Bab Iii Hasil Dan Pembahasan: Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, Erlangga, Jakarta, 1985, Hal. 251
Bab Iii Hasil Dan Pembahasan: Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, Erlangga, Jakarta, 1985, Hal. 251
BAB III
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Berhubungan dengan itu harus
menurut Oemar Seno Adjiadalah sebagai salah satu aspek esensial, bahkan unsur
Wajib hukumnya setiap kasus perkara tindak pidana diadili pada daerah
pengadilan harus tau apakah pengadilan ada kuasa mengadili atas perkara
tidak kuasa mengadili perkara itu (kompetensi absolut). Hal tersebut sebenarnya
tidak singkron dengan teori loctus delicti, yang dimana pada Pasal 84 ayat (1)
segala perkara tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya. Namun
yang menjadi pertimbangan pada Pasal 84 ayat (2), dan Penjelasan Umum Pasal
25
Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, Erlangga, Jakarta, 1985, hal. 251
43
otentik. Selaras dengan hal tersebut apabila keadaan daerah dimana Pengadilan
Hal tersebut sama halnya terjadi pada kasus mantan Gubernur Jakarta
yakni Batsuki Tjhahja Purnama yang dimana resmi ditetapkan sebagai tersangka
terkait dugaan penistaan agama, singkatnya peristiwa dugaan penistaan agama ini
bermula saat Ahok melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada Selasa,
memaksa warga untuk memilih dirinya pada Pilkada 2017. Pernyataan itu disertai
kutipan surat Al Maidah ayat 51 yang menuai reaksi publik, sehingga pada Kamis,
6 Oktober 2016, video Ahok yang menyebut surat Al Maidah ayat 51 itu viral di
media sosial lewat jejaring facebook milik Buni Yani. Dan pada 7 Oktober 2016,
Ahok dilaporkan oleh Habib Novel Chaidir Hasan yang berprofesi sebagai alim
Agama itu telah lengkap atau P-21. Dan pada Kamis (1/12/2016) siang, hanya
26
Suharto RM, Penuntutan Dalam Praktek Peradilan, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hal.
103
44
pelimpahan berkas perkara dan tersangka Ahok dari Bareskrim Polri, Kejagung
namun karena alasan keamanan (Menurut Juru Bicara Mahkamah Aun Suhad)
maka terjadi pengalihan lokasi sidang yang dimana memerlukan izin ketua
Ragunan Jakarta Selatan” yang memang bahkan bukan wilayah daerah hukum.27
massa maupun media sosial yang dimana memaksa hukum maupun penegak
pada kasus besar seperti Penistaan Agama tersebut tetapi ada pula beberapa kasus
besar yang lokasi sidangnya dipindahkan seperti “sidang perkara mantan Wali
Kota Semarang yakni Seoemarno Hadi Saputra yang dimana dipindahkan dari
Pengadilan Negeri Semarang ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada Mei 2012.
Dan juga pada kasus terorisme Abu Dujana yang juga dipindahkan dari
Pengadilan Negeri Poso ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hanya karena alasan
keamanan.28
Dapat dilihat bahwa peran media dan instruksi pada masyarakat sangat
mendorong dan juga berdampak, sehingga sesuai dengan isi dari Penjelasan
27
http://www.tribunnews.com/nasional/2016/12/02/inilah-perjalanan-proses-hukum-
kasus-ahok
28
https://tirto.id/kronologi-kasus-dugaan-penistaan-agama-b457
45
bisa saja dipakai pada kasus Penistaan Agama dengan terdakwa Batsuki Tjhaja
Dalam kasus Ahok banyak diklaim sebagai Idependensi permainan politik salah
Oleh karenanya dapat dilihat pada kasus Batsuki Tjahaja Purnama alias
Pengadilan karena video yang beredar di laman facebooknya Buni Yani yang
dimana belum pasti terbukti benar atau tidaknyavideo tersebut. Sehingga dapat
kasus Ahok yang seharusnya di sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara tetapi
dari Pengadilan Negeri Jakarta Utara ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan akan
29
https://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/10/14081191/sejumlah.aktivis.ham.nyata
kan.ahok.korban.kriminalisasi
46
yang jelas bukan wilayah otoritas Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (otoritas
hukum).
forum publik, resmi, dimana kekuasaan publik ditetapkan oleh otoritas hukum
untuk menyelesaikan perselisihan dan pencarian keadilan dalam hal sipil, buruh
yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menegakkan hukum dan keadilan.
kepada proses untuk memberikan keadilan dalam rangka menegakkan hukum (het
memberikan peradilan.30
memutus, dan mengadili suatu perkara. Sehingga dapat dilihat pada kasus Ahok
Selatan (bukan wilayah otoritas Pengadilan Negeri Jakarta Selatan) tidak sejalan
pada Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang bilamana sudah menjadi
30
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengadilan
47
alasan keamanan tersebut, yang dimana pada sidang Ahok tersebut dilaporkan ada
Purnama atau Ahok dipindah. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden
Jakarta Selatan dinilai tidak memadai dan dikhawatirkan akan membuat jalannya
sidang dan lingkungan sekitar tidak kondusif, hal ini sesuai dengan pernyataan
Sekertaris GNPF MUI Habib Novel Bamukmin menilai kapasitas ruang sidang
mencapai 300 orang.31 Sehingga kalau berbicara mengenai keamanan bisa saja
Pengadilan sendiri yakni dengan kata lain sarana pra-sarana. Yang dimana
menurut Soerjono Soekanto: sarana atau fasilitasi mempunyai peran yang sangat
penting dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitasi tersebut,
31
https://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/14/21054751/polisi.rekomendasikan.lok
asi.sidang.ahok.dipindah
48
peranan yang aktual.32 Sehingga dapat dilihat bahwa tugas dan fungsi daripada
Sehingga hal tersebut jelas melanggar taat aturan pada Norma Hukum,
yang dimana Norma Hukum sendiri ialah sistem aturan yang diciptakan oleh
ke Pengadilan Negeri lain apabila hal keadaan daerah tidak mengizinkan maka
atas usul Ketua Pengadilan Negeri atau Kepala Kejaksaan yang bersangkutan,
32
https://www.kompasiana.com/djawara/54fec582a33311703c50f8bd/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-penegakan-hukum-di-indonesia
33
https://pn-tabanan.go.id/tugas-pokok-dan-fungsi/
34
Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, PT Raja Grafindo, Jatinangor, 2004, hal. 4
49
ialah antara lain tidak amannya daerah atau adanya bencana alam.Sehingga dapat
1. Keamanan, dan
2. Bencana alam.
lembaga hukum yang sah yang berperan untuk menggapai tujuan hukum yang
dengan hal tersebut disebutkan juga bencana alam yang dimana wilayah hukum
banjir, longsor, dll. Sehinnga kejadian alam yang dimaksudkan ialah kejadian
yang murni terjadi karna dampak dari alam dan tanpa ada unsur kesengajaan yang
Negeri ke Pengadilan Negeri lain, yang dimana hal tersebut berdasarkan domisili
sebagian besar saksi berada atau dengan kata lain tempat dimana sebagian besar
saksi berada. Yang dimana suatu unsur tindak pidana dapat dialihkan apabila
50
tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat
pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalam
daerahnya tindak pidana itu dilakukan. Hal ini diatur oleh Pasal 84 ayat (2)
KUHAP.
yang berwenang mengadili segala perkara tindak pidana yang dilakukan dalam
berasaskan pada teori “Locus Delicti” yang dimana maksud dari teori tersebut
hakiki yang dimana mengadili suatu tindak pidana yang terjadi dalam ruang
terjadinya delik (Locus Delicti) dan waktu terjadinya delik (Tempus delicti).
tersebut atau tidak (Pasal 2-8 KUHP). Disamping itu turut pula ditentukan
Dalam hal ini perlu diperhatikan pendapat Van Hamel (1927:212) yang
Sementara KUHP tidak mengatur tentang tempus dan loctus delicti. Pada
hakikatnyajuga KUHAP juga tidak mengatur secara expressis verbis tempus dan
mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
pengadilan negeri tersebut, dengan syarat bahwa sebagian besar saksi yang
negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan. Ayat 2 tersebut
mempertanyakan dalam hubungan mana dan untuk tujuan apa locus delicti itu
harus ditetapkan. Jikalau hendak dicari hakim yang berwenang relatif, maka teori
materiel itu dilakukan terdapat alat-alat bukti yang cukup. Jikalau yang hendak
serangan dan bahaya dari luar, maka tempat dimana instrument bekerja atau
Pengadilan yang pertama kali diserahi perkara yang diberikan wewenang untuk
satu diantara tiga macam teori locus delicti. Patut dikemukakan bahwa baik
Indonesia (U.U. NO. 8 tahun 1981) tidak memberikan penafsiran otentik atau
Lange ada dua problema pokok yang selalu dihadapi yaitu bahwa di satu pihak
36
Edi Setiadi Dian Andriasari, Perkembangan Hukum Pidana di Indonesia, Graha Ilmu,
Bandung, 2013, Hal. 66
37
H. A. Zanal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 180
53
dengan tingkat kemajuan zaman.38 Sehingga sesuai dengan sifat dari pada
pembaharuan yang fundamental maka sasaran dari pada pembaharuan ini harus
tersebut.39
dikehendaki oleh hukum tersebut. Menurut teori buatan materieel tidak dapat
memecahkan persoalan. Oleh ilmu hukum pidana di buatlah teori lain, yaitu teori
akibat. Menurut teori ini, maka loctus delicti ialah tempat terwujudnya akibat.
Dalam Pasal 84 ayat (2), dan Pasal 85 KUHAP yang dimana menentukan
mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya”. Namun, ayat 2
tersebut, dengan syarat bahwa sebagian besar saksi yang di panggil lebih dekat
sesuainya teori locus delicti dengan tempat diadilinya perkara tersebut oleh
Sama halnya pada Pasal 85 yang dimana dalam hal keadaan daerah tidak
mengizinkan suatu pengadilan negeri untuk mengadili suatu perkara, maka atas
usul ketua pengadilan negeri atau kepala kejaksaan negeri yang bersangkutan,
atau menunjuk pengadilan negeri lain daripada yang tersebut pada Pasal 84 untuk
mengadili perkara yang dimaksud. Yang dimana pada Penjelasan Umum atas
mengizinkan” ialah antara lain tidak amannya daerah atau adanya bencana alam.
tempat dimana ditempat dimanaa akibatnya terwujud. Ketentuan ini sesuai dengan
Ayat (2) menyangkut delik yang berbentuk percobaan (ex pasal 53 KUH
Pidana Indonesia), yang locus delicti-nya berganda, yaitu dimana pembuat sedang
Undang Hukum Acara Pidana Indonesia (terkhususnya Pasal 84 ayat 2 serta Pasal
pada Pasal 84 ayat 2, beserta Pasal 85. Karena dapat ditinjau bahwa dialihkannya
tempat sidang hanya pada kasus-kasus tertentu (seperti contoh kasus Batsuki
Tjahaja Purnama dengan kasus Penistaan Agama). Yang dimana pada kasus-kasus
40
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika,
Jakarta, 1985, hal. 65
56
tersebut sebenarnya dihasut oleh opini media. Sehingga terdampak jelas pada
Penegakan Hukum kadang disandera oleh opini media, yang dimana hal tersebut
juga dapat berpengaruh pada kualitas dan indepedensi putusan pada hakim.
Beralih dari hal tersebut, pada penjelasan Pasal 85 KUHAP yang dimana
mengizinkan pengadilan dapat dialihkan apabila dalam hal keadaan daerah tidak
ialah karena tidak amannya daerah. Kita ketahui bahwa pada Pasal 84 ayat (1)
perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan di daerah hukumnya”. Hal terebut
terlampir dalam Norma Hukum. Juga pada UU. NO 19 Thn 1964 tentang
Peradilan Negara, yang ditetapkan oleh Undang-undang”. Dan juga pada Pasal 3:”
menjelaskan secara terang bahwa Pengadilan yakni sebagai lembaga hukum, jelas
keamanannya, baik yang dalam wilayah hukum pengadilan ataupun dalam sistem
dalam penegakan hukum yang menjadi suatu kajian yusridis bagi penegakan
hal penegakan hukum supaya tercapainya tujuan hukum yakni dengan seoptimal
mungkin. Sehingga dalam hal ini penulis mengemukakan bahwa setiap kasus
57
perkara pidana yang dijalankan pada setiap pengadilan, yang dimana baik
sarana maupun prasarana yang memadai, dan perlu ditingkatkannya serta setara