Anda di halaman 1dari 7

KEARIFAN LOKAL:

AKTUALISASI DAN TANTANGANNYA


RESUME
Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah PPKN

Dosen Pengampu :
Dr. H. Ainur Rofiq Al Amin, SH, M.Ag
NIP : ADD16DD3

Disusun Oleh :
Ferdy Pratama E05219010
D. Indah Syifana E05219013
Abdul Muiz E05219003

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
1) Pengertian Kearifan Lokal................................................................................3
2) Keidentikan Kearifan lokal...............................................................................3
3) Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal.........................................................................4
4) Pemanfaatan Kearifan Lokal............................................................................4
5) Tantangan Kearifan Lokal................................................................................4
1. Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah unsur budaya yang menjadi identitas sauatu
komunitas yang membuatnya mampu bertahan ketika berhadapan dengan
budaya lain maupun dengan lingkungannya,. Dimensi kearifan lokal tersebut
mencakup apresiasi terhadap budaya lain secara natural dan kreatif.

Ada pula yang mengistilahkan kerifan lokal denga identitas budaya


(cultural identity) karena produk yang dihasilkan dari proses pemaknaan
hidup tersebut mengantarkan pada kekhasan budaya, yang membedakan
kebudayaan suatu komunitas dari yang lain. Kearifan lokal juga diistilahkan
dengan identitas lokal karena berbagai kekhasan kebudayaan yang terbangun
berlaku dalam lingkup terbatas pada wilayah dan lingku p kebudayaannya
sendiri.

2. Keidentikan Kearifan lokal


Kearifan lokal identik dengan kepribadian yang melekat pada satu
bangsa. Kepribadian tersebut memungkinkan suatu bangsa tidak terombang-
ambing oleh pengaruh budaya luar. Kepribadian memungkinkan suatu bangsa
melakukan dialektika kebudayaan, yaitu melakukan penyesuaian, dengan cara
menyaring dan mengolah budaya-budaya baru sebelum diterima sebagai
bagian dari kebudayaannya.
Masyarakat mampu berperan sebagai pengendali proses akulturasi
maupun asimilasi budaya, dan selanjutnya mengarahkan perkembangan
budaya setempat.
Kekhasan budaya memungkinkan suatu daerah mengembangkan ciri
khas sesuai potensi yang dimiliki. Aktualisasi dan kreasi terhadap kekayaan
lokal adalah kelebhan atau kekhasan yang dimiliki oleh suatu daerah yang
menjadi daya tarik bagi masyarakat laian sehingga memberikan keuntungan
bagi masyarakat setempat.
Keunggulan lokal tersebut akan mengemuka seiring kemampuan
masyarakat mengeksploitasi sumber daya setempat dengan bijaksana dan
melakukan kreasi-kreasi sehingga memberi nilai tambah. Keunggulan lokal
dapat terdiri dari hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa,
sumber daya alam, dan sebagainya. Keunggulan tersebut menjadikan daerah
setempat dikenal dengan kekhasannya sehingga menjadi tujuan belajar,
mencari bahan baku, karya seni, menikmati alam atau rekreasi dan tujuan-
tujuan lain yang saling menguntungkan.

3. Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal


Wujud dari peran kearifan lokal dalam membangun eksistensi kebudayaan
an ditelusuri pada berbagai kebudayaan di penjuru dunia. Hanya saja, peran
tersebut mengalami pasang dan surut seiring perjalanan kesejarahan setiap
bangsa. Proses tersebut semula berlangsung natural, tetapi juga dapat dikelola
sebagai upaya sadar dalam mewujudkan kepentingan-kepentingan positif.

Dari sini, pola pemanfaatan kearifan lokal secara umum dapat dipilah menjadi
dua, yaitu yang berlangsung secara natural, dan yang dikembangkan sebagai
proses kreatif.

1. Proses Natural
Yaitu dialektika kebudayaan yang terjadi dalam sejarah. Di antara proses
yang bersifat natural dapat dicermati dari proses asimilasi budaya Eropa
dalam merespon agama Nasrani merupakan salah satu contoh kearifan
lokal dalam menyerap budaya baru menjadi budaya setempat. Agama
Nasrani pada dasarnya merupakan agama bangsa Semit yang berada di
Timur Tengah, tetapi dalam perkembangannya justru menjadi identitas
Eropa.
2. Proses Kreatif
Yaitu kegiatan-kegiatan yang secara sadar dibangun dengan
memanfaatkan kearifan lokal. Di antara proses yang bersifat kreatif ialah
yang terjadi di Thailand. Sebagaimana di Indonesia, masyarakat
dihadapkan pada peliknya persoalan sosial, ekonomi dan politik yang
berujung diturunkannya Takhsin Sinawatra dari kursi perdana menteri.
Desakan indrustialisasi yang disertai merebaknya konsumerisme telah
banyak menghilangkan khazanah lokal baik yang bersifat kultural, sosial,
ekonomi, hingga politik.
4. Pemanfaatan Kearifan Lokal
a) Otonomi Daerah
Gerakan membangun local wisdom pertama-tama mengemuka berkaitan
dengan kebutuhan desentralisasi tersebut yang diwujudkan melalui
program otonomi daerah. Sekalipun penetapan otonomi daerah juga
menimbulkan dampak berupa pemerataan korupsi dan nepotisme, tetapi
secara perlahan pemerintah daerah tak dapat menghindarkan diri untuk
membangun identitasnya serta menemukan kekayaan daerah yang
potensial diangkat sebagai keunggulan daerah.

b) Pemberdayaan Sosial
Kearifan lokal diperlukan untuk membangun kesadaran diri (self
awareness) pada masyarakat mengenai potensi-potensi diri dan
lingkungannya. Masyarakat dapat diajak untuk belajar memahami
persoalan di sekitarnya yang sebelumnya luput dari perhatian mereka.
Mereka didorong melakukan perubahan yang pada dasarnya berpijak pada
nilai-nilai, norma, keahlian dan sumber daya yang mereka miliki.
Usaha ini bisa dilakukan oleh gerakan pemberdayaan sosial melalui
pemdampingan yang dilakukan oleh berbagai lembaga swadaya
masyarakat dan perguruan tinggi.

c) Meredakan Konflik
Di Indonesia dan negara-negara dunia ketiga, kearifan lokal sering
digunakan sebagai wahana menyelesaikan konflik. Apalagi di negeri ini
memiliki potensi konflik yang tinggi, akibat keberagaman penduduknya
yang sedemikian besar.
Pendekatan keamanan dan politik tidak berhasil meredakan konflik.
Padahal semakin dalam konflik berlangsung, kesadaran atas nilai-nilai
luhur sendiri semakin jauh dari perikehidupan masyarakat. Masyarakat
baru dapat kembali meredam konflik setelah nilai-nilai adat berupa ikatan
persaudaraan diangkat sebagai redolusi konflik.
d) Merespon Perubahan
Apresiasi terhadap budaya baru tidak dengan sendirinya disertai dengan
ditinggalkannya budaya sendiri secara keseluruhan.
Budaya baru bahkan perlu diolah dan dipadukan dengan nilai-nilai lokal
sehingga menghasilkan lokal genius baru atau biasa disebut lokal genius
sekunder.
e) Membangun Keunggulan Lokal
Keunggulan dalam konteks lokal tidak dimaknai dalam kontek tingkatan,
kelebihan kualitatif ataupun kuantitatif atas yang lain. Keunggulan lokal
lebih dipahami dalam konteks deferensiasi, kekhasan, atau keunikan
sehingga menjadi daya tarik dan tujuan masyarakat daerah lain.

f) Konversi Alam dan Lingkungan


Undang-undang nomor 32 tahun 2009 menempatkan kearifan lokal
sebagai nilai luhur yang berlaku dalam perikehidupan masyarakat yang di
antaranya bertujuan menjaga dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari. Dalam hal ini kearifan lokal sekaligus menjadi salah satu asas yang
harus diperhatikan sejak perencanaan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

5. Tantangan Kearifan Lokal


Dalam perkembangannya, aktualisasi kearifan lokal tidak hanya
berhadapan dengan isu-isu globalisme saja, tetapi juga berbagai
kecenderungan baru baik di tingkat lokal sendiri berupa perubahan-perubahan
sosial di tingkat lokal sendiri berupa perubahan-perubahan sosial ditingkat
lokal maupun nasional

Diantara tantangan dan ancaman yang harus dihadapi dalam


mengaktualisasikan kearifan lokal adalah sebagai berikut:

1. Industrialisme
Kepentingan industri raksasa yang disusung oleh globalisasi
membuat negara berkembang kehilangan prakarasanya sendiri karena
keputusan penting cenderung dipaksakan oleh negara-negara kuat.

2. Rezim korup
Pemerintah yang dikendalikan oleh aparat yang korup sering kali
menjadi pembuka jalan bagi tegaknya budaya industrial, yang
menenggelamkan nilai-nilai kearifan lokal.

3. Apresiasi berlebihan terhadap nilai-nilai luar


Berkembngnya industri komunikasi dan informasi di satu sisi
membuka peluang pengembangan nilai-nilai lkearifan lokal dengan
mengelaborasii nilai-nilai baru yang lebih memberdayakan. Di sisi
lain, industri media masa lebih didominasi arus yang lebih kuat dari
nilai-nilai baru yang potensial menenggelamkan nilai-nilai lokal
4. Berkembangnya radikalisme
Radikalisme yang meningkat menjadi tindakan-tindakan teror
dapat diidentifikasi mempresentasikan sikap dan perilaku”orang
kalah”. Mereka memilih jalan yang bertolak belakang dengan
nilai0nilai kearifan lokal yang sebelumnya dibvangun dan diwariskan
oleh para leluhurnya

5. Otoriterisme dan sentralisme


Sejarah mencatat bahwa pengelolaan pemerintahan otoriter yang
selalu disertai dengan kebijakan yang sentralistik menjadikan berbagai
kebijakan yang dibuat oleh pemegang kebijakan terlalu menekankan
orientasi nasionalistik menempatkan nilai-nilai lokal sebagi
subordinasi kebijakan utama. Nilai-nilai nasional dipaksakan sebagai
satu-satunya, atau setidaknya sebagai yang diutamakan, sebagai satu-
satunya, atau setidaknya sebagai yang diutamakan, sekalipun pada
dasarnya hanya dapat diterima masyarakat di daerah secara artifisial.

Anda mungkin juga menyukai