Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL SKRIPSI

Analisis Konsep Penderitaan dan Fitnah serta Hubungannya Terhadap


Keimanan dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Al-Maraghi

Disusun Oleh:

ABDULAH SYAFEI

NIM. 422021231004

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

1445/2024
A. Latar Belakang Masalah

Kalimah al-Ibtila’ terdengar asing dikalangan masyarakat muslim


pada aspek penggunaan kata bahasanya, Tetapi Masyhur dengan kalimah
sinonimnya yaitu Bala’, Sehingga Ibtila diartikan dalam Kamus Bahasa
Indonesia dengan perkataan “bala”. Yang artinya kejadian buruk yang
menimpa diri seseorang atau sesuatu tempat. Al Ibtila’ berasal dari kata
Arab yaitu Ibtala’. Asal katanya dari kata balaa, Terkadang juga ditulis
didalam al quran dengan Bala’, Balaahu, atau al ikhtibar yang artinya
adalah ujian atau cobaan.1

Didalam Kamus al-Mawrid, Kata Balaahu, dan Ibtalaahu


bermaksud menguji, mencoba.2 Begitupun didalam Al-Mu‘jam al-Wasit
mendefinisikan al-Ibtila’ atau Bala’ sebagai sesuatu perkara yang
diturunkan kepada seseorang bertujuan untuk mengujinya.3 Para ulama ada
yang berpendapat bahwasannya Kata Bala-Yablu yang digunakan untuk
al-Ibtila’ berartikan kesusahan dan kepayahan. Sedangkan Kata Abla-
Yubli yang digunakan untuk al-Ibtila’ berartikan bentuk kesenangan dan
kenikmatan.4 Ibnu Manzur di dalam kitabnya Lisan al-Arab mengatakan
bahawasannya tidak ada perbedaan antara dua kata tersebut karena kata
al-Ibtila’ itu sendiri datang dalam bentuk kenikmatan dan kesusahan.5

Abu Ja‘far al-Tabari mengatakan bahwasannya asal kata Bala’ itu


dari perkataan atau kalam orang Arab yang mengandung arti Imtihan dan
Ikhtibar.6 Kemudian, penggunaan kata ini digunakan dalam perkara yang
baik dan buruk karena Imtihan dan Ikhtibar terkadang mengandung arti

1
Ibn Manzur, Jamal al-Din Muhammad ibn Makram, Lisan al-Arab (Bayrut: Dar Sadir,
1994), 14: 84
2
Rohi Baalbaki, Kamus al-Mawrid (Bayrut: Dar El-Ilm Lil Malayin, 1995), 21.
3
Al-Mu’jam al-Wasit, Cet. Keempat (Kaherah: Maktabah al-Syuruk al-Dauliyah, 2005),
71.
4
Faisal Mohd.Shah, “Konsep al-Ibtila’ dan Cara Menghadapinya Menurut al-Quran dan
al-Sunnah,. 2
5
Ibn Manzur, Jamal al-Din Muhammad ibn Makram, Lisan al-Arab (Bayrut: Dar Sadir,
1994), 14: 84.
6
Nassar As‘ad Nassar, “Mafhum al-Ibtila’ fi al-Quran,” Jurnal Jami’ah Damsyiq 20, Bil.
1 (2004), 3.

1
baik, dan terkadang buruk. Didalam Qamus al-Quran, Karya Husayn
Muhammad al-Damighani mengisyaratkan maksud Bala’ disini adalah
bermaksud nikmat.7 Begitupun Muhammad bin Abi Bakr al-Jauziyyah
membagikan al-Ibtila’ kepada dua yaitu kenikmatan dan kesusahan.8
Didalam kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an Al-Karim karya
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi terdapat 37 ayat yang berkaitan dengan
kata al-Ibtila’ yang tersebar dalam beberapa surat, jumlah tersebut sudah
termasuk bentuk-bentuk katanya.9

Adapun ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut, Surat


Muhammad ayat 4 dan 31, Surat Yunus ayat 30. Surat An Naml ayat 40.
Surat Al Qalam ayat 17. Surat Al A’raf ayat 168. Surat Thaha ayat 130.
Surat An Nahl ayat 92. Surat Al Maidah ayat 48 dan 94. Surat Al An’am
ayat 165. Surat Huud ayat 7. Surat Al Mulk ayat 2. Surat Al Anbiya ayat
35. Surat Al Baqarah ayat 155 dan 249. Surat At Thariq ayat 9. Surat Ali
Imran ayat 152 dan 186. Surat Al Anfal ayat 17 (2 kata). Surat An Nisa
ayat 6. Surat Al Ahzab ayat 11.Surat Al Fajr ayat 16. Surat Al Insan ayat
2. Surat Al A’raf ayat 141. Surat Ibrahim ayat 6. Surat As Shaffat ayat
106.Surat Ad Dukhan ayat 33, dan. Surat Al Mu’minun ayat 30.

Bagitupun kalimat Fitnah dalam kalangan masyarakat Indonesia


dan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai suatu
perkataan bohong atau tanpa dasar kebenarannya yang disebarkan dengan
maksud menjelekkan orang, seperti pencemaran nama baik atau dalam
bentuk kehormatan lainnya.10 Begitupun hal serupa juga dikemukakan oleh

7
Abu Ja‘far Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Tafsir al-Tabari: al-Musamma Jami’ al-
Bayan fi Ta'wil alQur'an (Bayrut, Lubnan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1999), 1: 274 dan 524.
8
Al-Husayn ibn Muhammad al-Damighani, Qamus al-Quran aw al-Ahl Islah al-wujuh
wa-al-naza'ir fi alQur'an al-Karim, tahqiq ‘Abd al-‘Aziz Sayyid (Bayrut: Dar al-‘Ilm lil-Malayin,
1970), 77.
9
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an Al-Karim
(Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 135-136.
10
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.
318.

2
Abdul Mudjib. Ia menyatakan bahwa fitnah adalah menyiarkan berita
tanpa dasar kebenaran, yang hakikatnya hendak merugikan orang lain.11

Definisi kata fitnah di atas tampak berbeda dengan arti yang


digunakan dalam bahasa Arab. Kata Fitnah didalam bahasa Arab lebih
dimaknai kepada sifat tertentu untuk dibakar (berupa benda-benda logam:
emas atau perak) dengan tujuan diperoleh kemurniannya. 12 Begitupun al-
Qur’an al Karim memaknai kata fitnah di banyak tempat secara varian dan
berbeda-beda sesuai dengan konteks ayatnya; adakala kata fitnah
menunjukkan kepada bencana, syirik, cobaan, ujian, siksaan, kezhaliman,
kesesatan dan bahkan termasuk kepada kategori kegilaan.13 Dengan
demikian, apa yang dijadikan sandaran terhadap pemaknaan kata fitnah,
al-Qur’an lebih bersifat general daripada pemaknaan secara parsial seperti
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; kendati pemaknaan itu tetap saja
mengarah kepada suatu tindakan yang kurang baik atau perbuatan yang
akan menimbulkan bahaya yang lebih besar. Bahkan sejumlah pemaknaan
ini jika dikondisikan dengan makna yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, seperti yang disebutkan di atas akan memiliki penilaian
yang berbeda.14

Didalam kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an Al-Karim


karya Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi terdapat 65 ayat yang berkaitan
dengan kata Fitnah yang tersebar dalam beberapa surat, jumlah tersebut
sudah termasuk bentuk-bentuk katanya.15 Adapun Ayat-ayat tentang fitnah
terletak pada Surat Al An’am ayat 23, 40 dan 53, Surat Thaha ayat 40, 85,
90 dan 131, Surat Al Ankabut ayat 2, 3 dan 10, Surat Shaad ayat 24 dan

11
Tim Penyusun, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Dana Sakti
Primayasa, 2005), hlm. 99.
12
Majd al-Din Muhammad al-Fairuzzabadi, Bashar Zawi al-Tamyiz fi Lataif al-Kitab al-
Aziz, (Kairo: al-Majlis al-Majlis al-‘Ala li Syu’un al-Islamiyyah, 2000), hlm. 166.
13
Umar Latif, KONSEP FITNAH MENURUT AL-QUR’AN, Jurnal Al-Bayan / VOL. 22,
NO. 31, (2015), hlm. 73.
14
Umar Latif, KONSEP FITNAH MENURUT AL-QUR’AN, Jurnal Al-Bayan / VOL. 22,
NO. 31, (2015), hlm. 74.
15
Muhammad Fuad Abd. Baqi, Mu’jam al-Muhfahras li al-Fadh al-Qur’an al-Karim,
(Beyrut: Dar al-Fikr, t.th), hlm. 511-512.

3
34, Surat Ad Dukhan ayat 17, Surat Al Hadid ayat 14, Surat Al Buruj ayat
10, Surat At Taubah ayat 16, 47, 48, dan 49, Surat Al Jin ayat 17, Surat An
Nisa ayat 91 dan 101, Surat Al A’raf ayat 27 dan 155, Surat Yunus ayat
83, Surat Al Maidah ayat 41 dan 49 dan 71, Surat Al Isra’ ayat 60 dan 73,
Surat An Nahl ayat 110, Surat An Naml ayat 47, Surat Adz Zariyat ayat 13
dan 14, Surat As Shafat ayat 63 dan 162, Surat Al Qalam ayat 6, Al
Baqarah ayat 102, 191, 193, 217, Surat Ali Imran ayat 7, Surat Al Anfal
ayat 25, 28, 39, 73, Surat Yunus ayat 85, Surat Al Anbiya ayat 35 dan 111,
Surat Al Haj ayat 11, dan 53, Surat An Nur ayat 63, Surat Al Furqan ayat
20, Surat Al Ahzab ayat 14, Surat Az Zumar ayat 49, Surat Al Qomar ayat
27, Surat Al Mumtahanah ayat 5, Surat At Taghabun ayat 15, dan Surat Al
Mudatsir ayat 31.

Dari penjelasan dua kata di atas, penulis menemukan permasalahan


dalam Mengartikan Al Ibtila dan Fitnah di kalangan Masyarakat,
Masyarakat Mengartikan Ibtila’ dengan arti kejadian buruk yang menimpa
diri seseorang atau sesuatu tempat. Bagitupun kalimat Fitnah dalam
kalangan masyarakat diartikan sebagai suatu perkataan bohong atau tanpa
dasar kebenarannya yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang,
seperti pencemaran nama baik atau dalam bentuk kehormatan lainnya.

Pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan


masyarakat dalam mengartikan Ibtila’ dan fitnah. Maka, berangkat dari
permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti berupaya untuk
mengkaji serta menguraikan lebih rinci makna serta hubungan antara
ibtila’ dan fitnah di dalam Al Quran. Adapun Judul Skripsi Peniliti adalah
Analisis Konsep Penderitaan dan Fitnah serta Hubungannya Terhadap
Keimanan dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Al-Maraghi.

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini dibuat untuk memberikan batas dan fokus


dalam penelitian ini, sehingga dapat diurai secara terperinci dan
mendalam. Dan dari uraian diatas setidaknya ada satu hal yang akan
dibahas secara mendalam dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana bentuk penafsiran dan kaitannya antara kalimat Ibtila’


dan Fitnah di dalam Al Quran Al Karim.

C. Tujuan Penelitian

Tentu setelah masalah di rumuskan, maka selanjutnya tujuan


penelitian disusun untuk menjawab masalah yang ada. Hal ini dilakukan
agar penelitian jelas dan terarah dan tidak menyimpang dari masalah yang
telah dirumuskan. tujuan penelitian kali ini yaitu:

1. Untuk menngetahui Makna kalimat Ibtila’ dan Fitnah


2. Untuk menggali penafsiran Pada kalimat Ibtila’ dan fitnah di dalam
Al Quran.
3. Untuk menngetahui Rahasia dan kaitannya antara kalimat Ibtila’
dan Fitnah di dalam Al Quran

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuannya yang telah tersusun


diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat bagi semua pembaca.

1. sebagai titik poin penting pemikiran baru dan wawasan kepada


para Akademisi tentang Ibtila’ dan Fitnah dalam tafsir Lughowi
2. Memahamkan makna tentang Ibtila’ dan Fitnah menurut al quran
kepada masyarakat.

5
3. Menggali rahasia tentang Ibtila’ dan Fitnah dari sisi linguistik
kepada masyarakat.
4. Sebagai hasil yang konkrit dari asumsi-asumsi mufassir lughowi
tentang Ibtila’ dan Fitnah.
5. Meluruskan asumsi yang kurang di masyarakat tentang penafsiran
makna Ibtila’ dan Fitnah.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam proses penelitian ini, peneliti menemukan beberapa


kajian mengenai kalimah ibtila’ dan fitnah dan pembahasan yang
sejenis atau mirip, yang telah dilakukan oleh beberapa akademisi.
Namun demikian, menurut hemat peneliti, belum ada yang
membahas tentang rahasia dan relevansinya kalimat ibtila’ dan
fitnah di dalam Al Quran Al Karim. Diantara karya yang mirip
antara lain:

1. Karya menarik ditulis oleh Muhammad Nur Hamdi


Prasetya16 dengan judul Bala’ dalam al quran menurut tafsir al azhar
karya buya Hamka: Dirasah Maudhuiyah. Penelitian ini merupakan
skripsi yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam,
Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir, Universitas Islam Negeri
Sumatra Utara Medan pada tahun 2018. Dalam penelitiannya,
Muhammad Nur Hamdi Prasetya, menggunakan metode Library
Research, yaitu penelitian dengan mengumpulkan data-data dan menelaah
buku-buku literatur perpustakaan terkait dengan Pembahasan judul
penelitian, Dengan sifat penelitiannya deskriptif analisis yaitumetode
penelitian yang bertujuan untuk membahas deskripsi yaitu gambaran
secara jelas, sistematis, faktual dan akurat serta mengemukakan fenomena
atau hubungan antara fenomena yang terkait untuk menganalisa data yang
16
Muhammad Nur Hamdi Prasetya, Bala’ dalam al quran menurut tafsir al azhar karya
buya Hamka: Dirasah Maudhuiyah., Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Program Studi Ilmu Al
Quran dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara ( Medan,2018 ).

6
dihimpunnya. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa penafsiran Buya
Hamka yang terdapat pada Surat Al Insan ayat 2 tentang penafsiran bahwa
manusia diberikan dua alat bantu yang penting yaitu pendengaran dan
pengelihatan sebagai alat bantu untuk merespon dan menerima petunjuk
serta dapat memilih yang baik terhadap jati dirinnya, dalam hal ini Buya
Hamka berpendapat bahwa ujian atau Bala’ yang dimaksud adalah ujian
terhadap pada tantangan kehidupan. Hal yang serupa juga dikemukakan
oleh Al – Qurthubi dalam tafsirnya “Jami’ul Ahkamil Quran” yang
mengatakan bahwasanya pendengaran dan penglihatan tersebut merupakan
alat bantu yang dikaruniakan Allah swt. kepada manusia sebagai petunjuk
untuk melalui bala’ terebut. Akan tetapi beda halnya dengan pandangan
Ibn Katsir dalam tafsirnya “Tafsir al – Quranil ‘Azhim” yang
menerangkan bahwa bala’ tidak hanya pada tantangan kehidupan namun
juga terhadapa penganugerhan pendengaran dan pengelihatan tersebut juga
sebagai bala’ atau bentuk ujian manusia untuk menentukan kebaikan dan
kemaksyiatan. Hal ini menunjukkan bahwa para mufassir memiliki
keseamaan dan perbedaan dalam menafsirkan Surat Insan ayat 2 diatas
yaitu sama-sama menafsirkan bahwa tantangan kehidupan merupakan
ujian, dan berbeda saat menafsirkan penganugerahan pendengaran dan
pengelihatan, Buya Hamka dan Al Qurtubi sama tidak menjadikan
penganugerahan pendengaran dan pengelihatan sebagai ujian namun
sebagai alat bantu untuk menghadapi ujian, sedangkan Ar-Razi dan Ibnu
Katsir menyebutkan bahwa itu sebagai ujian pula.
2. Lainnya, ada karya yang bagus dari Yuniawati.17 Mahasiswa
sarjana Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Program Studi Ilmu Al
Quran dan Tafsir INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ)
JAKARTA lulusan tahun 2018 ini menyelesaikan studi sarjananya
dengan judul, Fitnah Dalam Al Quran Al Karim Kajian Tafsir Al
Munir Fi Aqidah Wa Syariah Wa Manhaj Karya Dr. Wahbah
17
Yuniawati, Fitnah Dalam Al Quran Al Karim Kajian Tafsir Al Munir Fi Aqidah Wa
Syariah Wa Manhaj Karya Dr. Wahbah Zuhaily, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Program
Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir, Institut Ilmu Al Quran (IIQ) ( Jakarta, 2018 ).

7
Zuhaily. Dalam penelitiannya, Yuniawati, menggunakan metode
penelitian pustaka (library research) yaitu serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengkaji bahan penelitian. Adapun
hasil dari penelitian ini adalah; Bahwasannya Penafsiran Wahbah
Az-Zuhailî mengenai fitnah yang bermakna ujian di jelaskan
bahwa Allah SWT memberi ujian bukan hanya terhadap manusia
saja melainkan juga kepada jin. Baik dari golongan mukmin
maupun kafir, juga baik dari golongan fasik maupun takwa. Ujian
yang Allah SWT berikan kepada mereka pun berbeda-beda, bukan
hanya berupa penderitaan yang diantaranya adalah diberi penyakit,
kesengsaraan maupun ditimpa dengan berbagai musibah.
Melainkan juga berupa kenikmatan yang diantaranya yaitu berupa
harta dan anak, kepintaran, maupun kesehatan. Sejatinya
kenikmatan merupakan ujian yang Allah SWT berikan secara
tersirat sedangkan penderitaan merupakan ujian yang Allah SWT
berikan secara tersurat. Adapun tujuan Allah SWT memberi ujian
kepada mereka adalah sebagai sebuah peringatan terhadap
keimanan mereka, untuk mengetahui pengingkaran mereka
terhadap nikmat yang telah diberikan kepada mereka, untuk
mengetahui siapa orang-orang yang benar-benar beriman dan siapa
orang yang berdusta.
3. Ada juga thesis yang bagus yang ditulis oleh Ahmad Fauzan,
S.Th.I.18 Mahasiswa pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Beliau
menyelesaikan studi Pascasarjananya dengan Judul Thesis
“Korelasi Sholat dan Zakat Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis
Tafsir Maudui)”. Dalam penelitiannya, Ahmad Fauzan, S.Th.I
menggunakan metode penelitian Kualitatif, menggunakan data
18
Ahmad Fauzan, Korelasi Sholat dan Zakat Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Tafsir
Maudui), Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
( Surabaya, 2018 ).

8
tertulis yang berupa buku, jurnal, kitab, dan sebagainya. Adapun
analisa datanya didasarkan pada data-data kepustakaan (Library
research). Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Penelitian ini
menjelaskan Sholat dan Zakat adalah risalah semua nabi yang
pernah di utus oleh Allah Sebagai pondasi dalam menjalani
kehidupan di dunia ini yang dimana dua ini untuk menghambakan
kepada Allah dan untuk bersosial dengan sesamanya. Dan juga
Pengaruh terhadap pelaksanaan Sholat ini dapat menjadikan Jiwa
untuk teguh dan istiqomah dengan pendiriannya dan untuk zakat
agar dapat meningkatkan kemulian hidup dengan solidaritas, serta
berpegang teguh dengan amalan Sholeh, dan terakhir yaitu dengan
Sholat dapat meminta pertolangan kepada Allah sedangkan Zakat
untuk menegakkan solidaritas dengan saling tolong menolong. Jadi
peniliti ataupun tesis ini menjelaskan korelasi antara Sholat dan
Zakat menurut mufassir yang mana poin penjelasan dari beberapa
mufassir ini dihubungkan satu persatu, sedangkan peneliti
menjelaskan dari satu mafassir.

4. Ada pula karya dari Rahmad Azmi.19 Mahasiswa sarjana Program


studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Negeri Islam Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.
lulusan tahun 2017 ini menyelesaikan tulisan skripsi sarjananya
dengan judul, “Hubungan Sabar dan Shalat dalam al-Qur‟an
(Kajian Surat ai-Baqarah ayat 45 dan 153)”. Dalam penelitiannya,
Rahmad Azmi, menggunakan penelitian kepustakaan (library
research), di mana penulis akan memfokuskan sumber-sumber
yang akan dijadikan rujukan adalah sumber data kepustakaan, baik
berupa buku-buku maupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan

19
Rahmad Azmi, Hubungan Sabar dan Shalat dalam al-Qur‟an (Kajian Surat ai-
Baqarah ayat 45 dan 153), Program studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat Universitas Negeri Islam Ar-Raniry Darussalam ( Aceh, 2018 ).

9
tema penelitian. Adapun hasil dari penelitian ini adalah:
Penelitian ini mengungkapkan bahwa makna Sabar dibagi menjadi
tiga: Pertama sabar dalam menghadapi musibah, Kedua sabar dari
melakukan perbuatan maksiat dan ketiga sabar dalam menjalankan
ketaatan kepada Allah SWT. Dan Shalat adalah do‟a atau suatu
amal yang terdiri dari bacaanbacaan dan gerakan-gerakan yang
dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat dan
rukun tertentu. Akan tetapi penelitian tersebut membahas tentang
Hubungan Sabar dan Shalat dalam al-Qur‟an (Kajian Surat ai-
Baqarah ayat 45 dan 153), sedangkan peneliti sekarang membahas
tentang korelasi sabar dan shalat dalam perspektif tafsir isyari.

5. Ada juga skripsi yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin,


Program Studi Ilmi al-Qur’an dan Tafsir UNIDA Gontor,
Muhammad Fadhli,20 dengan judul Hubungan antara sabar dan
syukur di dalam al quran menurut ibnu qoyyim azzauzi (Dirasah
maudhuiyah). Dalam penelitiannya, Muhammad Fadhli
menggunakan metode kajian tematik atau maudhui dan penelitian
kepustakaan (library research), di mana penulis akan
memfokuskan sumber-sumber yang akan dijadikan rujukan adalah
sumber data kepustakaan, baik berupa buku-buku maupun tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan tema penelitian. Adapun hasil
penelitian ini adalah, Menurut Ibn al-Qayyim sabar adalah
menahan jiwa dari menanggapi dorongan untuk melaksanakan
keinginan ( syahwat) semisal makanan, minuman dan lainnya, dan
membatasinya pada ketaatan dan menghindari dari apa sesuatu
yang tercela. Sabar mempunyai beberapa bagian sebagai berikut
kesabaran dalam pertimbangan letaknya, kesabaran dalam
pertimbangan keterikatan, dan kesabaran dalam pertimbangan
20
Muhammad Fadhli, Hubungan antara sabar dan syukur di dalam al quran menurut
ibnu qoyyim azzauzi (Dirasah maudhuiyah). Program studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin Universitas Darussalam Gontor ( Ponorogo, 2022).

10
keterikatan lima hukum. Maka dari ujian yang diberikan Allah
SWT, hambanya harus yakin akan janji Allah. Karena Allah SWT
telah berjanji kepada hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah SWT
Berfirman (dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar). Kedua, sabar dan syukur memiliki hubungan yang saling
terkait, bahwasannya sabar dan syukur merupakan syarat
menyempurnakan iman orang beriman.

6. Ada juga skripsi yang ditulis oleh mahasiswa mahasiswa Fakultas


Ushuluddin, Program Studi Ilmi al-Qur’an dan Tafsir UNIDA
Gontor, Ramadhanul Falah,21 dengan judul. Hubungan antara
Sholat dengan Zakat di dalam Al Quran Menurut Musthofa Al
Maraghi (Dirasah maudhuiyah). Pada penelitian ini peneliti
menggunakan metode Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (libarary research) yaitu penelitian yang berfokus pada
pengumpulan data dan penelitian buku-buku kepustakaan serta
karya-karya dalam bentuk lain yang berkaitan dengan pembahasan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah Makna Sholat Sholat
menurut al maraghi adalah amalan yang dilakukan dengan men-
Ta’dzim atau membesarkan sang pencipta (Allah Swt) dan
bersujud kepadanya (Allah Swt) dan memutuskan hubungan
dengan yang lainnya. Sedangkan Zakat yaitu meng-Infaqkan harta
benda atau sebagian uang, dan menguasai diri sendiri agar tidak
menyia-nyiakan harta tersebut kecuali bermanfaat untuk orang
lain, adapun perintah yang ditujukan oleh Allah Swt yaitu dengan
Beriman, menunaikan Sholat, dan melaksanakan Zakat merupakan
amalan yang tidak membuat kita terbebani kalau diri kita Mu’min
Shodiqun. Dapat disimpumpulkan bahwasannya Sholat dan Zakat
merupakan Amalan yang dimana jika kita memang seorang
21
Ramadhanul Fallah, Hubungan antara Sholat dengan Zakat di dalam Al Quran
Menurut Musthofa Al Maraghi (Dirasah maudhuiyah). Program studi Ilmu Al Quran dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Universitas Darussalam Gontor ( Ponorogo, 2022).

11
Mu’min yang Haqiqi memungkinkan kita untuk tidak terbebani
oleh kedua amalan tersebut. Adapun Keutamaan dan Manfaat
Hubungan Sholat dan Zakat adalah Membersihkan diri dan
Mensyukuri Nikmat Allah, Meningkatkan Iman dan Mendidik Ruh
Hak bagi Seorang Muslim dan Menambah rasa kasih kepada
sesama, Syarat membaskan orang musyrik yang diperangi dan
dapat Memakmurkan Masjid, Seruan dari para Nabi sebelum
Islam, Sifat yang mendeskripsikan Seorang Muslim yang Mu’min,
Dan Hikmah daripada Hubungan Sholat dan Zakat dalam al-
Qur’an adalah dalam Ibadah Spiritual Manusia dan dalam
kehidupan Masyarakat.

Berdasarkan dari beberapa literatur yang penulis paparkan


diatas, maka dapat dilihat perbedaan antara karya-karya terdahulu
dengan skripsi yang akan penulis teliti. Dan sudah sangat jelas
bahwa dalam skripsi ini penulis ingin meniliti tentang kajian
tematik tentang “ ‘Alaqatu Baina Kalimatay Al Ibtila’ Wal Fitnhah
Fi Al-Qur’anil Karim.”

F. Kerangka Teori

Untuk menjelaskan makna dan kaitannya antara kalimat Ibtila’


dan Fitnah, kali ini peneliti ingin membahas itu dengan kajian tematik
atau maudhu’i. Dan metode maudhu’i atau tematik ialah membahas
ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah
ditetapkan.

12
Dan Adapun Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka
penulis akan menggunakan metode dari pada penafsiran Maudhui atau
corak tematik yang berdasarkan kepada Teologinya antara lain sebagai
berikut:
Pertama, Menghimpun ayat-ayat Al Quran yang berkaitan
tentang Ibtila’ dan Fitnah, yang berkenaan dengan judul tersebut sesuai
dengan kronologi urutan turunnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
adanya ayat yang mansukh, dan sebagainya.
Kedua, Menelusuri latar belakang turun (asbab nuzul) ayat-ayat
yang telah dihimpun, yg akan dijelaskan oleh Imam Abu Al Hasan Ali
bin Ahmad Al Wahidi, dalam kitab Asbabu Nuzul.
Ketiga, Mengkaji ayat- ayat tersebut, dari semua aspek yang
22
berkaitan dengannya. Seperti bahasa, budaya, sejarah, munasabat ,
pemakaian kata ganti, dan sebagainya, dan untuk memperjelas itu
semua, pembahas akan mengambil dari kitab ulumul qur’an manna al
qathan.
Keempat, Mengkaji pemahaman ayat-ayat tentang Ibtila’ dan
Fitnah dari pemahaman berbagai aliran dan pendapat para Mufasir,
baik klasik maupun modern, maka pengkaji mengambil itu dari teori
beberapa Mufassir baik dalam bidang Sosial, Fiqih, Sufi dan Sains.
Kelima, Semua dikaji secara tuntas dan seksama dengan
menggunakan penalaran objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang
mu’tabar, serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan argumen-argumen
dari al-Qur’an, hadis, atau fakta-fakta sejarah yang dapat ditemukan.
Hal ini bertujuan untuk menghindarkan mufasir dari pemikiran-
pemikiran subjektif.23

Dalam menelusuri penelitian kali ini penulis juga akan


menambah pengeloaan data, dengan menggunakan Analisis Tematik
22
Dr. Musthofa Muslim, Mabahist fi Tafsir Al Maudhu’i, (Darul Qolam : Damaskus,
2010) hal. 57.
23
Abd. Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar Terj : Suryan
A.Jamrah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994) hlm. 26-28

13
Tafsir yaitu analisa data yang sudah dikumpulkan agar diperoleh suatu
gambaran yang bermanfaat dari semua data yang dihasilkan 24, yang
mana berdasarkan tema-tema tertentu dalam Al-Qur’an, adapun
langkah langkah yang dilakukan atau sistem kerja yang akan dilakukan
peneliti dapat di rincikan sebagai berikut:

a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang akan dikaji


secara tematik
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan
masalah yang telah ditetapkan
c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtun menurut kronologi
masa turunnya.
d. Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam
masing-masing suratnya.
e. Menyusun tema bahasan didalam kerangka yang pas,
sistematis, sempurna, dan utuh (outline)
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh
dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung
pengertian serupa, yang kemudian memberikan kesimpulan.

G. Metode Penelitian

1. Sumber Data
a. Data Primer

1. Kitab Tafsir al-Maraghi Karya Muhammad


Musthafa al-Maraghi. Tafsir ini digunakan untuk
memperluas makna Ibtila’ dan Fitnah berdasarkan
konteks ayat yang dimaksud.
24
Restu Kartika Widi, Asas Metologi penelitian, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010) Hal.
253.

14
2. Kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib Karya Fakhruddin al-
Razi. Tafsir ini peneliti gunakan dengan tujuan
untuk menggali makna yang lebih spesifik terhadap
kata Ibtila’ dan Fitnah.
3. Kitab Tafsir At-Tahrir wa at-Tanwir karya Ibnu
Asyur. Tafsir yang bercorak bahasa ini peneliti
gunakan untuk melihat rahasia dan kaitannya antara
kalimat Ibtila’ dan Fitnah pada ayat-ayat yang
bersangkutan.
4. Kitab Tafsir Al-Muharar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab
al-Aziz karya Ibnu Atiyah. Karya tafsir yang
bercorak bahasa ini digunakan sebagai sumber
analisis data untuk melihat rahasia dan kaitannya
antara kalimat Ibtila’ dan Fitnah pada ayat-ayat
yang bersangkutan.
5. Kitab Tafsir Ruh al-Ma’ani fi Tafsiri al-Qur’an al-
Adzim wa as-Sab’I al-Matsani, Karya tafsir al-Alusi
al-Baghdadi ini yang bercorak bahasa ini digunakan
sebagai sumber analisis data untuk melihat rahasia
dan kaitannya antara kalimat Ibtila’ dan Fitnah pada
ayat-ayat yang bersangkutan.
6. Kitab Tafsir Al-Bahru al-Muhith karya Abu hayyan
al-Andalusi. Tafsir ini peneliti gunakan sebagai
sumber untuk menganalisa penafsiran ayat yang
bersangkutan terkait Ibtila, dan Fitnah.

b. Data Sekunder

1. Tafsir Jami’ Al-Bayan, Ta’wil Ayi Al-Qur’an, karya


Abu Ja’far Muḥammad ibn Jarir Al-Ṭabari.
2. Tafsir Fi Ẓilal Al Qur’an, karya Sayyid Quthb.

15
3. Kitab Ulumul Quran, Karya Manna Al Qathan.
4. Kitab Lisanul Arab, Karya Ibnu Mandzur
5. Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an, Karya
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi
6. Al Mu’jam Al Istiqoqi Al Muwashal lialfadzil
Quran, Karya Muhammad Hasan Hasan Jabal.

2. Analisis Data

Jika data-data sudah didapatkan dan di kumpulkan langsung, langkah


selanjutnya ialah anlisis data. Dalam analisis data penulis menggunakan dua
metode untuk penulisan penelitian, di antaranya:

a. Metode Deskriptif

Menurut Nasiruddin Baidan pengertian metode deskriptif ialah


mengumpulkan penelitian sesui gejala yang ada, yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang jelas dan rinci mengenai ayat tersebut.25

b. Metode Analitis

Metode analitis data ialah proses mengorganisasikan serta


mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan dasar 26 yaitu dengan
menafsirkan ayat-ayat yang mengandung makna, penulis
menggunakan analisis tentang karakteristik makna dalam Al-Qur’an
menurut data primer yang telah penulis paparkan sebelumnya, dan juga

25
Nasiruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodelogi Khusus Penelitian Tafsir (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016) Cetakan. 1, Hal. 52
26
Sandu Siyoto dan Ali Sodik , Dasar Metodologi Penelitian, (Literasi Media Publishing,
Yogyakarta,2015) Cetakan. 1

16
menggunakan buku yang berkaitan dengan tema yang di bahas oleh
penulis.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan, skripsi ini dibagi


menjadi empat bab, penguraiannya sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang mengemukakan latar belakang


masalah, dimana hal tersebut merupakan landasan berpikir
penyusunan penelitian ini. Kemudian rumusan masalah yang di
angkat, disertai dengan metode penelitian, tujuan dan kegunaan
serta sistematika penulisan penelitian .Dengan demikian, intisari
yang tertulis dalam bab pertama ini adalah bersifat metodologis.

BAB II: Adapun pada bab ini adalah penjelasan tentang


ayat ibtila’ dan fitnah di dalam al qur’an, mulai dari pengertiannya,
penafsiran ayat, serta penguraian ayat yang berhubungan dengan
ibtila’ dan fitnah, serta pendapat mufassir klasik dan modern.

BAB III: Mengungkapkan ayat-ayat tentang ibtila’ dan


fitnah dan pandangan para mufassir modern ataupun klasik tentang
ayat-ayat ibtila’ dan fitnah itu sendiri dalam Kitab-kitab tafsir
modern dan klasik, bab tiga ini mempunyai beberapa sub bab,
Pertama, pernyataan Ibtila’ dan Fitnah Kedua, Macam-macam
Ibtila’ dan Fitnah dalam al-Qur’an. Ketiga, asbab al-nuzul ayat.
Keempat, menjelaskan hubungan dan rahasi yang terdapat dalam
diri Ibtila’ dan Fitnah di dalam Kitab-kitab tafsir Modern dan
klasik.

BAB IV: Merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dan


uraian-uraian penelitian ini kemudian dikemukakan beberapa
saran-saran sehubungan persoalan yang telah dibahas

17
Outline Penulisan
Judul:
Analisis Konsep Penderitaan dan Fitnah serta Hubungannya Terhadap
Keimanan dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir Al-Maraghi

BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Kajian Terdahulu

F. Kerangka Teori

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Pembahasan

BAB II: MAKNA DAN PENAFSIRAN KALIMAT AL IBTILA’ DAN


FITNAH DALAM AL-QUR’AN.

A. Pengertian Ibtila’ dan Fitnah


1. Makna Ibtila’ dan Fitnah
2. Ibtila’ dan Fitnah menurut Ulama-ulama Tafsir
3. Ayat-ayat Ibtila’ dan Fitnah dalam Al-Qur’an
4. Asbab An-Nuzul Ayat-ayat Ibtila’ dan Fitnah

BAB III: ANALISA PENAFSIRAN AYAT-AYAT SHOLAT DAN ZAKAT


DALAM KITAB TAFSIR.

A. Makna Ibtila’ dan Fitnah menurut Para Mufassir


1. Ibtila’

18
2. Fitnah
B. Macam-macam Ibtila’ dan Fitnah
1. Bala’ Dalam Bentuk Kebaikan Dan Keburukan
2. Bala’ dalam bentuk harta dan jiwa
3. Fitnah sebagai arti azab
4. Fitnah sebagai arti mendatangkan cobaan (menyiksa),
mendatangkan bencana.
5. Fitnah berarti penipuan, kesesatan atau penyimpangan dari
kebenaran.
6. Fitnah berarti (menimbulkan kekacauan).
C. Hikmah Hubungan Ibtila’ dan Fitnah dalam al-Qur’an
1. Hikmah Ibtila’ dan Fitnah dalam Ibadah Spiritual Manusia
2. Hikmah Ibtila’ dan Fitnah dalam kehidupan Masyarakat

BAB IV: Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ibn Manzur, Jamal al-Din Muhammad ibn Makram, Lisan al-Arab


(Bayrut: Dar Sadir,1994)
Baalbaki, Rohi, Kamus al-Mawrid (Bayrut: Dar El-Ilm Lil Malayin,
1995).
Al-Mu’jam al-Wasit, Cet. Keempat (Kaherah: Maktabah al-Syuruk al-
Dauliyah, 2005), 71.
Shah,Faisal Mohamad. “Konsep al-Ibtila’ dan Cara Menghadapinya
Menurut al-Quran dan al-Sunnah,
Nassar, As‘ad Nassar, “Mafhum al-Ibtila’ fi al-Quran,” (Jurnal Jami’ah
Damsyiq 20, Bil. 1 (2004)

19
Jarir al-Tabari, Abu Ja‘far Muhammad, Tafsir al-Tabari: al-Musamma
Jami’ al-Bayan fi Ta'wil alQur'an (Bayrut, Lubnan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1999)
al-Damighani, Al-Husayn ibn Muhammad, Qamus al-Quran aw al-Ahl
Islah al-wujuh wa-al-naza'ir fi alQur'an al-Karim, tahqiq ‘Abd al-‘Aziz Sayyid
(Bayrut: Dar al-‘Ilm lil-Malayin, 1970),
‘Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, Mu’jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an
Al-Karim (Beirut: Dar al-Fikr, 1981)
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2001)
Tim Penyusun, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, (Yogyakarta:
Dana Sakti Primayasa, 2005)
al-Fairuzzabadi, Majd al-Din Muhammad, Bashar Zawi al-Tamyiz fi
Lataif al-Kitab al-Aziz, (Kairo: al-Majlis al-Majlis al-‘Ala li Syu’un al-
Islamiyyah, 2000)
Latif, Umar, KONSEP FITNAH MENURUT AL-QUR’AN, Jurnal Al-
Bayan / VOL. 22, NO. 31, (2015)
Muslim, Musthofa, Mabahist fi Tafsir Al Maudhu’i, (Darul Qolam :
Damaskus, 2010).
Al-Farmawi, Abd. Hayy, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar Terj :
Suryan A.Jamrah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)
Widi, Restu Kartika, Asas Metologi penelitian, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010)
Nasiruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodelogi Khusus Penelitian Tafsir
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)

Sandu Siyoto dan Ali Sodik , Dasar Metodologi Penelitian, (Literasi


Media Publishing, Yogyakarta,2015)

20

Anda mungkin juga menyukai