Anda di halaman 1dari 18

ILMU DASAR KEPERAWATAN

MEKANISME PERADANGAN PADA KASUS POLIP NASI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan


Dosen Pengampu:
Sigit Purwanto, S.Kep., Ns., M.Kes.

OLEH:

ZAUYIN
04021182328015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berisi tentang
“Peradangan Polip Nasi”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
wujud dari pertanggungjawaban penulis atas tugas mata kuliah ilmu dasar
keperawatan serta untuk memperdalam pengetahuan tentang peradangan pada
kasus polip nasi.
Dalam penyusunan makalah penulis menyadari bahwa makalah yang
disusun ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah
selanjutnya.
Penulis juga minta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan ataupun kekeliruan sehingga membingungkan pembaca
dalam memahami makalah ini.

Indralaya, 17 Februari 2024

Zauyin

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Definisi Polip Nasi ............................................................................................ 3
2.2 Jenis peradangan polip nasi ............................................................................... 4
2.3 Faktor Penyebab Polip Nasi .............................................................................. 5
2.4 Tanda dan Gejala Polip Nasi ............................................................................. 6
2.5 Mekanisme Peradangan Polip Nasi ................................................................... 7
2.6 Masalah Keperawatan ....................................................................................... 8
2.7 Upaya Mengatasi Polip Nasi ............................................................................. 9
BAB III ................................................................................................................. 10
KESIMPULAN.................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
LAMPIRAN ......................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peradangan adalah respon normal, perlindung terhadap cedera jaringan
disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya atau agen mikrobiologis
(Nindia.,dkk, 2021). Polip hidung adalah peradangan jinak dan pertumbuhan
hiperplastik pada mukosa sinonasa. Polip nasi diyakini timbul pada mukosa
cavum nasi karena adanya inflamasi yang berlangsung lama (kronik).

Dari berbagai data epidemiologi di Indonesia, prevalensi polip nasi


secara nasional masih belum diketahui pasti. Hal ini dikarenakan tingkat
insidensi yang tidak cukup banyak dibandingkan dari gangguan hidung pada
bagian THT lainnya. Tetapi prevalensi polip nasi secara global, sekitar 1-4%
dari populasi dewasa di dunia mengidap polip nasi. Peradangan ini lebih sering
terjadi pada lelaki dengan puncak insiden pada usia 40 sampai 60 tahun. Menurut
data yang dipublikasikan di USA, polip nasi terjadi pada 2% - 5% dari populasi
umum dan merupakan 5% dari kunjungan konsultasi ke ahli THT.

Patofisiologi polip nasi bisa bermacam-macam. Seiring bertambahnya


usia, ada serangkaian perubahan anatomi dan fungsional yang terjadi pada tubuh
manusia yang menyebabkan stasis lendir yang kental dan gangguan pembersihan
bahan iritan dan penyebab biologis (virus, bakteri, jamur), sehingga membuat
pasien lebih rentan terkena polip (Toro & Portela, 2023). Gejala primer polip nasi
adalah hidung tersumbat, terasa ada massa di dalam hidung, sukar mengeluarkan
ingus dan hiposmia atau anosmia (Astrid,. dkk, 2023).

1
Melalui makalah ini, penulis akan menyelidiki lebih lanjut tentang
peradangan polip nasi. Dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman terkait
peradangan polip nasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu untuk memenuhi :
1. Apa definisi polip nasi?
2. Bagaimana mekanisme peradangan polip nasi?
3. Apa saja jenis- jenis polip nasi?
4. Apa saja faktor penyebab polip nasi?
5. Apa tanda dan gejala polip nasi?
6. Apa saja masalah keperawatan yang dapat muncul pada kasus polip nasi?
7. Bagaimana upaya mengatasi polip nasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi polip nasi
2. Untuk mengetahui mekanisme peradangan polip nasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis polip nasi
4. Untuk mengetahui faktor penyebab polip nasi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala polip nasi
6. Untuk memngetahui masalah keperawatan polip nasi
7. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi polip nasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Polip Nasi


Polip nasi dalam bahasa Yunani
disebut polypous, sedangkan dalam bahasa
latin disebut polyposis. Polip nasi (Polip
Hidung) adalah peradangan kronis pada
mukosa hidung dan sinus paranasal, yang
ditandai dengan adanya prolaps lesi
jinak mukosa serta infiltrasi sel-sel
inflamasi. Polip nasi terbentuk dari
akumulasi cairan ekstraseluler, proliferasi
submukosa dan mukosa di dalam hidung
ataupun sinus paranasal sebagai akibat dari proses inflamasi kronis
(Wijayanti.,dkk, 2021). Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa
massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
keabuan, dengan permukaan licin dan agak bening karena menggandung cairan.
Salah satu bentuk polip nasi yang muncul dari mukosa dekat sinus maksilaris dan
meluas ke arah choana dengan tangkai tunggal disebut polip antrochoana. Polip
tersebut dapat meluas ke nasofaring atau bahkan hingga orofaring. Sedangkan
polip nasi yang berasal dari septum nasi dikenal dengan polip septochoana. Polip
nasi ini biasanya unilateral, jinak, dan menyerang melalui rongga hidung
posterior.

