola tanam: Pola tanam yang digunakan dalam pertanian tradisional seringkali
didasarkan pada pengetahuan lokal tentang musim, kondisi tanah, dan sumber daya
air. Contohnya, sistem tumpangsari yang memadukan beberapa jenis tanaman
dalam satu lahan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi
risiko kegagalan panen.
 Penggunaan sumber daya alam: Kearifan lokal juga mencakup pengetahuan tentang
penggunaan sumber daya alam yang bijaksana, seperti penggunaan pupuk organik
dan pengendalian hama secara alami.
 Konservasi lingkungan: Aspek kearifan lokal dalam konservasi lingkungan
mencakup praktik-praktik pertanian berkelanjutan, seperti rotasi tanaman dan
penggunaan teknik pengolahan tanah yang ramah lingkungan.
 Pengetahuan tentang tanaman lokal: Kearifan lokal juga mencakup pengetahuan
tentang tanaman lokal yang dapat tumbuh dengan baik di lingkungan setempat dan
memiliki nilai gizi yang tinggi.
 Keterampilan lokal: Keterampilan lokal dalam pertanian mencakup teknik-teknik
tradisional dalam pengolahan tanah, penanaman, dan panen yang telah diwariskan
dari generasi ke generasi.
Dengan mempertahankan dan menerapkan kearifan lokal dalam pertanian, masyarakat
dapat membangun ketahanan pangan dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

63
2. Contoh Kearifan Lokal dalam Praktik Pertanian Tradisional
Beberapa contoh kearifan lokal dalam praktik pertanian tradisional di Indonesia antara
lain:
 Sistem tumpangsari: Sistem tumpangsari merupakan praktek penanaman beragam
biji-bijian dalam satu lahan. Praktek ini didasarkan pada pengetahuan lokal tentang
musim, kondisi tanah, dan sumber daya air.
 Penggunaan pupuk organik: Kearifan lokal juga mencakup pengetahuan tentang
penggunaan pupuk organik yang berasal dari bahan-bahan alami seperti kompos
dan pupuk kandang.
 Rotasi tanaman: Praktik rotasi tanaman dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah
dan mengurangi risiko serangan hama dan penyakit.
 Pengendalian hama secara alami: Kearifan lokal juga mencakup pengetahuan
tentang pengendalian hama secara alami, seperti dengan menggunakan predator
alami atau tanaman pengusir hama.
 Penggunaan teknik pengolahan tanah yang ramah lingkungan: Praktik-praktik
pengolahan tanah yang ramah lingkungan, seperti penggunaan alat-alat tradisional
dan teknik pengolahan tanah yang tidak merusak struktur tanah, juga merupakan
bagian dari kearifan lokal dalam pertanian tradisional.
Dengan mempertahankan dan menerapkan kearifan lokal dalam pertanian, masyarakat dapat
membangun ketahanan pangan dan menjaga keberlanjutan lingkungan
Kearifan Lokal di Bidang Perkebunan
1. Peran Kearifan Lokal dalam Perkebunan
Peran kearifan lokal dalam perkebunan sangat penting dalam menjaga keberlanjutan
lingkungan dan membangun ketahanan pangan. Beberapa contoh peran kearifan lokal dalam
perkebunan dapat dijelaskan berdasarkan hasil pencarian sebagai berikut:
 Pemeliharaan Pola Pertanian: Petani dengan keterbatasan kondisi lahan pertanian
tetap melestarikan kearifan lokal dalam menjalankan sistem pertanian mereka,
mulai dari pengolahan lahan hingga penanganan hasil. Mereka menggunakan
kearifan lokal untuk memelihara pola tanam yang sesuai dengan kondisi
lingkungan, seperti sistem tumpangsari atau rotasi tanaman
 Adaptasi terhadap Lingkungan: Petani di daerah kering dan basah memiliki kearifan
lokal yang berbeda dalam hal adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial yang
ada. Mereka mengembangkan praktik-praktik pertanian yang sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat, seperti penggunaan sistem irigasi tradisional atau pola tanam
yang ramah lingkungan
 Pembangunan Ketahanan Pangan: Melalui kearifan lokalnya, petani dapat
membangun ketahanan pangan keluarga. Mereka menggunakan pengetahuan lokal
untuk memilih jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan dapat
mencukupi kebutuhan pangan keluarga, serta memelihara keanekaragaman
tanaman untuk meningkatkan ketahanan pangan
Dengan mempertahankan dan menerapkan kearifan lokal dalam perkebunan, masyarakat dapat
membangun ketahanan pangan, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan alam dan sosial. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kearifan lokal
dalam konteks pertanian dan perkebunan

64
2. Penerapan Kearifan Lokal dalam Budidaya Tanaman Perkebunan
Beberapa contoh penerapan kearifan lokal dalam budidaya tanaman perkebunan di
Indonesia antara lain:
 Sistem Tumpangsari: Petani menerapkan sistem tumpangsari dalam budidaya
tanaman perkebunan, di mana beberapa jenis tanaman ditanam secara bersamaan
dalam satu lahan. Hal ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya secara
maksimal dan mengurangi risiko gagal panen
 Penggunaan Pupuk Organik: Kearifan lokal juga tercermin dalam penggunaan
pupuk organik yang berasal dari bahan-bahan alami, seperti kompos dan pupuk
kandang, untuk memelihara kesuburan tanah secara alami.
 Pengendalian Hama Secara Alami: Petani menerapkan pengetahuan lokal dalam
pengendalian hama secara alami, seperti dengan menggunakan predator alami atau
tanaman pengusir hama, untuk menjaga keseimbangan ekosistem tanaman
perkebunan.
 Penggunaan Teknik Pengolahan Tanah Ramah Lingkungan: Praktik-praktik
pengolahan tanah yang ramah lingkungan, seperti penggunaan alat-alat tradisional
dan teknik pengolahan tanah yang tidak merusak struktur tanah, juga merupakan
bagian dari kearifan lokal dalam budidaya tanaman perkebunan
Dengan menerapkan kearifan lokal dalam budidaya tanaman perkebunan, petani dapat
membangun sistem pertanian yang berkelanjutan, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan
memperoleh hasil panen yang berkualitas.

Kearifan Lokal di Bidang Perikanan


1. Kearifan Lokal dan Konservasi Sumber Daya Perikanan
Kearifan lokal memiliki kaitan yang erat dengan konservasi sumber daya perikanan.
Kearifan lokal telah terbukti mampu menciptakan perikanan berkelanjutan, baik dari aspek
sosial ekonomi, ekologi, komunitas, maupun kelembagaan
Di berbagai daerah di Indonesia, kearifan lokal telah digunakan dalam pengelolaan
sumber daya perikanan, seperti dalam pembentukan area perikanan tradisional, zona
konservasi, dan larangan penangkapan. Sistem kearifan lokal ini memberikan kesempatan bagi
ekosistem laut dan biota di dalamnya untuk berkembang biak dan pulih dengan lebih cepat
Dengan demikian, penerapan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya perikanan
dapat berkontribusi pada pelestarian sumber daya ikan dan ekosistem perairan.
Contoh penerapan kearifan lokal dalam konservasi sumber daya perikanan antara lain
adalah pembentukan area perikanan tradisional, larangan penangkapan ikan pada waktu-waktu
tertentu, serta pembentukan zona konservasi perairan. Misalnya, di beberapa wilayah di
Indonesia, masyarakat setempat menerapkan larangan menangkap ikan selama beberapa bulan
dalam setahun untuk memberi kesempatan kepada sumber daya ikan untuk pulih dan
berkembang biak. Selain itu, adanya area perikanan tradisional juga menjadi contoh nyata
bagaimana kearifan lokal dapat berperan dalam melestarikan sumber daya perikanan.

65
2. Teknik Perikanan Berbasis Kearifan Lokal
Beberapa contoh teknik perikanan berbasis kearifan lokal yang terkait dengan konservasi
sumber daya perikanan antara lain:
 Area Perikanan Tradisional: Masyarakat hukum adat di Indonesia telah menjadikan
sebagian wilayah mereka sebagai area perikanan tradisional, yang sekaligus
berperan sebagai zona konservasi dan zona larangan penangkapan. Hal ini
memberikan kesempatan bagi ekosistem laut dan biota di dalamnya untuk
berkembang biak dan pulih dengan lebih cepat
 Larangan Penangkapan Ikan: Penerapan larangan penangkapan ikan pada waktu-
waktu tertentu, seperti larangan menangkap ikan selama beberapa bulan dalam
setahun, merupakan contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat berperan dalam
melestarikan sumber daya perikanan.
 Zona Konservasi: Pembentukan zona konservasi perairan berdasarkan kearifan
lokal juga menjadi salah satu contoh teknik perikanan berkelanjutan yang berbasis
pada pengetahuan dan pengalaman lokal masyarakat.
Melalui penerapan teknik-teknik ini, kearifan lokal dapat berperan dalam melestarikan
sumber daya perikanan dan ekosistem perairan, serta menciptakan praktek-praktek perikanan
yang berkelanjutan.

66
BAB 10
MITIGASI BENCANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

A. Pendahuluan
1. Pengertian Mitigasi Bencana
Pengertian mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana memiliki beberapa tujuan, antara lain
meminimalisir risiko bencana, menjadi pedoman dalam perencanaan pembangunan,
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko bencana, serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana, sehingga masyarakat dapat
hidup dan bekerja dengan aman. Upaya mitigasi bencana meliputi kegiatan sebelum bencana
terjadi (mitigasi), kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi), kegiatan tepat
setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan), serta kegiatan pasca bencana
(pemulihan, penyembuhan, perbaikan, dan rehabilitasi). Beberapa contoh upaya dalam mitigasi
bencana antara lain adalah sistem peringatan dini tsunami, pengenalan dan pemantauan risiko
bencana, serta pengembangan robot mitigasi bencana.
2. Pentingnya Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana
Kearifan lokal memiliki peran penting dalam mitigasi bencana. Kearifan lokal dapat
menjadi basis dalam upaya mitigasi bencana karena masyarakat lokal memiliki pengetahuan
dan pengalaman dalam menghadapi bencana yang terjadi di wilayahnya. Selain itu, kearifan
lokal juga dapat membantu dalam meminimalisir risiko bencana dan menjadi pedoman dalam
perencanaan pembangunan
Contoh penerapan kearifan lokal dalam mitigasi bencana antara lain adalah penggunaan
tanaman cemara dan mangrove di pesisir pantai, tradisi "hoyak tabuik" dalam masyarakat
Pariaman, serta sistem peringatan dini tsunami
Dengan memanfaatkan kearifan lokal, masyarakat dapat meningkatkan kemampuan
dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana, sehingga dapat hidup dan bekerja dengan
aman
B. Definisi Kearifan Lokal
1. Konsep Kearifan Lokal dalam Konservasi Sumber Daya Alam
Konsep kearifan lokal dalam konservasi sumber daya alam melibatkan pengetahuan,
nilai, dan praktik yang dimiliki oleh masyarakat setempat dalam mengelola dan melestarikan
sumber daya alam. Kearifan lokal tersebut telah terbukti mampu menciptakan konservasi
sumber daya alam yang berkelanjutan, baik dari aspek sosial ekonomi, ekologi, komunitas,
maupun kelembagaan
Dalam konteks konservasi sumber daya perikanan, kearifan lokal telah digunakan
dalam berbagai praktik pengelolaan sumber daya perikanan, seperti larangan penangkapan ikan
pada waktu-waktu tertentu, pembentukan area perikanan tradisional, dan zona konservasi
perairan

67
Selain itu, kearifan lokal juga memiliki peran dalam mengembangkan sumber daya
manusia, pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, serta memberikan petunjuk
tentang kepercayaan, sastra, dan pantangan
Dengan demikian, konsep kearifan lokal dalam konservasi sumber daya alam
merupakan landasan penting dalam upaya pelestarian lingkungan dan sumber daya alam.
2. Peran Kearifan Lokal dalam Konservasi Sumber Daya Alam
Peran kearifan lokal dalam konservasi sumber daya alam sangat signifikan. Kearifan
lokal telah terbukti mampu menciptakan konservasi sumber daya alam yang berkelanjutan,
baik dari aspek sosial ekonomi, ekologi, komunitas, maupun kelembagaan. Dalam konteks
konservasi sumber daya perikanan, kearifan lokal telah digunakan dalam berbagai praktik
pengelolaan sumber daya perikanan, seperti larangan penangkapan ikan pada waktu-waktu
tertentu, pembentukan area perikanan tradisional, dan zona konservasi perairan. Selain itu,
kearifan lokal juga memiliki peran dalam mengembangkan sumber daya manusia,
pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, serta memberikan petunjuk tentang
kepercayaan, sastra, dan pantangan. Dengan demikian, konsep kearifan lokal dalam konservasi
sumber daya alam merupakan landasan penting dalam upaya pelestarian lingkungan dan
sumber daya alam. Kearifan lokal juga dapat menjadi basis dalam upaya mitigasi bencana
karena masyarakat lokal memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi bencana
yang terjadi di wilayahnya. Dengan memanfaatkan kearifan lokal, masyarakat dapat
meningkatkan kemampuan dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana, sehingga
dapat hidup dan bekerja dengan aman

C. Ciri, Fungsi, dan Manfaat Kearifan Lokal


1. Ciri-ciri Kearifan Lokal dalam Konservasi Sumber Daya Alam
Ciri-ciri kearifan lokal dalam konservasi sumber daya alam meliputi:
 Nilai-nilai yang Berlaku dalam Masyarakat: Kearifan lokal merupakan nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai ini diyakini dan dipraktikkan oleh
masyarakat setempat.
 Penggunaan Budaya atau Kearifan Lokal dalam Konservasi: Masyarakat
menggunakan budaya atau kearifan lokal dalam upaya konservasi sumber daya
alam. Hal ini mencakup penggunaan adat dan kebiasaan dalam mengelola sumber
daya alam.
 Pemerintah Menggunakan Regulasi dengan Konsep Konservasi: Pemerintah
menggunakan regulasi dengan konsep konservasi untuk melindungi sumber daya
alam. Kearifan lokal menjadi landasan bagi pemerintah dalam upaya konservasi
sumber daya alam.
 Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber
Daya Alam: Kearifan lokal juga menjadi dasar bagi masyarakat dalam melawan
eksploitasi dan kerusakan sumber daya alam. Hal ini mencakup upaya pemerataan
pembagian atau pendapatan dari hasil sumber daya alam kepada seluruh warga
setempat.
 Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kearifan Lokal: Pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan yang berbasis kearifan lokal merupakan bagian dari
upaya konservasi sumber daya alam. Hal ini mencakup penggunaan adat kebiasaan
masyarakat setempat dalam mengelola sumber daya alam.

68
Dengan ciri-ciri tersebut, kearifan lokal menjadi bagian integral dalam upaya
konservasi sumber daya alam, baik dalam pengelolaan, perlindungan, maupun pemanfaatan
sumber daya alam.
2. Fungsi Kearifan Lokal dalam Masyarakat dalam Konservasi Sumber Daya Alam
Fungsi kearifan lokal dalam konservasi sumber daya alam meliputi:
 Konservasi dan Pelestarian Sumber Daya Alam: Kearifan lokal berperan sebagai
sumber konservasi dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini mencakup
penggunaan pengetahuan dan praktik lokal dalam menjaga keberlanjutan sumber
daya alam.
 Mengembangkan Sumberdaya Manusia: Kearifan lokal juga berperan dalam
mengembangkan sumber daya manusia. Hal ini mencakup transfer pengetahuan dan
keterampilan dari generasi ke generasi dalam mengelola sumber daya alam.
 Pengembangan Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan: Kearifan lokal turut berperan
dalam pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Hal ini mencakup nilai-
nilai, kepercayaan, dan pengetahuan lokal yang menjadi bagian dari warisan budaya
dan sumber pengetahuan.
 Petunjuk tentang Petuah, Kepercayaan, Sastra, dan Pantangan: Kearifan lokal juga
berperan sebagai petunjuk tentang petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan. Hal
ini mencakup aturan-aturan adat dan norma-norma yang mengatur hubungan
manusia dengan alam.
Dengan fungsi-fungsi tersebut, kearifan lokal menjadi bagian integral dalam upaya konservasi
sumber daya alam, baik dalam pengelolaan, perlindungan, maupun pemanfaatan sumber daya
alam.
3. Manfaat Kearifan Lokal dalam Konservasi Sumber Daya Alam
Manfaat kearifan lokal dalam konservasi sumber daya alam meliputi Sumber
Konservasi dan Pelestarian Sumber Daya Alam: Kearifan lokal merupakan sumber konservasi
dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini mencakup pengetahuan dan praktik lokal yang
membantu dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam
D. Praktek Kearifan Lokal di Pulau Jawa
1. Studi Kasus: Praktek Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam di Pulau
Jawa
Studi kasus mengenai praktek kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di
Pulau Jawa dapat menjadi landasan penting dalam memahami peran dan implementasi kearifan
lokal dalam konteks konservasi sumber daya alam. Pulau Jawa, sebagai salah satu pusat
kegiatan ekonomi dan sosial di Indonesia, memiliki beragam praktik kearifan lokal yang terkait
dengan pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumber daya perikanan. Beberapa contoh
praktek kearifan lokal di Pulau Jawa yang terkait dengan konservasi sumber daya alam antara
lain adalah sistem larangan penangkapan ikan, pembentukan area perikanan tradisional, dan
penggunaan pengetahuan lokal dalam menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.
Salah satu contoh yang dapat dijadikan studi kasus adalah implementasi larangan
penangkapan ikan pada waktu-waktu tertentu di beberapa daerah pesisir di Pulau Jawa. Praktek
ini didasari oleh kearifan lokal masyarakat setempat yang telah turun-temurun dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perairan. Melalui larangan penangkapan ikan, masyarakat setempat

69
berupaya untuk memberikan kesempatan bagi sumber daya ikan untuk pulih dan berkembang
biak. Selain itu, larangan penangkapan ikan juga menjadi bagian dari upaya pelestarian
lingkungan dan sumber daya alam yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat setempat.
Selain itu, pembentukan area perikanan tradisional juga menjadi contoh nyata
bagaimana kearifan lokal dapat berperan dalam melestarikan sumber daya perikanan. Di Pulau
Jawa, terdapat beragam area perikanan tradisional yang dikelola berdasarkan kearifan lokal
masyarakat setempat. Area perikanan tradisional ini menjadi tempat perlindungan bagi sumber
daya ikan dan ekosistem perairan, serta menjadi contoh bagaimana kearifan lokal dapat
diintegrasikan dalam upaya konservasi sumber daya alam.
Dengan menggali lebih dalam mengenai praktek kearifan lokal dalam pengelolaan
sumber daya alam di Pulau Jawa, dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
mengenai peran, nilai, dan implementasi kearifan lokal dalam konteks konservasi sumber daya
alam. Selain itu, studi kasus ini juga dapat menjadi inspirasi bagi upaya-upaya konservasi
sumber daya alam di wilayah lain, serta menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan
program-program konservasi yang berkelanjutan.
Dengan demikian, studi kasus mengenai praktek kearifan lokal dalam pengelolaan
sumber daya alam di Pulau Jawa dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam
memperkuat pemahaman dan implementasi konservasi sumber daya alam berbasis kearifan
lokal, serta menjadi landasan bagi upaya-upaya pelestarian lingkungan dan sumber daya alam
di Indonesia.
E. Kearifan Pangan Lokal dalam Mengurangi Risiko Terjadinya Bencana Alam
1. Peran Kearifan Pangan Lokal dalam Mitigasi Bencana Alam
Peran kearifan pangan lokal dalam mitigasi bencana alam sangat penting, terutama
dalam konteks ketahanan pangan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Kearifan pangan
lokal mencakup pengetahuan, praktik, dan kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, serta cara-cara tradisional dalam mengelola dan
melestarikan lingkungan. Beberapa manfaat dan peran kearifan pangan lokal dalam mitigasi
bencana alam antara lain:
 Keanekaragaman Pangan: Kearifan pangan lokal sering kali terkait dengan pola
makan yang beragam dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal
ini dapat menjadi aset penting dalam menghadapi bencana alam, karena masyarakat
yang memiliki akses terhadap beragam sumber pangan cenderung lebih tangguh
dalam menghadapi ketidakpastian akibat bencana.
 Ketersediaan Pangan Lokal: Pengetahuan tentang sumber daya pangan lokal,
termasuk tanaman, ikan, dan hewan lokal, dapat menjadi kunci dalam memastikan
ketersediaan pangan di masa-masa sulit akibat bencana alam. Masyarakat yang
memiliki pengetahuan tentang sumber daya pangan lokal cenderung lebih siap
menghadapi situasi krisis pangan.
 Konservasi Sumber Daya Pangan: Kearifan pangan lokal juga mencakup praktik-
praktik tradisional dalam mengelola sumber daya pangan secara berkelanjutan. Hal
ini dapat membantu dalam mempertahankan ketersediaan sumber daya pangan
alam di tengah tekanan lingkungan dan perubahan iklim.
 Pola Tanam Tradisional: Pengetahuan tentang pola tanam tradisional, termasuk
varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem, dapat menjadi
aset penting dalam menghadapi bencana alam seperti kekeringan, banjir, atau badai.

70
 Pola Konsumsi dan Penyimpanan Pangan: Kearifan pangan lokal juga mencakup
pola konsumsi dan penyimpanan pangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan
setempat. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk tetap memiliki akses terhadap
pangan selama dan setelah bencana alam.
Dengan demikian, kearifan pangan lokal dapat menjadi aset yang sangat berharga dalam upaya
mitigasi bencana alam, terutama dalam konteks ketahanan pangan dan kesiapsiagaan
menghadapi ketidakpastian akibat bencana
2. Contoh Konkret: Kearifan Pangan Lokal dalam Mengurangi Risiko Bencana Alam
Beberapa contoh konkret peran kearifan pangan lokal dalam mengurangi risiko bencana alam
antara lain:
 Pola Tanam Tradisional: Pengetahuan tentang pola tanam tradisional, termasuk
varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem, dapat menjadi
aset penting dalam menghadapi bencana alam seperti kekeringan, banjir, atau badai
 Keanekaragaman Pangan: Kearifan pangan lokal sering kali terkait dengan pola
makan yang beragam dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal
ini dapat menjadi aset penting dalam menghadapi bencana alam, karena masyarakat
yang memiliki akses terhadap beragam sumber pangan cenderung lebih tangguh
dalam menghadapi ketidakpastian akibat bencana
 Ketersediaan Pangan Lokal: Pengetahuan tentang sumber daya pangan lokal,
termasuk tanaman, ikan, dan hewan lokal, dapat menjadi kunci dalam memastikan
ketersediaan pangan di masa-masa sulit akibat bencana alam
Dengan memahami dan menerapkan kearifan pangan lokal, masyarakat dapat lebih siap
menghadapi bencana alam dan meminimalkan dampaknya terhadap ketahanan pangan
F. Kearifan Lokal Sebagai Aset Budaya Bangsa
1. Pentingnya Melestarikan Kearifan Lokal sebagai Aset Budaya
Kearifan lokal pangan memiliki peran penting dalam mengurangi risiko bencana alam.
Beberapa contoh konkret peran kearifan pangan lokal dalam mengurangi risiko bencana alam
di Indonesia antara lain:
 Pola Tanam Tradisional: Pengetahuan tentang pola tanam tradisional, termasuk
varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem, dapat menjadi
aset penting dalam menghadapi bencana alam seperti kekeringan, banjir, atau badai
 Keanekaragaman Pangan: Kearifan pangan lokal sering kali terkait dengan pola
makan yang beragam dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal
ini dapat menjadi aset penting dalam menghadapi bencana alam, karena masyarakat
yang memiliki akses terhadap beragam sumber pangan cenderung lebih tangguh
dalam menghadapi ketidakpastian akibat bencana
 Ketersediaan Pangan Lokal: Pengetahuan tentang sumber daya pangan lokal,
termasuk tanaman, ikan, dan hewan lokal, dapat menjadi kunci dalam memastikan
ketersediaan pangan di masa-masa sulit akibat bencana alam
 Pola Konsumsi dan Penyimpanan Pangan: Kearifan pangan lokal juga mencakup
pola konsumsi dan penyimpanan pangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan
setempat. Hal ini dapat membantu masyarakat untuk tetap memiliki akses terhadap
pangan selama dan setelah bencana alam
5

71
.
Dengan memahami dan menerapkan kearifan pangan lokal, masyarakat dapat lebih siap
menghadapi bencana alam dan meminimalkan dampaknya terhadap ketahanan pangan
2. Peran Kearifan Lokal dalam Identitas Bangsa
Kearifan lokal memainkan peran penting dalam memperkuat identitas bangsa. Kearifan
lokal mencerminkan pengetahuan, nilai, dan praktik yang diturunkan dari generasi ke generasi,
dan menjadi bagian integral dari warisan budaya suatu bangsa. Dalam konteks ini, kearifan
lokal berperan sebagai modal budaya dan modal sosial yang memperkaya identitas suatu
bangsa. Melalui kearifan lokal, masyarakat dapat memelihara dan mengembangkan nilai-nilai,
tradisi, dan kearifan yang menjadi ciri khas dari budaya bangsa tersebut. Dengan demikian,
melestarikan kearifan lokal merupakan upaya untuk mempertahankan jati diri dan
keberagaman budaya suatu bangsa, serta sebagai landasan untuk merangkul tali persaudaraan
dan memperkuat persatuan dalam keragaman.
G. Kearifan Pangan Lokal dalam Mengurangi Risiko Terjadinya Bencana Alam
1. Strategi Penerapan Kearifan Pangan Lokal dalam Mitigasi Bencana Alam
Strategi penerapan kearifan pangan lokal dalam mitigasi bencana alam melibatkan
beragam aspek, termasuk pola tanam tradisional, ketersediaan pangan lokal, konservasi sumber
daya pangan, pola konsumsi, dan penyimpanan pangan. Beberapa strategi konkret yang dapat
diterapkan meliputi:
 Pola Tanam Tradisional: Memanfaatkan pengetahuan tentang pola tanam
tradisional untuk menanam varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi
lingkungan ekstrem, seperti kekeringan atau banjir.
 Keanekaragaman Pangan: Mendorong pola makan yang beragam dan pemanfaatan
sumber daya alam secara berkelanjutan, sehingga masyarakat memiliki akses
terhadap beragam sumber pangan yang dapat meningkatkan ketahanan pangan di
masa krisis.
 Ketersediaan Pangan Lokal: Memastikan ketersediaan pangan lokal dengan
memanfaatkan sumber daya pangan lokal, seperti tanaman, ikan, dan hewan lokal,
yang dapat menjadi kunci dalam memastikan ketersediaan pangan di masa-masa
sulit akibat bencana alam.
 Konservasi Sumber Daya Pangan: Mengelola sumber daya pangan secara
berkelanjutan untuk mempertahankan ketersediaan pangan di tengah tekanan
lingkungan dan perubahan iklim.
 Pola Konsumsi dan Penyimpanan Pangan: Menerapkan pola konsumsi dan
penyimpanan pangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga
masyarakat tetap memiliki akses terhadap pangan selama dan setelah bencana alam.
Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi
bencana alam dan meminimalkan dampaknya terhadap ketahanan pangan.

72
2. Keberhasilan Praktek Kearifan Pangan Lokal dalam Mengurangi Risiko Bencana
Alam
Terdapat beberapa tolok ukur keberhasilan praktek kearifan pangan lokal dalam
mengurangi risiko bencana alam, antara lain:
 Dampak Positif pada Masyarakat Setempat: Keberhasilan dapat diukur dari
dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat setempat, seperti peningkatan
ketahanan pangan, pengurangan kerentanan terhadap bencana, dan pemulihan
ekonomi pasca bencana
 Konservasi Sumber Daya Alam: Keberhasilan praktek kearifan pangan lokal juga
dapat diukur dari sejauh mana praktek tersebut mampu menjaga keseimbangan
ekologis dan melestarikan sumber daya alam
 Pengurangan Dampak Bencana: Keberhasilan praktek kearifan pangan lokal dapat
diukur dari sejauh mana praktek tersebut mampu mengurangi dampak bencana
alam, seperti kehilangan sumber daya pangan, kelaparan, dan kerugian ekonomi
 Peningkatan Ketahanan Pangan: Keberhasilan juga dapat dilihat dari sejauh mana
praktek kearifan pangan lokal mampu meningkatkan ketahanan pangan
masyarakat setempat, baik sebelum, selama, maupun setelah bencana alam
Dengan menggunakan tolok ukur ini, dapat dievaluasi sejauh mana praktek kearifan
pangan lokal efektif dalam mengurangi risiko bencana alam dan meningkatkan ketahanan
masyarakat setempat.

