Diajukan Oleh:
FINA MARLIANA
210901083
BAB I.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
1
BAB I
PEMBAHASAN
2
Menurut Fajar (dalam Anita, 2023) Key Performance Indicators (KPI) juga
dapat diartikan sebagai indikator kinerja terukur yang dijadikan tolak ukur untuk
menilai keberhasilan dari level individu sampai level organisasi. Penerapan
manajemen kinerja berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) seringkali tidak
sesuai dengan harapan. Saat memilih KPI (Key Performance Indicator), sangat
penting untuk membatasi faktor-faktor yang krusial dalam mencapai tujuan
organisasi dan juga menjaga agar indikator kunci tetap terbatas sehingga perhatian
semua orang terfokus pada pencapaian yang sama. Mengukur KPI (Key
Performance Indicator) yang mencerminkan faktor penentu keberhasilan organisasi
menghasilkan hasil yang berbeda dan bergantung pada organisasi.
Selain itu menurut Badawy (dalam Haholongan, 2022) indikator kinerja kunci
(KPI) merupakan elemen kunci yang mengatur organisasi, kriteria yang bersifat
terukur (measurable) dan dianggap sebagai parameter kunci untuk menentukan
keberhasilan organisasi, serta memiliki penetapan angka target kinerja tahunan yang
menantang. Kemudian Key Performance Indicator (KPI) ini juga didefinisikan
sebagai Indikator Kinerja Utama, yang berarti adalah serangkaian indikator kunci
yang bersifat terukur dan memberikan informasi sejauh mana sasaran strategis yang
dibebankan kepada suatu organisasi sudah berhasil dicapai. Unsur-unsur yang
terdapat dalam KPI terdiri atas tujuan strategis, indikator kunci yang relevan dengan
sasaran strategis tersebut, sasaran yang menjadi tolak ukur dan kerangka waktu atau
periode berlakunya KPI tersebut (Soemohadiwidjojo dalam Lubis, 2018).
3
keberhasilan dari individu hingga organisasi. Pemilihan KPI yang bijak harus
membatasi faktor krusial, menjaga fokus, dan mencerminkan faktor penentu
keberhasilan. Sebagai elemen kunci dalam pengaturan organisasi, KPI melibatkan
kriteria terukur, penetapan angka target kinerja, dan unsur-unsur seperti tujuan
strategis, indikator kunci, sasaran, dan kerangka waktu. Implementasi KPI yang
efektif memainkan peran kritis dalam menjamin keberhasilan suatu organisasi.
4
Ismainar (dalam Haholongan, 2022) mengemukakan indikator kinerja terdiri
dari: responsiveness, responsibility, accountability.
a. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap
harapan, keinginan, aspirasi serta tuntutan customers.
b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik dilakukan dengan tidak
melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan
ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders,
seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
6
D. Manfaat Key Performace Indicator
Seperti yang dikemukakan oleh Parmenter (dalam Haholongan, 2022) bahwa
Key Performance Indicator membantu organisasi menentukan dan mengukur
kemajuan menuju tujuan organisasi. Organisasi telah menganalisis misi, mengenal
pasti semua kepentingan, dan tujuan yang ditetapkan, maka perlu cara untuk
mengukur kemajuan menuju tujuan tersebut.
Selain itu, Wibowo (dalam Syafruddin, 2003) mengemukakan manfaat dari key
performance indicator: Pengelolaan kinerja pegawai melalui sistem KPI
memberikan sejumlah manfaat positif bagi perusahaan diantaranya:
1. Melalui metode key performance indicator maka kinerja setiap pegawai dapat
dievaluasi secara lebih obyektif dan terukur, sehingga dapat mengurangi unsur
subyektivitas yang sering terjadi dalam proses penilaian kinerja pegawai.
2. Melalui penentuan key performance indicators secara tepat, setiap pegawai juga
menjadi lebih paham mengenai hasil kerja yang diharapkan darinya. Hal ini akan
mendorong pegawai bekerja lebih optimal untuk mencapai target kinerja yang
telah ditetapkan.
3. Melalui penetapan key performance indicators yang obyektif dan terukur, maka
proses pembinaan kinerja pegawai dapat dilakukan secara lebih transparan dan
sistematis.
4. Hasil skor key performance indicators yang obyektif dan terukur juga dapat
dijadikan dasar untuk pemberian reward dan punishment pegawai. Dengan
demikian, pegawai yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat reward,
sebaliknya yang kerjanya kurang baik akan mendapat punishment.
Menurut Pirlog (dalam Dipura, 2022) manfaat yang bisa didapatkan dari KPI
adalah:
a. Memberikan gambaran arah dan sasaran yang harus dicapai karyawan
KPI merupakan bentuk informasi yang memberitahukan tentang tujuan
pekerjaan karyawan, apa yang harus dicapai, bagaimana caranya, apa ukuran
keberhasilan, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Dengan memahami arah
dan sasaran yang jelas, karyawan dapat bekerja lebih efisien dalam memenuhi
7
target mereka. Selain itu, sasaran KPI yang jelas dan realistis akan mendorong
motivasi karyawan.
b. Memberikan hasil pengukuran kinerja yang objektif
Indikator kinerja mengukur dan membandingkan bagaimana seorang karyawan
mencapai sasaran yang diharapkan, sementara karyawan lainnya tidak. Alat ukur
ini lebih objektif ketimbang sekadar penilaian yang hanya didasarkan pada opini
dan pengamatan manajer terhadap karyawan. KPI menjadi standar penilaian
yang adil dan transparan.
c. Menjadi dasar menentukan reward karyawan
Alasan lain kenapa KPI itu penting adalah karena KPI menyediakan hasil
evaluasi kinerja karyawan yang dapat diukur, sehingga memudahkan HR dalam
menentukan reward karyawan. Dengan KPI, Anda lebih mudah mengenali mana
karyawan yang menonjol dan mana yang kinerjanya di bawah rata-rata.
d. Melacak kemajuan dan memperbaiki situasi
KPI dapat ditinjau secara periodik sehingga membantu memperbaiki situasi
lebih cepat dalam hal proses tidak berjalan sesuai rencana. Apabila kinerja tim
atau individu tidak menggambarkan capaian yang memuaskan di awal, maka
perbaikan dapat segera dilakukan tanpa menunggu hingga target gagal dicapai.
e. Menentukan standar ekspektasi untuk peran dan jabatan
Jika muncul lagi pertanyaan “kenapa KPI itu penting?”, maka bisa merujuk ke
sini. Ketika merekrut kandidat baru, maka perusahaan akan menggunakan
indikator yang telah digunakan sebelumnya dan telah berhasil dicapai sebagai
standar minimal. Biasanya, HR dan manajer akan membicarakan soal target
yang harus dicapai karyawan baru tersebut.
f. Indikator kinerja yang baik adalah yang diselaraskan dengan tujuan yang ingin
dicapai. KPI tidak dibuat untuk menyulitkan, sebaliknya sebagai alat pelacak
yang mudah. Karena itu, KPI seharusnya bersifat praktis, sederhana, terukur,
dan mudah diterapkan.
8
E. Jenis-jenis Key Performace Indicator
Key Performance Indicator ini pada umumnya dibagi menjadi dua jenis, dikutip
dari laman Samporna (dalam Slamet, 2023) yaitu:
1. KPI Financial KPI Financial
Sesuai dengan namanya pastinya berkaitan dengan hal-hal yang terkait finansial
atau keuangan. KPI ini adalah indikator kerja yang berkaitan dengan masuk
keluarnya uang di dalam sebuah perusahaan.
Contoh dari KPI sektor finansial adalah:
a. KPI Laba Kotor (Gross Profit) KPI laba kotor ini bertujuan untuk mengukur
jumlah pendapatan setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan (HPP).
b. KPI Laba Bersih (Net Profit) KPI laba bersih bertujuan untuk mengukur
pendapatan yang sudah dikurangi dengan semua operasional bisnis termasuk
pajak, dll.
c. KPI Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) KPI marjin laba kotor
bertujuan untuk mengukur persentase laba yang didapat setelah dikurangi
dengan harga pokok penjualan.
d. KPI Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) KPI marjin laba bersih
bertujuan untuk mengukur persentase laba yang didapat setelah seluruh
pendapatan dikurangi dengan biaya operasional.
e. KPI Rasio Lancar (Current Ratio) KPI Rasio lancar ini digunakan untuk
mengukur kinerja dari neraca likuiditas atau aset yang dimiliki suatu
perusahaan.
2. KPI Non-Finansial
KPI non-finansial ini lebih bertujuan untuk mengukur hal-hal yang berkaitan
dengan cara sebuah perusahaan mencapai targetnya. Misalnya seperti:
a. Perputaran Tenaga Kerja (Manpower Turnover)
b. Metriks Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction metrics)
c. Rasio Pelanggan Berulang terhadap Pelanggan Baru (Repeat Customer to
New Customer Ratio)
d. Pangsa Pasar (Market Share)
9
F. Karakteristik Key Performace Indicator
Karakteristik Key Performance Indicators (KPI) mencakup sifat-sifat seperti
terukur, spesifik, relevan, akurat, terhubung dengan sasaran, terkait dengan strategi
organisasi, mampu menunjukkan tren kinerja, dan memungkinkan perbandingan
dengan historis atau organisasi lain. Sifat-sifat ini membentuk dasar untuk evaluasi
kinerja, perbaikan berkelanjutan, dan pengambilan keputusan yang efektif dalam
mencapai tujuan perusahaan. Menurut Parmenter (dalam Slamet, 2023) dalam
pelaksanaan atau implementasi key performance indikator dalam perusahaan
terdapat beberapa karakteristik yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Tidak ditulis secara finansial saja yaitu tidak ditulis dalam denominasi uang
namun juga dapat ditulis dengan denominasi volume misal jumlah kunjungan ke
nasabah, jumlah telepon yang masuk yang dapat berpengaruh kepada pencapaian
target perusahaan.
2. Harus diukur secara berkala dan teratur misalnya dihitung secara harian atau
secara terus-menerus 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
3. Yang diterapkan harus mendapat komitmen penuh dari manajemen puncak dan
diterapkan kepada semua lapisan organisasi mulai dari atas ke bawah.
4. Diperlukan pemahaman yang baik oleh karyawan atas pengukuran dan tindakan
perbaikan yang perlu dilakukan.
5. Menghubungkan tanggungjawab individu dengan tim.
6. Yang dipilih sebagai pengukuran haruslah yang memberikan dampak besar
kepada suksesnya pencapaian target perusahaan.
7. Harus membawa dampak positif kepada organisasi secara keseluruhan.
Selain itu terdapat karakteristik KPI yang kemukakan oleh Chasanah (dalam
Santika, 2019) yakni;
a. Performance Appraisal
Evaluasi sistem terhadap kinerja karyawan untuk memahami kemampuan
karyawan sehingga dapat merencanakan pengembangan karir lebih kanjut bagi
karyawan yang bersangkutan.
10
b. Core Value
Nilai-nilai perusahaan yang dibuat bertujuan dalam membentuk kebiasaan
kinerja.
c. Summary Sectin
Kombinasi dari Performance Appraisal dan Core Value yang mneghasilkan
nilai kinerja bagi para karyawan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anita, N. (2023). Pengaruh Key Performance Indicator (KPI) dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Tazbiyah Brands. Jurnal Riset dan Inovasi
Manajemen. 1(4). 140-151.
Bayhaqi, I. (2020). Perancangan Key Performance Indicator Sebagai Sistem Penilaian
Kinerja di PT. Inti Isawit Subur. Journalof Industri View. 2(2). 1-11.
Dipura, S. & Soediantono, D. (2022). Benefit of Key Performance Indicator (KPI) and
Proposed Appliacations in The Defense Industry; A Literature Review.
International Journal Of Social And Management Studies (IJOSMAS). 3(4). 23-33.
Haholongan, Rutinaiaas. (2022). Pengaruh Key Performance Indicator Terhadap
Kinerja Karyawan Perusahaan Peralatan Rumah Tangga. Jurnal inovasi
penelitian. 2(8), 2763-2768.
Jainuri. (2020). Prototipe Analisa dan Perancangan Sistem Perhitungan Key
Performance Indeks (KPI) Studi Kasus PT. Geum Indo. Jurnal IPSIKOM. 8(1), 1-
12.
Lubis, P.I. & Kusumanto, I. (2018). Penilaian Kinerja Karyaan Menggunakan Metode
Key Performance Indicator (KPI). Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. 15(2), 37-
45.
Prijambada, I.D. (2019). Key Performance Indicators UMKM. Direktorat Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada.
Santika, N. dkk. (2019). Analisa dan Perancangan Sistem Key Performance Indicator
Berbasis Web. Jurnal Ilmiah Ilmu dan Teknologi Rekayasa. 2(2), 108-112.
Slamet, R. (2023). Manajemen Kinerja. Sekolah Tinggi Manajemen IMMI.
Syafruddin, dkk. (2017). Key Performance Indicator Dalam Mengukur Kinerja
Karyawan di Unit Pengelolaan Kegiatan Lestari. Al-Mustashfa Jurnal Penelitian
Hukum Ekonomi Islam. 2(2), 227-239.
13