Polip nasi diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: lokal, difus, dan


sistemik. Polip nasi yang terlokalisasi biasanya reaktif akibat proses inflamasi
atau proses neoplastik. Polip nasi difus sering terlihat pada pasien dengan
CRSwNP (Chronic Rhinosinusitis with Nasal Polyps). CRSwNP memiliki banyak

3
etiologi. Polip sebagian besar disebabkan oleh eosinofilia yang dipicu oleh sel T-
helper 2 (Th2), peradangan imunoglobulin-E (IgE), dengan peningkatan
interleukin-5 (IL-5), yang sering dikaitkan dengan lingkungan dan/atau penyakit.
Polip nasi sistemik mengacu pada pasien yang menderita penyakit sistemik
dengan manifestasi hidung. Granulomatosis eosinofilik dengan poliangiitis
(EGPA), sebelumnya dikenal sebagai sindrom Churg-Strauss, dan Cystic
Fibrosis (CF).
Patofisiologi polip nasi bersifat multifaktor, seiring bertambahnya usia,
ada serangkaian perubahan anatomi dan fungsional yang terjadi pada tubuh
manusia yang menyebabkan stasis lendir yang kental dan gangguan pembersihan
bahan iritan dan penyebab biologis (virus, bakteri, jamur), sehingga membuat
pasien lebih rentan terkena polip (Toro & Portela, 2023). beberapa faktor lain
seperti infeksi, alergi, perubahan polisakarida, fenomena bernoulli dan
ketidakseimbangan vasomotor dapat mempengaruhi satu pasien yang sama.

2.2 Jenis-jenis Polip Nasi


Terdapat beberapa pembagian polip nasi berdasarkan stadium, peradangan
dan histopatologisnya. Menurut Mackay membagi polip nasal menjadi 4 stadium:
• Stadium 0: tidak ada polip nasal.
• Stadium 1:polip nasal hanya terdapat pada meatus media dan tidak
terdapat pada kavum nasal, tidak dapat terlihat dari rinoskopi anterior,
namun dapat terlihat pada pemeriksaan nasoendoskopi.
• Stadium 2: polip nasal keluar melewati meatus media dan terlihat di
kavum nasal namun tidak memenuhi kavum nasal.
• Stadium 3: polip nasal memenuhi kavum nasal.

Berdasarkan jenis peradangannya, polip dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu:


• Tipe eusinofilik: Polip tipe eusinofilik dihubungkan dengan
peradangan yang terjadi akibat reaksi alergi.

4
• Tipe neutrofilik: polip neutrofilik dihubungkan dengan peradangan akibat
infeksi bakteri.
Sedangkan, Hellquist membagi polip nasi menjadi 4 sub tipe histologis:
• Tipe I : Polip alergik dengan eosinophil yang dominan
• Tipe II : Polip fibroinflamatorik dengan neutrophil yang dominan
• Tipe III : Polip dengan hyperplasia kelenjar serumusinosa
• Tipe IV: Polip dengan stroma atipik

2.3 Faktor Penyebab Polip Nasi


Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya polip nasi yaitu adanya
peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus, adanya
gangguan keseimbangan vasomotor, adanya peningkatan tekanan cairan
interstitial dan edema mukosa hidung, selain itu, resiko terpapar dengan polusi
udara, zat-zat kimia, asap rokok, dan debu merupakan faktor pemicu timbulnya
polip nasi. Selain paparan udara yang buruk, terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi kejadian polip nasi seperti riwayat genetik, rhinitis alergi, asma,
sinusitis, kelemahan sistem kekebalan tubuh, dan riwayat merokok. Hal ini yang
mengakibatkan terjadinya hiperaktifitas dan sensitifitas mukosa hidung terhadap
reaksi inflamasi yang juga berhubungan dengan sel eosinofil.

Turbulensi udara dan perbedaan tekanan mungkin juga memiliki


pengaruh. Berbagai faktor penting lainnya seperti faktor genetik, bakteri, jamur,
pembentukan biofilm diketahui juga terlibat pada terjadinya polip nasi. Fenomena
Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit
akan menyebabkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah
akan terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga mengakibatkan edema mukosa dan
menyebabkan polip.

Polip dapat terus berkembang selama infeksi hidung atau sinus dan
mungkin hilang setelah infeksi mereda, atau mungkin muncul secara perlahan dan

5
menetap. Polip hidung juga bisa terbentuk jika ada benda asing di dalam hidung.
Beberapa orang yang alergi terhadap aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (
NSAID ) lainnya menderita kombinasi asma, hidung tersumbat dan sinus kronis,
serta polip hidung. Tidak jelas bagaimana polip hidung berhubungan dengan
alergi dan gejala saluran pernafasan lainnya. Orang dengan polip hidung dapat
mengalami infeksi sinus jika polip menghalangi drainase dari sinus. Jarang ada
orang yang menderita rhinosporidiosis (infeksi pada hidung yang ditandai dengan
polip berdarah), yang dapat menyebabkan rinitis kronis .

2.4 Tanda dan Gejala Polip Nasi

Pasien yang menderita polip nasi terdapat benjolan pada hidung dengan
warna keabuan, lobuler, dapat multiple dan tidak sensitif. warna polip pucat
karena sedikit aliran udara yang memasok massa polip. bila terjadi trauma
berulang atau proses inflamasi menyebabkan kemerahan. Gejala primer polip nasi
adalah hidung tersumbat, terasa ada massa di dalam hidung, sukar mengeluarkan
ingus dan hiposmia atau anosmia (Astrid,. dkk, 2023). Gejala sekunder
termasuk ingus turun kearah tenggorok (post-nasal drip), rinore, nyeri wajah,
sakit kepala, telinga rasa penuh, mengorok, gangguan tidur, dan penurunan
prestasi kerja.

Keluhan hidung tersumbat dapat bervariasi, bersifat sensasi yang subjektif


dari kongesti, seperti tekanan mekanis akibat polip di dalam sinus, sampai

6
obstruksi total dari aliran udara di hidung akibat polip yang membesar dan
memenuhi rongga hidung (Sutrawati & Ratnawati, 2019).

2.5 Mekanisme Peradangan Polip Nasi


Polip nasi terbentuk dari akumulasi cairan ekstraseluler, proliferasi
submukosa dan mukosa di dalam hidung ataupun sinus paranasal sebagai akibat
dari proses inflamasi kronis. Beberapa faktor diduga berkontribusi pada
patogenesisnya, seperti peradangan pada mukosa akibat adanya obstruksi sinus
atau alergi karena aliran udara yang berubah disertai dengan adanya peningkatan
tekanan udara. Secara klinis polip nasi seringkali dihubungkan dengan asma dan
alergi. Namun demikian, hubungan antara adanya alergi dengan patogenesis polip
nasi masih belum begitu jelas. Sebagian besar, polip nasi muncul dari dinding
lateral mukosa rongga hidung dari meatus media, juga pada area yang kontak
dengan procesus uncinatus, atau di sinus ethmoid anterior.

(a) (b)
Gambar: (a) ilustrasi polip. Sumber: The BMJ.s (b) ilustrasi polip. Sumber:
Mustafakapadiya-Own Work, CC BY-SA 4.0.

Adanya penyebab kelainan anatomi seperti deviasi septum nasi diduga


berperan penting sebagai predileksi munculnya polip nasi, karena deviasi septum
nasi dapat mengubah aliran udara di dalam hidung. Faktor etiologi polip nasi
yang paling banyak berperan adalah gangguan respon inflamasi pada lapisan
mukosa akibat alergi dan inflamasi kronik. Gambaran histopatologi dari polip

7
nasi meliputi inflamasi dari sel T helper (Th)2 diikuti oleh adanya infiltrasi
eosinofil, penebalan membran basalis, dan hiperplasi epitel. Sel-sel inflamasi
biasanya muncul dalam jumlah sedang, tetapi terkadang dapat ditemukan dalam
jumlah besar. Hasil tersebut kemungkinan berhubungan dengan peningkatan
profil sitokin Th2, seperti Interleukin (IL – 4) dan IL – 5.

Perubahan anatomi dan fungsional yang terjadi pada tubuh manusia yang
menyebabkan stasis lendir yang kental dan gangguan pembersihan bahan iritan
dan penyebab biologis (virus, bakteri, jamur), sehingga membuat pasien lebih
rentan terkena polip. Perubahan ini meliputi penurunan frekuensi denyut silia
dengan gangguan pembersihan mukosiliar, atrofi mukosa sinonasal dengan
penurunan pembuluh darah, dan berkurangnya sekresi mukus. Semua ini
berpotensi mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran basal epitel dan
distorsi regulasi osmotik normal antar sel. Edema keseluruhan dan peradangan
kronis yang diakibatkannya menyebabkan peningkatan ukuran sel dan jaringan
secara lokal. Faktor keturunan juga telah dikemukakan (fibrosis kistik hanyalah
salah satu faktor keturunan, masih banyak lagi faktor lainnya). gangguan imunitas
bawaan dan adaptif menyebabkan pasien terkena kolonisasi bakteri. Selain itu,
respons hiperimun dengan adanya unsur jamur diyakini berperan dalam
pembentukan polip hidung.

2.6 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang dapat muncul pada kasus polip nasi:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001): Ketidakmampuan
membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005): Inspirasi dan ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat.
3. Gangguan Pola Tidur (D.0055) : Gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal.

8
4. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074): Perasaan kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
5. Nyeri Akut ( D.0077): Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
berlanngsung kurang dari 3 bulan.

2.7 Upaya Mengatasi Polip Nasi


Penatalaksanaan polip nasi difokuskan pada medikamentosa dengan
penggunaan steroid oral dan intranasal. Pasien yang mengalami kegagalan
dalam penggunaan terapi tersebut, disarankan untuk dilakukan tindakan operatif
dengan guiding naso endoskopi yang digunakan untuk mendeteksi edema mukosa
dan polip hidung lebih awal, juga sebagai evaluasi dari tindakan pembedahan
atau medikamentosa (mc kay lund). Kemudian diikuti dengan terapi intranasal
steroid untuk mencegah kekambuhan. Pasien yang gejalanya tidak membaik
dengan terapi medis yang memadai perlu evaluasi lebih lanjut dengan CT scan
PNS. Pembedahan dilakukan jika polip menghalangi saluran pernapasan, polip
berhubungan dengan tumor dan menghalangi drainase dari sinus sehingga sering
terjadi infeksi sinus. Salah satu polipektomi yang dapat dilakukan yaitu
menggunakan senar dengan AL. Selain itu, pasien juga harus menghindari alergen
serta faktor pemicu yang dapat menstimulasi peradangan kronis sehingga dapat
mengakibatkan pembentukan polip berulang. Tujuan utama penatalaksanaan polip
hidung adalah untuk mengurangi gejala klinik, mencegah komplikasi dan
kekambuhan dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau kombinasi.

9
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Polip nasi atau polip hidung adalah peradangan kronis pada mukosa
hidung dan sinus paranasal, yang ditandai dengan adanya prolaps lesi jinak
mukosa serta infiltrasi sel-sel inflamasi. Polip nasi merupakan salah satu kasus
yang menjadi perhatian dalam dunia medis karena berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Polip nasi dapat menyebabkan penderita merasakan hidung
tersumbat, terasa ada massa di dalam hidung, sukar mengeluarkan ingus dan
hiposmia atau anosmia. Oleh karena itu, penatalaksaan polip harus diperhatikan
dengan teliti agar tidak terjadi trauma berulang yang dapat menyebabkan
kekambuhan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Astrid, Hanifah Qollama., dkk (2023). "Polip Hidung dan


Penatalaksanaan",Medula, Vol. 13, No. 4.1, Hh.124-128.

Khairunnisa, Salma Yuri., dkk (2021). " Hubungan Jumlah Eosinofil dengan
Ukuran Polip Nasal dan Karakteristik Pasien yang Didiagnosis di Sentra
Diagnostik PA FK- UNAND Tahun 2017-2019", Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia, Vol.2, No. 1, Hh.33-40.

Nindia, Listarmi., dkk (2021). "Aktivitas Antiinflamasi Resin Jernang


(Daemonorops Draco (Willd.)) Pada Mencit Putih", Indonesian Journal of
Pharma Science,Vol. 3, No.2, Hh.81-90.

Qolbi, Rina Nurul., dkk (2021). "Rhinoshinusitis dengan Polip Nasi", Jurnal
Medical Profession, Vol.3, No. 3, Hh. 154-159.

Sutrawati, Ni Made Dwi Agustin & Luh Made Ratnawati (2019). "Karakteristik
Penderita Polip Nasi di Poli THT-KL RSUP Sanglah Denpasar Periode
Januari 2014-Desember 2015", Medicina, Vol. 50, No. 1, Hh. 138-142.

Toro, Edgar Del & Portela Juan. 2024. Polip hidung. Universitas Puerto
Riko: StatPlearls.

Wijayanti, Renny Swasti., dkk (2021). "Polip Septochoana Eosinofilik: Studi


Kasus", Jurnal Litbang Edusaintech, Vol. 2, No. 2, Hh. 59-62.

11
LAMPIRAN

12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai