Anda di halaman 1dari 15

Kualitas Pelayanan Admisi Dengan SMART Service Admission Di RSUD

Dr.HARJONO S PONOROGO

Quality of Admission Service With SMART Service Admission In Dr. Harjono S


General Hospital of Ponorogo

Wiwik Widiyati1), Didik Gunawan Tamtomo2), Hermanu Joebagio3)


1) Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS
2) Fakultas Kedokteran UNS
3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

ABSTRAK

Latar Belakang: Kualitas pelayanan merupakan salah satu aspek pelayanan yang
penting bagi keberlangsungan suatu rumah sakit. Pemberlakukan kebijakan tentang
SMART meliputi Senyum, Menyambut, Atensi, Responsif, Terpadu Service Admission
di RSUD dr. Harjono S Ponorogo bertujuan untuk peningkatan pelayanan admisi,
dimulai pada tanggal 9 September 2015. Kebijakan tentang SMART Service Admission
ini berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan RSUD dr Harjono S Kabupaten
Ponorogo tahun 2012 adalah sebesar 78,47%, tahun 2013 sebesar 71,09% dan pada
tahun 2014 adalah sebesar 78,60% dari target nilai standar pelayanan adalah 90.
Demikian juga dengan banyaknya aduan masyarakat pada tahun 2014 tentang antrian di
poli rawat jalan. Selain itu selama diberlakukan kebijakan SMART Service Admission
belum pernah dilakukan analisis yang berkaitan dengan kepuasan pasien saat menjalani
proses admisi.

Subjek dan Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016. Sampel dipilih
secara purposive sampling berdasarkan kriteria. Teknik pengumpulan data dengan
observasi, wawancara mendalam dan kajian dokumen. Analisis data dengan cara
reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan SMART Service Admission kurang


efektif mencakup kekurangan tenaga di bagian satpam, admisi dan Instalasi Gawat
Darurat dan kelengkapan sarana dan prasarana dan keadaan fisik bangunan yang
kurang mendukung. Satpam mempunyai peran ganda yakni sebagai tenaga keamanan
dan juga sebagai tenaga yang pertama kali menyambut pasien dan keluarga di pintu
gerbang RSUD Dr. Harjono S Ponorogo sekaligus melakukan skrining visual untuk
memilah pasien yang berkunjung ke rawat jalan, gawat darurat ataupun ke pelayanan
PONEK. Sedangkan tenaga admisi rawat jalan merangkap sebagai tenaga informasi
pasien. Faktor penghambat pelaksanaan SMART Service Admission berkaitan dengan
rendahnya sebagian sikap petugas pemberi pelayanan admisi oleh karena rendahnya
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kekurangpuasan dalam pemberlakuan reward and
punishment. Dari penelitian didapatkan data bahwa pemberlakuan kebijakan SMART
Service Admission ini belum pernah dilakukan evaluasi.
Kesimpulan: Pelaksanaan SMART Service Admission kurang efektif meliputi fisik
bangunan, tenaga dan fasilitas. Faktor penghambat SMART Service Admission yaitu
rendahnya sebagian sikap petugas karena rendahnya monitoring evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan kekurangpuasan dalam pemberlakuan reward and punishment.

Kata Kunci: SMART Service Admission, Kualitas Pelayanan Admisi, Perubahan


Perilaku Lawrence Green

PENDAHULUAN rumah sakit wajib menjaga keselamatan


Kualitas pelayanan merupakan pasien secara konsisten dan terus
salah satu aspek pelayanan yang menerus.
penting bagi keberlangsungan suatu Di rumah sakit memerlukan
rumah sakit. Kualitas pelayanan yang satu unit yang harus dapat mengelola
baik akan memberikan kepercayaan secara sistematis segala kebutuhan
pasien bahwa rumah sakit tersebut bisa pasien, mulai dari penerimaan pasien,
diandalkan untuk mengatasi masalah pemilahan pelayanan kepada pasien
kesehatannya. Dengan demikian besar sampai penempatan ruang perawatan
kemungkinan di masa yang akan pasien. Unit tersebut adalah unit admisi.
datang, pasien akan menggunakan Unit admisi ini merupakan salah satu
pelayanan rumah sakit tersebut atau unit yang dapat membantu
merekomendasikan kepada teman- meningkatkan efektifitas dan efisiensi
teman, tetangga untuk menggunakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
pelayanan rumah sakit tersebut. Karena unit admisi dianggap unit yang
Sebaliknya rumah sakit yang paling mengetahui tentang informasi
memberikan pelayanan yang buruk pasien. Pasien pertama kali datang
akan ditinggalkan pasien. langsung berhadapan dengan bagian
Rumah sakit sebagai salah satu admisi, maka bagian ini bertanggung
fasilitas pelayanan kesehatan memiliki jawab terhadap pembentukan pola
peran yang sangat strategis dalam hubungan rumah sakit dengan calon
upaya meningkatkan derajat kesehatan pasien dan keluarganya. Ke dalam
masyarakat. Rumah sakit sebagai salah rumah sakit bagian ini bertanggung
satu organisasi pelayanan kesehatan jawab kepada dokter dan staf rumah
sudah seharusnya dapat memberikan sakit dalam memasukan pasien tersebut,
pelayanan kesehatan yang terbaik serta sehingga komunikasi yang baik dan
terjangkau oleh masyarakat dalam manajemen admisi pasien yang efektif
mengupayakan penyembuhan dan menjadi keharusan bagi suatu rumah
pemulihan yang serasi dengan upaya sakit. Kesalahan dan kemacetan atau
peningkatan dan pencegahan. Era kekurang lengkapan informasi tentang
globalisasi yang sedang kita jalani telah pasien akan mempengaruhi jalannya
membawa perubahan yang sangat proses admisi pasien, yang pada
mendasar terutama dalam peningkatan akhirnya memberikan dampak yang
mutu pelayanan rumah sakit di merugikan kepada pihak pasien maupun
Indonesia. Perubahan paradigma rumah sakit itu sendiri.
pelayanan kesehatan berkembang Sesuai Standar Akreditasi Rumah
dengan pesat, yang dulunya berfokus Sakit Versi 2012 di bab I yaitu Akses
pada pemberi pelayanan telah beralih ke Pelayanan & Kontinuitas Pelayanan
menjadi berfokus pada pasien, di mana yang berkaitan dengan Admisi Rumah
Sakit dijelaskan bahwa pasien diterima Hasil survei kepuasan pelanggan
sebagai pasien rawat inap atau didaftar RSUD dr Harjono S Kabupaten
untuk pelayanan rawat jalan Ponorogo tahun 2012 adalah sebesar
berdasarkan pada kebutuhan pelayanan 78,47%, tahun 2013 sebesar 71,09%
kesehatan mereka yang telah di dan pada tahun 2014 adalah sebesar
identifikasi dan pada misi serta sumber 78,60% dari target nilai standar
daya rumah sakit yang ada. Uraian di pelayanan adalah 90%. Hasil survei
atas mempunyai maksud dan tujuan tahun 2014 di 15 unit pelayanan dengan
yaitu menyesuaikan kebutuhan pasien variabel penilaian yang terdiri dari
dengan misi dan sumber daya rumah sikap petugas, kejelasan informasi,
sakit tergantung pada keterangan yang kecukupan sarana prasarana dan
didapat tentang kebutuhan pasien dan prosedur pelayanan, didapat hasil 11
kondisinya lewat skrining pada kontak unit pelayanan dengan variabel sikap
pertama. Skrining dilaksanakan melalui petugas dan kejelasan informasi dengan
kriteria triase, evaluasi visual atau nilai di bawah 80. Demikian juga
pengamatan, pemeriksaan fisik atau dengan banyaknya aduan masyarakat
hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, pada tahun 2014 tentang antrian di poli
laboratorium klinik atau diagnostik rawat jalan. Artinya pelanggan
imajing sebelumnya. Skrining dapat menganggap kurang baiknya sikap
terjadi disumber rujukan, pada saat petugas dan kurang jelasnya informasi
pasien ditransportasi emergensi atau yang didapatkan dalam menerima
apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal pelayanan di RSUD dr Harjono S
ini sangat penting bahwa keputusan Kabupaten Ponorogo. Perbaikan kinerja
untuk mengobati, mengirim atau baik sistem maupun sumber daya
merujuk hanya dibuat setelah ada hasil manusia terus menerus dilakukan.
skrining dan evaluasi. Hanya rumah Inovasi-inovasi harus dijalankan dalam
sakit yang mempunyai kemampuan melakukan perubahan ke arah kinerja
menyediakan pelayanan yang yang lebih baik salah satunya dengan
dibutuhkan dan konsisten dengan SMART Service Admission yaitu
misinya dapat dipertimbangkan untuk menyambut pasien dan keluarga yang
menerima pasien rawat inap atau pasien berkunjung ke RS dengan (S)
rawat jalan. senyuman, (M) menyapa, (A) atensi;
RSUD Dr Harjono S Kabupaten memberikan perhatian kebutuhan
Ponorogo merupakan Rumah sakit tipe pasien, (R) responsif; tanggap memilah
B Non Pendidikan milik Pemerintah prioritas kebutuhan sesuai dengan
Daerah yang melaksanakan Pelayanan tingkat kegawatdaruratan, (T) terpadu
Kesehatan yang menerapkan Pola antara bidang teknis, medis dan non
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan teknis medis yang dimulai pada tanggal
Umum Daerah (PPK BLUD ) sejak 9 September 2015. Manfaat proyek
tahun 2012 berdasarkan Peraturan perubahan ini diharapkan dapat
Bupati Nomor 545 tahun 2011. Jenis meningkatkan kualitas pelayanan dan
pelayanan rawat jalan 19 poliklinik, kepuasan pelanggan dengan
dengan 19 jenis pelayanan rawat inap terwujudnya SMART Service
dan 19 instalasi dan penunjang. Alur Admission sebagai triase kebutuhan
pasien di RSUD dr. Harjono S kegawatan pasien sekaligus pelayanan
Ponorogo melalui dua jalur yaitu informasi holistik bagi pasien dan
instalasi rawat jalan dan instalasi gawat keluarga sesuai standar mutu pelayanan
darurat. dan keselamatan pasien. Serta dapat
memberikan kemudahan, kejelasan menjalankan operasional BLUD, yakni:
layanan, kenyamanan dan keamanan fleksibilitas dalam hal pengelolaan
pasien dan keluarga. keuangan, fleksibilitas dalam pengelolaan
sumber daya manusia dan fleksibilitas
dalam hal pengelolaan dan pengadaan
SUBYEK DAN METODE
aset/barang. Akan tetapi BLUD harus
Jenis penelitian deskriptif menjalankan praktek bisnis yang sehat
kualitatif dengan pendekatan tanpa mengutamakan pencarian
fenomenologi yaitu pendekatan yang keuntungan.
berusaha memahami makna dari berbagai Proses admisi di rumah sakit
peristiwa dan interaksi manusia di dalam
bersifat elektif dan gawat darurat
situasi yang khusus. Fenomenologi
menggambarkan riwayat hidup seseorang
tergantung dari kasus yang ditemukan
dengan cara menguraikan arti dan makna oleh dokter. Admisi yang bersifat
hidup serta pengalaman suatu peristiwa elektif biasanya pada pasien yang tidak
yang dialaminya. Teknik penentuan mengalami sakit yang mendadak dan
sampel menggunakan teknik purposive tidak mengancam nyawa, sedangkan
sampling. Sampel dipilih berdasarkan admisi yang bersifat gawat darurat itu
kriteria yang ditetapkan peneliti. bersifat mendadak, mengalami trauma
Sedangkan teknik pengumpulan data berat, penyakit dalam tahap lanjutan
dengan cara observasi, wawancara dan penyakit yang mengancam nyawa
mendalam dan kajian dokumen. pasien. Pelayanan admisi Rumah Sakit
Analisis data dilakukan dengan cara yang bermutu, yaitu yang berfokus pada
reduksi data, penyajian data dan keselamatan pasien dengan SMART
verifikasi data. (senyum, menyambut, atensi, responsif
dan terpadu) Service Admission di mana
HASIL pasien dan keluarga disambut dengan
RSUD Dr.Harjono S Ponorogo sikap tersenyum, diperhatikan
adalah salah satu rumah sakit rujukan bagi kebutuhan sesuai kondisi,
sektor pelayanan kesehatan baik dari diinformasikan dan dilayani sesuai
pemerintah maupun swasta di lingkungan dengan kebutuhan secara terpadu, baik
Kabupaten Ponorogo yang mempunyai 20 kebutuhan medis maupun non medis.
SMF (Staf Medis Fungsional), 16 Instalasi, Pelayanan ini dimulai dari
dan 18 poliklinik rawat jalan. RSUD Dr. penyambutan pasien oleh petugas
Harjono S Kabupaten Ponorogo memiliki satpam, identifikasi kebutuhan dan
luas tanah 6,3 HA, dan luas bangunan
risiko jatuh di poliklinik rawat jalan,
16.702,7625 meter persegi dan
menggunakan konsep garden hospital yaitu serta triase kegawatan di instalasi gawat
rumah sakit yang memadukan kesehatan darurat sampai penyampaian informasi
dan lingkungannya yang memiliki lahan di tempat pendaftaran pasien rawat inap
terbuka hijau, penataan taman, yang merupakan upaya pelayanan
menggunakan sistem pencahayaan alami, inovasi yang mengutamakan
menggunakan pendingin ruang alami keselamatan pasien.
melalui sirkulasi udara yang memadai. Dari hasil wawancara dengan
RSUD Dr. Harjono S Ponorogo berstatus subyek penelitian yang berprofesi sebagai
PPK BLUD yang akan memberikan satpam, diperoleh data bahwa keadaan fisik
keleluasaan untuk merencanakan, bangunan pos satpam sangat tidak
mengelola, dan mengendalikan semua menunjang untuk mendukung pelaksanaan
urusan internal sehingga pengambilan SMART Service Admission terutama pos
keputusan lebih fleksibel. Adanya jaga satpam yang berada di pintu masuk
fleksibilitas dan otonomi dalam utama rumah sakit. Pos satpam ini
menyulitkan satpam untuk keluar dari pintu gerbang RSUD Dr. Harjono S
gedung, karena pintu membelakangi pintu Ponorogo sekaligus melakukan skrining
masuk utama rumah sakit, sehingga harus visual untuk memilah pasien yang
memutar. Apabila ada pasien atau tamu berkunjung ke rawat jalan, gawat
yang datang, respon menyambut terhadap
darurat ataupun ke pelayanan PONEK.
kedatangan menjadi lama, karena satpam
harus keluar dari gedung, memutar keluar
Permasalahan yang muncul adalah
baru bisa menemui pasien tersebut. kekurangan tenaga satpam, apabila
Fasilitas pendukung pelayanan di ditinjau dari jumlah satpam yang ada
admisi rawat inap kurang memadai dibandingkan dengan luas bangunan
menyangkut ketersediaan komputer dan dan luas area pengamanan.
sistem informasi manajemen yang belum Keadaan fisik bangunan satpam
terintegrasi. Sedangkan di rawat jalan sangat tidak menunjang untuk
fasilitas yang tersedia sudah cukup pelaksanaan SMART Service
memadai. Dari beberapa informan Admission terutama pos jaga satpam
menyampaikan tentang kurangnya evaluasi yang berada di pintu masuk utama
dan program SMART Service Admission
rumah sakit. Pos satpam ini
dan permasalahan fasilitas yang muncul di
Instalasi Gawat Darurat meliputi ruang
menyulitkan satpam untuk keluar dari
triase yang kurang memenuhi syarat, gedung, karena pintu membelakangi
ketidaktersediaan depo apotik yang pintu masuk utama rumah sakit,
melayani IGD. Ruangan depo apotik sehingga harus memutar. Selain posisi
sekarang difungsikan menjadi gudang alat pintu yang tidak mendukung, apabila
medis. satpam tidak keluar dari pos,
Selain permasalahan yang terkait komunikasi dengan pasien atau
dengan fasilitas pelayanan tetapi pengantar pasien bisa dilakukan melalui
didapatkan data adanya peran ganda dari jendela kaca. Pada saat menyambut dan
pemberi pelayanan admisi rawat jalan dan melakukan skrining visual akan
satpam. Satpam sebagai tenaga keamanan
menyebabkan antrian mobil yang ada di
tetapi juga sebagai tenaga yang menyambut
kedatangan pasien. Tenaga admisi rawat
belakangnya karena harus
jalan juga merangkap sebagai tenaga memberhentikan mobil tersebut untuk
informasi. Saat penelitian juga didapatkan melihat pasien dari dekat dan
data tentang motivasi dan kehadiran yang memerlukan waktu dalam beberapa
kurang dari satpam. menit. Masalah ini akan memicu
Menurut pasien dan keluarga kemacetan, oleh karena di depan pintu
didapatkan data bahwa pelayanan yang masuk RSUD Dr. Harjono S Ponorogo
diberikan mulai dari tempat pendaftaran merupakan jalan raya utama yang
sudah lebih baik dibandingkan dengan yang menghubungkan Kabupaten Ponorogo
sebelumnya. Respon terhadap pasien dalam dan Kabupaten Pacitan.
memberikan pelayanan juga dirasakan
Pengusulan terhadap perubahan
lebih cepat. Keramahan petugas terhadap
pasien atau keluarga yang datang
bentuk pos satpam sudah diusulkan
berkunjung juga lebih baik. oleh koordinator satpam, tetapi belum
ada tindak lanjut dari pihak manajemen.
Pengusulan perubahan ini salah satunya
PEMBAHASAN disesuaikan dengan Pedoman
Satpam dalam SMART Service Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit
Admission mempunyai peran ganda Kelas B dari Direktorat Bina Pelayanan
yakni sebagai tenaga keamanan dan Penunjang Medik Dan Sarana
juga sebagai tenaga yang pertama kali Kesehatan Sub Direktorat Bina Sarana
menyambut pasien dan keluarga di Dan Prasarana Kesehatan Tahun 2012.
Menurut Peraturan Menteri untuk memenuhi kebutuhan yang ada
Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 dalam diri manusia. Perilaku manusia
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan (human behavior) merupakan reaksi
Keuangan Badan Badan Layanan yang dapat bersifat sederhana maupun
Umum Daerah, pada BAB II pasal 2 bersifat kompleks. Pada manusia
ayat 7 disebutkan bahwa dalam khususnya terdapat bentuk-bentuk
menyelenggarakan dan meningkat-kan perilaku instinktif (species-specific
layanan kepada masyarakat, BLUD behavior) yang didasari oleh kodrat
diberikan fleksibilltas dalam untuk mempertahankan kehidupan.
pengelolaan keuangannya. Sehingga Ketidakhadiran, ketidak
apabila menganut aturan di atas, disiplinan dan keenganan satpam ini
perencanaan dan realisasi perubahan berawal dari predisposing factor yaitu
pos satpam bisa segera dilakukan adanya ketidakpuasan akan reward
mengingat RSUD Dr. Harjono S yang mereka terima sebagai bentuk
Ponorogo sudah berbentuk PPK BLUD pengakuan. Selain itu disebabkan
(Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan motivasi kinerja yang kurang pada
Badan Layanan Umum Daerah) RSUD kelompok satpam kerena pengawasan
Dr. Harjono S Ponorogo mulai tanggal dan evaluasi yang rendah dan
1 Januari 2012 berdasarkan Peraturan kesenjangan dalam pembagian tugas antara
Bupati per 25 April 2011 nomor 545 yang senior dengan satpam junior, serta
tahun 2011 tentang penerapan Pola ketidakpuasan dalam pembagian jasa.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Kekurangan fasilitas yang
Umum Daerah (PPK-BLUD) atau dimiliki oleh unit admisi rawat inap dan
secara penuh pada Rumah Sakit Daerah rawat jalan sifatnya hampir sama
(RSUD) Dr. Harjono S Ponorogo dengan bagian satpam.
dengan status sebagai PPK-BLUD. Kekuranglengkapan sarana dan
Perilaku satpam dalam prasarana sudah melewati pengusulan
memberikan pelayanan SMART dan belum dilakukan perubahan atau
Service Admission, ada beberapa hal penambahan, sedangkan hal tersebut
yang menjadi permasalahan yaitu : bersifat sangat penting dalam
ketidakdispinan, ketidakhadiran dan peningkatan kualitas pelayanan di
keenganan dalam memberikan admisi.
pelayanan terkait dengan SMART Selain sarana dan prasarana
Service Admission serta kurangnya yang kurang memadai juga didapatkan
pengawasan dan evaluasi dari pihak permasalahan tentang SIMRS (Sistem
yang berwenang. Selain permasalahan Informasi Manajemen Rumah Sakit)
di atas juga adanya ketidakpuasan yang yang belum bisa memberikan informasi
dialami oleh satpam dalam penerimaan yang terintegrasi akuntabel dan
reward berupa jasa pelayanan. transparan secara lebih lengkap, yang
Ketidakpuasan ini muncul karena bisa meningkatkan pelayanan admisi.
adanya “gap” antara kelompok junior Sistem informasi Manajemen sudah.
dan kelompok senior. Dan adanya Sesuai dengan Peraturan Menteri
perbedaan dalam pelaksanaan beban Kesehatan Republik Indonesia Nomor
kerja dari masing-masing individu. 82 Tahun 2013 Pasal 3 Tentang Sistem
Menurut Lawrence W Green Informasi Manajemen Rumah Sakit
(1988), perilaku manusia berasal dari bahwa Setiap Rumah Sakit harus
dorongan yang ada dalam diri manusia, melaksanakan pengelolaan dan
sedang dorongan merupakan usaha pengembangan SIMRS. Dijelaskan
juga di ayat 4 bahwa Pelaksanaan kesehatan mereka yang telah
pengelolaan dan pengembangan SIMRS diidentifikasi dan pada misi serta
harus mampu meningkatkan dan sumber daya rumah sakit yang ada.
mendukung proses pelayanan kesehatan Skrining dapat terjadi di sumber
di Rumah Sakit. Pernyataan di atas juga rujukan, pada saat pasien ditransportasi
didukung dengan Peraturan Menteri emergensi atau apabila pasien tiba di
Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007 rumah sakit. Hal ini sangat penting
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan bahwa keputusan untuk mengobati,
Keuangan Badan Badan Layanan mengirim atau merujuk hanya dibuat
Umum Daerah BAB XIII pasal 115 setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
yang tentang Akuntansi, Pelaporan Dan Hanya rumah sakit yang mempunyai
Pertanggungjawaban menjelaskan kemampuan menyediakan pelayanan
bahwa BLUD menerapkan Sistem yang dibutuhkan dan konsisten dengan
Informasi Manajemen keuangan sesuai misinya dapat dipertimbangkan untuk
dengan kebutuhan praktek bisnis yang menerima pasien rawat inap atau pasien
sehat.. rawat jalan.
Pada proses pre admission di Pada penanganan gawat darurat
Instalasi Gawat Darurat yang sifatnya yang pertama adalah proses triase.
elektif belum bisa dilakukan di Instalasi Triase bisa dilakukan secara visual dan
Gawat Darurat RSUD Dr. Harjono S dilakukan di ruang triase. (Pedoman
Ponorogo. Penerimaan pesanan dari Penyelenggaraan Pelayanan IGD 2014).
pasien atau keluarga yang ingin Triase dilakukan di ruang terbuka di
membuat perjanjian pertemuan dengan depan IGD dan dilakukan oleh perawat
dokter di rawat jalan juga belum bisa jaga triase yang merangkap perawat
dilakukan, karena meskipun sudah ada jaga di IGD. Sesuai dengan Instrumen
SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Akreditasi Rumah Sakit Standar
Rumah Sakit) tetapi belum bisa Akreditasi Versi 2012 Komisi
menghasilkan data online. Salah satu Akreditasi Rumah Sakit tentang Akses
penyebabnya adalah belum tertatanya Ke Pelayanan & Kontinuitas Pelayanan
sistem informasi dan tenaga di Instalasi Admisi Ke Rumah Sakit, Standar
Gawat Darurat yang belum memadai. APK.1.1.1 dijelaskan bahwa pasien
Selain itu sistem antrian yang dengan kebutuhan darurat, mendesak,
diberlakukan di rawat jalan masih atau segera diberikan prioritas untuk
bersifat manual belum komputerisasi. asesmen dan pengobatan. Proses triase
Kelemahan dari sistem admisi ini dapat termasuk kriteria berbasis
adalah belum bisa dilakukan fisiologik, bila mungkin dan tepat.
penjadwalan dan perencanaan pada Rumah sakit melatih staf untuk
penerimaan pelayanan. menentukan pasien yang membutuhkan
Sesuai dengan Instrumen asuhan segera dan bagaimana
Akreditasi Rumah Sakit Standar memberikan prioritas asuhan. Dari
Akreditasi Versi 2012 Komisi uraian di atas, dijelaskan bahwa triase
Akreditasi Rumah Sakit tentang Akses dilakukan oleh perawat atau dokter
Ke Pelayanan & Kontinuitas Pelayanan yang sudah terlatih. Sedangkan petugas
Admisi Ke Rumah Sakit standar APK yang jaga di triase belum pernah dilatih
1 menyebutkan bahwa pasien diterima triase, hanya memiliki sertifikat PPGD
sebagai pasien rawat inap atau didaftar saja atau ATLS dan ACLS.
untuk pelayanan rawat jalan Mekanisme perencanaan
berdasarkan pada kebutuhan pelayanan pelatihan bagi tenaga baik perawat
ataupun dokter di Instalasi Gawat rekam medik yang dilakukan, baik dari
Darurat sudah dilakukan oleh kepala segi jumlah ataupun jenis formulir.
Instalasi Gawat Darurat sebelum 1 Masalah-masalah yang
tahun berjalan. Realisasi dari berhubungan dengan admisi pasien
perencanaan yang diajukan unit sangat rawat inap dan rawat jalan di RSUD Dr.
terkait dari perencanaan program. Harjono S Ponorogo, salah satunya
Keseluruhan dari perencanaan ini yang muncul di admisi rawat jalan
dirangkum dan dianalisa kemudian adalah ketersediaan rekam medik sesuai
dimasukkan dalam DPA ( Daftar dengan pasien yang akan menerima
Pengusulan Anggaran). Keleluasaan pelayanan rawat inap atau rawat jalan.
penatausahaan keuangan di Badan Hal ini disebabkan karena lokasi
Layanan Umum Daerah sangat penyimpanan berkas rekam medis
membantu dalam realisasi perencanaan berada di gedung yang berbeda dan
dan program. Penatausahaan keuangan lokasinya cukup jauh. Permasalahan
dapat diketahui pada RBA (Rencana muncul apabila berkas rekam medis
Bisnis Anggaran) pada BLUD yang belum ada sedangkan pasien sudah
berlandaskan pada pelaksanaan Bisnis menunggu cukup lama. Selain itu
yang sehat tanpa mengejar keuntungan sebagian berkas rekam medis belum
atau nirlaba. kembali ke tempat penyimpanan atau
Sesuai dengan Standar bagian Filling karena masih terkendala
Akreditasi RS versi KARS tahun 2012 pengisian berkas yang belum lengkap
di standar APK 1 bahwa pasien rawat atau masih dilakukan verifikasi oleh tim
inap dan rawat jalan diterima verifikator BPJS. Hal ini tidak sesuai
berdasarkan kebutuhan pelayanan dengan standar kualitas mutu pelayanan
kesehatan yang telah diidentifikasi RSUD Dr. Harjono S Ponorogo adalah
melewati skrining pada kontak pertama. pengembalian status rekam medis
Tata cara penerimaan ataupun skrining adalah 2 x 24 jam sehingga belum
pasien rawat jalan atau skrining pasien terlaksana dengan sempurna.
gawat darurat tercantum dalam Ketenagaan admisi rawat jalan
kebijakan RS, pedoman atau panduan merangkap petugas informasi. Petugas
atau SPO (Standar prosedur admisi rawat jalan ini hanya ada satu
Operasional) yang disyahkan oleh orang, berada di Bagian Informasi dan
Direktur RSUD Dr. Harjono S juga merupakan petugas informasi.
Ponorogo. Penerbitan kebijakan ini Sehingga mempunyai tugas ganda
selain merupakan salah satu syarat sebagai tenaga admisi dan juga sebagai
dalam akreditasi RS tetapi juga tenaga yang memberikan informasi
merupakan perubahan paradigma kepada pasien dan pengunjung. Tugas
Patient Centered Care dan juga utuk ganda ini dirasakan tidak terlalu
meningkatkan kualitas pelayanan yang memberatkan. Tetapi kadang-kadang
merupakan salah satu syarat sebagai agak merepotkan apabila ada dua tugas
BLUD yang harus selalu meningkatkan yang berbarengan. Menurut Peraturan
kinerja. Banyak permasalahan yang Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun
muncul dalam ini. Salah satunya adalah 2007 tentang Pedoman Teknis
keengganan dalam melengkapi Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
dokumen rekam medik dengan alasan Umum Daerah pasal 67 BAB IV
terlalu banyak yang ditulis. Juga banyak tentang Prinsip Tata Kelola, Pasal 31
sekali perubahan-perubahan dokumen menjelaskan bahwa BLUD beroperasi
berdasarkan pola tata kelola atau
peraturan internal, yang memuat antara kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
lain: struktur organisasi, prosedur Direktur RSUD Dr. Harjono S
kerja, pengelompokan fungsi yang Ponorogo berupa kebijakan,
logis, pengelolaan sumber daya Pedoman/Panduan dan SPO tentang
manusia. Pada pasal 32 dijelaskan admisi rawat inap. Staf yang
tentang pengelolaan sumber daya bertanggungjawab untuk proses admisi
manusia sebagaimana dimaksud dalam seharusnya mengenal dan sudah biasa
Pasal 31 ayat (1) huruf d, merupakan melaksanakan prosedur tersebut.
pengaturan dan kebijakan yang jelas Peningkatan pengetahuan staf
mengenai sumber daya manusia yang admisi rawat inap belum secara optimal
berorientasi pada pemenuhan secara dengan dilakukan pelatihan-pelatihan
kuantitatif dan kualitatif/kompeten yang berkaitan dengan admisi,
untuk mendukung pencapaian tujuan sedangkan kebutuhan terhadap hal ini
organisasi secara efisien, efektif, dan sangat mendesak, berkaitan dengan
produktif. peningkatan mutu pelayanan admisi
Masalah-masalah yang muncul rumah sakit. Sesuai dengan Standar
di admisi rawat inap salah satunya Akreditasi RS versi KARS tahun 2012
adalah Penerbitan SEP (Surat di standar KPS1 (Kualifikasi Dan
Elegalibilitas Peserta) belum bisa Pendidikan Staf ) menjelaskan tentang
dilakukan di Admisi rawat inap. kewajiban rumah sakit dalam
Penerbitannya ini hanya bisa dilakukan menetapkan pendidikan, ketrampilan,
di admisi rawat inap. Sesuai dengan pengetahuan dan persyaratan lain bagi
Standar Akreditasi RS versi KARS seluruh staf. Pimpinan rumah sakit
tahun 2012 di standar APK 1 tentang menetapkan persyaratan khusus bagi
Admisi ke Rumah Sakit dijelaskan posisi staf. Mereka menetapkan tingkat
Pasien diterima sebagai pasien rawat pendidikan, ketrampilan, pengetahuan
inap atau didaftar untuk pelayanan dan persyaratan lain yang diperlukan
rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan sebagai bagian dari upaya
pelayanan kesehatan mereka yang telah memproyeksikan susunan staf untuk
di identifikasi dan pada misi serta memenuhi kebutuhan pasien. Pimpinan
sumber daya rumah sakit yang ada. mempertimbangkan faktor berikut ini
Maksud dan Tujuan APK.1 ini adalah dalam memproyeksikan/mengestimasi
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan kebutuhan staf sesuai misi rumah sakit,
misi dan sumber daya rumah sakit perpaduan antara pasien yang dilayani
tergantung pada keterangan yang oleh rumah sakit dengan kompleksitas
didapat tentang kebutuhan pasien dan serta kepelikan kebutuhan mereka, jenis
kondisinya lewat skrining pada kontak pelayanan yang disediakan oleh rumah
pertama. Skrining dilaksanakan sakit, teknologi yang digunakan oleh
melalui kriteria triase, evaluasi visual rumah sakit dalam asuhan pasien..
atau pengamatan, pemeriksaan fisik Kemampuan dalam melakukan standar
atau hasil dari pemeriksaan fisik, di atas didukung oleh status rumah sakit
psikologik, laboratorium klinik atau yang telah berbentuk BLUD, Menurut
diagnostik imajing sebelumnya. Proses Peraturan Menteri Dalam Negeri
admisi pasien rawat inap ke rumah sakit Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman
untuk pelayanan dan untuk pendaftaran Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
pelayanan rawat jalan distandarisir Badan Layanan Umum Daerah BAB X
lewat kebijakan dan prosedur tertulis, Pendapatan Dan Biaya BLUD pasal 60
hal ini sudah tercantum dalam dijelaskan bahwa Pendapatan BLUD
dapat bersumber dari: jasa layanan, karyawan dan pihak pimpinan sangat
hibah, hasil kerjasama dengan pihak penting dalam meningkatkan
lain, APBD, APBN dan lain-lain produktifitas kerja. Sedangkan menurut
pendapatan BLUD yang sah. Hal ini Gilmer (1966) menjelaskan tentang
masih didukung dengan pasal 67 yang faktor yang mendukung kepuasan kerja
menjelaskan bahwa pengeluaran biaya antara lain kesempatan untuk maju dan
BLUD diberikan fleksibilitas dengan gaji. Faktor pendapatan lebih banyak
mempertimbangkan volume kegiatan menyebabkan ketidakpuasan dan jarang
pelayanan dan fleksibilitas pengeluaran orang mengekspresikan kepuasan
biaya BLUD sebagaimana dimaksud kerjanya dengan sejumlah uang yang
pada ayat (1), merupakan pengeluaran diperolehnya.
biaya yang disesuaikan dan signifikan Di Instalasi Gawat Darurat
dengan perubahan pendapatan dalam menganggap masalah remunerasi
ambang batas RBA yang telah merupakan salah satu kendala dan
ditetapkan secara definitif. mempengaruhi semangat dalam
Faktor pendukung dan bekerja. Adanya ketidaktahuan dan
penghambat kualitas pelayanan admisi kekurangtransparan dalam pembagian
dengan SMART Service Admission jasa menyebabkan menurunnya kualitas
dalam memberikan kepuasan kinerja. Dalam Sutrisno (2012)
masyarakat di RSUD Dr. Harjono S dijelaskan bahwa kepuasan kerja
Ponorogo adalah meliputi faktor karyawan merupakan masalah penting
predisposisi yang juga sebagai faktor yang diperhatikan dalam hubungannya
penghambat dalam pelaksanaan dengan produktivitas kerja. Selain itu
SMART Service Admission. Berkaitan ketidakpuasan sering dikaitkan dengan
dengan satpam salah satunya adalah tingkat tuntutan dan keluhan pekerjaan
sikap satpam dalam memberikan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil
pelayanan SMART Service Admission. penelitian bahwa ada kehadiran satpam
Permasalahan yang muncul yaitu: yang rendah dan keengganan satpam
ketidakdisiplinan, ketidakhadiran dan untuk melakukan tugas-tugas yang telah
keenganan dalam memberikan dibebankan terutama tugas tambahan
pelayanan terkait dengan SMART selain sebagai tenaga keamanan.
Service Admission. Selain permasalahan Meskipun perilaku ini hanya dilakukan
di atas juga adanya ketidakpuasan yang oleh sebagian kecil karyawan saja.
dialami oleh satpam dalam penerimaan Karyawan yang tidak rajin atau sering
reward berupa jasa pelayanan. Adanya tidak masuk dengan alasan yang tidak
perbedaan dalam pelaksanaan beban jelaspun tidak mendapatkan peringatan
kerja dari masing-masing individu. atau punishment.
Faktor individual yang mempengaruhi Terkait dengan hal di atas,
sikap satpam dalam pelaksanaan permasalahan ini tidak terjadi pada
SMART Service Admission adalah pada petugas admisi. Hanya berupa
faktor status dan senioritas. Faktor keluhan ketidakpuasan dalam
status kerja dalam hal ini banyak pembagian jaga terutama antara junior
mendorong untuk mencari pekerjaan dan senior. Tetapi tidak menyebabkan
sampingan. Ghiselli dan Brown masalah pada pelayanan. Petugas
menjelaskan tentang faktor-faktor yang admisi sebagian besar adalah wanita.
menimbulkan kepuasan dalam bekerja, Peran wanita dalam pemenuhan
salah satunya adalah mutu pengawasan, kebutuhan keuangan keluarga hanya
berkaitan dengan hubungan antara bersifat membantu, tidak seperti
seorang laki-laki yang bertugas sebagai gedung administrasi admisi rawat jalan
pencari nafkah, sehingga permasalahan ada di 2 tempat, yaitu tempat untuk
yang terkait dengan pendapatan tidak pendaftaran pasien dan 1 tempat lagi
terlalu kentara dirasakan. untuk pendaftaran dan penerbitan SEP
Faktor pendukung (enabling bagi pemegang kartu BPJS. Kedua
factors) dalam hal ini adalah gedung ini letaknya berdekatan dan ada
ketersediaan fasilitas atau sarana dan ruang tunggu pasien yang sudah
prasarana yang diperlukan kualitas memakai pendingin ruangan demi
pelayanan admisi dengan SMART kenyamanan pelanggan.
Service Admission. Fasilitas yang tersedia untuk
Bentuk fisik bangunan satpam admisi rawat jalan menurut subyek
sangat tidak menunjang untuk penelitian dianggap sudah memadai.
mendukung pelaksanaan SMART Karena saat melakukan skrining visual
Service Admission terutama pos jaga pasien, petugas tidak memerlukan
satpam yang berada di pintu masuk sarana dan prasarana yang kompleks.
utama rumah sakit. Pos satpam ini Seperti formulir untuk skrining visual,
menyulitkan satpam untuk keluar dari formulir risiko jatuh, pita kuning untuk
gedung, karena pintu membelakangi disematkan di lengan pasien apabila
pintu masuk utama rumah sakit, dinilai berisiko untuk jatuh dan kartu
sehingga harus memutar. Selain posisi untuk pasien yang didahulukan Hanya
pintu yang tidak mendukung, apabila saja memerlukan kursi roda yang lebih
satpam tidak keluar dari pos, banyak yang terpusat di bagian
komunikasi dengan pasien atau informasi, sehingga apabila ada pasien
pengantar pasien bisa dilakukan melalui atau pengantar pasien yang memerlukan
jendela kaca. Jendela kaca ini bersifat bisa segera dilayani.
permanen sehingga tidak bisa dibuka, Fasilitas yang kurang memadai
sedangkan bagian yang terbuka ada di di Instalasi Gawat Darurat menurut
bagian atas sehingga menyulitkan saat subyek penelitian meliputi triase pasien.
berkomunikasi, karena sebagian besar Ruang triase pasien ini ada di depan
tidak mendengar apa yang disampaikan pintu masuk IGD dan ada di ruang yang
oleh satpam. terbuka, tidak ada penghalangnya sama
Selain akses keluar masuk pos sekali saat memeriksa pasien, selain itu
satpam yang sulit, pos satpam ini juga ketidaktersediaan depo farmasi
mempunyai ukuran yang relatif kecil yang berada di area IGD sangat
dibandingkan dengan bangunan yang mempengaruhi penanganan pasien
lain. Pos satpam ini belum dilengkapi emergensi.
dengan CCTV dan belum ada sarana Sebagai faktor penguat
kamar kecil. (reinforcement factor) meliputi
Tempat informasi pasien rawat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
jalan yang merangkap sebagai tempat oleh Direktur yang berbentuk Surat
skrining awal pasien di Poliklinik pada keputusan, panduan atau pedoman yang
admisi rawat jalan. Petugas informasi memberikan arahan terhadap suatu
ini terdiri dari 2 orang petugas, yang permasalahan. Selain itu juga
melayani sambungan telefon, melayani penerbitan SPO-SPO yang berguna
informasi bagi pasien dan pengunjung untuk memudahkan penyamaan
poliklinik serta ada penugasan persepsi terhadap pelaksanaan atau
tambahan yaitu skrining pasien yang implementasi suatu kegiatan. Hal ini
periksa di Poliklinik. Sedangkan untuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan
khususnya admisi di RSUD Dr. Astrini, S.2009. Usulan Pembakuan
Harjono S Ponorogo. Penerbitan SK Secara Administratif Standard
Direktur tentang pelaksanaan SMART Operating Procedure (SOP)
Service Admission untuk menjawab Kegiatan Perawatan Non Bedah
permasalahan yang timbul yaitu Instalasi Gawat Darurat RSUD.
penurunan kepuasan pelanggan. dr. Moewardi Surakarta
Menurut Tjiptono (dalam Dengan Metode Time Study.
Harcahyani G, 2010) Pengukuran Skripsi. Surakarta. : Jurusan
kualitas jasa model service quality Teknik Industri Fakultas
didasarkan pada skala multi item yang Teknik, Universitas Sebelas
dirancang untuk mengukur harapan dan Maret, Juli 2007. (Diakses 28
persepsi pelanggan serta kesenjangan di Januari 2016).
antara keduanya pada 5 dimensi Azwar, A. 1996. Pengantar
kualitas jasa (keandalan, daya tanggap, Administrasi Kesehatan, edisi
kepastian, empati, berwujud) dimana III Jakarta: PT Bina Rupa
kepuasan pasien meliputi: reliability Aksara.
atau kehandalan, assurance atau Bagyono. 2006. Teori dan Praktek
jaminan, tangibles atau wujud nyata, Hotel Front Office. Solo : CV
empathy atau perhatian, dan Alfabeta.
responsiveness atau kepedulian. Banerjee, A.T et al. 2015. Factor
Facilitating the Implementation
DAFTAR PUSTAKA of Church- Based Health
Anwika, Y. 2013. Peran Pelatih Promotion Programs for Older
Program Pelatihan Adults : A Qualitative Study
Keterampilan Bermusik Dalam Guided by the Precede-Proceed
Meningkatkan Motivasi Dan Model. American Journal of
Kemandirian Musisi Jalanan Health Promotion. Women’s
(Kasus Di Rumah Musik Harry College Reasearch Institute.
Roesli (RMHR) Kota Bandung) University of Toronto. Canada.
Universitas Pendidikan ( Diakses tanggal 15 Maret
Indonesia. 2016).
http//repository.upi.edu. Darsono, A. 2001. Kantor Depan Hotel
(diakses 14 Pebruari 2016). (Hotel Front Office). Jakarta : PT
Azam, M. 2007. Sistem Informasi Gramedia Widiasarana
Admisi Pasien Rawat Inap Indonesia.
Untuk Membantu Pengambilan Harcahyani, G. 2010. Analisis
Keputusan Klinis Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan
Administrasi Di Badan Rumah Terhadap Kepuasan Pasien Yang
Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Dimoderasi Oleh Variabel Nilai.
Dr. H . Soewondo Kabupaten Tesis. Program Pasca Sarjana
Kendal. Tesis. Program Studi Program Studi Magister
Magister Ilmu Kesehatan Manajemen Universitas
Masyarakat Konsentrasi Sistem Pembangunan “Veteran”
Informasi Manajemen Nasional Yogyakarta. (diakses 28
Kesehatan. Program Pasca Januari 2015).
Sarjana Universitas Diponegoro Hendrayani, L. 2000. Pelaksanaan
Semarang (diakses tanggal 28 Sistem Admisi Rawat Inap Di
Januari 2016). Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta-Utara. Tesis. Program Joint Commission International
Pasca Sarjana Fakultas Accreditation Standards for
Kesehatan Masyarakat Hospital. 2013. JCI
Universitas Indonesia, Depok. Acrreditation Manual 5th
(diakses 18 Februari 2015). Edition. Oakbrook Terrace
Green, LW. 1988. Policies For Illinois. USA
Decentralization And Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2012.
Development Of Health Instrumen Akreditasi Rumah
Education. Center For Health Sakit Standar Akreditasi Versi
Promotion Research And 2012 Edisi 1. Jakarta.
Development. Houston. Texas Kurniawati. N. 2014. Upaya
(diakses 20 Februari 2015). Peningkatan Kelangsungan
Green, LW. 2006. A Framework For Pemakaian Kontrasepsi IUD
Planning And Evaluatipn : Pasca Plasenta Berdasarkan
PRECEDE- PROCEED Analisis Faktor Perilaku Pada
Evolution and Application of Pasangan Usia Subur Di
the Model.10esans journees de Wilayah Kabupaten Mojokerto.
santé publique. Montreal, Tesis. Program Studi Ilmu
Quebec. (Diakses tanggal 18 Kesehatan Masyarakat
Februari 2016). Surabaya Fakultas Kesehatan
Ilyas, Y. 2004. Perencanaan SDM Masyarakat Program Magister..
Rumah Sakit. cetakan kedua. Universitas Airlangga (diakses
Pusat Kajian Ekonomi 18 Pebruari 2015).
Kesehatan FKM UI Depok, Mulyadi, I. Jan Carlzon Sang Pencetus
Jakarta. Moments of Truth.
Indonesia. 2009. Undang Undang http://www.marketing.co.id/Co
Nomor 44 tentang Rumah mmon/File.ashx?Id=5301 (13
Sakit. Januari 2015).
Indrawati, F.L. 2015. Penggunaan Octovina, P. 2015. Meningkatkan
pelayanan Skrining Infeksi Kepuasan Masyarakat
Menular Seksual (IMS) Pada Terhadap Mutu Pelayanan
Waria di Kota Yogyakarta. Rumah Sakit Yang
Tesis. Program Pasca Sarjana Mengutamakan Keselamatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Pasien Melalui SMART
Universitas Sebelas Maret, Service Admission. Proyek
Surakarta. Perubahan Instansional. Badan
Jacobalis, S. 1993. Beberapa Teknis Pendidikan dan Pelatihan.
dalam Manajemen Mutu, Pemerintah Provinsi Jawa
Universitas Gadjah Mada. Timur.
Yogyakarta. Pahlevi, W. 2009, Analisis Pelayanan
Jane, P. 2012. Developing Targeted Pasien Rawat Inap di Bagian
Health Service Interventions Admisi RSUD Budhi Asih.
Using the PRECEDE- Fakultas Kesehatan Masyarakat
PROCEED Model : Two Universitas Indonesia, Depok
Australian Case Studies. (13 Januari 2015).
Nursing Reasearch & Practice. Pratiwi, F. 2003. Analisis Kebutuhan
Universitas Fullerton. Pelayanan Informasi
California State. Pendaftaran Rawat Inap
Pasien Umum di Rumkital Kualitatif dan campuran dalam
Mintoharjo-Jakarta Pusat. Kesehatan Masyarakat.
Tesis. Program Pasca Sarjana Cetakan pertama. Surakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNS Press.
Universitas Indonesia, Depok Suryanti, N. 2002. Faktor-Faktor Yang
(13 Januari 2015). Berhubungan Dengan
Robbin SP dan Judge . 2007. Perilaku Lamanya Waktu Proses
Organisasi, Jakarta : Salemba Pendaftaran Pasien Rawat
Empat Inap Di Rumah Sakit Pondok
Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dr. Indah. Tesis. Program Pasca
Harjono S Ponorogo. 2015. Sarjana Fakultas Kesehatan
Keputusan Direktur RSUD dr Masyarakat Universitas
Harjono S Kabupaten Indonesia, Depok ( Diakses 13
Ponorogo Nomor Januari 2015).
445/9/I.1/I/2015 Tentang Sutrisno,E, 2012 , Sumber daya
SMART (Senyum, Menyambut, Manusia, Surabaya; Gramedia
Atensi, Responsif, Terpadu) Syamsi, I. 2007. Efisiensi, Sistem dan
Service Admission di RSUD dr. Prosedur Kerja. Edisi Revisi.
Harjono S Ponorogo. cetakan 2. Jakarta: Bumi
Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dr. Aksara.
Harjono S Ponorogo. 2015. Tarmoezi, T& Manurung, H. 1999.
Keputusan Direktur RSUD dr Professional Hotel Front Liner
Harjono S Kabupaten (Hotel Front Office). Jakarta :
Ponorogo Nomor Kesaint Blanc.
445/9/I.2/I/2015 Tentang Tjandra, Y 2004. Manajemen
Pemberlakukan SMART Administrasi Rumah Sakit.
Service Admission di RSUD dr. Edisi ke 2 Jakarta : Universitas
Harjono S Ponorogo. Indonesia, Depok.
Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dr. Wasisto, B. 1994. Peningkatan Mutu
Harjono S Ponorogo. 2015. Pelayanan RS. Cermin Dunia
Panduan Triase di RSUD dr. Kedokteran.
Harjono S Ponorogo. White, KM et al. 2015. Using A Theory
Stewart, LM. 2015. Hospital Mental Of Planned Behaviour
Health Admissions in Women Framework To Explore Hand
after Unsuccessful Infertility Hygiene Beliefs At The 5
Treatment and In Vitro Critical Moment Among
Fertilization: An Australian Australian Hospital Based
Population-Based Cohort Nurses. BMC Health Services
Study. Hospital Mental Health Research. Australia (Diakses
Admissions in Women after tanggal 2 Maret 2016).
Unsuccessful Infertility Wibowo, 2013, Perilaku dalam
Treatment and In Vitro Organisasi, Jakarta PT.Raja
Fertilization: An Australian Grafido Persada.
Population-Based Cohort Wijono, D. 1997. Manajenen
Study. PLoS ONE 10(3): Kepemimpinan dan Organisasi
e0120076. ( Diakses 20 Kesehatan. Airlangga
Pebruari 2016). University Press.
Sulaeman, ES. 2015. Metode Penelitian Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan vol 2.
Airlangga University Press.
Wikipedia, Pengertian Pelayanan
Rawat Inap, diakses tanggal 12
Januari 2016
Tania,Anastasia,2013, Pengaruh
Motivasi Kerja dan Kepuasan
kerja terhadap komitmen
organisasional karyawan PT
DAI KNIFE di Surabaya,Agora
Vol.1 No.3 ( Diakses tanggal 19
Juni 2016).
Yudha, Putu. 2013, Pengaruh
kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan sektor publik
dengan in-rde performance dan
innovative performance
sebagai variabel mediasi. E
jurnal akuntansi,
Univ.Udayana, diakses tanggal
15 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai