Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare pada anak ialah penyakit endemik di0Indonesia dimana

merupakan0penyakit yang0potensial terjadi Kejadian0Luar Biasa0(KLB) yang umumnya

diiringi kematian (kemenkes, 2011). Atas data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2018 memperlihatkan tiap tahun ada 25,2% dari kematian balita di indonesia

penyebabnya dari diare.

Di Indonesia diare masihlah membuat permasalahan kesehatan pokok dalam

fasilitas layanan kesehatan0primer. Selain0sebabnya angka0kesakitan begtu tinggi, diare

pun masih0umum mengakibatkan Kejadian0Luar0Biasa (KLB) dengan0mortalitas0dan

morbiditas tinggi (Kemenkes0R1, 2011). Pada tahun 2017 kejadian diare yang terlapor

tersebar di 12 provinsi, dimana setiap kabupaten memiliki jumlah penderita diare

sebanyak 17250orang dan0kematian akibat diare sebanyak0340orang (case fatality rate /

CFR = 1,97%) (Kemenkes0RI, 2018). Jawa0Timur menjadikan provinsi0yang memiliki

kejadian0diare paling tinggi0ke-2, yaitu denga banyak0151.878 kasus dengan0prevalensi

7,6%. Hampir 50% atas seluruh kasus di Jawa Timur berasal dari Malang Raya, terdapat

44,667 kasus diare (Kemenkes RI, 2019). Hampir 5% dari seluruh kasus di malang

berasal dari Kota Batu, terdapat 2,767 kasus dari semua umur (Dinkes Batu, 2019)

Gizi ialah salah satunya indikasi dimana untuk melakukan penilaian atas

keberhasilan dari pembangunan kesehatan negara didalam melakukan pembangunan

sumber daya manusia yang bermutu. Masalah gizi disini masih menjadikan permasalahan

pokok pada dunia yaitu malnutrisi. Malnutrisi bisa memberikan peningkatan atas

kerentanan anak kepada penyakit dan berdampak pada tumbuh kembang anak

1
2

(Primayani, 2009). Hampir setengah dari seluruh kematian anak – anak dibawah 5 tahun

diakibatkan dari kurang gizi, yaitu kisaaran 3 juta kematian anak per tahunnya (WHO,

2018). Sesuai hasil hasil0Pemantauan0Status0Gizi0(PSG) yang0dilakukan0oleh

Kementerian Kesehatan0pada tahun02017, anak – anak dibawah 5 tahunan yang terjadi

permasalahan gizi sampai 17,8% sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah itu termasuk

3,8% gizi buruk dan 14% kekurangan gizi.

Klinisnya penyebab dari diare dikelompokan pada golongan 6 besar ialah sebab

infeksi, mal absorbsi, alergi, keracunan, immunodefisiensi, dan keadaan gizi (Buku Saku

Petugas Kesehatan, 2011). Melihat begitu tinggi atas angka kematian serta kesakitan

diare dimana disebakan dari kondisi gizinya yang buruk jadi penanganannya penderita

haruslah dilaksanakan secara cermat. Disisi lain pengembalian cairan yang hilang,

pemberian daris makanan juga haruslah seksama sehingga memungkinkan atas

ketercapaiaan kembali dari berat badan si anak (Sjahmiem dalam Hilyah M., 2010), Rata-

rata lama0hari atas rawat0inap0pasien0anak0diare0akut dehidrasi sedang paling0lama

ialah anak berstatus gizi0buruk kemudian diikuti bertatus gizi kurang dan berstatus gizi

baik (Rizal M. dkk, 2014)

Berdasarkan data dari studi pendahuluan dimana dilaksanakan peneliti di RSU

Karsa Husada Kota Batu telah didapatkan data angka kejadian Diare kepada anak 2018

hingga 2020 yang semua kejadiannya merupakan diare pada anak yang dirawat inap.

Pada tahun 2018 didapatkan angka kejadian Diare sebanyak 50 yang dirawat inap. Pada

tahun 2019 didapatkan angka kejadian Diare sebanyak 70 yang dirawat inap. Serta pada

tahun 2020 didapatkan angka kejadian Diare sebanyak 73 kasus yang dirawat inap.

Dengan demikian total 193 kasus kejadian diare di RSU Karsa Husada Kota Batu tahun

2018 sampai 2020 sebanyak kasus dengan diagnosis Diare akut yang dirawat inap.
3

Hari0rawat0diare0anak terpengaruhi dari kondisi0fisik dari0anak (bertatus gizi

anak0baik, kurang ataupun0buruk), darah dari penderita (normal0ataupun0tidak), protein

urine0positif ataupun0negatif, derajat0dehidrasi0dan0makanan atau0minuman0yang

dikonsumsi.

Berdasarkan uraian diatas pada tahun 2018-2020 di RSU Karsa Husada Kota

Batu yang setiap tahun nya mengalami peningkatan, mendorong penulis untuk meneliti

tentang “Hubungan0Status0Gizi0dengan Lama Perawatan pasien diare0akut0pada0anak

yang0di rawat0inap di0Rumah sakit0Karsa Husada0Batu 2018-2020”.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah0ada hubungan0antara status0gizi dengan0lama perawatan diare0akut pada

anak0yang0di0rawat0inap di Rumah Sakit Karsa Husada Batu.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Guna mengetahui0hubungan dari status0gizi dengan0lama perawatan0diare akut

pada anak yang di rawat0inap di0Rumah Sakit0Karsa Husada0Batu

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui0keadaan status gizi pada anak di0Rumah Sakit Karsa Husada Batu

b. Mengtahui lama perawatan pasien dengan0diare0akut0yang0dirawat inap di

Rumah Sakit Karsa Husada Batu

c. Mengetahui0hubungan antara0status gizi0dengan lama0perawatan diare akut

pada0anak yang di rawat inap di Rumah Sakit Karsa Husada Batu .

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademik

a. Bagi0Ilmu0Pengetahuan
4

Penelitian0disini bisa bermanfaat sebagai khazanah ilmu pengetahuan

terkhusus pada pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan0antara0status0gizi

dengan0lama perawatan diare akut pada anak yang di rawat inap di Rumah Sakit

Karsa Husada Kota Batu 2018-2020.

b. Bagi Program Studi

Dari penelitian disini bisa dipakai sebagai0sumber data dan0referensi

untuk peneliti0selanjutnya0yang0akan melaksanaakan0penelitian mengenai diare

akut pada anak dengan variable yang lebih rinci dan atau metode penelitian lebih

kompleks lagi.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Untuk Penulis

Dari0hasil penelitian harapannya bisa memberi tambahan wawasan ilmu

dan bisa dipakai untuk bahan bacaan beserta sebagaai acuan rujukan untuk

penelitian mengenai hubungan0antara0status0gizi0dengan0lama perawatan diare

akut pada anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Karsa Husada Batu

b. Untuk Instansi RSU Karsa Husada Kota Batu

Dari hasil penelitian harapannya bisa menjadikan sumber informasi untuk

pihak terkait dan dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit Karsa Husada Batu

untuk0evaluasi0dalam0promosi0kesehatan0mengenai0diare akut pada masyarakat.

c. Bagi Orang Tua dengan Anak Penderita Diare

Bagi Orang0Tua dengan0Anak Penderita Diare akut Sebagai tambahan

informasi mengenai pengaruh diare dengan status gizi sehingga dapat

meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan terhadap diare pada anak


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIARE

2.1.1. Pengertian Diare

Diare0yaitu BAB dengan0frekuensi yang0tidak biasa (meningkat) dan

konsistensi tinja0yang kecenderungan0lembek ataupun0cair (Suharyono, 2008). Definisi

diare0pada bayi0adalah BAB cair lebih0dari 40kali dan0pada anak adalah lebih0dari 3

kali. Diare bisa memiliki warna kehijauan ataupun bisa juga campur dengan lendir, darah

ataupun keduanya (Ngastiyah, 2005 dan Depkes RI, 2013).

2.1.2. Klasifikasi Diare

Diare bisa terklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori, diantaranya

yaitu:

a. Sesuai dari lama waktu diare

1) Diare akut

Diare akut adalah diare dengan awitan secara mendadak dan

kelangsungannya dalam waktu kurang lebih 2 mingguan, tanpa diselang-seling

berhenti lebih atas 2 harian (Depkes RI 2002). Diare akut dibagi menjari 4

kategori berdasarakan banyaknya0cairan tubuh yang0hilang (derajat0dehidrasi),

ialah: (1) Diare tidak0mengalami0dehidrasi; (2) Diare0mengalami0dehidrasi

ringan, jika tedapat cairan0yang hilang02% sampai 5% atas berat0badan; (3)

Diare0dengan kondisi dehidrasi0sedang, jika cairan0yang0hilang kisaran 5%

sampai 8% atas berat badan; (4) Diare dengan kondisi dehidrasi berat, jika

cairan yang hilang lebih atas 8% sampai 10%.

2) Diare persisten

5
6

Diare persisten ialah diare dimana kelangsungannya 15 sampai 30

harian, yaitu lanjutan atas diare akut ataupun peralihan dari diare akut menuju

kondisi kronik.

3) Diare kronik

Diare kronik ialah diare yang hilang-timbul, ataupun berlangsungnya

lebih dari 30 hari, dan umumnya disebabkan oleh disebabkan dari non-infeksi,

contohnya penyakit0sensitif kepada gluten0atau0gangguan pada0metabolisme.

Diare0kronik ialah diare yang dapat berlangsung menahun.

b. Berdasarkan patofisiologi

1) Diare osmotik

Diare osmotik dalah diare dimanaa terjadi akibat peningkatan atas

tekanan osmotik intralumen yang penyebabnya dari obat-obat ataupun zat kimia

yang hiperosmotik.

2) Diare sekretorik

Diare sekretorik ialah diare dimana terjadi akibat meningkatnya sekresi

air dan elektrolit dari usus sehingga terjadi penurunan absorbsi.

3) Diare motilitas

Diare motilitas adalah diare yang terjadi karena hipermotilitas0dan

iregularitas0motilitas usus0sehingga mengakibatkan absorbsi0yang kondisinya

abnormal0pada usus0halus. Di sebabkan karna gangguan0motilitas yaitu:

diabetes0mellitus, pasca0gotomi, dan hipertiroid.

4) Diare Inflammatory

Aktivitas inflamasi pada usus halus dan kolon disebabkan karena diare

dalam berbagai kondisi. Diakibaatkan hilangnya sel0epitel dan rusaknya0tight

junction, tekanan0hidrustatik pada pembuluh0darah dan0limfatik


7

mengakibatkan air, elektrolit, mucus, protein0dan seringnya0sel pada0darah

merah didalam0sel darah0putih tertumpuk pada0lumen, umumnya0diare

berakibat0inflamasi ini0berkaitan atas tipe0diare lain0contohnya0osmotik.

c. Berdasarkan penyebab0infeksi ataupun0non-infeksi

1) Diare Infektif

Diare0infektif ialah0diare dimana penyebabnya dari agen infeksi

(patogen).

2) Diare Non Infektif

Diare non infektif ialah diare dimana terjadi dengan tanpa adanya

infeksi sebagai penyebab kasus tersebut.

d. Berdasarkan organik ataupun tidak

1) Diare organik

Diare organik ialah diare dimana terjadinya dengan ditemukan sebab

anatomi, bakteriologik, hormonal, ataupun toksikologik.

2) Diare fungsional

Diare fungsional ialah diare dimana terjadi tanpa ditemukan sebab

organik (Sudoyo, et, al. 2017)

Tabel 2. 1. Klasifikasi Diare


Klasifikasi Tanda-tanda dan gejala Pengobatan
Dehidrasi0berat Ada2 ataupun0lebih ari0tanda: - Berikan cairan0untuk
- letargi/ tudak0sadar diare0dengan dehidrasi
- mata0cekung berat (lihatlah0rencana
- tidak0bisa minum0atau terapi0C untuk0diare di
malas0minum rumah0sakit)
- cubitan0kulit perut0kembali
sangat0lambat (> 2 detik)
Dehidrasi Ada0dua ataupun lebih0tanda: - Berikan cairan0dan
ringan/sedang - Rewel, gelisah makanan0untuk
- Mata0cekung dehidrasi0ringan (lihat
- Cubitan kulit0kembali rencana B)
lambat - Seusai0rehidrasi
8

Klasifikasi Tanda-tanda dan gejala Pengobatan


- Makan dengan lahap, haus nasehati0ibu untuk
penanganan0dirumah
dan0kapan0kembali segera
- Kunjungan0ulang0dalam
waktu05 hari0apabila
kondisi0tidak kunjung
membaik
Tanpa0dehidrasi Tidak0terdapat cukup0tanda - Berikan0cairan dan
untuk0terklasifikasikan sebagai makanan0untuk
dehidrasi0ringan ataupun0berat penanganan0diaredirumah
(lihat0rencana0terapi A)
- Nasehati ibu0kapan
kembali0segera
- Kunjungan0ulang0pada
waktu05 hari0apabila tidak
membaik
Sumber: WHO, 2017

2.1.3. Epidemiologi Diare

Diare masih merupakan permasalahan dari kesehatan global. Lebih dari satu

miliar orang didunia menderita diare setiap tahunnya. Di Amerika, setiap tahun teradapat

seratus juta orang mempunyai resiko diare akut. Dari keseluruhan, 10% penderita

berkonsultasi ke dokter, sebanyak 250 ribu penderita diare memerlukan perawatan

dirumah sakit, dan 300 meninggal terutama yang berusia lanjut. Dari sejumlah kasus

diare 2-7% berkembang menjadi diare kronis (Nasronudin et al, 2017). Diare ialah

disebabkan atas kedua dari morbiditas dan mortalitas semua dunia.

Menurut WHO, diare merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian

terbesar diseluruh dunia terutama pada anak-anak. Dalam 5 tahun terakhir, terdapat01,4

milyar0kasus diare0dan menyebabkan0kematian sebesar 4-6 juta jiwa yang tersebar di

berbagai penjuru dunia, khususnya negara dengan sanitasi yang buruk. Faktor usia

berpengaruh terhadap kejadian diare.


9

Penyebab utama kejadian diare didunia adalah infeksi rotavirus. Pada negara

berkembang, diare umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasite (Scott et al,

2001).

2.1.4. Etiologi Diare

Sesuai dari organisme sebabnya ada 4 etiologi diare, ialah:

1. Virus : Yaitu sebab dari diare akut paling banyak kepada anak (70% sampai 80%).

Berbagaai jenis virus sebab dari diare akut yaitu0Rotavirus serotype01, 2, 8, dan 9

kepadda0manusia, 0Norwalk0virus, Astrovirus, Adenovirus0(tipe 40,41), Small

bowel0structured0virus, Cytomegalovirus.

Rotavirus ialah sebab pokok gateroenteritis berat0dengan0dehidrasi kepada

anak. Hampir0seluruh anak0baik pada negara0yang0berkembang ataupun kondisi

negara maju0pernah mengalaami0terinfeksi pada umur03 – 5 tahunan. Infeksi

neonatal0sering ditemui hanya sajaa0asimptomatik, dengan0insiden0terbanyak

pada umur04 dan 230bulanan.

2. Bakterinya : Enterotoxigenic0E. coli (ETEC), Enteropathogenic0E. coli00(EPEC),

Enteroaggregative0E. 0coli00(EAggEC), Enteroinvasive0E.0coli0(EIEC),

Enterohemorrhagic0E. 0coli0(EHEC), Shigella0spp., Campylobacter0jejuni

(Helicobacter jejuni), Vibrio0cholera0 01, dan V. choleare 0139, Salmonella (non-

thypoid).

Pada0negara0berkembang, Campylobacter0ialah yang0begitu0sering

ditemui terjadi kepada feses0bayi serta0anak-anak dibawah 2 tahunan. Infeksi

Shigella0pun begitu0banyak, perkiraaannya ada 1600juta kejadian kepada0anak

serta0balita.

3. Protozoa : Giardia0lamblia, Entamoeba0histolytica, Cryptosporidium,

Microsporidium0spp., Isospora0belli, Cyclospora0cayatanensis.


10

Infeksi0protozoa jarang0kejadiaan pada0negara yang0maju, dan umumnya

hanya0terjadi kepada0pelancong. Infeksi0kepada anak0umumnya mengakibatkan

diare0akut, walau hanya0sebagian kecil0kejadian diare0anak yang0terjadi pada

negara0berkembang sebab0ini.

4. Helminths : Strongyloide0 stercoralis, Schistosoma0spp., Capilaria0philippinensis,

Trichuris0trichuria (Amin, 2015 ; WGO, 2012).

Indonesia ialah Negara tropis masih mempunyai permasalahan kesehatan

masyarakat kepada penyakit infeksi, dimana salah satunya ialah infeksi Soil-

Transmitted Helminth (STH) (Arrasyid et al., 2019).

2.1.5. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara0penularan0diare dengan fecal-oral0ialah dengan perantaraa0makanan

ataupun minuman0tercemar oleh0kuman ataupun berkontak secara0langsung dengan

tangan0penderita ataupun tidak0secara langsung0dengan lalat (melalui05f = Faeces, flies,

food, fluid, finger)

Faktor0dari perilaku, yaitu:

a. Tidak0memberi Air0Susu0Ibu/ASI00(ASI eksklusif), memberi0Makanan

Pendamping/MP0ASI terlalu0dini akan0melakukan percepatan bayi0kontak

kepada0kuman.

b. Memakai botol0susu dibuktikan peningkataan atas0risiko terkenanya0diare sebab

begitu sulit0untuk melakukan pembersihan pada botol0susu.

c. Tidak0mengimplementasikan0kebiasaaan mencuci0tangan memakaai sabun

sebelum memberikan0ASI ataupun0makan, seusai Buang0Air0Besar00(BAB), dan

seusai memberisihkaan BAB0anak

d. Penyimpanan0makanan0tidak0higienis

1. Faktor0lingkungan, yaitu:
11

a. Kondisi air0bersih0yang kurang0memadai, kurang adanya Mandi0Cuci

Kakus0(MCK)

b. Kondisi kebersihan0lingkungan0dan pribadi0yang begitu0buruk

Disisi faktor0risiko itu terdapat berbagai faktor atas penderita yang bisa menaikan

atas kecenderungan diare yaitu: kurangnya gizi atau malnutrisi utamanya kepada anak

bergizi buruk, penyakit0imunodefisiensi0atau imunosupresi0dan penderita0campak

(Kemenkes RI, 2011).

2.1.6. Patofisiologi

Terjadinya diareh disebakan lebih atas satu mekanisme. Dalam infeksi bakteri

sekurangnya terdapat 2 mekanisme, ialah naiknya sekresi pada usus0dan turunnya

absorbsi0pada0usus. Infeksi0bakteri mengakibatkan inflamasi0dan keluarnya

toksin0yang mengakibatkan terjadi0diare. Infeksi0bakteri yang0invasif0berdampak

perdarahan ataupun munculnya0leukosit pada0feses.

Pada0dasarnya, mekanisme0diare disebakan dari kuman0enteropatogen

mencakup menempelnya0bakteri dalam sel0epitel0dengan ataupun0tanpa rusaknya

mukosa, invasi0mukosa, dan produksi0enterotoksin ataupun0sitotoksin. Jenis0dari

bakteri0bisa memakai0satu ataupun lebih0mekanisme titu agar bisa teratasinya

pertahanan mukosa usus (Amin, 2015)

Tiga mekanisme dasar penyebab diare lainnya yaitu meliputi gangguan0osmotik,

gangguan0sekresi dan0gangguan motilitas0usus. Mekanisme-mekanisme ini sendiri dapat

disebabkan oleh berbagai faktor.

Gangguan osmotik terjadi akibatnya ada peada makanan ataupun zat yang tidak

bisa terserap yang kemudian mengakibatkan tekanan0osmotik pada rongga0usus

meninggi0sehingga0terjadinya geseran air0dan elektrolit0kedalam rongga0usus. Isi

rongga0usus yang0terlalu berlebih0akan memberikan rangsangan kepada usus0untuk


12

mengeluarkan0sehingga timbulnya diare. Diare0osmotik bisa diakibatkan dari 30hal,

ialah: malabsorpsi0makanan, kekurangan0kalori0protein, dan bayi0berat badan0lahir

yang0rendah.

Gangguan sekresi terjadi dampak rangasangan tertentu, contohnya toksin, dalam

dinding usus maka akan terjadinya kenaikan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga

usus dan kemudian munculnya diare sebab adanya peningkatan isi rongga usus.

Gangguan motilitas usus ialah hiperperistaltik akan berdampak berkurangnya

kesempatan usus untuk melakukan penyerapan makanan sehingga timbulah diare.

Sebaliknya jika hipoperistaltik akan berdampak bakteri tumbuh secaara berlebihan yang

kemudian mengakibatkan diare. (Mursilah, 2010)

2.1.7. Manifestasi Klinis

Diare0akut disebabkan karena0infeksi bisa diiringi0muntah-muntah0dan ataupun

demam, tenesmus, hematochezia, nyeri pada0perut ataupun0kejang pada0perut. Diare

yang0berlangsung pada beberapa0saat tanpa0adanya pengobatan secara medis0adekuat

bisa mengakibatkan sebuah0kematian sebab0kekurangan atas cairan0tubuh0yang

berdampak renjatan0hipovolemik ataupun sebab gangguan0biokimiawi seperti asidosis

metabolik0lanjut. Kehilangan0cairan atau dehidrasi menyebabkan0haus, berat0badan

berkurang, mata0cekung, lidah0kering, tulang0pipi0menonjol, turgor0kulit0menurun,

serta0suara0serak. Kehilangan0bikarbonat akan0menurunkan pH0darah. Penurunan

disini0akan memberikan0rangsangan pada0pusat pernapasan, sehingga0frekuensi napas

menjadi0cepat dan0lebih0dalam.

Gangguan0kardiovaskuler pada0hipovolemia0berat bisa seperti renjatan0dengan

tanda0denyut0nadi yang begitu cepat, tekanan0darah turun hingga0tidak bisa0terukur.

Pasien0merasakaan0gelisah, wajahnya yang0pucat, berujung ekstremitas0dingin, dan

kadang0sianosis. Kehilangan0kalium pun bisa memunculkan aritmia0jantung. Penurunan


13

tekanan0darah akan0berdampak0perfusi0ginjal0turun dan0akan muncul0anuria;

jika0tidak segera0diselesaikan atau ditangani akan munculnya penyulit seperti nekrosis

tubulus ginjal akut, yang artinya gagal ginjal secara akut (Amin, 2015).

WHO telah mengeluarkan standar untuk mengukur derajat0dehidrasi0dengan

penilaian0dalam kondisi umum, kondisi0mata, mulut0dan turgor0kulit. Cara0menilainya

derajat0dehidrasi bisa terlihat dalaam tabel02.2 dan02.3 beserta gejala0klinis0dehidrasi

dalam tabel02.4.

Tabel02. 2. Derajat0dehidrasi sesuai presentasi kehilangan0air dari0berat badan (WHO,

2018)

Derajat0dehidrasi berbeda dari umur0bayi dan0anak apabila dilakukan

perbandingan umur0dewasa. Bayi0dan0anak (utama0balita) begitu gampang terjadi

dehidrasi0sebab komposisi0air dalam tubuh0lebih0banyak, fungsi0dari ginjal0belumlah

sempurna0dan masih0bergantung kepada orang0lain untuk0pemenuhan

kebutuhan0cairan tubuh, selain0dari pada itu0penurunan berat0badan pun relatif0besar.

Kepada0anak yang0lebih0tua, tanda0dehidrasi lebih0cepat0terlihat dibanding0bayi sebab

kadar0cairan ekstrasel0lebih0rendah.

Tabel 2. 3. Derajat0dehidrasi0berdasarkan0skor0WHO (WHO,2018)


14

< 20tanda0dikolom0B dan0C: tanpa0dehidrasi

> 20tanda0dikolom0B: dehidrasi0ringan-sedang

≥ 20tanda0dikolom0C: dehidrasi0berat

Derajat0dehidrasi mengakibatkan kepada tanda0klinis. Makin0beratnya

dehidrasi, gangguan0hemodinamik akan0nyata. Produksi0dari urin0dan kesadaran0dapat

menjadikan tolok0ukuran atas penilaian0klinis0dehidrasi.

Tabel 2. 4. Gejala0Klinis0dehidrasi (WHO, 2018)

Sesuai dari Kementerian Kesehatan diare sesuai atas derajat dehidrasinya sendiri

bisa terbagi jadi 3 ialah: diare0tanpa adanya0dehidrasi, diare0dengan0dehidrasi secara

ringan0ataupun secara sedang, dan0diare dengan0dehidrasi secara0berat. Bisa dibedakan

sesuai dari0tabel 2.5.


15

Tabel 2. 5. Diare0berdasarkan derajat0dehidrasi (Kemenkes, 2011)

2.1.8. Diagnosis

Diagnosis pasien diare diperlukan pemeriksaan secara sistematik serta cermat.

Diperlukan ditanya atas riwayat penyakit, latar belakang serta lingkungan pasien, riwayat

penggunaan obat-obatan utamanya antibiotik, riwayat sebuah perjalanan, pemeriksaan

secara fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya (Amin,2015).

2.1.8.1. Anamnesis

Riwayat0atas pemberian0makan anak0begitu penting0pada keterlaksanaan

tatalaksana0anak dengan0diare. Anamnesis0yang diperlukan0ditanyakan, ialah:

1. Diare

a. Frekuensi0buang air0besar (BAB) anak

b. Lamanya0diare terjadi (berapa0hari)

c. Apakah0ada darah0dalam0tinja

d. Apakah0ada0muntah

2. Laporan0setempat terkait0Kejadian Luar0Biasa (KLB) kolera

3. Pengobatan0antibiotik yang0baru diminum0anak ataupun0pengobatan0lain

4. Gejala0invaginasi (tangisan0keras dan kepucatan0pada0bayi).


16

2.1.8.2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan secara fisik mencakup dari berat badan, suhu dari tubuh, denyut

nadinya dan frekuensi napas, tekanan darah, serta pelaksanaan pemeriksaan fisik lengkap.

Dan diperlukan perhatian:

1. Tanda-tanda0dehidrasi0ringan ataupun0dehidrasi0berat:

a.Rewel0ataupun0gelisah

b. Letargis/kesadaran0berkurang

c. Mata0cekung

d. Cubitan0kulit perut0kembalinya lambat0ataupun sangat0lambat

e. Haus/minum0dengan0lahap, ataupun0malas minum0atau tidak0dapat0minum.

2. Darah0pada0tinja

3. Tanda0invaginasi (mass0 intra-abdominal, tinja0hanya0lendir dan0darah)

4. Tanda0gizi buruk0Perut0kembung (IDAI, 2009).

2.1.8.3. Pemeriksaan Penunjang

Pembiaran feses wajib dilaksanakan pada tiap pasien0tersangka ataupun

menderita0diare0inflamasi sesuai klinis0dan0epidemiologis, pemeriksaan0leukosit0feses

ataupun0laktoferin0positif, ataupun0keduanya. Dalam diare0berdarah wajib dilaksanakan

kultur0feses0untuk0EHEC O157: H7. Kepada pasien0diare berat0dengan0demam, nyeri

abdomen, ataupun kehilangan0cairan wajib dilakukan pemeriksaan kimia0darah, natrium,

kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisis0gas darah, dan pemeriksaan0darah lengkap.

Pemeriksaan0radiologis, contohnya0sigmoidoskopi, kolonoskopi0dan0lainnya, umumnya

tidak0membantu evaluasi0diare akut0infeksi (Amin, 2015).

2.1.9. Tatalaksana

Prinsip atas tatalaksana0diare kepada0balita ialah Lintas0Diare, yang0didukung

dari Ikatan0Dokter0Anak Indonesia0(IDAI) atas rekomendasi0dari0WHO. Rehidrasi


17

bukanlah satu-satunya0teknik untuk0penyelesaian dari0diare hanya saja pelaksanaan

perbaikan kondisi0usus dan mempercepat0proses0penyembuhan, penghentian diare0dan

pencegahan anak0kekurangan gizi dampak0diare pun menjadikan teknik0untuk

pengobatan0diare. Kementrian0Kesehatan sudah melaksanakan peenyusunan Lima

Langkah Tuntaskan Diare (Lintas0Diare) ialah:

1. Rehidrasi memakai0oralit osmolaritas rendah

Oralit0ialah0campuran atas garam0elektrolit, contohnya0natrium0klorida (NaCl),

kalium0klorida (KCl), dan trisodium0sitrat0hidrat, dan glukosa0anhidrat.

Oralit0diberi untuk0pengganti cairan0dan elektrolit0didalam tubuh0yang

terbuang0pada saat0diare. Walau saja0air begitu penting0untuk pencegahan

dehidrasi, air0minum tidak0terkandung garam0elektrolit yang0dibutuhkan guna

mempertahankan0keseimbangan0elektrolit pada tubuh0sehingga0lebih di

utamakan yaitu oralit. Campuran0glukosa dan0garam0yang ada pada0oralit bisa

terserap dengan0baik dari usus0penderita penyakit0diare.

Satu bungkus0oralit dicampurkan kedalam satu0gelas air0matang (200 cc). Anak

kurang01 tahun0diberikan050 sampai 100 cc0cairan0oralit tiap kali0BAB. Anak

lebih 10tahun0diberikan0100 sampai 200 cc cairan0oralit tiap kali0BAB.

2. Zink00selama0100hari0berturut- turut

Zinc0ialah mineral penting untuk tubuh. Lebih dari 3000enzim pada tubuh0yang

bergantung0kepada zinc. Zinc pun0begitu dibutuhkan0dari bermacam organ

tubuh, contohnya kulit0dan mukosa0saluran0cerna. Seluruh yang0perannya pada

fungsi0imun, memerlukaan0zinc. Apabila zinc0diberi kepada anak0yang system

kekebaalan belum0berkembang dengan0baik, bisa menimbulkan peningkatan

system kekebalan0dan terlindunginya anak0dari0penyakit0infeksi. Anak0yang


18

diberikan0zinc (diberi sesuai0dosis) selama010 harian0berturut-turut risiko0lebih

kecil0untuk terkenanya penyakit0infeksi, diare0dan0pneumonia.

Obat0Zinc ialah tablet0dispersible yang0larut pada waktu0kisaran 300detik. Zinc

diberi selama010 harian berturut-turut0dengan dosis0yaitu:

a. Balita0usia < 60bulan: 1/20tablet (10 mg)/ hari

b. Balita0usia ≥ 60bulan: 10tablet (20 mg)/ hari

3. Pemberian0ASI dan makanan

Teruskan pemberian0ASI pada0anak, apabila anak menginginkan lebih0banyak

dari0biasanya lebih0baik. Biarkan0saja anak makan0sebanyak dan0selama0dia

inginkan. Anak0wajib diberikan makan0seperti biasanya dengan0frekuensi0lebih

sering. Laksanakan hingga 2 mingguan seusai anak0berhenti0diare, sebab lebih

banyak0makanan akan0mempercepat proses0penyembuhan, pemulihan0dan

pencegahan0malnutrisi.

4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi

Pemberian antibotik dengan empiris jarang terindikasikan pada diare akut infeksi,

sebab 40% kejadian diare infeksi sembuh kurang 3 harian tanpa diberikan

antibiotik. Antibiotik terindikasikan kepada pasien bergejala dan0tanda0diare

infeksi, contohnya0demam, feses0berdarah, leukosit0pada0feses, mengurangi

ekskresi0dan kontaminasi0lingkungan, persisten0ataupun penyelamatan0jiwa

pada0diare0infeksi, diare0pada0pelancong, dan pasien0immunocompromised.

Pemberian0antibiotik bisa0dengan0empiris, hanya saja terapi0antibiotik0spesifik

diberi sesuai dari kultur0dan resistensi0kuman.

5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak


19

Berikan0nasihat0dan cek0pemahaman0ibu/pengasuh tentang0cara0pemberian

Oralit, Zinc, ASI/makanan0dan tanda-tanda0untuk segera membawa0anaknya ke

petugas0kesehatan jika0anak:

1. Buang0air besar0cair lebih0sering

2. Muntah0berulang-ulang

3. Mengalami0rasa haus0yang0nyata

4. Makan0atau minum0sedikit

5. Demam

6. Tinjanya0berdarah

7. Tidak0membaik dalam03 hari

Rencana0pengobatan diare0dibagi menjadi03 bagian0berdasarkan derajat

dehidrasi0yang dialami0penderita, yaitu :

1. Rencana0Terapi A, jika0penderita diare0tidak mengalami0dehidrasi yaitu0diare

yang0jika terjadi0dan melibatkan0dua atau0lebih tanda0berikut yaitu: Keadaan

umum0baik, sadar, mata0tidak0cekung, minum0biasa,tidak0haus dan0cubitan kulit

perut/turgor kembali0segera.

2. Rencana0Terapi B, jika0penderita mengalami0dehidrasi ringan – sedang0yaitu

diare0yang terjadi0dan melibatkan0dua atau0lebih tanda0di bawah0ini yaitu:

Gelisah0dan rewel, mata0cekung, ingin0minum0terus, ada0rasa haus0dan cubitan

kulit0perut/turgor kembali0lambat.

2.1.10. Komplikasi

Diare dan dehidrasi sebagai komplikasi utamanya adalah penyebab utama

kesakitan dan kematian pada populasi (AAP, 2016). Menurut WHO, Diare0juga menjadi

penyebab0utama kejadian0malnutrisi pada0anak di0bawah 50tahun. Setiap

kejadian0diare menyebabkan malnutrisi mereka menjadi lebih parah (WHO, 2018).


