Makalah Kelompok 2 Pajak Rokok Dan Pajak Air Permukaan
Makalah Kelompok 2 Pajak Rokok Dan Pajak Air Permukaan
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
JUDUL
PAJAK AIR PERMUKAAN DAN PAJAK ROKOK
Oleh:
• Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan
makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.
Kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
1.1.Latar belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian pajak air permukaan dan pajak rokok...........................................5
2.2 Subjek dan Objek pajak air permukaan dan pajak rokok...............................7
2.3 Dasar Pengaturan pajak air permukaan dan pajak rokok...............................8
2.4 Penerapan tarif pajak air permukaan dan pajak rokok...................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13
BAB I
1.1. Latar belakang
Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan
air permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Pajak
Air Permukaan semula bernama Pajak Pengambilan Permanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (PPPABTAP) berdasarkan Undang-Undang nomor 34
Tahun 2000. Hanya saja berdasarkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009,
dipecah menjadi dua jenis pajak, yaitu Pajak Air Permukaan dan Pajak Air
Bawah Tanah, dimana Pajak Air Permukaan dimasukkan sebagai pajak provinsi
sedangkan Pajak Air Bawah Tanah menjadi pajak kabupaten/kota. Pembangunan
yang pesat dengan perubahan manusia, air permukaan tidak hanya menjadi
kebutuhan sosial seperti air permukaan untuk keperluan rumah tangga tetapi juga
sudah menjadi kebutuhan ekonomi yang luas untuk kebutuhan pertanian,
perkebunan, industry, pabrik, dan pembangkit energi. Pajak air permukaan
merupakan penyumbang penerimaan pajak daerah.
Pajak rokok adalah pajak yang dikenakan pada produk tembakau,
khususnya rokok. Pajak rokok pertama kali diberlakukan di Indonesia pada tahun
1951 dengan tarif 25% dari harga jual eceran. Pada tahun 1967, tarif pajak rokok
dibebankan menjadi 45% dan pada tahun 1971 dibebankan lagi menjadi 60%.
Pada tahun 1984, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1984 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang mengatur tentang pajak rokok. Pada tahun
2018, Pemerintah Indonesia kembali menaikkan tarif pajak rokok sebesar 10,04%
Pajak rokok merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup besar.
Selain itu, pajak rokok juga dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi
konsumsi rokok dan meningkatkan kesehatan masyarakat Namun kenaikan tarif
pajak rokok juga dapat berdampak pada penurunan pendapatan petani tembakau
dan industri rokok.
1.3 Tujuan
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan konstitutif,
2. Menjelaskan lembaga
negara pemegang
kekuasaan Eksaminati
1. Untuk mengetahui pengertian pajak air permukaan dan pajak rokok.
2. Untuk mengetahui subjek dan objek pajak air permukaan dan pajak
rokok?
3. Untuk mengetahui dasar pengaturan pajak air permukaan dan pajak
rokok?
4. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak air permukaan dan pajak rokok.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah bentuk pajak yang dikenakan oleh pemerintah terhadap
produksi, penjualan, dan konsumsi rokok. Pajak ini bertujuan untuk mengatur
penggunaan rokok, mengendalikan konsumsi, serta memberikan pendapatan
kepada pemerintah. Dalam banyak negara, pajak rokok digunakan sebagai
instrumen kebijakan kesehatan masyarakat untuk mengurangi konsumsi rokok,
mengendalikan dampak negatif rokok terhadap kesehatan, serta membiayai
program-program pencegahan dan pengobatan penyakit terkait merokok. Pajak
rokok dapat diterapkan dalam berbagai bentuk, seperti pajak khusus, pajak
penjualan, atau kombinasi dari keduanya. Pajak khusus rokok biasanya dikenakan
per unit atau berdasarkan berat rokok, sedangkan pajak penjualan rokok
dikenakan sebagai persentase dari harga jual rokok. Pajak ini dapat diterapkan
pada berbagai tahap rantai pasok rokok, mulai dari produsen hingga penjual
eceran.
Salah satu tujuan utama dari pajak rokok adalah untuk mengurangi
konsumsi rokok dan dampak negatifnya terhadap kesehatan masyarakat. Dengan
memberlakukan pajak yang signifikan, pemerintah berharap dapat membuat harga
rokok lebih mahal sehingga mendorong penurunan konsumsi. Pajak rokok juga
bertujuan untuk mendorong perokok aktif untuk berhenti merokok atau beralih ke
alternatif yang lebih sehat. Selain itu, pajak rokok dapat menjadi instrumen
pengendalian perokok pemula yang rentan terhadap kecanduan.
Pajak rokok juga berperan dalam mengurangi beban penyakit terkait merokok dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan mengurangi konsumsi rokok,
diharapkan akan terjadi penurunan kasus penyakit paru-paru, kanker, penyakit
jantung, dan gangguan pernapasan lainnya yang terkait dengan merokok.
Pendapatan yang diperoleh dari pajak rokok dapat digunakan untuk membiayai
program-program pencegahan dan pengobatan penyakit terkait merokok, serta
meningkatkan akses masyarakat terhadap perawatan kesehatan.
Selain itu, pajak rokok juga menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah.
Pendapatan dari pajak rokok dapat dialokasikan untuk berbagai keperluan, seperti
pendidikan, pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan program-program sosial.
Pajak rokok dapat menjadi salah satu sumber pendapatan yang signifikan bagi
negara dan membantu dalam pembiayaan kebutuhan publik.
Pajak Rokok
1. PMK Nomor 115/PMK.07/2013 sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan PMK Nomor 11/PMK.07.2017 Tentang perubahan ketiga
atas PMK Nomor 115/PMK.07/2013 tentang tata cara pemunggutan pajak
rokok. Besaran pajak rokok dihitung berdasarkan jenis rokok dan harga
jual eceran tertinggi (HJET) rokok tersebut, Pajak rokok dikenakan pada
produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).
2. PMK No. 128/PMK.07/2018 Tentang tata cara pemotongan pajak rokok
sebagai kontribusi dukungan program jaminan kesehatan
3. PMK No. 78/PMK.02/2020
4. Permenkes No.40 Tahun 2016- Permenkes No. 53 Tahun 2017 tentang
petunjuk teknis penggunaan pajak rokok untuk pendanaan layanan
kesehatan masyarakat.
Pajak Rokok
Tarif pajak rokok di Indonesia ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
dari cukai rokok. Besaran pajak rokok yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak rokok, yaitu harga jual
eceran tertinggi (HJET) rokok. Berikut adalah contoh perhitungan pajak rokok:
Tarif pajak: 10%
Harga jual eceran tertinggi (HJET) rokok: Rp. 20.000/bungkus
Pajak terutang: Tarif x HJET = 10% x Rp. 20.000 = Rp. 2.000/bungkus
Pajak rokok dikenakan pada produsen dan importir rokok yang memiliki izin
berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) Penerimaan
pajak rokok ini dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan
penegakan hukum oleh aparat yang berwenang. Pajak rokok juga bertujuan untuk
melindungi masyarakat terhadap bahaya rokok dan memberikan optimalisasi
pelayanan pemerintah daerah dalam menjaga kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa pajak air permukaan adalah pajak atas
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Objek pajak air permukaan
adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan, sedangkan subjek pajak
air permukaan adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
dan/atau pemanfaatan air permukaan. Besarnya pajak air permukaan ditetapkan
sebesar 10% (sepuluh persen) dan dihitung berdasarkan nilai perolehan air (NPA)
dan volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan. Dasar hukum pajak air
permukaan adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta peraturan daerah dan gubernur
di masing-masing provinsi.
dapat disimpulkan bahwa pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok
yang dipungut oleh pemerintah daerah yang berwenang bersamaan dengan
pemungutan cukai rokok. Tujuan utama penerapan pajak rokok adalah untuk
melindungi masyarakat terhadap bahaya rokok dan memberikan optimalisasi
pelayanan pemerintah daerah dalam menjaga kesehatan masyarakat. Besaran
pajak rokok di Indonesia ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai cukai
rokok dan dihitung berdasarkan harga jual eceran tertinggi (HJET) rokok. Pajak
rokok dikenakan pada produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa
Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC). Penerimaan pajak
rokok ini dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai
pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang
berwenang. Dengan pajak rokok, kewajiban pemerintah untuk mengoptimalkan
kesehatan masyarakat bisa menjadi lebih baik.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pajak.com. (2022).”Mengenal Pajak Air Tanah”. Diakses pada 1 Oktober 2023, dari
https://www.pajak.com/pajak/mengenal-pajak-air-tanah/
amri, h. (2020, juli 06). news ddtc. Retrieved september 30, 2023, from
https://news.ddtc.co.id/begini-ketentuan-pemungutan-pajak-rokok-22116
galuh, n. (2021, agustus 07). news.ddtc. Retrieved september 30, 2023, from
news.ddtc.com: https://news.ddtc.co.id/apa-itu-pajak-rokok-31840
idris, m. (2020, agustus 03). kompas.com. Retrieved september 30, 2023, from
kompas.com: https://money.kompas.com/read/2020/08/03/212102526/jadi-
sumber-polemik-riau-dan-sumbar-apa-itu-pajak-air-permukaan