Anda di halaman 1dari 6

Jalan Veteran I No.

36, Merdeka Utara, Jakarta 10110, Indonesia


Rumah Umat Hindu, Jalan Tukad Batanghari VII, No. 21. Denpasar Selatan, 80225, Bali

No. : 02/SE/PHDI Pusat/II/2024


Sifat : Penting
Lampiran : Satu surat
Hal : PENJELASAN DAN PELURUSAN HASIL
KAJIAN SAMPRADAYA YANG SALAH KAPRAH

Kepada Yth:
Seluruh Ketua PHDI Provinsi se-Indonesia
Untuk diteruskan kepada Umat Hindu Dharma
di daerah masing-masing.

OM Swastyastu,

ATAS ASUNG KERTA WARANUGRAHA HYANG WIDHI WASA

Belakangan ini, beredar sebuah presentasi yang berjudul “Mengenal


Sampradaya (Penguatan atau Pelemahan bagi Hindu?)” yang dapat diduga
sebagai Hasil Kajian tentang Sampradaya yang dikeluarkan oleh pengurus
Ormas cacat Hukum dan mengaku sebagai Pengurus PHDI.

Pandangan dalam kajian tersebut menyatakan Sampradaya adalah:

1. Komunitas pembelajaran spiritual yang memiliki garis perguruan yang


jelas atau guru parampara.

2. Memuja salah satu ista dewata.

3. Mempelajari beberapa aspek ajaran Weda dengan tatacara yang jelas


sesuai dengan yang menjadi kesepakatan perguruan dalam bingkai
ajaran Weda.

Guna menghindari dan menjaga umat agar tidak terpengaruh oleh hasil kajian
tersebut, sekaligus mendapatkan pemahaman yang benar tentang
Sampradaya, kami memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Agama intinya adalah tuntunan untuk manusia dalam rangka berbuat


baik dan benar untuk meningkatkan kualitas batin sehingga mampu
masuk kedunia spiritual. Dalam Hindu Dharma Indonesia mencapai
puncak batin yaitu Jagadhitaya Ca Itti Dharma. Spiritual adalah
pencapaian dalam suatu kualitas batin tertentu, yang mana

1
Jalan Veteran I No. 36, Merdeka Utara, Jakarta 10110, Indonesia
Rumah Umat Hindu, Jalan Tukad Batanghari VII, No. 21. Denpasar Selatan, 80225, Bali

menyebabkan manusia memahami kesunyataan dan mampu hidup di


dunia fana dan dunia kesunyataan.

2. Dasar utama Agama adalah keyakinan atau dalam Islam disebut


keimanan dan dalam Hindu Dharma Indonesia disebut Sraddha. Dimana
Hindu Dharma Indonesia memiliki keyakinan/sraddha yaitu Panca
Sraddha. Dasar utama spiritual atau pejalan spiritual atau pencapaian
spiritual adalah kualitas batin, kualitas yang tidak bisa dilihat kasat
mata, tapi bisa tercermin dalam prilaku. Dimana yang paling menonjol
dalam spiritual adalah ekslusifitas, dalam arti menjalani alur
kesunyataan sendiri. Bila ada pengikut yang ikut, maka pengikut
tersebut tidak diikat dalam satu grup, atau dijadikan murid oleh suatu
guru. Karena spiritual adalah alam kebebasan, lepas dari segala
keterikatan dan memahami konteks ajaran Agama secara Anumana dan
Praktiyasa. Sehingga pejalan spiritual, tidak akan ada menyebarkan
ajaran atau lelakunya tidak menjelek-jelekan agama, tidak berbuat
diluar norma kesusilaan dalam kehidupan ini dan tentunya tidak
mencari pengikut. Apakah Sampradaya ada di ranah spiritual atau
diranah Agama/berkeyakinan? Sampradaya ada diranah berkeyakinan.

3. Karena Agama itu tuntunan untuk umat manusia, maka agama memiliki
keteraturan, bisa membedakan baik-buruk dan meyakini kebenaran
yang menjadi dasar keyakinannya. Di Indonesia mengakui hanya 6
Agama yaitu Islam, Katholik, Kristen, Hindu Dharma Indonesia, Buddha
dan Kong Hu Cu. Sedangkan spiritual adalah sebuah pencapaian batin,
maka sudah ada dalam lelaku yang benar, sehingga tidak melanggar
norma Agama, sifatnya sangat pribadi (privat). Artinya orang-orang di
jalan spiritual tidak akan pernah menyalahkan agama apapun, tidak
akan ada keinginan merubah agama orang lain.

4. Sampradaya memuja salah satu Ista Dewata, yaitu salah satu dari Dewa
yang ada atau mahluk hidup yang diyakini berkualitas suci, seperti
misalnya Hanoman. Dimana pemujaan ini dipuja sebagai Tuhan. Bahkan
guru atau pendiri Sampradaya diyakini sebagai inkarnasi Tuhan yang
turun ke bumi. Sedangkan Agama di Indonesia meyakini kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Agama Hindu Dharma Indonesia
Dresta Bali disebut dengan Sang Hyang Widhi dengan aspek Achintya,
Wyapi Wyapaka Nirwikara. Sampradaya apakah kemudian bisa
dikatakan Agama di Indonesia?, tentu tidak.

2
Jalan Veteran I No. 36, Merdeka Utara, Jakarta 10110, Indonesia
Rumah Umat Hindu, Jalan Tukad Batanghari VII, No. 21. Denpasar Selatan, 80225, Bali

5. Weda adalah suatu kitab tentang ajaran atau lelaku kerohanian, bukan
satu kitab tertentu. Weda yang dipakai Sampradaya, belum tentu sesuai
dengan Weda yang dipakai atau diyakini Agama Hindu Dharma
Indonesia. Contoh : Bagawad Gita. Kelompok Sampradaya Hare Krishna
memakai Bagawad Gita dengan (Bagawad Gita As It Is) dimana
interpretasi yang menyangkut Ketuhanan tidak cocok dengan
keyakinan umat Hindu Dharma. Dan menurut Hare Krishna bahwa
otoritas tertinggi yang boleh memakai Bhagawad Gita adalah kelompok
Hare Krishna, karena kelompok ini ikut Parampara atau guru suci yang
memiliki hubungan tegak lurus dengan Sri Krsna sebagai guru Arjuna
dalam dialog tersebut.

Tentu hal seperti ini, tidak bisa dikatakan Hare Krishna sebagai bagian
Hindu Dharma Indonesia atau sebaliknya, karena sama-sama memakai
Bhagawad Gita. Karena hal tersebut diatas, maka pandangan Agama
Hindu Dharma Indonesia, bahwa makna Bhagawad Gita sudah dirusak
dan diselewengkan oleh Hare Krishna.

Bahwa Tradisi Sampradaya tidak ada dalam Hindu Dharma Indonesia, berikut
penjelasannya:

1. Hindu Dharma Indonesia sejak dulu tidak mengenal atau memakai


istilah Sampradaya. Kalau Sampradaya diartikan sebagai proses aguron-
guron, yang mana sama dengan aguron-guron dalam Hindu Dharma
Dresta Bali tapi isi ajaran yang diajarkan dalam aguron-guron itu sangat
berbeda.

2. Hindu Dharma tidak terpisah-pisah dalam tradisi sampradaya. Dimana


Hindu Dharma tidak mengenal dan tidak menjalankan istilah Saiwa
Sampradaya, Waisnawa Sampradaya, Shakti Sampradaya, Smartha
Sampradaya.

3. Siwa Sidhanta dalam Pelaksanaan Hindu Dharma Indonesia, bukanlah


identik dengan Saiwa Sampradaya dan juga tidak berasal dari Saiwa
Sampradaya. Siwa Sidanta bukan Siwaisme yang memuja Dewa Siwa
sebagai yang tertinggi. Siwa Sidhanta adalah menegakkan/ngajegang
Siwa didalam diri. Dan Siwa ini adalah Hyang Parama Siwa. Ketika akan
mengajegang Parama Siwa maka harus melewati sakti yang diwujudkan

3
Jalan Veteran I No. 36, Merdeka Utara, Jakarta 10110, Indonesia
Rumah Umat Hindu, Jalan Tukad Batanghari VII, No. 21. Denpasar Selatan, 80225, Bali

dalam Sada Siwa. Dilevel ini adalah level Spiritual. Sedangkan di level
beragama, atau manusia religius maka petitisnya adalah Sang Hyang
Siwa.

4. Pemahaman Dewa dalam Sampradaya sangat berbeda dengan Dewa


dalam Hindu Dharma Indonesia. Dewa yang dipuja oleh suatu
Sampradaya menjadi Ista Dewata sampradaya yang diyakini sebagai
Tuhan tertinggi dlm Sampradaya tersebut. Sedangkan Hindu Dharma
tidak menjadikan Dewa itu sebagai Tuhan. Posisi Dewa adalah penguasa
alam tertentu dan juga pengider-ider jagat, sebagai sinar suci Tuhan.
Sedangkan yang dilinggihan di Merajan atau Pura adalah Ista Dewata
yang disebut Betara. Dimana Ista Dewata ini juga bukan Tuhan. Betara
ini adalah Sinar Suci Tuhan yang berfungsi melindungi manusia ataupun
mahluk Hidup.

5. Trimurti yang diajarkan Mpu Kuturan dalam memberi ajaran para


pelaku spiritual di Samuan Tiga, yang oleh penulis indolog dikatagorikan
sebagai sekte dan dalam kajian Shaba Sulinggih dikatagorikan sebagai
Sampradaya. Trimurti ini adalah Kemaha Kuasaan Sang Hyang Widhi,
yang meliputi Utpeti disebut Hyang Brahma, Stithi Hyang Wisnu dan
Pralina yaitu Hyang Siwa. Dimana dalam menjalankan proses, selalu
dengan konsep Purusa Pradana.

6. Tradisi Waisnawa yang memuja Wisnu sebagai yang tertinggi, ini juga
tidak ada dalam Hindu Dharma Indonesia. Hindu Dharma Indonesia
meyakini kebahagian akan dicapai bila ada tiga hubungan harmoni: 1.
Harmoni Manusi dengan Sang Hyang Widhi, 2. Harmoni manusia
dengan manusia, dan 3. Harmoni manusia dengan alam. Dan
keharmonian ini dituntun oleh Tri Sadakha yaitu Siwa, Budha dan
Bujangga/Waisnawa. Tri Sadhaka ini bukan soroh, tapi Ageman, atau
dalam lelaku spiritual yang berbasis Agama Hindu Bali atau Agama Bali
Kuno adalah Jnana yang diresapkan.

Dari seluruh antitesa tersebut, sampradaya tidak ada dalam Hindu Dharma
Indonesia. Karena sampradaya adalah suatu kelompok dalam satu perguruan
yang memiliki keyakinan tertentu. Sampradaya ini muncul dari berbagai sekte
yang ada di India, dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
keinginan para pendirinya dan memudahkan serta menarik untuk dijual. Lebih
lanjut perlu disadari bahwa Sampradaya seperti Hare Krishna, Sai Baba dan

4
Jalan Veteran I No. 36, Merdeka Utara, Jakarta 10110, Indonesia
Rumah Umat Hindu, Jalan Tukad Batanghari VII, No. 21. Denpasar Selatan, 80225, Bali

yang lainnya, adalah organisasi transnasional asing yang pendiriannya sesuai


dengan aturan dimana pendirian itu dilakukan. Kelompok Hare Krishna yang
diorganisir dalam Iskcon, dalam akta pendiriannya adalah sebagai Corporate
Religion (Perusahaan Agama).
Nah patutkah, ajaran organisasi mengganti ajaran agama yang sifatnya abadi
dan sempurna sejak dari awal diturunkan oleh Tuhan?.

Sumber-sumber lain yang dapat dijadikan acuan bahwa Sampradaya tidak


dapat diterima oleh umat Hindu Dharma Indonesia:

1. Kompilasikan kajian infiltrasi Sampradaya Asing di Indonesia:


https://acrobat.adobe.com/id/urn:aaid:sc:AP:4c57749a-a6c1-4a42-
91f1-32efbd3ca263
2. SKB MDA dan PHDI Bali serta disetujui Gubernur Bali tanggal 16
Desember 2020.
3. SE Dirjen Bimas Hindu No. 4 tahun 2023 Tentang Larangan Sebagai
Pengurus, Anggota, Simpatisan dan Misionaris Sampradaya bagi ASN.
4. Pemaparan Sistim Religi SAKKHI di Bali - Tesis S2 Dr. Dayu Made
Gayatri, S.SN, M.SI Kepada Pengurus PHDI seluruh Indonesia:
https://drive.google.com/folderview?id=128XwCjYm578bjTdO0JW-
uRaeiV-7r1Bx
5. Literatur terkait lainnya.

Demikian Surat ini kami sampaikan untuk mendapatkan perhatian dari seluruh
jajaran PHDI Provinsi dan diteruskan kepada pihak terkait serta umat se-
dharma secara berjenjang hingga ke desa-desa.

OM Santih, Santih, Santih, OM

Jakarta, Wrespati Wage wuku Sungsang, 22 Februari 2024


PHDI PUSAT MASA BHAKTI 2021-2026

Ketua Pengurus Harian, Wakil Ketua Bidang Keagamaan dan Panca


Yadnya, Tradisi, Adat-Istiadat dan Kearifan
Lokal Hindu Nusantara

MARSEKAL TNI (PURN) IB. PUTU DUNIA IDG Ngurah Surya Y. Anom

5
Sumber:
Keputusan Pesamuhan Sabha Pandita
Parisada Hindu Dharma Indonesia
Nomor: 05/KEP/SP/I/PHDI/2022
Dharma Tula (Zoom) Tentang
Pertamina PHE
KAJIAN SAMPRADAYA
Jumat, 23 Februari 2023

Lahirnya Sampradaya
Pemujaan pd ista dewata yg sdh ada sejak jaman Weda
Sumber: dan masih tercantum dlm Weda sampai saat ini.
Keputusan Pesamuhan Sabha Pandita Para penekun Weda (meskipun hanya mempelajari
beberapa aspek Weda saja) tetapi jika belajar secara
Parisada Hindu Dharma Indonesia
aguron-guron atau berguru dan berkesinambungan,
Nomor: 05/KEP/SP/I/PHDI/2022
maka secara otomatis mereka termasuk dlm kategori
Tentang samparadaya.
KAJIAN SAMPRADAYA

Sampradaya dalam Ajaran Hindu A.Tradisi atau Saiwa Sampradaya


1. Tradisi atau Saiwa Sampradaya Tradisi atau Saiwa Sampradaya, paham Siwaisme
2. Tradisi atau Waisnawa Sampradaya
memuja kpd Siwa sebagai Yang Tertinggi, baik
secara imanen maupun transenden yg menerapkan
3. Tradisi atau Shakti Sampradaya
monisme atau non dualisme. Juga dikenal sbg
4. Tradisi atau Smartha Sampradaya
penari Nataraja dan lingga yg tanpa pangkal dan
akhir. Juga dikenal sbg Dewa Bhairawa.
Saiwa Sampradaya, meliputi Saiva Siddhanta,
Maykandar Sampradaya, Shiva Advaita Sampradaya,
Phasupatha Sampradaya, Aghory Sampradaya, Adinath
Sampradaya, Ichegery Sampradaya, Linggayat
Sampradaya.

Anda mungkin juga menyukai