20

2.2. STATUS GIZI

2.2.1. Definisi

Status0gizi merupakan0keadaan keseimbangan0antara asupan0dan

kebutuhan0zat gizi0yang diperlukan0tubuh untuk0tumbuh kembang0terutama

untuk0anak balita, aktivitas, pemeliharan0kesehatan, penyembuhan0bagi mereka0yang

menderita0sakit dan0proses biologis0lainnya di0dalam0tubuh (Depkes RI, 2008).

Menurut Almatsier, status0gizi adalah0keadaan tubuh0sebagai akibat0konsumsi

makanan0dan penggunaan0zat-zat0gizi. Dibedakan0antara status0gizi buruk, kurang,

baik, dan0lebih (Almatsier, 2010).

2.2.2. Perhitungan dan Klasifikasi

Menurut ketetapan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), untuk0skrining

pertumbuhan0anak dengan0umur sampai05 tahun dapat0menggunakan kurva

pertumbuhan0WHO. Grafik0WHO 20060digunakan untuk0usia 0-5 tahun0karena

mempunyai0keunggulan metodologi0dibandingkan CDC02000. Subyek0penelitian pada

WHO02006 berasal0dari 5 benua0dan mempunyai0lingkungan yang0mendukung untuk

pertumbuhan0optimal. Penentuan0status gizi0dilakukan berdasarkan0berat badan0(BB)

menurut0panjang0badan (PB) atau0tinggi0badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Indikator

BB/TB0menentukan status0gizi anak0dengan0membandingkan berat0dengan berat0ideal

menurut0tinggi0badannya, kemudian0dapat diinterpretasikan0sebagai0obesitas, gizi

lebih, gizi0baik, gizi0kurang, dan gizi0buruk. Kurva0pertumbuhan WHO0dapat0dlihat

pada gambar 2.1-2.4 (IDAI, 2011).


21

Gambar 2. 1. Kurva pertumbuhan WHO BB/TB laki-laki untuk umur 0-2 tahun (IDAI,
2011).

Gambar 2. 2. Kurva pertumbuhan WHO BB/TB perempuan untuk umur 0-2 tahun (IDAI,
2011).
22

Gambar 2. 3. Kurva pertumbuhan WHO BB/TB laki-laki untuk umur 2-5 tahun (IDAI,
2011).

Gambar 2. 4. Kurva pertumbuhan WHO BB/TB perempuan untuk umur 2-5 tahun (IDAI,
2011).

Cara menggunakan grafik pertumbuhan WHO:


23

1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas

2 tahun), berat badan.

2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis

horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan

panjang / tinggi badan.

3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal

pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan

IMT.

4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga

mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran

perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

Cara menginterpretasi kurva pertumbuhan WHO:

1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau ratarata

2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini

diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh

dari garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.

3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.

4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.

5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat

menggunakan tabel berikut ini.

Tabel 2. 6. Interpretasi IDAI berdasarkan Growth Chart WHO (WHO, 2011)


24

Catatan:

1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal.

Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.

2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik

jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau

IMT terhadap umur.

3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin

mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.

4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi

lebih.

5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated

Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997) (IDAI,

2011)
25

2.3. LAMA PERAWATAN

Lama0hari rawat0ditentukan berdasarkan0lama hari0mulai pasien0masuk sampai

dengan0keluar rumah00sakit. Lama00hari rawat0digolongkan00menjadi, rata-

rata0lama rawat0inap pada0pasien diare0akut dengan0dehidrasi ringan0selama 2,42 hari

sedangkan0rata-rata lama0rawat inap0pada pasien0diare akut0dengan dehidrasi0ringan

yang0disertai infeksi0selama04,26 hari (Puspita,2015). Batasan tersebut ditentukan atas

pemberian obat kombinasi suplemen zink-probiotik. standar0diare

menurut0lama0dirawat0INA-CBG’s level 10adalah04,2 hari, level02 adalah05,7 hari,

level030adalah08,00hari (Ovia,2014). Berdasarkan Average0Length0of Stay (ALOS)

dari0Rumah0sakit Karsa Husada Batu tahun 2015 yaitu 3,420hari (standar06-9 hari),

Gross0Death0Rate (GDR) 0mencapai051,63 ‰ (standar ≤ 45 ‰), Net0Death0Rate

(NDR) 0mencapai023,57 ‰ (standar < 25 ‰) (Sudirman,2018).


26

2.4. KERANGKA TEORI

Asupan gizi kurang

Status gizi rendah Daya Tahan Tubuh Lemah

Vili-vili usus tidak terbentuk


Parasit Virus Bakteri

Gangguan osmotic Destruksi vili usus Menyerang epitel


Perlekatan bakteri
usus

Makanan/zat yang tidak


dapat diserap Fungsi Absorbsi terganggu Mengeluarkan
toksin dan infeksi

Sel yang rusak diganti sel baru


Tekanan Osmotik meningkat yang belum matang
cAmp meningkat

Pergeseran air dan elektrolit Vilus atrofi


ke rongga usus
Memicu sekresi
cl dan
Absorbsi cairan dan makanan menghambat
DIARE terganggu absorbsi Na+

Tekanan koloid osmotic


meningkat
Akut Kronis Persisten
27

BAB III

KERANGKA0KONSEP0DAN0HIPOTESIS

3.1. KERANGKA0KONSEP

Diare masih0merupakan salah0satu masalah0kesehatan masyarakat0yang0utama

di0Indonesia. Ini0ditunjukkan dengan0tingginya tingkat0morbiditas0dan0yang

disebabkan0oleh diare0khususnya yang0terjadi pada0balita. Banyak0faktor yang0dapat

mendorong terjadinya diare. Faktor0tersebut antara0lain sanitasi0lingkungan, sosial

ekonomi0dan faktor0gizi serta0ketersediaan air0bersih.

Pada0setiap0populasi, tiap0individu anggota0tersebut mempunyai0karakteristik

yang0berbeda-beda0untuk setiap0penyakit0tertentu. Berdasarkan0tinjauan0pustaka,

tujuan0penelitian, dan manfaat0penelitian maka0Penulis akan0menulis hubungan0status

gizi0dengan lama0perawatan diare0pada anak0yang dirawat0inap di Rumah Sakit Karsa

Husada Batu. Status GIzi

Gizi baik Gizi Buruk

Lama perawatan
diare akut pada
anak

Gambar 3. 1. Kerangka Konsep


Keterangan:

= Variabel0bebas

= Variabel0terikat

26
28

3.2. HIPOTESIS

Hi: Ada hubungan status gizi dengan lama perawatan diare akut pada anak

Ho: Tidak ada hubungan status gizi dengan lama perawatan diare akut pada anak

26
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Penelitian0ini0merupakan penelitianyang bersifat retrospektif analitik0dengan

pendekatan0rekam medis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu rekam medis penderita diare pada balita di RSU Karsa Husada. Penelitian0ini

digunakan untuk0mengetahui0hubungan anatar status0gizi denga0 lama0perawatan0diare

pada0anak yang0dirawat inap0di Rumah0Sakit Karsa Husada Batu.

4.2. Tempat0dan0Waktu penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian0ini dilakukan dengan fokus lokasi dibagian instalasi rekam medis

RSU Karsa Husada

4.2.2. Waktu penelitian

Penelitian0ini dilaksanakan0pada0bulan Juli 2021- Agustus 2021

4.3. Populasi penelitian

Populasi0adalah keseluruhan0subjek penelitian0yang diteliti dan0telah

memenuhi0kriteria yang0ditetapkan oleh0peneliti. Populasi0dalam penelitian0ini adalah

seluruh0pasien yang0tercatat dengan0diare di Rumah Sakit Karsa Husada Batu

4.4. Sampel penelitian

Sampel0penelitian yang0diambil merupakan0subjek dari0populasi yang0dipilih

dan0telah memenuhi0kriteria inklusi0dan eksklusi. Teknik0pengambilan sampel0pada

penelitian0ini adalah0secara consecutive sampling.

Pada penelitian ini, besar0sampel sedangkan sampel dalam penelitian0ini

merupakan bagian0dari populasi0terjangkau0yang terpilih sebagai0subjek yang akan

diteliti. Teknik0mendapatkan sampel0adalah0dengan cara0konsekutif sampling0yaitu

27
30

setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai

kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Perhitungan

sampel menggunakan rumus Slovin, rumusnya (Sugiyono, 2014 (Dahlan, 2016):

300
𝑛=
1 + 300 (0.052)

300
𝑛=
1 + 300 (0.052)

𝑛 = 172

n= Jumlah sampel nilai minimal

N = Populasi

e = Error Margin

4.4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1. Anak yang0berusia 0-60 bulan0penderita diare0yang menjalani0rawat inap di

RS Karsa Husada Batu periode 2018-2020.

2. Catatan medik dengan pengisian lengkap yang berisi catatan dan dokumen

antara lain identitas pasien , Usia, Jenis Kelamin, Status Gizi, Skor Dehidrasi,

Lama rawat inap.

b. Kriteria Eksklusi

Anak yang0berusia 0-60 bulan0yang di0diagnosis Diare0menjalani rawat

inap dengan0catatan medik0yang tidak0lengkap dari0variabel yang0dibutuhkan

atau0tidak jelas0terbaca.

c. Kriteria inklusi kontrol

1. Balita diare dengan ststus gizi baik

26
31

d. Kriteria eksklusi kontrol

1. Pasien0dengan keganasan.

2. Data0rekam medis0tidak0lengkap.

4.5. Variabel Penelitian

Variabel0pada penelitian0ini adalah0sebagai0berikut:

4.5.1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel0independen atau0bebas pada0penelitian ini0adalah status0gizi, lama

perawatan.

4.5.2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen atau terikat pada penelitian ini adalah mengenai diare.

4.6. Definisi Operasional

Tabel 4. 1. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Ukur Skor


operasional
Status Gizi Yang 1.Buruk Rekam Ordinal - Gizi buruk
dimaksud 2.Baik Medis (Z-score < -
dengan status 3.Lebih 2, yaitu
gizi balita kelompok
dalam kurus dan
penelitian ini sangat
adalah kurus
keadaan gizi berdasarkan
balita yang growth
dinilai chart WHO
melalui pada
pengukuran tabel 2.5)
antropometrik - Gizi baik (
berdasarkan -2< Z-score
standar <1)
antropometri - Gizi lebih
penilaian (Z-score
status gizi >1, yaitu
anak yang kelompok
dikeluarkan berisiko

26
32

oleh gizi lebih,


kementerian gizi lebih
kesehatan RI. dan
Status Gizi obesitas
anak yang
dinilai
berdasarkan
berat badan
(BB) menurut
tinggi badan
(TB).
Lama Jumlah hari Rekam Nominal - Diare akut
Perawatan rawatan Medis dengan
diare mulai dari dehidrasi
pasien masuk ringan
rumah sakit selama 2,42
pulang hari
- Diare akut
dengan
dehidrasi
ringan yang
disertai
infeksi
selama 4,26
hari

4.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa rekam

medis penderita diare pada anak pada periode 2018-2020.

4.8. Prosedur Penelitian

Penelitian0ini dilakukan0dengan pengambilan0data dengan cara mengumpulkan

data yaitu rekam medis penderita diare pada anak yang dirawat inap di RSU yang

memenuhi syarat inklusi di Karsa Husada Kota Batu dalam rentang waktu tahun 2018-

2020. Selanjutnya peneliti melakukan editing, coding, entry data, scoring, dan tabulating

pada data rekam0medis0yang telah diperoleh0dari instalasi0rekam0medis. Kemudian

26
33

peneliti menganalisis data menggunakan analisis univariat sehingga akan didapatkan hasil

penelitian.

4.9. Alur Penelitian


Permohonan Izin Etik di RSU Karsa
Husada Batu

Pengambilan data di instalasi rekam


medis

Editing Coding Entry Data Scoring Tabulating

Analisis data

Analisis Bivariat

Hasil Penelitian

Gambar 4. 1. Alur Penelitian

4.10. Analisis Data

Pada0penelitian0ini, data0yang telah0dikumpulkan akan dianalisis menggunakan

sistem0komputerisasi dengan0program perangkat0lunak statistik. Uji0hipotesis yang

digunakan0adalah uji0chi-square (X2). Uji0chi-square (X2) adalah0uji hipotesis0untuk

menganalisis0data dengan0variabel bebas0dan tergantung00menggunakan skala

pengukuran0kategori (nominal0atau0ordinal). Bila0syarat chi0square tidak0terpenuhi,

dilakukan0analisis dengan0uji fischer-exact0atau uji0mann whitney. Data0akan

ditampilkan0dalam bentuk0tabel0dan narasi.

26
34

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian0ini dilakukan0pada bulan0September tahun02021 di Rumah0Sakit

Karsa Husada Batu yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No 11-13 Ngaglik

Kecamatan Batu. Data0yang digunakan0pada penelitian0ini adalah0data sekunder

berupa0rekam medis0pasien diare0akut pada anak0yang di rawat inap0di Rumah

Sakit0Karsa0Husada0Batu. Sampel0penelitian adalah 194 pasien0yang telah

memenuhi0kriteria inklusi0dan0ekslusi. Karakteristik sampel penelitian dapat

dilihat pada tabel.

1. Karakteristik Sampel

Tabel 4.1. Analisis Deskriptif

Variabel Frekuensi Persentase (%)


Usia (bulan)
0-<6 bulan 30 15,71
>6-24 bulan 97 50,79
24-60 bulan 64 33,51
>60 bulan 3 1,57
Jenis Kelamin
laki laki 101 52,1
perempuan 93 47,9
Lama Perawatan
<5 hari 139 71,6
>5 hari 55 28,4
Status Gizi
Baik 107 55,2
Kurang 60 30,9
Lebih 27 13,9
Tinggi_Badan (Mean ± SD) 194 77,91 ± 15,85
Berat_Badan (Mean ± SD) 194 9,43 ± 3,65

26
35

Berdasarkan kategori usia pada tabel di atas diketahui0bahwa0responden

dalam0penelitian ini0paling banyak0berusia 6-24 bulan sebanyak 97 orang

(50,79%), kategoria usia 0-6 bulan sebanyak 30 orang (15,71%), kategori usia

24-60 bulan sebanyak 64 orang (33,51%), dan > 60 bulan sebanyak 3 orang

(1,5%). Berdasarkan tabel frekuensi lama perawatan diare diketahui bahwa lama

perawatan adalah <5 hari dengan sebanyak 139 atau (71,6%). Sedangkan

perawatan > 5 hari merupakan yang paling jarang yaitu sebanyak 55 atau (28,4%).

Berdasarkan pada tabel di atas diketahui status gizi baik sebanyak 107 atau

(55,2%). Sedangkan paling sedikit terjadi adalah gizi lebih yaitu sebanyak 27

(13,9%). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa. Rata-rata tinggi badan pada

anak berdasarkan data dari rekam medis diare akut pada anak 77,91± dengan

standar deviasi 15,85. dan tabel berat badan di atas0diketahui bahwa0rata-rata

berat0badan 9,43± dengan standar deviasi 3,65.

2. Distribusi Baikitas Data

Sebelum0dilakukan0analisis0data secara0korelasi data0terlebih dahulu0diuju

baikitas. Uji baikitas data0digunakan0untuk mengetahui apakah data0tersebut

berdistribusi baik atau tidak (Suwarno, 2016:96). Adapun hasil uji baikitas data

tes dari lama perawatan pasien diare adalah sebagai berikut :

26
36

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa data hubungan status gizi

dengan lama perawatan pasien diare pada anak berdistribusi tidak baik. Hal ini

dibuktikan dengan nilai0Sig0lebih kecil0dari nilai α=0,05 (0,000<0,05). Nilai0Sig

merupakan0indikasi baikitas data0yang dibandingkan0dengan α=0,05. Apabila

nilai0Sig lebih0kecil dari α=0,05 maka0data tersebut0tidak berdistribusi0baik,

sedangkan0apabila nilai0Sig lebih0besar dari0nilai α=0,05 maka data0tersebut

berdistribusi0baik.

3. Analisis Bivariat

Uji0chi0square dalam0penelitian ini0digunakan untuk0melihat ada0tidaknya

hubungan0antara variabel Lama Perawatan (X) dengan variabel Status Gizi (Y).

Tabel dibawah merupakan hasil uji chi square menggunakan SPSS

Tabel 4.2 Tabulasi Silang dan uji chi square antara Lama Perawatan terhadap Status Gizi

Status Gizi
Baik Kurang Lebih Total Nilai r Nilai p
Lama
Perawatan N % N % N % N %
< 5 hari 85 43,8 39 29,1 15 7,7 139 71,6 0.202 0.005
>5 hari 22 11,3 21 10,8 12 6,2 55 28,4
Total 107 55,2 60 30,9 27 13,9 194 100

Berdasarkan tabel 4.2 menggunakan analisa korelasi spearman, hal tersebut

dikarenakan berdasarkan uji baikitas data, data tersebut tidak baik. Hasil uji

analisis menggunakan uji analisis korelasi spearman dijumpai nilai r = 0,202 yang

artinya bahwa status gizi memiliki pengaruh terhadap lama perawatan. Selain itu

dijumpai nilai p= 0,005 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara lama perawatan diare terhadap status gizi.

26
37

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini berjudul hubungan status gizi dengan lama perawatan pasien

diare akut pada anak yang dilakukan di Rumah Sakit Karsa Husada Batu (RSKH)

terkait dengan pasien anak yang terdiagnosis diare dari tahun 2018-2020.

Hasil penelitian yang dilakukan0di Rumah0Sakit Karsa0Husada0Batu Usia

balita yang paling rentan menderita diare diumur >6 bulan sampai 24 bulan0sudah

mendapatkan0ASI00dengan0makanan tambahan0ataupun makanan0saja tanpa

diberikan0ASI0lagi. Hal0ini kemungkinan0menyebabkan mudahnya0balita usia

tersebut0memakan makanan0telah yang0terkontaminasi. Faktor0higienitas alat-

alat makan0dan kurangnya0kebersihan makanan0yang disiapkan0oleh ibu0juga

dapat0mempengaruhi hal0tersebut.

Selaras dengan penelitian Angela F. Jerman (2016) umur0balita < 24 bulan

signifikan00secara statistik00memiliki risiko besar menderita0diare dibandingkan

umur ≥ 24 bulan. Pada0penelitian0tersebut, hasil0penelitian dapat0dipengaruhi

oleh0anak yang0berusia 6-12 bulan0sudah mulai0mendapat makanan

pendamping0sehingga kontaminasi0dari alat0makan atau0intoleransi terhadap

makanan yang0dikonsumsi dapat0meningkatkan risiko0menderita diare.

Berdasarkan0hasil penelitian0Mubasyiroh (2010), semua0regional menunjukkan

umur0balita mempunyai0hubungan signifikan0dengan kejadian0diare. Kelompok

26
38

umur01 tahun0paling rentan0untuk0menderita0diare. Hal0tersebut karena0anak

mengalami transisi0mulai mendapat0makanan tambahan0dan memasukkan benda

atau0mainan ke0dalam0mulut.

Berdasarkan0sampel0yang0telah dikumpulkan0tersebut, didapatkan00balita

laki-laki0lebih tinggi0bila dibandingkan00dengan balita0perempuan. Hasil0ini

sejalan0dengan penelitian0Palupi et al. (2019), anak0laki-laki lebih0banyak

menderita0diare sebanyak060%. Hal0tersebut dapat0disebabkan karena0anak

berjenis0kelamin laki-laki0lebih aktif0bermain di0lingkungan luar00rumah,

sehingga0lebih0mudah terpapar0agen penyebab0diare seperti0bakteri E. coli.

Hasil0pada penelitian0ini sesuai00dengan penelitian00yang00dilakukan

Sucharew(2019). Pada0penelitian0tersebut didapatkan0anak laki-laki0mengalami

diare0lebih banyak0yaitu 70,4%. Selain0itu, penelitian0Cahyaningrum (2017)

menunjukkan0bahwa tidak0ada hubungan0yang bermakna0antara jenis0kelamin

balita0dengan kejadian0diare. Penelitian0tersebut menyatakan0sampel balita0usia

1-5 tahun0mendapatkan perlakuan0yang sama0antara balita0laki-laki maupun

perempuan0dari semua0aktivitas0fisik, nutrisi, dan0kebersihan yang0masih

dalam0kontrol orang0tua, sehingga0memang tidak0didapatkan adanya0hubungan

antara0jenis kelamin dengan0kejadian diare0pada balita. Penyebab0variabel jenis

kelamin tidak0bermakna secara0statistik pada0penelitian ini0kemungkinan karena

sampel0balita0laki-laki atau0perempuan pada0kelompok kasus0maupun0kontrol

didapatkan0dengan persebaran0jumlah yang0hampir0sama.

Penelitian0status0gizi0awal0pasien00masuk00rumah00sakit sangat00penting

dilakukan0karena dapat0menggambarkan status0gizi pasien0saat itu dan

26
39

membantu0mengidentifikasi perawatan0gizi secara0spesifik pada0masing-masing

pasien. Penilaian0status gizi0pada anak0sakit bertujuan0untuk menentukan0status

gizi0anak secara0akurat dan00memonitor perubahan00status gizi00selama

mendapatkan0terapi0gizi. Terapi0gizi yang0tepat akan0meningkatkan0indikator

klinis0dan biokimia0sehingga pasien0mempunyai0ketahanan tubuh0yang lebih

baik0dan risiko0komplikasi yang0lebih0rendah (Atmasier,2017).

Diare akut0sebagian0besar terjadi0pada balita0dengan status0gizi baik.

Selain0itu, dari0hasil penelitian0ini hanya0terdapat030% kasus0balita0dengan

status0gizi buruk0yang mengalami0diare akut. Perbedaan0hasil pada0penelitian

ini0disebabkan0oleh terbatasnya0jumlah sampel0dan terbatasnya0distribusi data

balita0dengan status0gizi kurang0dan buruk0yang didapatkan0dalam0penelitian

ini (IDAI,2018).

Gambar 1. Faktor risiko penyebab diare

Sumber : Javier marugan (2018)

Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui mekanisme efek enteropati malnutrisi

dan diare berkepanjangan. Adanya reaksi imunologis dan inflamasi mukosa yang

melibatkan aktivasi sitokin dan mengganggu faktor pertumbuhan, menyebabkan

26
40

terjadinya injury berkepanjangan pada mukosa usus halus dan perbaikan mukosa

yang tidak efektif. Hal ini akan menyebabkan beberapa hal, diantaranya

meningkatknya absorpsi makromolekul dan permeabilitas mukosa usus,

menurunnya enzim dan transport molekul yang terjadi di brush-border,

meningkatnya kebutuhan energi protein dan mikronutrien untuk melakukan

perbaikan mukosa. Menurunnya kemampuan enzim dan transport di brush-border

dapat mengakibatkan malabsorbsi nutrisi yang berujung pada malnutrisi energi

protein dan peningkatan jumlah bakteri. Peningkatan jumlah bakteri tentunya

dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan juga memungkinkan terjadinya

translokasi. Sementara itu, malnutrisi energi protein juga diperparah karena terjadi

peningkatan

Dari0hasil0penelitian yang0dilakukan terdapat0balita yang0status gizinya

baik0tapi mengalami0diare, hal0ini disebabkan0karena pemicu diare bukan hanya

status0gizi namun0ada beberapa0faktor yang0turut berperan0misalnya Infeksi

saluran0pencernaan yang0merupakan penyebab0utama diare0pada0anak, meliputi

infeksi0bakteri (Vibrio, E coli, 0Salmonella, 0Campylobacter, 0Yersinia,

Aeromonas), infeksi0virus (Entervirus, 0Adenovirus, 0Rotavirus, 0Astrovirus),

infeksi0parasit (E. 0Hystolytica, 0G.Lamblia, T. Hominis) dan0jamur. Faktor

malabsorbsi0juga0berperan0terhadap kejadian0diare yaitu0disakarida (intoleransi

laktosa, maltose0dan0sukrosa), monosakorida (intoleransi0glukosa, fruktosa dan

galaktosa). Intolensi0laktosa merupakan0penyebab diare0yang terpenting0pada

bayi0dan anak. Di0samping itu0dapat pula0terjadi malabsorbsi0lemak dan

protein. Penyakit0diare dapat0ditujukan pada0faktor penyebab, lingkungan0dan

26
41

faktor0pejamu. Untuk0faktor penyebab0dilakukan berbagai0upaya agar

mikroorganisme0penyebab diare0dihilangkan. Peningkatanair0bersih dan0sanitasi

lingkungan, perbaikan0lingkungan00biologis00dilakukan untuk00memodifikasi

pejamu0maka dapat0dilakukan peningkatan0status gizi0dan pemberian0imunisasi

(Lestari, 2016)

Lama rawat inap dipengaruhi0oleh faktor usia, komorbiditas,

hipermetabolisme, dan kegagalan0organ serta00defisiensi nutrisi. Berbagai

penelitian0menyatakan bahwa0adanya malnutrisi0pada saat0pasien masuk0rumah

sakit0mengakibatkan pasien0tersebut memiliki0LOS(Length of stay) yang0lebih

panjang0bila dibandingkan0dengan0pasien dengan0status nutrisi0baik, serta

memiliki0risiko lebih0tinggi mengalami0malnutrisi selama perawatan. Hubungan

antara00status gizi0dan lama00perawatan sebagai0salah satu00luaran hasil

penyembuhan0pasien0sangat kompleks0dan mungkin merupakan suatu hubungan

yang0saling00menyebabkan. Sesuai0dengan0definisi status0gizi, maka0status

gizi0dipengaruhi oleh0asupan nutrisi0yang akan0mempengaruhi fungsi0imunitas.

Interaksi0antara nutrisi0dan imunitas0terjadi melalui0regulasi langsung0oleh

nutrien, modulasi0tidak00langsung00melalui0sistem0endokrin, pengaturan0oleh

keadaan0nutrien (ketersediaan0nutrien yang0stabil diperlukan0untuk0proliferasi

limfosit, leukopoesis0dan sintesis0zat yang0disekresikan, nutrien0dibutuhkan hati

untuk0sekresi protein0fase akut), modulasi0patologi yang0disebabkan0respons

imun, dan0imunitas0nutrisional. Keadaan0malnutrisi0pada0anak0berhubungan

dengan0berbagai0perubahan fisiologis, ketidakseimbangan mikronutrien,

disfungsi0gastrointestinal, penurunan0fungsi imunitas0selular, penurunan0fungsi

26
42

fagositosis, dan sistem0komplemen. Derajat0penyakit dapat0memperberat

keadaan0malnutrisi yang0sudah ada0sebelumnya dan0menjadi faktor predisposisi

terjadinya0komplikasi0penyakit dan0menyebabkan pasien0masuk dalam0keadaan

sakit0kritis yang0pada akhirnya0mengakibatkan hari0perawatan menjadi0lebih

panjang (AAP,2018).

Pada0penelitian0ini0secara0umum0sebagian00besar00responden0mengalami

durasi0diare akut0dalam rentang0waktu < 5 hari0dan00terdapat00beberapa

responden0yang0mengalami0durasi0diare0diatas05 hari. Hal0ini sesuai0dengan

literatur0yaitu diare0akut adalah0diare0pada0anak yang0berlangsung kurang0dari

140hari. Menurut0literatur, durasi0diare balita0dapat dipengaruhi0oleh berbagai

macam0sebab seperti0status gizi, suplementasi0zink dan0probiotik. Terutama

berkaitan0dengan status0gizi, anak0dengan keadaan0malnutrisi memiliki0durasi

diare0lebih lama0dibandingkan dengan0status gizi0baik. Hal0ini disebabkan pada

anak0malnutrisi terjadi0perlambatan dalam0regenerasi enterosit0setelah paparan

infeksi0baik yang0disebabkan oleh0bakteri invasif0ataupun0virus (Wibisono et

al., 2015)

Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan status

gizi dengan lama perawatan diare akut pada anak yang dirawat inap. Hal ini

sejalan dengan penelitian CoJaCob(2017) bahwa lama perawatan diare0anak

dipengaruhi0oleh0kondisi status gizi0anak. Balita yang mempunyai status0gizi

lebih dan gizi baik lebih cepat sembuh dibandingkan dengan balita yang

mempunyai status gizi buruk (CaJacob,2017).

26
43

Penelitian yang dilakukan oleh Rusmiati di RSU Dr.Tengku Mansyur

Tanjungbalai Medan mendapatkan adanya hubungan antara lamanya kejadian

diare dengan status gizi balita menurut BB/U. Sebagian besar ibu juga melakukan

tindakan yang cepat dalam menanggulangi diare dengan membawa berobat ke

tempat pelayanan kesehatan seperti bidan/dokter (75,7%) dan memberikan

oralit/cairan rumah tangga (5,4%). Tindakan tersebut akan memperkecil

terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit pada anak karena prinsip utama

dalam pengobatan diare akut adalah rehidrasi. Frekuensi diare yang jarang, durasi

diare singkat, serta pemberian tindakan penanggulangan yang tepat menyebabkan

diare yang terjadi tidak mempengaruhi status gizi balita secara

bermakna(Rusmiati,2018)

Hasil penelitian0ini0sejalan0dengan0penelitian0yang0telah0dilakukan0oleh

Irawan (2016), menunjukkan0bahwa0ada0hubungan0antara0status0gizi0balita

dengan0kejadian0diare0pada0balita0di00wilayah kerja UPTD Puskesmas

Rajagaluh0Kabupaten0Majalengka0tahun002015. Status00gizi00balita yang

bermasalah0akan0berakibat0menurunnya0imunitas0penderita0terhadap berbagai

infeksi0terutama0bakteri0penyebab0diare. Karena0pada0dasarnya tubuh memiliki

30macam0untuk0menolak0infeksi0yaitu0melalui0sel00(imunitas seluler) melalui

cairan (imunitas humoral) dan0aktifitas0leukosit0polimer0fonukleus (Irawan,

2016).

Penelitian0yang0dilakukan0oleh0Rusmiati0di RSU Dr.Tengku Mansyur

Tanjungbalai0Medan0mendapatkan0adanya0hubungan0antara0lamanya kejadian

diare0dengan0status0gizi00balita00menurut0BB/U. Sebagian0besar0ibu juga

26
44

melakukan0tindakan0yang0cepat0dalam0menanggulangi0diare dengan membawa

berobat0ke0tempat0pelayanan00kesehatan0seperti00bidan/dokter00(75,7%) dan

memberikan0oralit/cairan00rumah00tangga00(5,4%).0Tindakan00tersebut00akan

memperkecil00terjadinya0gangguan0keseimbangan0elektrolit0pada0anak0karena

prinsip0utama0dalam0pengobatan0diare0akut0adalah0rehidrasi. Frekuensi diare

yang0jarang, durasi0diare0singkat, serta0pemberian0tindakan0penanggulangan

yang0tepat0menyebabkan0diare0yang0terjadi0tidak0mempengaruhi00status gizi

balita0secara0bermakna.

Menurut peneliti Sukerdi , terdapat0hubungan0status0gizi0dengan0kejadian

diare. Karena0responden0yang0status0gizinya0baik00lebih00cenderung00tidak

mengalami0diare, begitu0pula0sebaliknya0responden0yang0status gizinya kurang

lebih0cenderung0mengalami0diare. Jadi0semakin0buruk0status0gizi0balita maka

semakin0beresiko0pula0terjadi0diare0pada0balita. Status0gizi0sangat dibutuhkan

oleh0balita0karena0apabila0balita0mengalami0kekurangan0gizi00akan0membuat

kekebalan0sel-sel00menjadi00terbatas0sekali00sehingga000kemampuan untuk

mengadakan0kekebalan0non0spesifik0terhadap0kelompok0organisme0berkurang

(Sukerdi,2018).

Menurut penelitian oleh Alboneh sebelumnya juga menyatakan bahwa tingkat

derajat0penyakit00merupakan00prediktor00yang00signifikan, untuk00terjadinya

kehilangan0berat00badan >2% selama00perawatan0serta0berhubungan0dengan

terjadinya0masalah gizi kurang yang terjadi dorumah sakit dan pada akhirnya

dapat memperpanjang lama perawatan, akan tetapi pada penelitian ini tidak

26
45

dianalisa untuk tingkat derajat penyakitnya di kerenakan data rekam medis kurang

lengkap (Albone,2017)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN

1. Status0gizi paling banyak terdapat pada0status0gizi baik yaitu0sebanyak

1070balita (55,2 %), status0gizi0kurang0sebanyak 600balita (30,9 %),

dan status0gizi lebih sebanyak0270balita (13,9%).

2. Frekuensi lama perawatan diare diketahui bahwa mayoritas lama

perawatan adalah >5 hari dengan frekuensi 139 atau (71,6%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan lama

perawatan diare akut pada anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Karsa

Husada Batu.

6.2 SARAN

26
46

Dari0serangkaian0proses0penelitian00yang00telah0dilakukan, maka dapat

diberikan0beberapa0saran0yang0mungkin0dapat0bermanfaat0bagi0semua pihak

yang0terkait0dalam0penelitian0ini. Adapun0saran0tersebut0berupa :

1. Diharapkan0kepada0orang0tua dan masyarakat0untuk selalu menjaga

kesehatan0dan0kebersihan0lingkungan0serta0balita sehingga terhindar

dari0berbagai0penyakit0khususnya0diare.

2. Diharapkan kepada orang tua dan masyarakat untuk lebih meningkatkan

pemantauan dan pengetahuan terhadap status gizi anak.

3. Bagi0pihak-pihak0terkait, disarankan0untuk0melakukan0berbagai0upaya

promotif0maupun0preventif0untuk00mencegah terjadinya gizi buruk

maupun diare pada anak.

4. Diharapkan0adanya0penelitian0lebih0lanjut0dengan0jumlah0sampel yang

lebih0banyak.

5. Diharapkan lebih meningkatan perawatan kepada balita yang menderita

diare dengan evaluasi berat badan dan tinggi badan selama perawatan di

rumah sakit.

26

Anda mungkin juga menyukai