LAPORAN PENELITIAN Aliyudin R & M. Amar R Fixx
LAPORAN PENELITIAN Aliyudin R & M. Amar R Fixx
Disusun oleh:
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur khadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA
kepada kita sekalian, khususnya kepada penulis, sehingga pembuatan Makalah Teknik
Pengembangan Produk yang “ISOLASI FLAVONOID DARI DAUN PANDAN SEBAGAI
BAHAN BAKU INDUSTRI FARMASI” dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa pembuatan Makalah Teknik Pengembangan Produk ini
masih kurang sempurna. Oleh karenanya saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah
penulis harapkan. Sehingga kesalahan dan kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada
penyusunan berikutnya. Penyusun mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
I
DAFTAR ISI
II
3.4 Rangkaian Alat............................................................................................................ 21
3.5 Hipotesa ...................................................................................................................... 22
BAB IV ......................................................................................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 23
4.1 Preparasi Sampel ......................................................................................................... 23
4.2 Ekstraksi Sampel ......................................................................................................... 23
4.3 Hasil Uji Total Flavonoid ........................................................................................... 23
BAB V .......................................................................................................................................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 28
5.2 Saran ........................................................................................................................... 28
III
DAFTAR TABEL
IV
DAFTAR GAMBAR
V
BAB I
PENDAHULUAN
1
2014 ; Zuraida dkk, 2017), antiinflamasi, antivirus (Qinghu wang dkk, 2016),
antikanker, antidiabetes (Arifin dkk, 2018 ; Marzouk dkk, 2016), antibakteri
(Sriningsih dkk, 2008 ; Arifin dkk, 2018), mencengah keropos tulang dan
sebagai antibiotik (Waji dan Sugrani, 2009).
2
Lalu, pada hasil pemeriksaan total flavonoid oleh Hatam dkk (2013)
mendapatkan hasil perbedaan total flavonoid ekstrak kulit nanas lebih tinggi
pada metode sokletasi 5,115%, sedangkan maserasi 3,514%. Total flavonoid
lebih banyak pada sokletasi dikarenakan perlakuan panas dengan alat khusus,
sehingga terjadi ekstraksi secara continue dengan jumlah pelarut yang
digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat
dan sampel yang diekstraksi secara sempurna karena dilakukan berulang kali.
Aktivitas biologis tidak hilang saat dipanaskan dengan penyesuaian suhu,
sehingga kedua teknik ini memiliki masing-masing keunggulan yang dapat
digunakan dalam pencarian kandungan senyawa dari ekstrak daun ramania.
3
1.4 Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kulit bawang merah dengan metode maserasi dan Microwave Assisted
Extraction dengan menentukan dan membandingkan kadar flavonoid ekstrak
etanol 70% kulit bawang merah menggunakan metode maserasi dan
microwafe assisted extraction. Maserasi dilakukan pada suhu 80C. Hasil dari
penelitian kadar flavonoid yang didaptakan dengan metode maserasi adalah
sebesar 14,92% dan kadar yang didapatkan dengan metode MAE adalah
sebesar 17.18% sehingga metode MAE lebih efektif digunakan untuk
mengekstrak flavonoid daun bawang merah dibandingkan dengan metode
maserasi.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Pandanales
Suku : Pandanacea
Marga : Pandanus
7
2.2.4 Manfaat Daun Pandan Wangi
8
9000 senyawa flavonoid telah dilaporkan, dan jumlah kebutuhan
flavonoid bervariasi antara 20 mg dan 500 mg, terutama terdapat dalam
suplemen makanan termasuk teh, anggur merah, apel, bawang dan
tomat. Flavonoid ditemukan pada tanaman, yang berkontribusi
memproduksi pigmen berwarna kuning, merah, orange, biru, dan warna
ungu dari buah, bunga, dan daun (Hui Cao dkk., 2015).
