Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA PRAKONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik BD7002 Asuhan Kebidanan


Holistik pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat

Oleh :

AYU UKHVIYATI
P07124523055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2023
ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Holistik pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat”.
Tersusunnya laporan pendahuluan ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT., M.Keb, selaku ketua jurusan


kebidanan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingan atas terlaksananya Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik pada Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat.
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT., Bdn., M.Kes, selaku ketua prodi
pendidikan profesi bidan yang telah memberikan kesempatan atas
terlaksananya Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Masa Prakonsepsi
dan Perencanaan Kehamilan Sehat
3. Huriyah S.ST., Bdn, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
arahan serta bimbingan selama Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada
Masa Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan


dalam penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh sebab itu, segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Yogyakarta, 1 September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I TINJAUAN TEORI..................................................................................... 1
A. Definisi Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan ...................................... 1
B. Definisi Wanita Usia Subur (WUS) ............................................................. 2
C. Persiapan Prakonsepsi dalam Perencanaan Kehamilan Sehat ..................... 2
D. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi ...................................................... 5
E. Kekurangan Energi Kronis (KEK) ............................................................... 7
F. Peran dan Kewenangan Bidan ................................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN ....................................... 18
A. Pengkajian data subyektif .......................................................................... 18
B. Pengkajian data obyektif ............................................................................ 20
C. Rencana Tindakan atau Penatalaksanaan ................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan


Prakonsepsi merupakan penggabungan dua kata, yaitu pra yang berarti
sebelum, konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur wanita dan sel
sperma pria. Prakonsepsi dilakukan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi
risiko biomedis, mekanis dan sosial terhadap kesehatan wanita ataupun
pasangan usia produktif yang berencana untuk hamil. Persiapan konsepsi
dimulai dari masa remaja Kesehatan organ reproduksi, kebutuhan akan gizi dan
perilaku hidup sehat dan lainya.1
Wanita prakonsepsi adalah wanita usia subur yang siap menjadi seorang
ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak,
remaja, ataupun lanjut usia.2 Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa
prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses
konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan. Periode
prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur,
yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan
kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi
merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat. 3
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
setiap pasangan suami istri, baik itu secara fisik, psikologi/mental dan finansial.
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh
selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko dan
mengaplikasikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat.
Idealnya pasangan suami istri perlu menyiapkan diri, setidak-tidaknya tiga atau
enam bulan sebelum konsepsi, dengan cara mengontrol pola makan dan gaya
hidup yang sehat, usahakan untuk makan-makanan yang bergizi yang
dibutuhkan janin untuk tumbuh dan berkembang.

1
B. Definisi Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia
reproduktif (sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu
antara usia 15 – 49 tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda,
yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan. 4
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita
usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada
pada rentang usia 20-29 tahun. 5

C. Persiapan Prakonsepsi dalam Perencanaan Kehamilan Sehat


1. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum
hamil untuk mempersiapkan ibu dan bayi yang sehat selama kehamilan
sampai bayi lahir.. Pemeriksaan dan pengobatan penyakit yang diderita
sebelum hamil perlu dilakukan sampai dinyatakan sembuh atau
diperbolehkan hamil oleh dokter.
Pemeriksaan penyakit atau virus yang umum dilakukan pada masa
prakonsepsi adalah virus rubella, HIV, siphilis dan TORCH. Pemeriksaan
golongan darah dan rhesus pada pasangan suami istri dilakukan untuk
mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah ibu dan
bayinya. Pemeriksaan Hemoglobin darah dilakukan untuk mendeteksi
anemia dan GDS untuk menggambarkan risiko DM pada WUS. Pada
pemeriksaan genetik dilakukan untuk mengetahui penyakit dan cacat
bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat genetis dari salah satu
atau kedua orang tuanya. Jika telah diketahui data medis secara lengkap,
dapat diketahui secara dini apabila memang ada kelainan pada janin atau
calon orang tua, sehingga bisa membuat keputusan yang lebih bijak.
2. Imunisasi TT

2
Imunisasi TT adalah bentuk pencegahan dan perlindungan diri terhadap
penyakit tetanus toksoid. Imunisasi TT dilakukan dengan pemberian 5
dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh. Pemberian
imunisasi dapat diberikan saat akan menikah, dan paling lambat sebelum
proses persalinan. Tujuan imunisasi TT yaitu untuk menghindari tetanus
pada ibu dan bayi yang risikonya meningkat akibat adanya proses
persalinan. Bakteri tetanus masuk melalui luka. Ibu yang baru melahirkan
bisa terpapar tetanus pada waktu proses persalinan, sementara bayi
terpapar tetanus melalui pemotongan pusar bayi.
3. Menjaga Kesehatan Genetalia
Genetalia harus dijaga kebersihannya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyakit infeksi pada perempuan dan laki-laki. Misal
penggunaan celana dalam diganti minimal 2 kali sehari, tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
Mengeringkan genetalia dengan handuk yang bersih, kering, tidak
lembab/bau. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk
bagi perempuan. Mengganti pembalut saat haid paling lama setiap 4 jam
sekali Laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan. Bila didapatkan tanda
penyakit IMS pada pasangan seperti keputihan berbau, keluar cairan
abnormal dari penis atau vagina dan nyeri saat berhubungan maka
dianjurkan segera melakukan pemeriksaan.
4. Pemenuhan Gizi
Gizi prakonsepsi didefinisikan sebagai kebiasaan makan yang dilakukan
wanita usia subur dan pasangan yang merencanakan kehamilan. Status gizi
prakonsepsi juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi. Keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelumnya, yaitu
pada masa remaja dan dewasa sebelum hamil.

3
5. Aktivitas Fisik dan Pencapaian Berat Badan Ideal
Aktivitas fisik berolahraga 30 menit perhari, tidak perlu dilakukan selama
berjam-jam. Dengan olahraga dapat menyehatkan dan mencegah
terjadinya kelebihan berat badan. Berat badan dan tinggi badan berkaitan
dengan persiapan fisik WUS dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Berat
badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman.
6. Mengurangi Kebiasaan Buruk
Berhenti merokok, obat terlarang, alcohol bahkan narkoba. Karena
kebiasaan burk tersebut menyebabkan berbagai masalah selama
kehamilan. Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga
kematian janin.
7. Kesiapan Psikologis dan Finansial
Mempersiapkan kehamilan pasangan harus tau perencanaan, perawatan
selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga
perawatan bayi. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari berbagai
sumber terpercaya sehingga dapat mempersiapkan langsung kehamilan
secara sehat. Tujuannya yaitu untuk meminimalisir risiko ketegangan dan
stress semasa kehamilan hingga perawatan anak nantinya.
Hindari yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormon. Stress dapat
merusak siklus bulanan dan menghambat proses ovulasi. Dukungan suami
dan keluarga juga penting selama kehamilan. Olah karena itu pastikan
kehamilan terencana dan mendapat dukungan dari orang sekitar. Kondisi
kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan.
Persiapan financial/keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan hingga persalinan.
Masalah ini menjadi salah satu faktor penting karena timbulnya
ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada
saat kehamilan sering timbul akibat ketidaksiapan pasangan dalam hal
finansial/keuangan.

4
D. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi.
Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi.6
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak,
dan protein, oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat organik
yang mengandung karbon yang dapat 16 dibakar, jumlah zat gizi yang paling
banyak terdapat dalam pangan dan disebut juga zat pembakar.7
Pedoman Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk konsumsi makan
sehari-hari yang harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi)
yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur, mengandung
berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral), serta dapat dijadikan
sebagai pedoman makan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
mempertahankan berat badan normal. 8
Pesan khusus gizi seimbang yang perlu diperhatikan bagi calon
pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi konsumsi zat gizi makro dan mikro
(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang akan digunakan sebagai
proses pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan volume darah dan
peningkatan hemoglobin dalam darah yang berguna untuk mencegah anemia
yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama proses menstruasi.
Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein,
asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium, dan omega3.
Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan sebaiknya mulai mengubah
pola makan menjadi teratur dan baik selambat-lambatnya enam bulan sebulan
sebelum kehamilan. Hal ini dapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan
gizi pasangan.

5
Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi untuk
mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti
nasi, jagung, sereal, umbi-umbian) dan disarankan membatasi konsumsi
monosakarida (seperti gula, sirup, makanan, dan minuman yang tinggi
gula).
b. Protein
Kekurangan protein pada tingkat berat akan memperlambat
perkembangan hormone endokrin sehingga kemampuan untuk mengikat
hormone androgen rendah. Makanan yang kaya protein bisa diperoleh
dari telur, daging, tempe, dan tahu. Serangan radikal bebas (oksidan)
yang memengaruhi kesehatan reproduksi.
c. Asam Folat
Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir
kecacatan system saraf dengan neutral tube defect (NTD) seperti spina
bifida sebanyak 70%.
d. Vitamin B6
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, ginjal, beras merah, kacang
kedelai, kacang tanah, pisang, dan kol.
e. Vitamin D
Vitamin D diproduksi dari dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari,
selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju, minyak ikan,
ikan tuna, dan ikan salmon.
f. Zinc
Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc membantu produksi
materi genetik ketika pembuahan terjadi. Menjaga asupan zinc sesuai
AKG, yaitu 15 mg/hari dapat membantu menjaga sistem reproduksi
berfungsi normal.
g. Zat besi
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia dengan

6
menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi. Juga
dapat mengurangi resiko ibu hamil mengalami defisiensi anemia gizi
besi yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya.

E. Kekurangan Energi Kronis (KEK)


1. Definisi Kekurangan Energi Kronik
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi. Ibu KEK menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi. 9
2. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab KEK pada ibu hamil yaitu 10:
a. Pola konsumsi makanan
Hasil penelitian Abadi dan Putri (2020), menyatakan penyebab
langsung terjadinya KEK adalah rendahnya asupan makronutrien
seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat, hal tersebut
berhubungan dengan pola makan. Pola makan merupakan perilaku
paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi, karena
kuantitas dan kualitas makanan dan minuman akan mempengaruhi
asupan gizi yang akan berpengaruh kepada kesehatan seseorang.11
Dalam Aceh nutrition journal membahas tentang hubungan
antara asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar hemoglobin,
dan risiko kekurangan energi kronis (KEK) pada remaja putri.
Penelitian dilakukan pada 72 siswi SMA, dengan 36 siswi berisiko
KEK dan 36 siswi tidak berisiko. Hasil 11 penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi energi, asupan
zat gizi makro, dan asupan zat besi dengan risiko KEK pada remaja
putri. Jurnal ini menekankan pentingnya edukasi dan intervensi
untuk mengatasi status gizi remaja putri.12

7
b. Penyakit Infeksi
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara penyakit
infeksi dengan kejadian KEK ibu hamil. Penyakit infeksi dapat
bertindak sebagai penyebab awal terjadinya kurang gizi oleh
karena penyakit infeksi menyebabkan nafsu makan menurun,
gangguan penyerapan makanan, atau kebutuhan zat gizi oleh
adanya penyakit.13
3. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan
yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi
ini berlangsung lama maka persediaan/ cadangan jaringan akan
digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini
berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai
dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang
dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi
perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi
perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik.14
4. Tanda dan gejala Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik adalah berat
badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan kategori KEK bila LiLA
kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LiLA saat
dilakukan pengukuran.15
Pengukuran LiLA pada kelompok wanita usia subur merupakan
salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan pada
masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. Tujuan
pengukuran LiLA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu hamil
maupun calon ibu (remaja putri).
Untuk menentukan seorang ibu hamil mengalami KEK dapat
diukur dengan pita LILA. Ibu hamil yang berisiko mengalami KEK jika
hasil pengukuran LILA kurang atau sama dengan 23,5 cm atau di bagian

8
merah pita LILA, apabila hasil pengukuran lebih dari 23,5 cm maka tidak
berisiko mengalami KEK.10
Gejala seseorang mengalami KEK adalah sebagai berikut:
a. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.
b. Kurang cekatan dalam bekerja.
c. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
d. Jika hamil cenderung melahirkan anak secara prematur bayi yang
dilahirkan akan memiliki berat badan lahir yang rendah atau
kurang dari 2.5 gram.16
Pengkajian lain yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi ibu
hamil mengalami KEK selain dilakukan dengan pengukuran lingkar lengan
atas, pengukuran (IMT), dan pemeriksaan laboratorium. Ibu hamil dikatakan
mengalami KEK apabila LILA <23,5 cm, gizi kurang apabila IMT <18,5
kg/𝑚2 serta kadar hemoglobin ibu hamil dikatakan anemia kurang dari 11
gr/Dl.17
Tabel Penambahan Berat Badan yang dianjurkan Berdasarkan
IMT Pra Hamil
IMT Pra-hamil Kenakan BB Laju kenakan
Total Selama pada TM 2 dan
Kehamilan (Kg) TM 3 (rentang
rerata kg/mg)
Gizi <18,5 12,71-18,16 0,45(0,45-0,59)
kurang/KEK
Normal 18,5-24,9 11,35-15,89 0,45 (0,36-0,45)
Kelebihan BB 25-29,9 6,81-11,35 0,27 (0,23-0,32)
Obesitas 3 4,99-9,08 0,23 (0,18-0,27)

5. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm, apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada
pada bagian merah pita LiLA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko

9
KEK dan diprediksi akan melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan
dan gangguan perkembangan pada anak.15
6. Faktor – faktor yang mempengaruhi KEK
Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK menurut paramashanti (219)
adalah sebaga berikut:
a. Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan adalah hal yang paling utama pada ibu hamil.
Jika ibu hamil sedang berada dalam kondisi sakit, maka asupan
energi ibu hamil tidak boleh dilupakan. Kondisi tubuh yang sakit
adalah peringatan bahwa tubuh sedang membutuhkan perhatian
dan zat gizi lebih, apabila seseorang sedang mengalami kehamilan,
maka asupan zat gizi yang diperlukan sudah pasti lebih banyak.
Saat hamil seorang ibu disarankan untuk mengonsumsi berbagai
tablet yang mengandung zat besi atau berbagai makanan yang
mengandung zat besi, agar kehamilan selalu berada dalam kondisi
yang baik. Sehingga saat kelahiran seorang ibu hamil harus selalu
mendapat tambahan protein, mineral, vitamin, dan energi.16
b. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran harus juga selalu diperhatikan oleh seorang
perempuan yang sudah pernah mengalami kehamilan khususnya
kehamilan yang pertama. Status gizi seorang ibu hamil baru akan
benar-benar pulih sebelum dua tahun pasca persalinan sebelumnya.
Oleh karena itu, seorang perempuan yang belum berjarak dua
tahun dari kelahiran anak pertamanya, tentu belum siap untuk
mengalami kehamilan berikutnya. Selama dua tahun dari kelahiran
pertama, seorang perempuan harus benar-benar memulihkan
kondisi tubuh serta meningkatkan status gizi dalam tubuhnya.16

10
c. Usia Ibu Hamil
1) Ibu hamil yang usianya kurang dari 2 tahun.
Ibu hamil yang usianya kurang dari 2 tahun memiliki tingkat
risiko kehamilan yang sangat tinggi. Risiko itu biasanya terjadi
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap bayi yang
dikandungnya. Risiko yang tinggi ini bisa terjadi karena
pertumbuhan linear atau tinggi badan, pada umumnya baru
selesai pada usia 16-18 tahun. Pertumbuhan itu kemudian
dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul
beberapa tahun setelah pertumbuhan linear selesai dan
pertumbuhan linear itu selesai pada usia sekitar 2 tahun.
Akibatnya, seorang ibu hamil yang usianya belum menginjak
2 tahun akan mengalami berbagai komplikasi persalinan dan
gangguan penyelesaian pertumbuhan optimal. Hal ini
dikarenakan, proses pertumbuhan dirinya sendiri memang
belum selesai dan karena berbagai asupan gizi tidak atau belum
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang memang
masih tumbuh.
2) Ibu hamil yang usianya lebih dari 35 tahun
Seorang perempuan yang mengalami kehamilan pertama pada
usia 35 tahun lebih juga amat berisiko. Pada usia lebih dari 35
tahun seseorang yang mengalami kehamilan akan lebih mudah
terserang penyakit. Organ kandungan pada perempuan itu akan
semakin menua dan jalan lahir juga semakin kaku. Pada usia
lebih dari 35 tahun, ada risiko untuk mendapatkan anak cacat,
terjadi persalinan macet, dan perdarahan pada ibu hamil akan
terbuka lebih besar.
d. Paritas
Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi status
gizi ibu hamil adalah paritas. Paritas adalah faktor yang
berpengaruh terhadap hasil konsepsi kehamilan. Seorang

11
perempuan harus selalu waspada, terutama yang pernah hamil atau
pernah melahirkan anak sebanyak empat kali atau lebih.
Kewaspadaan ini diperlukan karena pasti akan ditemui
berbagai keadaan seperti ini :
1) Kondisi kesehatan yang mungkin saja cepat berubah. Ibu hamil
akan sangat mudah terganggu kesehatannya, misalnya karena
anemia, ataupun mengalami kekurangan asupan gizi.
2) Seorang ibu hamil bisa mengalami kekendoran pada dinding
perut dan dinding rahim. Kondisi ini tentu amat
menggelisahkan bagi beberapa perempuan, maka hal ini perlu
menjadi hal yang diwaspadai.
3) Kondisi paritas ini berarti menampakan seorang ibu yang
perutnya tampak menggantung. Kondisi ini amat mungkin
terjadi pada beberapa perempuan yang sedang atau sudah
mengalami kehamilan, dan bagi banyak perempuan hal ini
tentu menggelisahkan.
e. Faktor sosial ekonomi
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan penting.
Informasi yang berkaitan dengan kehamilan sangat dibutuhkan
ibu hamil. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang. Bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin baik juga pengetahuannya. Pada
ibu hamil tingkat pendidikan yang rendah kadang tidak cukup
mendapatkan informasi mengenai kesehatannya, sehingga tidak
tahu bagaimana cara melakukan perawatan kehamilan yang
benar.
2) Pekerjaan
Pekerjaan seorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Jika ibu yang
bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik,

12
karena ibu yang bekerja lebih banyak untuk mendapatkan
informasi.
3) Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan merupakan gambaran tingkat
kehidupan seseorang dalam masyarakat yang sangat berperan
dalam menentukan status kesehatan seseorang. Hal ini bisa
menjadi tolak ukur karena dapat mempengarui berbagai aspek
kehidupan setiap hari atau memberi asupan gizi ke dalam
tubuhnya sehari-hari.
Pada ibu hamil dengan tingkat ekonomi yang baik akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik juga.
Status kesehatan juga akan meningkat karena nutrisi yang
didapatkan berkualitas, dan tidak membebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari setelah bayi lahir.
f. Aktivitas ibu hamil
Jika aktivitas ibu hamil tinggi kebutuhan energi juga akan
semakin tinggi. Semakin banyak kegiatan dan aktivitas fisik yang
dikeluarkan asupan gizi juga akan semakin besar dibutuhkan.
Jumlah asupan gizi akan sangat menentukan berapa besar energi
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh seseorang.
g. Pengetahuan
Pengetahuan gizi pada masa kehamilan sangat diperlukan
oleh seorang ibu hamil. Pengetahuan ini amat bermanfaat agar ibu
hamil dapat merencanakan menu makan yang sehat dan
bermanfaat. Pengetahuan ini juga amat diperlukan agar ibu hamil
dapat mengatur makanan, terutama untuk menangani berbagai
keluhan kehamilan pada setiap trimesternya.
Pada trimester awal kehamilan, seorang ibu hamil biasanya akan
mengalami berbagai keluhan, seperti mual atau muntah. Kondisi
inilah yang akan membuat selera makan dari ibu hamil berkurang

13
banyak. Selera makan yang berkurang akan berdampak pada
asupan makanan ibu hamil. Dengan pengetahuan yang memadai,
ibu hamil juga bisa menyiasati dengan makan sedikit-sedikit tapi
intensitasnya lebih sering. Ibu hamil juga dianjurkan untuk
mengonsumsi menu seimbang.
h. Latar belakang adat dan kebudayaan
Hal ini juga amat berpengaruh terhadap status gizi ibu
hamil. Berbagai pantangan makanan karena adanya kepercayaan
terhadap adat dan budaya, amat dapat memengaruhi asupan makan
pada ibu hamil. Contohnya, kepercayaan antara ibu hamil bahwa
ketika hamil seorang perempuan dilarang makan ikan. Dengan
memakan ikan, beberapa adat mempercayai bahwa si bayi akan
cacingan dan berbau amis. Padahal konsumsi ikan terutama ikan
laut, justru sangat dianjurkan karena mengandung omega 3 dan
omega 6. Dua zat ini adalah zat-zat yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan otak janin dalam kandungan.18
7. Penatalaksanaan
Moegni (2013)19 menyatakan bahwa tatalaksana dari
Kekurangan Energi Kronis yaitu sebagai berikut:
a. Berikan ibu makanan tambahan pemulihan.
b. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan
makanan atau makanan lokal.
c. Makanan tambahan diberikan setiap hari selama 90 hari berturut-
turut.

14
F. Pathway Kekurangan Energi Kronis

Ketidakseimbangan asupan & Kebutuhan

KEK

Tanda dan gejala


1. Berat badan <40kg
2. LILA kurang dari 23,5 cm
3. Tinggi badan <145 cm
4. Ibu menderita anemia dengan Hb <11 gr%
5. Lelah, letih, lesu, lemah, lunglai
6. Bibir tampak pucat
7. Nafas pendek
8. Denyut jantung meningkat
9. Susah buang air besar
10. Nafsu makan berkurang
11. Kadang-kadang pusing
12. Mudah mengantuk

Bahaya pada janin : Bahaya pada ibu :


1. Abortus 1. Anemia
2. Bayi lahir mati 2. Perdarahan
3. Kematian neonatal 3. Berat badan ibu
4. Cacat bawaan tidak bertambah
5. Anemia pada bayi secara normal
6. Asfiksia intrapartum 4. Terkena penyakit
7. BBLR infeksi

Persalinan sulit dan lama

Persalinan sebelum waktunya

Perdarahan setelah
persalinan
Penanganan KEK

1. Pemberian PMT biscuit


2. Suplementasi zat besi

Gambar 1. Pathway KEK 12

15
G. Peran dan Kewenangan Bidan
1. Peran Bidan
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan derajat kesehatan wanita. Bidan selaku petugas
kesehatan diharapkan mampu menjalankan peran, fungsi, dan
kompetensinya dalam melakukan pelayanan kesehatan sebagai
fasilitator advokator, konselor, motivator, komunikator dimana
meliputi pendidikan kesehatan wanita terutama mengenai KEK
(Kurang Energi Kronis).
Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan dapat
berperan sebagai penyuluh dan konselor menurut pasal 46 ayat 1, UU
Kebidanan No. 4 tahun 2019. Dan memberikan asuhan kebidanan
pada masa sebelum hamil, pasal 49 UU Kebidanan No. 4 tahun 2019.
2. Kewenangan Bidan
Bidan bertugas memberikan pelayanan dalam penyelenggaraan
praktik kebidanan salah satunya pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana menurut pasal 46 ayat 1, UU
Kebidanan No. 4 tahun 2019.20 Dalam penyelenggaraan praktik
kebidanan bidan berhak melakukan kegiatan secara mandiri,
kolaborasi, dan/atau rujukan sesuai tingkat kasus yang dihadapi. Pada
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
termasuk di dalamnya pemberian pelayanan pada PUS dalam
merencanakan kehamilan yang sehat. Keluarga berencana membantu
pengaturan dan perencanaan kehamilan sehat untuk melahirkan pada
usia yang ideal, memiliki jumlah anak dan mengatur jarak kelahiran
anak yang ideal.
Pasal 21 UU PMK No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan menyebutkan bahwa bidan berwenang
dalam penyuluhan dan pemberian konseling dalam pelayanan
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Bidan berperan sebagai
konselor yang berhak memberikan konseling kepada PUS dalam

16
perencanaan kehamilan serta melakukan kolaborasi dengan
profesional terkait untuk memberikan pelayanan secara maksimal.
Dalam hal perencanaan kehamilan sehat atau pada masa prakonsepsi,
persiapan melalui pemeriksaan yang perlu dilakukan seperti
pemeriksaan laboratorium tentunya perlu adanya kolaborasi dengan
tenaga ATLM.
Selain itu, bidan berwenang dalam melakukan deteksi adanya
gangguan kesehatan reproduksi pada PUS yang berkaitan dengan
perencanaan kehamilan. Apabila dicurigai adanya gangguan kesehatan
reproduksi maka perlu dilakukan penanganan lebih lanjut terhadap
gangguan tersebut bergantung pada kasus kesehatan reproduksi yang
ditemui. Pada kasus kesehatan reproduksi yang bukan menjadi
kewenangannya, bidan berhak melakukan kolaborasi dan/atau rujukan
klien. Pada klien perencanaan kehamilan dengan KEK, bidan dapat
memberikan edukasi pemenuhan gizi seimbang maupun melakukan
kolaborasi dengan ahli gizi. Persiapan psikologis dapat berkolaborasi
dengan psikolog dalam mempersiapkan pernikahan dan kehamilan
sangat dibutuhkan untuk meminimalisir risiko ketegangan dan stress
semasa kehamilan hingga perawatan anak nantinya.

17
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian data subyektif


Pengkajian berisi semua informasi atau keluhan yang telah dikaji
dari klien ketika pertama kali datang ke tenaga kesehatan, mencakup
keluhan utama, riwayat penyakit/kesehatan, hasil laboratorium.20
Data obyektif adalah data yang didapat dari observasi dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui.
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut Varney (2012)21 meliputi:
a. Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai
berikut :
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan oang lain,
dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
b. Kesadaran
c. Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar).
d. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
2) Nadi : Denyut nadi 60-100 kali per menit

18
3) Pernafasan : normal 12-20 kali per menit
4) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius
5) Berat badan. KEK yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat
gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar lengan <
23,5, dan berat badan < 45 kg.
6) Tinggi badan
7) LILA : normal ≥ 23,5 cm. KEK yaitu keadaan patologis akibat
kekurangan zat gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat,
lingkar lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg
8) IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi
kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT dihitung
dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi
badannya dalam meter (kg/m2). IMT Normal berada pada nilai 18,5 -
22,9.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur
2) Rambut : Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
3) Muka : Dikaji apakah pucat atau tidak
4) Telinga : Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman
pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau
tidak, ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak, edema atau
tidak, ada lesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada
saluran pendengaran eksterna atau tidak.
5) Mata : Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda
infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan
bentuk serta kesamaan pupil.
6) Hidung : Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan,
ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip
atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.

19
7) Mulut, Dikaji :
(1) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering ),
(2) lidah (warna, kebersihan)
(3) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
8) Leher : Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
9) Ketiak : Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe
10) Payudara : Simetris atau tidak, bersih atau kotor, ada retraksi atau
tidak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada payudara
11) Abdomen : Ada luka bekas operasi atau tidak
12) Genetalia eksterna : Ada oedema atau tidak, ada pembengkakan
kelenjar bartholini atau tidak.
13) Ekstermitas : Ada varices atau oedema pada tangan maupun kaki
atau tidak.
f. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan kadar hemoglobin. Penegakkan diagnosis anemia
dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb
dalam darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Hal
ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Rematri
dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan
nilai kurang dari 12 g/dL.

B. Pengkajian data obyektif


Data obyektif adalah data yang didapat dari observasi dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui.
1. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum menurut Varney (2012) meliputi:
a. Keadaan umum

20
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai
berikut :
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan oang lain,
dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
b. Kesadaran
c. Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar).
d. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg
2) Nadi : Denyut nadi 60-100 kali per menit
3) Pernafasan : normal 12 - 20 kali per menit
4) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius
5) Berat badan. KEK yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat
gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat, lingkar lengan <
23,5, dan berat badan < 45 kg. (3)
6) Tinggi badan
7) LILA : normal ≥ 23,5 cm. KEK yaitu keadaan patologis akibat
kekurangan zat gizi, nafsu makan berkurang, pusing lemas, pucat,
lingkar lengan < 23,5, dan berat badan < 45 kg (5)
8) IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi
kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT dihitung

21
dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi
badannya dalam meter (kg/m2). IMT Normal berada pada nilai 18,5 -
22,9. (10)
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala,
kesimetrisan wajah, lokasi struktur
2) Rambut : Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
3) Muka : Dikaji apakah pucat atau tidak
4) Telinga : Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman
pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau
tidak, ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak, edema atau
tidak, ada lesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada
saluran pendengaran eksterna atau tidak.
5) Mata : Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda
infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan
bentuk serta kesamaan pupil.
6) Hidung : Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan,
ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip
atau itak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.
7) Mulut, Dikaji :
(1) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering ),
(2) lidah (warna, kebersihan)
(3) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
8) Leher : Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan
ada/tidaknya bendungan vena jugularis.
9) Ketiak : Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe
10) Payudara : Simetris atau tidak, bersih atau kotor, ada retraksi atau
tidak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada payudara
11) Abdomen : Ada luka bekas operasi atau tidak

22
12) Genetalia eksterna : Ada oedema atau tidak, ada pembengkakan
kelenjar bartholini atau tidak.
13) Ekstermitas : Ada varices atau oedema pada tangan maupun kaki
atau tidak.
f. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan kadar hemoglobin. Penegakkan diagnosis anemia
dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb
dalam darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin
(WHO, 2001). Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.
Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah
menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.

C. Rencana Tindakan atau Penatalaksanaan


1. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaan.
2. Melakukan recall makanan yang dikonsumsi selama 1 hari penuh
untuk menilai asupan gizi yang dikonsumsi pasien.
3. Memberikan KIE tentang anemia dan KEK.
4. Memberikan KIE kepada Ibu tentang gizi seimbang dan nutrisi yang
diperlukan untuk meningkatkan berat badan menjadi normal.
5. Menurut Proctor (2006), pengetahuan gizi prakonsespi merupakan
faktor penting dalam mempersiapkan kehamilan. Ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kekurangan asupan zat gizi selama kehamilan.
6. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan variasi dari jumlah makanan.
7. Memberikan suplemen zat besi bila diperlukan. Suplementasi tablet
tambah darah pada remaja putri dan wanita usia subur merupakan
salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat
besi. Pemberian tablet tambah darah dengan dosis yang tepat dapat
mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam
tubuh.
8. Menganjurkan ibu untuk hidup sehat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Permatasari D, Suryani L, Mukhoirotin, Zuraidah sukaisi, Harahap N afifah.


Asuhan Kebidanan Pranikah dan Pra Konsepsi.
2. Puli T, Thaha AR, Syam A, Studi P, Gizi I, Kesehatan F, et al. Hubungan Sosial
Ekonomi Dengan Kekurangan Energi Kronik ( Kek ). Core. 2014;1–7.
3. Susilowati, Kuspriyanto. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika Aditama;
2016.
4. Novitasary MD. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Obesitas Pada Wanita
Usia Subur Peserta Jamkesmas Di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil
Manado. Jurnal e-Biomedik. 2014;1(2):1040–6.
5. Sianturi. Kesehatan Masyarakat. Sidoarjo. Zitafatma Jawara. 2019.
6. Supariasa. Penilaian Status Gizi. EGC; 2014.
7. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta.: PT Gramedia Pustaka Utama;
2011.
8. Kemenkes RI. Pedoman gizi seimbang. dirjen bina gizi; 2014.
9. Sipahutar. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola
Makan Dalam Pemenuhan Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Parsorban
Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir. 1– 7. 2013.
10. Simbolon D. Modul Edukasi Gizi Pencegahan dan Penanggulangan Kurang
Energi Kronik (KEK) dan Anemia pada Ibu Hamil. Deepublish; 2018.
11. Abadi E, Putri LAR. Konsumsi Makronutrien pada Ibu Hamil Kekurangan Energi
Kronik (KEK) di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Manarang.
2020;6(2):85.
12. Telisa I, Eliza E. Asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin dan
risiko kurang energi kronis pada remaja putri. AcTion: Aceh Nutrition Journal.
2020;5(1):80.
13. Kartini A. Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik , Asupan Energi, dan
Asupan Lemak Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Sekolah Menengah
Pertama. 6(3): 257-261. 2017.
14. Supariasa. Penilaian Status Gizi. EGC; 2012.
15. Supariasa. Penilaian Status Gizi. EGC; 2016.
16. Paramashanti. Gizi Bagi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Pustaka Baru; 2019.
17. Suryaningsih. Kebidanan Teori dan Asuhan. Jakarta: EGC; 2018.
18. Sukarni. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

24
19. Moegni E. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
20. Handayani. Dokumentasi Kebidanan [Internet]. 2012. Available from:
http://bppsdmk.kemkes.go.id
21. Jannah. 7 Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney. 208-209. 2012.

25

Anda mungkin juga menyukai