Anda di halaman 1dari 55

MATERI

03

Sub Materi

01. Persalinan Normal (Kala I-IV)

02. Perawatan Postpartum

03. Keluarga Berencana (KB)

Tutor

Ns. Nur’aini, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Mat


Keperawatan Maternitas

Hal. 1
01 Persalinan Normal (Kala I – IV)

Persalinan Normal perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).


Proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah Tanda dan gejala inpartu adalah

cukup bulan melalui jalan lahir adanya penipisan dan

atau melalui jalan lain, dengan pembukaan serviks, terjadi

bantuan atau tanpa bantuan kontraksi uterus yang

(kekuatan sendiri). Proses ini mengakibatkan perubahan serviks

dimulai dengan adanya kontraksi (frekuensi minimal 2 kali dalam 10

persalinan sejati, yang ditandai menit) serta keluarnya cairan

dengan perubahan serviks secara lendir bercampur darah (“show”)

progresif dan diakhiri dengan melauli vagina (JNPK-KR, 2008).

kelahiran plasenta (Sulistyawati 1. Fase-fase dalam persalinan


dan Nugraheny, 2010). kala satu

Kala Satu Persalinan Menurut Rohani, dkk. (2011),

persalinan kala satu dibagi dalam


Menurut Rohani, dkk. (2011), inpartu
2 fase :
ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah (bloody show) a. Fase laten, pembukaan

melalui vagina, penipisan dan serviks berlangsung lambat

pembukaan serviks dan kontraksi dimulai sejak awal kontraksi

uterus yang mengakibatkan yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan

secara bertahap sampai

Hal. 2
pembukaan 3 cm, dengan kecepatan rata-rata 1 cm

berlangsung dalam 7- 8 jam. perjam (primigravida) atau lebih

b. Fase aktif (pembukaan dari 1 cm hingga 2 cm perjam

serviks 4-10 cm), berlangsung (multipara). Pada fase aktif

selama 6 jam dan di bagi terjadi penurunan bagian

dalam 3 subfase yaitu : terbawah janin.

1. Periode akselerasi, dalam 2. Persiapan Asuhan Persalinan

waktu 2 jam pembukaan 3 Kala I

cm menjadi 4 cm a. Mempersiapkan ruangan

2. Periode dilatasi, yaitu untuk persalinan dan

dalam waktu 2 jam kelahiran bayi

pembukaan sangat cepat 1. Ruangan yang hangat dan


dari 4 cm menjadi 9 cm. bersih, memiliki sirkulasi

3. Periode deselerasi yaitu udara yang baik dan

pembukaan berlangsung terlindung dari tiupan

lambat kembali, dalam 2 angin.

jam pembukaan 10 cm 2. Sumber air bersih dan


atau lengkap. mengalir untuk cuci

Kontraksi dianggap tangan.

adekuat/memadai jika tiga kali 3. Air desinfektan tingkat


atau lebih dalam waktu 10 menit tinggi untuk membersihkan
dan berlangsung selama 40 detik perineum, serta terdapat
atau lebih. Dari pembukaan 4 cm air bersih, klorin, deterjen,
hingga mencapai pembukaan kain pembersih, kain pel
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dan sarung tangan karet

Hal. 3
untuk membersihkan pengeluaran bayi, yang dimulai

ruangan. dari pembukaan serviks sudah

4. Penerangan yang cukup, lengkap (10 cm) dan berakhir

baik siang maupun malam dengan lahirnya bayi (JNPK-KR,

hari. 2013).

5. Meja untuk meletakkan • Kala dua persalinan dimulai dari

peralatan persalinan. pembukaan lengkap (10 cm)

sampai bayi lahir. Proses ini


6. Meja untuk tindakan
biasanya berlangsung 2 jam
resusitasi bayi baru lahir.
pada primigravida dan 1 jam
b. Memberikan asuhan sayang
pada multigravida (Saifuddin,
ibu
2008).
1. Memberikan dukungan
1. Gejala dan tanda kala dua
emosional.
persalinan adalah :
2. Membantu pengaturan
a. Ibu merasa ingin meneran
posisi ibu.
bersamaan dengan
3. Memberikan cairan dan
terjadinya kontraksi.
nutrisi.
b. Ibu merasakan adanya
4. Keleluasaan untuk
peningkatan tekanan pada
menggunakan kamar
rektum dan vagina.
mandi secara teratur.
c. Perineum tampak menonjol.
5. Pencegahan infeksi
d. Vulva vagina dan sfingter ani
Kala Dua Persalinan membuka.

• Kala dua persalinan adalah kala e. Meningkatnya pengeluaran

Hal. 4
lendir bercampur darah uterus atau belum ada keinginan

(JNPK-KR, 2013). meneran

2. Tanda pasti kala dua adalah : 4. Membimbing ibu untuk

a. Pembukaan serviks telah meneran

lengkap. • Jika ibu merasa ingin meneran,

b. Terlihat bagian kepala bayi bantu ibu mengambil posisi

melalui introitus vagina. yang nyaman. Bimbing ibu

untuk meneran secara efektif


3. Penatalaksanaan fisiologis kala
dan benar dan mengikuti
dua
dorongan alamiah yang terjadi.
Setelah terjadi pembukaan
Anjurkan keluarga untuk
lengkap apabila selaput ketuban
membantu dan mendukung
belum pecah maka perlu dilakukan
usahanya. Pantau kondisi ibu
tindakan amniotomi pada
dan bayi, beri cukup minum dan
persalinan.
pantau denyut jantung janin
Pada penatalaksanaan fisiologis
setiap 15 menit. Pastikan ibu
kala dua, ibu memegang kendali
dapat beristirahat di antara
dan mengatur saat meneran.
kontraksi.
Penolong hanya memberikan
• Anjurkan ibu mengubah posisi
bimbingan tentang cara meneran
secara teratur, tawarkan untuk
yang efektif dan benar.
minum dan pantau denyut
Ibu dilarang untuk meneran jika jantung janin setiap 5-10 menit.
pembukaan belum lengkap (10 Lakukan stimulasi puting
cm), dan belum muncul kontraksi payudara untuk memperkuat

kontraksi.

Hal. 5
• Jika bayi tidak lahir setelah 60 penyulit atau tahanan pada

menit pada multipara dan 120 kepala dan infeksi, tetapi hal

menit pada primigravida, rujuk tersebut tidak didukung oleh bukti-

ibu segera. bukti ilmiah.

Hal ini tidak boleh diartikan bahwa

5. Pencegahan robekan perineum episiotomi tidak diperbolehkan,

tetapi karena indikasi tertentu


Robekan spontan pada vagina
maka harus dilakukan episiotomi
dan perineum dapat terjadi saat
pada saat kelahiran bayi bila
kepala baru dilahirkan. Kejadian
didapatkan :
robekan akan meningkat jika bayi

dilahirkan terlalu cepat dan tidak a. Gawat janin dan bayi akan

terkendali. Bimbing ibu untuk segera dilahirkan dengan

meneran dan beristirahat atau tindakan.

bernafas dengan cepat pada b. Penyulit kelahiran

waktu kepala baru dilahirkan. pervaginam (sungsang,

distosia bahu, ekstraksi


Menurut JNPK-KR (2008), yang
vakum).
mengutip pendapat Enkin dan

wooley, sebelumnya episiotomi c. Jaringan parut pada

dinjurkan secara rutin yang perineum dan vagina yang

tujuannya adalah untuk memperlambat kemajuan

mencegah robekan berlebihan persalinan.

pada perineum terutama pada 6. Melahirkan kepala

ibu primigravida, membuat tepi


Saat kepala bayi membuka (5-6
luka rata sehingga mudah
cm), letakkan kain yang bersih dan
dilakukan penjahitan, mencegah

Hal. 6
kering yang dilipat 1/3 di bawah klem pada 2 tempat dengan jarak

bokong ibu dan siapkan handuk 3 cm, kemudian dipotong.

bersih di atas perut ibu (untuk


7. Melahirkan bahu
mengeringkan bayi segera setelah
a. Setelah memeriksa tali pusat,
lahir).
tunggu kontraksi berikut
Lindungi perineum dengan satu sehingga putaran paksi luar
tangan di bawah dengan kain secara spontan.
bersih dan kering, ibu jari pada
b. Letakkan tangan pada sisi kiri
salah sisi perineum dan 4 jari
dan kanan kepala bayi.
tangan pada sisi yang lain,
Minta ibu meneran sambil
sedangkan tangan yang lain pada
menekan kepala ke arah
belakang kepala bayi. Tekan
bawah dan lateral tubuh bayi
belakang kepala bayi agar posisi
hingga bahu depan
kepala tetap fleksi pada saat keluar
melewati simfisis.
secara bertahap melewati introitus
c. Setelah bahu depan lahir
dan perineum.
gerakan kepala ke atas dan
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu
leteral tubuh bayi sehingga
untuk berhenti meneran dan
bahu bawah dan seluruh
bernafas cepat. Periksa leher bayi
dada dapat dilahirkan.
apakah terlilit oleh tali pusat. Jika
8. Melahirkan seluruh tubuh bayi
ada lilitan di leher bayi cukup

longgar maka lepaskan lilitan a. Saat bahu posterior lahir,

tersebut dengan melewati kepala geser tangan bawah

bayi. Jika lilitan tali pusat sangat (posterior) ke arah perineum

erat maka jepit tali pusat dengan dan sanggah bahu dan

Hal. 7
lengan atas bayi pada saat dilakukan

tangan tersebut. Tangan pemotongan). Lakukan

(bawah posterior menopang penjepitan kedua jarak 2 cm

samping leteral tubuh bayi dari tempat jepitan pertama.

saat lahir). Satu tangan menjadi

b. Tangan atas (anterior) untuk landasan tali pusat

menelurusi dan memegang melindungi bayi, tangan

bahu, siku dan lengan yang lain memotong tali

bagian anterior. pusat.

c. Lanjutkan penelusuran dan Perawatan Bayi Baru Lahir

memegang tubuh bayi ke


1. Penilaian
bagian punggung, bokong
Segera setelah lahir, lakukan
dan kaki.
penilaian awal dengan
d. Letakkan bayi di atas kain
menjawab 2 pertanyaan :
atau handuk yang telah
a. Apakah bayi menangis dan
disiapkan pada perut ibu
bernafas tanpa kesulitan ?
dan posisikan kepala bayi
b. Apakah bayi bergerak
sedikit lebih rendah dari
dengan aktif atau lemas ?
tubuhnya.
2. Pencegahan kehilangan panas
e. Lakukan penjepitan tali

pusat dengan klem sekitar 3 Mekanisme pengaturan

cm dari pangkal pusat bayi, temperatur tubuh pada bayi baru

kemudian dorong isi tali lahir, belum berfungsi sempurna,

pusat ke arah ibu (agar oleh karena itu segera dilakukan

darah tidak terpancar pada pencegahan kehilangan panas

Hal. 8
tubuh pada bayi baru lahir agar panas tubuh yang terjadi jika

tidak mengalami hipotermi. bayi ditempatkan di dalam

Hipotermi mudah terjadi pada ruangan yang dingin akan

bayi yang tubuhnya dalam cepat mengalami

keadaan basah atau tidak segera kehilangan panas.

dikeringkan dan diselimuti c. Konduksi adalah kehilangan


walaupun berada di dalam panas tubuh melalui kontak
ruangan yang relatif hangat. langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang

dingin.
3. Mekanisme kehilangan panas
d. Radiasi adalah kehilangan
Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas yang terjadi karena
panas tubuhnya dengan cara-
bayi ditempatkan di dekat
cara berikut:
benda-benda yang
a. Evaporasi adalah jalan
mempunyai suhu tubuh
utama bayi kehilangan
lebih rendah dari suhu tubuh
panas. Kehilangan panas
bayi.
dapat terjadi karena
4. Mencegah kehilangan panas
penguapan cairan ketuban
a. Keringkan bayi dengan
pada permukaan tubuh oleh
seksama.
panas tubuh bayi sendiri

karena setelah lahir, tubuh b. Selimuti bayi dengan selimut

bayi tidak segera atau kain bersih dan hangat.

dikeringkan. c. Anjurkan ibu untuk memeluk

b. Konveksi adalah kehilangan dan menyusui bayi.

Hal. 9
d. Jangan memandikan bayi 7. Profilaksis perdarahan bayi

setidak-tidaknya 6 jam baru lahir (BBL)

setelah lahir. Semua BBL harus diberikan vitamin

e. Tempatkan bayi di K1 injeksi 1 mg intra muskuler di

lingkungan yang hangat. paha kiri sesegera mungkin.

5. Pemberian ASI Tujuannya untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi


Pemberian ASI adalah sedini
vitamin K yang dapat dialami oleh
mungkin dan eksklusif. Bayi baru
sebagian bayi baru lahir.
lahir harus mendapat ASI dalam

satu jam setelah lahir. Anjurkan

ibu untuk memeluk bayinya dan


Kala Tiga Persalinan
mencoba segera menyusukan

bayi. Persalinan kala tiga dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir


6. Pencegahan infeksi pada mata
dengan lahirnya plasenta dan
Tetes mata untuk pencegahan
selaput ketuban.
infeksi mata dapat diberikan

setelah bayi menyusu. 1. Fisiologi persalinan kala tiga

Pencegahan infeksi tersebut Pada kala tiga persalinan, otot

menggunakan salep mata uterus (miometrium) berkontraksi

tetrasiklin 1%. Salep antibiotik mengikuti penyusutan volume

tersebut harus diberikan dalam rongga uterus setelah lahirnya

waktu satu jam setelah kelahiran. bayi. Penyusutan ukuran ini

Upaya profilaksis infeksi mata menyebabkan berkurangnya

tidak efektif jika diberikan lebih dari ukuran tempat perlekatan

satu jam setelah kelahiran. plasenta, karena tempat

Hal. 10
perlekatan menjadi semakin kecil, Manajemen aktif kala tiga terdiri

sedangkan ukuran plasenta tidak dari tiga langkah utama adalah :

berubah maka plasenta akan


a. Pemberian suntikan oksitosin
berlipat, menebal dan kemudian
dalam 1 menit pertama
lepas dari dinding uterus. Setelah
setelah bayi lahir.
lepas, plasenta akan turun ke
b. Melakukan penegangan tali
bawah uterus atau ke dalam
pusat terkendali.
vagina.
c. Masase fundus uteri.
Menurut Prawihardjo (2008), kala III
2. Atonia Uteri
adalah kala Uri yaitu dimulai
Atonia uteri adalah kondisi
segera setelah bayi lahir sampai
miometrium tidak dapat
lahirnya plasenta, yang
berkontraksi dan bila ini terjadi
berlangsung tidak boleh lebih dari
maka darah yang keluar dari
30 menit. Lepasnya plasenta
bekas melekat plasenta menjadi
sudah dapat di perkirakan tanda–
tidak terkendali.
tanda di bawah ini :

Atonia uteri merupakan penyebab


➢ Uterus menjadi bundar
terbanyak perdarahan
➢ Uterus terdorong ke atas
postpartum dini sebesar 50%, dan
karena plasenta dilepas ke
merupakan alasan paling sering
segmen bawah rahim
untuk dilakukan histerektomi
➢ Tali pusat bertambah
peripartum. Kontraksi uterus
panjang
merupakan mekanisme utama
➢ Terjadi perdarahan kira-kira untuk mengontrol perdarahan
100-200 cc. setelah melahirkan (Maizar, 2011).

Hal. 11
terkendali. Bila uterus tidak

berkontraksi maka ibu bisa


Menurut pendapat JNPK-KR (2013),
kehilangan darah 350-500
dapat disimpulkan bahwa
ml/menit.
patofisiologi terjadinya atonia uteri

yaitu pada kehamilan cukup bulan Berdasarkan patofisiogis ini maka

aliran darah ke uterus sebanyak penerapan manajemen aktif kala

500-800 ml/menit. Jika uterus tiga harus sesuai standar.

tidak berkontraksi atau kontraksi Penerapan manajemen aktif kala

tidak terkoordinasi segera setelah tiga merupakan cara terbaik dan

plasenta keluar, maka sangat penting untuk mengurangi

miometrium tidak dapat menjepit kematian ibu (JNPK-KR, 2008).

anyaman pembuluh darah di

tempat implantasi plasenta

sehingga perdarahan tidak

Kala Empat Persalinan empat merupakan masa 1-2 jam

setelah melahirkan. Ibu masih


Menurut Sumarah, dkk (2009), kala
tetap harus ada di dalam kamar
IV adalah dimulai dari saat
bersalin dan tidak boleh
lahirnya plasenta sampai 2 jam
dipindahkan ke ruang nifas agar
pertama post partum. Setyorini
dapat diawasi dengan baik.
(2013), menyatakan bahwa kala

Hal. 12
1. Asuhan dan pemantauan pada setengah botol ibu

kala empat kehilangan 250 ml darah.

a. Memperkirakan kehilangan Cara tidak langsung untuk

darah mengukur jumlah kehilangan

darah melalui pemeriksaan


b. Sangat sulit untuk
tekanan darah (JNPK-KR,
memperkirakan kehilangan
2013).
darah ibu bersalin secara

tepat. Penilaian kehilangan c. Memeriksa perdarahan dari

darah sukar dilakukan perineum

karena darah seringkali Penyebab perdarahan dari

bercampur dengan cairan laserasi atau robekan

atau urin dan mungkin perineum dan vagina.

terserap handuk, kain atau Klasifikasi laserasi berdasarkan


sarung. Satu cara untuk luasnya robekan :
menilai kehilangan darah
1. Derajat satu
adalah dengan melihat
Terjadi robekan pada mukosa,
volume darah yang
komisura posterior dan kulit
terkumpul dan
perineum.
memperkirakan berapa

banyak botol 500 ml dapat 2. Derajat dua

menampung semua darah Robekan terjadi pada mukosa

tersebut. Jika darah bisa vagina, komisura posterior, kulit

mengisi dua botol, ibu telah perineum dan otot perineum.

kehilangan satu liter darah. 3. Derajat tiga

Jika darah bisa mengisi Terjadi robekan pada mukosa

Hal. 13
vagina, komisura posterior, kulit tubuh dan mencegah kehilangan

perineum, otot perineum dan darah. Penjahitan laserasi tingkat 1

otot sfingter ani. dan 2 pada perineum, jahitan

4. Derajat empat pertama kurang lebih 1 cm dari

ujung laserasi bagian atas dalam


Terjadi robekan pada mukosa
vagina dengan menggunakan
vagina, komisura posterior, kulit
jahitan jelujur hingga mencapai
perineum, otot perineum dan
bagian bawah laserasi. Arahkan
otot sfingter ani dan dinding
jarum ke atas dan teruskan
depan rectum.
penjahitan menggunakan jahitan
Tujuan menjahit laserasi adalah
jelujur untuk menutup lapisan
menyatukan kembali jaringan
subtikuler.

Hal. 14
RESUME

KALA I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga
serviks membuka lengkap
Fase Laten Fase Aktif
❖ Dimulai sejak awal kontraksi yang ❖ Frekuensi dan Kontraksi meningkat
menyebabkan penipisan dan secara bertahap. Adekuat jika terjadi ≥ 3x
pembukaan serviks dalam 10 menit dengan durasi ≥ 40 detik
❖ Berlangsung hingga serviks ❖ Dimulai dari pembukaan 4-10.
membuka <4 cm ❖ Kecepatan primigravida: 1 cm
❖ Berlangusng hampir atau hingga ❖ Kecepatan multigravida: >1-2 cm per jam
8 jam ❖ Terjadi penurunan bagian terbawah janin
KALA II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir setelah bayi lahir
Faktor yang mempengaruhi :
❖ Power = His
❖ Passage = Jalan lahir
❖ Passanger = bayi
KALA III
Dimulai setelah lahirnya bai dan berakhir dengan lahirnya plasenta
Tanda lepas plasenta :
❖ Perubahan bentuk dan tinggi uterus
❖ Tali pusat yang memanjang
❖ Semburan darah mendadak dan singkat
Prinsip :
❖ Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
❖ Penegangan tali pusat terkendali
❖ Masase fundus uteri segera setelah bayi lahir
KALA IV
❖ Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya.
❖ Selama 2 jam post partum:
❖ Pantau TD, nadi, suhu, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar
setiap 15 menit pertama selama 1 jam, 30 menit selama 1 jam kedua
❖ Masase uterus untuk membuat kontraksi menjadi baik

Hal. 15
TAHAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERDIRI DARI 58 LANGKAH

(JNPK-KR 2013)

I. Mengenali gejala dan tanda penatalaksanaan komplikasi

kala dua ibu dan bayi baru lahir. Untuk

bayi asfiksia persiapkan:


1. Mendengar dan melihat
tempat datar dan keras, 2
adanya tanda persalinan
kain dan 1 handuk bersih dan
Kala Dua
kering, lampu sorot 60 watt
a. Ibu merasa ada dorongan
dengan jarak 60 cm dari
kuat dan meneran
tubuh bayi
(desakan janin)
a. Menggelar kain di atas
b. Ibu merasakan tekanan
perut ibu dan tempat
yang semakin meningkat
resusitasi serta ganjal
pada rektum dan
bahu bayi. Menyiapkan
vaginanya.
oksitosin 10 unit dan alat
c. Perineum tampak menonjol
suntik steril sekali pakai di

d. Vulva-vagina dan sfingter dalam partus set steril

ani membuka atau DTT.

II. Menyiapkan pertolongan b. Mengenakan baju penutup

persalinan atau celemek plastik yang

2. Pastikan kelengkapan bersih

peralatan, bahan dan obat- 3. Melepaskan semua perhiasan

obatan esensial untuk yang dipakai di bawah siku.

menolong persalinan dan Mencuci kedua tangan

Hal. 16
dengan sabun dan air bersih perineum atau anus

yg mengalir dan terkontaminasi tinja,

mengeringkan tangan bersihkan dengan

dengan handuk satu kali seksama dari arah depan

pakai/handuk pribadi yang ke belakang

bersih. b. Buang kapas atau kasa

4. Memakai sarung tangan pembersih

desinfeksi tingkat tinggi atau (terkontaminasi) dalam

steril untuk semua wadah yang tersedia

pemeriksaan dalam. c. Ganti sarung tangan jika

5. Memasukkan oksitosin ke terkontaminasi

dalam tabung suntik dengan (dekontaminasi, lepaskan

memakai sarung tangan DTT dan rendam dalam

atau steril (pastikan tidak larutan klorin 0,5%).

terjadi kontaminasi pada alat 7. Lakukan pemeriksaan dalam


suntik). untuk memastikan bahwa

III. Memastikan pembukaan pembukaan sudah lengkap.

lengkap & keadaan janin baik. a. Bila selaput ketuban belum

6. Membersihkan vulva dan pecah, dan pembukaan

perineum, menyekanya sudah lengkap, maka

dengan hati-hati dari depan lakukan amniotomi.

ke belakang dengan 8. Dekontaminasi sarung


menggunakan kapas atau tangan dengan cara
kasa yang dibasahi air DTT. mencelupkan tangan yang

a. Jika introitus vagina, masih memakai sarung

Hal. 17
tangan ke dalam larutan bimbingan meneran

klorin 0,5%, kemudian 11. Beritahukan pada ibu bahwa


lepaskan dan rendam dalam pembukaan sudah lengkap
keadaan terbalik di dalam dan keadaan janin baik. serta
larutan klorin 0,5% selama 10 bantu ibu berada dalam
menit. menemukan posisi yang

9. Cuci kedua tangan setelah nyaman dan sesuai dengan

sarung tangan dilepaskan. keinginannya.

10. Periksa denyut jantung janin a. Tunggu hingga timbul

(DJJ) setelah kontraksi/saat rasa ingin meneran,

relaksasi uterus untuk lanjutkan pemantauan

memastikan bahwa DJJ kondisi dan kenyamanan

dalam batas normal (120-160 ibu dan janin (ikuti

x/menit). pedoman

a. Mengambil tindakan yang penatalaksanaan fase

sesuai jika DJJ tidak aktif) serta

normal dokumentasikan semua

temuan yang ada.


b. Mendokumentasikan

hasil-hasil pemeriksaan b. Jelaskan pada anggota

dalam, DJJ dan semua keluarga tentang

hasil-hasil penilaian serta bagaiman peran mereka

asuhan lainnya pada untuk mendukung dan

partograf. memberi semangat pada

ibu untuk meneran secara


IV. Menyiapkan ibu dan keluarga
benar.
untuk membantu proses

Hal. 18
12. Minta keluarga membantu terlentang dalam waktu

menyiapkan posisi meneran. yang lama).

(Bila ada rasa ingin meneran d. Anjurkan ibu untuk


dan terjadi kontraksi yang beristirahat diantara
kuat, bantu ibu ke posisi kontraksi.
setengah duduk atau posisi
e. Anjurkan keluarga
lain yang diinginkan dan
memberi dukungan dan
pastikan ibu merasa
semangat untuk ibu.
nyaman).
Berikan asupan cairan
13. Laksanakan bimbingan per-oral (minum) yang
meneran pada saat ibu cukup.
merasa ada dorongan kuat
f. Menilai DJJ setiap
untuk meneran :
kontraksi uterus selesai.
a. Bimbing ibu agar dapat
g. Segera rujuk jika bayi
meneran secara benar
belum atau tidak segera
dan efektif.
lahir setelah 2 jam
b. Dukung dan beri meneran pada
semangat pada saat primigravida atau setelah
meneran dan perbaiki 1 jam meneran pada
cara meneran apabila multigravida.
caranya tidak sesuai.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan,
c. Bantu ibu mengambil berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman posisi yang nyaman, jika ibu
sesuai pilihannya (kecuali belum merasa ada
posisi berbaring dorongan untuk meneran

Hal. 19
dalam 60 menit. kering. Tangan yang lain

V. Persiapan pertolongan menahan kepala bayi untuk

kelahiran bayi menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala.


15. Letakkan handuk bersih
Anjurkan ibu untuk meneran
(untuk mengeringkan bayi)
perlahan atau bernafas
di perut ibu, jika kepala bayi
cepat dan dangkal.
telah membuka vulva

dengan diameter 5-6 cm. 20. Periksa kemungkinan adanya

lilitan tali pusat & ambil


16. Letakkan kain bersih yang
tindakan yang sesuai jika hal
dilipat 1/3 bagian di bawah
itu terjadi dan segera
bokong ibu.
lanjutkan proses kelahiran
17. Buka tutup partus set dan
bayi:
perhatikan kembali
a. Jika tali pusat melilit leher
kelengkapan alat & bahan.
secara longgar, lepaskan
18. Pakai sarung tangan DTT
lewat bagian atas kepala
pada kedua tangan.
bayi.
VI. Persiapan pertolongan
b. Jika tali pusat melilit leher
kelahiran bayi.
secara kuat, klem tali
19. Setelah tampak kepala bayi
pusat di dua tempat, dan
dengan diameter 5-6 cm
potong diantara dua klem
membuka vulva maka
tersebut.
lindungi perineum dengan
21. Tunggu kepala bayi
satu tangan yang dilapisi
melakukan paksi luar secara
dengan kain bersih dan
spontan

Hal. 20
22. Setelah kepala melakukan (masukkan telunjuk diantara

putaran paksi luar, pegang kaki dan pegang masing-

secara biparental, anjurkan masing mata kaki dengan

ibu untuk meneran saat ibu jari dan jari-jari lainnya).

kontraksi. Dengan lembut VII. Penanganan bayi baru lahir


gerakkan kepala ke arah
25. Lakukan penilaian (selintas)
bawah dan distal hingga
a. Apakah bayi menangis
bahu depan muncul di
kuat dan atau bernafas
bawah arkus pubis dan
tanpa kesulitan?
kemudian gerakkan arah
b. Apakah bayi bergerak
atas dan distal untuk
dengan aktif?
melahirkan bahu belakang.

Jika bayi tidak menangis,


23. Setelah kedua bahu lahir,
tidak bernafas atau
geser tangan bawah ke arah
mengap-mengap lakukan
perineum ibu untuk
langkah resusitasi (lanjut ke
menyanggah kepala, lengan
langkah resusitasi pada
dan siku sebelah bawah.
asfiksia bayi baru lahir).
Gunakan tangan atas untuk

menelusuri & memegang 26. Keringkan tubuh bayi

lengan dan siku sebelah atas. a. Keringkan bayi mulai dari

24. Setelah tubuh dan lengan muka, kepala, dan bagian

lahir, penelusuran tangan tubuh lainnya kecuali

atas berlanjut ke punggung, bagian tangan tanpa

bokong, tungkai dan kaki. membersihkan verniks.

Pegang kedua mata kaki b. Ganti handuk basah

Hal. 21
dengan handuk atau kain 31. Pemotongan dan pengikatan

yang kering. Biarkan bayi tali pusat

di atas perut ibu. a. Dengan satu tangan,

27. Periksa kembali uterus untuk pegang tali pusat yang

memastikan tidak ada lagi telah dijepit (lindungi

bayi dalam uterus (hamil perut bayi), lakukan

tunggal). pengguntingan tali pusat

28. Beritahu ibu bahwa ia akan di antara 2 klem.

disuntik oksitosin agar uterus b. Ikat tali pusat dengan

berkontraksi baik. benang DTT atau steril

29. Dalam waktu 1 menit setelah pada satu sisi kemudian

bayi lahir, suntikkan oksitosin melingkarkan kembali

10 unit IM (intramuskuler) di benang tersebut dan

1/3 paha atas bagian distal mengikatnya dengan

lateral (lakukan aspirasi simpul kunci pada sisi

sebelum menyuntikkan lainnya.

oksitosin) c. Lepaskan klem dan

30. Setelah 2 menit pasca masukkan dalam wadah

persalinan, jepit tali pusat yang telah disediakan.

dengan klem kira-kira 3 cm 32. Letakkan bayi agar ada

dari pusat bayi. Mendorong kontak kulit ibu ke kulit bayi.

isi tali pusat ke arah distal Letakkan bayi tengkurap di


(ibu) dan jepit kembali tali dada ibu. Luruskan bahu bayi
pusat 2 cm bagian distal dari sehingga bayi menempel di
klem pertama. dada/perut ibu. Usahakan

Hal. 22
kepala berada diantara uteri). Jika plasenta tidak

payudara ibu dengan posisi lahir setelah 30-40 detik,

lebih rendah dari puting hentikan penegangan tali

payudara ibu. pusat dan tunggu hingga

33. Selimuti ibu dan bayi dengan timbul kontraksi berikutnya

kain hangat dan pasang topi dan ulangi prosedur di atas.

di kepala bayi. a. Jika uterus tidak segera

VIII. Penatalaksanaan aktif berkontraksi, minta ibu

persalinan kala tiga atau anggota keluarga

untuk melakukan
34. Pindahkan klem pada tali
stimulasi puting susu.
pusat sekitar 5-10 cm dari

vulva. 37. Lakukan penegangan dan

dorongan dorso-kranial
35. Letakkan satu tangan di atas
hingga plasenta terlepas,
kain pada perut ibu, di tepi
minta ibu meneran sambil
atas simfisis untuk
penolong menarik tali pusat
mendeteksi, sedangkan
dengan arah sejajar lantai
tangan lain memegang tali
dan kemudian ke arah atas,
pusat.
mengikuti poros jalan lahir
36. Setelah uterus berkontraksi,
(tetap lakukan tekanan
tegangkan tali pusat ke arah
dorso-kranial).
bawah sambil tangan yang
a. Jika tali pusat bertambah
lain mendorong uterus ke
panjang, pindahkan klem
arah belakang atas (dorso-
hingga berjarak sekitar 5-
kranial) secara hati-hati
10 cm dari vulva dan
(untuk mencegah inversio

Hal. 23
lahirkan plasenta. plasenta hingga selaput

b. Jika plasenta tidak lepas ketuban terpilin, kemudian

setelah 15 menit lahirkan dan tempatkan

menegangkan tali pusat: plasenta pada wadah yang

telah disediakan.
1. Berikan dosis ulangan

oksitosin 10 unit IM. a. Jika selaput ketuban

robek, pakai sarung


2. Lakukan kateterisasi
tangan DTT atau steril
(aseptik) jika kandung
untuk melakukan
kemih penuh.
eksplorasi sisa selaput
3. Minta keluarga untuk
kemudian gunakan jari-
menyiapkan rujukan.
jari tangan atau klem DTT
4. Ulangi penegangan tali
untuk mengeluarkan
pusat selama 15 menit
bagian selaput yang
berikutnya.
tertinggal.

5. Jika plasenta tidak lahir


39. Segera setelah plasenta &
dalam 30 menit
selaput ketuban lahir,
setelah bayi lahir atau
lakukan masase uterus,
bila terjadi perdarahan,
letakkan telapak tangan di
segera lakukan
fundus dan lakukan masase
plasenta manual.
dengan gerakan melingkar

38. Saat plasenta muncul di dengan lembut hingga

introitus vagina, lahirkan uterus berkontraksi (fundus

plasenta dengan kedua teraba keras).

tangan. Pegang dan putar

Hal. 24
IX. Menilai perdarahan a. Sebagian besar bayi akan

40. Periksa kedua sisi plasenta berhasil melakukan

baik bagian ibu maupun bayi inisiasi menyusu dini

pastikan selaput ketuban dalam waktu 30-60 menit.

lengkap & utuh. Masukkan Menyusu pertama

plasenta ke dalam kantung biasanya berlangsung

plastik atau tempat khusus. sekitar 10-15 menit. Bayi

cukup menyusu dari satu


41. Evaluasi kemungkinan
payudara.
laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan b. Biarkan bayi berada di

penjahitan bila laserasi dada ibu selama 1 jam

menyebabkan perdarahan. walaupun bayi sudah

Bila ada robekan yang berhasil menyusu.

menimbulkan perdarahan 44. Setelah satu jam, lakukan

aktif, segera lakukan penimbangan/pengukuran

penjahitan. bayi, beri tetes mata

X. Melakukan prosedur pasca antibiotik profilaksis dan

persalinan vitamin K1 1 mg intramuskular

di paha kiri anterolateral.


42. Pastikan uterus berkontraksi

dengan baik dan tidak terjadi 45. Setelah satu jam pemberian

perdarahan per vaginam. vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha


43. Biarkan bayi tetap
kanan anterolateral.
melakukan kontak kulit ke

kulit di dada ibu paling sedikit a. Letakkan bayi di dalam

1 jam. jangkauan ibu agar

Hal. 25
sewaktu-waktu bisa menangani antonia uteri.

disusukan. 47. Ajarkan ibu / keluarga cara

b. Letakkan kembali bayi melakukan masase uterus

pada dada ibu bila bayi dan menilai kontraksi.

belum berhasil menyusu 48. Evaluasi dan estimasi jumlah


di dalam satu jam kehilangan darah.
pertama dan biarkan
49. Memeriksa nadi ibu &
sampai bayi berhasil
keadaan kandung kemih
menyusu.
setiap 15 menit selama 1 jam
46.Lanjutkan pemantauan pertama pasca persalinan
kontraksi & mencegah dan setiap 30 menit selama
perdarahan pervaginam jam kedua pasca persalinan.

a. 2-3 kali dalam 15 menit a. Memeriksa temperatur


pertama pasca tubuh ibu setiap jam
persalinan selama 2 jam pertama

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan.

pertama pasca b. Melakukan tindakan yang


persalinan sesuai untuk temuan yang

c. Setiap 20-30 menit pada tidak normal.

jam kedua pasca 50. Periksa kembali bayi untuk


persalinan pastikan bahwa bayi

d. Jika uterus tidak bernafas dengan baik (40-60

berkontraksi dengan baik, kali/menit) serta suhu tubuh

maka lakukan asuhan normal (36,5 – 37,5 0C).

yang sesuai untuk

Hal. 26
51. Tempatkan semua peralatan keluarga untuk memberi ibu

bekas pakai dalam larutan minuman dan makanan

klorin 0,5% untuk yang diinginkannya.

dekontaminasi (10 menit). 55. Dekontaminasi tempat


Cuci dan bilas peralatan bersalin dengan larutan
setelah didekontaminasi. klorin 0,5%.

52. Buang bahan-bahan yg 56.Celupkan sarung tangan


terkontaminasi ke tempat kotor ke dalam larutan klorin
sampah yang sesuai. 0,5%, balikkan bagian dalam

53. Bersihkan ibu dengan ke luar dan rendam dalam

menggunakan air DTT. larutan klorin 0,5% selama 10

Bersihkan sisa cairan menit.

ketuban, lendir dan darah. 57. Cuci kedua tangan dengan


Bantu ibu memakai pakaian sabun dan air mengalir.
yang bersih dan kering.
58. Lengkapi partograf
54. Pastikan ibu merasa (halaman depan dan
nyaman. Bantu ibu belakang), periksa tanda
memberikan ASI. Anjurkan vital dan asuhan kala IV.

Hal. 27
02 Perawatan Postpartum

Postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau

tali pusat sampai minggu ke enam pascapersalinan, setelah saluran

reproduksi kembali pada keadaan yang normal seperti pada saat sebelum

hamil (Marmi, 2012).

Periode Masa Postpartum

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan

karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,

tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah memiliki keinginan

untuk merawat dirinya dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk

melakukan perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat

pada semua sistem tubuh.

c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

Hal. 28
sehari-hari serta konseling KB.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus

Uteri).

Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Hari

Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gr

Plasenta lahir Dua jari di bawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr

2 minggu Tak teraba di aras symphysis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Kembali norma; 30 gr

Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau

amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap

perempuan. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya

infeksi.

Hal. 29
a. Lokhea rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium.

b. Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

c. Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,

leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7

sampai hari ke-14.

d. Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir

serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat

berlangsung selama 2-6 minggu post partum

Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang

sangat besar selama proses persalinan. Setelah 3 minggu, vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

Hal. 30
Perubahan Perineum

Perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

bayi yang bergerak maju. Pada postpartum hari ke-5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,

hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk

buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah

terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah

mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis

selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok (diuresis).

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah

yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga

akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis,

serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-

angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna

Hal. 31
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah

bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada

penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah

kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga

sampai kelima postpartum.

6. Perubahan Tanda-tanda Vital

a. Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50

– 380C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan

menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena

ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya

infeksi pada endometrium.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut

nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang

melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi

atau perdarahan postpartum.

c. Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah

Hal. 32
akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

Tekanan darah tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya

preeklampsi postpartum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran

nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

Hal. 33
Perubahan Psikologis Masa Nifas

Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu

sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik

yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang

tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal

tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan

psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis.Hal

ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan

harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati

fase ini dengan baik.

Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai

perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang

marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan

moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.m Ibu akan lebih

percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang

Hal. 34
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih

mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami

dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu.

Perawatan Masa Nifas

• Memelihara Kebersihan Perseorangan (Personal Hygiene)

• Perawatan perinemun, prinsip-prinsip dasarnya bersifat universal

yaitu mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut

pada jaringan yang terkena trauma dan membersihkan semua

keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau

• Perawatan Payudara. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap

hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini

akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan

mencegah masuknya bakteri.

• Mobilisasi dini dan senam nifas. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi

dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan

normal, bermanfaat untuk mempertahankan fungsi tubuh,

memperlancar peredaran darah sehingga mencegah terjadinya

tromboemboli, membantu pernafasan menjadi lebih baik,

mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi, dan

mengembalikan aktivitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan

gerak harian.

Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga

hari kesepuluh, jika kondisi ibu sudah benar-benar pulih dan tidak ada

Hal. 35
komplikasi.

MANAJEMEN LAKTASI

http://www.idai.or.id

Hal. 36
Air susu ibu dan hormon prolaktin

Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf

sensoris disekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian

depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran

darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik

ASI) menghasilkan ASI.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin

banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin

banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin

sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka

payudara akan berhenti menghasilkan ASI.

Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis.

Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang

oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara

yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan

memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang

ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.

Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini

menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin

sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi

menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi

mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Efek penting oksitosin lainnya

Hal. 37
adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini

membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan

nyeri.

Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin

➢ Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.

➢ Celotehan atau tangisan bayi

➢ Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi

ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan

memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu

pekerjaan rumah tangga

➢ Pijat bayi

Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin

➢ Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung

➢ Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk

tubuhnya, meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi.

➢ Rasa sakit terutama saat menyusui

Hal. 38
Keberhasilan menyusui

➢ Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama

dalam 1 jam pertama (inisiasi dini)

➢ Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi

bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu

formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan

proses menyusui.