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada
molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran, jarang
sekali dijumpai berupa senyawa flavonoid tunggal. Disamping itu sering
ditemukan campuran yangterdiri dari flavonoid yang berbeda kelas.
Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, ungu
dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagaibagian tumbuhan lain,
misalnya buah tertentu, batang, daun, dan bahkan akar. Sering flavonoid
terikat di sel epidermis. Flavonoid dalam tumbuhan mempunyaifungsi
sebagai pigmen warna. Fungsi senyawa flavonoid dalam tubuh manusia
sebagai antioksidan, antibakteri, dan anti inflamasi sehingga baik untuk
pencegahan kanker. Manfaat lain dari flavonoida ini adalah untuk
meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, antibakteri,
antidiabetes, diuretik dan sebagaiantibiotik (Markham, 1988).
9
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula
sebagai glikosida. Aglikon flavonoid mungkin saja terdapat dalam
beberapa bentuk kombinasi glikosida dalam satu tumbuhan, sehingga
dalam menganalisis flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa
aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis
daripada mengamati bentuk glikosidanya yang rumit (Harborne, 1987).
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam dan
merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil
yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid
cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan
dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan
pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang
kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter
dan kloroform (Markham, 1988). Analisa flavonoid lebih baik dengan
memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah
dihidrolisis sebelum memperhatikan kerumitan glikosida yang ada
dalam ekstrak asal (Harborne, 1987).
10
2.3 Metode Analisa yang Digunakan untuk Pengambilan Flavonoid
2.3.1 Ekstraksi
2.3.2 Maserasi
11
itu, beberapa senyawa mungkin saja akan sulit diekstraksi pada suhu
kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat juga menghindari
resiko rusaknya senyawa-senyawa dalam tanaman yang bersifat
termolabil (Tetti, 2014).
2.3.3 Spektrofotometri
12
Penyerapan radiasi UV terjadi melalui eksitasi elektron dalam suatu
molekul ke level energi yang lebih tinggi. Transisi ini terjadi dari
keadaan vibrasional bawah dalam keadaan elektronik dasar suatu
molekul ke salah satu level vibrasional apapun dalam keadaan
elektronik tereksitasi. Transisi dari energi keadaan dasar tunggal ke
salah satu dari sejumlah keadaan tereksitasi memberikan spektrum UV
yang lebar (Gandjar dan Rohman, 2012).
Pelarut yang banyak digunakan untuk spektrofotometri sinar UV
adalah etanol 95% karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam
pelarut tersebut. Alkohol absolut komersial harus dihindari karena
mengandung benzena yang dapat menyerap di daerah sinar UV pendek.
Pelarut yang sering digunakan ialah air, etanol, metanol, n-heksana, eter
minyak bumi dan eter (Harborne, 1987).
Prinsip kerja dari spektroskopi UV-Vis adalah ketika ada sumber
sinar berupa cahaya uv-vis (monokromatik) diteruskan melalui suatu
media (larutan bewarna) yang merupakan suatu sampel, maka Sebagian
cahaya tersebut ada yang diserap, dipantulkan dan ada yang diteruskan.
Cahaya yang diserap tersebut akan menyebabkan elektron terekstasi dari
keadaan dasar ke keadaan yang memiliki energi yang lebih tinggi.
Serapan sinar ini tidak terjadi pada semua struktur. Tetapi, hanya terjadi
pada system terkonjugasi yang memiliki ikatan phi atau gugus
kromofor, gugus ausokrom (gugus yang memiliki vibrasi yang besar
karena adanya pasangan elektron bebas) contohnya adalah -OH, -NH2, -
SH, dan lain- lain. Karena memiliki vibrasi yang besar, maka jika terikat
dengan gugus kromofor, dia akan menyebakan pergeseran serapan
kearah panjang gelombang yang lebih besar dan meningkatkan
intensitas puncak serapan. Sedangkan, cahaya yang tidak diserap atau
diteruskan akan muncul sebagai nilai transmitansi. Sehingga, hasil
pengukuran spektroskopi UV- Vis akan disajikan dalam bentuk spektra
serapan atau transmitansi. Bentuk spektra pita serapan UV-Vis suatu
molekul cenderung berbentuk
13
bukit atau parabola terbalik, berbeda dengan bentuk spektra atom yang
berbentuk garis-garis. Hal ini dikarenakan transisi elektronik yang
terjadi memiliki perbedaan energi yang tidak terlalu besar.
Sampel yang dinyatakan positif mengandung flavonoid selanjutnya
dilakukan uji kuantitatif penetapan kadar dengan metode
spektrofotometri UV-Vis karena metode ini memberikan cara sederhana
untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang
diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat
oleh detkctor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik
yang sudah diregresikan. Analisis flavonoid ini dapat dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis karena flavonoid memiliki
sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan
kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak.
Absorbansi maksimum dari larutan berwarna terjadi pada daerah
warnayang berlawanan dengan warna yang diamati, misalnya larutan
berwarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah warna
hijau. Dengan kata lain warna yang diserap adalah warna
komplementer dari warna yang diamati.
Daftar spektrum cahaya tampak dipresentasikan pada tabel di bawah ini.
14
Tabel 2.1 Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-warna Komplementer
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2 Bahan
Daftar bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat di bawah ini.
Bahan : Fungsi :
16
3.2 Variabel Penelitian
Penelitian ini meliputi 1 variabel waktu yaitu menggunakan waktu 30 menit
dan menggunakan 2 jenis pelarut berupa Methanol dan Aseton masing – masing
sebanyak 250 ml.
Tabel 3.1 Variasi Penelitian
17
3.3 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
Pengumpulan
bahan baku
18
3.3.1 Persiapan Bahan Baku
Persiapan Bahan Baku meliputi, penyiapan daun pandan, setelah itu
dilakukan pencucian yang berfungsi untuk menghilangkan padatan pengotor
dari daun pandan. Pencucian daun pandan ini diutamakan untuk memakai air
panas dibandingkan dengan pemakaian air dingin karena kelarutan selulosa
dalam air panas sebesar 2.5% (Roganda et al., 2015) sehingga pada saat
pengotor disisihkan dari daun pandan, selulosa tidak akan ikut terbuang.
Setelah dilakukan pencucian, daun pandan dijemur atau dikeringkan di
angin- anginkan selama 5 hari sampai kering sempurna untuk menguapkan
kadar air dalam selulosa sehingga serat dapat lebih mudah untuk mengalami
pencacahan. Dilanjutkan dengan menghaluskan dengan blender sampai
menjadi serbuk. Daun yang telah kering dihaluskan dengan blender,
kemudian diayak menggunakan ayakan 30 mess agar diperoleh derajat
kehalusan yang sama sehingga ekstraksi dapat berjalan lebih optimal.
20
3.4 Rangkaian Alat
Berikut ini adalah rangkaian alat Ekstraksi dan destilasi
Keterangan:
1. Kondensor
Buble
2. Thermometer
3. Labu Leher 2
4. Pemanas
Listrik
Keterangan:
1. Termometer
2. Termometer
3. Labu leher 2
4. Pemanas
listrik
5. Statif
6. Kondensor
double pipe
7. Gelas ukur
21
3.5 Hipotesa
Dari tinjauan pustaka diatas, menghasilkan hipotesis sebagai berikut:
Terdapat kadar flavonoid yang tinggi pada daun pandan wangi yang sudah tua di
karenakan semakin hijau daun maka semakiantinggi pula kandungan flavonoid
nya.
Teh yang terbuat dari daun tua memiliki nilai rata-rata total flavonoid lebih
tinggi dibandingkan dengan daun muda yaitu 54,08 mg QE/g bk bahan dan 33,54
mg QE/g bk bahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun alpukat tua
mengandung kadar flavonoid yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian
Mu’nisa et al. (2011).
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Sampel
Pada penelitian ini menggunakan sampel yaitu daun Pandan tua dan daun Pandan
muda yang diperoleh dari daerah Pagebangan, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon. Daun
Pandan Tua yang sudah dikeringkan selama ± 3 hari mengalami penurunan berat dari 24,24
g menjadi 23,78 g dengan kadar air yang didapatkan sebesar 0,02 % (Lampiran 1)
Sedangkan Daun Pandan Muda mengalami penurunan berat dari 22,68 g menjadi 22,07
g dengan kadar air yang didapatkan sebesar 0,03 % (Lampiran 1). Pengeringan dilakukan
tanpa menggunakan suhu yang tinggi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia.
Pemotongan sampel dilakukan dengan tujuan untuk memperluas permukaan dan
menghancurkan dinding sel, sehingga pelarut dapat menembus dinding sel dan menarik
senyawa- senyawa kimia yang terkandung dalam sampel. Selanjutnya sampel diekstraksi
dengan menggunakan metode maserasi. Adapun tujuan dari proses ekstraksi ini adalah
untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
23
pengukuran pada spektrofotometri UV- Vis. Hasil pengukuran diperoleh panjang
gelombang maksimum yaitu 420 nm. Pengukuran absorbansi larutan standar kuersetin
dilakukan pada konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15 dan 20 ppm. Diperoleh hubungan yang
linear antara absorbansi dengan konsentrasi yaitu sebesar 0,9989. Dari hasil perhitungan,
diperoleh nilai intersep sebesar 0,004 dan nilai slope sebesar 0,0005 sehingga persamaan
kurva baku adalah y = 0,004x + 0,0005. Persamaan tersebut digunakan sebagai
pembanding dalam analisis kuantitatif pada pengukuran kandungan senyawa flavonoid
kuersetin terhadap ekstrak metanol dan aseton daun Pandan tua dan muda.
24
Flavonoid total pada ekstrak metanol diperoleh dengan cara memasukkan nilai
absorbansi pada kurva standar kuersetin sehingga hasil dari besar flavonoid total ekstrak
metanol daun Pandan muda dan tua yaitu sebesar 23.136 % dan 27.933 %.
Flavonoid total pada ekstrak Aseton diperoleh dengan cara memasukkan nilai
absorbansi pada kurva standar kuersetin sehingga hasil dari besar flavonoid total ekstrak
aseton daun Pandan muda dan tua yaitu sebesar 7.76 % dan 13.151 %.
25
Tabel 4.5 Flavonoid total ekstrak aseton daun Pandan tua
26
flavonoid yang terkandung dalam daun Pandan. Hal ini dikarenakan terdapat adanya
kemungkinan pengecekan dengan menggunakan Spektrofotometri. Selain itu. pada metode
ini preparasi sampel lebih mudah. harga operasional yang lebih murah jika dibandingkan
dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Hasil analisa dari
Spektrofotmetri ini juga memiliki akurasi yang cukup tinggi.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar flavonoid total dari ekstrak metanol daun kelapa muda sebesar 231.355
mgQE/g. daun kelapa tua 279.33 mgQE/g dan ekstrak aseton daun kelapa muda
77.595 mgQE/g. daun kelapa tua 131.51 mgQE/g.
2. Kadar flavonoid terbesar didapatkan dari daun kelapa tua dengan pelarut metanol
maupun aseton.
3. Kadar flavonoid terbesar didapatkan dari waktu pengadukan terlama yaitu 120
menit.
4. Kadar flavonoid terbesar didapatkan dari jenis pelarut metanol. hal ini dikarenakan
pelarut metanol memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pelarut aseton.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan lain yang ada
di dalam daun kelapa.
2. Perlu dilakukan penelitian menggunakan isolasi berbeda serta pelarut yang berbeda
dengan sampel yang sama.
28
DAFTAR PUSTAKA
Aminah. Nurhayati. T.. dan Zainal. A. 2017. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak
Etanol Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Metode
Spektrofotometri UV – Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 4(2): 227 – 228
Anyanji.V.U.. Mohamed. S.. Zokti. J.A.. dan Ado. M.A. 2013. Anti Inflammatory
Properties Of Oil Palm Leaf (Elaeis guineensis Jacq.) Extract in Aged Rats.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5: 135-137
Arifin Bustal.. Sanusi Ibrahim. 2018. Struktur Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnah Zarah. Vol 6 No. 1. Universitas Andalas : Padang. Halaman 21-29
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. 2021. “Kelapa”.
http://buttmkp.karantina.pertanian.go.id/?page_id=1825 (diakses 01 Oktober 2021)
Banjarnahor. S.. Artanti. N. 2014. Antioxidant Propertiest Of Flavonoid. Medical Journal
Of Indonesia. 23(4). Halaman 239-244
Bate’e. E. 2013. Karakterisasi dan Isolasi Senyawa Triterpenoid/Steroid Daun Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Chong. K.H.. Zuraini. Z.. Sasidharan. S.. Kalnisha. Devi. P.V.. Yoga. L.. and Ramanathan.
S. 2008. Antimicrobial Activity of Elaeis guineensis Leaf. Journal of
Pharmacologyonline 3; 379-386
Dachriyanus.. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri. hal 1-
37. Andalas University Press. Padang
Damar.A.C.. Max.R.J.R.. dan Defny.S.W.. 2014. “Kandungan Flavonoid dan Aktivitas
Antioksi dan Total Ekstrak Etanol Daun Kayu Kapur (Melanolepsis
multiglandulosa Reinchf)”. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.3 (4). Hal:12;
15-16; 18
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Cetakan Pertama. 3-11. 17-19. Dikjen POM. Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional
G. Dewa. dkk. 2008. Analisis Kandungan Fitokimia dan Aktivitas PenstabilOksigen
Singlet dari Daun Kelapa. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Gandjar. I.G.. dan Rohman. A.. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
29
Kromatografi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Gantt. R.W.. Peltier-Pain. P.. Thorson. J.S. 2011. Enzymatic Methods For Glyco
(Diversification/Randomization) Of Drugs And Small Molecules. Natural Product
Reports. 28. 1811–1853
Handa S.S.. Khanuja S.P.S.. Longo G.. Rakesh D.D. 2008. Extraction Technologies for
Medicine and Aromatic Plants. ICS UNIDO. Trieste.pp.21-22
Hardjono Sastrohamidjojo. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty
Harjono. 1997. Teknik Pengembangan Kelapa Kapyor. Solo : CV Penebar Swadaya
Hatam. Sri Febriani. Edi Suryanto. Jemmy Abidjulu (2013). Aktivitas Antioksidan dari
Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus .L. Merr). Program Studi Farmasi Unstrat
Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unstrat. Vol. 2. No.01. Hlm.8-12
Harborne. J. B.. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro. Edisi-I. 9-10. ITB.
Bandung
Hui Cao. Xiaoqing Chen. Amir. R. J.. Jianbo. Xiao. 2015. Microbial biotransformation of
bioactive flavonoids. 33. (1). 214-223
Jaffri. J. M.. Suhaila. M.. Rohimi. N.. Intan. N.. Ahmad. M.. Musthapa. N.. dan Yazid. A.
M. 2010. Antihypertensive and Cardiovascular Effects of Catechin-Rich Oil Palm
(Elaeis guineensis) Leaf Extract in Nitric Oxide Deficient Rats. Journal Of
Medicinal Food. 14(8): 775-783
Juliana. M. 2011. Antihypertensi and Cardivascular Effect of Catechin-Rich Oil Palm
(Elaeis guineensis Jacq.) Leaf Extract in Nitric Oxide-Deficient Rats. Journal of
Medicinal Food.. 14(7): 775-783
Kimia. 2017. Spektrofotometri Sinar Tampak (Visible).
http://kimia.fmipa.unej.ac.id/?p=472 (diakses 01 Oktober 2021)
Markham. K.R. 1988. Cara mengidentifikasi flavonoida. Terjemahan Kokasih
Padmawinata. ITB Press : Bandung
Marzouk. M.M. 2016. Flavonoids Constituens And Cytotoxic Of Eucaria Hispanica (L)
Druce Growing Wild in Egypt. Arabian Jurnal Chemistry. 9. 415
Nainggolan. M. 2014. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Halaman 206-209
Palungkun. R. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya
30
Lampiran 1 Perhitungan Kadar Air
Keterangan:
A = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)
B = Berat sampel setelah dikeringkan (g)
Keterangan:
A = Berat sampel sebelum dikeringkan (g)
B = Berat sampel setelah dikeringkan (g)
Lampiran 2 Perhitungan uji total flavonoid fraksi ethanol Daun Pandan Muda
Diketahui :
persamaan regresi linier kuersetin :y = bx + a
y = 0.004 x + 0.0005
R2 = 0.9996
Keterangan :
C = Total flavonoid (mgQE/g sampel esktrak)
Cx = konsentrasi kuersetin (mg/L) v = Volume esktrak
m = berat ekstrak
Fp = faktor pengencer
Rumus :
C = Cx x v/m x FP
199,05 = X x 0,05/0,05 x 5
X = 39,81 mg/L
263,66 = X x 0,05/0,05 x 5
X= 52,732 mg/L
Lampiran 3 Perhitungan uji total flavonoid fraksi ethanol Daun Pandan Tua
Diketahui :
persamaan regresi linier kuersetin :y = bx + a
y = 0.004 x + 0.0005
R2 = 0.9996
Keterangan :
C = Total flavonoid (mgQE/g sampel esktrak)
Cx = konsentrasi kuersetin (mg/L) v = Volume esktrak
m = berat ekstrak
Fp = faktor pengencer
Rumus :
C = Cx x v/m x FP
231,99 = X x 0,05/0,05 x 5
X = 46,398 mg/L
326,67 = X x 0,05/0,05 x 5
X= 65,334 mg/L
Lampiran 4 Perhitungan uji total flavonoid fraksi aseton Daun Pandan Muda
Diketahui :
persamaan regresi linier kuersetin :y = bx + a
y = 0.004 x + 0.0005
R2 = 0.9996
Keterangan :
C = Total flavonoid (mgQE/g sampel esktrak)
Cx = konsentrasi kuersetin (mg/L) v = Volume esktrak
m = berat ekstrak
Fp = faktor pengencer
Rumus :
C = Cx x v/m x FP
51,24 = X x 0,05/0,05 x 5
X = 10,248 mg/L
103,95 = X x 0,05/0,05 x 5
X= 20,79 mg/L
Lampiran 5 Perhitungan uji total flavonoid fraksi aseton Daun Pandan Tua
Diketahui :
persamaan regresi linier kuersetin :y = bx + a
y = 0.004 x + 0.0005
R2 = 0.9996
Keterangan :
C = Total flavonoid (mgQE/g sampel esktrak)
Cx = konsentrasi kuersetin (mg/L) v = Volume esktrak
m = berat ekstrak
Fp = faktor pengencer
Rumus :
C = Cx x v/m x FP
91,96 = X x 0,05/0,05 x 5
X = 18,392 mg/L
171,06 = X x 0,05/0,05 x 5
X= 34,212 mg/L
AlCl3 2% dibuat dengan melarutan 0.5 gram AlCl3 dengan aquadest hingga volume 25 mL.
mMg = M x BM x V
= 0,12 x 176,8 x 0,025
= 0,5304
Kalium asetat diambil sebanyak 0.5304 g dan dilarutkan pada labu ukur
25 mL menggunakan aquadest sampai tanda batas.
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian