2023.02.13 - Presentasi Webinar Untar - BSD
2023.02.13 - Presentasi Webinar Untar - BSD
Post-Suburban
sumber Bertaud (2006)
Suburban 'Traditional' Post-Suburban Pada perkembangannya kota-kota baru yang berada di sekitar kota Jakarta
menguat dan bahkan mampu membentuk aglomerasi kawasan skala besar yang
- homogen - ‘densifikasi'
disertai dengan pemusatan aktivitas kegiatan pada suatu area kota baru. Hal ini
- Pengembangan - kompleksifikasi
kepadatan rendah. - proses suburbanisasi yang memperlihatkan fenomena post-suburbanisasi di Jabodetabek.
(Charmes and Keil, 2015). beragam Proses transformasi yang terjadi pada setiap kota memiliki konteks yang
(Charmes and Keil,2015)
berbeda-beda, sehingga menghasilkan struktur kota yang berbeda.
Timeline Perkembangan Kota
Sumber: olahan data penulis
Keterangan :
Tahun 1945 Struktur kota polisentris mulai terlihat
Tahun 1900 Tahun 2000
(Setelah perang Dunia ke 2)
Post-Suburbanisasi
Fenomena post-suburbanisasi 1. Karakteristik geografis & Fisik :
disebabkan oleh : ● Post-suburbia secara fisik merupakan suatu kawasan yang mengalami : 1. densifikasi, 2. komplesifikasi dengan adanya
1. Revolusi teknologi karakteristik penggunaan lahan campuran dan bauran kawasan yang kompleks karena merupakan suatu tempat yang terdapat
(Fishman,1987). berbagai bauran kawasan, kelas sosial ekonomi, dan pusat kegiatan ekonomi, lingkungan sosial dan politik, dan 3. Suatu kawasan
2. Kebijakan perencanaan pinggiran yang luas dan tumbuh sebagai unit sosial dan ekonomi yang bergairah (menarik). 4. segregasi secara sosial
spasial pemerintah yang ekonomi yang terlihat akibat adanya gated communities.
mendorong inisiatif
● Selain itu secara geografis lanskap sulit ditentukan batasannya karena merupakan suatu kawasan yang independen yang
pengembangan dan tinggal
cenderung liberal dimana institusi pemerintah baik pusat maupun daerah kurang terlihat fungsi dan peranannya sebagaimana
di pinggiran perkotaan
dapat ditemui di perkotaan tradisional.
(Borsdorf, 2004).
3. Pembangunan Industri ● Pada skala yang lebih luas, bentuk post-suburbia dikaitkan dengan penggunaan lahan yang luas dan saling bertentangan
(Hise, 2001). (dalam skala makro (inter-urban).
4. Fenomena globalisasi
(Kling et al., 1995).
2. Kebijakan dan ideologi pengembangan :
● Ideologi pengembangan kota post-suburbia memiliki muatan/isi yang berbeda secara ideologi dan politik dari muatan/isi pada
Dampaknya:
suburbia, seperti gaya hidup postmodern, orientasi kesenangan yang cenderung liberal. Selain itu secara sistem perkotaan,
1. Fragmentasi penggunaan
kota post-suburbia seperti terintegrasi pada sistem kapitalis global.
lahan saling bertentangan
(dalam skala makro (inter- ● Pengembangan kota kota post-suburbia didorong oleh adanya kebijakan perencanaan spasial pemerintah yang mendorong
urban) regional/ wilayah) inisiatif pengembangan dan tinggal di pinggiran perkotaan
Persaingan? (Wu dan
Phelps, 2008)
2. Post-suburbia 3. Aktivitas ekonomi dan tinggal :
menghasilkan ● Secara aktivitas tinggal, karena kota post-suburbia terlepas dari proses suburbanisasi akibat pembangunan pemukiman dan
pembangunan yang tidak kehilangan populasi dan pendapatan rumah tangga yang menurun.
saja lebih ramah ● Secara aktivitas ekonomi pada kota post-suburbia yang independen dan terdapat desentralisasi pekerjaan dengan struktur
lingkungan namun juga ekonomi post-fordis (jasa, industri, berteknologi tinggi, serta pusat penelitian dan pengembangan) dan sebagai pusat
lebih baik secara ekonomi hiburan serta fasilitas akomodasi. Akibat adanya aktivitas ekonomi di kota post-suburban, maka kota post-suburbia memiliki
maupun sosial? (Sadewo et keseimbangan lokasi kerja yang lebih baik.
al. 2018)
Sumber: Fishman,( 1987), Kling et. al. (1995), Wu dan Phelps, (2008), Phelps et al. (2010), Wu dan Phelps (2008), Hudalah dan Firman, (2012), Keseru (2013), (Charmes and
Keil,2015), (Borsdorf, 2004), (Knox, 2008; McArthur, 2017), (Johnson et al., 2018), Tzaninis (2019).
BSD memiliki status yang diberikan pemerintah. Pertumbuhan kota BSD yang kuat
karena status kota yang tidak hanya menjadi kawasan untuk berkembangnya
Kebijakan Perkembangan
riset dan teknologi, namun juga menjadi kawasan ekonomi strategis.
Perkembangan BSD Serpong sebagai kawasan ekonomi strategis ini juga
direncanakan dengan tingkat hirarki sebagai pusat perkembangan Primer (1 tingkat
dibawah kota DKI Jakarta yang diakui sebagai pusat perkembangan Nasional)
menurut masterplan DKI Jakarta Tahun 1985-2005.
Selain itu pemerintah juga memberikan insentif dalam hal kemudahan perizinan
dan juga secara pendanaan.
Dukungan finansial yang didapatkan oleh BSD ini disebutkan oleh Gotsch (2009)
merupakan hasil dari kebijakan pemerintah selama masa pemerintahan Jenderal
besar TNI H. M Soeharto, yang berfokus pada kebijakan pengembangan ekonomi.
Kebijakan tersebut membuka peluang terhadap masuknya investasi asing dan
memunculkan strategi neoliberal dalam skala besar (Spreitzhofer, 2003, Kusno,
2006). Kebijakan tersebut membuat Indonesia menjadi negara awal yang
mengadopsi strategi market enabling (strategi yang berorientasi pada pasar
Peta DKI Jakarta dan Hirarki pusat pengembangan berdasarkan masterplan DKI Jakarta 1985-2005. (market) dan menekankan pada efisiensi ekonomi (Setiawan, 2001)) (Cowherd,
Sumber : Goldblum, and Wong (2000) 2002).
Pada saat pengembangan BSD Tahap pertama, pegembang mendapat subsidi
keuangan untuk pengembangan perumahan middle-low yang berupa bunga tetap
(fixed interest rates) yang mencangkup baik secara konstruksi maupun pinjaman
keuangan yang dalam rangka pengembangan sektor perumahan. Selain itu
pengembang juga mendapatkan pinjaman dana konstruksi jangka pendek dari
bank komersial. (Gotsch, 2009).
Terdapat dukungan terhadap perkembangan kota baru ini oleh The World Bank
dan IMF dengan kebijakan pinjaman (credit policy). Pada konferensi yang
diadakan oleh The World Bank di Jakarta ini berjudul ‘A Large New Town’,
berkontribusi pada kondisi kebijakan pinjaman yang mudah dan menjadi dasar bagi
pembentukan kerja sama pada perusahaan pengembang besar dan kota baru
Sumber : Herlambang, Centropolis (2022)
(Santoso, 2004, Gotsch, 2009)
Kota BSD Tahun 1988-1997 Kota BSD Tahun 1998-2007 Kota BSD Tahun 2008-2017
Strategi Pengembangan
BSD pada awalnya direncanakan sebagai komunitas Konsep pengembangan yang eksklusif sebagai
yang berdiri sendiri, masyarakat yang terintegrasi secara kota baru untuk keluarga yang bekerja di Jakarta
sosial (Santoso, 1992), mengkonfirmasikan rasio
dan dipasarkan dengan slogan “Big City - Big
pengembangan hunian Indonesia dengan rasio 1-3-6 =
Perumahan (ekonomi) atas - menengah - bawah. Opportunity”
Hasil Kuesioner
sosial dan ekonomi yang bergairah (menarik) juga
diperlihatkan berdasarkan hasil kuesioner
Responden yang dilakukan dengan skala penilaian
likert dengan skor 1-5 dan mendapatkan penilaian
yang baik hingga sangat baik.
3 Fasilitas kota yang dinilai memiliki skor terendah
yaitu :
● Hunian yang harganya terjangkau (skor 3,11)
● Fasilitas transportasi umum (skor 3,35)
● Fasilitas pelayanan pemerintah (skor 3,45)
Opini mengenai penilaian kuantitas (jumlah dan ketersediaan) dan Kualitas (kondisi fisik dan kualitas pelayanan) Kepuasan pemenuhan kebutuhan fisik
Fasilitas kota BSD. (Data keseluruhan (n = 92)) dan sosial. (Hanya Data Responden
penghuni BSD (n=69)).