➢ Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia

akan melepaskan puting dengan sendirinya.

Keterampilan menyusui

➢ ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat

mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan

menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi

pada payudara yang tepat.

➢ Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi

berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan

perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi

badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara

ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat

posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

➢ Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus

menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan

badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya

Hal. 39
pada bahu dan leher).

➢ Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi

terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan

cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi).

➢ Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan

cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak

mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah

yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar

keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat

di bawah bibir atas bayi.

Posisi tubuh yang baik dapat dilihat sebagai berikut :

➢ Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

➢ Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

➢ Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi

membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

➢ Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik

➢ Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

➢ Pegang belakang bahu jangan kepala bayi

➢ Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku

Hal. 40
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik

➢ Dagu menyentuh payudara

➢ Mulut terbuka lebar

➢ Bibir bawah terputar keluar

➢ Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian

bawah

➢ Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik :

➢ Dagu tidak menempel pada payudara

➢ Mulut bayi tidak terbuka lebar- Bibir mencucu/ monyong

➢ Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI

oleh lidah

➢ Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat

➢ Terasa sakit pada puting

Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui

➢ Bayi datang dari arah bawah payudara

➢ Hidung bayi berhadapan dengan puting susu

➢ Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara

(titik pertemuan)

Hal. 41
➢ Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi

➢ Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang

tidak ada tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah

yang lembut

➢ Putting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian dot panjang yang terbentuk

dari jaringan payudara

Cara bayi mengeluarkan ASI

➢ Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltik lidah menekan

gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang

masuk kedalam mulut

➢ Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan

dot buatan ke atas langit-langit

➢ Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga

bayi mudah memeras ASI

Berapa lama sebaiknya bayi menyusui ?

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi

menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih.

Hal. 42
Berapa sering bayi menyusu dalam sehari ?

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih

dari 8 kali dalam 24 jam.

Bagaimana menilai kecukupan ASI?

➢ Asi akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

➢ Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang

tidak pekat dan bau tidak menyengat

➢ Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah

melebihi berat lahir pada usia 2 minggu

➢ Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari

payudara ibu

Hal. 43
03 Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (Kontrasepsi)

Jenis Metode Kontrasepsi

1. Kontrasepsi sederhana

a. Tanpa alat (KB Alamiah) -> Menghitung Kalender Masa Subur, coitus

interruptus

• Menghitung kalender masa subur

Metode perhitungan kalender ini dilakukan dengan cara mencatat

masa subur setiap bulan dan menghindari hubungan seks di masa

tersebut. Wanita bisa menentukan masa subur atau ovulasinya

dengan cara memeriksa suhu tubuh dan melihat perubahan cairan

vagina.

Kelebihan : tidak memerlukan biaya, alat, maupun obat-obatan

Kekurangan :

• Harus membatasi hubungan seks selama beberapa hari

• Sering terjadi kesalahan dalam perhitungan masa subur, sehingga

peluang untuk hamil tetap ada

• Tidak cocok untuk wanita dengan siklus haid tidak teratur

• Menarik penis keluar sebelum ejakulasi (coitus interuptus)

Mencegah kehamilan dengan menarik penis keluar sebelum ejakulasi

Hal. 44
saat melakukan penetrasi.

Kelebihan : sangat efektif dengan tingkat kegagalan 4%

Kekurangan :

• Sulit dilakukan bila pasangan kerap mengalami ejakulasi dini

• Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual

b. Dengan alat

Mekanis : Kondom pria, barrier intra-vaginal (seperti diafragma, kap

serviks, kondom perempuan).

Kondom Pria :

Kelebihan :

• Harga terjangkau

• Praktis dan mudah digunakan

• Dapat mencegah dari penyakit menular seksual

• Mudah diperoleh di toko atau apotek

Kekurangan :

• Tingkat kegagalan mencapai 15%, terutama jika penggunaan

kondom kurang tepat

• Hanya bisa digunakan sekali dan harus diganti setelah ejakulasi.

Hal. 45
Kondom Wanita

Kondom wanita berbentuk plastik yang berfungsi untuk menyelubungi

vagina. Terdapat cincin plastik di ujung kondom, sehingga posisinya

mudah disesuaikan. Kondom wanita tidak dapat digunakan

bersamaan dengan kondom pria.

Kelebihan :

• Memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual

• Menjaga suhu tubuh lebih baik daripada kondom pri

Kekurangan :

• Kurang efektif daripada kondom pria

• Muncul bunyi yang mengganggu saat digunakan

• Hanya sekali pakai

• Tingkat kegagalan mencapai 21%

Diafragma

Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari karet

berbentuk kubah. Alat kontrasepsi ini ditempatkan di mulut rahim

sebelum berhubungan seksual dan umumnya digunakan bersama

dengan spermisida.

Kelebihan : harganya terjangkau

Kekurangan :

• Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

Hal. 46
seksual

• Tingkat kegagalan mencapai 16%, terutama jika tidak dikenakan

dengan tepat

• Pemasangan harus dilakukan dokter

• Harus dilepas saat haid

Cervical cap

Cervical cap berbentuk seperti diafragma, tetapi memiliki ukuran lebih

kecil. Alat kontrasepsi ini umumnya digunakan bersama dengan

spermisida dan berfungsi untuk menutup jalan sperma masuk ke

rahim.

Kelebihan :

• Harga terjangkau

• Bisa digunakan hingga 2 kali

Kekurangan :

• Tingkat kegagalan mencapai 30% pada wanita yang sudah

memiliki anak dan 15% bagi yang belum memiliki anak

• Pemasangan perlu dilakukan oleh dokter

• Harus dilepas saat haid

• Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual

Kimiawi : Sepermisid (vaginal cream)

Hal. 47
Spermisid adalah produk kontrasepsi yang digunakan di dalam

vagina sebelum berhubungan seksual. Produk ini berbentuk jeli, krim,

membran, atau busa yang mengandung bahan kimia untuk

membunuh sperma.

Kelebihan :

• Harga terjangkau

• Mudah digunakan

Kekurangan :

• Beberapa jenis spermisida perlu diaplikasikan 30 menit sebelum

berhubungan seksual

• Risiko terjadi iritasi pada organ intim bila terlalu sering digunakan

• Penggunaannya perlu disertai dengan alat kontrasepsi lain,

misalnya kondom

• Tingkat kegagalan mencapai 29%

2. Metode Modern

Kontrasepsi hormonal :

1. Per Oral : Pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning after pil

➢ Diminum setiap hari 1 tablet

Kelebihan :

• Tingkat efektivitas tinggi dengan persentase kegagalan hanya

sekitar 8%

Hal. 48
• Haid menjadi lancar dan kram berkurang saat haid, tetapi ada

pula jenis pil KB yang dapat menghentikan haid

Kekurangan :

• Tidak dapat mencegah penyakit menular seksual

• Dapat menimbulkan efek samping, seperti naiknya tekanan darah,

pembekuan darah, keluarnya bercak darah, dan payudara

mengeras

• Tidak cocok untuk wanita dengan kondisi medis tertentu, seperti

penyakit jantung, gangguan hati, kanker payudara dan kanker

rahim, migrain, serta tekanan darah tinggi

➢ Disarankan bagi akseptor yang masih ingin memilki anak,

mengalami perdarahan haid yang banyak dan nyeri, anemia,

bagi ibu yang disiplin dan tidak mudah lupa.

➢ Tidak disarankan: Tidak menyukai pil, pelupa, bertempat tinggal

jauh dari klinik penyedia pil KB.

➢ Tidak boleh digunakan oleh :

• Berumur lebih dari 35 tahun dan merokok

• Bertubuh sangat gemuk

• Menderita tekanan darah tinggi

• Menderita kencing manis (diabetes)

• Menyusui kurang dari 6 minggu

• Menderita penyakit jantung, pembekuan darah atau kanker

Hal. 49
• Menderita migrain

• Menderita kelainan fungsi hati, seperti gangguan pada mata

atau kulit kelihatan kuning.

2. Injeksi atau suntikan

Suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon

progestin dan mampu menghentikan terjadinya ovulasi. Berdasarkan

periode penggunaannya, ada dua jenis suntik KB, yaitu suntik KB 3

bulan dan 1 bulan.

Kelebihan :

• Lebih efektif dan praktis dari pil KB

• Tingkat kegagalan pada suntik KB 1 bulan bisa kurang dari 1% jika

digunakan dengan benar

Kekurangan :

• Harga relatif mahal

• Perlu kunjungan secara rutin ke dokter atau bidan setiap bulannya

• Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual

• Dapat menyebabkan efek samping, seperti keluarnya bercak

darah

• Siklus menstruasi menjadi tidak teratur

• Tidak dianjurkan untuk digunakan pada wanita yang memiliki

Hal. 50
riwayat penyakit migrain, diabetes, sirosis hati, stroke, dan

serangan jantung

• Efek samping pusing, payudara membesar dan nyeri,

terganggunya haid.

3. Sub Kutis (Implant)

Terdiri dari 2 tabung silastik, bekerja dengan cara mengeluarkan

hormon progestin secara perlahan yang berfungsi mencegah

kehamilan selama 3 tahun.

Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara dimasukkan ke bagian

bawah kulit, biasanya lengan bagian atas.

Keuntungan :

• Bisa dipakai selama 3 tahun, tidak mengganggu ASI, tidak

mempengaruhi TD

• Sangat efektif dengan tingkat kegagalan kurang dari 1%

• Tahan lama hingga 3 tahun

Kekurangan :

• Biaya relatif mahal

• Siklus menstruasi menjadi tidak teratur

• Risiko memar dan bengkak pada kulit di awal pemasangan

• Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual

Hal. 51
• Efek Samping: Gangguan haid, perdarahan di luar haid, rasa pegal

pada tempat pemasangan

• Tidak disarankan bagi: Penderita DM, kelainan jantung, kelainan

fungsi hati, penderita hipertensi, menyusui kurang dari 6 minggu,

ibu yang mengalami perdarahan per vaginam yang tidak

diketahui penyebabnya, ibu yang diduga hamil, penderita

tumor/keganasan

4. AKDR/IUD/Spiral

➢ AKDR adalah singkatan dari alat kontrasepsi dalam rahim atau

dikenal juga dgn nama IUD (Intra Uterine Devices) dan spiral.

Terbuat dari plastik atau plastik dan tembaga, diletakkan di dalam

rahim.

➢ AKDR mencegah pertemuan sperma dengan Ovum. Jenis: Lipper

Loop, Multi Load (ML Cu), Copper-T, Copper-7

➢ Lama Pemakaian: MLCu, Copper-T dan Copper-7 dipakai selama 2

- 3 tahun. Ada juga dipakai selama 8 -10 tahun

➢ Keuntungan Pemakian AKDR :

• Sangat efektif, praktis

• Bisa dipakai dlm jangka waktu lama

• Tidak terganggu faktor lupa

• Tidak mengganggu ASI

Hal. 52
➢ Kekurangan IUD

• IUD dari tembaga dapat menyebabkan haid tidak lancer

• Risiko bergeser dan keluar dari tempatnya

• Biaya mahal

➢ Efek Samping :

• Mules

• Haid tidak teratur

• Haid berlangsung lama

• Pendarahan ringan, munculnya bercak darah pada 3–6 bulan

pertama pemakaian

• Kadang-kadang bisa menyebabkan infeksi rongga panggul

➢ AKDR disarankan untuk: Ibu yang ingin memakai KB dengan cara

praktis, ibu yang ingin menyusui, tidak ingin mempunyai anak

dalam waktu dekat (menjarangkan kelahiran).

➢ AKDR tidak boleh dipakai oleh :

• Belum pernah melahirkan, serta adanya perkiraan sedang hamil.

• Menderita infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk

penderita penyakit kelamin.

• Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan

yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim,

dan kanker rahim.

• Kontra Indikasi: KPD, Infeksi intrapartum, Perdarahan postpartum

Hal. 53
Catatan untuk penggunaan kontrasepsi hormonal :

Penderita varises tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi

hormonal terutama hormon esterogen. Karena dengan penggunaan alat

kontrasepsi hormonal ini dapat menyebabkan keluhan varises semakin

memberat.

Modern Nonhormonal

5. Kontrasepsi mantap (Tubektomi, Vasektomi)

➢ Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

perempuan yang mengakibatkan perempuan tersebut tidak akan

mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan Tubektomi:

Kehamilan berisiko tinggi pada perempuan dengan usia di atas 40

tahun.

➢ Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan

demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka

tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Faktor

yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah

kesukarelaan dari akseptor.

➢ Sterilisasi sebaiknya tidak dilakukan kepada perempuan yang

belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan

perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan

yang masih ragu menerima sterilisasi.

Hal. 54
Keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya,

untuk usia istri 25--30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau

lebih.

Health Promotion

➢ Dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat, sebaiknya calon akseptor

diberi penjelasan tentang keuntungan dan kerugian masing-masing

alat kontrasepsi, sehingga diharapkan dapat memperkecil terjadi

kehamilan serta mengurangi efek samping dari alat kontrasepsi

tersebut.

➢ Untuk peningkatan dan perluasan pelayanannya, keluarga berencana

dapat dimasukkan ke dalam pelayanan kesehatan reproduksi serta

pelayanan kesehatan primer yang lain agar tanggap terhadap seluruh

kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan. Di dalam suatu program

yang terintegrasi, harus terdapat metode kontrasepsi yang dapat

diterima, aman, dan efektif serta dapat dipakai perempuan pada

berbagai tahap kehidupan reproduksi.

➢ Metode kontrasepsi juga harus dapat diterima secara seksual maupun

sosial tanpa adanya pengaruh negatif terhadap kesehatan dan

kesejahteraan secara umum.

Hal. 55

Anda mungkin juga menyukai