Ilmu Dasar Keperawatan
Ilmu Dasar Keperawatan
OLEH:
ZAUYIN
04021182328015
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berisi tentang
“Peradangan Polip Nasi”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
wujud dari pertanggungjawaban penulis atas tugas mata kuliah ilmu dasar
keperawatan serta untuk memperdalam pengetahuan tentang peradangan pada
kasus polip nasi.
Dalam penyusunan makalah penulis menyadari bahwa makalah yang
disusun ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah
selanjutnya.
Penulis juga minta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan ataupun kekeliruan sehingga membingungkan pembaca
dalam memahami makalah ini.
Zauyin
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Melalui makalah ini, penulis akan menyelidiki lebih lanjut tentang
peradangan polip nasi. Dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman terkait
peradangan polip nasi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi polip nasi
2. Untuk mengetahui mekanisme peradangan polip nasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis polip nasi
4. Untuk mengetahui faktor penyebab polip nasi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala polip nasi
6. Untuk memngetahui masalah keperawatan polip nasi
7. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi polip nasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
etiologi. Polip sebagian besar disebabkan oleh eosinofilia yang dipicu oleh sel T-
helper 2 (Th2), peradangan imunoglobulin-E (IgE), dengan peningkatan
interleukin-5 (IL-5), yang sering dikaitkan dengan lingkungan dan/atau penyakit.
Polip nasi sistemik mengacu pada pasien yang menderita penyakit sistemik
dengan manifestasi hidung. Granulomatosis eosinofilik dengan poliangiitis
(EGPA), sebelumnya dikenal sebagai sindrom Churg-Strauss, dan Cystic
Fibrosis (CF).
Patofisiologi polip nasi bersifat multifaktor, seiring bertambahnya usia,
ada serangkaian perubahan anatomi dan fungsional yang terjadi pada tubuh
manusia yang menyebabkan stasis lendir yang kental dan gangguan pembersihan
bahan iritan dan penyebab biologis (virus, bakteri, jamur), sehingga membuat
pasien lebih rentan terkena polip (Toro & Portela, 2023). beberapa faktor lain
seperti infeksi, alergi, perubahan polisakarida, fenomena bernoulli dan
ketidakseimbangan vasomotor dapat mempengaruhi satu pasien yang sama.
4
• Tipe neutrofilik: polip neutrofilik dihubungkan dengan peradangan akibat
infeksi bakteri.
Sedangkan, Hellquist membagi polip nasi menjadi 4 sub tipe histologis:
• Tipe I : Polip alergik dengan eosinophil yang dominan
• Tipe II : Polip fibroinflamatorik dengan neutrophil yang dominan
• Tipe III : Polip dengan hyperplasia kelenjar serumusinosa
• Tipe IV: Polip dengan stroma atipik
Polip dapat terus berkembang selama infeksi hidung atau sinus dan
mungkin hilang setelah infeksi mereda, atau mungkin muncul secara perlahan dan
5
menetap. Polip hidung juga bisa terbentuk jika ada benda asing di dalam hidung.
Beberapa orang yang alergi terhadap aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (
NSAID ) lainnya menderita kombinasi asma, hidung tersumbat dan sinus kronis,
serta polip hidung. Tidak jelas bagaimana polip hidung berhubungan dengan
alergi dan gejala saluran pernafasan lainnya. Orang dengan polip hidung dapat
mengalami infeksi sinus jika polip menghalangi drainase dari sinus. Jarang ada
orang yang menderita rhinosporidiosis (infeksi pada hidung yang ditandai dengan
polip berdarah), yang dapat menyebabkan rinitis kronis .
Pasien yang menderita polip nasi terdapat benjolan pada hidung dengan
warna keabuan, lobuler, dapat multiple dan tidak sensitif. warna polip pucat
karena sedikit aliran udara yang memasok massa polip. bila terjadi trauma
berulang atau proses inflamasi menyebabkan kemerahan. Gejala primer polip nasi
adalah hidung tersumbat, terasa ada massa di dalam hidung, sukar mengeluarkan
ingus dan hiposmia atau anosmia (Astrid,. dkk, 2023). Gejala sekunder
termasuk ingus turun kearah tenggorok (post-nasal drip), rinore, nyeri wajah,
sakit kepala, telinga rasa penuh, mengorok, gangguan tidur, dan penurunan
prestasi kerja.
6
obstruksi total dari aliran udara di hidung akibat polip yang membesar dan
memenuhi rongga hidung (Sutrawati & Ratnawati, 2019).
(a) (b)
Gambar: (a) ilustrasi polip. Sumber: The BMJ.s (b) ilustrasi polip. Sumber:
Mustafakapadiya-Own Work, CC BY-SA 4.0.
7
nasi meliputi inflamasi dari sel T helper (Th)2 diikuti oleh adanya infiltrasi
eosinofil, penebalan membran basalis, dan hiperplasi epitel. Sel-sel inflamasi
biasanya muncul dalam jumlah sedang, tetapi terkadang dapat ditemukan dalam
jumlah besar. Hasil tersebut kemungkinan berhubungan dengan peningkatan
profil sitokin Th2, seperti Interleukin (IL – 4) dan IL – 5.
Perubahan anatomi dan fungsional yang terjadi pada tubuh manusia yang
menyebabkan stasis lendir yang kental dan gangguan pembersihan bahan iritan
dan penyebab biologis (virus, bakteri, jamur), sehingga membuat pasien lebih
rentan terkena polip. Perubahan ini meliputi penurunan frekuensi denyut silia
dengan gangguan pembersihan mukosiliar, atrofi mukosa sinonasal dengan
penurunan pembuluh darah, dan berkurangnya sekresi mukus. Semua ini
berpotensi mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran basal epitel dan
distorsi regulasi osmotik normal antar sel. Edema keseluruhan dan peradangan
kronis yang diakibatkannya menyebabkan peningkatan ukuran sel dan jaringan
secara lokal. Faktor keturunan juga telah dikemukakan (fibrosis kistik hanyalah
salah satu faktor keturunan, masih banyak lagi faktor lainnya). gangguan imunitas
bawaan dan adaptif menyebabkan pasien terkena kolonisasi bakteri. Selain itu,
respons hiperimun dengan adanya unsur jamur diyakini berperan dalam
pembentukan polip hidung.
8
4. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074): Perasaan kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
5. Nyeri Akut ( D.0077): Pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
berlanngsung kurang dari 3 bulan.
9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Polip nasi atau polip hidung adalah peradangan kronis pada mukosa
hidung dan sinus paranasal, yang ditandai dengan adanya prolaps lesi jinak
mukosa serta infiltrasi sel-sel inflamasi. Polip nasi merupakan salah satu kasus
yang menjadi perhatian dalam dunia medis karena berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Polip nasi dapat menyebabkan penderita merasakan hidung
tersumbat, terasa ada massa di dalam hidung, sukar mengeluarkan ingus dan
hiposmia atau anosmia. Oleh karena itu, penatalaksaan polip harus diperhatikan
dengan teliti agar tidak terjadi trauma berulang yang dapat menyebabkan
kekambuhan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Khairunnisa, Salma Yuri., dkk (2021). " Hubungan Jumlah Eosinofil dengan
Ukuran Polip Nasal dan Karakteristik Pasien yang Didiagnosis di Sentra
Diagnostik PA FK- UNAND Tahun 2017-2019", Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia, Vol.2, No. 1, Hh.33-40.
Qolbi, Rina Nurul., dkk (2021). "Rhinoshinusitis dengan Polip Nasi", Jurnal
Medical Profession, Vol.3, No. 3, Hh. 154-159.
Sutrawati, Ni Made Dwi Agustin & Luh Made Ratnawati (2019). "Karakteristik
Penderita Polip Nasi di Poli THT-KL RSUP Sanglah Denpasar Periode
Januari 2014-Desember 2015", Medicina, Vol. 50, No. 1, Hh. 138-142.
Toro, Edgar Del & Portela Juan. 2024. Polip hidung. Universitas Puerto
Riko: StatPlearls.
11
LAMPIRAN
12
13
14
15