Anda di halaman 1dari 62

Geologi Dasar

Batuan dan Mineral


Annisa Trisnia Sasmi

1
KONTRAK KULIAH
• Mata Kuliah: Geologi Dasar (2 SKS)
• Sistem penilaian:
Komponen % Penilaian
Tugas 40
UTS 25
UAS 25
Keaktifan 10

• Tidak mengumpulkan tugas: Nilai 0


• Mengumpulkan setelah batas waktu yang diberikan: Nilai maksimum 70
• Tugas diberikan sebagai evaluasi di setiap perkuliahan
REFLEKSI

Longsorlahan Gempabumi Erosi Parit/Gully Erosion

• Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi
seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor
• Karakter bencana geologi di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor
litologi/batuan penyusun wilayah tersebut
POTENSI EKONOMIS SUMBER DAYA MINERAL

Batubara Mineral ekonomis Minyak bumi

• Salah satu manfaat mempelajari mineral dan batuan adalah mengetahui potensi
sumber daya alam (khususnya sumber daya mineral dan bahan galian) di suatu
wilayah.
MINERAL DAN BATUAN

• Batuan disusun oleh sekumpulan mineral yang saling


terikat/terkonsolidasi satu sama lain.
• Jenis dan sifat batuan di bumi ditentukan berdasarkan mineral
penyusun batuan tersebut.
1. MINERAL
• Merupakan material padat yang
berasal dari senyawa anorganik
dan terbentuk secara alamiah di
alam.
• Salah satu ciri mineral: memiliki
bentuk kristal tertentu.
• Biasanya tersusun dari dua unsur
kimia atau lebih.
• Beberapa jenis unsur tunggal
sudah terbentuk secara alami
sebagai mineral (contoh: emas,
perak, tembaga, belerang, besi).
• Terdapat 4000 jenis mineral yang
sudah diketahui jenisnya di bumi.
SIFAT FISIK MINERAL
1. LUSTER/KILAP
• Apakah mineral Kilap Logam Kilap Non-Logam
memantulkan
cahaya atau
menyerapnya?
• Mineral yang
menyerap cahaya
disebut opaque
• Mineral yang
memantulkan
cahaya dengan baik
disebut transparent
• Mineral yang
memantulkan
cahaya dengan
kurang baik disebut
translucent
SIFAT FISIK MINERAL
2. STREAK/CERAT
• Cerat merupakan
warna serbuk
mineral ketika
mineral tersebut
tergores.
• Warna cerat
bergantung pada
kandungan unsur
kimia yang
terkandung dalam
mineral tersebut.
SIFAT FISIK MINERAL
3. TENACITY/SIFAT
DALAM
• Kecenderungan
perubahan bentuk
mineral saat
dikenai gaya.
SIFAT FISIK MINERAL
4. BERAT
JENIS/SPECIFIC
GRAVITY
• Merupakan
perbandingan
antara berat
mineral dengan
volume.
• Berat jenis
mineral
tergantung dari
kepadatan unsur
pembentuk
mineral tersebut.
SIFAT FISIK MINERAL
5. COLOR/WARNA
• Warna mineral
berasal dari
penyerapan
beberapa jenis
panjang gelombang
cahaya.
• Mineral yang
berwarna gelap
adalah mineral yang
menyerap seluruh
panjang gelombang
pembentuk Cahaya.
SIFAT FISIK MINERAL
6. KEMAGNETAN
• Merupakan sifat
mineral ketika di
sekitarnya terdapat
medan magnet.
SIFAT FISIK MINERAL
6. PECAHAN
• Kecenderungan
mineral untuk
pecah pada bidang
yang tidak rata dan
tidak teratur.
SIFAT FISIK MINERAL
7.
BELAHAN/CLEAVAGE
• Belahan adalah
kenampakan
mineral untuk
membelah melalui
bidang belahan
yang rata, halus dan
licin serta pada
umumnya selalu
berpasangan
SIFAT FISIK MINERAL

8. BENTUK KRISTAL
• Bentuk kristal pada mineral
tergantung pada bentuk ikatan
atom penyusun mineral, yang
terkemas secara teratur dan
polanya melebar secara tiga
dimensi.
SKALA KEKERASAN MINERAL
• Tingkat kekerasan
mineral diukur
menggunakan satuan
skala Mohs (Mohs
Hardness Scale)
• Semakin tinggi nilai
pada skala mohs,
semakin keras pula
mineral tersebut.
KELOMPOK MINERAL
• Native Element (Unsur Murni)
➢ Hanya memiliki satu unsur kimia saja
➢ Bersifat malleable (mudah ditempa), tidak memiliki bentuk kristal (amorf)
➢ Contoh: Emas (Au), Tembaga (Cu), Perak (Ag), Platina (Pt), Arsenik (As)
• Sulfida
➢ Kombinasi antara unsur tertentu (biasanya logam) dengan sulfur (belerang) (S2-)
➢ Umumnya terbentuk di sekitar wilayah gunungapi yang memiliki kandungan sulfur
yang tinggi
➢ Memiliki kilap logam
➢ Contoh: pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit
(CuFeS2).
• Oksida
➢ Terbentuk dari kombinasi unsur tertentu (biasanya logam) dengan gugus anion oksida
(O2-)
➢ Umumnya memiliki specific gravity yang tinggi, bentuk kristal sederhana
➢ Contoh: korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3), kassiterit (SnO2), Zincite (ZnO), Magnetit
(FeFe2O4), Kalium Nitrat (KNO3)
KELOMPOK MINERAL
• Halida
➢ Dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-
➢ Umumnya memiliki specific gravity/berat yang rendah (<5 g/ml)
➢ Contoh: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).

• Karbonat
➢ Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-
➢ Umumnya terbentuk di lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Karbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitik dan pada daerah karst yang membentuk gua
(caves).
➢ Bereaksi dengan asam klorida (HCl)
➢ Contoh: Dolomite CaMg(CO3) 2, kalsit (CaCO3), magnesite (MgCO3), niter (NaNO3),
borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O), nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).

• Fosfat
➢ Dicirikan oleh adanya gugus PO43-
➢ Memiliki kilap kaca atau greasy (lemak)
➢ Contoh: Apatit Ca5(PO4)3Cl, Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8
KELOMPOK MINERAL
• Silikat
➢ Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok silikat, yang
merupakan persenyawaan antara silicon (Si) dan oksigen (O).
➢ Penyusun terbanyak material kerak bumi.
➢ Umumnya memiliki cerat berwarna putih.
➢ Contoh: Quartz (SiO2), Feldspar Alkali (KAlSi3O8), Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8), Mica
Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2), Mica Biotit (K2 (Mg,Fe)6Si3O10(OH) 2), Olivin
((Mg,Fe)2SiO4),

• Sulfat
➢ Terbentuk dari unsur-unsur dan molekul yang berikatan dengan anion sulfat (SO42-).
➢ Terbentuk pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat berinteraksi dengan unsur lain.
➢ Dicirikan dengan tingkat kekerasan yang rendah
➢ Contoh: Barite (BaSO4), Celestite (SrSO4), Anhydrite (CaSO4), angelsit dan Gypsum
(CaSO4·2H2O).
2. BATUAN

• Batuan merupakan material (umumnya padat) yang tersusun dari


agregat atau mineral.
• Batuan menyusun sebagian besar kerak bumi/litosfer.
• Ilmu yang mempelajari tentang batuan disebut petrologi.
Batuan (Rock) dan Batu (Stone)
• Interaksi antara batuan dengan berbagai macam proses alamiah yang terjadi di bumi dapat
menciptakan keanekaragaman bentang alam
JENIS BATUAN DI BUMI
SECARA UMUM

Batuan Beku

Batuan Sedimen

Batuan Metamorf
SIKLUS BATUAN
A. BATUAN BEKU
• Merupakan batuan yang terbentuk
dari proses pembekuan magma.
• Umumnya terbentuk di wilayah
vulkanik.
• Memiliki sifat yang kokoh,
umumnya impermeable (jika tidak
terekahkan)
• Umumnya memiliki bentuk
mineral yang masih terlihat secara
kasat mata maupun dengan lup
geologi.
Magma
• Kumpulan batuan cair Mafic Felsic
yang berpijar dan sangat
panas bercampur
dengan air dan gas di
dalam kerak bumi
• Mengandung silikat
• Berat jenis lebih ringan
dari batuan Intermediet
Pengaruh Jenis
Felsic
Magma terhadap
Riolit
Batuan Beku
Granit
• Semakin asam (felsic)
magma, batuan beku yang
terbentuk akan semakin
Intermediet berwarna cerah ➔
Diorit
bergantung pada
Andesit
komposisi mineral

Mafic

Basalt Gabbro
Mineral felsic Mineral mafic
(tinggi silikat) (rendah silikat)
GENESA PEMBENTUKAN BATUAN BEKU
Pengaruh Genesa
Pembentukan terhadap
Batuan Beku

• Semakin dalam genesa, semakin kasar


tekstur batuan, karena mineral dapat
terbentuk secara perlahan dan
sempurna.
• Semakin dangkal genesa, mineral
mendingin dengan cepat sehingga
bentuknya relatif lebih halus.

Ekstrusif Intrusif
B. BATUAN
SEDIMEN

Pelapukan & Erosi

Transportasi

• Batuan sedimen adalah batuan yang


terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya, atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang diendapkan Deposisi
lapis demi lapis pada permukaan bumi,
yang kemudian mengalami pembatuan
(Pettijohn, 1975).
Konsolidasi
Jenis Batuan Sedimen
Batuan Sedimen Klastik
• Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
atau pecahan dari batuan asal yang tertransportasikan (eks-situ).
• Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu
sendiri.
• Proses pembentukan batuan sedimen klastik disebut litifikasi (proses
perubahan material sedimen menjadi batuan sedimen yang kompak).
• Memiliki butir.
• Contoh: konglomerat, breksi, batupasir, batulanau, dll

Batuan Sedimen Non-Klastik


• Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari reaksi kimia atau hasil
kegiatan organisme.
• Proses pembentukan batuan sedimen non-klastik disebut diagenesis
(proses perubahan tekstur dan mineral pada batuan).
• Tidak mengalami proses transportasi, sehingga pengendapannya terjadi
secara insitu.
• Tidak memiliki butir.
• Contoh: Batugamping, dolostone, rijang (chert)
Proses Pembentukan
Batuan Sedimen
Klastik
A. Pelapukan dan Erosi
• Proses perusakan dan
penghancuran pada kerak
bumi kerena beberapa
agen pelapukan, seperti
cuaca, suhu, curah hujan,
angin, organisme, atau
kelembaban.
• Perbedaan pelapukan dan
erosi: ada/tidaknya
transportasi material
Proses Pembentukan
Batuan Sedimen
Klastik
B. Transportasi Sedimen
• Pengangkutan material
dari satu tempat ke tempat
lain melalu agen
transportasi, sebelum
material tersebut
terendapkan.
• Agen transportasi: udara,
gravitasi, es, dan air.
• Semakin jauh
transportasinya, ukuran
butir pada batuan sedimen
semakin kecil/halus.
• Penamaan batuan sedimen
Batu Konglomerat Batupasir Kasar/ klastik didasarkan pada
Coarse Sandstone ukuran butirnya
Skala ukuran butir Wentworth

Batupasir/Sandstone

Skala ukuran butir


Wentworth (1922)
digunakan untuk
mengklasifikasikan
Batulanau/Siltstone
sedimen/batuan
sedimen
berdasarkan
ukuran butirnya
Batulempung/Mudstone
• Semakin jauh transportasinya,
bentuk batu akan semakin
membulat (Well rounded).
• Semakin tinggi derajat erosi,
bentuk batu akan semakin
memanjang/melonjong (low
sphericity)
Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik

C. Sedimentasi/Deposisi
• Sedimentasi = pengendapan
sedimen yang telah mengalami
transportasi.
• Pengendapan umumnya terjadi
pada area cekungan pada
kondisi P (pressure/tekanan)
dan T (temperatur) tertentu.
• Contoh lingkungan
pengendapan yaitu muara,
danau, sungai, delta, laut
dangkal, laut dalam, estuaria,
dan lain-lain.
Struktur Berlapis

Struktur Laminasi

• Kondisi agen transportasi (jenis agen


transportasi, kuat lemahnya aliran
arus, arah aliran/arus, gravitasi, dll)
dan lingkungan pengendapan sangat
berpengaruh terhadap struktur
batuan sedimen Struktur Silang Siur/Cross Bedding
Struktur Bergradasi

• Kondisi agen transportasi (jenis agen


transportasi, kuat lemahnya aliran
arus, arah aliran/arus, gravitasi, dll)
dan lingkungan pengendapan sangat
berpengaruh terhadap struktur Struktur Ripple Mark
batuan sedimen
Struktur Mud Crack

• Kondisi agen transportasi (jenis agen


transportasi, kuat lemahnya aliran
arus, arah aliran/arus, gravitasi, dll)
dan lingkungan pengendapan sangat
berpengaruh terhadap struktur Struktur Masif
batuan sedimen
• Kondisi lingkungan pengendapan sangat berpengaruh terhadap jenis
fragmen/grain dan semen pada batuan yang terbentuk.

Batugamping Nummulites
• Kondisi lingkungan pengendapan sangat berpengaruh terhadap jenis
fragmen/grain dan semen pada batuan yang terbentuk.

Batu Breksi dengan Fragmen Basalt Batupasir Kuarsa


Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik
D. Konsolidasi (Kompaksi dan
Sementasi)
• Proses kompaksi pada umumnya
terjadi akibat terbebaninya lapisan
akibat sedimen yang berada di
atasnya.
• Kompaksi menyebabkan butiran
sedimen menjadi lebih dekat dan
juga air yang terkandung dalam
pori-pori lapisan tertekan keluar.
• Hasil dari proses kompaksi adalah
penurunan porositas dan
permeabilitas sedimen,
pengeluaran fluida dan pori antara
butiran serta penipisan perlapisan
Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik

D. Konsolidasi (Kompaksi dan


Sementasi)
• Sementasi = proses dimana
butiran-butiran sedimen
direkatkan oleh material
lain.
• Agen penyemenan dapat
berasal dari air tanah atau
hasil pelarutan mineral-
mineral dalam sedimen itu
sendiri.
• Material semennya dapat
berupa karbonat (CO3),
silikat (Si), atau oksida (Fe).
Jenis Proses Pembentukan Autigenesis (pembentukan
Batuan Sedimen Non-Klastik mineral baru)

• Proses pembentukan batuan sedimen Metasomatisme (Pergantian


mineral sedimen tanpa
non-klastik disebut diagenesis (proses pengurangan volume)
perubahan tekstur dan mineral pada
batuan). Rekristalisasi (Pengkristalan
• Sebagian besar proses diagenesis terjadi kembali)
di dasar samudra.
• Pengendapan materi berlangsung dan Dissolution (Pelarutan
mineral)
berinteraksi dengan berbagai reaksi
kimia, misal dengan senyawa garam
maupun karbonat. Bioturbasi (Sedimentasi oleh
Hewan)
Jenis Proses Pembentukan
Batuan Sedimen Non-Klastik
A. Autigenesis
• Autigenesis merupakan suatu proses
dimana mineral baru terbentuk di
suatu lingkungan pengendapan
tertentu (MacNaughton et al., 2005)
• Terjadi presipitasi mineral pada ruang
pori dan permukaan butiran sehingga
terbentuklah mineral baru.
• Beberapa contoh mineral
autigenetis: mineral-mineral
lempung, gipsum, kuarsa, dll.
Jenis Proses Pembentukan Batuan Sedimen Non-Klastik

B. Metasomatisme
• Metasomatisme yaitu
pergantian material sedimen
oleh berbagai mineral
autigenetis (mineral-mineral
lempung, gipsum, kuarsa,
dll), tanpa pengurangan
volume asal.
• Pada umumnya disebabkan
oleh fluida hidrotermal.
• Pelarutan dan pengendapan
mineral terjadi dalam waktu
yang sama.
Jenis Proses Pembentukan
Batuan Sedimen Non-Klastik
C. Rekristalisasi
• Menurut (Nichols, 2009), rekristalisasi
merupakan keadaan dimana struktur
kristal baru terbentuk tanpa mengubah
komposisi kimia awal.
• Pada saat sedimen terakumulasi,
mineral yang kurang stabil akan
cenderung mengkristal kembali atau
mengalami rekristalisasi agar menjadi
stabil.
• Misalnya, mineral aragonite (CaCO3)
akan mengalami rekristalisasi menjadi
kalsit (CaCO3)
• Contoh batuan sedimen non klastik
yang mengalami proses rekristalisasi
adalah batugamping.
Jenis Proses Pembentukan Batuan Sedimen Non-Klastik

D. Dissolution
• Pelarutan yang terjadi pada
batuan umumnya terjadi pada
matriks, mineral maupun
fragmen batuan yang tidak
stabil.
• Contoh mineral yang sering
mengalami pelarutan adalah
mineral feldspar.
• Proses pelarutan menyebabkan
terbentuknya rongga pada
batuan
Jenis Proses Pembentukan Batuan Sedimen Non-Klastik

E. Bioturbasi
• Bioturbasi merupakan rekaman
hasil aktivitas organisme (seperti
menggali/ burrowing, berjalan/
grazing, tinggal/ dwelling dan
mencari makan / feeding) yang
dapat mengganggu atau mengubah
tekstur dan struktur asal dari
sedimennya.
• Bioturbasi dapat terjadi di hampir
semua tipe endapan, baik pada
lingkungan marin, nonmarin
maupun sedimen deltaik
C. BATUAN METAMORF
• Batuan metamorf (malihan)
merupakan jenis batuan
yang terbentuk akibat
deformasi pada wilayah
genesa dengan tekanan
dan/atau suhu yang tinggi.
• Batuan metamorf dapat
berasal dari batuan
induk/asal berupa beku,
sedimen, maupun
metamorf itu sendiri
• Batuan induk yang
membentuk batuan
metamorf disebut protolith.
• Proses pembentukan
batuan metamorf disebut
metamorfisme.
Wilayah Pembentukan Batuan Metamorf
Wilayah Pembentukan Batuan Metamorf
Tipe Metamorfisme
A. Metamorfisme Kontak
• Merupakan metamorfisme
skala lokal yang terjadi akibat
transfer panas dari magma ke
batuan di sekitarnya.
• Perubahan struktur batuan
protolith dapat terjadi akibat
pelelehan batuan.
• Contoh:
- Marmer (marble) terbentuk dari
batugamping (limestone).
- Kuarsit (quartzite) terbentuk
dari batupasir kuarsa (quartz
sandstone)
Tipe Metamorfisme
B. Metamorfisme
Dislokasi/Kataklastik
• Tipe metamorfisme skala lokal yang
berasosiasi dengan patahan atau
zona sesar.
• Pergeseran tubuh bidang sesar
dapat mengakibatkan deformasi
yang berimbas pada perubahan
bentuk batuan.
• Gesekan di sepanjang zona geser
menghasilkan panas, dan batuan
terdeformasi secara mekanik.
• Contoh batuan: milonit
Tipe
Metamorfisme
C. Metamorfisme Burial
• Tipe metamorfisme skala
regional yang disebabkan
karena batuan terpendam jauh
di bawah tumpukan material
sedimen maupun vulkanik dan
umumnya tidak berasosiasi
dengan magmatisme.
• Melibatkan tekanan yang tinggi
dan suhu yang rendah.
• Menyebabkan struktur batuan
cenderung memiliki
pensejajaran mineral (foliasi)
yang kecil/rendah.
• Contoh: batuserpih (slate) dari
batulempung (mudstone)
Tipe Metamorfisme
D. Metamorfisme Orogenik/Dinamik
• Tipe metamorfisme skala regional yang
berhubungan dengan pembentukan
sabuk orogenik/pegunungan.
• Umumnya banyak ditemukan di
wilayah slab subduksi.
• Proses deformasi menimbulkan
rekristalisasi.
• Dikontrol oleh kondisi tekanan dan
suhu yang besar.
• Memiliki foliasi/pensejajaran mineral
yang relatif besar
• Contoh: batu gneiss dari batu granit.
Pengaruh Tipe Metamorfisme terhadap
Kenampakan Batuan Metamorf
• Pengaruh tekanan yang tinggi dapat membuat
batuan metamorf memiliki foliasi (pensejajaran
mineral), sehingga memiliki struktur foliasi.

• Pengaruh suhu yang tinggi dapat


membuat batuan metamorf
mengalami rekristalisasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai