KATLASE
oleh kelompok 1
Alat :
Rak dan tabung reaksi 10 buah
Pipet tetes
Gelas beker 2 buah
Termometer
Kertas pH meter
Lidi yang dipotong 25 cm
Kertas tisu
Kertas koran 1 lembar
Lilin dan korek api
Bahan :
Ekstrak hati segar, yaitu hati ayam segar yang dihaluskan dengan blender
menjadi seperti bubur
Air panas
Es batu
H2O2 30%
HCL 5 M dan NaOH 5 M
Cara Kerja :
1. Letakkan kertas koran di atas meja percobaan sebagai alas.
2. Masukkan ekstrak hati ke dalam tabung A, B, C, D, dan E (masing- masing
setinggi 0,5 cm tabung reaksi).
3. Tambahkan HCL sebanyak 10 tetes ke dalam tabung reaksi B, kemudian
ukur PH larutan.
4. Tambahkan NaOH sebanyak 10 tetes ke dalam tabung reaksi C,
kemudian ukur pH lautan.
5. Letakkan tabung reaksi D ke dalam gelas beker yang berisi air panas,
kemudian ukur suhunya.
6. Letakkan tabung reaksi E ke dalam gelas beker yang berisi es batu,
kemudian ukur suhunya.
7. Siapkan larutan H2O2 pada tabung reaksi l, ll, lll, IV, V (masing-masing
setinggi 0,5 cm tabung reaksi) *Hindarkan kulit Anda dari larutan dan
busa H2O2 karena dapat menyebabkan iritasi dan gatal.
8. Tuangkan H2O2 dari tabung reaksi I ke dalam ekstrak hati ke dalam
tabung reaksi A dan segera lakukan uji gelembung gas dengan
menggunakan lidi yang membara.
9. Dengan langkah yang sama, lakukan untuk tabung reaksi II terhadap B, III
terhadap C, IV terhadap D, dan V terhadap E.
10.Catatlah hasil pengamatan Anda ke dalam tabel.
11.Setelah kegiatan selesai, cucilah rak dan tabung reaksi dengan
menggunakan air mengalir.
Pengisian Data :
Pertanyaan :
Jawaban :
1. Berikut jawabannya :
a. Variabel bebas = dalam percobaan tersebut variabel bebasnya adalah
NaOH, HCL, dan suhu.
b. Variabel terikat = banyak gelembung dan percikan-percikan api yang
ditimbulkan
c. Variabel kontrol = H2O2 dan ekstrak hati ayam
8. H₂O₂ dalam tubuh terbentuk dari proses sisa metabolisme aerob yang
merupakan produk sampingan yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi
tubuh. Contohnya H₂O₂ dapat terbentuk dari pemecahan asam amino
dan asam lemak. Hidrogen peroksida terbentuk dari oksigen yang
mengalami reduksi dua elektron. Pada sistem biologi, hidrogen peroksida
terbentuk dari superoksida. Dua molekul superoksida dapat bereaksi
membentuk hidrogen peroksida dan oksigen 2O₂ + 2H ---> H₂O₂ + O₂.
Bila dalam tubuh tertimbun H₂O₂, sel-sel dalam tubuh terutama organ
hati dapat rusak karena H₂O₂ bersifat racun dalam tubuh. Karena
hidrogen peroksida dapat diubah menjadi radikal hidroksil yang dapat
menyebabkan peroksidasi lipid pada membran sel sehingga terjadi
kerusakan sel. Apabila hati rusak, maka hati tidak dapat menghasilkan
enzim yang dapat menetralkan racun. Sehingga dapat terserang penyakit
dan gangguan seperti :
a. Penyakit fibrosis ginjal progresif.
b. Akatalasia, yaitu terjadinya hemolisis pada sel-sel darah merah.
c. Vitiligo, yaitu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya makula
putih yang dapat meluas di beberapa bagian tubuh.
d. Rambut beruban disebabkan tubuh terlalu banyak menghasilkan
hidrogen peroksida. Senyawa ini menghalangi produksi melamin,
yaitu pigmen yang memberikan warna bagi kulit dan rambut.
Banyaknya senyawa hidrogen peroksida yang dihasilkan tidak
seimbang dengan produksi katalase dalam tubuh.
Selain itu, enzim lipase juga didapat pada ASI. Fungsinya untuk
memudahkan tubuh bayi dalam mencerna molekul lemak ketika
menyusu pada ibu.
d. Malpase -> Selanjutnya, ada enzim maltase yang dibuat dalam usus
halus. Fungsi enzim ini adalah penghancur maltoa. Senyawa gula jenis
ini banyak dijumpai pada tumbuhan, termasuk ubi, gandum, dan biji-
bijian.
e. Laktase -> Kelangsungan proses metabolisme juga tidak lepas dari
peran enzim laktase. Enzim ini berperan untuk memecah gula jenis
laktosa yang banyak terdapat dalam susu dan berbagai produk
olahannya. Seseorang dengan kondisi intoleransi laktosa kerap
dianjurkan untuk mengonsumsi tambahan enzim ini ketika sedang
mengonsumsi susu.
f. Sukrase -> Terakhir adalah enzim sukrase yang dibuat oleh organ usus
halus. Enzim ini berperan untuk memecah sukrosa dalam bentuk gula
yang lebih sederhana, seperti glukosa dan fruktosa. Sukrosa sendiri
menjadi jenis gula yang banyak didapat dari tanaman, termasuk bit
gula, sorgum, dan tebu. Selain itu, gula sukrosa juga terdapat pada
madu dalam jumlah yang sedikit.
11.Enzim memiliki sisi aktif (berbentuk celah atau kantung) yang berfungsi
sebagai katalis. Enzim meningkatkan laju reaksi kimia dengan cara
menurunkan energi aktivasi (EA). Energi aktivasi adalah energi minimum
yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi
(EA) yang sangat besar merupakan rintangan terjadinya reaksi sehingga
energi aktivasi tersebut perlu diturunkan. Pada beberapa reaksi
metabolisme, diperlukan energi aktivasi yang terlalu besar sehingga
diperlukan suhu yang tinggi. Namun, suhu yang tinggi akan merusak,
bahkan bisa mematikan sel. Dengan adanya enzim, reaksi dapat
berlangsung tanpa merusak atau mematikan sel. Enzim berbentuk tiga
dimensi dengan sisi aktif yang sangat spesifik sehingga hanya molekul
substrat tertentu yang dapat berikatan. Dengan kata lain, enzim tertentu
dapat bekerja hanya pada substrat tertentu. Mula-mula enzim akan
berikatan dengan substrat. Setelah terbentuk produk, enzim akan
terlepas kembali. Ada dua teori yang dapat menerangkan kerja enzim
terhadap substrat, yaitu teori gembok dengan anak kuncinya (lock and
key theory) dan teori kecocokan yang terinduksi (induced fit theory).
a. Teori Gembok dengan Anak Kuncinya (Lock and Key Theory) -> Bentuk
sisi aktif enzim sangat spesifik sehingga substrat harus memiliki
bentuk molekul tertentu yang sesuai. Enzim akan bergabung dengan
substrat membentuk ikatan kompleks bagaikan gembok dengan anak
kuncinya. Namun, jika bentuk sisi aktif enzim dengan substrat tidak
cocok, tidak akan terjadi ikatan kompleks. Dalam ikatan kompleks,
substrat akan bereaksi dengan energi aktivasi (EA) yang rendah.
Setelah terjadi reaksi dan terbentuk produk, enzim akan terbebaskan.
Ketika sisi aktif enzim sudah kosong kembali tetapi masih tersedia
molekul substrat lainnya, akan terjadi ikatan dan reaksi kembali, dan
seterusnya.
b. Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory) -> Enzim mempunyai
bentuk sisi aktif yang fleksibel (bukan bentuk yang kaku). Pada saat
substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif enzim akan
termodifikasi melingkupi substrat sehingga terbentuk ikatan kompleks
antara enzim dengan substrat. Setelah produk terlepas, sisi aktif
enzim akan kembali seperti semula. Jika masih ada substrat yang lain,
akan terjadi ikatan kompleks kembali dan seterusnya.
12. Sifat sifat enzim :
a. Enzim memiliki sifat seperti protein lainnya, yaitu menggumpal jika
dipanaskan. Suhu yang panas akan mengubah struktur dan bentuk
sisi aktif enzim. Pada umumnya, enzim akan rusak pada suhu di atas
50°C. Rusaknya enzim karena panas disebut denaturasi.
b. Enzim bekerja secara spesifik. Enzim hanya bekerja pada substrat
tertentu. Contohnya, enzim ptialin di dalam mulut hanya akan
memengaruhi karbohidrat, meskipun di dalam mulut terdapat protein
dan lemak.
c. Enzim berfungsi sebagai katalis yang akan mempercepat terjadinya
reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (EA).
d. Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak ikut
bereaksi. Namun, enzim dapat rusak sehingga harus diganti.
e. . Enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Enzim tidak ikut
bereaksi sehingga dapat bekerja berulang kali. Selama enzim tersebut
tidak rusak, tidak perlu diganti.
f. Pada umumnya, enzim dapat bekerja bolak-balik atau dua arah
(reversible). Artinya, enzim dapat menguraikan suatu senyawa dan
juga dapat menyusun senyawa itu kembali. Contohnya, maltase yang
memengaruhi maltosa. Jika terdapat maltosa lebih banyak daripada
glukosa, reaksi berlangsung dari kiri ke kanan. Sebaliknya, jika jumlah
glukosa lebih banyak daripada maltosa, maka reaksinya berlangsung
dari kanan ke kiri.
13. Komponen Penyusun Enzim enzim yang lengkap tersusun atas senyawa
protein dan nonprotein. Komponen protein disebut apoenzim. Apoenzim
bersifat labil (mudah berubah) dan dipengaruhi oleh suhu dan pH.
Bagian nonprotein disebut gugus prostetik. Gugus prostetik dapat
berupa ion anorganik maupun senyawa organik kompleks. Gugus
prostetik dari ion anorganik disebut kofaktor, misalnya kalsium (Ca), klor
(CI), natrium (Na), dan kalium (K). Atom logam juga dapat dijadikan
sebagai kofaktor, misalnya seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), dan
magnesium (Mg). Kofaktor berfungsi sebagai katalis yang dapat
meningkatkan fungsi enzim, misalnya enzim ptialin dalam air ludah
(saliva) akan bekerja lebih baik jika terdapat ion klorida (CI) dan kalsium
(Ca). Enzim yang terikat dengan kofaktor disebut holoenzim.