Anda di halaman 1dari 17

Artikel

BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN


KHULAFAUR RASYIDIN
USMAN BIN AFFAN r.a & ALI BIN ABI THALIB

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

JULIA ROSITA
NIM : 112023027

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN 1


A. USMAN BIN AFFAN r.a ......................................................................... 1
1. Proses Pengangkatan Usman bin Affan sebagai Khalifah ................. 2
2. Kebijakan Politik Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan ............. 3
3. Sistem Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan .............................. 5
4. Konstribusi Khalifah Usman bin Affan ............................................. 6
5. Tantangan Yang Dihadapi Pemerintahan Usman bin Affan .............. 7
6. Sifat-Sifat Khalifah Usman bin Affan .............................................. 8
7. Sebab-sebab Pemberontakan dan Terbunuhnya Usman bin Affan .... 9

B. ALI bin ABI THALIB ............................................................................... 9


1. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah ............... 9
2. Kebijakan Politik Pemerintahan Ali bin Abi Thalib .......................... 11
3. Sistem Pemerintahan Ali bin Abi Thalib ........................................... 11
4. Konstribusi Khalifah Ali bin Abi Thalib .......................................... 12
5. Sifat-sifat Khalifah Ali bin Abi Thalib .............................................. 12
6. Sebab Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib ............................................. 13

C. KESIMPULAN ......................................................................................... 14
D. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 15

0
BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN KHULAFAUR
RASYIDIN USMAN bin AFFAN r.a & ALI bin ABI THALIB

Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang berdiri setelah


meninggalnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah. Dikutip
dari Khulafaur Rasyidin (2019), Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafah dan
ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk jamak dari kata khalifah yang berarti pengganti,
pemimpin, atau penguasa yang diangkat. Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak
dari ar-rasyid yang berarti orang yang mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin
memegang kendali pemerintahan Islam selama 30 tahun dari 11 H hingga 40 H atau
632-660 M.
Ada empat Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah sahabat-sahabat nabi yang
dipilih karena kepantasan dan kelebihannya. Mereka menggatikan Rasulullah kecuali
dalam tugas kenabian. Ini tertuang di QS Al-Ahzab 33:40 yang artinya:

"Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara


kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.
Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu."

Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai pemimpin yakni: Melanjutkan dakwah dan


ajaran Rasulullah Membina, mengatur, dan mengarahkan umat Islam sesuai dengan
Al-Quran dan sunnah Melanjutkan pemerintahan yang telah dibangun Rasulullah
Memerangi kaum murtad yang merusak ajaran agama Memperluas wilayah
kekuasaan Islam Mengembangkan ajaran Islam kepada yang belum mengenalnya Di
antara orang-orang yang diperangi Khulafaur Rasyidin yakni: Murtad Enggan
membayar zakat Nabi palsu Orang-orang yang merusak ajaran Islam bermunculan
setelah Nabi wafat. Beberapa penyebabnya yakni: Belum kuat imannya Masuk Islam
karena terpaksa, takut diperangi Nabi dan kaum muslimin Menginginkan harta
rampasan dan kedudukan Nabi.
Dalam kesempatan ini penulis akan membahas 2 dari 4 Khulafaur Rasyidin
yaitu :

A. UTSMAN BIN ‘AFFAN


Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu
Manaf bin Qushay bin Kilab lahir pada 576 Masehi di Thaif, Jazirah Arab. Utsman
dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Affan bin Abi al-'As, dari suku bani
Umayyah, dan ibu yang bernama Arwa binti Kurayz, dari Abdshams, kedua suku
kaya dan terpandang Quraisy di Mekah. Utsman memiliki satu saudara perempuan,
Amina. Utsman terlahir di Ta'if. Ia tercatat sebagai salah satu dari 22 orang Mekah
yang tahu cara menulis.

1
Utsman bin 'Affan adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644
sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama.
Sama seperti dua pendahulunya, 'Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi
Muhammad. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad
dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzun Nurrain (pemilik dua cahaya).
Dimasa kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars
(sekarang Iran) pada tahun 650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang
Afghanistan) pada tahun 651. Penaklukan Armenia telah dimulai pada tahun 640-an.
khalifah usman bin affan termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk
surga. Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah.
Hingga suatu ketika berkata; Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan
saya tidak tahu mana diantara dua itu saya akan masuk, niscaya saya akan pilih
menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah pernah
mengabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal
menghadapi cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya
hingga akhirnya terbunuh secara kejam dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau
berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar,
kemudian Rasulullah berkata;

َ‫َس بْه‬َ ‫ع ْه قَتَادَة َ أ َ َّن أَو‬


َ ‫س ِعي ٍد‬ َ ‫ع ْه‬َ ‫ار َحدَّثَىَا يَ ْح َيى‬ ٍ ‫ش‬ َّ ‫َحدَّث َ ِىي ُم َح َّمد ُ ب ُْه َب‬
‫ص ِعدَ أ ُ ُحدًا‬
َ ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ع ْىه ُ َحدَّث َ ُه ْم أ َ َّن الىَّب‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َمالِكٍ َر‬
َ ‫ت أ ُ ُحد ُ فَإِوَّ َما‬
ٌّ ِ‫علَي َْك وَب‬
‫ي‬ ْ ُ‫ف بِ ِه ْم فَقَا َل اثْب‬ َ ‫ان فَ َر َج‬ ُ ‫عثْ َم‬ُ ‫ع َم ُر َو‬ ُ ‫َوأَبُى بَ ْك ٍر َو‬
‫ان‬
ِ َ‫ش ِهيد‬ َ ‫ِيق َو‬ ٌ ّ‫صد‬ ِ ‫َو‬
“Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada
kami [Yahya] dari [Sa'id] dari [Qatadah] bahwa [Anas bin Malik radliallahu
'anhu] bercerita kepada mereka bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mendaki bukit Uhud, diikuti oleh Abu Bakr, 'Umar dan 'Utsman. Lalu gunung
Uhud itu bergetar, maka beliau bersabda: "Tenanglah wahai Uhud, karena di
atasmu sekarang ada Nabi, Asshiddiq (orang yang jujur, maksudnya Abu
Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid”.

1. Proses Pengangkatan Usman bin Affan sebagai Khalifah


Setelah penikaman yang dialami oleh khalifah Umar Bin Khattab oleh Abu
Lu‟luah al Majusi yang kemudian menyebabkan sakit parah dan sebab kematian
Umar, sebagian besar kalangan sahabat pada saat itu menginstruksikan agar umar
menunjuk langsung suksesi kepemimpinan setelahnya, namun Umar tidak
melakukan itu dengan pertimbangan kondisi umat pada saat itu tidak sama dengan
kondisi ketika Abu Bakar menunjuk dirinya karena pada saat pemerintahan Umar
kondisi masyarakat islam pada saat itu sudah stabil dan tentara islam sudah
memperoleh kemenangan. Tapi karena desakan yang dilakukan oleh para sahabat
yang begitu khawatir akan terjadinya perpecahan maka Umar pada saat itu tidak
menunjuk langsung penggantinya namun hanya menunjuk suatu formatur atau
majelis Syura.
Menjelang wafatnya, Umar bin Khattab berpesan selama tiga hari dan
diantara pesannya adalah imam masjid hendaknya diserahkan pada Suhaib al-Rumi.

2
Namun pada hari keempat hendaknya telah dipilih seorang pemimpin penggantinya.
Umar memberikan enam nama. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin
Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf dan
Thalhah bin Ubaidillah ra.. Keenam orang itu berkumpul, Abdurrahman bin Auf
memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia
mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang
lainnya menyusul. Tinggallah Utsman, dan Ali, maka Abdurrahman ditunjuk
menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun
pendapat masyarakat pun terbelah. Imar anak Yasir mengusulkan Ali. Begitu pula
Miqdad. Sedangkan Abdullah bin Abu Sarah berkampanye keras untuk Utsman.
Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi kafir kembali sehingga dijatuhi
hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman hukuman tersebut tidak
dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah “saudara susu”. Disebutkan bahwa,
sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman.
Abudurrahman selanjutnya memanggil Ali bin Abi thalib untuk tampil
kedepan umum seraya bertanya “ jika engkau terpilih mejadi khalifah apaha engkau
akan tetap berpegang kepada kitab Allah dan sunnah rasulullah serta tradisi dua
orang khalifah sebelumnya? “ Ali bin Abi talib menjawab “saya berharap demikian
dan akan bertindak sesuai dengan ilmu dan kemampuan saya” setelah mengulangi
pertanyaan ini sebanyak tiga kali Ali menjawab “ Aku akan memperlakukan kamu
sesuai dengan kitab Allah dan Sunnah Rasulullah tanpa meneladani siapapun”.
Karena curiga dibalik motif penekanan abd rahman atas jawaban kategoris terhadap
tuntutannya, Ali berkata sambil menuduh,” kamu tidak berhak menghalangi dalam
merebut hak saya terhadap jabatan ini”.
Selanjutnya Abdurrahman bin Auf memanggil Usman bin Affan tampil
kedepan dan mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang diajukan kepada Ali bin
Abi Talib. Dengan tegas Usman bin Affan menjawab : “ya saya akan
melakukannya!” seketika itu juga Abdurrahman bin Auf menengadahkan tangannya
sambil berdoa, Ya Allah, dengar dan saksikanlah, beban beratku telah aku pindahkan
kepada Usman bin Affan. Iapun menyalami Usman bin Affan sebagai tanda baiat
kepadanya.
Tangan kanan yang pertama menjabat tangan kanan Usman untuk membai‟at
adalah tangan Ali bin Abi Thalib, baru kemudian diikuti oleh seluruh kaum
muslimin. Demikianlah Usman memikul beban-beban khalifah yang dipikulnya
ketika ia hampir mencapai usia 70 tahun. atau sekitar bulan Muharram tahun 24 H
ketika itu sahabat Umar ra. berusia 68 menurut hitungan masehi atau 70 menurut
hitungan hijriyyah.

2. Kebijakan Politik Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan


Setelah Usman bin Affan resmi terangkat jadi Khalifah, maka ada beberapa
hal yang dilakukan yang tercatat dalam sejarah yang menjadi prestasi dalam masa
pemerintahannya antara lain, yaitu:

3
a. Perluasan Wilayah
Pendaratan Romawi di Iskandariah itu jatuh pada bulan-bulan pertama
tahun 25 H (664 M), yakni selang setahun dan beberapa bulan sesudah
pelantikan Usman. Hampir semua sumber sepakat tentang tahun ini.
Kesepakatan ini menunjukkan bahwa terbunuhnya Umar telah membuat
kota Konstantinopel berani cepat-cepat menyambut permintaan penduduk
Romawi di Iskandariah itu, dengan perkiraan bahwa dengan kematian
Umar, kaum muslimin sudah kehilangan sang guru dan menamatkan era
pembebasan yang pada masanya telah membuat Romawi dan Persia mati
akal.
Rupanya pihak Arab dalam menghadapi situasi ini serba bingung dan
tidak menentu. Mereka meminta pendapat dan bantuan Amirul mukminin di
Madinah. Para pemuka di Madinah sependapat, begitu juga kaum muslimin
di Mesir, bahwa orang yang akan menghadapi situasi yang begitu penting
itu hanya Amr bin Ash. Namanya saja sudah dapat menggetarkan hati pihak
Romawi. Kebijakannya memang sudah mendapat tempat dalam hati rakyat
Mesir dan mendapat dukungan.
Pasukan Romawi sedang menjelajah seluruh Mesir Hilir tanpa
menemui perlawanan. Kendati begitu mereka tidak membiarkan orang-
orang Mesir hidup damai. Kebalikannya, segala yang ada pada mereka
dirampas paksa dan mereka diperlakukan dengan penghinaan yang sangat
keji. Pada itu Amr bin Ash sedang mengatur pasukan dan persiapan
perangnya di Babilon. Setelah diketahui bahwa pasukan Romawi sudah
mendekati Naqyus ia keluar dan sudah siap hendak menghadang mereka. Ia
memimpin pasukan 15.000 orang dengan kepercayaan bahwa jika mereka
tak dapat mengalahkan pasukan Romawi mereka akan terpukul mundur
kembali ke Semenanjung Arab dengan membawa malu yang tercoreng di
kening karena lari.
Tercatat dalam sejarah bahwa Amr bin Ash menang dan mampu
membebaskan Mesir, dengan begitu Amr telah membebaskan kembali
Iskandariah, dan selesailah sudah pengusiran pasukan Romawi dari mesir
untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah sampai
kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya selang beberapa bulan.
Dalam waktu yang begitu singkat Amr telah mampu mencapai tujuannya.
Dengan kembalinya muslimin dan pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat
Mesir merasa lega. Sekarang mereka merasa senang dan tentram sekali
setelah sebelum itu mereka melihat pihak Romawi menjarah harta mereka.
Sebaliknya sekarang, yang mereka lihat justru pasukan Muslimin
mengembalikan harta mereka yang dirampas itu kepada mereka, setelah
berhasil merampas kembali harta itu dari pasukan Romawi.
Daerah front Timur, Usman dapat kembali menguasai wilayah Kabul,
Gaznah, balk, dan Turkistan bagian timur, selanjutnya sebagian wilayah

4
Hurasan seperti Naisabur, Tus dan Marw, didaerah Utara Muawiyah bin Abi
sufyan, gubernur Syria menaklukkan Asia kecil sampai Emmrebut Pualu
Cyprus. Wilayah front Barat Abdullah bin Sa‟ad, Gubernur Mesir
menerobos ke Tripoli dan menaklukkan sebahagian Afrika utara kota
cartago terpaksa membayar upeti kepada khalifah umat islam di Madinah.
Sebagai catatan bahwa perluasan wilayah pemerintahan Islam bukan
atas dasar menganiaya, merampas, memperbudak tetapi karena rasa
kemanusian yang ingin membebaskan rakyat dari segala bentuk kezhaliman.

b. Penyeragaman Mushaf Al-Qur’an


Mushaf yang telah dikompilasi pada zaman Abu Bakar r.a., setelah
wafatnya, berpindah kepada Umar bin al Khattab ra., lalu berpindah lagi ke
tangan putrinya, Hafshah. Kemudian, khalifah Usman meminta mushaf
tersebut hingga dilakukan penyalinannya setelah di beberapa wilayah
taklukan tampak terjadi perbedaan dalam membaca teks ayat-ayat al Qur‟an.
Usman menugaskan empat orang sahabat besar untuk mengedit
teksnya. Mereka adalah Zaid bin Tsabit, Sabit bin al-Ash, Abdullah bin as-
Zubair, dan Abdullah bin al-Harits bin Hisyam. Setelah dilakukan
penyalinan mushaf dengan dialek Quraisy, ia mengembalikan naskah
aslinya kepada Hafshah, lalu naskah salinan dikirimkan ke beberapa
wilayah yang telah dikuasai Islam. Selanjutnya, penyalinannya kembali dan
pendistribusiannya dilakukan oleh para fuqaha dan para ulama.
Adapun, naskah-naskah yang ada sebelumya, yang didalamnya
terdapat perbedaan, Usman memerintahkan agar dibakar. Dengan demikian,
mushaf yang telah disalin itu dinamakan Mushaf Utsmani, dinisbahkan
kepada Usman bin Affan, sebagai penghormatan atas karya besarnya.

3. Sistem Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan


Sistem pemerintahan utsman bin affan lebih ditekankan pada politik dalam
negeri, lembaga pemerintahan dalam negeri pada masa ustman bin affan terbagi
menjadi:
a. Pembantu (Wazir/Muwwin)
Pembantu yang diangkat untuk membantu tugas kekhalifahan dimana
tugasnya dalam bidang pemerintahan dan membantu khalifah dalam bidang
administrasi.
b. Pemerintahan daerah/gubernur
Memiliki masa jabatan satu tahun penuh.
c. Hukum
Menjaga teks-teks pada masa nabi Muhammad dalam bidang hukum,
meletakkan sistem hukum baru untuk memperkuat pondasi Negara.
d. Baitul Mal
Tugasnya mengatur masalah keuangan.

5
f. Majelis Syuro
Adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan
pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah. Majelis syuro terbagi menjadi
tiga yaitu: dewan penasihat, dewan penasihat umum, dan dewan penasihat
tinggi dan umum.

4. Konstribusi Khalifah Usman bin Affan


a. Menyeragamkan Al-Qur’an
Salah satu prestasi Utsman bin Affan selama menjadi khalifah adalah
menyusun dan menyeragamkan Al Quran. Ketika Khalifah Utsman bin
Affan memerintah, wilayah yang dikuasai oleh Khulafaur Rasyidin sangat
luas. Khalifah Utsman khawatir akan terjadi perbedaan dalam isi dan
pembelajaran Al Quran di berbagai wilayah. Adapun perbedaan di dalam Al
Quran meliputi susunan surat dan lafalnya. Hal ini terjadi ketika tentara
Islam menaklukkan wilayah Armenia dan Azerbaijan, muncul perselisihan
terkait cara membaca Al Quran yang baik dan benar. Perselisihan tersebut
didengar oleh Khalifah Utsman bin Affan. Dengan sigap, ia membentuk
panitia penyusunan Al Quran. Baca juga: Sejarah Pembukuan Al Quran
Adapun tim penyusunan Al Quran terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketuanya dan Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin Haris sebagai
anggotanya. Tugasnya adalah menyalin ulang ayat-ayat Al Quran dalam
sebuah kitab baru yang kemudian dikenal dengan Mushaf Al Quran
Utsmani.

b. Merenovasi Masjid Nabawi


Masjid Nabawi merupakan masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi
Muhammad ketika tiba di Kota Madinah. Awalnya, bangunan masjid ini
sangat kecil dan sederhana. Barulah ketika Islam mulai berkembang pesat,
Masjid Nabawi banyak dikunjungi oleh umat Islam. Mengetahui hal itu,
Khalifah Umar bin Khattab merenovasi Masjid Nabawi dengan memperluas
bangunannya supaya bisa menampung banyak jemaah. Hal sama juga
dilakukan Khalifah Utsman bin Affan, yang kembali merenovasi Masjid
Nabawi dengan membangun dan dibentuk coraknya supaya lebih indah.

c. Membentuk Angkatan Laut


Di era kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, wilayah yang dikuasai
oleh Khulafaur Rasyidin mencapai Afrika, Siprus, hingga Konstantinopel
(sekarang Istanbul). Salah satu gubernur di wilayah Suriah, Muawiyah,
mengusulkan kepada Khalifah Utsman bin Affan untuk membentuk tentara
Angkatan Laut. Usul yang dikemukakan oleh Muawiyah tersebut kemudian
disambut baik oleh Khalifah Utsman bin Affan. Dengan segera, mulailah
dibentuk pasukan Angkatan Laut pertama dalam sejarah Islam yang
bertugas menjaga keutuhan wilayah Islam.

6
c. Perluasan wilayah
Semangat memperluas pengaruh Islam di dunia menjadikan Kekhalifahan
Rasyidun sibuk melakukan ekspansi wilayahnya. Adapun perluasan wilayah
tersebut dilakukan guna menyebarkan sistem pemerintahan Islam. Meski
demikian, pada era Khulafaur Rasyidin tidak ada pemaksaan untuk
penduduk di wilayah yang dikuasainya untuk memeluk Islam. Semasa
kepemimpinan Khalifah Utsman, Islam telah melakukan perluasan wilayah
ke berbagai wilayah, yakni ke Khurasan, Armenia dan Azerbaijan, dan
Afrika Utara, tepatnya di Tunisia.

5. Tantangan Yang Dihadapi Pemerintahan Usman bin Affan


Dalam manajemen pemerintahannya Utsman bin Affan menempatkan
beberapa anggota keluarga dekatnya untuk menduduki jabatan yang strategis. Hal ini
memicu penilaian ahli sejarah untuk menekankan telah terjadinya proses dan motif
nepotisme dalam tindakan Utsman tersebut. Adapun daftar keluarga Utsman dalam
pemerintahan yang dimaksud sebagai alasan motif Nepotisme tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Muawiyah bin Abu Sufyan yang menjabat sebagai Gubernur Syam, dia
termasuk Sahabat Nabi, keluarga dekat dan satu suku dengan Utsman.
b. Pimpinan Basyrah, Abu Musa al-Asy‟ari, diganti oleh Utsman dengan
Abdullah bin Amir (sepupu Utsman).
c. Pimpinan Kufah, Sa‟ad bin Abu Waqqash, diganti dengan Walid bin „Uqbah
(saudara tiri Utsman). Lantas Walid ternyata kurang mampu menjalankan
syariat Islam dengan baik akibat minum-minuman keras, maka diganti oleh
Sa‟id bin „Ash (saudara sepupu Utsman).
d. Pimpinan Mesir, Amr bin „Ash diganti dengan Abdullah bin Sa‟ad bin Abu
Sarah, yang masih merupakan saudara seangkat (dalam sumber lain saudara
sesusuan atau bahkan saudara sepupu Utsman).
e. Sekretaris Negara, Marwan bin Hakam (sepupu sekaligus ipar Utsman).
f. Khalifah dituduh sebagai koruptor dan nepotisme dalam kasus pemberian
dana al-Khumus (seperlima harta dari rampasan perang) kepada Abdullah bin
Sa‟ad bin Abu Sarah, Marwan bin al-Hakam, dan al-Harits bin al-Hakam.
Beberapa penulis Muslim mencoba melakukan rasionalisasi bahwa tindakan
Usman tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini merupakan sebuah upaya pembelaan
terhadap tindakan Utsman bahwa jauh sekali dari motif Nepotisme. Sebagai contoh
salah satu bentuk rasionalisasi menyebutkan bahwa Usman mengangkat wali-wali
Negara dari pihak keluarga beralasan untuk memperkuat wilayah kekuasaannya
melalui personal yang telah jelas dikenal baik karakteristiknya. Hal ini mengingat
wilayah kekhilafahan pada masa Usman semakin meluas. Demikian juga
tanggungjawab dakwah di masing-masing wilayah tersebut.

7
6. Sifat-Sifat Khalifah Usman bin Affan
a. Dermawan
Utsman bin Affan RA dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan. Ia
pernah menyedekahkan bahan makanan sebanyak 1.000 angkutan unta bagi
kaum Muslimin di saat paceklik. Kedermawanan Utsman bin Affan RA ini
semakin dikenal dalam peristiwa sumur milik seorang Yahudi. Saat itu,
rombongan kaum Muhajirin sampai di Madinah, mereka sangat
membutuhkan air. Di sana terdapat mata air milik seorang laki-laki dari bani
Ghifar. Laki-laki itu biasa menjual satu qirbah (kantong dari kulit) air
dengan satu mud makanan. Melihat hal itu Rasulullah SAW hendak untuk
membeli mata air itu dan akan menggantinya dengan satu mata air di surga.
Namun, orang itu menolaknya karena sumur tersebut adalah satu-satunya
harta yang dimilikinya. Ketika Utsman bin Affan RA mendengar hal
tersebut ia bertanya kepada Rasulullah SAW, "Akankah aku mendapatkan
mata air di surga seperti yang engkau janjikan kepada laki-laki bani Ghifar
tadi?" Beliau menjawab, "Tentu." Utsman bin Affan RA kembali berkata,
"Kalau begitu biarlah aku yang membelinya dan aku mewakafkan untuk
kaum Muslimin." Tidak lama kemudian, ia membeli sumur tersebut dengan
harga 35.000 dirham.

b. Pemalu
Utsman bin Affan RA merupakan sosok yang pemalu. Jika ia datang ke
rumah Nabi Muhammad SAW ia tidak berani masuk karena khawatir akan
mengganggu. Sifat pemalunya ini membuat iblis pun malu berhadapan
dengannya. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits,

"Orang yang paling kasih sayang dari umatku adalah Abu Bakar, dan
yang paling teguh dalam memelihara ajaran Allah ialah Umar, dan
yang paling bersifat pemalu ialah Utsman." (HR Ahmad, Ibnu Majah,
Al-Hakim, dan Tirmidzi)

3. Sabar
Usman bin Affan RA juga memiliki sifat sabar, ia tidak pernah mengeluh
dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Apalagi jika sudah
menyangkut akidah. Ia akan tetap mempertahankannya meskipun mendapat
siksaan. Hal itu terlihat ketika beliau disiksa oleh pamannya agar
meninggalkan agama Islam. Utsman bin Affan RA rela menahan sakit
ketika tangannya dibelenggu dan kakinya dirantai. Ia tetap bersabar demi
mempertahankan keyakinannya.

4. Taat Beribadah
Sebagai sahabat Rasulullah SAW, sudah tidak dapat diragukan bahwa
Utsman bin Affan RA adalah seorang yang taat akan beribadah. Ia sering
melaksanakan puasa di waktu siang dan beribadah di waktu malam.

8
7. Sebab-sebab Pemberontakan dan Terbunuhnya Usman bin Affan
Sebab-sebab terjadinya pemberontakan yang berakhir dengan terbunuhnya
Khalifah Usman dapat diteliti dari beberapa sisi sebagai berikut:
a. Di tengah-tengah masyarakat terdapat sejumlah kelompok munafik yang
memeluk Islam tidak dengan sepenuh kesadaran tetapi melainkan untuk
kepentingan tertentu seperti Abudullah ibn Saba‟, orang Yaman yang semula
pemeluk agama Yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap Usman.
Keberhasilan propaganda jahat Abdullah ibn Saba‟ membuat jumlah kekuatan
pemberontak bertambah banyak.
b. Persaingan dan permusuhan antara keluarga Hasyim dan keluarga Umayyah
turut memperlemah kekuatan Usman. Sebelum Nabi Muhammad lahir telah
berlangsung persaingan kedua keturunan yang masih bersaudari ini. Pada
masa pemerintahan Usman benih kebencian ini tumbuh kembali.
c. Tuduhan lemahnya karakter kepemimpinan Usman, khususnya dalam
menghadapi gejolak pemberontakan. Bahwa Usman adalah pribadi yang yang
sederhana dan sikap lemah lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik
dan pemerintahan, lebih-lebih lagi dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi
yang demikian dibutuhkan sikap yang tegas untuk menegakkan stabilitas
pemerintahan. Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman. Pada beberapa
kasus ia terlalu mudah untuk memaafkan orang lain sekalipun musuhnya
sendiri yang membahayakan. Sikap lemah-lembut ini mendorong pihak-pihak
yang bermaksud jahat melancarkan maksudnya, dan juga mudah dipengaruhi
oleh kelaurga terdekatnya.

B. ALI bin ABI THALIB


Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada
sekitar tahun 600 atau 10 tahun sebelum kenabian Muhammad. Ayahnya, Abu
Thalib, adalah paman dari Nabi Muhammad SAW. Ali memiliki nama asli Assad bin
Abi Thalib. Nama Assad, yang berarti singa, dipilih sebagai harapan keluarganya
agar mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah. Sedangkan nama ibu Ali bin Abi Thalib adalah Fatimah
binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, pendiri Bani Hasyim
sekaligus kakek buyut Nabi Muhammad SAW.

1. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah


Setelah Utsman terbunuh pada malam Jum‟at 18 Dzulhijjah tahun 35H,
berdasarkan pendapat yang populer, kaum muslimin mendatangi Ali ra. Dan
membai‟at beliau sebelum jenazah Utsman dimakamkan.Ada yang mengatakan
setelah jenazahUtsman dimakamkan. Pada awalny a Ali bin Abi Thalib ra. menolak
bai‟at mereka. Beliau menghindar ke rumah milik Bani Amru bin Mabdzul, seorang
Anshar. Beliau menutuppintu rumah, beliau menolak menerima jabatan khilafah
tersebut namun mereka terusmendesak beliau.Orang-orang datang mengetuk pintu
dan terus mendesak. Merekamembawa serta Thalhah dan az-Zubair Mereka berkata,

9
“Sesungguhnya daulah ini tidakakan bertahan tanpa amir.”Mereka terus mendesak
hingga akhirnya Ali bersedia menerimanya.Ada yang mengatakan, orang pertama
yang membai‟at beliau adalah Thalhah dengan tangan kanannya. Tangan kanan
beliau cacat sewaktu melindungi Rasulullah saw. pada peperangan Uhud. Sebagian
hadirin berkata, “Demi Allah,pembai‟atan ini tidak sempurna!”
Ali keluar menuju masjid lalu naik ke atas mimbar dengan mengenakan kain
sarungdan sorban dari sutera sambil menenteng sandal beliau dan bertelekan pada
busurbeliau. Segenap kaum muslimin membai‟at beliau. Peristiwa itu terjadi pada
hari Sabtu tanggal 19 Dzulhijjah tahun 35 H. Ada yang mengatakan, Thalhah dan az-
Zubair membai‟at Ali setelah beliau meminta mereka untuk berbai‟at. Sebagian
orang mengirabahwa ada sekelompok kaum Anshar yang tidak membai‟at Ali.
Al- Waqidi berkata, “Orang-orang di Madinah membai’at Ali.Namun tujuh
orang menarik diri dan tidak ikut berbai’at. Mereka adalah Abdullah bin
Umar Sa’ad bin Abi Waqqash, Shuheib, Zaid bin Tsabit, Muhammad bin Maslamah,
Salamah bin Salaamah binWaqsy dan Usamah bin Zaid. Dan tidak ada seorang
sahabat Ansharpun yang tertinggal,mereka semua ikut berbai’at sejauh pengetahuan
kami.”
Saif bin Umar, “ menceritakan dari sejumlah gurunya bahwa mereka
berkata,“Selama lima hari setelah terbunuhnya Utsman kota Madinah dipimpin
sementara oleh al-Ghafiqi bin Harb, mereka mencari orang yang bersedia memimpin.
Penduduk Mesirmendesak Ali, sedang beliau sendiri menghindar dari mereka ke
sebuah rumah.PendudukKufah mencari az-Zubair tapi mereka tidak menemukannya.
Penduduk Bashrah meminta Thalhah, tapi ia tidak bersedia. Maka merekapun
berkata, “Kami tidak akan mengangkat salah satu dari tiga orang ini.”
Mereka menemui Sa‟ad bin Abi Waqqash .Mereka berkata,“Sesungguhnya engkau
termasuk salah seorang anggota majelis Syura!”Namun Sa‟ad tidak memenuhi
permintaan mereka.
Kemudian mereka menemui Abdullah bin Umar. beliaupun menolak tawaran
mereka. Merekapun bingung, lantas mereka berkata, “Jika kita pulang ke daerah
masing-masing dengan membawa kabar terbunuhnya Utsman tanpa ada yang
menggantikanposisinya, manusia akan berselisih tentang urusan ini dan kita tidak
akan selamat. Mereka kembali menemui Ali dan memaksa beliau untuk
menerimanya. Al-Asytar an-Nakha‟imeraih tangan Ali dan membaia‟tnya kemudian
orang-orangpun ikut membai‟at beliau.Penduduk Kufah mengatakan bahwasanya
yang pertama kali membai‟at Ali adalah al-Asytar an-Nakha‟i. Peristiwa itu terjadi
pada hari Kamis 24 Dzulhijjah.Itu terjadi setelah orang-orang terus mendesak
beliau.Mereka semua berkata, “Tidak ada yangpantas memegangnya kecuali
Ali.”Keesokan harinya pada hari Jum‟at, Ali naik ke atas mimbar.Orang-orang yang
belum membai‟at beliau kemarin berbondong-bondong membai‟at beliau.Orang
pertama yang membai‟at beliau saat itu adalah Thalhah kemudian az-Zubair Bai‟at
ini terjadi pada hari Jum‟at 25 Dzhulhijjah tahun 35 H

10
2. Kebijakan Politik Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Di antara Kebijakan yang dilakukan Ali bin Abi Thalib:
a. Memecat Gubernur dan Pejabat Korup
Ali memecat gubernur yang sewenang-wenang yang telah diangkat pada
masa pemerintahan Utsman bin Affan, termasuk Mu‟awiyah bin Abu
Sufyan yang telah berkuasa di Syam sejak masa pemerintahan Umar bin
Khattab. Mu‟awiyah dinilai sebagai provokator yang dapat membahayakan
kekuasaan Islam di Madinah. Beberapa pejabat lainnyadiketahui telah
menyelewengkan kas negara, sehingga Ali mencopotmereka dari
jabatan dan menggantinya dengan orang-orang pilihannya.
b. Menarik Tanah dan Memberlakukan Pajak
Ali mengambil kembali tanah-tanah yang berada dalam penguasaan famili-
famili dan kaum kerabat Utsman serta hibah-hibah yang diberikankepada
siapa saja secara tidak legal. Ia juga kembali memberlakukankebijakan
pajak seperti pada masa Umar bin Khattab.
c. Memindahkan Pusat Pemerintahan ke Kuffah
Dikarenakan gangguan yang terus menerus mengusik Madinah,
Alimemutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan di Kuffah. Ali
tidak memindahkan pusat pemerintahan ke Damaskus karena Mu‟awiyah
berada di sana, begitu pula dengan Mekkah yang dipenuhi oposisi Ali,
termasukAisyah. Sementara penduduk Basrah telah lebih dahulu
dipengaruhi oleh pihak Thalhah, Zubair dan Aisyah.

3. Sistem Pemerintahan Ali bin Abi Thalib


Meskipun masa pemerintahan Ali yang selama enam tahun tidak sunyi
dari pergolakan politik, Ali berusaha menciptakan sistem pemerintahan yang
bersih, berwibawa, dan egaliter.
Ali mengambil kembali harta yang dibagi-bagikan Usman kepada
pejabat-pejabatnya, Ali juga mengirim surat kepada para gubernur dan pejabat
daerah lainnya untuk bijaksana dan menjalankan tugasnya dan tidak
mengecewakan rakyat. Ali pun menyusun undang-undang perpajakan. Dalam
sebuah suratnya, Ali menegaskan bahwa pajak tidak boleh diambil tanpa
memperhatikan pembangunan rakyat. Begitupun dengan jizyah atau pajak yang
di ambil dari kaum non muslim yang bertempat di pemerintahan islam, khalifah
Ali mengambil jizyah dari kaum non muslim yang bertempat tinggal di kawasan
muslim sebagai jaminan keamanan bagi kaum non muslim, namun jizyah
sendiri di ambil dengan bijaksana yakni bagi kaum non muslim yang tidak
memiliki harta yang berlebih, maka jizyah tersebut di ambil semampunya
kaum non muslim membayarnya, namun kebalikan bagi kaum non muslim
yang kaya raya. Kepada pejabat daerah, Ali juga memerintahkan agar aib
orang ditutupi dari pengetahuan orang lain. Untuk keamanan daerah, Ali juga
menyebar mata-mata (intel).\

11
Dalam sikap Egalitarian (persamaan derajat pada setiap manusia), Ali
bahkan mencontohkan sosok seorang kepala negara yang berkedudukan sama
dengan rakyat lainnya. Dalam sebuah kasus, Ali berperkara dengan seorang Yahudi
mengenai baju besi. Yahudi tersebut, dengan berbagai argumen dan saksinya,
mengklaim bahwa baju tersebut miliknya. Karena Ali tidak dapat menunjukan
bukti-bukti dalam pembelaannya, maka hakim memutuskan memenangkan dan
mengabulkan tuntutan Yahudi tersebut.\
Ali ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam sebagaimana pada masa
Umar dan Abu Bakar sebelumnya, namun kondisi masyarakat yang kacau
balau dan tidak terkendali lagi menjadikan usaha Ali tidak banyak berhasil.
Umat lebih memperhatikan kelompoknya daripada kesatuan dan persatuan.
Akhirnya peraktis selama pemerintahannya, Ali lebih banyak mengurusi
persoalanpemberontakan di berbagai daerah.

4. Konstribusi Khalifah Ali bin Abi Thalib


Kontribusi Ali bin Abi Thalib juga ditorehkan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan bahasa. Pada masa pemerintahannya, huruf hijaiyah mulai
dilengkapi dengan tanda baca atau harakat untuk menghindari kesalahan membaca
alquran dan hadist. Pada saat ini pulalah ilmu nahwu atau ilmu tata bahasa Arab
mulai dikembangkan.
Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga erat kaitannya dengan pembangunan kota
Khuffah yang dicanangkan sebagai pusat pertahanan, namun berkembang sebagai
pusat ilmu tafsir, ilmu hadist serta ilmu pengetahuan lainnya.

5. Sifat-sifat Khalifah Ali bin Abi Thalib


Sifat-sifat mulia Khalifah Ali Bin Abi Thalib yang layak diteladani antara
lain :
a. Pemberani
Ia adalah sosok yang memiliki keberanian yang sangat besar. Banyak
peperangan besar yang telah ia ikuti seperti perang Badar, perang Uhud,
Perang Khandaq, Perang Khaibar, dan sebagainya. Dalam peperangan itu, Ali
tidak pernah kalah apalagi melarikan diri. Saat perang Uhud, Ali termasuk
dalam 12 orang yang melindungi Rasulullah dari serangan orang-orang kafir
Quraisy yang berusaha membunuh Beliau.

b. Rela Berkorban
Rela berkorban menjadi sifat Ali bin Abi Thalib yang patut diteladani umat
Muslim. Ali adalah pribadi yang rela berkorban demi memperjuangkan
kebenaran. Selain itu, ia dikenal sangat mencintai Allah dan Rasul. Ali
bahkan rela ketika Rasulullah memintanya menggantikannya untuk tidur di
ranjangnya. Padahal, ia tahu risikonya adalah terbunuh oleh kafir Quraisy.
Namun, Ali sama sekali tidak keberatan melakukan permintaan tersebut.

12
c. Dapat Dipercaya
Ali mendapatkan kehormatan dari Rasulullah untuk mengembalikan barang-
barang milik orang-orang Quraisy yang dititipkan kepada Nabi saat hendak
hijrah. Barang itu kembali kepada miliknya dengan utuh tanpa kurang
sedikitpun.

d. Memiliki Pengetahuan yang Tinggi


Ali Bin Abi Thalib adalah seseorang yang sangat mencintai ilmu. Sifat ini
tentunya wajib diteladani oleh umat Muslim. Ia rajin mencari ilmu dan sangat
menguasai Alquran. Bahkan, tidak ada satu ayat pun di dalam Alquran yang
tidak ia hafal. Ali bahkan mengetahui setiap makna dan asbabun nuzulnya.

e. Sederhana
Ali adalah sosok manusia yang hidup sangat sederhana. Ia makan secukupnya
dan tidak berlebihan. Ali bahkan memakai pakaian yang kasar, hanya untuk
menutupi tubuhnya di saat panas dan menahan dingin di saat hujan.

6. Sebab Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib


Ibnu Muljam, seorang yang dikenal fasih agama dengan keji membunuh
Khalifah bin Abi Thalib. Peristiwa itu terjadi ketika Ali sedang salat subuh di bulan
suci Ramadan, tepatnya 17 Ramadan tahun ke-40 Hijriah atau 661 M.
Ibnu Muljam sengaja datang ke Kufah, Irak, tempat Ali, untuk membunuhnya
dengan membawa sebilah pedang yang sudah dilumuri dengan racun mematikan.
Dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah karya Prof. Dr.
Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif dikisahkan bagaimana Ali akhirnya wafat
akibat racun mematikan tebasan pedang dari Ibnu Muljam. “Tebasan pedang beracun
itu sangat mematikan, sehingga tiada harapan bagi Ali untuk selamat dan
sembuh,” tulisnya.
Peristiwa ini begitu memilukan dan tercatat sebagai salah satu pembunuhan
paling keji dalam sejarah Islam. Betapa tidak, sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib,
seorang yang menantu dari Rasulullah dan pemimpin umat Islam dibunuh hanya
karena berbeda tafsir politik dan keagamaan. Padahal, semasa pemerintahan Amirul
Mukminin kedua, Umar bin Khattab, Ibnu Muljam mendapatkan kepercayaan
sebagai pengajar Al-Qur‟an. Oleh Umar, bahkan rumahnya diperluas dan didekatkan
dengan masjid demi pengajaran Al-Qur‟an.
Ibnu Muljam sebenarnya adalah sosok pendukung khalifah Ali bin Abi
Thalib. Sikap politiknya yang berbeda ketika terjadi perang Shiffin yang mengawali
ketidakberpihakannya.
Berawal dari Perang Shiffin, perang antara pasukan Khalifah Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah pada tahun 37 H/ 648 M. Perang ini terjadi lantaran ada
dugaan dan saling tuduh menuduh terkait pembunuhan Khalifah ketiga, Usman bin
Affan. Apalagi ada perpindahan kekuasaan dengan naiknya Ali sebagai Khalifah

13
keempat. Ketika kelompok Ali hampir menang, Muawiyah menawarkan perundingan
(tahkim) sebagai penyelesaian permusuhan.
Ali menerima tawaran Muawiyah, sehingga menyebabkan 4.000 pengikutnya
memisahkan diri, keluar dari barisan. Ia merasa, baik Ali maupun Muawiyah tidak
benar dan dicap sebagai kafir. Sejarah mencatat, kelompok ini nantinya disebut
sebagai kelompok khawarij. Khawarij berasal dari kata kharaja artinya
keluar/membelot, termasuk di dalamnya adalah Ibnu Muljam. Khawarij menyatakan,
permusuhan harus diselesaikan dengan kehendak Tuhan, bukan perundingan
(arbitrase). Khawarij juga mengkafirkan terhadap mayoritas umat muslim yang
moderat dan menuduhnya sebagai pengecut dan kafir.
Ali bin Abi Thalib dianggap bersalah karena telah setuju arbitrase, padahal
sejatinya Ali cuma ingin perdamaian antar umat Islam. Peperangan antara saudara
tidak akan menyelesaikan masalah, maka ia menawarkan perundingan dan dialog.
Oleh Ibnu Muljam dan kelompok Khawarij, Ali akhirnya dibunuh.

C. KESIMPULAN
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang berdiri setelah
meninggalnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah. Dikutip
dari Khulafaur Rasyidin (2019), Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafah dan
ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk jamak dari kata khalifah yang berarti pengganti,
pemimpin, atau penguasa yang diangkat. Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak
dari ar-rasyid yang berarti orang yang mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin
memegang kendali pemerintahan Islam selama 30 tahun dari 11 H hingga 40 H atau
632-660 M.
Ada empat Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah sahabat-sahabat nabi yang
dipilih karena kepantasan dan kelebihannya diantaranya adalah :
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Umar bin Khattab.
3. Utsman bin Affan.
4. Ali bin Abi Thalib.

Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai pemimpin yakni: Melanjutkan dakwah


dan ajaran Rasulullah Membina, mengatur, dan mengarahkan umat Islam sesuai
dengan Al-Quran dan sunnah Melanjutkan pemerintahan yang telah dibangun
Rasulullah Memerangi kaum murtad yang merusak ajaran agama Memperluas
wilayah kekuasaan Islam Mengembangkan ajaran Islam kepada yang belum
mengenalnya.

14
D. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen, Islam Sejarah Singkat, Jendela, Yogyakarta, 2002.

As‟ad, Mahrus,dkk, Ayo Mengenal Sejarah Kebudayaan Islam, Erlangga,


Bandung, 2009.

Khamzah, HIKMAH Membina Kreatifitas dab Prestasi, Akik Pustaka,


Sragen, 2008.

Madjid, Nurcholis, Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Jakarta,


1984.

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Logos Wacana Ilmu,


Jakarta, 1997.

Achmadi,wahid dkk2006. Menjelajahi Peradaban Islam.Pustaka Insan


Madani ;sleman

15

Anda mungkin juga menyukai