Anda di halaman 1dari 10

Mata kuliah : HIV/AIDS

Dosen MK : Ns. Dewi Nurviana Suharto, S.Kep,M.Kep.Sp.KMB

MAKALAH
Kebutuhan Dasar Menurut Teori Abraham Maslow

Di Susun oleh :

Vita Fadila
Suhardian
Eka Yulia Praditasari
NurFajrin
Cahya Farhani Alias
Dwi Sintia

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D4 RPL AHLI JENJANG KEPERAWATAN POSO

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah "HIV/AIDS".

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dewi nurviana Suharto
selaku dosen pengampuh mata kuliah. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan kami sebagai penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua teman-teman yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kekurangan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar manusia,
bahwa kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang.
Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah
(relatif) terpuaskan. Kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis
(physiological needs), kebutuhan keamanan (safety needs), kebutuhan dimiliki dan
cinta (belonging and love needs), kebutuhan harga diri (self esteem needs),
kebutuhan aktualisasi (self actualization needs). Berdasarkan penelitian dari
(Virgiani, 2019) bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa konsep diri orang dengan
gangguan HIV AIDS (ODHA) positif dengan hasil penelitian sebanyak 99 responden
(52,7%). Dan factor yang mempengaruhi hal tersebut adalah penampilan fisik. Pada
penelitian ini juga digambarkan bahwa sikap individu terhadap tubuhnya
mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak,
gemuk atau tidak, dan sebagainya. Pada pasien HIV/AIDS dibutuhkan juga
kebutuhan spiritual nya dikarenakan pasien HIV/AIDS memiliki kecenderungan
putus asa. Menurut penelitian (Prasojo, 2017) menyatakan bahwa peran spiritualitas
yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan, menghargai hidup pasca diagnosis
HIV/AIDS, membutuhkan dukungan dari orang terdekat, dan mempunyai harapan
untuk hidup yang lebih baik di masa depan. Dan hasil penelitian yang dilakukan
(Pasien et al., 2018) yaitu membahas mengenai dukungan keluarga dalam bentuk
emosional dan spiritual, cara mendekatkan diri kepada Tuhan serta harapan terhadap
kehidupan. Citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan
menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga
harga dirinya akan meningkat.(Virgiani,2019)

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja penegertian dari teori Abraham Maslow.
2. Mengidentifikasi kebutuhan dasar menurut teori Abraham Maslow.
3. Bagaimana mengindentifikasi pemenuhan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
pasien ODHA.
4. Menguraiakn teori berdasarkan kebutuhan perawatan dasar yang diberikan
pada pasien HIV/AIDS.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian apa saja menurut teori Abraham Maslow
2. Untuk mengetahui kebutuhan dasar menurut teori Abraham Maslow.
3. Untuk mengetahui bagaimana mengindentifikasi pemenuhan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan pasien ODHA.
4. Untuk mengetahui perawatan dasar apa saja yang diberikan pada pasien
HIV/AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI

1. Konsep Kebutuhan Dasar Berdasarakan Teori Abraham Maslow


Membaca pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan, tidak bisa lepas dari
teori motivasi yang menjadi landasannya. Ada tujuh belas konsep dasar yang
digunakan Maslow dalam memahami manusia secara menyeluruh di antaranya
adalah: Pertama, manusia adalah individu yang terintegrasi penuh. Kedua,
karakteristik dorongan atau kebutuhan yang muncul tidak bisa dilokasikan pada
satu jenis kebutuhan tertentu. Ketiga, kajian tentang motivasi harus menjadi
bagian dari studi tentang puncak tujuan manusia. Keempat, teori motivasi tidak
dapat mengabaikan tentang kehidupan bawah sadar. Kelima, keinginan yang
mutlak dan fundamental manusia adalah tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya.
Keenam, keinginan yang muncul dan disadari, seringkali merupakan pencetus dari
tujuan lain yang tersembunyi. Ketujuh, teori motivasi harus mengasumsikan
bahwa motivasi adalah konstan dan tidak pernah berakhir, dan masih ada
beberapa konsep dasar lainnya.
Teori motivasi Maslow ini berguna untuk memberikan argumen yang kuat
dalam penggunaan struktur kebutuhan sebagai penggerak motivasi manusia
secara menyeluruh. Inilah yang menjadi ciri khas pemikiran Maslow sebelum ada
filsafat manusia sebelumnya. Yaitu tentang kebutuhan manusia. Struktur teori
Maslow yang menyeluruh dibangun atas landasan hierarki kebutuhan yang lain.
15
Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan yaitu:
a. Kebutuhan fisik (physiological needs)
Kebutuhan fisik adalah yang paling mendasar dan paling mendominasi
kebutuhan manusia. kebutuhan ini lebih bersifat biologis seperti oksigen,
makanan, air dan sebagainya. Pemikiran Maslow akan kebutuhan fisik ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasca Perang Dunia II. Saat itu, manusia
berada dalam kondisi yang begitu memilukan. Salah satunya adalah
dilandanya kelaparan. Oleh karena itu, Maslow menganggap kebutuhan fisik
adalah yang utama melebihi apapun.
b. Kebutuhan akan rasa aman ( Safety needs)
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan cenderung
mencari rasa aman, bisa berupa kebutuhan akan perlindungan,
kebebasan dari rasa takut, kekacauan dan sebagainya. Kebutuhan
ini bertujuan untuk mengembangkan hidup manusia supaya
menjadi lebih baik.
c. Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and
love Needs)
Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan
cenderung mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan
dipahami oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama
dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya, Maslow menegaskan,
kebutuhan akan seks justru dikategorikan sebagai kebutuhan fisik.
Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam hidup,
manusia tidak bisa terlepas dari sesama.
d. Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs),
Setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi
naluri manusia untuk bisa dihargai oleh sesama bahkan
masyarakat. Maslow mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi
dua bagian yaitu, Pertama lebih mengarah pada harga diri.
Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu mencapai sesuatu yang
memadai, memiliki keahlian tertentu menghadapi dunia, bebas dan
mandiri. Sedangkan kebutuhan yang lainnya lebih pada sebuah
penghargaan. Yaitu keinginan untuk memiliki reputasi dan
pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan dari orang lain).
Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara psikologis berupa rasa
percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).16


Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia
setalah kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi
diri ini berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti
perubahan persepsi, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan
berkembang.
Dengan kelima hierarki kebutuhan itulah yang menjadi struktur kunci Maslow
dalam menjelaskan manusia. Konsep fundamental dari pendirian teori Maslow
adalah:
1) Manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
2) Menurutnya, kebutuhan juga bersifat psikologis, bukan semata- mata fisiologis.
Sebab, kebutuhan inilah yang menjadi inti dari kodrat manusia.

A. Identifikasi emenuhan Dasar Kebutuhan Pada Pasien HIV/AIDS

B. EVIDANCE BASED

Aktualisasi Diri
Berdasarkan penelitian dari (Virgiani, 2019) bahwa hasil penelitian menunjukan
bahwa konsep diri orang dengan gangguan HIV AIDS (ODHA) positif dengan hasil
penelitian sebanyak 99 responden (52,7%). Dan factor yang mempengaruhi hal
tersebut adalah penampilan fisik. Pada penelitian ini juga digambarkan bahwa Sikap
individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya
perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya. Citra tubuh harus
realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan
lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat.
(Virgiani,2019)
Dukungan sosial berperan sebagai penguat dan penolong. Dukungan yang paling
dibutuhkan adalah seseorang yang mau mendengarkan, dan memahami tanpa
berprasangka dan membedakan. Selain itu, kebutuhan lain adalah kebutuhan untuk
merasa aman dan dihargai. Kebutuhan lain yang diperlukan adalah kebutuhan
instrumental seperti kebutuhan inanasial dan kebutuhan akan informasi. (Rahmatika
Kurnia Romadhani, 2017).
Kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging and love needs),
Menurut Penelitian dari (Prasojo, 2017) Dukungan dan support yang tersedia di
lingkungan sekitar subjek akan membantu subjek menghadapi penyakitnya. Sebagian
besar subjek mengungkapkan mereka mendapatkan dukungan dari orang-orang
terdekat. Dukungan yang sangat berarti diperoleh dari keluarga.
Berdasarkan penelitian dari (Muhid et al., 2022) memaparkan bahwa dukungan
sosial mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas hidup ODHA. Dimana ketika
individu yang terinfeksi HIV/AIDS tidak mendapatkan dukungan sosial yang baik,
dapat mempengaruhi kualitas hidup ODHA. Untuk meningkatkan kualitas hidup pada
individu yang positif HIV/AIDS diperlukan adanya orang-orang berada disekitarnya
agar merasa diperhatikan, tidak merasa kesepian, dan dapat menjalankan
kehidupannya.
Pendukung sebaya juga sangat bermanfaat untuk keberlangsungan hidup pasien
HIV/AIDS. Melalui peranan Pendukung Sebaya, para ODHA dampingan terbangun
kepercayaan dirinya sehingga mereka merasa didengar, diperhatikan ‘ orang lain.
Melalui penghargaan yang diberikan Pendukung Sebaya, ODHA merasa termotivasi,
merasa dihargai, sehingga dapat terus melakukan perilaku positif dalam yaitu secara
rutin mengonsumsi ARV. Para ODHA juga mendapatkan bantuan dalam mengakses
berbagai layanan pengobatan ARV, sehingga dapat terus menjalani pengobatan
sepanjang hidupnya. (Fitriani et al., 2020)

Anda mungkin juga menyukai