D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
JULIA ROSITA
NIM : 112023027
C. KESIMPULAN ......................................................................................... 14
D. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 15
0
BENTUK DAN SISTEM PEMERINTAHAN KHULAFAUR
RASYIDIN USMAN bin AFFAN r.a & ALI bin ABI THALIB
1
Utsman bin 'Affan adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644
sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama.
Sama seperti dua pendahulunya, 'Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi
Muhammad. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad
dan Khadijah membuatnya mendapat julukan Dzun Nurrain (pemilik dua cahaya).
Dimasa kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars
(sekarang Iran) pada tahun 650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang
Afghanistan) pada tahun 651. Penaklukan Armenia telah dimulai pada tahun 640-an.
khalifah usman bin affan termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk
surga. Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah.
Hingga suatu ketika berkata; Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan
saya tidak tahu mana diantara dua itu saya akan masuk, niscaya saya akan pilih
menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah pernah
mengabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal
menghadapi cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya
hingga akhirnya terbunuh secara kejam dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau
berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar,
kemudian Rasulullah berkata;
2
Namun pada hari keempat hendaknya telah dipilih seorang pemimpin penggantinya.
Umar memberikan enam nama. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin
Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf dan
Thalhah bin Ubaidillah ra.. Keenam orang itu berkumpul, Abdurrahman bin Auf
memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia
mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang
lainnya menyusul. Tinggallah Utsman, dan Ali, maka Abdurrahman ditunjuk
menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun
pendapat masyarakat pun terbelah. Imar anak Yasir mengusulkan Ali. Begitu pula
Miqdad. Sedangkan Abdullah bin Abu Sarah berkampanye keras untuk Utsman.
Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi kafir kembali sehingga dijatuhi
hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman hukuman tersebut tidak
dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah “saudara susu”. Disebutkan bahwa,
sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman.
Abudurrahman selanjutnya memanggil Ali bin Abi thalib untuk tampil
kedepan umum seraya bertanya “ jika engkau terpilih mejadi khalifah apaha engkau
akan tetap berpegang kepada kitab Allah dan sunnah rasulullah serta tradisi dua
orang khalifah sebelumnya? “ Ali bin Abi talib menjawab “saya berharap demikian
dan akan bertindak sesuai dengan ilmu dan kemampuan saya” setelah mengulangi
pertanyaan ini sebanyak tiga kali Ali menjawab “ Aku akan memperlakukan kamu
sesuai dengan kitab Allah dan Sunnah Rasulullah tanpa meneladani siapapun”.
Karena curiga dibalik motif penekanan abd rahman atas jawaban kategoris terhadap
tuntutannya, Ali berkata sambil menuduh,” kamu tidak berhak menghalangi dalam
merebut hak saya terhadap jabatan ini”.
Selanjutnya Abdurrahman bin Auf memanggil Usman bin Affan tampil
kedepan dan mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang diajukan kepada Ali bin
Abi Talib. Dengan tegas Usman bin Affan menjawab : “ya saya akan
melakukannya!” seketika itu juga Abdurrahman bin Auf menengadahkan tangannya
sambil berdoa, Ya Allah, dengar dan saksikanlah, beban beratku telah aku pindahkan
kepada Usman bin Affan. Iapun menyalami Usman bin Affan sebagai tanda baiat
kepadanya.
Tangan kanan yang pertama menjabat tangan kanan Usman untuk membai‟at
adalah tangan Ali bin Abi Thalib, baru kemudian diikuti oleh seluruh kaum
muslimin. Demikianlah Usman memikul beban-beban khalifah yang dipikulnya
ketika ia hampir mencapai usia 70 tahun. atau sekitar bulan Muharram tahun 24 H
ketika itu sahabat Umar ra. berusia 68 menurut hitungan masehi atau 70 menurut
hitungan hijriyyah.
3
a. Perluasan Wilayah
Pendaratan Romawi di Iskandariah itu jatuh pada bulan-bulan pertama
tahun 25 H (664 M), yakni selang setahun dan beberapa bulan sesudah
pelantikan Usman. Hampir semua sumber sepakat tentang tahun ini.
Kesepakatan ini menunjukkan bahwa terbunuhnya Umar telah membuat
kota Konstantinopel berani cepat-cepat menyambut permintaan penduduk
Romawi di Iskandariah itu, dengan perkiraan bahwa dengan kematian
Umar, kaum muslimin sudah kehilangan sang guru dan menamatkan era
pembebasan yang pada masanya telah membuat Romawi dan Persia mati
akal.
Rupanya pihak Arab dalam menghadapi situasi ini serba bingung dan
tidak menentu. Mereka meminta pendapat dan bantuan Amirul mukminin di
Madinah. Para pemuka di Madinah sependapat, begitu juga kaum muslimin
di Mesir, bahwa orang yang akan menghadapi situasi yang begitu penting
itu hanya Amr bin Ash. Namanya saja sudah dapat menggetarkan hati pihak
Romawi. Kebijakannya memang sudah mendapat tempat dalam hati rakyat
Mesir dan mendapat dukungan.
Pasukan Romawi sedang menjelajah seluruh Mesir Hilir tanpa
menemui perlawanan. Kendati begitu mereka tidak membiarkan orang-
orang Mesir hidup damai. Kebalikannya, segala yang ada pada mereka
dirampas paksa dan mereka diperlakukan dengan penghinaan yang sangat
keji. Pada itu Amr bin Ash sedang mengatur pasukan dan persiapan
perangnya di Babilon. Setelah diketahui bahwa pasukan Romawi sudah
mendekati Naqyus ia keluar dan sudah siap hendak menghadang mereka. Ia
memimpin pasukan 15.000 orang dengan kepercayaan bahwa jika mereka
tak dapat mengalahkan pasukan Romawi mereka akan terpukul mundur
kembali ke Semenanjung Arab dengan membawa malu yang tercoreng di
kening karena lari.
Tercatat dalam sejarah bahwa Amr bin Ash menang dan mampu
membebaskan Mesir, dengan begitu Amr telah membebaskan kembali
Iskandariah, dan selesailah sudah pengusiran pasukan Romawi dari mesir
untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah sampai
kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya selang beberapa bulan.
Dalam waktu yang begitu singkat Amr telah mampu mencapai tujuannya.
Dengan kembalinya muslimin dan pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat
Mesir merasa lega. Sekarang mereka merasa senang dan tentram sekali
setelah sebelum itu mereka melihat pihak Romawi menjarah harta mereka.
Sebaliknya sekarang, yang mereka lihat justru pasukan Muslimin
mengembalikan harta mereka yang dirampas itu kepada mereka, setelah
berhasil merampas kembali harta itu dari pasukan Romawi.
Daerah front Timur, Usman dapat kembali menguasai wilayah Kabul,
Gaznah, balk, dan Turkistan bagian timur, selanjutnya sebagian wilayah
4
Hurasan seperti Naisabur, Tus dan Marw, didaerah Utara Muawiyah bin Abi
sufyan, gubernur Syria menaklukkan Asia kecil sampai Emmrebut Pualu
Cyprus. Wilayah front Barat Abdullah bin Sa‟ad, Gubernur Mesir
menerobos ke Tripoli dan menaklukkan sebahagian Afrika utara kota
cartago terpaksa membayar upeti kepada khalifah umat islam di Madinah.
Sebagai catatan bahwa perluasan wilayah pemerintahan Islam bukan
atas dasar menganiaya, merampas, memperbudak tetapi karena rasa
kemanusian yang ingin membebaskan rakyat dari segala bentuk kezhaliman.
5
f. Majelis Syuro
Adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan
pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah. Majelis syuro terbagi menjadi
tiga yaitu: dewan penasihat, dewan penasihat umum, dan dewan penasihat
tinggi dan umum.
6
c. Perluasan wilayah
Semangat memperluas pengaruh Islam di dunia menjadikan Kekhalifahan
Rasyidun sibuk melakukan ekspansi wilayahnya. Adapun perluasan wilayah
tersebut dilakukan guna menyebarkan sistem pemerintahan Islam. Meski
demikian, pada era Khulafaur Rasyidin tidak ada pemaksaan untuk
penduduk di wilayah yang dikuasainya untuk memeluk Islam. Semasa
kepemimpinan Khalifah Utsman, Islam telah melakukan perluasan wilayah
ke berbagai wilayah, yakni ke Khurasan, Armenia dan Azerbaijan, dan
Afrika Utara, tepatnya di Tunisia.
7
6. Sifat-Sifat Khalifah Usman bin Affan
a. Dermawan
Utsman bin Affan RA dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan. Ia
pernah menyedekahkan bahan makanan sebanyak 1.000 angkutan unta bagi
kaum Muslimin di saat paceklik. Kedermawanan Utsman bin Affan RA ini
semakin dikenal dalam peristiwa sumur milik seorang Yahudi. Saat itu,
rombongan kaum Muhajirin sampai di Madinah, mereka sangat
membutuhkan air. Di sana terdapat mata air milik seorang laki-laki dari bani
Ghifar. Laki-laki itu biasa menjual satu qirbah (kantong dari kulit) air
dengan satu mud makanan. Melihat hal itu Rasulullah SAW hendak untuk
membeli mata air itu dan akan menggantinya dengan satu mata air di surga.
Namun, orang itu menolaknya karena sumur tersebut adalah satu-satunya
harta yang dimilikinya. Ketika Utsman bin Affan RA mendengar hal
tersebut ia bertanya kepada Rasulullah SAW, "Akankah aku mendapatkan
mata air di surga seperti yang engkau janjikan kepada laki-laki bani Ghifar
tadi?" Beliau menjawab, "Tentu." Utsman bin Affan RA kembali berkata,
"Kalau begitu biarlah aku yang membelinya dan aku mewakafkan untuk
kaum Muslimin." Tidak lama kemudian, ia membeli sumur tersebut dengan
harga 35.000 dirham.
b. Pemalu
Utsman bin Affan RA merupakan sosok yang pemalu. Jika ia datang ke
rumah Nabi Muhammad SAW ia tidak berani masuk karena khawatir akan
mengganggu. Sifat pemalunya ini membuat iblis pun malu berhadapan
dengannya. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits,
"Orang yang paling kasih sayang dari umatku adalah Abu Bakar, dan
yang paling teguh dalam memelihara ajaran Allah ialah Umar, dan
yang paling bersifat pemalu ialah Utsman." (HR Ahmad, Ibnu Majah,
Al-Hakim, dan Tirmidzi)
3. Sabar
Usman bin Affan RA juga memiliki sifat sabar, ia tidak pernah mengeluh
dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Apalagi jika sudah
menyangkut akidah. Ia akan tetap mempertahankannya meskipun mendapat
siksaan. Hal itu terlihat ketika beliau disiksa oleh pamannya agar
meninggalkan agama Islam. Utsman bin Affan RA rela menahan sakit
ketika tangannya dibelenggu dan kakinya dirantai. Ia tetap bersabar demi
mempertahankan keyakinannya.
4. Taat Beribadah
Sebagai sahabat Rasulullah SAW, sudah tidak dapat diragukan bahwa
Utsman bin Affan RA adalah seorang yang taat akan beribadah. Ia sering
melaksanakan puasa di waktu siang dan beribadah di waktu malam.
8
7. Sebab-sebab Pemberontakan dan Terbunuhnya Usman bin Affan
Sebab-sebab terjadinya pemberontakan yang berakhir dengan terbunuhnya
Khalifah Usman dapat diteliti dari beberapa sisi sebagai berikut:
a. Di tengah-tengah masyarakat terdapat sejumlah kelompok munafik yang
memeluk Islam tidak dengan sepenuh kesadaran tetapi melainkan untuk
kepentingan tertentu seperti Abudullah ibn Saba‟, orang Yaman yang semula
pemeluk agama Yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap Usman.
Keberhasilan propaganda jahat Abdullah ibn Saba‟ membuat jumlah kekuatan
pemberontak bertambah banyak.
b. Persaingan dan permusuhan antara keluarga Hasyim dan keluarga Umayyah
turut memperlemah kekuatan Usman. Sebelum Nabi Muhammad lahir telah
berlangsung persaingan kedua keturunan yang masih bersaudari ini. Pada
masa pemerintahan Usman benih kebencian ini tumbuh kembali.
c. Tuduhan lemahnya karakter kepemimpinan Usman, khususnya dalam
menghadapi gejolak pemberontakan. Bahwa Usman adalah pribadi yang yang
sederhana dan sikap lemah lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik
dan pemerintahan, lebih-lebih lagi dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi
yang demikian dibutuhkan sikap yang tegas untuk menegakkan stabilitas
pemerintahan. Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman. Pada beberapa
kasus ia terlalu mudah untuk memaafkan orang lain sekalipun musuhnya
sendiri yang membahayakan. Sikap lemah-lembut ini mendorong pihak-pihak
yang bermaksud jahat melancarkan maksudnya, dan juga mudah dipengaruhi
oleh kelaurga terdekatnya.
9
“Sesungguhnya daulah ini tidakakan bertahan tanpa amir.”Mereka terus mendesak
hingga akhirnya Ali bersedia menerimanya.Ada yang mengatakan, orang pertama
yang membai‟at beliau adalah Thalhah dengan tangan kanannya. Tangan kanan
beliau cacat sewaktu melindungi Rasulullah saw. pada peperangan Uhud. Sebagian
hadirin berkata, “Demi Allah,pembai‟atan ini tidak sempurna!”
Ali keluar menuju masjid lalu naik ke atas mimbar dengan mengenakan kain
sarungdan sorban dari sutera sambil menenteng sandal beliau dan bertelekan pada
busurbeliau. Segenap kaum muslimin membai‟at beliau. Peristiwa itu terjadi pada
hari Sabtu tanggal 19 Dzulhijjah tahun 35 H. Ada yang mengatakan, Thalhah dan az-
Zubair membai‟at Ali setelah beliau meminta mereka untuk berbai‟at. Sebagian
orang mengirabahwa ada sekelompok kaum Anshar yang tidak membai‟at Ali.
Al- Waqidi berkata, “Orang-orang di Madinah membai’at Ali.Namun tujuh
orang menarik diri dan tidak ikut berbai’at. Mereka adalah Abdullah bin
Umar Sa’ad bin Abi Waqqash, Shuheib, Zaid bin Tsabit, Muhammad bin Maslamah,
Salamah bin Salaamah binWaqsy dan Usamah bin Zaid. Dan tidak ada seorang
sahabat Ansharpun yang tertinggal,mereka semua ikut berbai’at sejauh pengetahuan
kami.”
Saif bin Umar, “ menceritakan dari sejumlah gurunya bahwa mereka
berkata,“Selama lima hari setelah terbunuhnya Utsman kota Madinah dipimpin
sementara oleh al-Ghafiqi bin Harb, mereka mencari orang yang bersedia memimpin.
Penduduk Mesirmendesak Ali, sedang beliau sendiri menghindar dari mereka ke
sebuah rumah.PendudukKufah mencari az-Zubair tapi mereka tidak menemukannya.
Penduduk Bashrah meminta Thalhah, tapi ia tidak bersedia. Maka merekapun
berkata, “Kami tidak akan mengangkat salah satu dari tiga orang ini.”
Mereka menemui Sa‟ad bin Abi Waqqash .Mereka berkata,“Sesungguhnya engkau
termasuk salah seorang anggota majelis Syura!”Namun Sa‟ad tidak memenuhi
permintaan mereka.
Kemudian mereka menemui Abdullah bin Umar. beliaupun menolak tawaran
mereka. Merekapun bingung, lantas mereka berkata, “Jika kita pulang ke daerah
masing-masing dengan membawa kabar terbunuhnya Utsman tanpa ada yang
menggantikanposisinya, manusia akan berselisih tentang urusan ini dan kita tidak
akan selamat. Mereka kembali menemui Ali dan memaksa beliau untuk
menerimanya. Al-Asytar an-Nakha‟imeraih tangan Ali dan membaia‟tnya kemudian
orang-orangpun ikut membai‟at beliau.Penduduk Kufah mengatakan bahwasanya
yang pertama kali membai‟at Ali adalah al-Asytar an-Nakha‟i. Peristiwa itu terjadi
pada hari Kamis 24 Dzulhijjah.Itu terjadi setelah orang-orang terus mendesak
beliau.Mereka semua berkata, “Tidak ada yangpantas memegangnya kecuali
Ali.”Keesokan harinya pada hari Jum‟at, Ali naik ke atas mimbar.Orang-orang yang
belum membai‟at beliau kemarin berbondong-bondong membai‟at beliau.Orang
pertama yang membai‟at beliau saat itu adalah Thalhah kemudian az-Zubair Bai‟at
ini terjadi pada hari Jum‟at 25 Dzhulhijjah tahun 35 H
10
2. Kebijakan Politik Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Di antara Kebijakan yang dilakukan Ali bin Abi Thalib:
a. Memecat Gubernur dan Pejabat Korup
Ali memecat gubernur yang sewenang-wenang yang telah diangkat pada
masa pemerintahan Utsman bin Affan, termasuk Mu‟awiyah bin Abu
Sufyan yang telah berkuasa di Syam sejak masa pemerintahan Umar bin
Khattab. Mu‟awiyah dinilai sebagai provokator yang dapat membahayakan
kekuasaan Islam di Madinah. Beberapa pejabat lainnyadiketahui telah
menyelewengkan kas negara, sehingga Ali mencopotmereka dari
jabatan dan menggantinya dengan orang-orang pilihannya.
b. Menarik Tanah dan Memberlakukan Pajak
Ali mengambil kembali tanah-tanah yang berada dalam penguasaan famili-
famili dan kaum kerabat Utsman serta hibah-hibah yang diberikankepada
siapa saja secara tidak legal. Ia juga kembali memberlakukankebijakan
pajak seperti pada masa Umar bin Khattab.
c. Memindahkan Pusat Pemerintahan ke Kuffah
Dikarenakan gangguan yang terus menerus mengusik Madinah,
Alimemutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan di Kuffah. Ali
tidak memindahkan pusat pemerintahan ke Damaskus karena Mu‟awiyah
berada di sana, begitu pula dengan Mekkah yang dipenuhi oposisi Ali,
termasukAisyah. Sementara penduduk Basrah telah lebih dahulu
dipengaruhi oleh pihak Thalhah, Zubair dan Aisyah.
11
Dalam sikap Egalitarian (persamaan derajat pada setiap manusia), Ali
bahkan mencontohkan sosok seorang kepala negara yang berkedudukan sama
dengan rakyat lainnya. Dalam sebuah kasus, Ali berperkara dengan seorang Yahudi
mengenai baju besi. Yahudi tersebut, dengan berbagai argumen dan saksinya,
mengklaim bahwa baju tersebut miliknya. Karena Ali tidak dapat menunjukan
bukti-bukti dalam pembelaannya, maka hakim memutuskan memenangkan dan
mengabulkan tuntutan Yahudi tersebut.\
Ali ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam sebagaimana pada masa
Umar dan Abu Bakar sebelumnya, namun kondisi masyarakat yang kacau
balau dan tidak terkendali lagi menjadikan usaha Ali tidak banyak berhasil.
Umat lebih memperhatikan kelompoknya daripada kesatuan dan persatuan.
Akhirnya peraktis selama pemerintahannya, Ali lebih banyak mengurusi
persoalanpemberontakan di berbagai daerah.
b. Rela Berkorban
Rela berkorban menjadi sifat Ali bin Abi Thalib yang patut diteladani umat
Muslim. Ali adalah pribadi yang rela berkorban demi memperjuangkan
kebenaran. Selain itu, ia dikenal sangat mencintai Allah dan Rasul. Ali
bahkan rela ketika Rasulullah memintanya menggantikannya untuk tidur di
ranjangnya. Padahal, ia tahu risikonya adalah terbunuh oleh kafir Quraisy.
Namun, Ali sama sekali tidak keberatan melakukan permintaan tersebut.
12
c. Dapat Dipercaya
Ali mendapatkan kehormatan dari Rasulullah untuk mengembalikan barang-
barang milik orang-orang Quraisy yang dititipkan kepada Nabi saat hendak
hijrah. Barang itu kembali kepada miliknya dengan utuh tanpa kurang
sedikitpun.
e. Sederhana
Ali adalah sosok manusia yang hidup sangat sederhana. Ia makan secukupnya
dan tidak berlebihan. Ali bahkan memakai pakaian yang kasar, hanya untuk
menutupi tubuhnya di saat panas dan menahan dingin di saat hujan.
13
keempat. Ketika kelompok Ali hampir menang, Muawiyah menawarkan perundingan
(tahkim) sebagai penyelesaian permusuhan.
Ali menerima tawaran Muawiyah, sehingga menyebabkan 4.000 pengikutnya
memisahkan diri, keluar dari barisan. Ia merasa, baik Ali maupun Muawiyah tidak
benar dan dicap sebagai kafir. Sejarah mencatat, kelompok ini nantinya disebut
sebagai kelompok khawarij. Khawarij berasal dari kata kharaja artinya
keluar/membelot, termasuk di dalamnya adalah Ibnu Muljam. Khawarij menyatakan,
permusuhan harus diselesaikan dengan kehendak Tuhan, bukan perundingan
(arbitrase). Khawarij juga mengkafirkan terhadap mayoritas umat muslim yang
moderat dan menuduhnya sebagai pengecut dan kafir.
Ali bin Abi Thalib dianggap bersalah karena telah setuju arbitrase, padahal
sejatinya Ali cuma ingin perdamaian antar umat Islam. Peperangan antara saudara
tidak akan menyelesaikan masalah, maka ia menawarkan perundingan dan dialog.
Oleh Ibnu Muljam dan kelompok Khawarij, Ali akhirnya dibunuh.
C. KESIMPULAN
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang berdiri setelah
meninggalnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah. Dikutip
dari Khulafaur Rasyidin (2019), Khulafaur Rasyidin berasal dari kata khulafah dan
ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk jamak dari kata khalifah yang berarti pengganti,
pemimpin, atau penguasa yang diangkat. Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak
dari ar-rasyid yang berarti orang yang mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin
memegang kendali pemerintahan Islam selama 30 tahun dari 11 H hingga 40 H atau
632-660 M.
Ada empat Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah sahabat-sahabat nabi yang
dipilih karena kepantasan dan kelebihannya diantaranya adalah :
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Umar bin Khattab.
3. Utsman bin Affan.
4. Ali bin Abi Thalib.
14
D. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen, Islam Sejarah Singkat, Jendela, Yogyakarta, 2002.
15