Anda di halaman 1dari 3

1.

Calon auditor harus memahami TKMRPI karena tugas auditor internal saat ini diharapkan bisa
memberikan nilai tambah dan bukan hanya sebagai “watchdog”, oleh karena itu auditor perlu
memahami konsep tata kelola organisasi, manajemen risiko, maupun pengendalian intern
sehingga dalam penugasan, auditor bisa memberikan saran yang membangun untuk efisiensi
dan efektivitas ketiga aspek tersebut.
2. Tiga pilar governance yaitu Pemerintah, Dunia Usaha Swasta, dan Masyarakat. Tiga pilar
tersebut merupakan konsep ini berkaitan dengan manajemen proses pembangunan yang
melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat sebagai pilar good governance.
3. Idealnya, hubungan semua pihak ini bukan merupakan kerangka kegiatan yang terpisah
melainkan dalam kerangka keterpaduan dan kerja sama yang harmonis untuk pencapaian tujuan
dan kepentingan bersama. Tujuan interaksi sosial‐politik‐ekonomi dalam pengertian ini adalah
tercapainya suatu keseimbangan dan sinergi dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
masing‐masing institusi dalam satu keselarasan dan keseimbangan.
4. Deklarasi Manila: nilai-nilai demokrasi yang seharusnya melekat inherent dalam proses
penyelenggaraan roda tata kelola pemerintahan sebagai the exercise of political power.
UNDP: merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan berbagai urusan
penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif di semua tingkatan.
Bappenas: penerapan tata kepemerintahan yang baik di lingkungan pemerintahan tidak terlepas
dari penerapan sistem manajemen kepemerintahan yang merupakan rangkaian hasil dari
pelaksanaan fungsi‐fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, dan controlling) yang
dilaksanakan secara profesional dan konsisten. Penerapan sistem manajemen tersebut mampu
menghasilkan kemitraan positif antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat.
5. Sasaran dari pelaksanaan good governance:
a. berkurangnya secara nyata praktik korupsi kolusi dan nepotisme di birokrasi, yang dimulai
dari jajaran pejabat yang paling atas;
b. terciptanya sistem kelembagaan & ketatalaksanaan pemerintah yang efisien, efektif dan
profesional transparan dan akuntabel;
c. terhapusnya peraturan dan praktik yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara;
d. meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;
e. terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah.
6. Keterkaitan siklus:
a. Perencanaan Strategis: Ini adalah langkah pertama dalam siklus manajemen. Pada tahap ini,
pemerintah menetapkan tujuan dan strategi untuk mencapainya. Ini mencakup penentuan
prioritas, alokasi sumber daya, dan penentuan timeline.
b. Penganggaran: Setelah tujuan dan strategi ditetapkan, pemerintah kemudian
mempersiapkan anggaran. Anggaran ini mencakup dana yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Ini adalah proses yang sangat penting karena melibatkan alokasi sumber
daya publik.
c. Pelaksanaan Keuangan: Setelah anggaran disetujui, pemerintah kemudian melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan. Ini melibatkan pengeluaran dana sesuai dengan anggaran
dan pengawasan untuk memastikan bahwa dana digunakan secara efisien dan efektif.
d. Pelaporan Keuangan: Setelah pelaksanaan keuangan, pemerintah kemudian membuat
laporan keuangan. Laporan ini mencakup detail tentang bagaimana dana digunakan. Ini
adalah elemen penting dalam siklus manajemen karena memberikan transparansi dan
memungkinkan masyarakat untuk menilai kinerja pemerintah.
e. Akuntabilitas Kinerja: Akhirnya, pemerintah bertanggung jawab atas kinerjanya. Ini
mencakup penilaian kinerja, peninjauan kembali tujuan dan strategi, dan membuat
perubahan jika diperlukan.
7. Unsur risiko:
a. kejadian atau peristiwa yang mungkin terjadi;
b. dampak/konsekuensi;
c. probabilitas/kemungkinan kejadian.
8. Risiko tersebut harus dikendalikan agar dapat menentukan prioritas strategi dan program dalam
pencapaian tujuan organisasi.
9. Sistem Pengendalian Intern: Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang‐
undangan.
10. Tujuan SPIP adalah memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui:
kegiatan yang efektif dan efisien; laporan keuangan yang dapat diandalkan; pengamanan aset
negara; serta ketaatan terhadap peraturan perundang‐undangan.
11. Unsur SPIP menurut PP 60 Tahun 2008:
a. Lingkungan Pengendalian: pimpinan instansi pemerintah untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya.
b. Penilaian Risiko: merupakan tahap awal dalam pembangunan infrastruktur pengendalian.
Melalui penilaian risiko dapat diketahui risiko yang dihadapi unit kerja, untuk kemudian
ditetapkan kebijakan respon terhadap risiko (mitigate, avoid, transfer, share), serta kegiatan
pengendalian yang diperlukan.
c. Aktivitas Pengendalian: adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan
dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengurangi risiko yang telah
diidentifikasi selama proses penilaian risiko.
d. Informasi dan Komunikasi: Instansi pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan
dapat diandalkan baik informasi keuangan maupun nonkeuangan, yang berhubungan
dengan peristiwa‐peristiwa eksternal serta internal serta Pimpinan instansi pemerintah
harus memastikan terjalinnya komunikasi internal dan eksternal yang efektif terutama yang
memberikan dampak signifikan terhadap program, proyek, operasi, dan kegiatan lainnya
termasuk penganggaran dan pendanaannya
e. Pemantauan Pengendalian Intern: Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan
melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan review lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan
pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait
dalam pelaksanaan tugas.
12. Merupakan bagian dari unsur Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif, sebagaimana tertuang dalam pasal 4 huruf g dan dijelaskan pada pasal 11.
13. Peran pengawasan intern:
a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (assurance
activities);
b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (anti corruption activities); dan
c. memberikan masukan yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (consulting activities).
14. Ciri pengawasan intern yang efektif yang dilakukan APIP:
a. aparat pengawasan intern pemerintah, yang independen, melakukan pengawasan atas
kegiatan Instansi Pemerintah.
b. aparat pengawasan intern pemerintah membuat laporan hasil pengawasan setelah
melaksanakan tugas pengawasan.
c. untuk menjaga mutu hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, secara
berkala dilaksanakan telaahan sejawat.

Anda mungkin juga menyukai