semua grafik
bersumber dari:
Olahan data penulis
dari hasil Kuesioner
Perkembangan harga lahan di kota BSD Harga Lahan Harga Lahan
Kenaikan
Tahun BSD BSD Konteks Peristiwa
harga Min
Harga Lahan BSD Min Harga Lahan BSD Max Min Max
Akses Tol BSD City - Serpong, ITC BSD, BSD Junction, Pasar
2005 1.035.242 3.102.238 12%
Modern BSD mulai beroperasi
skala fasilitas dengan skala yang lebih perkembangan pusat perkembangan 2016 8.343.990 18.132.765 17% Jalan Tol Serpong Balaraja dimulai
komersial masih besar: bisnis (CBD), fungsi pusat bisnis dan 2017 8.780.000 21.000.000 5% Pembangunan Digital Hub
dapat disebut pemerintahan, komersial, dan 2018 7.700.000 22.000.000 -12% Krisis finansial dan oversupply apartemen
- luasan 32.000 -
untuk mencukupi pendidikan, riset dan munculnya 2019 8.250.000 24.000.000 7% Intermoda BSD City beroperasi BSD Link
35.000m2
kebutuhan kawasan industri dan keberadaan Pandemi - BSD Link dan beberapa fasilitas kota seperti
- area jangkauan 2020 7.055.556 22.000.000 -14%
taman kota tidak beroperasi/
sehari-hari dari kerjasama asing di universitas
pelayanan sejauh 4- Insentif Pemerintah untuk rumah tapak dan rumah susun,
penghuni, BSD yang semakin internasional. 2021 10.900.000 25.000.000 54% inflasi, habisnya rumah ready stock, Akses Jalan Tol
40 km (hingga pusat Cengkareng-Pamulang telah beroperasi
intensif
kota Jakarta.). 2022 10.955.270 40.000.000 1% Jalan Tol Serpong Balaraja beroperasi
Jumlah Hunian di kota BSD Tahun 1988-1997 Jumlah Hunian di kota BSD Tahun 2008-2017
Sekitar 75,87% dari komposisi unit yang sudah dibangun dan diserahterimakan
Selain itu apabila dibandingkan tingkat penjualan yang tinggi dengan kondisi mayoritas
sudah terjual hampir 100% dan tidak sebanding dengan tingkat okupansi yang
rendah dimana rata-rata apartment memiliki tingkat okupansi dibawah 50%
menunjukan pengembangan apartemen yang lebih ditujukan sebagai produk
investasi.
Brosur Apartment Treepark
Kota BSD dan batasan wilayah administratif pemerintah, Sumber: Olahan Data penulis (2022)
Segregasi kelas sosial yang terpisah di perumahan Foresta
Harga Lahan
Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max
2008 700.000 2.000.000 1.648.302 4.993.257 3.321.800 5.423.315 703.440 1.508.455 1.231.020 2.677.364
2009 500.000 1.500.000 2.079.346 3.810.857 3.400.000 6.924.338 720.000 1.532.621 1.260.000 2.783.761
2010 1.000.000 2.000.000 2.602.931 4.237.001 4.000.000 8.840.803 960.000 1.950.359 1.320.000 2.875.340
2011 1.800.000 3.500.000 3.870.069 8.408.144 5.300.000 11.287.693 1.200.000 2.436.849 1.740.000 3.870.632
2012 2.000.000 4.500.000 6.100.888 8.132.765 7.200.000 14.411.814 1.680.000 3.437.605 2.220.000 4.917.885
2013 2.500.000 5.000.000 6.343.888 12.132.765 9.100.000 18.400.605 2.280.000 4.648.314 3.060.000 6.886.742
2014 3.000.000 6.500.000 6.843.866 12.832.667 11.500.000 20.791.644 3.240.000 6.704.948 3.840.000 8.824.811
2015 3.500.000 7.000.000 7.143.788 13.832.765 12.030.150 21.796.461 3.389.364 6.867.793 4.017.024 9.083.784
2016 5.000.000 10.000.000 8.343.990 18.132.765 12.316.468 22.327.864 3.470.031 7.304.598 4.112.629 8.983.649
2017 5.500.000 19.000.000 8.780.000 21.000.000 13.330.000 24.330.000 3.600.000 10.000.000 4.300.000 15.000.000
2018 5.554.423 20.000.000 7.700.000 22.000.000 13.800.000 25.000.000 3.800.000 12.000.000 4.500.000 24.000.000
2019 6.091.329 22.000.000 8.250.000 24.000.000 14.451.786 30.000.000 4.000.000 15.000.000 4.800.000 25.000.000
2020 6.000.000 20.000.000 7.055.556 22.000.000 14.682.986 29.000.000 3.900.000 14.000.000 5.000.000 20.000.000
2021 9.900.000 23.000.000 10.900.000 25.000.000 16.900.000 33.000.000 4.200.000 15.000.000 6.200.000 26.000.000
2022 10.000.000 35.000.000 10.955.270 40.000.000 17.000.000 50.000.000 5.000.000 16.000.000 7.000.000 27.000.000
Peta lokasi harga lahan Sumber : Dreamstime dan olahan data penulis
Tahun 2008: Tahun 2012: Tahun 2014: Tahun 2016: Tahun 2022:
● Harga lahan di Jakarta ● Harga lahan di Jakarta sekitar tahun 2012- Seiring dengan lonjakan harga di Secara harga lahan, harga di kota
2x harga lahan di BSD hampir setara dengan 2014, harga lahan di BSD yang tidak diikuti di daerah Jakarta min masih lebih tinggi
harga lahan di BSD Jakarta meningkat sekitarnya terjadi perkembangan dibandingkan di kota BSD.
● harga lahan di BSD + 2x secara signifikan. minat dan perumahan yang Harga lahan di kota BSD dan
harga lahan wilayah ● harga lahan di BSD + 3x Sehingga harga lahan di pesat di sekitar BSD sehingga sekitarnya cenderung lebih tinggi
Tangerang selatan. harga lahan wilayah jakarta menjadi + 2x mengakibatkan pertumbuhan hingga 2x dibandingkan dareah lain
Tangerang selatan. harga lahan di BSD harga lahan di Tangerang di sekitar jakarta seperti bekasi dan
Selatan, dan terus bertumbuh. bogor.
Pertumbuhan perumahan skala kecil (0,5-5 Ha) di Kota Tangerang Selatan Pertumbuhan perumahan skala kecil (0,5-5 Ha) di Kota Tangerang Selatan
berdasarkan ukuran
Sedangkan dalam sisi konsumen area-area di sekitar BSD dipilih sebagai alternatif
yang dipilih masyarakat karena ketidakmampuan masyarakat memiliki lahan dan
unit di dalam kota baru dikarenakan harga yang tinggi, tetapi masyarakat
tetap memanfaatkan fasilitas yang tersedia di kota baru tersebut (Rusli, 2017).
Pertumbuhan penduduk di kota BSD dan sekitarnya
Pertumbuhan penduduk di wilayah
BSD dan Sekitarnya terjadi
Populasi
* pertambahan secara signifikan di
tahun 2000 hingga tahun 2010,
terutama di wilayah yang memiliki
akses ke jalan tol maupun kereta ke
Jakarta.
Pertumbuhan yang signifikan ini juga
tidak terjadi hanya di wilayah BSD
seperti Kec. Serpong dan Kec.
Pagedangan, tetapi juga terjadi di
sekitar kota BSD ((Serpong) yang
sedang dikembangkan pada masa itu),
seperti yang terjadi di Kec. Pamulang
dan Kec. Pondok Aren.
2000*
Pada awalnya kota BSD direncanakan sebagai kota baru yang diperkirakan dapat
Kepadatan
menyediakan jumlah rumah sebanyak 139.000 unit dengan jumlah penduduk
sekitar 600.000 jiwa. Berdasarkan luas area pengembangan sebesar 6.000 Ha,
artinya kepadatan penduduk yang direncanakan terjadi di BSD adalah
dengan kepadatan 10.000 jiwa/km2. (Kota Baru BSD, Pre-Study Report,
Executive Summary, 1985).
Tingkat kepadatan yang berbeda-beda di tiap daerah dan perkembangan
kepadatan yang cenderung lebih tinggi di area Kota Tangerang Selatan
dibandingkan dengan area di Kabupaten Tangerang. Kecenderungan ini mungkin
terjadi akibat pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan yang
dikembangkan terlebih dahulu (sejak tahun 80-an dimulai dengan
perkembangan bintaro) dan kondisi aksesnya ke Jakarta.
2010
2020
Kepadatan
Sekitar 50,7% masyarakat yang tinggal di BSD bekerja di Jakarta dan menunjukan
Jakarta masih memegang peran yang penting di dalam kontribusi kegiatan
ekonomi masyarakat BSD.
Secara Lokasi masyarakat yang bekerja di BSD tinggal di BSD dan sekitarnya, dengan
komposisi 86,3%. Hal yang menarik juga adalah terdapat 13,6% masyarakat yang tinggal
di Jakarta bekerja di BSD.
Pada tahun 2011-2021 Komposisi masyarakat yang mulai bekerja dan beraktivitas di BSD
meningkat tajam seiring dengan CBD pusat kegiatan
semua grafik
bersumber dari:
Olahan data penulis
dari hasil Kuesioner
Data Responden yang tinggal di BSD City
(n=69)
Hasil Kuesioner
Foto Akomodasi Bus khusus karyawan yang diparkir kawasan Green Office Park BSD
(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022)
Secara aktivitas ekonomi Kota BSD terlihat adanya desentralisasi pekerjaan dengan struktur ekonomi post-fordis
(jasa, industri, berteknologi tinggi, serta pusat penelitian dan pengembangan) dan sebagai pusat hiburan serta fasilitas
akomodasi. Namun secara populasi, masyarakat yang bekerja di BSD berasal dari area di sekitar BSD dan masih
banyak masyarakat BSD yang bekerja di BSD.
Kondisi pekerja yang berasal dari luar BSD ini juga terlihat dengan adanya moda transportasi bus yang disediakan oleh
perusahaan yang berlokasi di BSD dan disediakan untuk moda transportasi karyawannya.
Moda Transportasi privat adalah seperti mobil pribadi, motor pribadi, ojek, taxi, dan sepeda, karena kendaraan tidak
dikendarai berbagi dengan orang dalam jumlah massal dan tidak ada rute khusus. Mayoritas moda transportasi yang
digunakan oleh Responden didominasi oleh transportasi privat, terutama Mobil Pribadi. semua grafik
bersumber dari:
Olahan data penulis
dari hasil Kuesioner
Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), kota Tangerang Selatan
Kegiatan Ekonomi
memiliki 8 basis sektor lapangan usaha:
1. Real Estate
2. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
3. Informasi dan Komunikasi
4. Jasa Pendidikan
5. Jasa Perusahaan
6. Jasa lainnya
7. Bangunan/Konstruksi
8. Perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor
Persaingan
BSD Jakarta
● Kondisi persaingan yang terjadi antara BSD dengan pengembang yang berada
di sekitarnya seperti Alam Sutera, Gading Serpong, dan Bintaro. persaingan yang
terjadi ini adalah di dalam persaingan mengembangkan magnet-magnet baik
secara kegiatan hiburan maupun secara pekerjaan.
● Kondisi persaingan yang terjadi antara BSD dengan pengembangan hunian
skala kecil yang berada di sekitar BSD. pengembang tersebut mencoba
memanfaatkan kemudahan perizinan yang ada, fasilitas kota BSD yang ada, dan
harga lahan yang murah untuk bersaing dan mengambil pasar permintaan yang
muncul akibat BSD.
● Kondisi persaingan antara BSD dan pusat kota Jakarta sendiri dalam hal
sektor kegiatan jasa. Alam Sutera
Karakteristik yang muncul di Kota BSD :
Kesimpulan Karakteristik
Kesimpulan
1. Karakteristik geografis & Fisik : 1. Secara fisik perkembangan kota BSD
Densifikasi, Kompleksifikasi, kawasan pinggiran yang luas dan tumbuh sebagai unit sosial dan ekonomi yang menunjukan karakteristik Post-Suburban
bergairah (menarik), segregasi secara sosial ekonomi yang terlihat akibat adanya Gated Communities. baik secara fisik kawasan maupun secara
pengelolaan wilayah administrasinya dan
Secara geografis lanskap sulit ditentukan batasannya karena merupakan suatu kawasan yang independen
hingga dalam skala yang lebih luas (intra-
yang cenderung liberal dimana institusi pemerintah baik pusat maupun daerah kurang terlihat fungsi dan
Urban)
peranannya sebagaimana dapat ditemui di perkotaan tradisional.
Pada skala yang lebih luas, bentuk post-suburbia dikaitkan dengan penggunaan lahan yang luas dan dalam
skala makro (inter-urban).
Kesimpulan
1. Kebijakan perencanaan spasial pemerintah yang mendorong Dampak Positif :
inisiatif pengembangan dan tinggal di pinggiran perkotaan
+ Perkembangan lapangan kerja dan kegiatan ekonomi di Kota BSD telah memberikan
(Borsdorf, 2004).
kontribusi di dalam pertumbuhan ekonomi dan masuknya investasi asing untuk
● Kebijakan pemerintah atas status kawasan BSD, BSD menerima perkembangan kotanya.
insentif
● Selain kebijakan pemerintah pusat, pengembangan BSD juga terkait
dengan perkembangan yang muncul akibat adanya pengembang dan Dampak Negatif
peran dari pemerintah daerah yang memberikan kemudahan - Kinerja kota yang sulit diukur akibat ketidaksesuaian batasan geografis dan
perizinan. batasan yang dikelola oleh pemerintah.
● Strategi perkembangan ekonomi yang ditetapkan pemerintah,
- Perkembangan kota yang ditujukan untuk pemuasan keinginan konsumen yang
yaitu neo-liberal (dan juga merupakan strategi ekonomi kapitalis)
juga dibentuk oleh pengembang agar dapat meningkatkan tingkat penjualan dapat
yang bertujuan untuk dapat dengan cepat memperkembangkan
berujung kepada kondisi oversupply dan pemborosan sumber daya yang ada.
kondisi ekonomi. Perkembangan BSD juga terlihat berubah dengan
lebih berorientasi pada pasar dan perkembangan yang ditujukan - Perencanaan kota yang dengan dasar hanya untuk mengikuti keinginan pasar dapat
untuk masyarakat ekonomi menengah keatas. berdampak pada kondisi kota yang rentan terhadap krisis, karena dasar
perencanaannya tidak diperhitungkan kesesuaiannya dengan daya dukung
lingkungannya yang cukup atau tidak, atau apakah berkelanjutan atau tidak.
2. Fenomena globalisasi (Kling et al., 1995). Masih ada beberapa aspek keberlanjutan yang tidak diperhitungkan di dalam
Fenomena globalisasi memperlihatkan bagaimana kota BSD semakin pengembangan kotanya.
terhubung dengan negara asing dan perkembanganannya memunculkan - Perkembangan fasilitas kota, infrastrukturnya, dan teknik marketing yang sangat
karakter kosmopolitan, globalisasi, dan karakter masyarakat post- menarik membuat peningkatan harga yang sangat tinggi di dalam kota, sehingga
modern yang konsumerisme. Bentuk tersebut terlihat dari : mengakibatkan beberapa golongan masyarakat tidak dapat tinggal di dalam nya,
● Keberadaan investor asing yang terus meningkat kota terkesan eksklusif dan tujuan pengembangan kota untuk mencapai
● Perkembangan kota BSD dengan fragmen-fragmen kebudayaan dari keseimbangan kerja dan tinggal tidak tercapai.
negara lain, sehingga memiliki karakteristik sebagai suatu kota yang - Kompetisi antar BSD dan area sekitarnya, bahkan termasuk Jakarta
memiliki arsitektur dan kawasan hijau yang beragam namun meniru dipertanyakan secara dampaknya, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk dapat
tempat lain (Borsdorf, 2004) melihat secara pasti dampak yang ditimbulkannya, apakah akan saling
● Keberadaan masyarakat konsumtif (teknik induksi permintaan aktif menghambat atau menimbulkan suatu kolaborasi yang baru.
(active demand induction).)
1. Archer, J. “Suburbs.” In: Banerjee, T. and Loukaitou-Sideris, A. (eds.) Companion to Urban Design, 2011, Routledge, London.
2. Berger, Bennett M. “Working-Class Suburb.” 1960, https://doi.org/10.1525/9780520317956.
3. Binford, Henry C. “Bourgeois Utopias: The Rise and Fall of Suburbia. by Robert Fishman. New York: Basic Books, 1987. Pp. XII, 241. $19.95.” The Journal of Economic History, vol. 49, no. 4, 1989, pp. 1079–
Daftar Pustaka
1080., https://doi.org/10.1017/s0022050700010159.
4. Borsdorf, Axel, dan Pierre Zembri. European Cities. Insights on Outskirts: Structures. COST Office, Urban Civil Engineering, 2004.
5. Chaniago, Siti A. Munculnya Neoliberalisme Sebagai Bentuk Baru Liberalisme. Jurnal Hukum Islam IAIN Pekalongan, vol. 14, no. 2, Oct. 2010. Diakses 14 Desr 2022.
6. Charney, Igal. "Re-Planning An Edge City: Tysons In The Post-Suburban Era". Cities, vol 106, 2020, p. 102919. Elsevier BV, https://doi.org/10.1016/j.cities.2020.102919.
7. Fava, Sylvia Fleis. “Suburbanism as a Way of Life.” American Sociological Review, vol. 21, no. 1, 1956, p. 34., https://doi.org/10.2307/2089337.
8. Firman, Tommy. "Post-Suburban Elements In An Asian Extended Metropolitan Region: The Case Of Jabodetabek (Jakarta Metropolitan Area)". International Perspectives On Suburbanization, 2011, pp. 195-209.
Palgrave Macmillan UK, https://doi.org/10.1057/9780230308626_11.
9. Firman, Tommy, and Fikri Zul Fahmi. “The Privatization of Metropolitan Jakarta's (Jabodetabek) Urban Fringes.” Transformative Planning, 2021, pp. 29–46., https://doi.org/10.4324/9781003178545-4.
10. Frey, William H. "Migration And Depopulation Of The Metropolis: Regional Restructuring Or Rural Renaissance?". American Sociological Review, vol 52, no. 2, 1987, p. 240. SAGE Publications,
https://doi.org/10.2307/2095452.
11. Giddens, Anthony. 2002. Runaway World: How Globalisation is Reshaping Our Lives. London: Profile Books Ltd.
12. Goldblum, Charles, and Tai-Chee Wong. "Growth, Crisis And Spatial Change: A Study Of Haphazard Urbanisation In Jakarta, Indonesia". Land Use Policy, vol 17, no. 1, 2000, pp. 29-37. Elsevier BV,
https://doi.org/10.1016/s0264-8377(99)00043-5.
13. Gotsch, Peter. Neotowns - Prototypes of Corporate Urbanism: Examined on the Basis of a New Generation of New Towns - by the Cases of Bumi Serpong Damai (Jakarta), Navi Mumbai (Mumbai) and Alphaville-
Tamboré (são Paulo). 2009.
14. Harris, Richard. “Meaningful Types in a World of Suburbs.” Suburbanization in Global Society, 2010, pp. 15–47., https://doi.org/10.1108/s1047-0042(2010)0000010004.
15. Helbich, Marco, and Michael Leitner. “Postsuburban Spatial Evolution of Vienna's Urban Fringe: Evidence from Point Process Modeling.” Urban Geography, vol. 31, no. 8, 2010, pp. 1100–1117.,
https://doi.org/10.2747/0272-3638.31.8.1100.
16. Herlambang, Suryono, et al. “Jakarta’s Great Land Transformation: Hybrid Neoliberalisation and Informality.” Urban Studies, vol. 56, no. 4, 2018, pp. 627–648., https://doi.org/10.1177/0042098018756556.
17. Herlambang, Suryono, et. al.. 2018. Slide Presentasi The Future of Jakarta Metropolitan Region: From The New Town to New Metropolises.. Center for Metropolitan Studies - Perencanaan Kota dan Real Estate
Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara : Jakarta. (Tidak dipublikasikan)
18. Herlambang, Suryono, 2020. Slide Presentasi FGD Penyusunan Kebijakan Pengembangan Perumahan Skala besar : Tantangan dan Permasalahan Pengembangan perumahan Skala besar di Indonesia, Belajar Dari
Kasus Wilayah Jabodetabek. Center for Metropolitan Studies - Perencanaan Kota dan Real Estate Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara : Jakarta. (Tidak dipublikasikan)
19. Hudalah, Delik, and Tommy Firman. “Beyond Property: Industrial Estates and Post-Suburban Transformation in Jakarta Metropolitan Region.” Cities, vol. 29, no. 1, 2012, pp. 40–48.,
https://doi.org/10.1016/j.cities.2011.07.003.
20. Johnson, Cameron et al. "Imaginations Of Post-Suburbia: Suburban Change And Imaginative Practices In Auckland, New Zealand". Urban Studies, vol 56, no. 5, 2018, pp. 1042-1060. SAGE Publications,
https://doi.org/10.1177/0042098018787157.
21. Kashin, Seymour. “Streetcar Suburbs: The Process of Growth in Boston, 1870–1900. by Sam B. Warner, Jr.. Harvard University Press and the M.I.T. Press, Cambridge, Massachusetts, 1962. XXI, 208 Pp. $6.50.”
National Civic Review, vol. 52, no. 1, 1963, pp. 59–59., https://doi.org/10.1002/ncr.4100520114.
22. Keil, Roger. "Towers In The Park, Bungalows In The Garden: Peripheral Densities, Metropolitan Scales And The Political Cultures Of Post-Suburbia". Built Environment, vol 41, no. 4, 2015, pp. 579-596.
Alexandrine Press, https://doi.org/10.2148/benv.41.4.579.
23. Keserű, Imre. “Post-Suburban Transformation in the Functional Urban Region of Budapest in the Context of Changing Commuting Patterns.” https://doi.org/10.14232/phd.1761.
24. Kesuma, Meyriana.. 2008. Studi Mengenai Gated Communities Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Fisik Dan Sosial ( Studi Kasus : BSD City,Alam Sutera,dan Summarecon Serpong ). Magister Teknik
Perencanaan Universitas Tarumanagara: Jakarta. (Tidak dipublikasikan)
25. Khairina Sari, Maulien, and Haryo Winarso. "Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat Peri-Urban Di Sekitar Pengembangan Lahan Skala Besar: Kasus Bumi Serpong Damai". Perencanaan Wilayah Dan Kota, vol
18, no. 1, 2007, pp. 1-30.,
26. Kuncoro, Mudrajad. “Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, dan kawasan?”. Salemba Empat, 2012.
27. Kushendrawati, Selu M. "Masyarakat Konsumen sebagai Ciptaan Kapitalisme Global: Fenomena Budaya dalam Realitas Sosial." Makara Hubs-Asia, vol. 10, no. 2, Dec. 2006.
28. Kurnia, Adib Ahmad, et al. “Understanding Industrial Land Development on Rural-Urban Land Transformation of Jakarta Megacity’s Outer Suburb.” Land, vol. 11, no. 5, 2022, p. 670.,
Daftar Pustaka
https://doi.org/10.3390/land11050670.
29. Ogilvy, A. A. "The Self-Contained New Town". Town Planning Review, vol 39, no. 1, 1968, p. 38. Liverpool University Press, https://doi.org/10.3828/tpr.39.1.p400g1212621mk35.
30. Lewis, R. “Robert M. Fogelson, Bourgeois Nightmares: Suburbia, 1870–1930. New Haven and London: Yale University Press, 2005. VIII + 264PP. Bibliography. $30.00; £18.95.” Urban History, vol. 34, no. 01,
2007, pp. 162–163., https://doi.org/10.1017/s0963926807294532.
31. Nicolaides, and Wiese. “The Suburb Reader.” Introduction, 2013, https://doi.org/10.4324/9780203954911.
32. Pakzad, J. et al. "Assessment Of New Towns Self Sufficiency Based On Working And Non-Working Trips By Mathematical Models". International Journal Of Contemporary Mathematical Sciences, vol 2, no. 12,
2007, pp. 591-600. Hikari, Ltd., https://doi.org/10.12988/ijcms.2007.07057.
33. Phelps, N. A, and Fulong Wu. International Perspectives On Suburbanization. Palgrave Macmillan, 2011.
34. PT Arkonin, PT Perentjana Djaja. dan Pacific Consultant International Group. 1985. Pre Study Report Executive Summary Kota Baru BSD.
35. Riadi, Muchlisin. 2022. Aglomerasi (Pengertian, Keunggulan dan Teori).
36. Rita, Achmad R.R.. 2017. Tesis Pola Perkembangan Urban Sprawl di Sekitar Kota Baru, Studi Kasus BSD Tangerang Selatan. Magister Teknik Perencanaan Universitas Tarumanagara: Jakarta. (Tidak
dipublikasikan)
37. Sadewo, E et al. "Beyond The Early Stage Of Post-Suburbanization: Evidence From Urban Spatial Transformation In Jabodetabek Metropolitan Area". IOP Conference Series: Earth And Environmental Science,
vol 158, 2018, p. 012040. IOP Publishing, https://doi.org/10.1088/1755-1315/158/1/012040.
38. Sadewo, Erie. "Dampak Post-Suburbanisasi Terhadap Pola Komuter Di Jabodetabek". Simpul Perencana, vol 40, 2021, pp. 74-84.
39. Sadewo, Erie et al. "Post-Suburbia Dan Tantangan Pembangunan Di Kawasan Pinggiran Metropolitan: Suatu Tinjauan Literatur". Majalah Geografi Indonesia, vol 32, no. 2, 2018, p. 130. Universitas Gadjah Mada,
https://doi.org/10.22146/mgi.32097.
40. Soja, E. W., “Postmetropolis: Critical Studies of Cities and Regions”. Wiley, 2000.
41. Taylor, Graham R. “The Suburban Trend. by Harlan Paul Douglass. (New York: Century Company. 1925. Pp. XII, 340.).” American Political Science Review, vol. 19, no. 3, 1925, pp. 640–642.,
https://doi.org/10.2307/2939154.
42. Tzaninis, Yannis. "Cosmopolitanism Beyond The City: Discourses And Experiences Of Young Migrants In Post-Suburban Netherlands". Urban Geography, vol 41, no. 1, 2019, pp. 143-161. Informa UK Limited,
https://doi.org/10.1080/02723638.2019.1637212.
43. Tsutsumi, Jun, and Kevin O'Connor. "Time Series Analysis Of The Skyline And Employment Changes In The CBD Of Melbourne". Applied GIS, vol 2, no. 2, 2006, pp. 8.1-8.12. Monash University,
https://doi.org/10.2104/ag060008.
44. Winarso, Haryo, et al. “Peri-Urban Transformation in the Jakarta Metropolitan Area.” Habitat International, vol. 49, 2015, pp. 221–229., https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2015.05.024.
45. Wu, Fulong, and Nicholas A Phelps. "From Suburbia To Post-Suburbia In China? Aspects Of The Transformation Of The Beijing And Shanghai Global City Regions". Built Environment, vol 34, no. 4, 2008, pp.
464-481. Alexandrine Press, https://doi.org/10.2148/benv.34.4.464.
46. Yandri, Pitri, et al. “Contemporary Studies on Suburban (Indonesia) Today: Critique on Classical-Neoclassical Regional Economics Based Institutional Economics Perspectives.” Jurnal Ekonomi Pembangunan:
Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, vol. 19, no. 1, 2018, p. 80., https://doi.org/10.23917/jep.v19i1.5701.
47. Yin, Robert K, “Studi Kasus Desain & Metode”, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
48. Yudhatama, Dipo, and Suryono Herlambang. "Analisis Perkembangan Kota Baru BSD City Dan Kesesuaiannya Dengan RTRW Menggunakan Data Penginderaan Jauh Dan SIG". Prosiding Pertemuan Ilmiah
Tahunan XX 2015, 2015, pp. 904-913.,
49. https://www.kompas.tv/article/269128/sinar-mas-land-gandeng-jatim-park-tahun-2024-bakal-ada-city-zoo-di-bsd diakses pada 07 Desember 2022
50. https://www.sinarmasland.com/news/cimory-dairy-land-akan-beroperasional-di-bsd-city-pada-2024-mendatang diakses pada 07 Desember 2022
51. https://data.tempo.co/data/1139/penduduk-jakarta-terus-bertambah-meski-laju-pertumbuhan-menurun diakses pada 07 Desember 2022
THANK
YOU