73
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com. (2023, February 13). Inilah Tantangan Utama


dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal.
Https://Kumparan.Com.

https://www.researchgate.net/publication/290440148_Pendidikan_Karak
ter_Berbasis_Kearifan_Lokal_Di_Sekolah

Khairally, E. T. D. E. (2023). 7 Contoh Kearifan Lokal Nusantara yang


Menarik untuk Diketahui. Https://Www.Detik.Com/.

Kurniawan, A. (2023, May 23). Fungsi Kearifan Lokal beserta Ciri-Ciri dan
Jenisnya. Https://Www.Merdeka.Com.

UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup, Republik Indonesia (2009).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/28100/UU%20Nomor
%2032%20Tahun%202009.pdf.

Achmad Sri W. (2014). Pamali & Mitos jawa Imu Kuno Antara Bejo Dan
Kesialan (Romandhon MK, Ed.). Bantul: Araska.

Hidayat Akmal. 2016. Analisis Budaya Pamali Dalam Kultur Masyarakat


Manipi Di Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Skripsi.

Universitas Muhamadiah Makassar.


Nurdiansyah Nano. (2017). Budaya Pamali Sebagai Landasan Pembelajaran
Lingkungan Di Sekolah Dasar Study Kasus. Penelitian Pendidikan, 4.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Saefuddin. 2016. Pantangan Dalam Pembukaan Lahan Pertanian


Masyarakat Dayak Halong. Jurnal Undas. Volume 12. Nomor 1. Juni
2016 : 49 – 60

Affandi, S. 2017. Penanaman Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam


Meningkatkan Perilaku Keberagaman Peserta Didik.

Arifien, Y., 2022. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan: Prakiraan


Dampak Fisik. Cetakan Pertama: Mei 2022. ISBN: 978-623-5383-12-5.
Penerbit: PT. Global Eksekutif Teknologi. Padang.

Ekansari, N., Fathurohman, I., dan Nugraheni, L., 2021. Kearifan Lokal
Dalam Tradisi Manten Mubeng Gapura Desa Loram Kulon. Seminar
Nasional “Potensi Budaya, Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya
untuk Pengembangan Pariwisata dan Industri Kreatif.” Kudus, 13
Oktober 2021.

74
Kuwati. 2014. Konservasi Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Sasi di
Kabupaten Raja Ampat. Tesis. Program Studi Biologi. Universitas
Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Njatrijani, R. 2018. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota Semarang.


Gema Keadilan, Volume 5, Edisi 1, 16–31.
https://doi.org/10.14710/gk.5.1.16-31.

Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati.


Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. https://repository.ugm.ac.id

Sinurat, J. 2022. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL):


Prakiraan Dampak Ekonomi. Cetakan Pertama: Mei 2022. ISBN: 978-
623-5383-12-5. Penerbit: PT. Global Eksekutif Teknologi. Padang.

Sinurat, J. 2022. Pembangunan Pedesaan, Prinsip, Kebijakan dan


Manajemen: Perencanaan Pembangunan Daerah. Cetakan Pertama:
November 2022, ISBN: 978-623-459-236-9. Penerbit: Widina Bhakti
Persada, Bandung.

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan


Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta, 206–18.
http://eprints.uny.ac.id/12149/.

Afifah, Tatu, Identitas nasional ditinjau dari Undang-Undang Dasar 1945


dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009, Ajudikasi Jurnal Ilmu
Humum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2018;

Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif, Pustaka Jaya, Jakarta, 2006;

Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang


Pelbagai Problem Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000;

Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Satistik, 2023, Badan Pusat Statistik
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Kewarganegaraan, Suku Bangsa,
Agama dan Bahasa sehari-hari Penduduk Indonesia, 2022;

Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik, diterjemahkan oleh


Nurhadi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2013;

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


Edisi ke-3, Balai Pustaka, Jakarta, 2000;

Descartes, Rene, https://id.wikipedia.org/wiki/Cogito_ergo_sum


Dewantara, Ki Hajar, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa,
Yogyakarta, 1994;

Elizabeth A. Martin ed., A Dictionary of Law, Oxford University, Press, New

75
York, 2002;

Elly. M Setiadi, Ilmu Sosial Budaya DasarKencana, , Jakarta, 2012;

Erik H. Erikson, Identitas dan Siklus Hidup Manusia, terj. Agus Cremers,
Gramedia, Jakarta, 1989;

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam; Studi Krisis dan Refleksi


Historis, Titian Ilahi Press, Jogjakarta, 1996;

Gardiner W. Harry dan Kotsmitzki Corrine, Wikipedia,


https://id.wikipedia.org;

Ikha Ramasuhandra, Hubungan Bahasa, Sastra dan Ideologi, Jurnal


Cordova, Volume 9 Nomor 2, 2019;

James D. Fearon. "What is Identity (As We Know Use The Word)" (PDF).
https://id.wikipedia.org
James de Varon, Hhat is Identity, Department of Political Science Stanford
University, Stanford, CA ,November 1999;

Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian Sebagai Identitas Nasional | 99


Jeankins Richard, Social Identity,Routledge Taylor & Francis Group, London
and New York, 2004.
Jogja Heritage Society 2010, Karya Kreatif Inovatif 2020;

Judith N. Martin, Thomas K. Nakayama, Intercultural Communication in


Contexts, 2009, https://id.wikipedia.org
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi, Paradigma, Yogyakarta, 2012;

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia,


Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Dirjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Jakarta, 2016;

Khairil dan Prama Wira Ginta, Implementasi Pengamanan Data Base


Menggunakan MD5, Jurnal Media Informa, Volume 1 Nomor 8
Tahun 2012;

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2009;


Koento Wibisono, Pendidikan Kewarganegaraan di PPerguruan Tinggi :
Mengembangkan Etika Berwarga Negara, Penerbit, Salemba Empat,
Jakarta, 2011;

Pramudya Anandita https://spada.uns.ac.id


Ranjabar, Jacobus, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar,
Bogor, PT. Ghalia Indonesai, 2006;

Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta,

76
2009;

Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor,


2009;

Tajfel, H. and Turner, J.CThe Social Identity Theory of Intergroup Behavior,


Psychology of Intergroup Relations, 1986;

Tingtomey, Stela, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Identitas

Afifah, Tatu, Identitas nasional ditinjau dari Undang-Undang Dasar 1945


dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009, Ajudikasi Jurnal Ilmu
Humum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2018;

Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif, Pustaka Jaya, Jakarta, 2006;

Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang


Pelbagai Problem Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000;

Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Satistik, 2023, Badan Pusat Statistik
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Kewarganegaraan, Suku Bangsa,
Agama dan Bahasa sehari-hari Penduduk Indonesia, 2022;

Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik, diterjemahkan oleh


Nurhadi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2013;

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


Edisi ke-3, Balai Pustaka, Jakarta, 2000;

Descartes, Rene, https://id.wikipedia.org/wiki/Cogito_ergo_sum


Dewantara, Ki Hajar, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa,
Yogyakarta, 1994;

Elizabeth A. Martin ed., A Dictionary of Law, Oxford University, Press, New


York, 2002;

Elly. M Setiadi, Ilmu Sosial Budaya DasarKencana, , Jakarta, 2012;

Erik H. Erikson, Identitas dan Siklus Hidup Manusia, terj. Agus Cremers,
Gramedia, Jakarta, 1989;

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam; Studi Krisis dan Refleksi


Historis, Titian Ilahi Press, Jogjakarta, 1996;

Gardiner W. Harry dan Kotsmitzki Corrine, Wikipedia,


https://id.wikipedia.org;
Ikha Ramasuhandra, Hubungan Bahasa, Sastra dan Ideologi, Jurnal
Cordova, Volume 9 Nomor 2, 2019;

77
James D. Fearon. "What is Identity (As We Know Use The Word)" (PDF).
https://id.wikipedia.org
James de Varon, Hhat is Identity, Department of Political Science Stanford
University, Stanford, CA ,November 1999;

Pelestarian Kebudayaan dan Kesenian Sebagai Identitas Nasional | 99


Jeankins Richard, Social Identity,Routledge Taylor & Francis Group, London
and New York, 2004.
Jogja Heritage Society 2010, Karya Kreatif Inovatif 2020;

Judith N. Martin, Thomas K. Nakayama, Intercultural Communication in


Contexts, 2009, https://id.wikipedia.org
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi, Paradigma, Yogyakarta, 2012;

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia,


Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Dirjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Jakarta, 2016;

Khairil dan Prama Wira Ginta, Implementasi Pengamanan Data Base


Menggunakan MD5, Jurnal Media Informa, Volume 1 Nomor 8
Tahun 2012;

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2009;

Koento Wibisono, Pendidikan Kewarganegaraan di PPerguruan Tinggi :


Mengembangkan Etika Berwarga Negara, Penerbit, Salemba Empat,
Jakarta, 2011;

Pramudya Anandita https://spada.uns.ac.id


Ranjabar, Jacobus, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar,
Bogor, PT. Ghalia Indonesai, 2006;

Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta,


2009;

Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor,


2009;

Tajfel, H. and Turner, J.CThe Social Identity Theory of Intergroup Behavior,


Psychology of Intergroup Relations, 1986;

Tingtomey, Stela, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Identitas


Aprilianti dan Kasmawati. (2022). Hukum Adat Di Indonesia. Bandar
Lampung: Pusaka Media.

Braithwaite, J. (2002). Restorative Justice & Responsive Regulation.


Oxpord : Oxford University Press.

78
Dominikus Rato, D. (2009). Pengantar Hukum Adat. Yogyakarta: LaksBang
Pressindo.

Hadikusuma. H. (2014). Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung:


Mandar Maju.

Hadjon, P.M. (2009). Negara Kesatuan, Desentalisasi, dan Federalisme.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jimly Asshiddiqie, J. (2003). Konsolidasi Naskah UUD 1945. Jakarta:


Penerbit Yarsif Watampoe.

Ketut Sundarta, K. (2016). Pengakuan Peradilan Adat Dalam Politik Hukum


Kekuasaan Kehakiman, Bali: Swasta Nulus.

Laksanto Utomo, L. (2022). Hukum Adat, Cetakan. 4. Jakarta: Rajawali Pres.


Soetoto, E.O.H. dkk. (2021). Buku Ajar Hukum Adat, Malang: Mazda Media.

Warjiyati, S. (2020). Ilmu Hukum Adat. Yogyakarta: Deepublish.

Wiranata, G.AB.W. (2005). Hukum Adat Indonesia : Perkembangannya


Dari Masa Ke Masa. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Yulia. (2016). Buku Ajar Hukum Adat. Lhokseumawe: Unimal Press.

Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter.


Jurnal Sosio Difaktika, 123.

Haryanto, J. (2014). Kearifan lokal Pendukung Kerukunan Beragama pada


Komunitas Tengger Malang. Jurnal Analisa, 201-213.

Irwan, A. (2010). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta:


Pustaka pelajar.

John Mansford, P. (2004). Berdiri di Ambang Batas Maumere. Maumere:


Ledalero.

Kestin, T., Belt, van den M, D. R., & M, H. (2017). Getting Started with The
SDGs in Universities A Guide For Universities. America: Highers
Education Institutions, and The Academic Sector.

L, A., Agussabti, & Indra. (2018). Model Kearifan Lokal dalam Konteks
Pembangunan Pariwisata. Jurnal Pariwisata Budaya, 64.

Lasmawan, I. (2019). Era Disrupsi dan implikasinya Bagi Reposisi Makna


dan Praktek Pendidikan (Kaji Petik Dalam Perspektif Elektrik Sosial
Analisis). Jurnal Media Komunikasi Pendidikan pancasila dan
Kewarganegaraan, 54-65.

79
Mariane, I. (2014). Kearifan Lokal Pengelolaan Hutan Adat. Jakarta:
Rajawali Pers.

Maridi, M. (2015). Mengangkat Budaya dan kearifan Lokal Dalam Sistem


Konservasi Tanah dan Air. Proceeding Biology Education Conference
(pp. 20-39). Biology, Science , Environmental, and Learning.

Pratiwi, A. T. (2018). Eksistensi masyarakat Adat di Tengah Globalisasi .


Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 95-102.

Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sujarto, D., & Budihardjo, E. (1999). Kota Berkelanjutan. Bandung : Alumni.

Wibowo, A., & Gunawan. (2015). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan


Lokal di Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Adiyanto. 2022. Pangan dan Kearifan Lokal.


https://mediaindonesia.com/opini/530043/pangan-dan-kearifanlokal.
Diakses 6 Juni 2023

Hapsari Jessica Amelia. 2021. Arti Kearifan Lokal di Indonesia: Nilai,


Dimensi, Contoh, & Fungsi.
https://tirto.id/gadt. Diakses 3 Juni 2023

Karmadi Agus Dono. 2021. BUDAYA LOKAL SEBAGAI WARISAN BUDAYA


DAN UPAYA PELESTARIANNYA.
https://repositori.kemdikbud.go.id/1063/1/Budaya_Lokal.pdf.
Diakses 5 Juni 2023

Krisnawati Ega. 2021. Kearifan Lokal di Indonesia dan Contohnya dalam


Berbagai Bidang. https://tirto.id/gaQQ. Diakses 4 Juni 2023
Pratama Cahya Dicky. 2020. Kearifan Lokal: Definisi, Ciri-Ciri, dan
Contohnya.https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/25/150459069/kear
ifan-lokal-definisi-ciri-ciri-dan-contohnya. Diakses 4 Juni 2023

Suyatno Suyono. 2022. Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya


Penguatan Identitas Keindonesiaan.
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikeldetail/
805/revitalisasi-kearifan-lokal-sebagai-upaya-penguatanidentitas-
keindonesiaan#. Diakses 5 Juni 2023

Ajip Rosidi, Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda, Kiblat Buku
Utama, Bandung, 2011, Hal 29

80
Anna Salsabila, Tumpang Sari Solusi Keterbatasan lahan Saat ini (2022),
https://lindungihutan.com, diposting tanggal 12 Desember 2022,
diakses tanggal 4 Juli 2023

Annisa Medina Sari, Apa Itu Tumpang Sari, https://faperta.umsu.ac.id,


diposting tanggal 13 Mei 2023, diakses tanggal 4 Juli 2023
Damardjati Kun Marjanto dkk, Kearifan Lokal dan Lingkungan, Gading Inti
Prima, Jakarta, 2013, Hal 3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pengendalian Sosial Di Bidang


Pelestarian Lingkungan Alam (Kewang) Daerah Maluku, Desember
1989, Hal 33

Edy Sedyawati, Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006, Hal 382.
Eko Setiapan, Kearifan Lokal Pola Tanam Tumpang Sari Di Jawa Timur,
Agrovigor Vol. 2 No 3 Tahun 2009, Hal 85-86

Fajarini U, Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter, Jurnal Sosio


Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014, Hal 123
Frank Cooley, Mimbar dan Takhta, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,1997,
Hal 189

I Ketut Arnawa, Kajian tentang Pelestarian Subak Ditinjau Dari Aktivitasnya


Yang Berlandasakan Konsep Tri Hita Karana, Agrimeja, Jurnal
Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem, Vol 7 No 14, Tahun
2017, Hal 6-7

Intan Purnama Sari dan Ahmad Zuber, Kearifan Lokal Dalam Membangun
Ketahanan Pangan Petani, Journal of Development and Social
Change, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020, Hal 25

J.J. Pietersz, Fungsi dan Peran Lembaga Kewang Dalam Perlindungan


Lingkungan di Maluku, Jurnal Konstitusi, Volume II No 1, 2010, Hal
15

Maryam Sangadji, Alternatif Pengendalian Inflasi Melalui Nilai-Nilai


Kearifan Lokal Maluku, Cita Ekonomika, Jurnal Ekonomi, Volume VII
Nomor 2 Desember 2013, Hal 2-3

Muin Fahmal, Peran Asas-asas Umum Pemerintahan yang Layak Dalam


Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, UII Press, Yogjakarta, 2006,
Hal 20.

81
Oki Pratama, Konservasi Perairan Sebagai Upaya Menjaga Potensi
Kelautan dan Perikanan Indonesia, Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut KKP-RI, 1 Juli 2020 diposting pada
https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagaiupaya-
menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia

Rinitami Njatrijani, Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Kota


Semarang, Gema Keadilan, Edisi Jurnal (ISSN: 0852-011) Volume 5,
Edisi 1, September 2018

Wayan Windia, I Ketut Suamba, Sumiyati, Wayan Tika, Sistem Subak Untuk
pengembangan Lingkungan Yang berlandaskan Tri Hita Karana,
Jurnal Sosio Ekonomi Pertanian dan Agrobisnis, Vol.12 No.1
Desember 2018, Hal 118

Yanti Amelia Lewerissa,at al, Sasi laut as a non penal effort treatment of
illegal fishing for sustainable utilization of fishery resources, IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021, Hal 3

82

Anda mungkin juga menyukai